cacao)
Dalam Manajemen Agroindustri
Oleh :
1624051008
Program Study
Makister Tekhnik Industri Pertanian
Universitas Lampung
Bandar Lampung
Maret 2017
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji penulis haturkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyuusun tulisan atau tugas terstruktur ini.
Tulisan ini disusun dengan penyajian yang sederhana dan sistematis. Penyusunannya
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan bantuan
kepada para pembaca untuk mengkritisi tuisan kami supaya bisa menjadi lebih baik lagi.
Penulis
BA B 1
PEN D A HU LU A N
I. Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu komoditas yang dapat memberikan kontribusi untuk
peningkatan devisa Negara. Indonesia sebagai salah satu negara pemasok utama kakao dunia
setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%) dengan persentasi 13,6%. Dengan
mengolah Kakao menjadi prodak yang berkualitas di dalam Negeri. Kita sudah mampu
menyelamatkan keuangan negara sekitar 5% atau USD 200/ ton setiap ekpor biji Kakao.
Untuk mengolah biji Kakao menjadi coklat dibutuhkan pengetahuan yang memadai
agar hasilnya berkuwalitas dan memiliki nilai jual untuk dipasarkan ke pasar menjadi sebuah
prodak. Makanan dan minuman yang dihasilkan dari tanaman kakao saat ini menjadi
primadona di hampir semua golongan masyarakat. Jangankan anak-anak, orang dewasapun
menjadikan coklat sebagai jenis makanan dan minuman favorit mereka. Secara umum
proses pengolahan biji kakao menjadi coklat melalui beberapa tahapan. Berikut beberapa
informasi proses pengolahan biji kakao menjadi coklat.
Dalam kegiatan proses produksi kakao banyak hal yang harus diperhitungkan
terutama ketersediaan bahan baku guna mendapatkan hasil pengelolaan produksi yang baik
dan sesuai dengan kualitas baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
II. Tujuan
Tujuan dari kegiatan pengolahan biji kakao yang di produksi oleh petani buah kakao
di desa durian adalah sebagai berikut ;
1. Memanfaatkan sumberdaya alam yang ada yang dihailkan oleh petani sekitar menjadi
produk yang lebih inovatif
2. Meningkatkan perekonomian petani melalui pemanfaatan buah kakao yang di kelola
secara inovatif dan di sukai oleh pengunjung di pantai atau pelabuhan..... dekat desa
durian tersebut.
3. Memajukan petani dalam mengelola hasil taninya, sehingga masyarakat memiliki
keterampilan lebih dan berharap bisa memberikan peluang kerja dan peluang bisnis
bagi masyarakat tani sekitar.
4. Mengetahui tekhnologi yang dapat digunakan dan tekhnologi yang dapat diterapkan.
5. Mengetahui produk yang disukai dengan melakukan survei lapangan dan pengisian
question word pada pengunjung wisata alam di kawasan Pahawang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air Kadar air merupakan sifat phisik yang sangat penting dan sangat
diperhatikan oleh pembeli. Selain sangat berpengaruh terhadap randemen hasil (yield), kadar
air berpengaruh pada daya tahan biji kakao terhadap kerusakan terutama saat penggudangan
dan pengangkutan. Biji kakao, yang mempunyai kadar air tinggi, sangat rentan terhadap
serangan jamur dan serangga. Keduanya sangat tidak disukai oleh konsumen karena
cenderung menimbulkan kerusakan cita-rasa dan aroma dasar yang tidak dapat diperbaiki
pada proses berikutnya. Standar kadar air biji kakao mutu ekspor adalah 6 7 %. Jika lebih
tinggi dari nilai tersebut, biji kakao tidak aman disimpan dalam waktu lama, sedang jika
kadar air terlalu rendah biji kakao cenderung menjadi rapuh.
Ukuran biji Seperti halnya kadar air, ukuran biji kakao sangat menentukan randemen
hasil lemak. Makin besar ukuran biji kakao, makin tinggi randemen lemak dari dalam biji.
