Anda di halaman 1dari 58

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI

(Glycine max L. (Merr.))


DAN
HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

Oleh:
NURUL FITRININGTYAS
A10400019

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
43

RINGKASAN
NURUL FITRININGTYAS. Studi uji daya hantar listrik pada benih kedelai
(Glycine max Merr.) dan hubungannya dengan mutu fisiologis benih. (Dibimbing
oleh Prof. Dr. Ir. SATRIYAS ILYAS, MS.)
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Ilmu dan
Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Agustus
sampai Oktober 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui
pengaruh beberapa faktor (jumlah benih, volume aquabides, dan kadar air benih)
terhadap daya hantar listrik benih kedelai serta hubungannya dengan mutu
fisiologis benih.
Penelitian terdiri atas dua percobaan. Percobaan 1 bertujuan
mengetahui pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar
listrik dan hubungannya dengan mutu fisiologis benih kedelai. Rancangan yang
digunakan pada percobaan 1 adalah Rancangan Acak Lengkap dua faktor. Faktor
pertama adalah perbedaan jumlah benih dengan dua taraf yaitu : (A1) 25 butir dan
(A2) 50 butir. Faktor kedua adalah volume aquabides dengan tiga taraf yaitu: (B1)
50 ml, (B2) 100 ml, dan (B3) 250 ml. Percobaan 2 bertujuan mengetahui pengaruh
kadar air benih dan volume aquabides dalam uji daya hantar listrik dan kaitannya
dengan mutu fisiologis benih kedelai. Percobaan 2 menggunakan Rancangan
Acak Lengkap dua faktor. Faktor pertama adalah volume aquabides dengan empat
taraf yaitu : (V1) 0 ml, (V2) 50 ml, (V3) 100 ml dan (V4) 250 ml. Faktor kedua
adalah perbedaan kadar air benih dengan lima taraf yaitu: (K1) 8 %, (K2) 10 %,
(K3) 12 %, (K4) 14 %, dan (K5) 16 %.
Tolok ukur yang diamati adalah daya hantar listrik (DHL), daya
berkecambah (DB), bobot kering kecambah normal (BKKN), indeks vigor (IV),
kecepatan tumbuh (KCT) dan laju pertumbuhan kecambah (LPK).
Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa jumlah benih tidak
berpengaruh nyata terhadap daya hantar listrik. Jumlah benih berpengaruh nyata
terhadap DB dan BKKN. Penggunaan 50 butir benih memberikan nilai rata-rata
yang lebih tinggi pada tolok ukur BKKN dan LPK, walaupun nilai DB nyata lebih
tinggi dengan penggunaan 25 butir benih. Volume aquabides berpengaruh sangat
nyata terhadap DHL, DB, KCT, LPK dan berpengaruh nyata terhadap IV. Volume
44

aquabides 250 ml memberikan nilai rata-rata DHL paling rendah dibandingkan


volume 50 dan 100 ml, volume 100 ml memberikan nilai rata-rata lebih tinggi
pada tolok ukur IV (55.5 %) dan KCT (23.8 %/etmal) dibanding volume 50 ml dan
250 ml. Interaksi jumlah benih dan volume aquabides berpengaruh sangat nyata
terhadap BKKN dan LPK. Kombinasi jumlah benih 50 butir dan aquabides 50 ml
atau 100 ml memberikan nilai BKKN dan LPK paling tinggi dibanding kombinasi
perlakuan yang lain.
Hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa interaksi faktor kadar air
dan volume aquabides berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur DHL, DB,
BKKN, IV, KCT dan LPK benih setelah direndam. Interaksi kadar air benih 12 %
dan volume aquabides 100 ml memberikan hasil tertinggi pada tolok ukur DB
(88.0 %), BKKN (2.663 g), KCT (15.8 %/etmal) dan LPK (60.513 mg/KN).
Penggunaan volume aquabides yang berbeda pada uji DHL mengakibatkan nilai
DHL yang terukur menjadi berbeda karena volume aquabides yang digunakan
akan mempengaruhi konsentrasi larutan “elektrolit” yang terbentuk akibat
perendaman benih. Semakin banyak air yang digunakan untuk merendam benih
semakin encer larutan elektrolitnya sehingga DHL yang terukur akan semakin
rendah.
Daya hantar listrik dan tolok ukur viabilitas/vigor benih memiliki
korelasi yang berbeda pada faktor pengujian yang berbeda. Pada percobaan 1
dengan faktor pengujian jumlah benih dan volume aquabides, DHL berkorelasi
negatif dengan DB. Pada percobaan 2, DHL berkorelasi negatif dengan DB,
BKKN dan KCT. Oleh karena itu, penentuan kadar air benih dan volume aquabides
yang tepat untuk uji DHL dapat dilihat dari nilai DB, BKKN, dan KCT yaitu 12%
kadar air dan 100 ml aquabides.

Kata kunci : daya hantar listrik, jumlah benih, kadar air benih, kedelai, viabilitas,
vigor, volume aquabides.
45

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1982 di Kediri, merupakan


anak ketiga dari empat bersaudara dari ayah bernama P. Naryono dan ibu bernama
Siti Rahayu.

Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri Ngadiluwih I pada tahun 1994,
tahun 1997 lulus dari SLTPN I Ngadiluwih dan tahun 2000 lulus dari SMUN I
Batu. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke IPB melalui jalur
PMDK. Penulis memilih Jurusan Budidaya Pertanian, Program Studi Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih sebagai bidang yang ditekuni lebih lanjut.

Penulis pernah menjadi pengurus DKM Al Falah Faperta tahun 2001.


Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar
Agronomi.
46

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan pemilik alam semesta. Puji
dan syukur penulis panjatkan atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Skripsi ini berjudul “Studi Uji Daya Hantar Listrik pada Benih Kedelai
dan Hubungannya dengan Mutu Fisiologis Benih” merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas MS. selaku pembimbing skripsi dan
pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan, arahan dan
bimbingan sejak usulan penelitian hingga penulisan skripsi.
2. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno MS. dan Ir. Abdul Qadir MSt. sebagai dosen
penguji atas masukan dan saran-sarannya untuk perbaikan penulisan
skripsi.
3. Bapak dan Ibu atas kesabaran, doa, dukungan moril dan finansialnya serta
kakak-kakak dan adikku yang selalu memberikan dukungan semangatnya.
4. Bu Yeti dan Bu Elly atas bantuan dan pelayanannya di Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Benih selama penelitian dan penyusunan skripsi.
5. Mas Pramono dan keluarga atas kesabarannya menunggu, memberi
semangat doa dan dukungannya.
6. Keluarga Bapak Umang Achyadi dan teman-teman di kos Casper Family
(Riya, Nita, Ari, Ety, Yani, Ratih, Rahma dan Maryati) atas kebersamaan
dan kekeluargaannya..
7. Ayi, Burhanudin, Om Aryo, atas kesediaannya menemani di rental sampai
malam dan membantu mencari literatur.
8. Teman-teman PMTTB atas kebersamaan dan doanya selama ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhirnya semoga hasil penelitian ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2008

Penulis
47

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI.......................................................................................................

DAFTAR TABEL ..............................................................................................

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................

PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................... 4
Hipotesis ................................................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5


Viabilitas Benih....................................................................................... 5
Daya Hantar Listrik................................................................................. 6
Kadar Air Benih ...................................................................................... 10

METODOLOGI .................................................................................................. 12
Bahan dan Alat........................................................................................ 12
Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 12
Pelaksanaan ............................................................................................. 12
Rancangan Lingkungan........................................................................... 15
Pengamatan ............................................................................................. 15
Analisis Statistik ..................................................................................... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 18


Percobaan 1. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides
terhadap daya hantar listrik air rendaman benih dan kaitannya dengan
mutu fisiologis benih kedelai ................................................................. 18

Percobaan 2. Pengaruh kadar air benih dan volume aquabides


terhadap daya hantar listrik air rendaman benih dan kaitannya
dengan mutu fisiologis benih kedelai...................................................... 23

Hubungan antara daya hantar listrik benih kedelai dengan tolok ukur
mutu fisiologis benih pada percobaan 1 dan 2 ........................................ 29

KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 37


Kesimpulan ............................................................................................ 37
Saran ....................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 39


LAMPIRAN ....................................................................................................... 42
48

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Teks
1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jumlah benih (A) dan volume
aquabides (B) terhadap daya hantar listrik dan viabilitas
benih kedelai ........................................................................................... 18

2. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap


daya hantar listrik.................................................................................... 19

3. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap


daya berkecambah................................................................................... 19

4. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap


indeks vigor............................................................................................. 19

5. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap


kecepatan tumbuh .................................................................................. 20

6. Pengaruh interaksi jumlah benih dan volume aquabides terhadap


bobot kering kecambah normal............................................................... 21

7. Pengaruh interaksi jumlah benih dan volume aquabides terhadap


laju pertumbuhan kecambah .................................................................. 22

8. Kondisi benih setelah mengalami perlakuan kadar air (dinaikkan


atau diturunkan) ...................................................................................... 23

9. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kadar air benih (C) dan volume
aquabides (D) terhadap daya hantar listrik dan tolok ukur
mutu fisiologis benih kedelai .................................................................. 24

10. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap
daya hantar listrik ................................................................................... 24

11. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap
daya berkecambah .................................................................................. 26

12. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap
bobot kering kecambah normal .............................................................. 27

13. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap
indeks vigor ............................................................................................ 28
49

14. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap
kecepatan tumbuh .................................................................................. 28

15. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap
laju pertumbuhan kecambah ................................................................... 29

16. Koefisien korelasi, nilai P, koefisien determinasi, dan koefisien regresi


antara DHL dan tolok ukur mutu fisiologis benih lainnya pada
percobaan 1 dengan faktor uji jumlah benih dan volume aquabides ...... 30

17. Koefisien korelasi, nilai P, koefisien determinasi, dan koefisien regresi


antara DHL dan tolok ukur mutu fisiologis benih lainnya pada
percobaan 2 dengan faktor uji kadar air benih dan volume aquabides ... 32

18. Persamaan regresi antara DHL dengan beberapa peubah viabilitas/vigor


pada percobaan 2..................................................................................... 35

Lampiran
1. Deskripsi kedelai varietas Burangrang.................................................... 42

2. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap


daya hantar listrik benih .......................................................................... 43

3. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap


daya berkecambah benih ........................................................................ 43

4. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap


bobot kering kecambah normal............................................................... 43

5. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap


indeks vigor............................................................................................. 43

6. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap


kecepatan tumbuh ................................................................................... 44

7. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap


laju pertumbuhan kecambah .................................................................. 44

8. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap
daya hantar listrik benih .......................................................................... 44

9. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap
daya berkecambah benih ......................................................................... 44

10. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap
bobot kering kecambah normal............................................................... 45
50

11. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap
indeks vigor............................................................................................. 45

12. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap
kecepatan tumbuh ................................................................................... 45

13. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap
laju pertumbuhan kecambah ................................................................... 45

14. Sidik ragam regresi DHL dan DB pada percobaan 1.............................. 46

15. Sidik ragam regresi DHL dan BKKN pada percobaan 1 ........................ 46

16. Sidik ragam regresi DHL dan IV pada percobaan 1 ............................... 46

17. Sidik ragam regresi DHL dan KCT pada percobaan 1 ............................. 46

18. Sidik ragam regresi DHL dan LPK pada percobaan 1............................ 46

19. Sidik ragam regresi DHL dan DB pada percobaan 2.............................. 46

20. Sidik ragam regresi DHL dan BKKN pada percobaan 2 ........................ 47

21. Sidik ragam regresi DHL dan IV pada percobaan 2 ............................... 47

22. Sidik ragam regresi DHL dan KCT pada percobaan 2 ............................. 47

23. Sidik ragam regresi DHL dan LPK pada percobaan 2............................ 47
51

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Teks
1. Garis regresi antara nilai DHL dengan DB benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 1..................................................................... 31

2. Garis regresi antara nilai DHL dengan DB benih kedelai setelah


direndam pada percobaan 2 .................................................................... 33

3. Garis regresi antara nilai DHL dengan BKKN benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 2..................................................................... 33

4. Garis regresi antara nilai DHL dengan KCT benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 2..................................................................... 34

Lampiran
1. Benih kedelai yang direndam dalam aquabides volume
(a) 50 ml, (b) 100 ml dan (c) 250 ml ...................................................... 48

