PENDAHULUAN
Latar Belakang
2007). Sebagian besar produksi kakao diekspor dalam bentuk biji (bahan baku)
sedangkan ekspor dalam bentuk olahan baru mencapai 17-20% (Dirjen Bina
produksi olahannya seperti pasta, lemak, bungkil dan bubuk untuk makanan dan
Perkebunan sejak tahun 2007 yang selanjutnya lebih diperkuat lagi melalui
Program Gernas Kakao sejak tahun 2009. Eksport kakao Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Selatan, hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran petani
dieksport. Akibatnya mutu kakao Sulawesi Selatan selalu dinilai buruk (Anonim,
2009).
tentang Persyaratan Mutu dan pemasaran biji kakao, disebutkan bahwa seluruh
sehingga mutu biji kakaonya sangat bervariasi. Pada umumnya petani tidak
Standar Nasional Indonesia. Produksi kakao petani seringkali dalam jumlah yang
sedikit sehingga dianggap tidak memenuhi kapasitas minimum volume biji untuk
suhu fermentasi berkisar 44-50oC. Suhu tersebut umumnya sulit diperoleh apabila
volume biji yang di fermentasi < 50 kg per kotak fermentasi (skala kecil). Hal ini
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas biji
kakao yang penting dan mutlak dibutuhkan untuk menghasilkan citarasa maupun
aroma coklat yang baik (Doume, Z. S.Y., Rostiati, dan Hutomo, G.S. 2013).
Fermentasi juga sangat berperan dalam pengurangan rasa sepat dan pahit serta
proses perkecambahan, kulit biji menjadi longgar dan pulp biji hancur sehingga
kerusakan cita rasa yang tidak dapat diperbaiki melalui modifikasi pengolahan
selanjutnya. (Towaha, J., Anggraini, D.A. dan Rubiyo. 2012). Proses fermentasi
biji kakao dilakukan oleh aktivitas mikrobia. Pulp pada biji kakao merupakan
mikrobia dalam pulp akan memproduksi alkohol, asam, dan membebaskan panas
(reaksi eksothermal).
3
tersebut ke dalam biji, akibatnya biji mati dan selanjutnya terjadi reaksi enzimatis
Oleh karena itu, fermentasi sangat menentukan mutu produk akhir biji kakao.
biji basah minimum (critical mass) biji kakao. Hal tersebut merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi agar diperoleh suhu yang ideal untuk
aktif antara lain ragi, bakteri asam laktat dan bakteri asam asetat. Aktivitas
mikroba pada pulp kakao akan menghasilkan panas, etanol, asam asetat dan asam
laktat.
Penambahan ragi tape sebagai salah satu jenis dari biakan campuran yang
ragi tape pada fermentasi biji kakao dengan kisaran 1,0% telah dicobakan, yang
dapat mempersingkat waktu fermentasi menjadi 4 hari dari 6 hari pada fermentasi
alami, dengan hasil biji kakao kering mutu I. Kondisi demikian terjadi karena
mikrobia yang bekerja merombak gula reduksi pulp menjadi etanol. Peningkatan
penambahan gula sangat ditentukan oleh konsentrasinya. Pada penelitian ini akan
digunakan ragi tape dan gula sukrosa untuk mengoptimalkan proses fermentasi
biji kakao skala kecil. Selain itu belum diketahui konsentrasi ragi tape dan gula
sukrosa yang terbaik untuk menghasilkan mutu fisik, kimia dan aroma kakao
Tujuan Penelitian
3. Mengkaji pengaruh interaksi antara ragi tape dengan gula sukrosa dalam
Kegunaan Penelitian
petani untuk melakukan fermentasi biji kakao walaupun produksi biji kakao
Hipotesis
1. Terdapat salah satu jenis ragi tape yang memiliki pengaruh terbaik dalam
3. Terdapat interaksi antara berbagai konsentrasi gula dan jenis ragi yang
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kakao
produktif. Pada dasarnya buah kakao terdiri atas 4 bagian yakni: kulit, placenta,
pulp, dan biji. Buah kakao masak berisi 30-40 biji yang diselubungi oleh pulp dan
kakao Klon 45, namun setelah pihak terkait melakukan penelitian sekaligus
2014, lalu dikeluarkan SK penetapan nama MCC 02, oleh tim pelepasan varietas
pipih, berat perbiji kering 1,61 gram, kadar kulit biji 12,0% dan kadar lemak
buah perpohon rata-rata 86,26, jumlah biji pertongkol rata-rata 39,9 nilai buah
meruncing, tekstur datar, permukaan kasar dengan tulang daun tampak jelas,
warna flush merah mudah dan daun mudah merah kecoklatan. MCC 02 memiliki
ketahanan moderet tahan hama penggerek buah kakao (PBK), tahan penyakit
vascular – streak dieback (VSD), dan tahan penyakit busuk buah (phytophthora
palvimora). Dari hasil yang dikategorikan cukup bagus, diharapkan agar semua
kalangan pekebunan kakao untuk bercocok tanam bibit kakao MCC 02 atau nama
Utara.
mikroorganisme yang terdapat dalam atmosfir fermentasi. Pada saat buah dipecah,
sehingga proses fermentasi pulp akan segera terjadi. Pada tahap awal fermentasi
dengan pH pulp yang rendah (3,0 - 4,0) kandungan gula yang tinggi (8–24%) serta
tekanan oksigen yang rendah sangat baik untuk pertumbuhan ragi. Lopez (1986)
fermentasi. Pada tahap ini aktivitas ragi sangat kuat dan lebih dari 90% total
menjadi alkohol.
