Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KADAR HARA TANAH N,P,K DAN pH TANAH

SAWAH DENGAN PERANGKAT UJI TANAH SAWAH (PUTS)

LAPORAN

Oleh

ARYA DARMA
2004290014
AGROTEKNOLOGI 1

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2022
ANALISIS KADAR HARA TANAH N,P,K DAN pH TANAH
SAWAH DENGAN PERANGKAT UJI TANAH SAWAH (PUTS)

LAPORAN

Oleh:

ARYA DARMA
2004290014
AGROTEKNOLOGI 1

Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Mata Kuliah
Praktikum Kesuburan Tanah Tanaman Di Fakultas Pertanian
Muhammadiyah Sumatra Utara

Dikoreksi Oleh:

Dwiky Reza Sihotang


Asisten Praktikum

Diketahui Oleh :

Dr. Ir. Asritanarni Munar, M. P.


Dosen Penanggung Jawab

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2022

2
RINGKASAN

Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pem


upukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani,
tetapi juga terkait dengan keberlanjutan sistem produksi (sustainable production
system), kelestarian lingkungan, dan penghematan sumberdaya energi. Kebutuhan
dan efisiensi pem upukan ditentukan oleh dua faktor yang saling berkaitan yaitu:
(a) ketersediaan hara dalam tanah, term asuk pasokan melalui air irigasi dan sum
ber lainnya, dan (b) kebutuhan hara tanam an. Oleh sebab itu, rekomendasi pem
upukan harus bersifat spesifik lokasi dan spesifik varietas. Cara dan m etode yang
dapat digunakan dalam menentukan rekomendasi pem upukan N, P, dan KTanah
sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari
tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat saluran-saluran drainase.
Sawah yang airnya berasal dari air irigasi disebut sawah irigasi, sedang yang
menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang
surut ditemukan sawah pasang surut, sedangkan yang dikembangkan di daerah
rawa-rawa lebak disebut sawah lebak PuTS merupakan untuk menganalisis kadar
hara tanah secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah, dan
cukup akurat. PuTS digunakan untuk : a)menetapkan kadar hara N, P, K dan pH
tanah. Prinsip kerja PuTS adalah mengukur kadar hara N, P, danK tanah dalam
bentuk tersedia, yaitu hara yang larut dan atau terikat lemah dalam kompleks
jerapan koloid tanah. Kadar atau status hara N, P, dan K dalam tanah ditentukan
dengan cara mengekstrak dan mengukur hara tersedia di dalam tanah. Oleh karena
itu, pereaksi atau bahan kimia yang digunakan dalam alat uji tanah ini terdiri atas
larutan pengekstrak dan pembangkit warna Pada tanaman.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehinga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum
Kesuburan Tanah dan Pemupukan yang berjudul “Analisis Kadar Hara Tanah
N, P, K Dan pH Tanah Sawah Dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (Puts)”.

Pada Kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Kedua orangtua dan sahabat yang telah memberikan dukungan dan masukkan
dalam menyelesaikan outline ini.
2. Prof. Dr., Asritarni Munar , M.P selaku Dosen Penanggung Jawab dan Asisten
Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan.
3. Abangda Fauzi Nur Azhari Pane S.P selaku Asisten Praktikum Kesuburan
Tanah dan Pemupukan
4. Abangda Dwiky Reza Sihotang selaku Asisten Praktikum Kesuburan Tanah
dan Pemupukan
5. Abangda Madan Fauzi selaku Asisten Praktikum Kesuburan Tanah dan
Pemupukan
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima saran dari pembaca untuk menyempurnakan laporan
ini.

Medan, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

RINGKASAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................v
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang .............................................................................................2
Tujuan Praktikum .........................................................................................3
Kegunaan Praktikum .................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
Hipotesis Praktikum .....................................................................................6
BAHAN DAN METODE ......................................................................................8
Tempat dan Waktu .......................................................................................8
Bahan dan Alat .............................................................................................8
Pelaksaan Praktikum ....................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 11
Hasil ...........................................................................................................11
Pembahasan ................................................................................................11
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 16
Kesimpulan ................................................................................................17
Saran ...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN .......................................................................................................... 19

ii
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Hasil pengamatan penetapan kadar (N, P, K dan pH) ….................. 11

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Gambar 1. Bagan warna status hara N tanah ............................... 19

