Judul : Ib-IKK Proses Refermentasi Kakao Dalam Upaya Peningkatan Nilai Tambah
Ekonominya
Pendahuluan
Ib-IKK Proses Refermentasi Kakao dan Pengolahan Kakao Asalan Menjadi Produk
Turunan Dalam Upaya Peningkatan Nilai Tambah Ekonominya adalah usaha (business) berbasis
ilmu pengetahuan (knowledge based economy) yang dibangun untuk produk-produk teknologi
pertanian (Agriculture) Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Usaha ini dibangun untuk
menyiapkan hasil-hasil pertanian yang sudah mendapatkan perlakuan iptek baik yang masih
setengah jadi maupun yang sudah jadi untuk kebutuhan masyarakat maupun industri, baik dalam
negeri maupun kebutuhan eksport hasil-hasil pertanian Indonesia.
Indonesia merupakan Negara ketiga penghasil kakao dunia, setelah Pantai Gading dan
Ghana. Produksi kakao Indonesia pada tahun lalu mencapai 500.000 ton, 350.000 ton
diantaranya diekspor dan 150.000 ton untuk kebutuhan lokal. Harga biji kakao kualitas prima di
pasaran Internasional rata-rata US$ 1.621,1 per ton, sedangkan biji kakao dari Indonesia
dikenakan harga rata-rata US$ 1.215,8 per ton setelah dikenakan potongan harga 25 %.
Pemotongan harga (automatic detention) sebesar 25 % tersebut disebabkan kualitas biji kakao
dari Indonesia tidak terfermentasi dan berkualitas rendah. Dengan demikian total ekspor
350.000 ton yang dicapai tahun lalu kehilangan potensi devisa sebesar US$ 141.846.250,
Produksi kakao nasional sekitar 60 % adalah produksi dari Sulawesi selatan, Produksi
kakao di Sulawesi selatan tersebut sekitar 90 % tidak terfermentasi, hal ini disebabkan karena
produksi kakao sekitar 90 % dihasilkan oleh petani. Proses fermentasi kakao pada tingkat petani
sulit dilakukan karena beberapa hal, antara lain: (1) jumlah satuan panen yang relaif kecil, (2)
proses fermentasi memerlukan waktu dan pekerjaan tambahan, dan (3) harga biji kakao
terfermentasi dan tanpa fermentasi sama saja.
Dilain pihak, industri pengolahan kakao dalam negeri sebanyak 15 pabrik dengan
kapasitas terpasang 300.000 ton/tahun. Industri tersebut hanya mampu beroperasi 50 %. Hal ini
disebabkan karena industri tersebut harus menginpor kakao fermentasi dari Ghana dan Pantai
Gading untuk memenuhi kebutuhannya, karena biji kakao dalam negeri umumnya tidak
terfermentasi. Dengan demikian pengadaan kakao fermentasi, selain dapat memenuhi kebutuhan
industri dalam negeri tanpa harus menginpor dari luar negeri, juga untuk memenuhi standar
kualitas ekspor dengan mutu prima.
Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional dan industri dalam
negeri tentang biji kako fermentasi, maka biji kakao kering tanpa fermentasi dari petani
dilakukan refermentasi. Proses Refermentasi tersebut selain meningkatkan nilai tambah kakao,
juga sekaligus menghemat devisa, karena industri dalam negeri tidak lagi menginfor kakao
fermentasi dari Pantai gading dan Ghana.
1. ANALISIS SITUASI
Kompetitor
Dari hasil survey tim, menunjukkan bawa usaha ini belum ada kompetitornya di
masyarakat, khususnya di Sulawesi Selatan. Proses refermentasi kakao, justru dilakukan oleh
negara importir seperti Malaysia dan Amerika Serikat, sehingga nilai tambah kakao fermentasi
1
tersebut dinikmati oleh negara importir. Usaha ini memiliki keunikan/keunggulan sbb: 1.
Produk kakao refermentasi dengan spesifikasi terbaik siap eksport, 2. Skala produksi siap
digandakan.
Spesifikasi produk
Spesifikasi produk yang akan dihasilkan dari Ib-IKK, meliputi biji kakao refermentasi
biasa dan kualitas khusus (King Fermented). Produk biji kakao refermentasi yang akan
diproduksi adalah kualitas prima. Standar kualitas yang akan dihasilan adalah: biji kakao
terfermentasi sempurna, kadar air maksimal 7,5 %, kotoran maksimal 1,5 % biji berjamur
maksimal 2 % dan biji sleti maksimal 2 %, serta jumlah biji maksimal 85 biji per 100 gram.
Standar tersebut melebihi standar kualitas prima berdasar SNI-2000. Prinsip refermentasi
tersebut adalah penggunaan media dan waktu fermentasi yang tepat, serta sistem sortasi yang
ketat.