2. Aquabides tanpa benih (sebagai blangko) .............................................. 48

3. Proses perendaman benih selama 24 jam pada suhu ruangan ± 20oC..... 49


52

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh


masyarakat karena nilai gizinya. Produksi kedelai perlu ditingkatkan agar dapat
memenuhi konsumsi dalam negeri. Salah satu upaya peningkatan produksi
tersebut antara lain dengan menggunakan benih bermutu tinggi dalam kegiatan
budidaya kedelai. Mutu benih yang mencakup mutu fisik, fisiologi dan genetik
dipengaruhi oleh proses penanganan benih dari mulai produksi sampai akhir
periode simpan (Sadjad, 1993).
Benih kedelai memiliki sifat-sifat benih sebagai berikut: (1) Tidak
mempunyai masa dorman setelah panen, (2) Dalam kondisi suhu dan kelembaban
tinggi proses respirasi benih yang terjadi semakin besar, (3) Mempunyai sifat
higroskopis sehingga kadar air benih mudah terpengaruh oleh kelembaban udara
lingkungan sekitar sampai tercapai kadar air kesetimbangan, (4) Kulit arinya tipis
sehingga rawan mengalami kerusakan dan organisme lain mudah menginfeksi, (5)
Kandungan lemak dan proteinnya relatif tinggi sehingga viabilitasnya cepat
mengalami penurunan dan periode simpannya pendek (Adisarwanto dan
Wudianto, 2002).
Melihat sifat-sifat benih kedelai yang cenderung cepat mengalami
kemunduran diperlukan penanganan yang tepat terhadap benih kedelai ini baik
dalam produksi, penyimpanan maupun pada saat pengujian. Kegiatan analisis
mutu benih untuk memperkirakan potensi fisiologis benih membutuhkan metode
pengujian yang cepat, dapat dipercaya dan mudah.
Kemunduran benih kedelai dapat dilihat dari indikasi biokimia dan
fisiologis. Indikasi biokimia dapat dilihat dari terjadinya perubahan-perubahan
dalam aktivitas enzim, respirasi, laju sintesa, membran, persediaan makanan, dan
perubahan dalam kromosom. Indikasi fisiologis dapat dilihat dari adanya
perubahan warna biji, tertundanya perkecambahan benih, menurunnya laju
pertumbuhan kecambah, berkurangnya daya berkecambah, serta meningkatnya
kecambah abnormal. Dari indikasi tersebut berkurangnya daya berkecambah
53

benih adalan indikasi yang banyak digunakan dalam menelaah kemunduran dan
mutu benih kedelai. Dibanding indikasi fisiologis, Woodstock dalam Saenong
(1989) menyatakan bahwa kaidah biokimia lebih tepat digunakan untuk
menunjukkan vigor benih.
Daya hantar listrik (AOSA, 1983) merupakan pengujian benih secara
fisik yang mencerminkan tingkat kebocoran membran sel. Benih bervigor rendah
memiliki integritas membran yang rendah sebagai akibat dari deteriorasi selama
penyimpanan dan adanya luka mekanis (Copeland dan McDonald, 1994). Vigor
benih dapat dideteksi secara dini dari integritas membran sel yang dapat diukur
melalui konduktivitas kebocoran benih. Menurut Saenong (1989), daya hantar
listrik dapat digunakan sebagai indikator vigor benih oleh pengaruh induced
karena didasarkan pada kepekaannya membedakan keragaman antar lot benih.
Viabilitas benih yang diukur dengan peubah DHL akan lebih dini menunjukkan
gejala kemunduran benih. Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi
dianggap memiliki vigor rendah, sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah
adalah benih bervigor tinggi (ISTA, 2005). Tingginya kebocoran selama imbibisi
dihasilkan dari sel terluar dari kotiledon yang mati (Matthews and Powell, 2006).
Selama imbibisi, benih yang memiliki struktur membran rusak akan melepas zat
terlarut dari sitoplasma ke media imbibisi lebih banyak. Zat terlarut dengan sifat
elektrolit membawa muatan listrik yang dapat dideteksi oleh alat pengukur
konduktivitas. Penelitian Taliroso (2008) juga menyebutkan bahwa DHL
memiliki keeratan hubungan yang nyata dengan tolok ukur vigor benih kedelai
yang diamati (IV, KCT, VAA, dan DT) sehingga DHL terbukti dapat digunakan
untuk menentukan status vigor benih. Uji DHL juga dapat digunakan untuk
mendeteksi Daya Tumbuh (DT) dan Daya Simpan (DS) benih kedelai.
Pengujian DHL sangat berpotensi digunakan dalam kegiatan kendali
mutu benih. Akan tetapi beberapa faktor dapat mempengaruhi hasilnya, sehingga
prosedur/langkah-langkah pengujian seharusnya ditetapkan agar memberikan
hasil yang konsisten. Hasil DHL antara lain dapat dipengaruhi oleh varietas (de
Sa, 1999), periode imbibisi (Dias et al., 2006), jumlah benih yang digunakan
(Vanzolini dan Nakagawa, 2005; de Sa, 1999), suhu imbibisi (Vanzolini dan
Nakagawa, 2005) dan kadar air benih (Viera et al., 2002). Kadar air benih dalam
54

pengujian rutin DHL untuk benih kapri diatur dalam kisaran 10-14 % (Matthews
dan Powell, 2006).
Standar pengujian DHL yang direkomendasikan oleh ISTA (2005)
telah dilakukan untuk benih kapri (Pisum sativum). Prosedur pengujian DHL pada
benih kapri distandarkan dengan menggunakan 50 butir benih, volume air bebas
ion sebagai larutan perendam benih sebanyak 250 ml, lama perendaman 24 jam,
suhu ruangan saat imbibisi 20oC ±2oC, dan kadar air benih 10 - 14%. Akan tetapi
hingga saat ini dalam proses pengujian DHL untuk benih kedelai belum memiliki
standar. Jumlah benih, volume air digunakan dalam pengujian DHL benih kedelai
masih beragam. Penelitian Nurmiaty (1993) menggunakan 50 butir benih yang
direndam dalam 100 ml aquades, menunjukkan nilai DHL antara 48.4 - 97.8 μS
cm-1 g-1 pada benih varietas Lokon, Orba dan Galunggung pada berbagai stadia
masak. Penelitian Ismatullah (2003) menggunakan 25 butir benih kedelai dalam
50 ml aquabides, nilai DHLnya naik seiring bertambahnya umur simpan dengan
kisaran nilai sebesar 130.2 - 184.8 mmhos cm-1g-1. Penelitian Marwanto (2003)
mengukur nilai DHL dengan electric conductivity meter (Cole Palmer Instrument,
Chicago, Illinois). Sebanyak 25 butir benih yang telah diketahui beratnya
direndam dalam 25 ml air distilasi selama 24 jam pada suhu kamar. Nilai DHL
yang diperoleh antara 0.253-0.990 mmhos cm-1g-1 pada benih yang mengalami
perlakuan incubator weathering (sewaktu masak fisiologis, polong yang telah
kuning dipanen dan dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 30oC dan
kelembaban 90 % selama 10 hari, kemudian polong dikupas dan benih dievaluasi
mutunya) dan 0.274 - 0.592 mmhos cm-1g-1 pada benih yang mengalami perlakuan
field weathering (setelah mencapai fase masak panen, polong dibiarkan tetap di
lapangan selama 10 hari, kemudian polong dipanen dan benihnya dievaluasi).
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan prosedur pengujian DHL pada
benih kedelai yang tepat dengan menggunakan variasi jumlah benih, volume air
perendam dan kadar air benih sebelum diuji.
55

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendapatkan prosedur pengujian DHL pada benih kedelai yang tepat
dengan menggunakan variasi jumlah benih, volume air perendam dan
kadar air benih sebelum diuji.
2. Mempelajari dan mengetahui beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
hasil pengujian daya hantar listrik benih kedelai (jumlah benih, volume
aquabides dan kadar air benih) serta kaitannya dengan mutu fisiologis
benih.
3. Mengetahui hubungan antara daya hantar listrik benih kedelai dengan
beberapa tolok ukur mutu fisiologis benih kedelai.

Hipotesa
Hipotesa yang diajukan untuk penelitian ini adalah :
1. Terdapat variasi jumlah benih, volume air perendam benih dan kadar air
benih yang tepat yang dapat digunakan dalam prosedur pengujian DHL
pada benih kedelai.
2. Faktor jumlah benih, volume aquabides dan kadar air benih yang
digunakan dalam uji DHL berpengaruh terhadap hasil pengujian DHL dan
berkaitan dengan mutu fisiologis benih.
3. Terdapat hubungan antara hasil pengukuran DHL benih kedelai dengan
beberapa tolok ukur mutu fisiologis benih.
56

TINJAUAN PUSTAKA

Viabilitas Benih
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang ditunjukkan oleh
fenomena pertumbuhan benih atau gejala fenomena metabolismenya (Sadjad,
1993). Viabilitas benih mencakup viabilitas potensial, vigor kekuatan tumbuh,
vigor daya simpan, viabilitas dorman, dan viabilitas total (Sadjad, Murniati dan
Ilyas, 1999). Viabilitas benih pada prinsipnya adalah suatu sifat (karakteristik)
benih yang merupakan perwujudan secara integral dari berbagai kondisi
komponen-komponen penyusun benih sehingga nilai viabilitas ini sulit ditentukan
secara langsung (Qadir, 1994).
Viabilitas potensial diartikan sebagai kemampuan benih tumbuh
menjadi tanaman normal berproduksi normal pada kondisi optimum. Daya
berkecambah merupakan tolok ukur viabilitas potensial. Sadjad (1993)
mendefinisikan daya berkecambah sebagai viabilitas absolut yang mensimulasi
viabilitas potensial.
Vigor kekuatan tumbuh (VKT) merupakan vigor benih pada periode III
(periode kritikal) dimana benih mampu tumbuh di lapang untuk menjadi tanaman
normal berproduksi normal pada kondisi suboptimum atau mampu berproduksi di
atas normal pada kondisi optimum (Sadjad, 1993). Vigor kekuatan tumbuh dapat
dinyatakan dalam tiga tolok ukur yaitu kecepatan tumbuh (KCT), keserempakan
tumbuh (KST) dan vigor spesifik (VKT spesifik) (Sadjad et al., 1999).
Vigor daya simpan (VDS) merupakan parameter vigor benih yang
ditunjukkan dengan kemampuan benih untuk disimpan dalam kondisi
suboptimum. Viabilitas dorman (VD) merupakan parameter vigor benih dalam
keadaan benih mengalami dormansi. Viabilitas total (VT) adalah viabilitas yang
menunjukkan gejala hidup baik langsung oleh fenomena pertumbuhan atau gejala
metabolismenya (Sadjad et al., 1999)
Pengujian viabilitas benih bertujuan untuk mengetahui kemampuan
benih tumbuh di lapang sebelum tanam dan untuk membandingkan mutu benih
dari dua lot benih yang berbeda. McDonald (1998) mengemukakan bahwa
57

pengujian mutu benih harus meliputi kesatuan komponen yaitu uji kemurnian
secara mekanik dan genetik, uji perkecambahan dan vigor benih serta uji
kesehatan benih.
Menurut Sadjad (1993) benih bervigor tinggi tidak menunjukkan
perbedaan pertumbuhan di lapang dan daya berkecambah di laboratorium, serta
benih tersebut mampu bersaing baik dengan jenis tanaman yang sama atau
tanaman lain. Benih bervigor tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) tahan
disimpan lama, (2) tahan serangan hama dan penyakit, (3) cepat dan merata
pertumbuhannya, (4) mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan yang suboptimum.

Daya Hantar Listrik


Penggunaan benih berkualitas tinggi sangat penting dalam
mendapatkan populasi tanaman yang bagus pada kondisi lapang yang beragam.
Untuk analisis mutu benih yang lengkap, diperlukan tambahan informasi yang
diperoleh dari pengujian vigor benih. Dalam hal ini, penggunaan metode
pengujian yang cepat, dapat dipercaya dan mudah sangat diperlukan dalam
memperkirakan potensi fisiologis benih.
Viabilitas benih pada prinsipnya adalah suatu sifat (karakteristik) benih
yang merupakan perwujudan secara integral dari berbagai kondisi komponen-
komponen penyusun benih sehingga nilai viabilitas ini sulit ditentukan secara
langsung (Qadir, 1994). Menurut Sadjad (1989) nilai viabilitas benih dapat
diketahui melalui pendekatan fisik, fisiologis, biokimia, sitologi dan matematika.
Peubah-peubah viabilitas benih yang didasarkan pada pendekatan fisik
diantaranya : (1) bobot 1000 butir benih, (2) berat jenis benih, (3) persentase
kerusakan benih dan (4) daya hantar listrik (DHL). Peubah-peubah yang
berdasarkan pada pendekatan fisiologis yang biasa digunakan antara lain : daya
berkecambah, daya berkecambah setelah didera, kecepatan tumbuh,
keserempakan tumbuh, bobot kering kecambah normal, dan kadar air benih.
Peubah-peubah dengan pendekatan biokimia antara lain adalah uji tetrazolium,
kadar etenol benih, kadar asam lemak bebas, laju respirasi benih, perubahan
aktifitas enzim, dan tingkat kebocoran zat-zat dari benih. (Qadir, 1994).
58

Pengujian viabilitas benih bertujuan untuk mengetahui kemampuan


benih tumbuh di lapang sebelum tanam dan untuk membandingkan mutu benih
dari dua lot benih yang berbeda. McDonald (1998) mengemukakan bahwa
pengujian mutu benih harus meliputi kesatuan komponen yaitu uji kemurnian
secara mekanik dan genetik, uji perkecambahan dan vigor benih serta uji
kesehatan benih. Daya hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang
mencerminkan tingkat kebocoran membran sel. Semakin banyak elektrolit yang
dikeluarkan benih ke air rendaman akan semakin tinggi nilai pengukuran
konduktivitasnya. Konduktivitas yang tinggi mengindikasikan vigor benih rendah.
Menurut Saenong (1986) DHL dapat digunakan sebagai indikator vigor benih
oleh pengaruh induced dan innate. Karena DHL lebih peka dan dini dalam
menunjukkan perbedaan vigor benih oleh faktor induced dan innate maka DHL
dapat digunakan untuk mendeteksi vigor awal benih (Va) dan nilai Va merupakan
interaksi dari faktor induced dan innate dimana benih dihasilkan. Viabilitas benih
yang diukur dengan peubah DHL akan lebih dini menunjukkan gejala
kemunduran benih. Penelitian Taliroso (2008) juga menyebutkan bahwa DHL
memiliki keeratan hubungan yang nyata dengan tolok ukur vigor benih kedelai
yang diamati (IV, KCT, VAA, dan DT) sehingga DHL terbukti dapat digunakan
untuk menentukan status vigor benih. Uji DHL juga dapat digunakan untuk
mendeteksi Daya Tumbuh (DT) dan Daya Simpan (DS) benih kedelai.
Kemunduran benih kedelai dapat dilihat dari indikasi biokimia dan
fisiologis. Indikasi biokimia dapat dilihat dari terjadinya perubahan-perubahan
dalam aktivitas enzim, respirasi, laju sintesa, membran, persediaan makanan, dan
perubahan dalam kromosom. Indikasi fisiologi dapat dilihat dari adanya
perubahan warna biji, tertundanya perkecambahan benih, menurunnya laju
pertumbuhan kecambah, berkurangnya daya berkecambah, serta meningkatnya
kecambah abnormal. Dari indikasi tersebut berkurangnya daya berkecambah
benih adalan indikasi yang banyak digunakan dalam menelaah kemunduran dan
mutu benih kedelai. Dibanding indikasi fisiologi, Woodstock dalam Saenong
(1986) menyatakan bahwa kaidah biokimia lebih tepat digunakan untuk
menunjukkan vigor benih.
59