2. Gambar 2. Bagan warna status hara P tanah............................... ... ... 19

3. Gambar 3. Bagan warna status hara K tanah............................... .. ... 19

4. Gambar 4. Bagan warna untuk pH tanah............................... ........ ... 19

iv
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi

pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani,

tetapi juga terkait dengan keberlanjutan sistem produksi (sustainable production

system), kelestarian lingkungan, dan penghematan sumber daya energi. Kebutuhan

dan efisiensi pemupukan ditentukan oleh dua faktor yang saling berkaitan yaitu:

(a) ketersediaan hara dalam tanah, termasuk pasokan melalui air irigasi dan sumber

lainnya, dan (b) kebutuhan hara tanaman. Oleh sebab itu, rekomendasi pemupukan

harus bersifat spesifik lokasi dan spesifik varietas (DepartemenPertanian,2007)

Menurut Setyorini, Widowati, Kasno. (2006) Perangkat Uji Tanah Sawah

(PUTS) merupakan alat untuk mengukur status hara P dan K serta pH tanah yang

dapat dikerjakan oleh penyuluh lapangan atau petani secara langsung di lapangan.

Hasil analisis P dan K tanah dengan PUTS ini selanjutnya digunakan sebagai dasar

penyusunan rekomendasi pupuk P dan K spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah,

terutama varietas unggul dengan produktivitas setara dengan IR-64 atau Ciherang.

Pemupukan berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk

memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah

tropik basah dimana pada umumnya tingkat kesuburan tanahnya rendah karena

tingkat pelapukan dan pencucian hara yang tinggi. Pembatas pertumbuhan tanaman

yang umum dijumpai adalah rendahnya kandungan hara di dalam tanah terutama

hara makro N, P dan K (Nasri. A. L ,2015).

5
2

Badan Litbang Pertanian bekerja sama dengan berbagai lembaga

internasional dan nasional seperti International Rice Research Institute (IRRI),

Lembaga Pupuk Indonesia, dan produsen pupuk telah m enghasilkan dan

mengembangkan beberapa metode dan alat bantu dalam upaya peningkatan

efisiensi pemupukan N, P, dan K untuk tanam an padi sawah, antara lain Perangkat

Uji Tanah Sawah (PUTS) (sari, 2022).

Usaha untuk mengoptimalkan produktivitas padi di lahan sawah merupakan

salah satu peluang peningkatan produksi nasional. Hal ini dimungkinkan karena

hasil padi pada agroekosistem masih beragam antar lokasi dan belum optimal, rata-

rata 4,7 t/ha sedangkan potensinya dapat mencapai 6,7 t/ha. Penyebab belum

optimalnya produktivitas padi di lahan sawah antara lain oleh efisiensi pemupukan

yang rendah dan kahat hara unsur makro maupun unsur mikro. Optimalisasi

produktivitas padi dapat dicapai melalui penerapan teknologi yang sesuai dengan

karakteristik agroekologinya. Komponen penting agroekologi usahatani padi pada

lahan sawah meliputi jenis tanah, kesuburan kimiawi, organik dan fisik tanah,

ketersedian air, suhu, radiasi surya, dan pengelolaan tanaman (Faiz, 2015).

Produktivitas tanaman padi selain ditentukan oleh ketersedian hara juga

dipengaruhi oleh kesuburan tanah, kondisi iklim (suhu udara, intensitas radiasi

surya, dan curah hujan), varietas dan pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Pengelolaan hara yang tidak seimbang akan menurunkan hasil padi hingga 40% dan

apabila disertai dengan pengelolaan tanaman yang tidak baik

2
1

maka kehilangan hasil dapat mencapai 60% dari potensi hasilnya

(Dobermann and Fairhurst, 2019).

Tujuan Praktikum

1. Untuk mengatur kadar N, P, K dan Ph dengan PUTS.

2. Mengetahui pH pada tanah sawah dengan PUTS.

3. Mengetahui kebutuhan kapur pada tanah.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk Mengikuti Praktikum Kesuburan Tanah dan

Pemupukan pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara. .

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan

dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penelitian ini.

3. Menambah informasi bagi mahasiswa.


2

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan suatu lapisan atas permukaan bumi yang terdiri atas

campuran dari pelapukan batuan dan jasad makhluk hidup yang telah mati dan

membusuk. Akibat pengaruh cuaca tersebut sehingga jasad makhluk hidup tadi

menjadi lapuk dan mineral-mineralnya terurai sehingga kemudian membentuk

tanah yang subur (Saridevi, 2013)

Sedangkan menurut Waluya ningsih dalam Tolaka (2013), Tanah merupakan

salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi cukup penting dalam

kelangsungan hidup mahluk hidup serta sebagai suatu tempat atau ekosistem

makhuk hidup itu sendiri. Penurunan fungsi tanah dapat menyebabkan

terganggunya ekosistem di sekitar termasuk juga mikroorganisme dalam tanah dan

manusia.

Secara umum PUTK ini dapat digunakan untuk penilaian status kesuburan

tanah lahan kering secara cepat. Tanah lahan kering umumnya mempunyai

kandungan hara P, K, C-organik rendah dan pH tanah masam yang penyebarannya

cukup luas terutama di luar Jawa didominasi oleh Ultisols dan Oxisols. Upaya

pelestarian produktivitas lahan ini lebih berat dibandingkan tanah lahan kering di

dataran tinggi dengan bahan induk volkan yang umumnya berstatus hara tinggi.

Manfaat secara khusus adalah pemberian rekomendasi pupuk P, K, bahan organik

dan kapur untuk tanaman jagung, kedelai dan padi gogo dapat lebih tepat dan efisien

sehingga diperoleh penghematan pupuk serta menghindari pencemaran lingkungan

dari badan air (nitrat) dan dalam tanah (logam berat dari pupuk). Penerapan

pemupukan berimbang berdasar uji tanah dengan PUTK dapat menghemat

pemakaian pupuk secara nasional dan devisa negara. Jumlah pupuk yang diberikan
3

untuk masing-masing kelas status hara tanah berbeda sesuai kebutuhan

tanaman(Nurjaya dan Setyorini, 2011).

PUTS merupakan alat bantu analisis kadar hara tanah secara kualitatif untuk

menentukan status hara N, P, K, dan pH tanah di lapangan secara cepat, mura,

mudah dan akurat. Perangkat uji cepat ini berupa alat pengukur status hara N, P, K,

& pH tanah dan cairan formula kimia berdasarkan kolori-metri/

(pewarnaan).Prinsip kerja PUTS adalah mengekstrak hara N, P, K tersedia dalam

tanah, mengukur hara tersedia dengan bagan warna, dan menentukan rekomendasi

pupuk padi sawah. PUTS ini merupakan sarana pendukung Permentan

No40/SR.140/04/2007 tentang rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik

lokasi(Litbang Pertanian, 2017).

Keunggulan PUTS adalah sebagai perangkat uji untuk mengukur status hara N,

P, K & pH tanah sawah secara cepat dan mudah, serta menentukan kebutuhan dan

rekomendasi pemupukkannya. Hasil pengujian dapat langsung diketahui saat itu

juga. Kemasan elegan, mudah dibawa, praktis, dan dapat diisi ulang (re-fill) Alat

ini potensial untuk dapat digunakan secara praktis oleh petugas lapang, penyuluh

pertanian dan kelompok tani di lapang agar dalam merencanakan jumlah pupuk

yang harus diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan tanaman padi sawah. Selain itu,

potensial dikerja samakan untuk dapat dimanfaatkan dengan oleh Direktorat

Jenderal teknis, Pemerintah Daerah, dan dunia usaha bidang pertanian

(Litbang Pertanian, 2017).

Bentuk hara yang diekstrak dengan PUTS untuk nitrogen adalah NO3-

N dan NH4-N, untuk fosfat adalah orthophosphate (PO43-, HPO4= dan H2PO4

-) dan kalium adalah K+. Pengukuran kadar hara dilakukan secara semi
4

kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Hasil analisis N, P, dan K

tanah selanjutnya digunakan sebagai kriteria penentuan rekomendasi

pemupukan N, P, dan K spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah (Adrin, 2015).

Pada tanaman, Nitrogen berperan dalam Pembentukan zat hijau daun atau biasa

disebut dengan klorofil, protein dan lemak. Klorofil sangat membantu dalam prses

pemasakan zat makan yang diserap oleh akar tanaman. Pemberian pupuk pada

tanaman akan membantu dan merangsang pertumbuhan vegetative tanaman,

sehingga dapat mempercepat proses pembentukan daun, pembesaran batang, dan

penambahan tinggi tanaman. Gejala kekurangan Nitrogen pada tanaman

ditunjukkan dengan menguningnya daun (warna daun berubah menjadi

kekuningan, yang selanjutnya menjadi kuning sempurna) (Nugroho, 2019).