2. RENCANA USAHA
1
2.2. Produksi
Peralatan yang dibutuhkan dalam Ib-IKK ini adalah sistem peralatan untuk refermentasi
kakao. Sistem peralatan refermentasi terdiri atas Kotak refermentasi, mesin pengering, mesin
sortir biji, mesin mixer, mesin sortasi metode airdan karung goni. Kapasitas yang ada saat ini
masih terbatas pada skala laboratorium. Untuk mendukung Ib-IKK ini, semua sistem peralatan
tersebut di atas akan ditambahkan sesuai dengan volume produksi yang ditargetkan pada skala
penggandaan produk. Secara detail dapat dilihat pada Lampiran Kebutuhan Peralatan.
1. Fermentasi
Tujuan fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak tumbuh sehingga
perubahan-perubahan di dalam biji akan mudah terjadi, seperti warna keping biji, peningkatan
aroma dan rasa, perbaikan konsistensi keping biji dan untuk melepaskan selaput lendir. Selain itu
untuk menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur. Biji kakao difermentasikan di
dalam kotak kayu berlubang, dapat terbuat dari papan atau keranjang bambu. Fermentasi
memerlukan waktu 6 hari. Dalam proses fermentasi terjadi penurunan berat sampai 25%
(Anonim, 2009).
Fermentasi dengan kotak fermentasi dilakukan sebagai berikut (Wahyudi dkk.2008): Biji
kakao dimasukkan dalam kotak terbuat dari papan setelah itu kotak ditutup dengan karung goni.
Selanjutnya diaduk setiap dua hari agar fermentasi biji merata. Pada hari ke 6 - 8 biji-biji kakao
dikeluarkan dari kotak fermentasi dan siap untuk dijemur.
maka biji akan mudah menyerap air dari udara sehingga mudah terserang jamur dan akan
memperlambat proses pengeringan (Anonim, 2009).
1. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam biji dari 50- 55% sampai 7 %
agar biji tidak ditumbuhi cendawan dan aman disimpan. Pengeringan dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu dengan cara menjemur, dengan menggunakan mesin pengering, dan kombinasi
keduanya. Dengan sinar matahari yang cerah dibutuhkan waktu 7- 8 jam/hari atau total waktu 7-
9 hari, Sedangkan dengan mesin pengering diperlukan waktu 40-50 jam (Mulato dkk, 2005).
1. Penyortiran/Pengelompokan
Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan mutunya.
Sortasi dilakukan setelah 1-2 hari dikeringkan agar kadar air seimbang, sehingga biji tidak terlalu
rapuh dan tidak mudah rusak (Anonim, 2009) . Sortasi dapat dilakukan secara manual atau
secara mekanis (mesin ayakan), untuk menekan biaya sortasi sebaiknya digunakan mesin
(Wahyudi dkk.2008).
Pengelompokan kakao berdasarkan mutu :
● Mutu A : dalam 100 g biji terdapat 90-100 butir biji
● Mutu B : dalam 100 g biji terdapat 100-110 butir biji
● Mutu C : dalam 100 g biji terdapat 110-120 butir biji
6. Penyimpanan
Biji kakao kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap karung goni diisi 60 kg biji
kakao kering. Kemudian karung disusun diatas palet papan kayu maksimum 6 karung. Kondisi
gudang harus kering dan berventilasi (Wahyudi dkk.2008). Antara lantai dan wadah biji kakao
diberi jarak ± 8 cm dan jarak dari dinding ± 60 cm. Biji kakao dapat disimpan selama ± 3 bulan
(Anonim, 2009) .
Keterangan:
● Revisi September 1992
● Ukuran biji ditentukan oleh jumlah biji per 100 gr.
● AA Jumlah biji per 100 gram maksimum 85
● A Jumlah biji per 100 gram maksimum 100
1
2.4. Manajemen
Untuk proses pengendalian keuangan, akan dibuatkan accounting book keeping.
Informasi ini penting untuk menganalisis dan menginterpretasikan statistik maupun informasi
keuangan dari bisnis yang dibentuk, sehingga manajer dapat melakukan penilaian independent
mengenai rasio keuntungan dan biaya operasional setiap periode produksi. Selain itu juga untuk
mengobservasi kinerja anggaran dan hal-hal terkait dengan perpajakan, termasuk inventarisasi
(inventory) harta perusahaan, keefektifan operasional usaha, menjaga system akuntansi dan
transaksi perusahaan.
2.5. Pemasaran
Pemasaran produk sebuah usaha merupakan aspek yang paling menentukan keberlanjutan
usaha tersebut. Produk yang dihasilkan Ib-IKK ini merupakan kebutuhan masyarakat dunia.
Dari hasil survey awal tim pada calon perusahaan partner yang bergerak dalam bidang eksport
kakao, ditemukan bahwa kebutuhan akan kakao fermentasi dari Indonesia sangat tinggi, bahkan
sampai saat ini Indonesia belum mampu memenuhinya. Karena itu, kakao yang belum di
fermentasi harus melalui negara tetangga Malaysia untuk difermentasi sebelum dikirim kenegara
tujuan.