Ukuran biji kakao dinyatakan dalam jumlah biji (beans account) per 100 g contoh uji yang
diambil secara acak pada kadar air 6 7 %. Ukuran biji rata-rata yang masuk kualitas eskpor
adalah antara 1,0 1,2 gram atau setara dengan 85 100 biji per 100 g contoh uji. Ukuran
biji kakao kering sangat dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman, kondisi kebun (curah hujan)
selama perkembangan buah, perlakuan agronomis dan cara pengolahan Tabel 5 menunjukkan
klasifikasi mutu biji kakao atas dasar ukuran biji per 100 g contoh uji.
Kadar kulit Biji kakao terdiri atas keping biji (nib) yang dilindungi oleh kulit (shell).
Kadar kulit dihitung atas dasar perbandingan berat kulit dan berat total biji kakao (kulit +
keping) pada kadar air 6 7 %. Standar kadar kulit biji kakao yang umum adalah antara 11
13 %. Namun, nilai kadar kulit umumnya tergantung pada permintaan konsumen. Beberapa
konsumen bersedia membeli biji kakao dengan kadar kulit di atas nilai tersebut. Mereka akan
memperhitungkan koreksi harga jika kadar kulit lebih tinggi dari ketentuan karena seperti
halnya ukuran biji, kadar kulit berpengaruh pada randemen hasil lemak. Biji kakao dengan
kadar kulit yang tinggi cenderung lebih kuat atau tidak rapuh saat ditumpuk di dalam gudang
sehingga biji tersebut dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Sebaliknya, jika kadar
kulit terlalu rendah, maka penjual (eksportir) biji kakao akan mengalami kerugian dalam
bentuk kehilangan bobot Kadar kulit biji kakao dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman dan
cara pengolahan (fermentasi dan pencucian). Makin singkat waktu fermentasi, kadar kulit biji
kakao makin tinggi karena sebagian besar sisa lendir (pulp) masih menempel pada biji.
Namun demikian, kandungan kulit biji tersebut dapat dikurangi dengan proses pencucian.
Sejumlah perusahaan Multinasional besar terbukti menguasai pengolahan kakao. Seperti Cargill,
