Anda di halaman 1dari 3

Berat 1000 biji merupakan karakter kuantitatif dari suatu tanaman yang meliputi bagian biji, panjang biji,

jumlah biji, berat biomassa dan lain-lain. Umumnya karakter ini dapat diukur dengam menggunakan
satuan tertentu, sehingga disebut juga karakter metrik. Karakter metrik tidak dapat dibedakan secara
tegas, karena sebenarnya bersifat kontinue. Biasanya karakter ini dikendalikan oleh banyak gen minor,
untuk menentukan hasil gabah tiap hektar perlu diketahui berat 1000 biji, karena berat 1000 biji relatif
tetap sehingga dapat digunakan untuk menyatakan hasil tiap hektar.(Ferdian 2010)

Bobot 1.000 biji merupakan berat nisbah dari 1.000 butir benih yang dihasilkan oleh suatu jenis tanaman
atau varietas. Salah satu aplikasi penggunaan bobot 1.000 biji adalah untuk menentukan kebutuhan
benih dalam satu hektar. Penentuan benih dapat dilakukan dengan menetukan bobot 1000 biji. Dengan
mengetahui biji yang besar atau berat berarti menandakan biji tersebut pada saat dipanen sudah dalam
keadaan yang benar-benar masak, karena biji yang baik untuk ditanam atau dijadikan benih adalah biji
yang benar-benar masak. Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-rata yang dapat
menyebabkan ukuran benih yang konstan dalam beberapa spesies karena penggunaan contohnya terlalu
banyak, hal ini dapat menutupi variasi dalam tiap individu tumbuhan (Imran, 2002).

Keberhasilan program pemuliaan tanaman dalam menyeleksi tanaman-tanaman yang mempunyai sifat
unggul sangat ditentukan oleh keragaman (variasi) materi yang dipilih (diseleksi). Semakin tinggi
keragaman materi yang dipilih, semakin mudah memilih tanaman yang baik (unggul).Hal tersebut
merupakan kewajiban dari pemulia tanaman untuk tetap mempertahankan benih pejenis (Breeder Seed)
baik sebagai klon, galur murni atau silang (Inbreed), membuat varietas hibrida, atau sebagai galur-galur
yang membentuk varietas komposit yang dijaga agar susunan genetiknya tidak berubah (Makmur, 1985).

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu kecil hasil benih dapat digolongkan ke dalam faktor-faktor
genetik dan faktor-faktor agroekologis. Benih-benih yang terbentuk bulat biasanya lebih terlindungi pada
kerusakan yang kritis daripada benih yang panjang atau berbentuk tidak teratur. Produksi tanaman padi
ditentukan jumlah malai per rumpun atau per satuan luas, kepadatan malai, persentase gabah isi dan
bobot 1000 biji ditentukan pada fase generatif. (Kartasapoetra, 1986).

Penentuan bobot 1000 biji suatu tanaman untuk mengetahui produktivitas suatu tanaman pada suatu
luas tertentu yang diharapkan dapat menentukan hasil dari suatu varietas yang dapat beradaptasi
dengan lingkungan. Untuk penentuan berat 1000 butir benih, prinsip pelaksanaannya adalah 1000 butir
benih hasil uji kemurnian benih ditimbang dengan tingkat kepekaan penimbangan pada uji kemurnian
benih. (Kuswanto, 1997).

Berat kering suatu biji penting karena ini erat dihubungkan dengan besarnya hasil. Tinggi rendahnya nilai
berat kering ini tergantung dari banyak atau sedikitnya bahan kering yang terdapat dalam biji. Setelah
fertilization, mula-mula berat kering ini naik perlahan-lahan, kian lama semakin cepat, dan mencapai
maksimum pada masak fisiologis, setelah masak fisiologis berat kering maksimum ini hanya dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan, terutama oleh kelembaban udara.

Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih. Pengujian kualitas benih
dilakukan di laboratorium untuk menentukan baik mutu fisik maupun mutu fisiologik suatu jenis atau
kelompok benih. Pengujian terhadap mutu fisik benih mencakup kegiatan pengambilan contoh benih,
kadar air benih dan berat 1000 butir benih. Sedangkan pengujian terhadap mutu fisiologik benih
mencakup kegiatan pengujian daya kecambah, kekuatan tumbuh, dan kesehatan benih (Sutopo, 2002).

Ferdian 2010. Ilmu Pertanian. Jurnal Kultura. Vol. 11 (No.1). halaman : 22-31.
Imran, S., Syamsuddin, dan Efendi. 2002. Analisis vigor benih padi (Oryza sativaL.) pada lahan alang-
alang. Agrista 6(1):81-86.

Kartasapoetra, A. 1992. Teknologi Benih. Bina Aksara, Jakarta.

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Penerbit Andi, Yogyakarta

Makmur, A. 1985. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Bina Aksara. Jakarta

Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. CV. Rajawali, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai