Anda di halaman 1dari 24

IMBIBISI BIJI PADI DAN KACANG MERAH

LAPORAN

OLEH:
SALWA KHOVIVAH MANURUNG
220301074
AGROTEKNOLOGI-2

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTAEA

2023
Judul : Imbibisi Biji
Nama : Salwa Khovivah Anggi Br. Manurung
Nim : 220301074
Program Studi : Agroteknologi 2

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

(Ir. Meriani Sembiring, MP)


NIP. 196505181992032091

i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan hidayah-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan pratikum yang berjudul “Imbibisi Biji” ini dengan baik tanpa ada hambatan.
Laporan pratikum ini menjelaskan tentang bagaimana proses biji kacang merah
dan padi dapat berimbibisi dalam air selama waktu yang ditentukan serta untuk
memenuhi komponen penilaian dari laboratoriun fisiologi tumbuhan.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Ir.Meiriani. MP selaku dosen
penanggungjawab Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan serta abang dan kakak asisten
laboratorium yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan laporan ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
saya mengharapakan kritik dan saran untuk laporan ini. Demikian yang dapat saya
sampaikan, saya ucapkan terimakasih.

Medan, 13 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGASAHAN…………………………………………………….……..i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….….iii

PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………………….1
Tujuan Percobaan……………………………………………………………….2
Kegunaan Penulisan…………………………………………………………….2

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………….3

BAHAN DAN METODE


Tempat Dan Waktu Pratikum……………………………………………………5
Alat dan Bahan…………………………………………………………………..5
Prosedur Percobaan……………………...………………………………………5

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil……………………………………………………………………………...6
Pembahasan………………………………….…………………..………………6

KESIMPULAN……………………………………………………………..…………15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………...………………………..16
LAMPIRAN

i
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Benih adalah tanaman dan bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak
dan/atau mengembangbiakan tanaman pangan (Permetan,2014). Benih menrupakan
faktor penentu dalam meningkatkan produktivitas tanaman (MacRobert et al., 2014)
karena itu harus bermutu dan berkualitas. Menurut Saenong et al \.,(2016) terdapat tigal
hal penting yang berkaitan dengan kualitas benih yaitu: (1) Teknik produksi beih
berkualitas.,(2) Teknik mempertahankan kualitas benih yang telah dihasilkan (3) Tenik
deteksi atau mengukur kualitas benih.
Imbibisi merupakan proses masuknya air ke dalam benih untuk memicu
dimulainya proses perkecambahan. Masuknya air ini bisa terjadi secara difusi maupun
secara osmosis. Adapun proses osmosis ini terjadi akibat keadaan benih yang lebih
kering dari lingkungannya sehingga air masuk ke dalam benih ( Jevi Nugraha 2021).
Pada proses imbibisi dipengaruhi oleh kadar atau konsentrasi larutan sama
seperti proses difusi dan osmosis. Kecepaair oleh niji berbanding lurus dengan luas
permukaan penyerapan apabila air dipanaskan maka energi dipakai. Sebagian energi ini
dipakai untuk meningkatkan difusi air.
Perkecambahan pada biji ini dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal seperti
air, komposisi udara, cahaya, suhu dan juga zat-zat toksik yang berada di lingkungan
sekitar termasuk didalamnya yaitu zat-zat alelopati dari tumbuhan yang ada
disekitarnya. Adaptasi morfologi yang didasarkan pada penghambatan atau pencegahan
masuknya senyawa berbahaya kedalam tubuh tumbuhan.( Cahyanti ,2019 )
Ukuran dari biji varietas dapat juga mempengaruhi proses terjadinya imbibisi
selama perkecambahan. Perbedaan yang dapat terlihat secara nyata pada indeks vigor
dan kecepatan tumbuh yang merupakan tolak ukur dari vigor tersebut. Varietas atau biji
sedang ini memperlihatkan keragaman yang terbaik pada kedua peubah dibandingkan
dengan varietas lainnya. Berdasarkan hal ini diduga dikarenakan proses imbibisi yang
dipengaruhi oleh permeabilitas kulit biji yang berhubungan dengan benih biji
(Danial, et al., 2013).

ii
Tujuan Pratikum
Adapun tujuan pratikum ini adalah untuk menentukkan daya hisap biji terhadap
air dam membandingkan daya hisap antara biji padi dan kacang merah.