Kopi Ose & Kakao Raya Jember, Jl. Desa Kalibaru Kulon Jawa Timur
6. PT Effem indonesia, Cocoa Butter Jl. Kima X Kav A/6, Makassar Sulawesi Selatan.
8. PT Unicom makmur Pengolahan Coklat Jl. Kima 4 P, No. 3B Makassar, Sulawesi Selatan.
9. PT Teja Sekawan Cocoa Industries butter, powder, cake Kawasan Industri II/27, Jl Jawa Timur Surabaya
10. PT Ares Kusuma Raya Mesis Jl. Cokelat 1, Jawa Timur Gresik
12. PT Davomas abadi Coklat Jl. Industri Raya III, Blok AB, No. 1a Tangerang, Banten
14. PT Kakao Mas Gemilang Bubuk Coklat Jl Yos Sudarso Km 19, Tangerang Banten
15. PT Mas Ganda Pengolahan Coklat Jl. Desa Sukadamai RT.06/01 Tangerang, Banten.
16. PT Metco Indonesia Coklat Kering Jl. Sei Belumai, No. 68, Deli Serdang, Sumut
17. Pt Tora Nusantara Coklat Jl. Raya Perancis No 3 RT/RW : 021/5, Tangerang, Banten
18. PT Jaya Makmur Hasta Cocoa Powder Jl. Industri 6, Blok I, No 3, Desa Pasirjaya, Tangerang Banten
20 PT Bumi Tangerang coklat Utama Coklat Olahan Jl, Dipati Yunus no 27, Tangerang Banten
21. Cacao Wangi Murni Coklat Olahan Jl. Industri VI, Blok I/3 Tangerang, Banten
22. PT. Cadbury indonesia Coklat, Permen Jl. Pulo Gadung, No. 20 Jakarta Timur, DKI Jakarta
24. PT Cocoa Ventures Indonesia Cocoa Butter Jl Medan Belawan, KM 10,5 Medan, Sumatera utara
25. Coklat hendrik Coklat Jl. Industri Cimareme, Bandung, Jawa Barat
26. PT Fajar Mataram Sedayu Coklat Butiran Jl Sukarno Hatta No 225, Bandung, Jawa Barat Bandung
27. PT Freya Badi Indotama Pengolahan coklat Jl Maligi III lotj. No. 2a, Karawang, Jawa Barat.
28. Gizitatapangan sejahtera Coklat Jl. Paralon I, No.22 Bandung Jawa Barat
29. Harum manis coklat & kembang gula Jl. Kp Sawah, Pandan, DKI Jakarta
32. PT Mars Indonesia Pengolahan Kakao Jl. Kima, Makaassar, Sulawesi Selatan
33. JB Cocoa Pengolahan Kakao Kawasan Industri Maspion Blok SE, Jl. Raya Manyar KM 25,
3.PEMBELAHAN BUAH
Buah dibelah dengan alat mekanis untuk memisahkan biji kakao dengan kulit buah dan
plasenta. Mesin pembelah mempunyai kapasitas 5.000 buah/jam. Biji kakao diolah lanjut
sebagai bahan makanan, sedangkan kulit buah merupakan limbah yang dapat digunakan
sebagai bahan baku kompos, pakan ternak dan biogas.
6.PENGERINGAN MEKANIS
Biji kakao hasil fermentasi dikeringkan secara mekanis pada suhu 50-55 oC. Kadar air biji
kakao yang semula 55 % turun menjadi 7 % selama 40 jam. Sumber energi pengeringan
adalah kolektor surya dan kayu yang diperoleh dari hasil pangkasan pohon pelindung
tanaman kakao. Kipas udara pengering digerakkan oleh motor listrik atau motor disel dengan
bahan bakar bio-disel.
Produk Deskripsi
Coklat diproduksi dengan menambahkan makanan atau zat aditif ke dalam
bahan baku kakao dan memproses dengan kandungan kakao solid kurang
1 Chocolate
dari 35% (tidak kurangdari 18% cocoa butter dan tidak kurang dari 14% fat-
free cocoa solids).
Sweet chocolate diproduksi dengan menambah makanan atau zat makanan
Sweet ke bahan kakao dan mengandung tidak kurang dari 30% cocoa solids(tidak
2
Chocolate kurang dari 18%cocoa butter dan tidak kurang dari 12% fat-free cocoa
solids).
Milk chocolate diproduksi dengan menambah makanan atau zat makan ke
Milk bahan kakao dan mengandung tidak kurang dari 25% cocoa solids (tidak
3
Chocolate kurang dari 2,5% fat-free cocoa solids) dan tidak kurang dari 12% milk
solids (tidak kurang dari 2,5% milk fat)
Family milk chocolate diproduksi dengan menambah makanan atau zat
Family Milk makanan ke bahan kakao dan mengandung tidak kurang dari 20% cocoa
4
Chocolate solids (tidak kurang dari 2,5% fat-free cocoa solids) dan tidak kurang dari
20% milk solids (tidak kurang dari 5%milk fat)
White chocolate diproduksi dengan menambah makanan atau zat makanan
White
5 ke bahan kakao dan mengandung tidak kurang dari 20% cocoa butter dan
Chocolate
tidak kurang dari 14%milk solids (tidak kurang dari 2,5% milk fat)
Semi- Semi-chocolate diproduksi dengan menambah makanan atau zat makanan
6
Chocolate ke cocoa solids dan mengandung tidak kurang dari 7% cocoa solids.
Processed Produk Processed chocolate diproduksi dengan menambah berbagai macam
7 Chocolate produk coklat 1-6 ke kacang, permen, biscuit, atau makanan lain dan
Product mencampur, melapisi atau mengisi makanan tersebut.
B. Coklat (SilverQueen) Komposisi
Pada coklat silverQueen ini terdapat beberapa komposisi bahan seperti Gula, kacang
mente, susu bubuk, kakao massa, lemak kakao, pengemulsi lesithin kedelai, garam, dan
pencita rasa vanilli.
