Anda di halaman 1dari 23

DORMANSI BIJI

Oleh:

ARYA DARMA
2004290014
AGROTEKNOLOGI 1

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN
2022
DORMANSI BIJI

LAPORAN

Oleh:

ARYA DARMA
2004290014
AGROTEKNOLOGI A1 PAGI

Laporan Ini Disusun Sebagain Salah Satu Syarat Mengikuti Mata Kuliah
Praktikum Fisiologi Tanaman Di Fakultas Pertanian Muhammadiyah
Sumatra Utara

Dikoreksi Oleh:

Mentari Oniva Mulya S. P., MAgr.


Asisten Dosen

Diketahui Oleh :

Aisar Novita S. P., M. P.


Dosen Penanggung Jawab

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesehatan
bagi penulis segingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul
“Dormansi Biji”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:


1. Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga
dapat seperti ini.
2. Ibu Aisar Novita S. P., M. P. Sebagai Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.
3. Ibu Ir. Suryawaty M. S. Sebagai Asisten dosen Fisiologi Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Kakak Mentari Oniva Mulya S. P. Sebagai Asisten dosen Praktikum Fisiologi
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Abangda Dwiky Reza Sihotang sebagai Asisten dosen Praktikum Fisiologi
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna untuk
itu saran dan kritik sangat di harapkan.

Medan, mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ iv
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
Latar Belakang ......................................................................... 1
Tujuan Praktikum ..................................................................... 2
Kegunaan Praktikum ................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
BAHAN DAN METODE ..................................................................... 5
Tempat dan Waktu ................................................................... 5
Bahan dan Alat ........................................................................ 5
Pelaksanaan Praktikum ............................................................ 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 7
Hasil ......................................................................................... 7
Pembahasan .............................................................................. 7
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 10
Kesimpulan .............................................................................. 10
Saran ......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 11
LAMPIRAN ......................................................................................... 13
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Dormansi biji ................................................................................. 7

2. Dormansi Biji Keras........................................................................ 8


DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Dokumentasi Dormansi Biji ....................................................... 13


2. Laporan Sementara Dormansi Biji.............................................. 14
PENDAHULUHAN

Latar Belakang
Dormansi adalah keadaan biji yang tidak berkecambah atau dengan kata lain
tunas yang yang tidak dapat tumbuh (terhambatnya pertumbuhan) selama periode
tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor intern dalam biji atau tunas tersebut.
Suatu biji dikatakan dorman apabila biji tersebut tidak dapat berkecambah, setelah
periode tertentu, meski faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan tersedia.Seperti
yang telah kita ketahui, dormansi ditunjukkan oleh suatu rentang besar organ tanaman
dari berbagai morfologi. Misalnya pada tunas, dormansi dapat terjadi pada pucuk
sebuah tanaman berkayu, sebuah umbi dari kentang, ataupun sebuah rhizome.
Kemudian pada perkecambahan sebuah biji, kriteria utama  berakhirnya masa
dormansi adalah pertumbuhan radikal.( Ismail, 2018).

Kemampuan bertunas berhenti saat biji mengalami dormansi. Dormansi


terjadi segera setelah pemanenan atau saat kondisi lingkungannya tidak mendukung
pada periode akhir pertumbuhannya. Fase awal dormansi ini merupakan titik awal
proses pematangan fisiologis, seringkali disebut sebagai ‘wilting point’. Periode
dormansi dapat didefinisikan sebagai periode menurunnya aktivitas metabolisme
endogeneous dimana biji tidak menunjukkan pertumbuhan tunas di dalam atau di
luar, walaupun komoditas tetap mempertahankan potensi pertumbuhannya pada masa
berikutnya saat kondisi memungkinkan. Kemampuan dormansi ini merupakan
karakteristik yang membedakan antar spesies dan varietas. Periode ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban, oksigen dan CO2, komposisi atmosfir
ruang penyimpanan serta ada atau tidaknya luka karena kerusakan fisik atau penyakit
(Estiasih, dkk., 2017).