8
Jenis ragi yang umum terdapat pada tumpukan biji kakao selama
apimulus. Dari kesimpulan di atas menyatakan bahwa ragi sangat dominan selama
fermentasi kakao
1. Ragi Tape
biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-
butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri
makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar,
tempe, tape, roti, dan bir. Mikroorganisme yang digunakan di dalam ragi
umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang), yaitu
Ragi tape adalah bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan tape, baik
dari singkong dan beras ketan. Tape pada prinsipnya dapat dibuat dari berbagai
bahan baku sumber karbohidrat seperti beras ketan putih, beras ketan hitam dan
singkong. Pada pembuatan tape singkong secara tradisional, singkong kupas lalu
dimasukkan dalam wadah yang dilapisi daun pisang dan difermentasi selama 1
sampai 3 hari pada suhu kamar. Terjadilah proses fermentasi yang mengubahnya
9
menjadi tape. Pada saat peragian ini, terjadi perubahan bentuk dari pati menjadi
mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari bahan asalnya. Tape ketan hitam
mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya, hal ini disebabkan
yang lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dicerna. Mikroorganisme yang
terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyce rouxii, mucor sp, dan
alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada tape. Semakin lama tape
digunakan dalam pembuatan tape. Ragi tape terbuat dari bahan dasar tepung beras
yang dibentuk bulat pipih dengan diameter 2-3 cm. Mikroba yang terdapat di
dalam ragi tape dapat dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu kapang amilolitik,
10
khamir amilolitik, khamir non amilolitik, bakteri asam laktat dan bakteri
amilolitik.
Ragi tape adalah salah satu jenis dari biakan campuran yang memiliki
peluang untuk memproses biji cokelat secara fermentasi, kalau dilihat dari
komposisi mikroba yang terdapat pada ragi tersebut. Ragi tape adalah starter
untuk membuat tape ketan atau tape singkong. Dalam ragi terdapat
(glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. Menurut Saono (1982),
ragi tape adalah inokulum padat yang mengandung mikroba seperti kapang, ragi,
2. Gula Pasir
Gula pasir adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi
bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis
dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang
diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi
yang akan digunakan oleh sel. Senyawa ini terkandung dalam gula tebu dan
sebagian besar menjadi limbah industri gula. Komposisinya terdiri dari fruktosa
dan glukosa dengan ikatan glukosiklik berupa jembatan oksigen antara C-1 dari
glukosa dan C-2 dari fruktosa dimana kedua jenis gula ini selanjutnya disebut
Gula invert adalah suatu campuran glukosa dan fruktosa yang ekuimolar.
Gula yang banyak mengandung sukrosa dimanfaatkan sebagai salah satu bahan
baku dalam hal penyediaan bioenergi selain polimer karbohidrat kompleks yang
lain. Akan tetapi tahapannya tidak bisa langsung menjadi produk akhir tanpa
pengubahan menjadi gula sederhana dalam hal ini adalah gula invert. Untuk
katalis biasa. Selain dapat menghasilkan produk beribu kali lipat, enzim juga
Organisme penghasil enzim ini beragam jenis tetapi yang paling memiliki
jenis Ragi Saccaromyces cerevisiae. Ragi ini mempunyai aktivitas invertase yang
tinggi sehingga sukrosa dengan cepat diubah menjadi glukosa dan fruktosa untuk
keperluan metabolismenya.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren.
Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggur, atau bulir jagung, juga
negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat seperti
12
menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, namun kemudian
tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula
yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan
gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar adalah Amerika Latin,
Organisme penghasil enzim ini beragam jenis tetapi yang paling memiliki
jenis Ragi Saccaromyces cerevisiae. Ragi ini mempunyai aktivitas invertase yang
tinggi sehingga sukrosa dengan cepat diubah menjadi glukosa dan fruktosa untuk
keperluan metabolismenya.
Sukrosa dari gula pasir dipecah menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim
invertase. Gula reduksi selain berfungsi sebagai bahan baku pembentukan etanol
juga berfungsi sebagai senyawa calon rasa dalam biji kakao. Kandungan gula
reduksi pada fermentasi biji kakao basah meningkat pada awal fermentasi dan
menurun pada pertengahan fermentasi dan tetap stabil hingga akhir masa
METODOLOGI
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: buah kakao klon
45 yang sudah masak yang diperoleh dari petani kakao di Kabupaten Luwu Utara,
ragi tape, gula pasir, kotak fermentasi ukuran 40cm x 30cm x 30cm, alat
Alat-alat yang akan digunakan adalah: alat titrasi, pH-meter, GC-MS (Gas
ekstraksi soxhlet, labu ukur, waterbath, spektrofotometer, gelas ukur, oven listrik,
pipet, cawan Petridis, pengaduk magnetik, kertas saring Whatman 42, tabung
Rancangan Penelitian
Faktor I konsentrasi ragi tape (T) yang terdiri dari 2 taraf yaitu:
Faktor II konsentrasi gula pasir (G) yang terdiri dari 4 taraf yaitu:
- Gula 1% (G1)
- Gula 2% (G2)
- Gula 3% (G3)
Kombinasi jumlah:
Kombinasi
(T) G0 G1 G2 G3
Metode Pelaksanaan
dipanen adalah buah yang masak dengan ciri-ciri kulit buah berwarna merah
orange.
15
keluarnya cairan pulp pada saat proses fermentasi, kemudian pada bagian
Buah kakao dipanen pada saat masak ditandai dengan kulit buah berwarna
dan ragi tape bercampur rata dengan biji kakao basah (w/w)
Kotak fermentasi ditutup dengan daun pisang agar suhu tetap tinggi.
Pada hari ke tiga (48 jam), kotak fermentasi dibuka kemudian biji diaduk-
dilakukan analisis
Parameter Pengamatan
ukuran berat bijinya yang dinyatakan dalam jumlah biji dalam 100
100 gram B : 101-110 biji per 100 gram C : 111-120 biji per 100 gram S
1. Hidrolisis lemak
mendidih dan 55 ml HCl ke dalam gelas piala. Gelas piala tersebut lalu
tepat 15 menit.setelah itu kaca arloji dibilas dengan 100 ml air suling
endapan disaring melalui kertas saring yang bebas lemak. Gelas piala
2. Ekstraksi lemak
Labu didih dikeringkan selama satu dalam oven dengan suhu 100-
presentase bobot per bobot dan dihitung dalam bobot kering dengan
𝑀2 − 𝑀1
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = × 100%
𝑀0 (𝑀0 × 𝐾𝐴)
Dengan pengertian :
e. Indeks fermentasi
Biji kakao kering dihaluskan dan diayak dengan ukuran > 35 mesh
dalam beaker glass 100 ml, dan ditambah larutan IF (97 bagian methanol
glass 100 ml yang telah berisi sampel kakao dan larutan IF ditutup rapat
λ 460
𝐼𝐹 =
λ 530
Pengamatan biji slaty dilakukan dengan Cut test (uji belah) dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat fermentasi biji kakao, yang
dikelompokkan berdasarkan warna permukaan keping biji kakao yang
telah dibelah. Prosedur pengujian biji kakao dimulai dengan menyiapkan
contoh uji sebanyak 300 biji yang diambil secara acak. Kemudian
dibelah memanjang dengan pisau tajam untuk menampakkan seluruh
permukaan kotiledon. Warna kedua belahan biji diamati secara visual
dalam cahaya matahari (daylight), mengamati satu persatu adanya biji
fermentasi, biji tidak terfermentasi, dan biji ungu yang tampak. Khusus
dalam penentuan biji slaty, apabila terdapat keraguan terhadap warna,
sebaiknya keping biji tersebut digigit dan dicicipi, rasa pahit dan sepat
yang ditimbulkan menandakan bahwa biji slaty.
Kelompok warna permukaan keping biji kakao terdiri dari: biji
𝑏𝑟𝑜𝑤𝑛 (coklat) adalah biji yang memperlihatkan ¾ atau lebih
permukaan irisan keping biji berwarna coklat dan umumnya berongga,
biji brown/𝑝𝑢𝑟𝑝𝑙𝑒 (ungu) adalah biji brown yang memperlihatkan ½ dari
permukaan keping biji berwarna ungu, biji 𝑝𝑢𝑟𝑝𝑙𝑒 (ungu) adalah biji
yang memperlihatkan ¾ dari permukaan biji berwarna ungu, dan biji
slaty (keabu-abuan) adalah biji yang tidak terfermentasi pada kakao
lindak yang memperlihatkan ½ atau lebih permukaan keping biji
berwarna keabu-abuan atau biru keabu-abuan, umumnya bertesktur
padat dan pejal seperti keju.
20
pengeringan oven yang terkontrol pada suhu (103±2)oC. Biji kakao yang
dipanaskan dalam oven selama 16 jam pada suhu (103 ± 2)oC dengan
(𝑀1 − 𝑀2 )
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟(%) = × 100%
(𝑀1 − 𝑀0 )
h. pH biji kakao
Hasil
Suhu Harian
33
32
suhu fermentasi (oC)
31
30 hari fermentasi
29
1
28
2
27
3
26
4
25
p0r1 p0r2 p1r1 p1r2 p2r1 p2r2 p3r1 p3r2 5
1 30 30 30 31 31 31 32 31
2 29 29 29 30 30 29 30 29
3 28 29 30 29 28 29 28 28
4 28 30 30 30 29 30 29 28
5 30 30 33 30 30 30 29 29
suhu 30OC. Pada saat 48, 72 jam dan 96 jam terjadi penurunan suhu hampir pada
semua perlakuan yaitu sekitar 29oC, tetapi ada kenaikan lagi pada hari ke-5 (120
jam) fermentasi dengan rata-rata 30oC, bahkan suhu tertinggi mencapai 33oC pada
berpengaruh nyata, sedangkan penambahan gula serta interaksi ragi dan gula
selama fermentasi pada berbagai konsentrasi ragi dan sukrosa disajikan pada
Tabel 1.
G3 (3%) 4 4 4
penambahan ragi 1%, cenderung menghasilkan pH lebih tinggi sebesar 4.2 dan
berbeda nyata pada penambahan ragi 0.5% yang cenderung menurun lebih rendah
sebanyak 3.7.
Jumlah Biji
ragi berpengaruh sangat nyata, sedangkan penambahan gula serta interaksi ragi
23
dan gula tidak berpengaruh nyata terhadap ukuran biji. Rata-rata ukuran biji pada
Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 0.05 pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
perlakuan penambahan gula 3% memiliki jumlah biji terbanyak yaitu 78,3 dan
tidak berbeda nyata dengan konsentrasi gula 2% (77,4) serta berbeda nyata pada
Kadar Lemak
gula serta interaksi ragi dan gula dimana Sidik Ragam menunjukkan bahwa
semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lemak seperti disajikan
pada Gambar 2.
24
41.81
42 41.16 40.96
39.61
40 39.13
38.66 38.32
38
36.46
Kadar Lemak
32
0 1 2 3
Gambar 3. Nilai kadar lemak biji kakao kering pada pemberian gula dan ragi tape
Pada gambar 2 menunjukkan rata-rata kadar lemak biji kakao cenderung
lebih tinggi pada konsentrasi gula 0% dan ragi tape 1% dengan nilai rata-rata
41.81%, sedangkan pada konsentrasi gula 3% dan ragi tape 0.5% yaitu 36.46%
Indeks Fermentasi
gula serta interaksi ragi dan gula dimana sidik ragam menunjukkan bahwa semua
perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai indeks fermentasi biji kakao
1.341.35
1.35
1.3
1.25
1.191.2
1.2 1.17
Indeks Fermentasi
1.05
1
0 1 2 3
sukrosa (%)
Gambar 3. Nilai Index Fermentasi biji kakao kering pada pemberian gula
dan ragi tape
lebih tinggi pada gula 3% dan ragi tape 1% yaitu sebesar 1.35%, sedangkan gula
2% dan ragi tape 0.5% sebesar 1.14% cenderung lebih rendah dalam hal index
Biji Slaty
berpengaruh sangat nyata, sedangkan penambahan ragi serta interaksi ragi dan
gula tidak berpengaruh nyata terhadap biji slaty. Rata-rata biji slaty pada berbagai
G0 (0%) 0 1 0.5b
G1 (1%) 2 2 2a
G2 (2%) 0 0 0c
G3 (3%) 3 1 2a
Rata-rata 1.25 1
Keterangan :Angka-angka pada baris yang di ikuti huruf yang berbeda (a,b,c)
berarti berbeda nyata pada uji BNJ (0.05).
Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 0.05 pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
perlakuan penambahan gula 2% memiliki rata-rata biji slaty sebanyak 0 dan tidak
berbeda nyata dengan pelakuan gula 0% (0.5) serta berbeda nyata pada
Kadar Air
dan Gula Pasir berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air kering pada proses
fermentasi biji kakao. Rata-rata kadar air kering disajikan pada tabel 4.
27
perlakuan konsentrasi gula 1% memiliki kadar air yang rendah (6.6%) tetapi tidak
berbeda nyata dengan konsentrasi gula 2% (7.0%) dan berbeda nyata dengan
Hasil Uji BNJ 0.05 pada perlakuan konsentrasi ragi tape 0.5% memiliki
kadar air yang lebih tinggi (7.8%), tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi ragi
Ph Biji Kakao
sangat nyata, sedangkan penambahan ragi serta interaksi ragi dan gula tidak
berpengaruh nyata terhadap pH biji kakao. Rata-rata pH biji kakao pada berbagai
perlakuan penambahan gula 3% memiliki pH yang lebih rendah yaitu (4.59) tetapi
tidak berbeda nyata dengan konsentrasi gula 0% (5.13) dan konsentrasi gula 2%
Pembahasan
rata-rata suhu 30OC. Pada saat 48, 72 jam dan 96 jam terjadi penurunan suhu
hampir pada semua perlakuan yaitu sekitar 29oC, tetapi ada kenaikan lagi pada
hari ke-5 (120 jam) fermentasi dengan rata-rata 30oC, bahkan suhu tertinggi
mencapai 33oC pada pemberian ragi 0,5% dan gula 1%. Penurunan suhu terjadi
pada pemberian ragi 0,5% dan gula 3%, dihari pertama suhu mencapai 32 oC dan
Pemberian gula yang tinggi maka semakin lambat kecepatan reaksinya dan
PH Selama Fermentasi
dan sukrosa pada berbagai konsentrasi tidak berbeda nyata terhadap pH selama
berkisar 3,88 sampai 4,33. Hal ini berarti pH tergolong asam. Nilai pH ditentukan
substrat, dalam hal ini adalah asam sitrat, asam laktat dan asam asetat yang
merupakan hasil perombakan gula oleh ragi, bakteri asam laktat dan bakteri asam
asetat.