Proses Pengolahan Coklat Proses Pengolahan Coklat pada industry besar seperti silver
queen dan bubuk coklat van Houten padaumumnya mengikuti diagram alir proses seperti
diatas. Proses-proses yang terlibat meliputi: Coco Bean Cleaning, Penyangraian, alkalisasi,
Penggilingan, lalu diperolehcocoa mass yang nantinya dapat diproses lebih lanjut sebagai
coklat batangan, ataupun bubuk kakao.
1. Coco Bean Cleaning / Pembersihan biji kakao
Biji kakao yang diperoleh dari hasil sortasi petani kakao dilakukan pembersihan terlebih
dahulu. Pembersihan dilakukan secara mekanis, dengan bantuan mesin-mesin yang berprinsip
pemisahan terhadap perbedaan sifat fisik (ukuran) dan sifat magnet (logam dan nonlogam)
antara biji kakao dengan kontaminan-kontaminannya. Mesin-mesin ini dapat berupa:
pengayakan bertingkat, pengisap debu (siklon), dan perangkap logam magnetis.
2. Penyangraian
Dari penyangraian ini nantinya dihasilkan aroma dan cita rasa khas coklat. Aroma dan
cita rasa ini timbul akibat:
Reaksi Maillard yang terjadi antara senyawa amino dengan gula pereduksi
Penguapan senyawa ester, aldehid, furan, pirazin, dan alcohol.
Penyangraian dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain:
1) Penyangraian konduksi,
2) penyangraian konveksi dan
3) penyagraian radiasi.
Selain Cocoa mass (Liquor for chocolate) terdapat beberapa komposisi lain yang
perlu ditambahkan untuk memperkaya cita rasa coklat itu sendiri. Komponen tersebut
diantaranya: Sugar, milk, Cocoa butter, dan bila perlu ditambahkan emulsifier untuk
memperbaiki kualitas emulsinya. Bahan-bahan ini dicampur dengan perbandingan tertentu,
kemudian dilembutkan dengan mesin tipe roll hingga diperoleh ukuran <20 mu. Proses
pengolahan coklat batang meliputi proses Penghalusan, Pencampuran (Mixing), Refining,
Penghalusan (conching), Tempering, Pencetakan, dan Pengemasan.
1. Penghalusan
Di tahap awal ini,dilakukan penghalusan bahan-bahan yang akan dicampur ke dalam pasta
coklat. Penghalusan ini akan memperkecil ukuran partikel bahan sehingga mudah untuk
dicampur secara merata.
2. Pencampuran (Mixing)
Cocoa Mass, Gula, Lemak coklat, dan susu dicampur dengan menggunakanmixer . Kadar
penambahannya dilakukan berdasarkan jenis atau tipe coklat yang akan dihasilkan. Tentunya
semakin banyak campuran yang ditambahkan akan mempengaruhi titik leleh dari coklat itu
sendiri. Coklat yang baik (dengan sedikit penambahan campuran) memiliki titik leleh sesuai
dengan suhu mulut (+ 36-37 C). Apabila semakin banyak campuran bisa jadi titik lelehnya
meningkat.
3. Refining
Proses ini dilakukan oleh refiner yang terdiri dari beberapa roll besi yang berputar. Hasil dari
proses mixing akan dilewatkan pada alat ini sehingga diperoleh adonan yang sangat halus.
Proses Refining ini akan memperhalus tekstur dari coklat.
4. Penghalusan (conching)
Conching dilakukan pada suhu 60-70 C selama 24 96 jam dengan alat yang dinamakan
kneading . Ditahap akhir proses ini bisa ditambahkan lesitin dan vanili. Selama proses, air
dan senyawa cita rasa yang tidak diinginkan menguap; partikel coklat; gula dan susu akan
terselimuti dengan baik oleh lemak kakoao sehingga memberikan sensasi halus. Artinya,
selama proses ini akan tercipta tekstur dan aroma coklat yang menarik. Alternatif dari
proses Conching ini adalah pembuatan emulsi dengan mesin yang bekerja seperti pemecah
telur.