Benih bervigor rendah memiliki integritas membran yang rendah


sebagai akibat dari deteriorasi selama penyimpanan dan adanya luka mekanis
(Copeland dan McDonald, 1994). Vigor benih dapat dideteksi secara dini dari
integritas membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran benih.
Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki vigor rendah,
sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih bervigor tinggi
(ISTA, 2005). Tingginya kebocoran selama imbibisi dihasilkan dari sel terluar
dari kotiledon yang mati (Matthews and Powell, 2006). Selama imbibisi, benih
yang memiliki struktur membran rusak akan melepas zat terlarut dari sitoplasma
ke media imbibisi. Zat terlarut dengan sifat elektrolit membawa muatan listrik
yang dapat dideteksi oleh alat pengukur konduktivitas. Besarnya nilai daya hantar
listrik benih tergantung dari jumlah kation dalam air rendaman benih. Peningkatan
kebocoran benih disebabkan oleh perubahan permeabilitas selaput benih dan
perubahan integritas membran.
Ismattullah (2003) menyatakan bahwa penyimpanan benih
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya hantar listrik benih.
Semakin lama benih disimpan, nilai daya hantar listriknya semakin meningkat.
Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat yang terlarut dalam
cairan rendaman benih. Hasil penelitian Derbolo (1993) juga menunjukkan
adanya korelasi postif antara daya hantar listrik pada benih kedelai varietas Wilis
dengan asam lemak bebasvigor bibit setelah didera, dan kontaminasi cendawan
serta korelasi negatif dengan peubah KA, DB, daya tumbuh di lapang.
Hasil penelitian Panobianco et al (1999) menunjukkan adanya
hubungan yang sangat nyata antara daya hantar listrik dan kandungan lignin pada
kulit benih. Kandungan lignin ini menjadi ciri beberapa genotipe kedelai. Jumlah
lignin yang tinggi pada kulit benih mengakibatkan zat-zat dalam benih yang
keluar ke larutan perendam benih lebih sedikit dan daya hantar listriknya juga
rendah. Uji daya hantar listrik benih dapat digunakan sebagai metode dalam
proses penyaringan (screening) karakteristik jumlah kandungan lignin kulit benih
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas genetik benih kedelai.
60

Hubungan antara nilai konduktivitas (daya hantar listrik) kebocoran


benih dengan tolok ukur vigor lainnya telah ditunjukkan pada berbagai jenis
benih. Hasil penelitian pada benih rekalsitran karet (Hevea brasiliensis)
menunjukkan penurunan kadar air benih nyata menurunkan daya berkecambah,
kecepatan tumbuh, laju pertumbuhan kecambah, dan meningkatkan kebocoran
membran sel yang diindikasikan dengan meningkatnya nilai daya hantar listrik
(Suzanna, 1999). Hasil penelitian Hsu et al. (2000) membuktikan adanya
hubungan antara persentase perkecambahan dan daya hantar listrik pada benih
sudan grass. Benih mempunyai persentase perkecambahan terendah dan nilai
daya hantar listrik tertinggi dengan waktu perendaman benih selama 3 hari.
Pengujian daya hantar listrik sangat berpotensi digunakan dalam
kegiatan kendali mutu benih. Akan tetapi beberapa faktor dapat mempengaruhi
hasilnya, sehingga prosedur/langkah-langkah pengujian seharusnya ditetapkan
agar memberikan hasil yang konsisten. Hasil DHL antara lain dapat dipengaruhi
oleh varietas (de Sa, 1999), periode imbibisi (Dias et al., 2006), jumlah benih
yang digunakan (Vanzolini dan Nakagawa, 2005; de Sa, 1999 ), suhu imbibisi
(Vanzolini dan Nakagawa, 2005) dan kadar air benih (Viera et al., 2002). Kadar
air benih yang digunakan dalam pengujian rutin DHL untuk benih kapri diatur
dalam kisaran 10-14 % (Mattews dan Powell, 2006).
Standar pengujian daya hantar listrik yang direkomendasikan oleh
ISTA (2005) telah dilakukan untuk benih kapri (P. sativum). Prosedur pengujian
daya hantar listrik pada benih kapri distandarkan dengan menggunakan 50 butir
benih, volume air bebas ion sebagai larutan perendam benih sebanyak 250 ml.
Akan tetapi hingga saat ini dalam proses pengujian daya hantar listrik untuk benih
kedelai belum memiliki standar. Jumlah benih dan volume air yang digunakan
masih beragam. Penelitian Nurmiaty (1993) menggunakan 50 butir benih yang
direndam dalam 100 ml aquades, daya hantar listriknya menunjukkan nilai antara
48.4 - 97.8 μS cm-1 g-1 pada benih varietas Lokon, Orba dan Galunggung pada
berbagai stadia masak. Penelitian Ismatullah (2003) menggunakan 25 butir benih
kedelai dalam 50 ml aquabides nilai DHLnya naik seiring bertambahnya umur
simpan dengan kisaran sebesar 130.2 - 184.8 mmhos cm-1g-1. Penelitian
Marwanto (2003) mengukur nilai DHL dengan electric conductivity meter (Cole
61

Palmer Instrument, Chicago, Illinois). Sebanyak 25 butir benih yang telah


diketahui beratnya direndam dalam 25 ml air distilasi selama 24 jam pada suhu
kamar. Nilai DHL yang diperoleh antara 0.253 - 0.990 mmhos cm-1g-1 pada benih
yang mengalami perlakuan incubator weathering (sewaktu masak fisiologis,
polong yang telah kuning dipanen dan dimasukkan ke dalam inkubator dengan
suhu 30oC dan kelembaban 90 % selama 10 hari, kemudian polong dikupas dan
benih dievaluasi mutunya) dan 0.274 - 0.592 mmhos cm-1g-1 pada benih yang
mengalami perlakuan field weathering (setelah mencapai fase masak panen,
polong dibiarkan tetap di lapangan selama 10 hari, kemudian polong dipanen dan
benihnya dievaluasi)

Kadar Air Benih


Air merupakan karakter fisik benih. Benih mati akan tetap mengalami
proses imbibisi. Air juga sangat berhubungan dengan proses-proses metabolisme
benih. Kadar air benih merupakan komponen mutu benih secara fisik dan
fisiologis. Kadar air merupakan tolok ukur benih yang penting karena kadar air
sangat berkaitan dengan daya simpan benih.
Rockland dalam Harrington (1972) menyimpulkan ada tiga tipe air dalam
benih yang berhubungan dengan kadar air kesetimbangan benih, yaitu :
1. Monolayer or oriented water. Merupakan air yang berikatan sangat kuat
dengan ikatan kovalen atau ikatan ionik. Air ini disebut juga water of
composition yaitu air yang menjadi bagian dari komposisi kimia benih yang
terdiri atas satu lapisan yang mengelilingi molekul makro. Umumnya dalam
bentuk karbohidrat (Cn(H2O)n) dan susah menguap.
2. Multilayer or chemisorbed or intermediate water. Molekul air berikatan
dengan ikatan hidrogen. Air ini sangat tergantung pada tingkat kadar air benih
dan saling berikatan dengan ikatan yang lemah.
3. Mobile or free water/capilary free water. Air ini berada di rongga antar sel
dan tidak digunakan lagi oleh benih dalam proses fisiologinya. Air ini mudah
menguap.
62

Kadar air benih merupakan komponen mutu benih secara fisik dan
fisiologis. Kadar air benih merupakan elemen penting bagi benih untuk
mempertahankan viabilitasnya dan sangat berkaitan dengan daya simpan benih.
Kadar air benih mempengaruhi viabilitas benih baik secara langsung atau tidak
langsung. Menurut Barton dalam Justice dan Bass (2002) kadar air benih
merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Benih akan
dapat mempertahankan viabilitas maksimumnya apabila kadar airnya diturunkan
terlebih dahulu sebelum disimpan. Viabilitas benih yang disimpan dengan kadar
air yang tinggi akan cepat sekali mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan
karena benih bersifat higroskopis sehingga benih mudah menyerap atau
mengeluarkan zat cair dari lingkungan sekitarnya dan proses ini berlangsung terus
menerus sampai kandungan airnya setimbang dengan udara di sekitarnya.
Pengujian pengaruh kadar air untuk daya hantar listrik ini menjadi
penting dengan memperhatikan bahwa umumnya benih kedelai dipanen pada
kisaran kadar air benih 16% dan disimpan pada kisaran kadar air yang lebih
rendah. Semakin rendah kadar air benih umumnya tingkat kebocoran akan
semakin besar. Penelitian Suzanna (1999) menyebutkan pada kadar air 10 - 12%
benih karet memiliki nilai DHL 45.44 - 85.62 µmhos cm-1 g-1, sedangkan pada
kadar air 14 - 16% nilai DHL nya 19.59 µmhos cm-1 g-1. Menurut penelitian Hasid
(1999), pada benih kakao semakin lamanya waktu penurunan kadar air pada suhu
kamar menyebabkan kadar air benih semakin rendah dan nilai DHL yang terukur
semakin tinggi. Benih kakao berkadar air 35.10%, 24.28%, dan 13.99% memiliki
nilai DHL berturut-turut sebesar 2.42, 10.92, dan 24.00 µmhos cm-1 g-1. Tetapi
penelitian Ismattullah (2003) menunjukkan bahwa pada benih kedelai semakin
tinggi kadar air benih yang digunakan dalam uji DHl maka nilai DHL yang
terukur semakin tinggi. Hasil penelitian Ismattullah (2003) ini menyebutkan
bahwa benih kedelai yang telah disimpan selama 7 MPV (momen periode
viabilitas) atau sama dengan 7 bulan masa penyimpanan, pada kondisi
penyimpanan kamar (RH 80-90%, T 27-31oC, kemasan plastik) dengan kadar air
9.37% dan DB 41.3% nilai DHLnya lebih tinggi (184.8 µmhos/cm-1 g-1)
dibandingkan benih yang belum disimpan dengan KA 6.50% dan DB 80.0%
(DHL=130.1 µmhos/cm-1 g-1).
63

METODOLOGI

Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai
varietas Burangrang, air destilata, aquabides, kertas merang, plastik, aluminium
foil, dan label
Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah gelas ukur, botol
film, gelas jar, cawan petri, oven, timbangan analitik, alat konduktometer Denver
Instrumental Conductivity Meter Type 30, alat pengecambah benih tipe APB IPB
72-1.

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 - Oktober 2007 di
Laboratorium Pendidikan Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pelaksanaan
Benih kedelai varietas Burangrang yang dipergunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Cimanggu Bogor. Benih kedelai merupakan hasil panenan pada akhir
tahun 2005 dari tanaman kedelai yang ditanam di daerah Muara Kampung
Cibeureum, Bogor. Benih disimpan dalam chiller bersuhu 10oC dan RH di bawah
50%. Sebelum digunakan dalam percobaan dipilih benih yang kondisi kulit
permukaannya mulus, tidak retak-retak dan tidak berbercak-bercak coklat.
Penelitian ini terdiri atas dua tahap percobaan.

Percobaan 1. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya


hantar listrik dan kaitannya dengan mutu fisiologis benih kedelai
Percobaan ini dilaksanakan untuk mengetahui perbandingan jumlah benih
dan volume aquabides sebagai perendam benih yang sesuai untuk pengujian daya
hantar listrik benih kedelai dan kaitannya dengan mutu fisiologis benih.
64

Sejumlah benih sesuai perlakuan (25 atau 50 butir) dimasukkan dalam


erlenmeyer/gelas piala berisi aquabides dengan volume sesuai perlakuan,
kemudian ditutup rapat-rapat dan dibiarkan selama 24 jam pada kondisi T 20oC ±
2oC (sesuai standar ISTA untuk benih kapri). Setelah itu benih dikeluarkan dari air
dan air rendaman benih tersebut diukur nilai DHLnya dengan alat konduktometer
(didapat nilai DHL sebesar X). Air aquabides tanpa benih juga diukur nilai DHL-
nya dan digunakan sebagai DHL blanko. Nilai DHL benih didapat dengan
penghitungan sebagai berikut :

DHL ⎛⎜ μ mhos ⎞ = X − blanko



⎝ cm g ⎠ Berat benih
Benih yang telah direndam selama 24 jam untuk uji DHL kemudian di
gunakan dalam pengujian mutu benih untuk mengetahui besarnya nilai DB, KCT,
IV, BKKN dan LPK. Benih ditanam pada substrat kertas merang dengan metode
UKDdp (uji kertas digulung didirikan dalam plastik) dan diletakkan dalam alat
pegecambah benih tipe APB IPB 72-1 dengan suhu ruangan pengecambahan
22oC-25oC.
Percobaan pertama ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan
dua faktor yaitu perbedaan jumlah benih sebagai faktor pertama (25 butir dan 50
butir) dan volume aquabides sebagai faktor kedua (50 ml, 100 ml, dan 250 ml).
Setiap satuan percobaan terdiri atas empat ulangan dengan enam kombinasi
perlakuan.