Pada tahap awal fermentasi pH pulp yang rendah (3,0 - 4,0) kandungan
gula yang tinggi (8–24%) serta tekanan oksigen yang rendah sangat baik untuk
dominan selama 24–36 jam fermentasi. Pada tahap ini aktivitas ragi sangat kuat
dan lebih dari 90% total mikroorganisme adalah ragi. Ragi memegang peranan
Jenis ragi yang umum terdapat pada tumpukan biji kakao selama
pulp yang melekat pada biji. Kandungan pulp yang cukup tinggi dapat menjadi
salah satu faktor penyebab tingginya keasaman biji dan lambatnya proses
fermentasi. Lapisan lendir yang terlalu banyak atau tebal menyelimuti permukaan
biji kakao diduga dapat menghambat penetrasi oksigen ke dalam tumpukan biji
kakao sehingga fermentasi berlangsung lama dan biji kakao kering yang
2008)
Pulp yang tebal berarti mengandung gula yang banyak, selanjutnya gula
yang banyak pula. Asam-asam organik yang terbentuk seperti asam laktat dan
asam asetat. Asam-asam tersebut akan berpengaruh terhadap keasaman (pH) biji
setelah fermentasi (Ardhana & Fleet, 2003; Ramlah & Daud, 2009; Guehi et al.
nilai 5,20-5,50 atau nilai titrasi asam 0,12-0,15 meq/g diterima sebagai biji kakao
dengan tingkat keasaman optimal oleh pabrikan cokelat. Biji yang tergolong asam
pabrikan di Eropa dan Amerika menghendaki biji kakao kering dengan pH pada
kisaran 5,1–5,8.
31
Jumlah Biji
biji 73,3 per 100 gram, sedangkan yang ditambahkan ragi 0,5% menghasilkan
ukuran biji sebesar 76 per 100 gram. Menurut SNI 2323-2008, jumlah biji
maksimum 85 per 100 gram digolongkan mutu AA. Ukuran biji dinyatakan dalam
jumlah biji per 100 g biji kakao kering pada kadar air 6 - 7% (BSN, 2008).
Ukuran biji kakao kering sangat dipengaruhi oleh jenis klon, kondisi curah hujan
selama perkembangan buah, tingkat kematangan buah saat dipanen dan cara
pengolahan (Anonim, 2010). Hal ini didukung pendapat Wahyudi dkk. (2013),
bahwa ukuran biji ditentukan oleh jenis bahan tanaman (klon), biji ukuran besar
diperoleh dari bahan tanam unggul yang dirawat dengan baik dan dihasilkan dari
buah kakao yang sudah masak [ripe]. Selain itu ukuran biji juga diduga
pembengkakan biji akibat difusi air ke dalam biji sehingga ukurannya bertambah,
selama proses fermentasi terjadi pembengkakan biji dan reaksi enzimatik yang
menghasilkan prekursor flavor. Menurut Wahyudi dkk. (2013) dan SNI 2323-
2008, persyaratan mutu biji kakao yang dikehendaki dipasar internasional antara
Kadar Lemak
biji kakao selama frementasi menghasilkan kadar lemak tertinggi sebesar 41,81%
32
dan berbeda nyata dengan kadar lemak biji kakao yang ditambahkan gula 2% dan
3%, tetapi tidak berbeda nyata dengan penambahan gula 1%. Semakin tinggi
konsentrasi gula, maka kadar lemak biji kakao menjadi berkurang. Penurunan
kadar lemak ini disebabkan oleh terhidrolisisnya asam lemak dan gliserol (Swem,
oleh faktor genetik (klon), musim, juga oleh perlakuan pengolahan dalam hal ini
proses fermentasi. Kadar lemak yang tinggi pada biji kakao yang tidak diberi gula
diduga karena selama proses fermentasi terjadi penurunan komponen yang bukan
Sebagaimana yang dikemukakan oleh de Brito et al. (2000); Camu et al. (2008),
pada proses fermentasi terjadi penurunan kandungan bahan bukan lemak seperti
protein, polifenol dan karbohidrat yang terurai sehingga secara relatif kadar lemak
terjadi peningkatan kadar lemak relatif dan penurunan komponen bukan lemak
pada keping biji kakao. Hal ini disebabkan komponen yang bukan lemak larut di
dalam air dan terurai menjadi komponen-komponen lain yang lebih kecil,
sehingga dapat terdifusi keluar dari keping biji. Kadar lemak dapat meningkat 1%
dua hari pertama fermentasi. Setelah 2-4 hari fermentasi, kadar lemak biji dapat
tiga asam lemak bebas. Lebih dari 70% dari gliserida terdiri dari tiga senyawa
33
oleopalmistearin (POS) (Wahyudi et al., 2013). Komposisi asam lemak pada biji
makanan yaitu memiliki titik cair sekitar suhu badan dan mempunyai kekerasan
Index Fermentasi
Pengaruh Penambahan ragi tape dan gula sukrosa pada fermentasi biji
kakao dapat dilihat pada nilai Index Fermentasi (FI) biji kakao kering (Gambar 3).