Kegunaan penulisan
Tujuan penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi syarat komponen
penilaian pada pratikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara dan sebagai sumber
informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

i
Imbibisi Benih adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme

hidup atau bagiaanya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung

pertumbuhan normal. Benih yang mengalami imbibisi ditandai oleh rendahnya/tidak

adanya proses imbibisi air, proses respirasi tekanan/ terhamabat, rendahnya proses

mobilitas cadangan makanan, rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.

(Betaria Septiana 2019)

Proses perkecambahan mengalami proses penyerapan air dengan cara osmosis

ataupun imbibisi. Pada proses penyerapan air oleh biji biasanya terjadi sampai ke

jaringan pada tahap pertama. Pada tahap kedua penyerapan air pada benih tidak sama,

dikarenakan kulit pada benih biji tersebut mengandung suatu lapisan atau substrat yang

mudah larut dalam air sehingga air yang diserap lebih banyak. Jika suatu tekanan pada

benih kecil dari tekanan larutan maka dapat meningkatkan proses imbibisi

(Wusono & Matinahoru,(2015).

Proses perkecambahan biji secara normal harus didukung dengan kondisi

lingkungan yang menguntungkan dan mengeliminasi faktor-faktor penghambat. Ukuran

dan luas permukaan biji kecil serta permeabilitas biji rendah (biji keras) menjadi faktor

yang mempengaruhi biji tanaman untuk tumbuh karena air menjadi sulit untuk masuk

dan berpotensi menggagalkan terjadinya perkecambahan biji

.(R. Adhitya et all 2022)

Menurut faktor-faktor yang mepengaruhi perkecambahan biji adalah faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor intertalnya yaitu: tingkat kematangan biji, berat dan

ukuran biji, dormansi. Faktor eksternalnya ialah air, suhu, oksigen, cahaya.

(Junaidi et all 2021).

ii
ukuran dari biji varietas dapat juga mempengaruhi proses terjadinya imbibisi

selama perkecambahan. Perbedaan yang dapat terlihat secara nyata pada indeks vigor

dan kecepatan tumbuh yang merupakan tolak ukur dari vigor tersebut. biji sedang ini

memperlihatkan keragaman yang terbaik pada kedua peubah dibandingkan dengan

varietas lainnya. Berdasarkan hal ini diduga dikarenakan proses imbibisi yang

dipengaruhi oleh permeabilitas kulit biji yang berhubungan dengan benihbiji

(Danial, et al., 2013).

Pada tumbuhan kemampuan menyerap mineral dan air yang ada didalam tanah

dengan menggunakan akar dan gas-gas seperti karbondioksida dan oksigen diambil oleh

stomata daun dari udara yang ada disekelilingnya. Air dan garam mineral yang masuk

ke akar melalui epidermis akan ini secara osmosis dan difusi. Hal ini dapat terjadi

dikarenakan terdapat perbedaan antara konsentrasi sel-sel akar dan tanah di

lingkungannya (Yahya, 2015).

Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal

perkecabahan hypogeal dan epigeal. Hypogeal adalah pertumbuhan memanjang dari

epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas

tanah. Kotiledon relative tetap posisinya. Pada epigeal hipokotillah yag tumbuh

memanjanh, akibatnya kotiledon dan plamula terdorong ke permukaan tanah.

( Selvina 2017)

i
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat

Adapun pratikum ini dillakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakuktas

Pertani Universitas Sumatra Utara pada hari Kamis tanggal 009 Maret 2023

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan untuk pratikum ini adalah benih padi (Oryza

sativa) dan benih kacang merah (Vigna angularis) sebagai sampel tumbuhan untuk

diamati imbibisinya, air sebagai bahan untuk merendam biji agar imbibisi dapat terjadi,

label untuk menandai cup tempat imbibisi.

