Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGOALAHAN GULA DAN PEMANFAATAN


LIMBAH PABRIK
Pembimbing :

Disusun oleh :
Feni Indriani XI MIPA 3
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt. Yang maha pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang pengolahan gula dan pemanfaatan limbah pabrik.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bangorejo, 10 Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .........................................................................................................................
1.4 Manfaat .......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................
2.1 Gula Pasir .....................................................................................................................
2.2 Pengenalan Tanaman Tebu ..........................................................................................
2.3 Proses Pengolahan ........................................................................................................
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................
3.2 Saran .............................................................................................................................
Daftar Pustaka ....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gula adalah sebuah karbohidrat sederhana yang akan menjadi sebuah energi
dan komoditi terutama bagi pedagang. Gula juga banyak orang memperjual
belikan gula ini sendiri dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula sederhana seperti
glukosa itu sendiri yang di produksi oleh dari sukrosa dengan enzim atau hidrolis
asam yang akan menyimpan energi oleh sel itu sendiri. Gula juga sebagai sukrosa
di peroleh sendiri oleh teb bit gula dan aren meskipun demikian terdapat sumber -
sumber gula minor lainnya contohnya, umbi dahlia, anggur atau jagung juga
menghasilkan semacam gula atau pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa
proses penghasilan gula itu sendiri mencakup beberapa tahap, ada tahap ekstrasi
dan diikuti pula dengan pemurnian seperti distilasi. Beberapa gula misalnya
glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, dan laktosa mempunyai sifat fisik dan kimia
yang sangat berbeda-beda misalnya dalam rasa manisnya, kelarutan di dalam air,
daya pembentukan dalam karamel jika dipanaskan dan pembentukan kristalnya.

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,
disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus
(black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey
water). Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pengolahan gula?
2. Bagaimana pemanfaatan limbah dari pabrik gula?
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui proses pengolahan gula
3. Untuk mengetahui cara pemanfaatan limbah dari pabrik gula

1.4 Manfaat
2. Agar pembaca dapat mengetahui cara pengolahan gula
3. Agar pembaca mampu mengetahui pemanfaatan limbah pabrik gula
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gula Pasir
Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Rata – rata
manusia di Indonesia mengkonsumsi gula sebanyak 12 – 15 kg per tahun. Dengan
semakin bertambahnya jumlah penduduk, tentu kebutuhan akan gula akan
semakin meningkat pula. Di Indonesia gula kristal yang konsumsi sehari – hari
didominasi oleh gula tebu. Gula kristal ini dibuat dan diproses dari tanaman tebu.
Bagi penduduk di daerah pedesaan Jawa tentu sudah sangat kenal dengan Tebu
ini. Tanaman ini merupakan jenis tanaman semusim yang dipanen atau ditebang
satu tahun sekali.
Gula merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kita, karena hampir
setiap hari kita tidak pernah terlepas dari mengkonsumsi gula. Tetapi banyak
sekali dari kita yang tidak mengetahui dari apakah bahan baku gula serta
bagaimanakah proses pembuatan gula. Disini peneliti ingin membahas tentang
proses pembuatan gula pasir dari tebu. Proses yang digunakan adalah proses
sulfitasi alkalis yang menghasilkan gula jenis SHS IA. Pengolahan tebu menjadi
Kristal melalui beberapa stasiun. Di pembahasan akan dibahas secara lebih jelas
kegiatan dari masing-masing stasiun dan proses dari awal sampai akhirnya
menjadi gula yang siap untuk kita konsumsi.