Pemberian ragi tape dan gula sukrosa berpengaruh dalam meningkatkan indeks
fermentasi biji kakao kering. Hal tersebut dapat dilihat pada biji kakao yang
diberi ragi tape 0.5% dan tanpa gula sukrosa menunjukkan nilai index fermentasi
1,15 dan 1,16, sedangkan pemberian ragi tape 1% dan gula sukrosa 3%
penambahan ragi tape dan gula sukrosa pada biji kakao segar meningkatkan
aktifitas proses fermentasi. Semakin tinggi persentase ragi dan gula sukrosa yang
fermentasi tidak sempurna. Biji kakao kering dengan nilai FI sama dengan satu
dan diatas satu (FI ≥1) dianggap fermentasi sempurna (Gourieva; Tserrevitinov,
adalah rasio absorbansi pigmen coklat (λ 460 nm) dan ungu (λ 530 nm).
kecoklatan dari biji kakao untuk memastikan tingkat fermentasi biji. Potensi
flavor kakao dapat diketahui dari kualitas fermentasi melalui indeks warna yang
Perubahan warna biji dari ungu hingga menjadi cokelat dijadikan sebagai
sejumlah kecil sel-sel berwarna ungu yang menyebar diantara sel-sel yang tidak
berwarna. Pada saat fermentasi terjadi akumulasi asam dan panas sehingga pH
menjadi turun dan suhu meningkat yang menyebabkan biji kakao mati dan sel-sel
tersebut pecah melepaskan berbagai macam enzim dan substrat dan bereaksi,salah
(senyawa flavonoid kompleks) di dalam ruang antara kulit dan keping biji.
Biji Slaty
menghasilkan biji slaty (0) yang berarti semua biji kakao terfermentasi dengan
dan tanpa gula sukrosa dan gula sukrosa 3% menghasilkan biji slaty masing-
masing 0,5%. Hal ini diduga gula sukrosa 2% mampu menyediakan energi bagi
35
ragi untuk melakukan aktifitas dengan optimal selama proses fermentasi. Menurut
(mutu I – B). Biji slaty artinya biji yang tidak terfermentasi pada kakao lindak
yang memperlihatkan separuh atau lebih permukaan irisan keping biji berwarna
keabu-abuan seperti sabak atau biru keabu-abuan dan bertekstur padat dan pejal
et al., 2006; Hashim et al., 1998; Senanayake et al.,1996). Pada saat buah dipecah,
sehingga proses fermentasi pulp akan segera terjadi. Kadar gula tinggi dengan
keasaman yang tinggi (pH 3,5) karena kandungan asam sitrat merupakan kondisi
adanya warna coklat gelap pada 80 persen pada kulit luar dan kotiledon dan
adanya pori-pori kecil didalam biji, sedangkan pada fermentasi sebagian (half
fermented) biji coklat tua tetapi tidak ada pori-pori dan fermentasi yang gagal
(bad fermented) biji berwarna ungu dan tidak ada pori-pori didalam biji (SCCP,
Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
36
interkasi antara konsentrasi ragi dan gula berpengaruh sangat nyata terhadap
kadar air kering pada proses fermentasi biji kakao. Hal ini menunjukan bahwa
pemberian ragi dan gula dapat menstabilkan kadar air biji kakao kering.
Standar kadar air biji kakao mutu ekspor adalah 6 - 7 %. Jika lebih tinggi
dari 7 %, biji kakao tidak aman disimpan dalam waktu lama, sedangkan jika kadar
air di bawah 6 % biji kakao mudah rapuh (Winarmo 2004). Data dari penelitian
menunjukan bahwa data dibawah dari 6 % jadi penelitian ini tidak baik untuk
bentuk fisik, tetapi biji dapat disimpan dalam waktu yang lama karena biji kakao
PH Biji Kakao
Penambahan ragi 0.5% dan sukrosa 1% mempunyai pH biji 4.76 dan 5.51,
sampai 2% dengan nilai pH 5.87 dan 5.89. Penurunan pH mulai terjadi pada
4.6 dan 4.58 (Tabel 5). Biji kakao dengan nilai keasaman dinyatakan dalam
satuan pH dengan nilai 5,20-5,50 atau nilai titrasi asam 0,12-0,15 meq/g diterima
sebagai biji kakao dengan tingkat keasaman optimal oleh pabrik cokelat. Biji yang
dan Amerika menghendaki biji kakao kering dengan pH pada kisaran 5,1–5,8, dan
37
pH 5,2 paling disukai (Lopez dan Passos ,1984; Soetiadjo dan Mangoensoekarjo,
1980).
sempurna pada suhu sekitar 30°C dan pH 4,8. Selain itu pada ragi tape terdapat
yang terdapat di dalam ragi tape dapat dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu
kapang amilolitik, khamir amilolitik, khamir non amilolitik, bakteri asam laktat
dan bakteri amilolitik. Ragi tape merupakan populasi campuran yang tediri dari
fermentasi, dengan pH pulp yang rendah (3,0 - 4,0) kandungan gula yang tinggi
(8–24%) serta tekanan oksigen yang rendah sangat baik untuk pertumbuhan ragi.
Pertumbuhan ragi sangat dominan selama 24–36 jam fermentasi. Pada tahap ini
aktivitas ragi sangat kuat dan lebih dari 90% total mikroorganisme adalah ragi.
Ragi memegang peranan pada pemecahan gula menjadi alcohol (Lopez, 1986).
Jenis ragi yang umum terdapat pada tumpukan biji kakao selama
yang bekerja merombak gula reduksi pulp menjadi etanol. Peningkatan proses
fermentasi biji kakao. Aktifitas utama dari yeast adalah memetabolisme asam –
asam organik yang terdapat dalam jumlah relatif banyak pada pulpa biji kakao.
