HASIL PERKEBUNAN
NIM : J1A216060
UNIVERSITAS JAMBI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk
mengetahui perbedaan kualitas hasil coklat yang dihasilkan dengan
menggunakan tempat fermentasi yang berbeda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tahap pasca panen yang paling penting menentukan mutu biji kakao
yaitu fermentasi. Yusianto (1994) menyatakan bahwa fermentasi menjadi
proses mutlak yang harus dilakukan agar biji kakao kering mempunyai calon
aroma dan citarasa. Biji kakao kering yang tanpa mengalami proses
fermentasi terlebih dahulu tidak mempunyai citarasa khas cokelat. Yusianto et
al. (1995) menambahkan bahwa biji kakao yang tidak difermentasi kurang
menghasilkan citarasa cokelat dan mempunyai cacat citarasa bitter,
astringent, dan nutty yang tinggi.
Box Fermentation
Heap Fermentation
Basket Fermentation
Tray Fermentation
4.1. Hasil
Tabel 1. Jumlah Biji Kakao
Bakul Bagus = 75
73,249 Gepeng = 2
gram Rusak = 3
Baskom Bagus = 78
63, 615 Gepeng = 1
gram Rusak = 1
Karung Bagus = 76
68, 436 Gepeng = 1
gram Rusak = 3
Berikut ini disajikan hasil dari biji yang telah disangrai dan
kemudian dihaluskan hingga menjadi bubuk coklat :
Warna = Coklat
Bakul Aroma = Khas dan Kuat
Rasa = Pahit Khas
4.2. Pembahasan
Akan tetapi jika diamati dari segi aroma, maka akan jelas terasa
berbeda bahwa aroma yang dihasilkan dari proses fermentasi menggunakan
bakul menghasilkan aroma yang lebih kuat, nikmat dan khas menandakan
kualitas sebuah bubuk coklat. Selanjutnya aroma terbaik diikuti oleh hasil
fermentasi dari baskom kemudia hasil fermentasi dari karung. Jika merujuk
pada beberapa teori yang ada, kualitas fermentasi kakao akan lebih baik jika
tempat fermentasi memiliki lubang kecil yang berguna sebagai tempat
mengeluarkan cairan dan sirkulasi udara, mengingat fermentasi yang terjadi
pada biji kakao adalah fementasi yang terjadi secara alami. Hal tersebut sesuai
dengan karakteristik daripada tempat fermentasi bakul.
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah bahwa dalam
mengolah kakao menjadi produk akhir berupa bubuk coklat perlu dilakukan
upaya-upaya tambahan yang bersifat mutlak, upaya tersebut meliputi cara
pemanenan, pengupasan, pengeringan, penyangraian dan yang terpenting ialah
proses fermentasi.
Proses fermentasi berpengaruh terhadap kualitas produk akhir dari
biji kakao, dimana kualitas terbaik dengan melakukan uji organoleptic
didapatkan hasil bahwa fermentasi menggunakan wadah bakul dan penutup
dengan daun pisang akan menciptakan aroma yang khas terhadap produk
bubuk coklat, begitupun dengan rasa yang dihaslikan akan terasa lebih nikmat.
Akan tetapi terdapat satu kelemahan jika menggunakan wadah bakul
yaitu pulp yang dihasilkan terlihat lebih kotor dibandingkan wadah fermentasi
lainya.
5.2. Saran
Adapun saran setelah berlangsungnya praktikum ini adalah agar
kedepannya pengujian terhadap hasil yang diperoleh dapat lebih dalam lagi,
tidak hanya uji organoleptic saja.
DAFTAR PUSTAKA
Karmawati Elna, Zainal Mahmud, Syakir M., Joni Munarso, I Ketut Ardhana dan
Rubiyo. (2010). Budidaya dan pasca panen Kakao. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementan, Bogor.
Wachjar, A., Hariyadi, dan Winasa I., W. 2009. Buku Ajar Teknik Budidaya,
Panen, Pasca Panen Kakao. Departemen Agronomi dan Hortikultura.
IPB. Bogor.
Wahyudi, T., Panggabean, T.R. dan Pujiyanto. 2009. Panduan Lengkap Kakao:
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Yusianto, Budi, S., dan Wahyudi, T. 1995. Analisis mutu kakao lindak
(Theobroma cacao L.) pada beberapa perlakuan fermentasi. Pelita
Perkebunan 11(1): 45-55.