Sedangakan alat yang digunakan untuk pratikum ini adalah cup untuk wadah

melakukan imbibisi biji, pinset sebagai alat untuk mengambil sampel setelah di

imbibisi, timbangan adalah alat untuk mengukur biji dan air sebelum imbibisi dan

setelah imbibisi

Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan pratikum ini yaitu:

 Disiapkan 20 botol (cup)

 Ditimbang biji kacang merah dan padi masing-masing 5 gr

 Dimasukkan kedalam cup dan masing-masing biji direndam dengam 25 ml air

selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam 8 jam, 12 jam, 24 jam, dan 48

jam

 Ditimbang berat biji yang telah direndam sesuai perlakuan dan sisa air

ii
 Dihitung persentase kadar air dengan rumus

Berat akhir-berat awal

X 100%

Berat awal

 Digambar gravik hubungan antara lama perendaman dalam satu gravik untuk 2

biji

i
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Adapun hasil dari pratiku judul ini sebagai berikut :

Komoditi Padi

Lama Berat Berat Pertam- Berat Air yang Selisih

Perendama Awal Akhir Bahan Kadar Air Diabsorbsi Air yang

n Biji Biji Berat Air(%) Sisa(g) (g) diabsorbsi

(jam) (g) (g) Biji (g) dengan

pertam

Bahan

berat biji

1 5 6,17 1,17 18,96% 21.48 3.52 2,35

2 5 7,38 2,38 32.24% 26.12 1.12 3,5

3 5 5,8 0,8 13.79% 18,37 6,63 5.83

4 5 6.03 1.03 17,08% 23,80 1,2 0,17

5 5 9,8 4,8 48,97% 20,05 4.95 0,15

6 5 8,30 3.30 48.97% 10.58 14.42 11.12

8 5 8,25 3,25 39,39 21,70 3.3 1.05

12 5 5.83 0.83 19.78% 20.87 4.13 4.76

24 5 6.61 1,61 24,35% 20,18 4,82 3,12

48 5 6.81 1.81 36.2% 9.85 15.15 13.34

ii
Komoditi Kacang Merah

Lama Berat Berat Pertam- Berat Air yang Selisih Air

Perendaman Awal Akhir Bahan Air yang


Kadar Diabsorbsi
Biji Biji (g) Berat Biji Sisa(g) diabsorbsi
(jam) (g)
Air(%)
(g) (g) dengan

pertambahan

berat biji

1 5 8,07 3,07 38,04% 20,04 4,96 1,89

2 5 9.29 4.29 85.5% 20.24 0.76 3.5

3 5 5,95 0,95 19% 21.21 3.79 2,84

4 5 10.06 5.06 50,29% 19.90 5.91 0,85

5 5 9.8 4.8 96% 18,2 6.8 2

6 5 8,30 3.30 48.97% 10.58 14,42 11,12

8 5 10,20 5,20 104% 19,50 5,5 0.20

12 5 8.63 3.63 33.04% 18.79 6.21 9.57

24 5 10.45 5.45 109% 20,18 4,82 0,63

48 5 9.36 4.36 87.2% 11.70 13.3 8.94

i
PEMBAHASAN
Adapun pembahasan yang akan dibahas dalam judul pratikum sebagai berikut:

A. PENGERTIAN IMBIBISI BIJI PADI DAN KACANG MERAH

Padi adalah komoditas pangan penghasil beras yang memegang peranan

penting dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Yaitu beras sebagai makanan

pokok sangat sulit digantikan oleh bahan pokok lainnya. Sehingga keberadaan

padi menjadi prioritas utama masyarakat dalam memenuhi kebutuhan asupan

karbohidrat yang dapat mengenyangkan. Padi sebagai tanaman pangan

dikonsumsi kurang lebih 90% dari keseluruhan penduduk Indonesia untuk

makanan pokok sehari-hari.

Kacang merah banyak tersedia di Indonesia dan mudah diperoleh. Hal

tersebut sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (2018), produksi kacang merah

di Indonesia tergolong cukup tinggi, yaitu mencapai 37.171 ton pada tahun

2016. Oleh masyarakat lokal di Indonesia umumnya, kacang merah yang biasa

disebut dengan kacang buncis ini diolah menjadi sup, kue, salad dan es krim.