Hal ini yang menyebabkan terjadi pengurangan total asam-asam organic sehingga
Kesimpulan
bahwa
1. Pemberian ragi tape pada biji kakao yang akan difermentasi berpengaruh
nyata terhadap jumlah biji slaty, kadar air dan pH. Perlakuan ragi tape 1%
2. Pemberian gula berpengaruh nyata terhadap kadar biji slaty, pH biji, indeks
fermentasi, kadar air dan kadar lemak. Pemberian gula 2% menghasilkan biji
slaty 0%, pH 5,89, indeks fermentasi 1,21, kadar air 6.6% sedangkan kadar
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Astawan. 2004. Prospek Ragi Tape., IPB, Bogor. Diakses pada tanggal 05 Januari
2017.
Lopez dan Dimick, 1996. Potensi gula Sukrosa sebagai Bahan Fermentasi.
Lembaga Penelitian Universitas Lampung. 45 hlm. Diakses pada tanggal
05 Januari 2017.
Nielson, 2007. Peranan fermentasi dalam pengolahan biji kakao kering. Suatu
Tinjauan. Berita Perkebunan, 1 (2) : 97-103.
Nasution Z., Wahyudi M.C. dan Betty S.L., 1985. Pengolahan Coklat.
Agroindustri. IPB-Press, Bogor. Diakses pada tanggal 08 Desember
2016.
Pasau, C., 2013. Efektivitas Penggunaan Asam Asetat Pada Pemeraman Biji
Kakao Segar Sebagai Analog Fermentasi. E-J.Agotekbis 1 (2) : 113-120
42
Purwo, S., 2012. Flavor Cokelat Profil dan Aplikasi (Online). Foodreview
Indonesia/Vol. VII/No.5/Mei 2012. Diakses 7 Juli 2012
Rohan, T. A. 1963. Processing of raw, cacao for the market dalam Prawoto, A.
dan Sulistyowati. 2001. Sifat-sifat fisiko Kkmia lemak kakao dan
faktorfaktor yang berpengaruh. Pusat Penelitian Perkebunan. Jember.
Hlm 39- 46. Diakses pada tanggal 05 Januari 2017.
Ramlah, S. & D. Daud, 2009. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Warna Dan
Citarasa Biji Kakao. Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 4, 24-30.
Schwan, R.F. 1998. Cocoa fermentations conducted with a defined microbial
cocktail inoculum. Appl. Environ Microbiol., 64 (4) : 1477-1483.
Senanayake, M., R.J. Errol, and K.A. Buckle. 1996. Effect Of Different Mixing
Intervals On The Fermentation Of Cocoa Beans. J. Sci. Food Agic. 74:
42-48.
Sinartani, 2016. Pentingnya Proses Fementasi Biji Kakao. BPP Teknologi.Diakse
s pada tanggal 08 Desember 2016.
Sulistyowati dan Soenaryo. 1989. Optimasi lama fermentasi dan perendaman biji
kakao mulia. Pelita Perkebunan, 5 (1) : 37-45.
Towaha, J., Anggraini, D.A. dan Rubiyo. (2012) Keragaan mutu biji kakao dan
produk turunannya pada berbagai tingkat fermentasi: Studi kasus di
Tabanan, Bali. Pelita Perkebunan 28 : 166-183
Widianto, et, al., 2013. Proses Pengembangan Mikroba Dalam Proses Fermentasi
Coklat. IPB-Press, Bogor. Diakses pada tanggal 05 Januari 2017.
Widyotomo, S., dan Sri-Mulato, 2008. Teknologi Fermentasi Dan Diversifikasi
Pulpa Kakao Menjadi Produk Yang Bermutu Dan Bernilai Tambah.
Review Penelitian Kopi Dan Kakao 2008, 24(1), 65 - 82.
Wahyudi,T.T.R. Panggabean; Pujiyanto (editor), 2013. Kakao, Manajemen
Agibisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya.
Winarto. 1984. Kandungan Ragi Tape. Jurnal Tekno dan Industri Pangan, 13 (2)
: 125 – 135. Diakses pada tanggal 05 Januari 2017.
Yusianto; T. Wahyudi & B. Sumartono, 1995. Pola Citarasa Biji Kakao Dari
Beberapa Perlakuan Fermentasi. Pelita Perkebunan, 11, 117–131.