5. Tempering
Tempering dilakukan dengan melewatkan adonan pada proses pendinginan dan pemanasan
kembali. Pada awal tempering dilakukan pemanasan secara bertahap dari suhu 33 C menjadi
48 C selama 10 12 menit, kemudian didinginkan sampai 33 C, diturunkan lagi sampai 26 C
dan dipanaskan lagi sampai 33 C. Dari proses ini, diperoleh coklat yang stabil, dalam hal ini
tidak terjadinya perubahan warna, ffat bloom ataupun timbulnya semacam jamur pada coklat.
6. Pencetakan
Adonan yang keluar dari serangkaian proses diatas dituang kedalam cetakan atau dicurahkan
menggunakan proses enrobing yang kemudian didinginkan dalam sebuah pendingin
atau cooling chamber.
7. Pengemasan
Produk kemudian dikemas dan siap dipasarkan
Cocoa mass disebut juga adonan coklat merupakan biji coklat yang telah di sangrai
lalu digiling yang hasilnya agak berbentuk pasta. Cocoa mass hasil pengglingan kemudian
dihaluskan selama 7 jam untuk mendapatkan bubur coklat.
Selanjutnya dilakukan pengepresan. Kualitas bubuk kakao yang baik dihasilkan dengan
menggunakan kempa hidrolik. Pengepresan hidrolik disainya sudah dimodernisasi dan
sekarang lebih otomati dan akurat dalam menghasilkan cake dengan kandungan lemak sesuai
dengan yang diinginkan. Pengambilan lemak kakao dapat dilakukan secara pengepresan
dengan memberikan tekanan. Cara ini diperlukan kondisi press panas agar lemak kakao yang
diperoleh maksimal. Lama waktu pengepresan dan tekanan yang diberikan sangat
berpengaruh terhadap rendemen lemak kakao. Dari pengepresan diperoleh lemak kakao dan
bungkil kakao (cocoa cake) Setelah itu cocoa cake hasil pengempaan dihaluskan dengan alat
penghalus (cocoa breaker). Untuk memperoleh hasil ukuran fraksi yang seragam setelah
penghalusan perlu dilakukan pengayakan. Bubuk cokelat relatif sulit dihaluskan
dibandingkan bubuk/tepung dari biji-bijian lain karena adanya kandungan lemak. Lemak
yang tersisa di dalam bubuk mudah meleleh akibat panas gesekan pada saat dihaluskan
sehingga menyebabkan komponen alat penghalus bekerja tidak optimal. Pada suhu yang lebih
rendah dari 34C, lemak menjadi tidak stabil menyebabkan bubuk menggumpal dan
membentuk bongkahan (lump).
Untuk itu selama proses penghalusan suhu operasi harus dikontrol agar diperoleh
bentuk bubuk yang stabil, baik warna maupun sifat sifatnya.
Setelah sebagian besar lemak dari kakao dipisahkan dari pasta, sisa pengepresan merupakan
dasar pembuatan bubuk kakao. Jumlah lemak yang tinggal dalam bahan bervariasi tergantung
kondisi proses pengepresan. Penggilingan press cake menghasilkan bubuk yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan kandungan lemaknya yaitu kadar lemak tinggi (>20%), sedang
(10-20%), dan rendah (<10%)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari dua lini perusahaan pengelollan buah kakao yang berupa pengolahan primer
pasca panen berupa pengolahan buah hingga biji, dan pengolahan di perusahaan yang
berikutnya adalah pengolahan biji kakao kering menjadi ; coklat silver queen, coklat batang
dan coklat bubuk.
Perbedaan dari kedua perusahaan yang ada adalah, pengolahan biji kakao menjadi
bahan primer yang kemudian di kelola oleh perusahaan kedua hingga bernilai ekonomis. Dari
segi ekonomi, perusahaan kedua yaitu pengolah biji kakao menjadi coklat batang memiliki
nilai ekonomis yang lebih tinggi di bandingkan perusahaan yang hanya mengolah hingga
menjadi biji kakao.
Daftar Pustaka