Percobaan 2. Pengaruh kadar air benih dan volume aquabides dalam uji
daya hantar listrik dan kaitannya dengan mutu fisiologis benih kedelai
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kadar air benih dan
volume aquabides dalam uji daya hantar listrik dan mutu fisiologis benih. Kadar
air benih yang digunakan dalam percobaan ini adalah 8, 10, 12, 14, dan 16 %.
Perlakuan ini diujikan karena berdasarkan standar ISTA (2005), kadar air benih
yang digunakan dalam uji daya hantar listrik benih Pisum sativum antara 10-14%.
Volume aquabides yang digunakan adalah 50 ml, 100 ml, dan 250 ml.
Benih kedelai yang telah diketahui nilai KA awalnya digunakan sebagai
bahan percobaan ini. Apabila KA awal benih di bawah 8 % maka KA benih
65

tersebut perlu ditingkatkan sampai kisaran 8 - 16 %. Caranya dengan meletakkan


sejumlah benih (g) di antara kain atau kertas yang lembab atau benih diletakkan
pada kondisi lingkungan yang lembab sampai mencapai bobot yang ekivalen
dengan kisaran KA yang diperlukan. Sebagai gambaran pada benih kapri, KA
awal 7 %, untuk mencapai KA 10 % atau 14 % dibutuhkan waktu pelembaban
sekitar 3 jam dan 7 jam. Apabila KA awal di atas 16 % maka perlu penurunan KA
sampai kisaran tersebut. Caranya dengan meletakkan sejumlah contoh benih (g)
dalam oven 30oC sampai mencapai bobot yang ekivalen dengan KA 8 – 16 %.
Penghitungan kadar air berdasarkan bobot ekivalen :

berat sub sampel pada 8 − 16 % = (berat awal ) ×


(100 − KA awal )
(100 − KA akhir *)
* = kadar air akhir bisa 8 sampai 16 %
Dalam percobaan ini untuk meningkatkan KA benih kedelai dari kadar air awal
10.2 % menjadi 12 % atau 16 % dibutuhkan waktu pelembaban sekitar 1-3 jam.
Apabila benih dengan kisaran kadar air yang diperlukan sudah diperoleh,
uji DHL dapat dilaksanakan dengan prosedur yang sama.
Benih yang telah direndam selama 24 jam untuk uji DHL kemudian di
gunakan dalam pengujian mutu benih untuk mengetahui besarnya nilai DB, KCT,
IV, BKKN dan LPK. Benih ditanam pada substrat kertas merang dengan metode
UKDdp (uji kertas digulung didirikan dalam plastik) dan diletakkan dalam alat
pengecambah benih APB IPB 72-1 dengan suhu ruangan pengecambahan 22oC-
25oC.
Percobaan kedua ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan
dua faktor yaitu volume aquabides sebagai faktor pertama dan perbedaan kadar air
benih sebagai faktor kedua. Faktor pertama terdiri atas empat taraf volume
aquabides yaitu 0 ml, 50 ml, 100 ml, dan 250 ml. Faktor kedua terdiri atas lima
taraf kadar air benih yaitu 8, 10, 12, 14, dan 16 %. Setiap satuan percobaan terdiri
atas empat ulangan dengan 20 kombinasi perlakuan.
66

Rancangan lingkungan
Model rancangan lingkungan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Yijk = M + Ui + Aj + Bk + (AB)jk + Eijk
Yijk = nilai tengah pengamatan dari ulangan ke i, faktor pertama ke-j dan
faktor kedua ke-k
M = nilai tengah umum
Ui = pengaruh ulangan ke-i
Aj = pengaruh faktor pertama ke-j
BkB = pengaruh faktor kedua ke-k
(AB)jk = pengaruh interaksi faktor pertama ke-j dan faktor kedua ke-k
Eijk = pengaruh galat percobaan ulangan ke-i, faktor pertama ke-j dan faktor
kedua ke-k

Pengamatan
1). Daya berkecambah (%)
Pengukuran daya berkecambah (DB) dihitung berdasarkan persentase jumlah
kecambah normal pada hitungan pertama (5 HST) dan kedua (8 HST)
dibandingkan jumlah total benih yang ditanam. Daya berkecambah dihitung
dengan rumus :

DB (% ) =
∑ KN1 + ∑ KN 2 × 100%
∑ total benih di tan am

2). Kecepatan Tumbuh (%/etmal)


Kecepatan tumbuh (KCT) dihitung berdasarkan persentase kecambah normal
yang muncul pada waktu tanam sampai akhir periode pengamatan.
Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap persentase kecambah normal
dibagi dengan etmal (24 jam). Nilai etmal kumulatif dihitung mulai saat benih
ditanam sampai waktu pengamatan.
67

Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus :

KCT %( etmal
)= WN + WN
1 2
+ ..... +
Na
Wa
1 2

Dimana :
Wa : waktu yang dibutuhkan untuk pengujian sampai selesai
N1,2 ...a : bertambahnya persentase kecambah normal pada waktu W1,2...a
W1,2...a : jumlah waktu dari saat tanam sampai dengan saat pengamatan ke 1,2...a

4). Daya Hantar Listrik (μmhos cm-1 g-1)


Prosedur pengukuran daya hantar listrik telah dijelaskan di halaman 11. Nilai
DHL diukur dengan alat Denver Instrument Conductivity Meter Type 30.
Nilai DHL benih didapat dengan penghitungan sebagai berikut :

DHL ⎛⎜ μ mhos ⎞ = X − blanko



⎝ cm g ⎠ Berat benih
Dimana :
DHL : daya hantar listrik benih yang dicari (μmhos cm-1 g-1)
X : daya hantar listrik air rendaman benih (μmhos cm-1)
Blanko : daya hantar listrik aquabides tanpa benih (μmhos cm-1)

4). Laju Pertumbuhan Kecambah (mg/KN)


Laju pertumbuhan kecambah (LPK) dihitung berdasarkan bobot kering
seluruh kecambah normal dibagi jumlah kecambah normal pada penghitungan
terakhir daya berkecambah.

5). Indeks Vigor (%)


Indeks vigor (IV) dihitung berdasarkan persentase kecambah normal yang
tumbuh pada hitungan pertama pengujian daya berkecambah.

6). Bobot Kering Kecambah Normal (g)


Bobot kering kecambah normal (BKKN) mengindikasikan status viabilitas
benih secara tidak langsung karena berkaitan dengan sumber energi untuk
pertumbuhan yang dihasilkan dari perombakan cadangan makanan dalam
68

benih. Bobot kering kecambah normal diperoleh dengan mengeringkan


kecambah normal yang telah dibuang kotiledonnya pada suhu 60 oC selama
3x24 jam. Kemudian kecambah yang telah dikeringkan tersebut dimasukkan
dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang. Nilai BKKN dalam
penelitian ini merupakan jumlah penimbangan BKKN hitungan pertama
(5 HST) dan hitungan kedua (8 HST).

Analisis Statistik
Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati
dilakukan pengolahan data statistik dengan analisis ragam uji F pada selang
kepercayaan 5%. Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%
dilakukan jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap variabel tolok ukur
pengamatan. Uji korelasi Pearson dan analisis regresi linier dilakukan untuk
melihat hubungan antara dua peubah.
69

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya


hantar listrik dan hubungannya dengan mutu fisiologis benih kedelai
Kondisi umum benih yang digunakan dalam percobaan ini setelah
diambil dari Balitbiogen adalah sebagai berikut : KA benih sebesar 10.2 %, DB
sebesar 96%, IV 12%, BKKN 1.28 g, KCT 20.12 %/etmal dan LPK 51.56 mg/KN.
Benih tidak mendapatkan perlakuan.
Pengaruh perlakuan jumlah benih (A), volume aquabides (B) serta
interaksinya terhadap daya hantar listrik dan beberapa tolok ukur dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jumlah benih (A) dan volume
aquabides (B) terhadap daya hantar listrik dan tolok ukur mutu
fisiologis benih kedelai
Tolok ukur A B AxB
1. DHL tn ** tn
2. DB * ** tn
3. BKKN ** tn **
4. IV tn * tn
5. KCT tn ** tn
6. LPK tn ** **
Keterangan: **: berpengaruh sangat nyata pada α =1%, * : berpengaruh nyata pada
α = 5%, tn : tidak berpengaruh nyata

Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa faktor


tunggal jumlah benih yang digunakan berpengaruh nyata pada tolok ukur DB dan
berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur BKKN, tetapi tidak berpengaruh nyata
pada tolok ukur DHL, IV, KCT dan LPK. Faktor tunggal volume aquabides
sebagai larutan perendam benih berpengaruh sangat nyata pada hampir semua
tolok ukur kecuali pada tolok ukur IV berpengaruh nyata, dan tidak berpengaruh
nyata pada tolok ukur BKKN. Interaksi antara kedua faktor memberikan
pengaruh yang sangat nyata pada tolok ukur BKKN dan LPK, tetapi tidak
berpengaruh nyata pada tolok ukur DHL, DB, IV, dan KCT.
70

Nilai tengah pengaruh faktor tunggal jumlah benih dan volume aqua
bides terhadap DHL, DB, IV, dan KCT benih kedelai dapat dilihat pada Tabel 2 -
5.
Tabel 2. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar
listrik
Jumlah benih Volume aquabides (ml) Rata rata
(butir) 50 100 250
--DHL 1(µmhos cm-1 g-1)--
25 2.068 1.694 1.302 1.688A
50 2.042 1.683 1.280 1.668A
Rata-rata 2.055a 1.689b 1.291c
1
Keterangan : data DHL transformasi log (x), angka yang diikuti huruf besar yang sama
pada kolom yang sama atau huruf kecil pada yang sama pada baris yang
sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata dengan uji DMRT taraf α =
5%

Tabel 3. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya


berkecambah
Jumlah benih Volume aquabides (ml) Rata rata
(butir) 50 100 250
--DB (%)--
25 80.0 80.0 87.0 82.3A
50 78.5 76.0 83.0 79.2B
Rata-rata 79.2b 78.0c 85.0a
Keterangan : angka yang diikuti huruf besar yang sama pada kolom yang sama atau
huruf kecil pada yang sama pada baris yang sama menunjukkan nilai tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT taraf α = 5%

Tabel 4. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap indeks vigor
Jumlah benih Volume aquabides (ml) Rata rata
(butir) 50 100 250
--IV (%)--
25 43.5 53.0 48.0 48.2A
50 51.5 58.0 37.0 48.8A
Rata-rata 47.5ab 55.5a 42.5b
Keterangan : angka yang diikuti huruf besar yang sama pada kolom yang sama atau
huruf kecil pada yang sama pada baris yang sama menunjukkan nilai tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT taraf α = 5%
71

Tabel 5. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap kecepatan


tumbuh
Jumlah benih Volume aquabides (ml) Rata rata
(butir) 50 100 250
--KCT (%/etmal)--
25 22.55 23.18 21.81 22.51A
50 23.94 24.34 20.27 22.85A
Rata-rata 23.24a 23.76a 21.04b
Keterangan : angka yang diikuti huruf besar yang sama pada kolom yang sama atau
huruf kecil pada yang sama pada baris yang sama menunjukkan nilai tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT taraf α = 5%

Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar


listrik dapat dilihat pada Tabel 2. Percobaan ini menunjukkan bahwa DHL hanya
dipengaruhi oleh volume aquabides. Volume air 50 ml memberikan nilai DHL
yang lebih tinggi dibandingkan volume 100 ml dan 250 ml. Hal ini mungkin dapat
disebabkan karena pada volume 50 ml konsentrasi larutan hasil rendaman
semakin pekat sehingga nilai pengukuran DHL juga tinggi. Besarnya nilai daya
hantar listrik benih tergantung dari jumlah kation dalam air rendaman benih.
Peningkatan kebocoran benih disebabkan oleh perubahan permeabilitas selaput
benih dan perubahan integritas membran. Jumlah benih yang digunakan tidak
mempengaruhi nilai daya hantar listrik. Penelitian Vanzolini dan Nakagawa
(2005) menyebutkan bahwa ukuran benih kacang tanah mempengaruhi hasil
pengukuran daya hantar listrik; periode imbibisi dapat dikurangi sampai tiga jam
untuk evaluasi mutu fisiologis benih; dan suhu waktu imbibisi 25 oC lebih
meningkatkan nilai DHL daripada suhu 20 oC, terutama apabila jumlah benih
yang digunakan 50 butir. Penelitian Dias dan Filho (1996) menyebutkan bahwa
penggunaan 50 butir benih kedelai dalam 75 ml air pada uji daya hantar listrik
memberikan nilai DHL yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan 25 butir benih
dengan volume yang sama.
Menurut penelitian Gaspar dan Nakagawa (2002) kombinasi terbaik
yang digunakan dalam pengujian daya hantar listrik untuk benih millet
(Pennisetum americanum) adalah 100 butir benih dan 100 ml air, karena dapat
mengidentifikasikan perbedaan vigor di antara lot benih. Penelitian tersebut juga
72

mendapatkan hasil bahwa perbandingan jumlah benih dan volume aquabides yang
digunakan dalam pengujian DHL berkorelasi positif dengan nilai daya hantar
listriknya.
Tolok ukur daya berkecambah dipengaruhi oleh faktor tunggal jumlah
benih dan faktor tunggal volume aquabides, tetapi tidak dipengaruhi oleh interaksi
kedua faktor tersebut. Daya berkecambah nyata lebih tinggi pada jumlah benih 25
butir dibandingkan 50 butir benih. Pengamatan pengaruh volume aquabides
menunjukkan nilai DB dengan penggunaan 250 ml aquabides nyata lebih tinggi
dibandingkan penggunaan 50 dan 100 ml aquabides (Tabel 3). Hasil penelitian
Hsu et al. (2000) membuktikan adanya hubungan antara persentase
perkecambahan dan daya hantar listrik pada benih sudan grass.
Nilai indeks vigor dan kecepatan tumbuh dalam percobaan ini hanya
dipengaruhi volume aquabides sebagai faktor tunggal (Tabel 4 dan 5). Indeks
vigor pada benih yang mendapat perlakuan perendaman (untuk uji DHL) dalam
aquabides sebanyak 50 ml, 100 ml, dan 250 ml masing-masing adalah 47.5%,
55.5%, dan 42.5%. penggunaan 100 ml aquabides memberikan nilai IV nyata
lebih tinggi dibanding volume 250 ml, tapi tidak berbeda nyata dengan volume 50
ml. Kecepatan tumbuh pada benih yang mendapat perlakuan perendaman (untuk
uji DHL) dalam aquabides sebanyak 50 ml, 100 ml, dan 250 ml masing-masing
adalah 23.24, 23.76, dan 21.04 %/etmal (Tabel 5). Pada volume 50 ml, nilai KCT
benih tidak berbeda nyata dengan nilai KCT pada perendaman 100 ml dan
perendaman dengan aquabides 250 ml memberikan nilai KCT nyata lebih rendah
dibanding dua volume yang lain.