2.2 Pengenalan Tanaman Tebu


1. Morfologi Tanaman Tebu
Sebelum kita membahas mengenai penggunaan mesin-mesin pembuat gula,
ada baiknya bila kita mengulas sedikit mengenai bahan dasar pembuatan gula
yaitu tebu. Nama tebu hanya terkenal di Indonesia. Dilingkungan internasional
tanaman ini lebih dikenal dengan nama ilmiahnya Saccharum officinarum L.
Jenis ini termasuk dalam famili Gramineae atau kelompok rumput-rumputan.
Secara morfologi tanaman tebu dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
batang, daun, akar, dan bunga. Masing-masing bagian memiliki ciri-ciri
tertentu.
 Ciri-ciri Batang :
o Tumbuh tegak, sosoknnya tinggi kurus dan tidak bercabang.
o Tinggi mencapai 3,5 meter.
o Memiliki ruas dengan panjang ruas 10,30 cm.
o Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau
kombinasinya.
 Ciri-ciri Daun :
o Merupakan daun tidak lengkap
o Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling
o Pelepah memeluk batang, semakin keatas semakin menyempit, terdapat
bulu-bulu daun dan telinga daun.
o Pertulangan daun sejajar
o Helaian daun berbentuk garis dengan ujung meruncing, bagian tepi
bergerigi dan permukaan daun kasar.
 Ciri-ciri Akar :
o Akar serabut
o Panjang mencapai 1 Meter
 Ciri-ciri Bunga :
o Merupakan bunga majemuk
o Panjang bunga majemuk 70-90 cm
o Setiap bunga mempunyai 3 daun kelopak, 1 daun mahkota, 3 banang
sari dan 2 kepala putik
2. Varietas Tebu yang Baik untuk Bahan Baku Gula
Varietas tebu sangat banyak jumlahnya, tetapi tidak semua unggul. Yang
dimaksud variatas unggul adalah varietas yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Tingkat produktivitas gula yang tinggi. Produktivitas dapat diukur dari
bobot atau rendaman yang tinggi;
b. Tingkat produktivitas (daya produk) yang stabil;
c. Kemampuan yang tinggi untuk di kepras; dan
d. Teloransi yang tinggi terhadap hama dan penyakit;
Varietas tebu yang baik untuk bahan baku gula adalah Varietas tebu yang
termasuk kedalam kriteria Varietas yang sudah mencapai masa tebu layak
giling. Yang dimaskud tebu layak giling adalah :
a. Tebu yang ditebang pada tingkat pemasakan optimal.
b. Kadar kotoran (tebu mati, pucuk, pelepah tanah, dll) maksimal 2%
c. Jangka waktu sejak tebang sampai giling tidak lebih dari 36 jam.
Berdasarkan ciri-ciri tebu diatas maka pada umumnya pabrik gula di
Indonesia memakai tebu Varietas Ps dari pasuruan dan Bz dari Brazil.
2.3 Proses Pengolahan
Tebu dipanen setelah cukup masak, dalam arti kadar gula (sakarosa)
maksimal dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan
analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor pemasakan, koefisien daya tahan,
dll. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum penggilingan.
Setelah tebu dipanen dan diangkat ke pabrik selanjutnya dilakukan
pengolahan gula putih. Pengolahan tebu menjadi gula putih dilakukan di pabrik
dengan menggunakan peralatan yang sebagain besar bekerja secara otomatis.
Tahap-tahap dalam Pembuatan Gula Pasir
Pembuatan gula putih di pabrik gula mengalami beberapa tahapan
pengolahan, yaitu pemerahan nira, pemurian, penguapan, kristalisasi, pemisahan
kristal, dan pengeringan :
1. Pemerahan Nira (Ekstrasi)
Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara
bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah).
Nira inilah yang mengandung gula dan akan di proses lebih lanjut di pemurnian.
Ampas yang dihasilkan pada proses pemerahan ini digunakan untuk berbagai
macam keperluan. Kegunaan utama dari ampas adalah sebagai bahan bakar ketel
(boiler) dan apabila berlebih bisa digunakan sebagai bahan partikel board,
furfural, xylitol dan produk lain.
Alat penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu rangkaian
alat yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras) yang
dirangkaikan dengan alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan terdiri dari
Unigator Mark IV dan Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong dan pencacah
tebu. Setelah tebu mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira untuk
memerah nira digunakan 5 buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol dengan
ukuran 36”X64”.
2. Pemurnian Nira
Setelah tebu diperah dan diperoleh “nira mentah” (raw juice), lalu dimurnikan.
Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula invert
(glukosa+fruktosa) ; zat bukan gula, terdiri dari atom-atom (Ca,Fe,Mg,Al) yang
terikat pada asam-asam, asam organik dan an organik, zat warna, lilin, asam-asam
kieselgur yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses
pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan dengan zat yang mengandung gula.