Ada 2 teknik pemasaran yang akan dilakukan Ib-IKK ini, pertama dengan memproduksi
dan memasarkan sendiri melalui e-Commerce. Kedua, kerjasama dalam bentuk bagi hasil
dengan perusahaan eksport kakao yang telah berpartner dengan Ib-IKK ini, dimana Ib-IKK
Proses Refermentasi Kakao Dalam Upaya Peningkatan Nilai Tambah Ekonominya berperan
memberikan layanan jasa ipteks yang dimilikinya.
Banyak penemuan ilmiah terakhir yang menunjukkan bahwa kakao memiliki kandungan-
kandungan yang sangat penting bagi kesehatan dan kecantikan. Karena aspek tersebut, maka
konsumen produk Ib-IKK ini akan menembus semua level sosial masyarakat baik dalam maupun
luar negeri.
2.6. SDM
Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan tingkat kualitas sebuah produk usaha. SDM yang dibutuhkan untuk mengelola Ib-
IKK dengan baik harus memiliki kualifikasi kompetensi khusus dalam bidang teknologi pangan,
teknologi mekanisasi pertanian, ekonomi pertanian, marketing dan manajemen informasi Ib-
IKK. Keempat kompetensi khusus tersebut sudah terwakili oleh 4 pengelola Ib-IKK ini (lihat
Lampiran CV pengelola). Untuk operasionalisasi Ib-IKK ini masih dibutuhkan karyawan dan
tim R&D tambahan, yaitu staf administrasi, teknisi permesinan dan teknisi pemrosesan
fermentasi. Untuk tahun I, hanya 1 staff administrasi yang dibutuhkan sejak awal, sedangkan 4
1
calon teknisi dan 2 calon R&D, masing-masing 2 calon teknisi dan 1 R&D permesinan dan
teknisi pemrosesan, baru dimagangkan pada tim pengelola. Pada tahun II, ke empat teknisi dan
2 tim R&D tersebut sudah dipekerjakan sejak awal.
2.7. Fasilitas
Fasilitas yang dibutuhkan Ib-IKK ini terdiri atas ruang pengelolaan administrasi, ruang
produksi yang terdiri atas ruang fermentasi sejak tahun I. Ruang pengelolaan administrasi sudah
disediakan oleh Unhas seluas 42 m2 (7m x 6m) di gedung Perpustakaan Unhas, Lt. 1. Ruang
produksi refermentasi kakao disediakan 2 tempat, 1 tempat untuk ruang R&D kira-kira 82m2 (2x
42m2) yang berlokasi di Kampus Unhas bekerja sama dengan Laboratorium Teknologi Pangan
dan Laboratorium Teknologi Mekanisasi Fak. Pertanian Unhas, dan 1 tempat untuk ruang
produksi dan penyimpanan yang berlokasi di gudang teknologi pangan Unhas. Semua tempat Ib-
IKK ini berlokasi di kawasan bisnis kota makassar, sehingga akses ke jalan raya sangat mudah,
ketersediaan instalasi listrik sangat terjamin, dan media telekomunikasi tersedia kapan saja.
2.8. Finansial
Dukungan finansial yang cukup besar sangat dibutuhkan untuk membangun Ib-IKK ini.
Dukungan dana Ib-IKK ini berasal dari DIKTI, Unhas, Perusahaan Partner, Kredit Usaha, dan
profit yang diperoleh Ib-IKK. Dukungan dana dari DIKTI sekitar Rp 100juta dan Unhas sekitar
Rp 25juta. Dukungan dana dari perusahaan partner dalam bentuk penyediaan produk kakao
sesuai kebutuhan Ib-IKK. Kredit Usaha sesuai kebutuhan yang dijamin dari dana pengembangan
kewirausahaan dari Bank-Bank kerja sama universitas Hasanuddin. Secara rinci dapat dilihat
pada lampiran RAB Ib-IKK ini.
5. BIAYA PEKERJAAN
Kelayakan Usulan Biaya
Rancangan Anggaran Belanja (RAB) Ib-IKK Proses Refermentasi Kakao Dalam Upaya
Peningkatan Nilai Tambah Ekonominya dapat dilihat secara rinci di bawah ini.
Kemampuan Sharing PT
Universitas Hasanuddin memberikan komitmen yang sangat kuat untuk mendukung Ib-
IKK ini. Sebagi bukti nyata komitmen tersebut, Unhas mendukung fasilitas ruangan,
laboratorium yang dibutuhkan dapat digunakan, dan dana yang dibutuhkan sesuai persyaratan Ib-
IKK ini (lihat Lampiran Surat Kesediaan Penyandang Dana dari Pembantu Rektor II Unhas).
1
LAMPIRAN-LAMPIRAN