Tabel 6. Pengaruh interaksi jumlah benih dan volume aquabides terhadap bobot
kering kecambah normal2 (g)
Jumlah benih Volume aquabides (ml)
(butir) 50 (V1) 100 (V2) 250 (V3)
25 1.069 aA 0.985 abA 0.905 bA
(0.943) (1.018) (1.108)
50 0.476 aB 0.494 abB 0.571 bB
(2.108) (2.035) (1.76)
2
Keterangan : data BKKN transformasi (1/x), angka dalam kurung adalah data asli
sebelum ditransformasi, angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada
baris yang sama dan huruf besar yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan nilai tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf α =
5%
73

Bobot kering kecambah normal dipengaruhi oleh faktor tunggal jumlah


benih dan interaksi kedua faktor. Bobot kering kecambah normal pada perlakuan
jumlah benih 50 butir benih nyata lebih tinggi dibanding 25 butir benih pada
semua volume aquabides. Penambahan air pada perlakuan jumlah benih yang
sama cenderung meningkatkan BKKN. Akan tetapi hal yang sebaliknya justru
terjadi pada perlakuan jumlah benih 50 butir. Penambahan volume aquabides akan
menurunkan BKKN (Tabel 6) .

Tabel 7. Pengaruh interaksi jumlah benih dan volume aquabides terhadap laju
pertumbuhan kecambah (mg/KN)
Jumlah benih Volume aquabides (ml)
(butir) 50 100 250
25 47.069 abB 50.943 aB 50.925 aA
50 53.678 aA 53.546 aA 42.460 bB
Keterangan : lihat detil tabel 6.

Laju pertumbuhan kecambah dalam percobaan ini dipengaruhi oleh


faktor tunggal volume aquabides dan interaksi kedua faktor (Tabel 7). Laju
pertumbuhan kecambah nyata lebih tinggi didapat pada perlakuan jumlah benih
50 butir dengan volume aquabides 50 ml dan 100 ml. Penambahan air pada
perlakuan jumlah benih 50 butir cenderung menurunkan LPK. Akan tetapi hal
yang sebaliknya justru terjadi pada perlakuan jumlah benih 25 butir. Penambahan
volume aquabides akan meningkatkan LPK.
Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa jumlah benih tidak
berpengaruh nyata terhadap daya hantar listrik. Penggunaan 50 butir benih
memberikan nilai rata-rata yang lebih tinggi pada tolok ukur BKKN dan LPK,
walaupun nilai DB nyata lebih tinggi dengan penggunaan 25 butir benih.
Penelitian Dias et al. (2006) menyatakan bahwa penggunaan 50 butir benih
bawang merah dalam uji DHL memberikan hasil yang lebih baik dalam
mengidentifikasi perbedaan vigor benih dibandingkan penggunaan 25 butir benih.
Menurut ISTA (2005), pengujian DHL pada benih P. sativum menggunakan 50
butir benih dalam 250 ml aquabides. Oleh karena itu, pada percobaan 2 untuk uji
DHL digunakan 50 butir benih. Semakin sedikit volume aquabides yang
digunakan dalam uji DHL menyebabkan nilai DHL yang terukur semakin rendah.
Penggunaan volume aquabides sebanyak 50 ml memberikan nilai DHL yang
74

paling tinggi dibanding volume 100 ml dan 250 ml. Volume aquabides 100 ml
memberikan hasil yang terbaik pada tolok ukur IV (55.5 %) dan KCT (23.8
%/etmal) dibanding volume 50 ml dan 250 ml.

Percobaan 2. Pengaruh perlakuan kadar air benih dan volume aquabides


terhadap daya hantar listrik dan kaitannya dengan mutu fisiologis benih
kedelai
Kadar air awal benih adalah 10.2 %, sehingga benih perlu mendapat
perlakuan pelembaban dan penjemuran untuk mendapatkan kadar air benih pada
kisaran yang dibutuhkan sesuai perlakuan percobaan. Kadar air benih kedelai
yang dipergunakan dalam percobaan ini rata-rata adalah 8.1%, 10.1%, 12.1%,
14.1% dan 16.0%. Kondisi benih yang mengalami perlakuan kadar air ini dapat
dilihat pada Tabel 8. Kekeriputan dan keretakan permukaan kulit benih diamati
secara visual. Kekeringan permukaan kulit benih dilakukan dengan membungkus
benih yang telah dikeringanginkan (setelah dilembabkan) dengan kertas tisu
selama kurang lebih 5 menit dan diperoleh hasil tidak adanya air yang terserap
oleh kertas tisu. Permukaan kulit benih yang mendapat perlakuan perendaman
atau penjemuran dan dikeringanginkan memiliki tingkat kekeringan yang sama.

Tabel 8. Kondisi benih setelah mengalami perlakuan kadar air (dinaikkan atau
diturunkan)
Kadar air Kekeringan Kekeriputan Keretakan
8% + - -
10 % + + +
12 % + ++ ++
14 % + ++ +++
16 % + +++ +++
Keterangan : - : tidak ada; + : sedikit; ++ : agak banyak; +++ : banyak

Perlakuan peningkatan kadar air dengan meletakkan benih pada


kondisi lembab dan kemudian dikeringkan kembali menyebabkan kondisi
permukaan kulit benih menjadi keriput dan retak. Pada saat dilembabkan terjadi
peristiwa hidrasi, benih mengalami proses imbibisi air dan benih jadi
menggembung. Saat dikeringkan untuk mendapatkan kadar air yang stabil terjadi
75

peristiwa dehidrasi, sebagian air yang ada di dalam benih menguap/keluar dari
benih sehingga benih mengkerut. Hal ini yang menyebabkan munculnya keriput
dan retakan pada permukaan benih.

Tabel 9. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kadar air benih (C) dan volume
aquabides (D) terhadap daya hantar listrik dan mutu fisiologis benih
kedelai
Tolok ukur C D CxD
1. DHL ** ** **
2. DB ** ** **
3. BKKN ** ** **
4. IV ** ** **
5. KCT ** ** **
6. LPK ** ** **
Keterangan: ** berpengaruh sangat nyata pada taraf α =1%

Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 10 menunjukkan bahwa faktor


tunggal kadar air benih, volume aquabides dan interaksi dua faktor berpengaruh
sangat nyata terhadap semua variabel yang diukur yaitu DHL, DB, BKKN, IV,
KCT dan LPK. Nilai tengah pengaruh interaksi faktor kadar air benih dan volume
aquabides terhadap daya hantar listrik dan viabilitas benih kedelai dapat dilihat
pada tabel 10 - 16.

Tabel 10. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap
daya hantar listrik benih
Kadar air Volume aquabides
50 ml (V2) 100 ml (V3) 250 ml (V4)
3
---- DHL (μmhos/cm g)----
8 % (K1) 2.099 aA 1.784 bA 1.324cA
(125.489) (60.291) (20.602)
10 % (K2) 2.117 aA 1.794 bA 1.329 cA
(130.313) (61.744) (20.843)
12 % (K3) 1.987 aC 1.541 bC 1.201 cC
(96.580) (34.248) (15.396)
14 % (K4) 2.052 aB 1.726 bB 1.272 cB
(112.267) (52.770) (18.192)
16% (K5) 1.989 aC 1.559 bC 1.206 cC
(97.165) (35.760) (15.563)
Keterangan: 3 data DHL transformasi log (x), angka dalam kurung adalah data asli sebelum
ditransformasi,angka dalam kurung adalah data asli sebelum ditransformasi, angka
yang diikuti huruf kecil yang sama pada baris yang sama dan huruf besar yang
sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata dengan uji
DMRT pada taraf α = 5%.
76

Tabel 10 menunjukkan pengaruh interaksi kadar air benih dan volume


aquabides terhadap DHL dan mutu fisiologis benih. Daya hantar listrik nyata lebih
tinggi pada benih berkadar air 8% dan 10% dan nilai DHL nyata lebih rendah
pada benih berkadar air 12% dan 16% direndam pada semua perlakuan volume
aquabides. Daya hantar listrik benih berkadar air 14% pada semua volume
aquabides yang digunakan menunjukkan nilai yang berbeda nyata dibandingkan
pada tingkat kadar air yang lain. Semakin tinggi kadar air benih, DHL semakin
menurun kecuali pada kadar air 14% yang lebih tinggi dibandingkan kadar air
12% dan 16%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Viera et al. (2002) yang
menyebutkan bahwa kadar air benih terbukti berpengaruh terhadap pengukuran
DHL benih kedelai. Penelitian Viera et al. (2002) ini menunjukkan hasil bahwa
semakin tinggi kadar air benih kedelai yang digunakan dalam prosedur
pengukuran, nilai DHL nya semakin rendah. Hasil penelitian pada benih
rekalsitran karet (Hevea brasiliensis) menunjukkan penurunan kadar air benih
nyata menurunkan daya berkecambah, kecepatan tumbuh, laju pertumbuhan
kecambah, dan meningkatkan kebocoran membran sel yang diindikasikan dengan
meningkatnya nilai daya hantar listrik (Suzanna, 1999). Daya hantar listrik nyata
lebih tinggi pada penggunaan volume aquabides 50 ml dan nyata lebih rendah
rendah pada volume 250 ml. Semakin banyak volume air yang digunakan, nilai
DHL yang terukur semakin menurun pada semua tingkat kadar air benih. Hal ini
dimungkinkan karena pada volume yang lebih sedikit, konsentrasi larutan hasil
rendaman semakin pekat sehingga nilai pengukuran DHL juga tinggi. Besarnya
nilai DHL benih tergantung dari jumlah kation dalam air rendaman benih. Lebih
lanjut peningkatan kebocoran benih disebabkan oleh perubahan permeabilitas
selaput benih dan perubahan integritas membran.
Pengujian pengaruh kadar air ini menjadi penting dengan
memperhatikan bahwa umumnya benih kedelai dipanen pada kisaran kadar air
benih 16 % dan disimpan pada kisaran kadar air yang lebih rendah. Semakin
rendah kadar air benih umumnya tingkat kebocoran akan semakin besar.
Penelitian Suzanna (1999) menyebutkan pada kadar air 10 - 12% benih karet
memiliki nilai DHL 45.44 - 85.62 µmhos cm-1 g-1, sedangkan pada kadar air 14 -
16% nilai DHL nya 19.59 µmhos cm-1 g-1. Menurut penelitian Hasid (1999), pada
77

benih kakao semakin lamanya waktu penurunan kadar air pada suhu kamar
menyebabkan kadar air benih semakin rendah dan nilai DHL yang terukur
semakin tinggi. Benih kakao berkadar air 35.10%, 24.28%, dan 13.99% memiliki
nilai DHL berturut-turut sebesar 2.42, 10.92, dan 24.00 µmhos cm-1 g-1. Penelitian
Ismattullah (2003) menunjukkan bahwa benih kedelai yang telah disimpan selama
7 MPV (momen periode viabilitas) atau sama dengan 7 bulan masa penyimpanan,
pada kondisi penyimpanan kamar (RH 80-90%, T 27-31oC, kemasan plastik)
dengan kadar air 9.37% dan DB 41.3% nilai DHLnya lebih tinggi (184.8
µmhos/cm-1 g-1) dibandingkan benih yang belum disimpan dengan KA 6.50% dan
DB 80.0% (DHL=130.1 µmhos/cm-1 g-1).
Benih kedelai yang telah mendapat perlakuan perendaman rata-rata
mengalami penurunan daya berkecambah (DB) dibandingkan benih yang tidak
direndam. Benih yang tidak mendapat perlakuan DHL (volume 0 ml) memiliki
DB di atas 90 % (Tabel 11). Perlakuan perendaman mengakibatkan penurunan
daya berkecambah benih. Daya berkecambah nyata lebih tinggi diamati pada
benih berkadar air 12% dengan volume aquabides 100 ml dan KA 16% dengan
volume aquabides 50 dan 100 ml. Hasil penelitian Suzanna (1999) pada benih
rekalsitran karet (Hevea brassiliensis) menunjukkan penurunan kadar air benih
nyata menurunkan DB, KCT, LPK dan meningkatkan DHL.