Dormansi benih mengakibatkan benih menjadi sulit berkecambah. Hal ini


dapat disebabkan oleh sifat atau tekstur kulit biji yang keras. Bila penyebab terjadinya
dormansi adalah embrio benih disebut dormansi fisiologi, sedangkan bila
penyebabnya kulit benih disebut dormansi fisik. Penyebab dormansi fisik dan
dormansi fisiologi dapat dijumpai pada berbagai spesies, tetapi ada spesies yang
mempunyai dormansi ganda. Dari semua perlakuan pematahan dormansi secara fisik
yang dicoba ternyata skarifikasi (dengan kertas amplas) adalah cara yang cocok untuk
mematahkan dormansi benih aren, sebab mampu mempercepat proses
perkecambahan (43 hari setelah ditanam) dan mempunyai daya berkecambah yang
tinggi yaitu 79,41 % (Hartawan, 2016).

Umumnya perlakuan pematahan dormansi diberikan secara fisik, seperti


skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik meliputi pengamplasan,
pengikiran, pemotongan dan penusukan bagian tertentu pada benih. Kimiawi
biasanya dilakukan dengan menggunakan air panas dan bahan-bahan kimia seperti
asam kuat (H2SO4 dan HCl), alkohol dan H2O2 yang bertujuan untuk merusak atau
melunakkan kulit benih (Kartika, et al., 2015).

Hormon yang berperan dalam dormansi biji adalah hormon asam absisat
(ABA). Hormon ini dihasilkan pada tunas terminal dan berperan dalam
memperlambat pertumbuhan dan mengarahkan bagian primordia daun untuk
mengalami perkembangan menjadi sisik yang nantinya berfungsi untuk melindungi
tunas yang mengalami dormansi pada musim dingin. Hormon asam absisat juga
berperan dalam menghambat pembelahan sel pada kambium pembuluh. Biji akan
melakukan perkecambahan ketika asam absisat dihambat dengan cara membuatnya
tidak aktif. Biji memerlukan cahaya atau stimulus lain untuk memicu perombakan
asam absisat. Untuk mematahkan dormansi biji dapat juga dilakukan dengan
meningkatkan hormon giberelin, sehingga rasio asam absisat terhadap giberelin dapat
menentukan apakah biji tersebut akan tetap dorman atau mengalami perkecambahan.
(Ilyas, 2012).
Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui respon perkecambahan beberapa jenis biji


terhadap factor lingkungan (Air, Suhu, Cahaya, dan Zat Kimia)
2. Untuk mengetahui laju pertumbuhan perkecambahan menurut
ketebalan kulit biji.
3. Untuk mengetahui batas-batas kebutuhan air dalam perkecambahan suatu biji
Kegunaan Praktikum

1. Sebagai syarat masuk untuk mengikuti Praktikum Fisiologi Tumbuhan di


Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
2. Sebagai syarat masuk untuk mengikuti Praktikal Test Praktikum Fisiologi
Tumbuhan di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.
3. Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan.
4. Menambah ilmu pengetahuan.
TINJAUAN PUSTAKA

Dormansi benih merupakan ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah


pada suatu kisaran keadaan luas yang dianggap menguntungkan untuk benih tersebut.
Dormansi dapat disebabkan karena tidak mampunya benih secara total untuk
berkecambah atau hanya karena bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk
perkecambahannya. Dormansi benih dapat disebabkan keadaan fisik dari kulit biji
dan keadaan fisiologis embrio, atau kombinasi dari keduanya (Tamin, 2017).
Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah
perkecambahan pada waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi membantu
biji mempertahankan diri terhadap kondisi yang tidak sesuai seperti kondisi
lingkungan yang panas, dingin, kekeringan dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan
bahwa dormansi merupakan mekanisme biologis untuk menjamin perkecambahan
biji berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk mendukung pertumbuhan
yang tepat. Dormansi bisa diakibatkan karena ketidakmampuan sumbu embrio untuk
mengatasi hambatan (Sutopo, 2012).
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada
embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embryo (apsari,, 2018).
Benih yang dorman dapat menguntungkan atau merugikan dalam penanganan
benih. Keuntungannya benih yang dorman adalah dapat mencegah agar tidak
berkecambah selama penyimpanan. Sesungguhya benih-benih yang tidak dorman
seperti benih rekalsitran sagat sulit untuk ditangani, karena perkecambahan dapat
terjadi selama pengangkutan atau penyimpanan sementara. Di suatu sisi, apabila
dormansi sangat kompleks dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus,
kegagalan untuk mengatasai masalah ini dapat bersifat kegagalan perkecambaan
(Utami, 2016).

Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu


simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu
"After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi
fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu
berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai
dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.Ada beberapa tipe dari
dormansi dan kadang-kadang lebih dari satu tipe terjadi didalam benih yang sama. Di
alam, dormansi dipatahkan secara perlahan-lahan atau disuatu kejadian lingkungan
yang khas. Tipe dari kejadian lingkungan yang dapat mematahkan dormansi
tergantung pada tipe dormansi (Nurshanti, 2015).

Dormansi merupakan strategi benih-benih tumbuhan tertentu agar dapat


mengatasi lingkungan sub-optimum guna mempertahankan kelanjutan spesiesnya.
Terdapat berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya dapat
digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih (misalnya pada benih lamtoro
karena kulit benih yang impermeabel terhadap air) atau bagian dalam benihnya
(misalnya pada benih melinjo karena embrio yang belum dewasa). Benih yang
mengalami dormansi organik ini tidak dapat berkecambah dalam kondisi lingkungan
perkecambahan yang optimum (Suyatmi, 2012).

Benih dorman dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti


pemberian suhu rendah pada keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction), atau
direndam dalam larutan asam sulfat. penyebab dormansi terdiri dari empermeabilitas kulit
biji terhadap air atau gas-gas, embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh
sebab-sebab mekanis dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Dalam
perkecambahan jenis pohon hutan, jenis-jenis pohon tertentu benihnya akan segara
berkecambah apabila ditanam pada lingkungan yang mendukung (kondusif), tetapi pada
kelompoj jenis lain benih tidak mau segera berkecambah atau lebih dikenal dengan istilah
dormansi (istirahat) (Naemah, 2012).
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu


Praktikum Fisiologi Tumbuhan dilaksanakan di desa Sidodadi, kec. Teluk
mengkudu, kab. Serdang Bedagai, Prov. Smutera Utara.
Praktikum Fisiologi Tumbuhan dilaksanakan pada tanggal 03 Juni 2022,
pukul 08.00 Wib Sampai dengan Pukul 09.00 Wib.

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Biji Bayam Biji Tomat
Biji Sirsak Biji Jagung
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah Cup Plastik,Kapas,Air Bersih
(Aquades),Cairan NaCl,Kertas Pasir atau Kertas Amplas,Pisau

CaraPelaksanan :
1. Siapkan 4 wadah sebagai media perkecambahan bahan
biji berkulit tipis dan berkulit tebal.

2. Siapkan masing-masing 6 wadah yang telah dilapisi


kapas sebagai media perlakuan pada biji berkulit tipis dan 6
wadah yang sama untuk biji berkulit tebal.
3. Untuk perlakuan pada biji berkulit tipis yaitu :

a. Perlakuan I : Media tanpa diberi air (Hanya Kapas Kering)

b. Perlakuan II : Media diberi sedikit air (Lembab)

c. Perlakuan III : Media diberi air hingga


biji tenggelam Lakukan juga pada sampel biji
berkulit tipis berikutnya.
4. Untuk perlakuan pada biji berkulit tebal :

a. Perlakuan I : Biji diamplas bagian pinggirnya dan beri air

b. Perlakuan II : Biji dipanaskan pada suhu 100 derajat celcius

c. Perlakuan III : Biji direndam NaCl


Lakukan juga pada sampel biji berkulit tebal berikutnya.
5. Siapkan masing-masing perlakuan dengan jumlah 5 biji
dan lakukan sebanyak 2 kali pengulangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel Pengamatan Pada Biji Berkulit Tipis

Hari/ Parameter Pengamatan


Ulangan
Tanggal Bayam Tomat
Minggu,5 I Kering Lembab Tenggelam Kering Lembab Tenggelam
juni 2022
II - 5 5 - 5 1
Selasa,7 I - 5 5 - 3 2
juni 2022
II - 5 5 - 3 -
Kamis,9 I - 5 5 - 5 2
juni 2022
II - 5 5 - 5 -
Jumlah - 25 25 - 21 5
Persentase (%) - 83,3 % 83,3 % - 70 % 16,6 %