43
LAMPIRAN
sumber F-Tabel
keragaman DB JK KT Fhit 5% 1%
P 7 12.47000 1.78143 4.62709 * 3.50 6.18
Faktor G 3 1.71000 0.57000 1.48052 tn 4.07 7.59
Faktor T 1 0.01000 0.01000 0.02597 tn 5.32 11.26
G+T 3 10.75000 3.58333 9.30736 ** 4.07 7.59
Galat 8 3.08000 0.38500
Total 15 28.02
KK= 2.006414494
Keterangan:
sumber F-Tabel
JK Db KT Fhit
keragaman
5% 1%
Perlakuan 7 2.04000 0.29143 2.28571 tn 3.50 6.18
G 3 0.68000 0.22667 1.77778 tn 4.07 7.59
T 1 1.00000 1.00000 7.84314 * 5.32 11.26
G+T 3 0.36000 0.12000 0.94118 tn 4.07 7.59
Galat 8 1.02000 0.12750
Total 15 3.06000
KK= 1.12997285
Keterangan:
: Berpengaruh nyata
Biji per100 gr
Perlakuan JUMLAH Rata-Rata
1 2
T1G0 71 70.2 141.2 70.6
T2G0 73.2 74 147.2 73.6
T1G1 73.6 73 146.6 73.3
T2G1 70.5 69.5 140 70
T1G2 80.5 80.7 161.2 80.6
T2G2 75.5 73.1 148.6 74.3
T1G3 82.8 76.4 159.2 79.6
T2G3 75 79 154 77
Total 602.1 595.9 1198 74.8
sumber F-Tabel
DB JK KT Fhit
keragaman
5% 1%
Perlakuan 7 212.19000 30.31286 7.41599 ** 3.50 6.18
G 3 145.85000 48.61667 11.89399 ** 4.07 7.59
T 1 21.16000 21.16000 5.17676 tn 5.32 11.26
G+T 3 45.18000 15.06000 3.68440 tn 4.07 7.59
Galat 8 32.70000 4.08750
Total 15 244.89000
KK= 2.70017584
Keterangan:
Kadar Lemak
Perlakuan JUMLAH Rata-Rata
1 2
T1G0 42.0244 40.3092 82.3336 41.1668
T2G0 39.9655 45.6657 85.6312 42.8156
T1G1 40.2754 37.9888 78.2642 39.1321
T2G1 41.5715 40.3521 81.9236 40.9618
T1G2 36.5773 42.6571 79.2344 39.6172
T2G2 44.6669 32.6549 77.3218 38.6609
T1G3 35.3885 37.5413 72.9298 36.4649
T2G3 37.1934 39.4586 76.652 38.326
Total 317.663 316.628 634.2906 39.643
sumber F-Tabel
DB JK KT Fhit
keragaman
5% 1%
Perlakuan 7 54.37521 7.76789 0.53303 tn 3.50 6.18
G 3 43.93066 14.64355 1.00484 tn 4.07 7.59
T 1 4.80333 4.80333 0.32961 tn 5.32 11.26
G+T 3 5.64122 1.88041 0.12903 tn 4.07 7.59
Galat 8 116.58373 14.57297
Total 15 170.95894
KK= 9.62954318
Keterangan:
Indeks Fermentasi
Perlakuan JUMLAH Rata-Rata
1 2
T1G0 1.0689 1.2387 2.3076 1.1538
T2G0 1.2006 1.1386 2.3392 1.1696
T1G1 1.0817 1.2135 2.2952 1.1476
T2G1 1.3015 1.0139 2.3154 1.1577
T1G2 1.1935 1.1863 2.3798 1.1899
T2G2 1.3012 1.1164 2.4176 1.2088
T1G3 1.2729 1.4067 2.6796 1.3398
T2G3 1.3002 1.41 2.7102 1.3551
Total 9.7205 9.7241 19.4446 1.2152
sumber F-Tabel
DB JK KT Fhit
keragaman
5% 1%
Perlakuan 7 0.09901 0.01414 1.14919 tn 3.50 6.18
G 3 0.09806 0.03269 2.65591 tn 4.07 7.59
T 1 0.00090 0.00090 0.07337 tn 5.32 11.26
G+T 3 0.00004 0.00001 0.00108 tn 4.07 7.59
Galat 8 0.09846 0.01231
Total 15 0.19747
KK= 9.12869165
Keterangan:
sumber F-Tabel
DB JK KT Fhit
keragaman
5% 1%
Perlakuan 7 17.75 2.54 5.07 * 3.50 6.18
G 3 12.75 4.25 8.50 ** 4.07 7.59
T 1 0.25 0.25 0.50 tn 5.32 11.26
G+T 3 4.75 1.58 3.17 tn 4.07 7.59
KK= 62.8539361
Keterangan:
: Berpengaruh Nyata
Kadar pH
Perlakuan JUMLAH Rata-Rata
1 2
T1G0 8.5 9.7 18.2 9.1
sumber F-Tabel
DB JK KT Fhit
keragaman
5% 1%
Perlakuan 7 13.58000 1.94000 8.76836 ** 3.50 6.18
G 3 3.87500 1.29167 5.83804 ** 4.07 7.59
T 1 4.20250 4.20250 18.99435 ** 5.32 11.26
G+T 3 5.50250 1.83417 8.29002 ** 4.07 7.59
Galat 8 1.77000 0.22125
Total 15 28.93
KK= 6.42146339
Keterangan:
Kadar pH
Perlakuan JUMLAH Rata-Rata
1 2
T1G0 4.77 4.75 9.52 4.76
T2G0 5.21 5.81 11.02 5.51
T1G1 4.85 5.35 10.2 5.1
T2G1 5.56 5.86 11.42 5.71
T1G2 5.85 5.89 11.74 5.87
T2G2 6.03 5.75 11.78 5.89
T1G3 4.2 5 9.2 4.6
T2G3 4.61 4.55 9.16 4.58
Total 41.08 42.96 84.04 5.25
F-Tabel
sumber
DB JK KT Fhit
keragaman
5% 1%
Perlakuan 7 4.41430 0.63061 7.08555 ** 3.50 6.18
G 3 3.47890 1.15963 13.02959 ** 4.07 7.59
T 1 0.46240 0.46240 5.19551 tn 5.32 11.26
G+T 3 0.47300 0.15767 1.77154 tn 4.07 7.59
Galat 8 0.71200 0.08900
Total 15 5.12630
KK= 5.67974636
Keterangan:
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 2 : Proses Pencampuran Biji Kakao Dengan Gula Pasir Dan Ragi Tape