Tabel 11. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap
daya berkecambah
Kadar air Volume aquabides
0 ml (V1) 50 ml (V2) 100 ml (V3) 250 ml (V4)
---- DB4 (%)----
8 % (K1) 9.721 aA 8.366 dBC 8.455 cdBC 8.859 bC
(94.5) (70.0) (71.5) (78.5)
10 % (K2) 9.564 aA 7.679 cD 7.647 cD 8.716 bCD
(91.5) (59.0) (58.8) (76.0)
12 % (K3) 9.600 aA 9.327 bA 9.380 bA 9.273 bcAB
(92.0) (87.0) (88.0) (86.0)
14 % (K4) 9.669 aA 8.495 cB 8.631 bcB 8.886 bC
(93.5) (72.5) (74.5) (79.0)
16 % (K5) 9.694 aA 9.298 bA 8.659 cB 9.407 bA
(94.0) (86.5) (75.0) (88.5)
Keterangan: 4 data DB transformasi (√x), angka dalam kurung adalah data asli sebelum ditransformasi, angka
dalam kurung adalah data asli sebelum ditransformasi, angka yang diikuti huruf kecil yang
sama pada baris yang sama dan huruf besar yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
nilai tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf α = 0.05.
78

Tabel 12. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap
bobot kering kecambah normal
Kadar air Volume aquabides
0 ml (V1) 50 ml (V2) 100 ml (V3) 250 ml (V4)
---- BKKN (g) ----

8 % (K1) 2.433 aD 1.760 bB 1.428 cD 1.695 bD


10 % (K2) 2.590 aC 1.498 dCD 1.773 cC 2.198 bB
12 % (K3) 2.987 aA 2.383 bA 2.663 aA 2.118 cBC
14 % (K4) 2.797 aB 1.610 dBC 1.735 cC 2.025 bC
16 % (K5) 2.777 aB 1.320 dD 1.988 cB 2.360 bA
Keterangan : Lihat detil Tabel 11.

Interaksi kadar air benih dan volume aquabides berpengaruh nyata


terhadap tolok ukur bobot kering kecambah normal. Benih kedelai yang mendapat
perlakuan perendaman untuk uji DHL mengalami penurunan BKKN
dibandingkan benih yang tidak direndam (volume 0 ml) pada semua tingkat kadar
air dan volume (Tabel 12). Benih yang direndam dalam aquabides sebanyak 50 ml
memiliki nilai BKKN yang lebih rendah dibandingkan pada volume aquabides
100 ml dan 250 ml kecuali pada kadar air 8%. Nilai BKKN tertinggi terdapat pada
perlakuan perendaman benih berkadar air 12 % dalam 100 ml aquabides yaitu
sebesar 2.663 gram.
Pengaruh interaksi faktor kadar air benih dan volume aquabides juga
terlihat pada tolok ukur indeks vigor benih. Tabel 13 menunjukkan nilai IV pada
perlakuan volume aquabides 0 ml pada hampir semua perlakuan kadar air benih
memiliki nilai IV yang nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan volume
aquabides 50, 100 dan 250 ml, kecuali pada kombinasi perlakuan kadar air 12 %
volume 50 ml dan KA 14% volume 250 ml. Pada kedua kombinasi perlakuan ini
nilai IV tidak berbeda dengan volume 0 ml. Perendaman benih dalam aquabides
(untuk pengukuran DHL), mengakibatkan menurunnya IV. Penurunan IV dilihat
dari rendahnya jumlah benih yang berkecambah normal pada hitungan pertama (5
HST). Pada benih yang telah direndam selama 24 jam tersebut umumnya telah
muncul radikula/akar sepanjang 5 mm. Tetapi jumlah kecambah normal yang
teramati pada hitungan pertama tidak menjadi lebih banyak.
79

Tabel 13. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap
indeks vigor
Kadar air Volume aquabides
0 ml (V1) 50 ml (V2) 100 ml (V3) 250 ml (V4)
---- IV (%) ----
8 % (K1) 19.5 aBC 13.5 bcC 11.5 cC 19.5 aA
10 % (K2) 23.0 aA 13.5 bcC 13.0 bcBC 15.0 bD
12 % (K3) 19.0 abBC 21.0 aA 14.5 dB 17.0 cC
14 % (K4) 18.5 aBC 13.0 cC 13.5 bBC 19.5 aA
16 % (K5) 20.5 aAB 18.5 bAB 18.5 bA 18.0 bcB
Keterangan : Lihat detil Tabel 11.

Tabel 14 menunjukkan nilai tengah pengaruh interaksi faktor kadar air


dan volume aquabides dalam pengujian DHL terhadap KCT. Hasil pengamatan
nilai kecepatan tumbuh (KCT) pada perlakuan volume aquabides 0 ml benih
kedelai yang diuji memiliki nilai KCT yang nyata lebih tinggi dibandingkan
perlakuan volume aquabides 50, 100 dan 250 ml kecuali pada kombinasi
perlakuan KA 12% volume 100 ml yang tidak berbeda nyata dengan volume 0 ml.
Setelah benih direndam (untuk pengukuran DHL) dan benih ditanam, perlakuan
volume aquabides 250 ml pada KA 8 dan 10% memiliki nilai KCT lebih tinggi
dibanding perlakuan volume 50 ml dan 100 ml. Pada volume 50 dan 250 ml, nilai
KCT benih dengan kadar air 12 % tidak berbeda nyata dengan benih berkadar air
16 %. Perendaman benih dengan aquabides sebanyak 100 ml memberikan nilai
KCT tidak berbeda nyata pada benih berkadar air 14 dan 16 %, sedangkan dengan
volume aquabides 250 ml tidak berbeda nyata pada benih berkadar air 8 dan 14 %
serta kadar air 12 dan 16 %. Nilai KCT tertinggi didapat dari kombinasi perlakuan
kadar air 12 % dan volume 100 ml dengan nilai sebesar 15.793 %KN/etmal.

Tabel 14. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap
kecepatan tumbuh
Kadar air Volume aquabides (ml)
0 ml (V1) 50 ml (V2) 100 ml (V3) 250 ml (V4)
---- KCT (%/etmal) ----
8 % (K1) 16.8 aA 12.5 cC 12.5 cC 14.1 bB
10 % (K2) 16.1 aAB 10.7 cD 10.4 cD 13.4 bBC
12 % (K3) 16.2 aAB 15.3 bcA 15.8 abA 15.4 bcA
14 % (K4) 16.1 aAB 13.6 bcB 13.1 cdBC 14.1 bB
16 % (K5) 16.9 aA 15.4 bA 13.4 cBC 15.3 bA
Keterangan : Lihat detil Tabel 11.
80

Interaksi kadar air benih dan volume aquabides berpengaruh sangat


nyata pada tolok ukur laju pertumbuhan kecambah. Hasil pengamatan nilai laju
pertumbuhan kecambah (LPK) menunjukkan bahwa benih yang tidak direndam
(volume aquabides 0 ml) pada semua tingkat kadar air benih memiliki nilai LPK
yang nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan volume aquabides 50, 100 dan
250 ml. Perlakuan perendaman benih untuk uji DHL nyata menyebabkan
menurunnya laju pertumbuhan kecambah. Penggunaan aquabides sebagai
perendam benih dengan volume 50 dan 100 ml menunjukkan nilai LPK nyata
lebih tinggi pada benih berkadar air 12 %. Pada perlakuan 250 ml aquabides, LPK
nyata lebih rendah pada benih berkadar air 8 dan 10 %. Laju pertumbuhan
kecambah pada benih dengan kombinasi perlakuan kadar air 12 % serta volume
100 ml menunjukkan hasil yang paling tinggi dibandingkan kombinasi perlakuan
perendaman yang lain yaitu sebesar 60.513 (Tabel 15).

Tabel 15. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap laju
pertumbuhan kecambah
Kadar air Volume aquabides (ml)
0 ml (V1) 50 ml (V2) 100 ml (V3) 250 ml (V4)
---- LPK (mg /KN) ----
8 % (K1) 51.494 aD 50.287 abBC 40.000 dD 43.211 cdDE
10 % (K2) 56.569 aBC 50.869 bB 45.103 cC 42.456 cdE
12 % (K3) 66.070 aA 54.783 dA 60.513 bA 49.259 cBC
14 % (K4) 59.178 aB 47.690 cdCD 45.817 deC 51.354 bAB
16 % (K5) 59.106 aB 50.954 bcB 53.034 bB 53.340 bA
Keterangan : lihat detil Tabel 11.

Hubungan antara daya hantar listrik benih kedelai dengan tolok ukur mutu
fisiologis benih pada percobaan 1 dan 2
Untuk mengetahui hubungan antara DHL dengan mutu fisiologis benih
setelah direndam pada masing-masing percobaan dengan faktor uji yang berbeda
dilakukan analisis korelasi dan regresi. Berdasarkan analisis korelasi dan regresi
pada benih kedelai menunjukkan adanya hubungan antara DHL dengan beberapa
tolok ukur mutu fisiologis benih. Hubungan antara daya hantar listrik benih
kedelai dengan tolok ukur mutu fisiologis benih (DB, BKKN, IV, KCT dan LPK)
setelah direndam pada percobaan 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17.
81

Tabel 16. Koefisien korelasi, nilai P, koefisien determinasi, dan koefisien regresi
antara DHL dan tolok ukur mutu fisiologis benih lainnya pada
percobaan 1 dengan faktor uji jumlah benih dan volume aquabides
Tolok Ukur DHL
r P R2 β
DB - 0.533 ** 0.007 25.1% - 7.445
BKKN 0.091 tn 0.671 0.0%
IV 0.189 tn 0.376 0.0%
*
KCT 0.421 0.041 14.0% + 2.667
tn
LPK 0.313 0.136 5.7%
Keterangan : r =koefisien korelasi, P =nilai P, R2 =koefisien determinasi, β =koefisien
regresi, ** =sangat nyata pada α 1%, * =nyata pada α 5%, tn =tidak nyata
pada α 5%.

Koefisien korelasi (r) adalah koefisien yang menggambarkan tingkat


keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih. Besaran dari koefien
korelasi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua peubah atau
lebih tapi semata-mata menggambarkan keterkaitan linier antar peubah (Mattjik
dan Sumertajaya, 2002). Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu ukuran
kesesuaian garis regresi yang dicocokkan dengan sekumpulan data, yaitu untuk
mengetahui sampai sejauh mana satu peubah berhubungan dengan beberapa
peubah lainnya. Menurut Aunuddin (2005), R2 merupakan koefisien yang
menunjukkan proporsi keragaman total Y yang dapat diterangkan oleh garis
regresi. Koefisien determinasi juga mengukur tunjangan dari fungsi linier dengan
k peubah bebas terhadap keragaman dalam Y, biasanya dinyatakan dalam
persentase.
Berdasarkan nilai P, DHL pada percobaan 1 berkorelasi sangat nyata
dengan DB dan berkorelasi nyata dengan KCT (Tabel 17). Daya hantar listrik
pada percobaan ini tidak memiliki hubungan/korelasi dengan BKKN, IV dan LPK
yang ditunjukkan oleh nilai P yang lebih besar dari 0.05. Hal ini juga
menunjukkan bahwa pada percobaan uji daya hantar listrik dengan faktor uji
jumlah benih dan volume aquabides, DHL dapat menggambarkan nilai DB dan
KCT benih setelah direndam.
Besarnya nilai koefisien korelasi (r) pada korelasi antara DHL - DB
dan DHL - KCT menunjukkan tingkat keeratan hubungan antara kedua peubah
tersebut. Mattjik dan Sumertajaya (2002) menyatakan bahwa nilai r berkisar
antara -1 dan 1 (-1 ≤ r ≤1) dan nilai r yang mendekati 1 atau -1 menunjukkan
82

semakin erat hubungan antara kedua peubah. Nilai r yang mendekati nol
menggambarkan hubungan kedua peubah tidak erat atau bahkan tidak ada
hubungan. Nilai koefisien korelasi tertinggi adalah 0.533, yaitu korelasi antara
DHL dengan DB. Koefisien korelasi antara DHL dan DB menunjukkan nilai
sebesar 0.533, artinya tingkat hubungan yang terbentuk antara kedua peubah erat.
Koefisien korelasi antara DHL dan KCT sebesar 0.431, artinya meskipun terdapat
hubungan antara kedua peubah tetapi tingkat hubungan yang terbentuk tidak erat.
Hubungan antara nilai konduktivitas (daya hantar listrik) benih dengan
tolok ukur vigor lainnya telah ditunjukkan pada berbagai jenis benih. Penelitian
Gaspar dan Nakagawa (2002) menunjukkan perbedaan perbandingan jumlah
benih dan volume aquabides yang digunakan dalam pengujian DHL berkorelasi
negatif dengan DB. Hasil penelitian Derbolo (1993) juga menunjukkan adanya
korelasi positif antara DHL pada benih kedelai varietas Wilis dengan asam lemak
bebas, vigor bibit setelah didera dan kontaminasi cendawan serta korelasi negatif
dengan peubah KA, DB, daya tumbuh di lapang. Hasil penelitian Taliroso (2008)
juga menunjukkan adanya korelasi negatif antara peubah DB, IV, KCT, VAA dan
DT dengan DHL pada benih kedelai varietas Panderman, Burangrang, Baluran,
Sinabung, Wilis dan Kaba.

90

85

y = 93.24 - 7.445 x
DB (%)

80

75

70
1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1
DHL ( mhos / cm/ g) *
Keterangan : R : 25.1% ; r= - 0.533; * data trans form as i log (x)

Gambar 1. Garis regresi antara nilai DHL dan DB benih kedelai setelah direndam
pada percobaan 1
83

Gambar 1 menunjukkan pengaruh peubah DHL terhadap DB. Dilihat


dari gambar tersebut dapat diketahui pola hubungan DHL-DB, besarnya
perubahan DHL yang mengakibatkan perubahan DB dan nilai keragaman dari
peubah DB. Pola hubungan DHL-DB memiliki kemiringan (slope) negatif/turun,
artinya semakin tinggi DHL benih maka DB yang terhitung akan semakin rendah.
Hal ini juga menunjukkan bahwa viabilitas benih dapat dilihat dari nilai DHL nya.
Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki vigor rendah
dan benih yang memiliki kebocoran elektrolit rendah dianggap memiliki vigor
tinggi (ISTA, 2005). Keragaman DB ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi
(R2). Koefisien determinasi pada percobaan ini sebesar 25.1% artinya hanya
sebesar 25.1 % keragaman DB disebabkan oleh DHL sedangkan sisanya
disebabkan oleh faktor lain.