Pembahasan
berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada biji bayam dengan 3 perlakuan
yaitu dengan media kering, media lembab kemudian dengan biji di tenggelamkan.
Hasil menunjukan bahwa biji yang berkecambah pada media lembab dan tenggelam
dengam masing-masing biji yang berkecambah yaitu 25 kecambah dengan presentase
83,3 % dan pasa biji tomat dengan perlakuan yang sama seperti biji bayam
menunjukan hasil biji yang berkecambah pada media lembab berjumlah 21 biji
dengan presentase 70 % dan pada media tenggelam berjumlah 5 biji yang
berkecambah dengan presentase 16,6 % sedangkan pada media kering biji tidak ada
yang berkecambah baik biji bayam maupun biji tomat. hal ini sesui dengan literatur
(Hajardi, 2019). yang menyatakan bahwa proses perkecambah sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti air, O2, cahaya dan suhu. Air berperan dalam
melunakkan kulit biji, memfasilitasi masuknya O2, pengenceran protoplasma untuk
aktifitas fungsi dan alat transportasi makanan. Suhu berperan dalam pematahan
dormansi, aplikasi fluktuasi suhu yang tinggi diharapkan akan berhasil mematahkan
dormansi pada kulit biji yang keras. Suhu yang tinggi dapat melunakkan permukaan
kulit biji sedangkan oksigen dibutuhkan untuk proses oksidasi pemben-tukan energi
perkecambahan.

Tabel Pengamatan Pada Biji Berkulit Tebal


Hari/ Parameter Pengamatan
Ulangan
Tanggal Jagung Sirsak
Minggu,5 I Air Suhu NaCl Air Suhu NaCl
juni 2022
II - - - - - -
Selasa,7 I 5 - - - - -
juni 2022
II 5 - - - - -
Kamis,9 I 3 - - - - -
juni 2022
II 3 - - - - -
Jumlah 16 - - - - -
Persentase (%) 53,3 % - - - - -
pembahasan
berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada biji jagung dengan 3
perlakuan yaitu dengandirendam air biasa kemudian direndam air panas/suhu dan
direndam larutan NaCl. Hasil menunjukan bahwa biji yang berkecambah hanya pada
perlakuan direndam air biasa yaitu 16 kecambah dengan presentase 53,3 % dan pada
biji sirsak tidak ada satupun biji yang berkecambah. hal tersebut terjadi karena
disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan yaitu faktor
internal (dalam) bisa ditelaah bahwa biji jagung yang digunakan pada percobaan air ,
suhu,dan NaCl berada pada tingkat kemasakan yang sesuai, memiliki ukuran biji
yang lebih besar dibandingkan dengan biji jagung lain dan disebabkan karena proses
penggosokan kulit biji yang baik sehingga biji jagung yang tumbuh lebih banyak.
Sedang faktor eksternal yang mempengaruhi adalah air yang diberikan pada biji
jagung lebih sesuai yang mempengaruhi kelembaban, temperatur tempat yang baik
untuk proses perkecambahan, tersedianya oksigen yang cukup dan cahaya yang
didapatkan cukup untuk menunjang terjadinya perkecambahan. Hal ini sesui dengan
literatur (Mulyana, 2012) yang menyatakan bahwa dormansi adalah keadaan dimana
sebuah biji dikatakan hidup tetapi tidak dapat berkecambah. Hal ini disebabkan
oleh faktor - faktor dalam biji itu sendiri, kemungkinan kulit biji yang kedap air
dan udara atau karena adanya zat penghambat perkecambahan.
KESIMPULAN

1. pada biji berkulit tipis yaitu bayam biji yang kecambah sebanyak 25
kecambah pada media lembab maupun media yang tenggelam dengan
presentase masing-masing 83,3%
2. pada biji berkulit tipis yaitu tomat biji yang kecambah sebanyak 21 kecambah
pada media lembab dengan presentase 70 % dan pada media yang tenggelam
biji tomat yang berkecambah sebanyak 5 kecambag dengan presentase 16,6 %
3. pada biji berkulit tebal yaitu jagung biji yang berkecambah sebanyak 16
kecambah pada media dengan air biasa/air aqua dengan presentase 53,3 % dan
pada media dengan larutan NaCl tidak ada yang tumbuh begitu juga dengan
media yang menggunakan air dengan suhu tinggi.
4. Pada biji berkulit tebal yaitu biji sirsak biji ini sama sekali tidak ada yang
berkecambah baik dengan media air biasa maupun dengan air suhu tinggi dan
dengan larutan NaCl.
5. proses perkecambah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti air,
O2, cahaya dan suhu. Air berperan dalam melunakkan kulit biji, memfasilitasi
masuknya O2, pengenceran protoplasma untuk aktifitas fungsi dan alat
transportasi makanan. Suhu berperan dalam pematahan dormansi, aplikasi
fluktuasi suhu yang tinggi diharapkan akan berhasil mematahkan dormansi
pada kulit biji yang keras.