Kacang merah mengandung zat gizi, serat kasar dan antosianin. Kandungan zat

gizi kacang merah terdiri dari unsur makro dan mikro. Menurut Mahmud et.al.,

2008, kandungan makronutrien dalam 100 g kacang merah kering diantaranya

air 17,70 g; lemak 1,10 g; protein 22,10 g; karbohidrat 56,20 g; serta pada serat

4,00 g. Serta kandungan antosianin dalam 100 g kacang merah yaitu pada

cyanidin 1,2 mg/100g dan pelargonidin 2,4 mg/100g

Menurut penelitian dari Betariana Septiana pada tahun 2019 Imbibisi

adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau ai

ii
tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal.

Benih yang mengalami imbibisi diatandai oleh rendahnya/tidak adanya proses

imbibisi air, proses respirasi tekanan/terhambat, rendahnya proses mbolitas

cadangan makanan.

Imbibisi atau nama kata latinnya “imbi bore” artinya menyeludup. Air

Imbibisi atau disebut air menyeludup ini merupaka suatu zat yang dimaksud

dengan imbibisi diaman merupakan peristiwa perpindahan molekul air didalam

suatu zat melewati pori=pori atau lubang yang cukup besar dan molekul air

tersebut menetap di dalam zat.

B. PROSES PERKECAMBAHAN/IMBIBISI BIJI

Berdasarkan literatur dari Wusono & Matinahoru pada tahun 2015 yang

menjelaskan tentang Proses perkecambahan mengalami proses penyerapan air

sengan cara osmosis ataupun imbibisi. Pada proses penyerapan air oleh biji

biasanya terjadi sampai ke jarinngan pada tahap pertama. Pada tahap kedua

penyerapan air pada benih tidak sama, dikarenakan kulit pada benih biji tersebut

mengandung suatu lapisan atau substrat yang mudah larut dalam air sehingga air

yang diserap lebih banyak. Air sangat diperlukan dalam proses imbibisi, hidrasi

jaringan, sintesis hormon IAA dan GA, hidrolisis enzim, transport molekul yang

terhidrasi ketitik tumbuh, respirasi , asimilasi, sintesis hormon sitokin yang

sangat berperan dalam proses pemebelahan dan pembesaran sel. Jika air yang

masuk kedalam benih terhambat, maka prosesnya juga akan terhambat,

i
akibatnya bahan menjadi tertunda maupun pertumbuhannya tidak sesuai demgan

semestinnya

Menurut R. Adhitya Parama Arthawijaya di dalam literatur nya beliau

menyatakan bahwa proses Proses perkecambahan biji secara normal harus

didukung dengan kondisi lingkungan yang menguntungkan dan mengeliminasi

faktor-faktor penghambat. Ukuran dan luas permukaan biji kecil serta

permeabilitas biji rendah (biji keras) menjadi faktor yang mempengaruhi biji

tanaman untuk tumbuh karena air menjadi sulit untuk masuk dan berpotensi

menggagalkan terjadinya perkecambahan biji.

Air yang masuk dalam biji pada proses imbibisi mengaktifkan enzim-

enzim yang telah ada didalam biji tersebut dan dapat membantu proses

pembentukan enzim yang disalurkan ke bagian embrionik axis untuk membantu

proses terjadinya perkecambahan biji. Pada proses imbibisi air ini dapat

menyebabkan embrio dibawah kulit biji tersebut juga akan ikut emproduksi

hormon walaupun dalam jumlah yang kecil.penyerapan air yang terjadi pada

benih ini akan terhidrasi membentuk enzim (termasuk didalamnya terdapat

hormon sitokinin dan auksin). Berdasarkan hasil dari sidik ragam mengenai

permeabilitas benih biji menunjukkan bahwa memiliki perbedaan yang nyata

dapat dilihat antara genotipe. Hal ini dapat diketahui berarti benih biji dari

masingmasing genotipe memiliki kemampuan menyerap air yang berbeda dan

tingkat kebesaran kemampuan ini tergantung pada nilai permeabilitas. Jika

semakin kecil tingkat permeabilitasnya maka semakin sedikit air yang diserap

oleh benih biji kacang hijau ataupun sebaliknya.

ii
Proses yang terjadi pada perendaman biji ini menyebabkan air yang

masuk kedalam biji sehingga menyebabkan biji menjadi membengkak. Biji

kacang yang membengkak tersebut mengakibatkan struktur didalam biji menjadi

lebih renggang, sehingga ketika dikeringkan air yang terdapat didalam biji

tersebut menjadi lebih mudah keluar sehingga menyebabkan kadar air yang ada

di kecambah menjadi lebih rendah dibandingkan dengan kacang yang tidak

dikecambahkan. Jumlah air terikat dan air bebas mempengaruhi kadar air pada

bahan. Tinggi rendahnya kadar air suatu bahan sangat ditentukan oleh air terikat

dan air bebas yang terdapat dalam bahan.

Ukuran dari biji varietas biji ini dapat juga mempengaruhi proses

terjadinya imbibisi selama perkecambahan. Perbedaan yang dapat terlihat secara

nyata pada indeks vigor dan kecepatan tumbuh yang merupakan tolak ukur dari

vigor tersebut. Varietas biji sedang ini memperlihatkan keragaman yang terbaik

pada kedua peubah dibandingkan dengan varietas lainnya. Berdasarkan hal ini

diduga dikarenakan proses imbibisi yang dipengaruhi oleh permeabilitas kulit

biji yang berhubungan dengan benih biji . Proses perendaman biji yang

dilakukan selama 2 jam dan 24 jam ini di duga menumbuhkan kotiledon yang

ada dalam benih

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMBIBISI BIJI

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Imbibisi biji menurut

penelitian dari Junaidi dan Fandi Ahmad pada tahun 2021 yaitu:

i
1. Faktor Internal

 Tingkat Kematangan Biji

Pada umumnya biji yang muda tidak mempunyai kemampuan

daya tahan hidup yang cukup serta tidak memiliki daya kecambah yang

baik, karena biji tidak cukup memiliki cadangan makanan serta embrio

yang belum terbentuk secara sempurna

 Berat dan ukuran Biji

Berat dan ukuran biji yang besar akan memiliki cadangan

makanan yang cukup, yang berada dalam kotiledonnya dan cadangan

makanan tersebut akan digunakan embrio sebagai energi untuk

berkecambah.

 Dormansi, biji dalam keadaan dormansu tidak bisa berkecambah

meskipun lingkungannya sudah cukup dalam menunjang perkecambahan

2. Faktor Eksternal

 Air sebagai pengurai karbohidrat dalam kotiledon biji untuk

dipergunakan dalam pertumbuhan embrio

 Suhu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan biji dengan suhu

sekitar 25 – 35oC

 Oksigen dapat diserap oleh biji melalui proses respirasi yang akan

mendorong pertumbuhan kecambah dengan cepat.

 cahaya, digunakan untuk proses pelapukan cangkang

ii
Adaptasi morfologi yang didasarkan pada penghambatan atau

pencegahan masuknya senyawa berbahaya kedalam tubuh tumbuhan ini

seperti lignin. Dengan adanya lignin pada dinding biji dapat mencegah

masuknya senyawa alelopati pada membran, sehingga sistem membran tidak

akan mengalami kerusakan. Adanya sifat permeabilitas pada benih juga

ditentukan oleh aktor umur jika semakin tua benih tersebut maka kadar

lignin dapat meningkat dan rendah pula tingkat imbibisinya

D. PERKECAMBAHAN HIPOGEAL Dan EPIGEAL

Berdasarkan literatur dari Selvina Tuli pada tahun 2017 posisi kotiledon

dalam proses perkecambahan dikenal perkecabahan hypogeal dan epigeal.

Hypogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan

plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas tanah. Kotiledon relative

tetap posisinya. Pada epigeal hipokotillah yag tumbuh memanjanh, akibatnya

kotiledon dan plamula terdorong ke permukaan tanah

Jika saat berkecambah kulit biji terlepas dari kotiledon disebut

fanerokotil. Sebaliknya, jika kulit biji tetap membungkus kotiledon atau tidak

terlepas disebut kriptokotil. Pengamatan posisi kotiledon saat biji berkecambah

juga dilakukan secara visual. Pada saat biji berkecambah kotiledonnya terangkat

di atas permukaan tanah digolongkan epigeal. Jika kotiledonnya tetap berada di

dalam tanah digolongkan hipogeal. Pengamatan fungsi kotiledon dilakukan

secara visual terhadap tekstur (tebal/tipisnya) dan warna kotiledon. Fungsi

i
kotiledon dibagi menjadi dua yaitu fotosintesis (foliaceous) dan cadangan

makanan (reservoir).