Tabel 17. Koefisien korelasi, nilai P, koefisien determinasi, dan koefisien regresi
antara DHL dan tolok ukur mutu fisiologis benih lainnya pada
percobaan 2 dengan faktor uji kadar air benih dan volume aquabides
Tolok Ukur DHL
r P R2 β
DB - 0.438 ** 0.000 17.8% 0.74
BKKN - 0.359 ** 0.005 11.4% 0.54
IV - 0.139 tn 0.289 0.2% 1.77
KCT - 0.421 ** 0.001 16.0% 2.13
LPK 0.039 tn 0.769 0.0% 0.68
Keterangan : r =koefisien korelasi, P =nilai P, R2 =koefisien determinasi, β =koefisien
regresi, **=sangat nyata pada α 1%, tn=tidak nyata pada α 5%.

Berdasarkan nilai P, DHL pada percobaan 2 dengan faktor uji kadar air
benih dan volume aquabides berkorelasi sangat nyata dengan tolok ukur DB,
BKKN, dan KCT (Tabel 17). Daya hantar listrik pada percobaan ini tidak
mempunyai korelasi dengan IV dan LPK.
Peubah DB, BKKN dan KCT memiliki korelasi negatif dengan DHL.
Korelasi yang negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai DHL maka nilai
DB, BKKN maupun KCT akan semakin rendah. Nilai koefisien yang mendekati 1
atau -1 menunjukkan hubungan yang semakin erat antara kedua peubah (Mattjik
dan Sumertajaya, 2002). Nilai koefisien korelasi antara DHL dengan DB, BKKN
dan KCT masing-masing sebesar - 0.438, - 0.359 dan - 0.418. Nilai koefisien
korelasi yang rendah ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua peubah
84

tidak erat. Garis regresi (Gambar 2 sampai 4) menunjukkan semakin tinggi nilai
DHL maka nilai DB, BKKN maupun KCT benih kedelai setelah direndam semakin
rendah.

9 .5

9 .0
y = 9 .9 8 7 - 0 .7 4 4 3 x
DB (%) **

8 .5

8 .0

7 .5

1 .2 1 .3 1 .4 1.5 1.6 1.7 1 .8 1 .9 2 .0 2 .1


D H L ( mho s / c m/ g) *
Ke te r a nga n: R : 1 7 .8 % ; r = - 0 .43 8 ; * da ta tr a ns fo r m a s i log (x+0.5 ); * * da ta tr a ns for m a s i ( x)

Gambar 2. Garis regresi antara nilai DHL dengan DB benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 2

3.0

2.5
BKKN (g)

2.0 y = 2.807 - 0.5351x

1.5

1.0
1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1
DHL ( mhos/ cm/ g) *
Keterangan: R : 11.4 %; r= - 0.359; * data transform asi log (x+0.5)

Gambar 3. Garis regresi antara nilai DHL dengan BKKN benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 2
85

17

16

15
K (%/etmal)

14 y= 17.21 - 2.127x

13

12

11

10

9
1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1
DHL ( mhos/cm/g) *
Keterangan: R : 16.0 % ; r= - 0.418; * data transformasi log (x+0.5)

Gambar 4. Garis regresi antara nilai DHL dengan KCT benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 2

Korelasi antara DHL dengan DB pada percobaan 2 ini memiliki nilai


koefisien korelasi sebesar - 0.438. Sama seperti pada percobaan 1, peningkatan
daya hantar listrik benih menurunkan daya berkecambah. Hasil penelitian pada
benih rekalsitran karet (Hevea brasiliensis) menunjukkan penurunan kadar air
benih nyata menurunkan daya berkecambah, kecepatan tumbuh, laju pertumbuhan
kecambah, dan meningkatkan kebocoran membran sel yang diindikasikan dengan
meningkatnya nilai daya hantar listrik (Suzanna, 1999). Berdasarkan hasil korelasi
kedua peubah ini dapat dilihat bahwa viabilitas benih dapat diketahui lebih cepat
dari hasil pengujian daya hantar listrik. Benih dengan nilai DHL yang tinggi
memiliki viabilitas rendah dan sebaliknya. Hasil penelitian Derbolo (1993) juga
menunjukkan adanya korelasi positif antara DHL pada benih kedelai varietas
Wilis dengan asam lemak bebas, vigor bibit setelah didera dan kontaminasi
cendawan serta korelasi negatif dengan peubah KA, DB, dan daya tumbuh di
lapang.
Antara peubah DHL dan BKKN berkorelasi dengan nilai r sebesar
- 0.359. Korelasinya bertanda negatif artinya apabila nilai DHL benih rendah
maka BKKNnya tinggi dan sebaliknya. Hal ini dimungkinkan karena pada proses
perendaman terjadi pelepasan zat-zat terlarut dari sitoplasma ke media imbibisi
terutama pada benih yang memiliki struktur membran rusak. Bobot kering
86

kecambah normal mengindikasikan status viabilitas benih secara tidak langsung


karena berkaitan dengan sumber energi untuk pertumbuhan yang dihasilkan dari
perombakan cadangan makanan dalam benih. Proses perendaman mengakibatkan
sumber energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkecambahan benih
hilang. Pada benih-benih yang memiliki nilai DHL yang lebih tinggi, sumber
energi yang hilang lebih banyak sehingga kecambah yang tumbuh kurang kuat
dan bobot kering kecambah normalnya rendah.
Hubungan regresi antara DHL-KCT bernilai negatif artinya
meningkatnya DHL akan menyebabkan KCT semakin rendah, dan jika nilai DHL
rendah maka nilai KCT akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Suzanna (1999) yang menyatakan bahwa penurunan kadar air benih pada benih
rekalsitran karet (Hevea brasiliensis) nyata menurunkan daya berkecambah,
kecepatan tumbuh, laju pertumbuhan kecambah, dan meningkatkan kebocoran
membran sel yang diindikasikan dengan meningkatnya nilai daya hantar listrik
(Suzanna, 1999).

Tabel 18. Persamaan regresi antara DHL dengan beberapa peubah


viabilitas/vigor pada percobaan 2
No Peubah Persamaan r R2
1 DB Y=9.987-0.744x -0.438 17.8
2 BKKN Y=2.807-0.535x -0.359 11.4
3 KCT Y=17.217-2.127x -0.421 16.0

Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa DHL berkorelasi dengan DB,


BKKN, KCT dan DHL berkorelasi paling erat dengan DB (r = 0.438**)
dibandingkan peubah yang lain. Oleh karena itu, penentuan kadar air dan volume
aquabides yang tepat untuk uji DHL dapat dilihat dari nilai DB, BKKN dan KCT
yaitu 12% kadar air dan 100 ml aquabides. Kadar air benih 12% dipilih karena
pada tingkat kadar air ini nilai DB yang ditunjukkan tidak berbeda nyata untuk
semua volume aquabides (50 ml, 100 ml dan 250 ml) dibanding kadar air benih
yang lain (Tabel 11). Penelitian Loeffler dan Carvalho dalam Viera et al. (2002)
menyatakan bahwa kestabilan pengukuran DHL pada benih kedelai tercapai pada
kadar air benih antara 11-13%. Volume aquabides 100 ml dipilih karena pada
87

volume ini nilai BKKN dan KCT yang terukur tidak berbeda nyata dengan kondisi
benih sebelum diuji dibandingkan kedua volume aquabides yang lain pada kadar
air benih yang disarankan yaitu 12% (Tabel 12 dan 14). Penelitian Gaspar dan
Nakagawa (2002) menyatakan bahwa kombinasi terbaik yang digunakan dalam
pengujian DHL benih millet (Pennisetum americanum) adalah 100 butir benih dan
100 ml aquabides karena dapat mengidentifikasikan perbedaan diantara lot benih
dibandingkan kombinasi jumlah benih yang lain pada volume aquabides 50 atau
75 ml.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa jumlah benih tidak berpengaruh
nyata terhadap daya hantar listrik. Jumlah benih berpengaruh nyata terhadap DB
dan BKKN. Penggunaan 50 butir benih memberikan nilai rata-rata yang lebih
tinggi pada tolok ukur BKKN dan LPK, walaupun nilai DB nyata lebih tinggi
dengan penggunaan 25 butir benih. Volume aquabides berpengaruh sangat nyata
terhadap DHL, DB, KCT, LPK dan berpengaruh nyata terhadap IV. Volume
aquabides 250 ml memberikan nilai rata-rata DHL paling rendah dibandingkan
volume 50 dan 100 ml, volume 100 ml memberikan nilai rata-rata lebih tinggi
pada tolok ukur IV (55.5 %) dan KCT (23.8 %/etmal) dibanding volume 50 ml dan
250 ml. Interaksi jumlah benih dan volume aquabides berpengaruh sangat nyata
terhadap BKKN dan LPK. Kombinasi jumlah benih 50 butir dan aquabides 50 ml
atau 100 ml memberikan nilai BKKN dan LPK paling tinggi dibanding kombinasi
perlakuan yang lain.
Hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa interaksi faktor kadar air dan
volume aquabides berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur DHL, DB, BKKN,
IV, KCT dan LPK. Interaksi kadar air benih 12 % dan volume aquabides 100 ml
memberikan hasil tertinggi pada tolok ukur DB (88 %), BKKN (2.663 g), KCT
(15.8 %/etmal), dan LPK (60.513 mg/KN). Penggunaan volume aquabides yang
berbeda pada uji daya hantar listrik mengakibatkan nilai DHL yang terukur
menjadi berbeda karena volume aquabides yang digunakan akan mempengaruhi
88

konsentrasi larutan “elektrolit” yang terbentuk akibat perendaman benih. Semakin


banyak air yang digunakan untuk merendam benih semakin encer larutan
elektrolitnya sehingga DHL yang terukur akan semakin rendah.
Daya hantar listrik dan tolok ukur viabilitas/vigor benih memiliki korelasi
yang berbeda pada faktor pengujian yang berbeda. Pada percobaan 1 dengan
faktor pengujian jumlah benih dan volume aquabides, DHL berkorelasi negatif
dengan DB. Pada percobaan 2, DHL berkorelasi negatif dengan DB, BKKN dan
KCT. Oleh karena itu, penentuan kadar air benih dan volume aquabides yang tepat
untuk uji DHL dapat dilihat dari nilai DB, BKKN, dan KCT yaitu 12% kadar air
dan 100 ml aquabides.

Saran
Jumlah benih kedelai untuk pengujian daya hantar listrik benih disarankan
50 butir dengan kadar air benih 12 % dan volume aquabides 100 ml.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain
yang mempengaruhi hasil pengukuran DHL benih misalnya perbedaan varietas
benih, dan lama perendaman.
89

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T dan R. Wudianto. 2002. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di


Lahan Sawah, Kering, dan Pasang Surut. Jakarta. Penebar Swadaya.
84hal

AOSA . 1983. Seed vigor testing handbook. Prepared by the seed vigor test
commitee of the association of official seed analyst contribution. No 32.
88p

Aunuddin. 2005. Statiska : Rancangan dan Analisis Data. IPB Press. Bogor. 295
hal

BPS. 2005. Statistik Indonesia (Statistical yearbook of Indonesia) 2005/2006.


Jakarta. 638 hal.

Copeland, L.O dan M.B. McDonald. 1994. Principles of Seed Science and
Technology. 2nd ed. Chapman & Hall. 409p

Derbolo. 1993. Penurunan mutu benih kedelai (Glycine max L. Merr) varietas
Wilis selama penyimpanan. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 73 hal

Dias, DCFS dan J.M.Filho. 1996. Teste de conductividade electrica para avaliacao
do vigor de sementes de soja (Electrical conductivity tests to evaluate the
vigor of soybean seeds). Sci.agric. Vol. 53 No. 1: 31-42.
http://www.scielo.br

Dias, DCFS, M.C. Bhering, D.Tokuhisa dan P.C.Hilst. 2006. Conductividade


electrica para avaliacao do vigor de sementes de cebola (Electrical
conductivity test to evaluate onion seeed vigor). Rev.bras.sementes
Vol.28 No.1. http://www.scielo.br

Hsu, F.H, J.B Lin, dan S.R. Chang. 2000. Effects of waterlogging on seed
germination, electric conductivity of seed leakage and development of
hypocotyl and radicle in sudangrass (Shorgum sudanense Stapf).
Bot.Bull.Acad.Sin. (41):267-273

Gaspar, CM dan J. Nakagawa. 2002. Teste de conductividade electrica em


funcao do numero de sementes e da quantidade de agua para sementes de
milheto (Electrical conductivity test in function of the number of seeds
and the amount of water for pearl millet seeds). Rev.bras sementes Vol.
25 No. 2: 70-76. http://www.scielo.br
90

Harrington, J.F. 1972. Seed storage ang longevity. In: Seed Biology,
Physiologycal Ecology. A Series of Monograph, Test and Treaties.
Academic Press. New York. 422 hal

Hasid, R. 1999. Pengaruh penurunan kadar air terhadap perubahan fisiologi dan
biokimiawi benih kakao (Theobroma cacao L). Tesis. Program Pasca
Sarjana IPB. Bogor. 84hal

Ismatullah. 2003. Studi penciri mutu benih kedelai (Glycine max L. (Merr))
varietas Wilis selama masa penyimpanan. Skripsi. Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 39 hal

ISTA. 2005. Annexe to Chapter 15: Seed Vigour Testing. International Rules
for Seed Testing ed. 5.