Saran
Sebaiknya saat proses pemilihan biji berkulit tipis yaitu tomat dan bayam serta
biji berkulit tebal yaitu jagung dan sirsak dilakukan lebih teliti agar biji
yang digunakan itu dalam kedaan baik sehingga percobaan dormansi
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

apsari, R. T., & S. Rezeki. (2018). Pengaruh pematahan dormansi terhadap viabilitas
benih kacang tanah. Bulletin Palawija, 16 (1), 46-51.

Estiasih, Teti, Widya Dwi Rukmi Putri, Elok Waziiroh. 2017. Umbi-umbian &
Pengolahannya. Malang: UB Press.

Hartawan, R. 2016. Skarifikasi dan KNO3 Mematahkan Dormansi Serta


Meningkatkan Viabilitas dan Vigor Benih Aren (Arenga pinnata Merr.).
Jurnal Media Pertanian , Vol. 1 (1) : 1 – 10.

Harjadi, M. M. S. S. (2019). Dasar-Dasar Agronomi (pp. 217-219). Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.

Ilyas, S. (2012). Ilmu dan Teknologi Benih, Teori dan Hasil-Hasil Penelitian (p. 95).
Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.

Ismail, A. D., & Duryat. (2018). Respon perkecambahan benih Kemiri Sunan
(Reutealis trisperma) terhadap skarifikasi kimia dengan Asam Sulfat (H2SO4)
pada berbagai lama waktu perendaman. Jurnal Biologi Eksperimen dan
Keanekaragaman Hayati, 5 (1), 77-82.

Kartika, et al. 2015. Pematahan Dormansi Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) menggunakan KNO3 dan Skarifikasi. Jurnal Pertanian dan Lingkungan
8(2) : 1978-1644.
Mulyana, Dadan, Ceng Asmarahman. 2012. Petunjuk Praktis Pembibitan Jabon &
Sengon. Jakarta Selatan: PT AgroMedia Pustaka.
Naema. 2012. Pengantar Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Nurshanti, D. F. (2015). Zat pengatur tumbuh asam Giberellin (GA3) dan pengaruh
terhadap perkecambahan benih Palem Raja (Roystonea regia). AgronobiS, 1
(2), 71-77.

Sutopo, L. (2014). Teknologi Benih (pp. 30-82). Jakarta: RajaGrafindo Persada.


Suyatmi, S., E. D, Hastuti., & S. Darmanti. (2012). Pengaruh lama perendaman dan
konsentrasi Asam Sulfat (H2SO4) terhadap perkecambahan benih jati
(Tectona grandis Linn.f). Buletin Anatomi dan Fisiologi dan Sellular, 19 (1),
28-36.

Tamin, R. P. 2017. Teknik perkecambahan benih jati (Tectona grandis Linn. F.).
Jurnal Agronomi. Vol 1 : Halaman 7-14.

Utami, S., Suryawati and Ermeli. (2016). KNO3 Concentration and Soaking Time
Effect on Breaking Seed Dormancy and Seed Growth of Sour-Sop (Annona
muricata L.). The1st International Conference Technology on Biosciences and
Social Science 2016. Padang: 310-315.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi dormansi biji


Lampiran 2. Laporan Sementara Dormansi biji
Tabel Hasil Pengamatan Dormansi biji
Hari/ Parameter Pengamatan
Ulangan
Tanggal Bayam Tomat
Minggu,5 I Kering Lembab Tenggelam Kering Lembab Tenggelam
juni 2022
II - 5 5 - 5 1
Selasa,7 I - 5 5 - 3 2
juni 2022
II - 5 5 - 3 -
Kamis,9 I - 5 5 - 5 2
juni 2022
II - 5 5 - 5 -
Jumlah - 25 25 - 21 5
Persentase (%) - 83,3 % 83,3 % - 70 % 16,6 %
Hari/ Parameter Pengamatan
Ulangan
Tanggal Jagung Sirsak
Minggu,5 I Air Suhu NaCl Air Suhu NaCl
juni 2022
II - - - - - -
Selasa,7 I 5 - - - - -
juni 2022
II 5 - - - - -
Kamis,9 I 3 - - - - -
juni 2022
II 3 - - - - -
Jumlah 16 - - - - -
Persentase (%) 53,3 % - - - - -

Medan, 25 mei 2022


Mentari Oniva Mulya S. p., Magr.

Agroteknologi 1

Arya Darma

Anda mungkin juga menyukai