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas sebagai berikut:

1. Imbibisi adalah masuknya air kedalam biji melalui pori-pori biji yang akan

memicu perkecambahan/ kotiledon pada biji

2. Proses imbibisi biji diawali dengan masuknya air kedalam biji yang akan

membuat biji membengkak dan membuat air yang ada didalam wadah

menyurut.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi imbibisi biji ada dua faktor yaitu faktor

internal yang terdiri dari tingkat kematangan biji,berat biji dan dormansi

sedangkan faktor eksternal nya ialah suhu, air oksigen dan cahaya

4. Perkecambahan pada biji terdapat dua macam yaitu epigeal dan hypogeal.

Epigeal adalah proses pertumbuhan biji dimana kotiledonnya naik keatas

sedangkan hypogeal adalah perkecambahan yang kotiledonnya tetap terpendam

dibawah tanah

5. Berdasarkan data yang di dapat setalah melakukan pratikum imbibisi

disimpulkan bahwa makin besar waktu perlakuan dari suatu benih maka benih

tersebut akan semakin berat sedangkan air sisa benih semakin ringan.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Adri, Mildaerizanti, Suharyon 2019. “Analisis Finansial Perbanyakkan Benih Jagung

Hibrida, ed. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi .

Aswaldi Anwar, Dede Suhendra, Siska Efendi,2020 “Efek Perubahan Kondisi Fisik

Benih Kopi (Coffea sp) Terhadap Konsentrasi Hormon Giberalin d an

Perendaman Suhu Air Yang Berbeda”, Universitas Andalas

Candra. V. Donggulo, Iskandar M. Lapanjang, Usma Made, 2017 “Pertumbuhan Hasil

Tanaman Padi (Oryza sativa L) Pada Berbagai Pola Jajar Legowo dan Jarah

Tanam” Universitas Tadulako, Palu

Dede Suhendra, Siska Efendi, 2021”Perbedaan Bobot Kadar air Benih Kopi Terhadap

Konsentrasi Hormon Giberalin (GA3) Dan Jenis Air” Universitas

Andalas

Hanifah Aniswah Idrus dan Sa’diyatul Fuadiyah,2021 “Uji Coba Imbibisi pada Kacang

Kedelai (Glycine Max) dan Kacang Hijau (Vigna Radiata)”Universitas Negeri

Padang, hal 710-716

i
Irine Prabhandaru dan Triono Bagus Saputro,2017 “Respon Perkecambahan Benih Padi

(Oryza sativa L) Varietas Lokal SiGadis Hasil Iradiasi Sinar Gamma” Institut

Teknologi Sepulih November

Junaidi dan Fandi Ahmad, 2021 “Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap Pertumbuhan

Vigor Biji Kopi Lampung (Coffea canefora )” Universita Madako ToliToli

Nyoman Dwi Respita Ningsih I Gusti Ngurah Raka dan I Ketut Siadi Gusti Ngurah

Alit Susantar Wirya “Pengujian Mutu Benih Beberapa Jenis Tanaman

Holtikultura yang Beredar di Bali” Universitas Udayana

Ni Made Rizka Erwinda Sari. Ni Wayan Wisaniyasa, A. A. I. Sri Wiadnyani

“Studi Kadar Gizi, Serat, Dan Antosianin Tepung KAcang Merah dan Tepung

Kecambah Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L)

Noor Aisyah, Jumar, Tuti Heiriyani, 2020 “Respon Viabilitas Benih Padi (Oryza

Sativa L) pada Perendaman Air Kelapa Muda”, Universitas Lambung

Mangkurat.

R. Adhitya Arthawijaya, Hanif Eko Sulistyo, Siti Kamaliyah, Herni Sudarwati

2022“Pematahan Proses Dormansi Benih Tanaman centro (Centrosema puberce)

dengan penggunaan PEG (POLYETH YLENE GLYCOL) 6000”, Unniversitas

Brawijaya Malang

Tri Handayani, 2021 “Seedling Functional Types And Cotyledons Shape Some Species

Woody Plant” Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-LIPI

ii
LAMPIRAN

Hasil data kacang merah

i
Hasil data Padi

Grafik dari imbibisi biji

ii
FOTO PRATIKUM

Anda mungkin juga menyukai