Justice, LJ dan LN. Bass. 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih
(Terjemahan). CV. Rajawali. Jakarta. 445 hal

Marwanto. 2003. Keragaman resistensi beberapa genotipe benih kedelai terhadap


deraan cuaca lapang:I. Pengaruh metode penapisan. Jurnal Akta Agrosia
Vol 6 No 1 Jan-Jun 2003 18-22 hal.

Matthews, S and A. Powell. 2006. Electrical Conductivity Vigour Test:


Physiological Basis and Use. ISTA News Bulletin (131): 32-35p
http://www.seedtest.org

Mattjik, A.A dan M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan


Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. FMIPA IPB. Bogor. 287 p

Nurmiaty, Y. 1993. Pengaruh stadia masak panen terhadap viabilitas benih 3


varietas kedelai (Glycine max L. Merr). Tesis. Program Pascasarjana
IPB. Bogor. 63 hal

McDonald, M.B. 1998. Seed quality assesment. Seed Science Research. (8):265-
275. (Abstrak). http://hort.cabweb.org/SeedSci/Pdfs/ssr08 265.pdf. 5
Maret 2003

Panobianco M., RD Vieira, FC Krzyzanowski, JB Franca. 1999. Electrical


conductivity of soybean seed and correlation with seed coat content.
Seed Sci. and Technol., (27): 945-000. http://www.scielo.br

Qadir, A. 1994. Studi penentuan nilai viabilitas benih kedelai dengan


menggunakan peubah yang layak. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB.
Bogor. 68 hal

de Sa, ME. 1999. Conductividade electrica em sementes de tomate (Lycopersicon


lycopersicum L.) (Electrical conductivity of tomato seeds). Sci.agric. Vol
56 No 1. http://www.scielo.br
91

Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di


Indonesia. IPB. Bogor. 301 hal

Sadjad, S. 1989. Konsepsi Steinbauer-Sadjad sebagai landasan pengembangan


matematika benih di Indonesia. Orasi ilmiah pengukuhan matematika
benih dalam rangka penerimaan jabatan guru besar. IPB. Bogor. 12 hal

Sadjad. S. 1993. Dari Benih kepada benih. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.


Jakarta. 144hal

Sadjad, S, E. Murniati, S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari


Komparatif ke Simulatif. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
185 hal

Saenong, S. 1986. Kontribusi vigor awal terhadap daya simpan benih jagung (Zea
mays L.) dan kedelai (Glycine max L. (Merr)). Disertasi Doktor.
Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor. 210 hal

Suzanna, E. 1999. Pengaruh penurunan kadar air dan penyimpanan terhadap


perubahan fisiologi dan biokimiawi benih karet (Hevea brasiliensis).
Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor. 75 hal

Taliroso, D. 2008. Deteksi status vigor benih kedelai (Glycine max L. Merr)
melalui metda uji daya hantar listrik. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB.
Bogor. 84 hal

Vanzolini, S dan J. Nakagawa. 2005. Teste de conductividade electrica em


sementes de amendoim (Electrical conductivity test in peanut seeds).
Rev.bras.sementes Vol 2 No 2. http://www.scielo.br

Vieira, RD, AL. Penario, D. Perecin dan M. Panobianco. 2002. Conductividade


electrica e teor de agua inicial das sementes de soja (Electrical
conductivity and initial water content of soybean seeds).
Pesq.agropec.bras Vol 37 No 9: 1333-1338. http://www.scielo.br

Vieira, RD, AS. Neto, SRM. de Bittencourt dan M. Panobianco. 2004. Electrical
conductivity of the seed soaking and soybean seedling emergence.
Sci.agric. Vol 61 No 2. http://www.scielo.br
92

LAMPIRAN

Tabel lampiran 1. Deskripsi kedelai varietas Burangrang


Asal : Segregat silang alam, diambil dari tanaman
petani di Jember
Nomor galur : C1-I-2/KPR-3
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna bunga : Ungu
Bentuk daun : Oblong, ujung runcing
Warna daun : Hijau
Warna kulit polong masak : Coklat
Warna biji : Kuning
Warna bulu : Putih abu
Warna hilum biji : Terang coklat kekuningan
Tipe tanaman : Determinate
Tinggi tanaman : 60-70 cm
Umur berbunga : 35 hari
Umur polong masak : 80-82 hari
Percabangan : Tidak ada keterangan
Kerebahan : Tahan rebah
Bobot 100 biji : 17 gram
Kandungan protein : 39 %
Kandungan lemak : 20 %
Daya hasil : 1,6-2,5 ton/ hektar
Rata-rata hasil : 2,04 ton/hektar
Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap penyakit karat daun
Keterangan lain : Sesuai sebagai bahan baku tahu, tempe
Pemulia : RPP.Rodiah, C.Ismail, Gatot Sunyoto dan
Sumarno
Thn dan nomor SK pelepasan : 4 November 1998, No.776/Kpts/TP/240/9/99
Sumber : Lembar informasi pertanian (Liptan) IP2TP Mataram No.
07/Liptan/2000, Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram
93

Tabel lampiran 2. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides
terhadap daya hantar listrik benih 1
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Perlakuan 5 2.3391 0.4678 283.53** 0.0001
Jumlah Benih (A) 1 0.0024 0.0024 1.44t n 0.2449
Volume Aquabides (B) 2 2.3365 0.1168 708.04** 0.0001
Interaksi (A*B) 2 0.0002 0.0001 0.07t n 0.9372
Galat 18 0.0297 0.0016
Total 23 2.3689
Ket : KK = 2.42%; 1data DHL transformasi log (x)

Tabel lampiran 3. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides
terhadap daya berkecambah benih
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
**
Perlakuan 5 291.5000 58.3000 6.14 0.0017
Jumlah Benih (A) 1 60.1667 60.1667 6.33 * 0.0216
Volume Aquabides (B) 2 223.0000 111.5000 11.74** 0.0005
Interaksi (A*B) 2 8.3333 4.1667 0.44t n 0.6517
Galat 18 171.0000 58.3000
Total 23 462.5000 9.5000
Ket : KK = 3.82%

Tabel lampiran 4. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides
terhadap bobot kering kecambah normal 2
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
**
Perlakuan 5 1.4160 0.2832 76.38 0.0001
Jumlah Benih (A) 1 1.3419 1.3419 361.93** 0.0001
Volume Aquabides (B) 2 0.0061 0.0030 0.82t n 0.4569
Interaksi (A*B) 2 0.0680 0.0340 9.18** 0.0018
Galat 18 0.0667 0.0037
Total 23 1.4827
Ket : KK = 8.12%; 2 data BKKN transformasi (1/x)

Tabel lampiran 5. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides
terhadap indeks vigor
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Perlakuan 5 1108.0000 221.0000 2.63t n 0.0593
Jumlah Benih (A) 1 2.6667 2.6667 0.03t n 0.8608
Volume Aquabides (B) 2 688.0000 344.0000 4.08 * 0.0346
Interaksi (A*B) 2 417.3333 206.6667 2.47t n 0.1124
Galat 18 1518.0000 84.3333
Total 23 2626.0000
Ket : KK = 18.93%
94

Tabel lampiran 6. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides
terhadap kecepatan tumbuh
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Perlakuan 5 44.8390 8.9678 3.20 * 0.0306
Jumlah Benih (A) 1 0.6743 0.6743 0.24t n 0.6296
Volume Aquabides (B) 2 33.4827 16.7413 5.98** 0.0102
Interaksi (A*B) 2 10.6820 5.3410 1.91t n 0.1772
Galat 18 50.4143 2.8008
Total 23 95.2534
Ket : KK = 7.38%

Tabel lampiran 7. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides
terhadap laju pertumbuhan kecambah
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
**
Perlakuan 5 371.8896 74.3779 7.33 0.0007
Jumlah Benih (A) 1 0.3725 0.3725 0.04t n 0.8503
Volume Aquabides (B) 2 127.6532 63.8292 6.29** 0.0085
Interaksi (A*B) 2 243.8588 121.9294 12.01** 0.0005
Galat 18 182.7642 10.1536
Total 23 554.6538
Ket : KK = 6.40%

Tabel lampiran 8. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides
terhadap daya hantar listrik benih 3
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Perlakuan 19 64.4842 3.3939 14306.8** 0.0001
Kadar Air Benih 4 0.2361 0.0590 248.81** 0.0001
Volume Aquabides 3 64.1271 21.3757 90107.1** 0.0001
Interaksi 12 0.1216 0.0101 42.71** 0.0001
Galat 60 0.0142 0.0002
Total 79 64.4991
Ket : KK = 1.31%; 3 data DHL transformasi log (x + 0.5)

Tabel lampiran 9. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides
terhadap daya berkecambah benih 4
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Perlakuan 19 30.3232 1.5959 44.17** 0.0001
Kadar Air Benih 4 9.7156 2.4289 67.22** 0.0001
Volume Aquabides 3 15.0325 5.0108 138.67** 0.0001
Interaksi 12 5.5708 0.4646 12.86** 0.0001
Galat 60 2.1681 0.0361
Total 79 32.4913
Ket : KK = 2.12%; 4 Data DB transformasi (√x)
95

Tabel lampiran 10. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides
terhadap bobot kering kecambah normal
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Perlakuan 19 19.0347 1.0018 86.26** 0.0001
Kadar Air Benih 4 7.0032 1.7508 150.93** 0.0001
Volume Aquabides 3 10.1235 3.3745 290.91** 0.0001
Interaksi 12 1.9079 0.1590 13.71** 0.0001
Galat 60 0.6960 0.0116
Total 79 19.7307
Ket : KK = 5.11%

Tabel lampiran 11. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides
terhadap indeks vigor
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
**
Perlakuan 19 816.0000 42.9474 4.81 0.0001
Kadar Air Benih 4 117.0000 25.2500 3.27** 0.0001
Volume Aquabides 3 362.0000 120.6667 13.51** 0.0001
Interaksi 12 337.0000 28.0833 3.41** 0.0001
Galat 60 1536.0000 8.9333
Total 79 1352.0000
Ket : KK= 17.58%

Tabel lampiran 12. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides
terhadap kecepatan tumbuh
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
**
Perlakuan 19 269.1752 14.1672 35.92 0.0001
Kadar Air Benih 4 89.0649 22.2662 56.45** 0.0001
Volume Aquabides 3 134.4818 44.8273 113.65** 0.0001
Interaksi 12 45.6284 3.9024 9.64** 0.0001
Galat 60 23.6658 0.3944
Total 79 292.8410
Ket : KK = 4.37%

Tabel lampiran 13. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides
terhadap laju pertumbuhan kecambah
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Perlakuan 19 3320.6480 174.7709 17.42** 0.0001
Kadar Air Benih 4 1281.2252 320.3063 31.92** 0.0001
Volume Aquabides 3 1373.5828 457.8609 45.63** 0.0001
Interaksi 12 665.8399 55.4867 5.53** 0.0001
Galat 60 602.0472 10.0341
Total 79 3922.6952
Ket : KK= 6.41%
96

Tabel Lampiran 14. Sidik ragam regresi DHL dan DB pada percobaan 1
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Regresi 1 131.293 131.293 8.72** 0.007
Galat 22 331.207 15.055
Total 23 462.500

Tabel Lampiran 15. Sidik ragam regresi DHL dan BKKN pada percobaan 1
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Regresi 1 0.01235 0.0123515 0.18tn 0.671
Galat 22 1.47027 0.0668303
Total 23 1.48262

Tabel Lampiran 16. Sidik ragam regresi DHL dan IV pada percobaan 1
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Regresi 1 94.16 94.163 0.82tn 0.376
Galat 22 2531.84 115.084
Total 23 2626.00

Tabel Lampiran 17. Sidik ragam regresi DHL dan KCT pada percobaan 1
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Regresi 1 16.8523 16.8523 4.73* 0.041
Galat 22 78.4011 3.5637
Total 23 95.2534

Tabel Lampiran 18. Sidik ragam regresi DHL dan LPK pada percobaan 1
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
tn
Regresi 1 54.471 54.4714 2.40 0.136
Galat 22 500.181 22.7355
Total 23 554.652

Tabel Lampiran 19. Sidik ragam regresi DHL dan DB pada percobaan 2
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Regresi 1 3.6034 3.60339 13.81** 0.000
Galat 58 15.1370 0.26098
Total 59 18.7404
2
Ket : R = 17.8 %
97

Tabel Lampiran 20. Sidik ragam regresi DHL dan BKKN pada percobaan 2
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Regresi 1 1.8621 1.86212 8.56** 0.005
Galat 58 12.6225 0.21763
Total 59 14.4847
Ket : R2 = 11.4 %

Tabel Lampiran 21. Sidik ragam regresi DHL dan IV pada percobaan 2
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Regresi 1 20.35 20.35 1.15tn 0.289
Galat 58 1030.64 17.77
Total 59 1050.98
Ket : R2 = 2 %

Tabel Lampiran 22. Sidik ragam regresi DHL dan KCT pada percobaan 2
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Regresi 1 29.433 29.4329 12.27** 0.001
Galat 58 139.098 2.3982
Total 59 168.531
Ket : R2 = 16 %

Tabel Lampiran 23. Sidik ragam regresi DHL dan LPK pada percobaan 2
Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Pr>F
Regresi 1 3.01 3.01 0.09tn 0.769
Galat 58 2015.02 34.74
Total 59 2018.04
Ket : R2 = 0 %
98

Gambar Lampiran 1. Benih kedelai yang direndam dalam aquabides volume


(a) 50 ml, (b) 100 ml dan (c) 250 ml

Gambar Lampiran 2. Aquabides tanpa benih (sebagai blanko)


99

Gambar Lampiran 3. Proses perendaman benih selama 24 jam pada suhu ruangan ± 20oC

Anda mungkin juga menyukai