Proses pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis maupun kimiawi. Secara
fisis dengan cara penyaringan sedangkan secara kimia melalui pemanasan,
pemberian bahan pengendap.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara
defekasi, sulfitasi dan carbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia
memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya produksi, bahkan
pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS
(Superieure Hoofd Sumber). Proses ini menggunakan tabung defekator, alat
pengendap dan saringan Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah
kapur tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran.
Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu
kapur dalam defekator, kemudian diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan
dan diendapkan dalam alat pengendap. Pada saat ini sebagian besar pabrik gula di
Indonesia menggunakan proses sulfitasi dalam memurnikan nira. Pada proses
sulfitasi nira mentah terlebih dahulu dipanaskan melalui heat exchanger sehingga
suhunya naik menjadi 700 C. Kemudian nira dialirkan kedalam defekator
dicampur dengan susu kapur. Fungsi dari susu kapur ini adalah untuk membentuk
inti endapan sehingga dapat mengadsorp bahan bukan gula yang terdapat dalam
nira dan terbentuk endapan yang lebih besar. Pada proses defekasi ini dilakukan
secara bertahap ( 3 kali ) sehingga diperoleh pH akhir sekitar 8.5 – 10. Reaksi
antara kapur dan phospat yang terdapat dalam nira :
CaCO3 CaO + CO2
CaO + H2O Ca(OH)2 + 15.9 Kcal
Ca(OH)2 Ca2+ + 2 OH-
3Ca2+ + 2PO43- Ca3(PO4)2
Setelah itu nira akan dialirkan kedalam sulfitator, dan direaksikan dengan gas
SO2. Reaksi antara nira dan gas SO2 akan membentuk endapan CaSO3, yang
berfungsi untuk memperkuat endapan yang telah terjadi sehingga tidak mudah
terpecah, pH akhir dari reaksi ini adalah 7.
Tahap akhir dari proses pemurnian nira dialirkan ke bejana pengendap
(clarifier) sehingga diperoleh nira jernih dan bagian yang terendapkan adalah nira
kotor. Nira jernih dialirkan ke proses selanjutnya (stasiun Penguapan), sedangkan
nira kotor diolah dengan Rotery Vaccum Filter menghasilkan nira tapis dan
blotong.
3. Penguapan Nira (Evaporasi)
Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar
air dilakukan penguapan (evaporasi). Dipabrik gula penguapan dilakukan dengan
menggunakan beberapa evaporator dengan sistem multiple effect yang disusun
secara interchangeable agar dapat dibersihkan bergantian. Evaporator biasanya
terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana
berikutnya. Total luas bidang pemanas 5990m2 vo.
Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas
uap bekas secara tidak langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan
nira yang diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap
bekas yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. dalam bejana nomor 2,
nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana
penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan dengan
Michaelispot. Di dalam bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana nomor 2
diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian
seterusnya, sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna
gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2 sebagai
belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke
kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.
4. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan
vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus
sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A dan C sebagai produk,dan
gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak
kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan
vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa)
tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran
kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu
didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).
5. Pemisahan Kristal Gula
Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja
dengan gaya memutar (sentrifugal). Alat ini bertugas memisahkan gula terdiri dari
:
 3 buah broadbent 48” X 30”untuk gula masakan A.
 4 buah bactch sangerhousen 48” X 28” untuk masakan C.
 2 buah western stated CCS untuk D awal.
 6 buah batch sangerhousen 48” X 28” untuk gula SHS.
 3 buah BNA 850 K untuk gula D.
Dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada
tingkat C. Pada tingkat ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya
menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah
selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan melasse
(tetes gula).
6. Pengeringan Kristal Gula
Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-
kira 20% . Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula
kering, untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus
dikeringkan terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau
dengan memakai udara panas kira-kira 800c. Pengeringan gula secara
alami dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang.
Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses
pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan
cara pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan.
Cara ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.
Sumber Tenaga Penggerakan Mesin Pembuat Gula
Tenaga yang menggerakan mesin-mesin pembuat gula selain berasal
dari pembangkit listrik juga berasal dari pembangkit tenaga uap. Sebagai
penghasil tenaga digunakan 5 buah ketel pipa air Niew mark 16 ton/jam masing-
masing 440 m2vo dengan tekanan kerja 15 kg/cm2 dan satu buah ketel cheng-
cheng kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakan
turbin generator dan mesin uap. Uap bekasnya dipakai untuk memanaskan dan
menguapkan nira dalam panci mengguapkan dan memanaskan gula.
Bahan bakar pembangkit tenaga uap adalah ampas tebu yang berasal dari
proses pemerahan nira. Ampas tebu yang di hasilkan dari proses pemerahan nira
tersebut sekitar 30% tebu. Ampas tebu mengandung kalori sekitar 18000
kca/kg dan kekurangannya di tambah BBM (F,O).
Kelebihan dan Kekurangan Produksi Gula Menggunakan Mesin Manual
Produksi gula menggunakan mesin manual hasilnya cukup memuaskan, gula
yang diproduksi pun adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Suiker).
Selain itu produksi gula menggunakan mesin manual lebih menghemat energi,
karena bahan bakarnya berasal dari ampas tebu. Tetapi produksi gula
menggunakan mesin manual juga memiliki kekurangan yaitu, tingkat produksi
gula belum mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat, karena produksi
gula menggunakan mesin manual lebih sedikit dari pada produksi gula
menggunakan mesin yang berteknologi canggih.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Produksi gula diupayakan terus meningkat baik dari segi kualitas maupum
kuantitas, penggunaan mesin-mesin (mekanisasi) merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan produksi gula. Meskipun mesin-mesin yang digunakan
bukan mesin berteknologi canggih. Pada umumnya mesin-mesin yang digunakan
oleh pabrik-pabrik gula di Indonesia pengoprasiannya dilakukan oleh manusia.
Mesin-Mesin tersebut bekerja secara manual tidak secara komputerisasi.
Pembuatan gula terdiri dari beberapa tahapan dan setiap tahap menggunakan
mesin-mesin tersendiri. Adapun tahapan-tahapan pembuatan gula itu adalah :
1. Tahapan pemerahan nira (ekstraksi);
2. Tahapan pemurnian nira;
3. Tahapan penguapan nira;
4. Tahapan kristalisasi;
5. Tahapan pemisahan kristal; dan
6. Tahapan pengeringan.
Mesin-mesin yang digunakan dalam tahapan-tahapan pembuatan gula di atas
digerakan oleh tenaga yang berasal dari pembangkit listrik dan pembangkit tenaga
uap. Sedangkan bahan bakar untuk pembangkitan tenaga uap itu sendiri berupa
ampas tebu yang dihasilkan dari proses pemerahan nira. Produksi gula
menggunakan mesin manual lebih menghemat energi dibandingkan dengan
produksi gula menggunakan mesin yang berteknologi canggih. Kekurangan
produksi gula menggunakan mesin manual adalah tingkat produksi gula belum
mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat.
3.2 Saran
Penggunaan mesin-mesin pembuat gula (mekanisasi) memang telah mampu
meningkatkan produksi gula, tetapi hasilnya belum cukup memuaskan. Tingkat
produksi gula belum mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat karena
itu, uapnya untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri masih harus
diupayakan. Kalau selama ini mesin-mesin yang digunakan di pabrik gula masih
bersifat manual (tidak berteknologi canggih), mungkin untuk masa yang akan
datang mesin-mesin yang digunakan harus lebih canggih. Dengan mesin-mesin
berteknologi tinggi (canggih ) produksi gula akan lebih meningkat, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas dibanding dengan produksi gula saat ini.
Daftar Pustaka

Proses Pembuatan Gula. (2012, 1 2). Diambil kembali dari jami.jamu:


https://deluk12.wordpress.com/makalah-proses-pembuatan-gula/

Glenmor, P. I. (2020, 1 6). Proses Pembuatan Gula. (F. Indriani, Pewawancara)

Anda mungkin juga menyukai