Unsur fosfor (P) merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah

besar. Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan Nitrogen dan Kalium.

Tetapi fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan (key of life). Unsur ini merupakan

komponen tiap sel hidup dan cenderung terkonsentrasi dalam biji dan titik tumbuh

tanaman. Unsur P dalam phospat adalah fosfor sangat berguna bagi tumbuhan

karena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada awal-awal

pertumbuhan (Prasetyo. 2019).

Unsur hara kalium (K) merupakan unsur hara utama ketiga yang diperlukan

tanaman dalam jumlah besar. Unsur tersebut dalam bentuk mobil, sehingga mudah

hilang tercuci. Bila terjadi kekurangan unsur K tanaman menjadi rentan terhadap

serangan hama penyakit, proses metabolisme terganggu, sehingga kualitas dan

kuantitas produksi padi rendah. Sumber K berasal dari pupuk anorganik seperti KCl

dan NPK. Pada tanaman padi sebagian hara K dari pupuk dapat digantikan oleh
5

jerami padi yang dikembalikan sebagai pupuk organik. Kadar K dalam jerami

umumnya sekitar 1 % sehingga dalam 5 ton jerami terdapat sekitar 50 kg K setara

(K-K20-KCl). Pengembalian jerami dalam bentuk segar maupun dikomposkan

dilahan sawah harus digalakkan kembali karena selain mengandung unsur K, jerami

juga mengandung unsur hara lain seperti N, P, Ca, Mg dan unsur mikro, hormon,

pengatur tumbuh serta asam-asam organik yang sangat berguna bagi tanaman.

Selain itu dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan biologi tanah (Rahmi, 2015).

Praktek pemupukan P dalam bentuk TSP/SP36 yang berlebihan sering berakibat

penimbunan hara P. Gejala seperti ini banyak terjadi di lahan sawah yang sudah

dikelola secara intensif yang selalu menggunakan pupuk. Hasil penelitian

pemupukan jangka panjang menunjukkan bahwa pemberian 25 kg P/ha/musim

meningkatkan ketersediaan hara dari 26,9 mg menjadi 31,1 mg/ kg P205

(Abdulrachman et al. 2015)

Hipotesis Praktikum

1. Adanya keterkaitan dalam menentukan kadar N dengan menggunakan

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).

2. Adanya keterkaitan dalam menentukan kadar P dengan menggunakan

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).

3. Adanya keterkaitan dalam menentukan kadar K dengan menggunakan

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).

4. Adanya keterkaitan dalam menentukan kadar pH dengan menggunakan

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).

5. Adanya keterkaitan dalam menentukan kadar kapur pada tanah sawah

dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).


6

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Praktikum Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan dilaksanakan di

Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan dilaksanakan pada tanggal 26

maret 2022 hari rabu pada pukul 15.20 wib s/d selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah sawah, pereaksi N1,

pereaksi N2, pereaksi N3, pereaksi N4, pereaksi PH1, pereaksi PH2, pereaksi K1,

pereaksi K2, pereaksi K3, pereaksi P1 dan pereaksi P2.

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, sendok stainless,

pengaduk dari kaca, rak tabung reaksi, kertas tisu pengering, sikat pembersih

tabung reaksi dan buku petunjuk penggunaan.

Pelaksanaan Praktikum

A. Penetapan status N tanah

1. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji atau 0,5 cm

tanah yang diambil dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, atau jumlah tanah sebanyak garis 0.5 ml yang tertera pada tabung

reaksi,

2. Tambahkan 2 ml Pereaksi N-1, kemudian diaduk rata sampai homogen

dengan pengaduk kaca,

3. Tambahkan 2 ml Pereaksi N-2, dikocok sampai rata,

4. Tambahkan 3 tetes Pereaksi N-3, dikocok sampai rata,


7

5. Tambahkan 5-10 butir Pereaksi N-4, dikocok sampai rata,Diamkan + 10

menit,

6. Bandingkan warna yang muncul pada larutan jernih di permukaan tanah

dengan bagan warna N tanah dan baca status hara N tanah.

B. Penetapan status P tanah

1. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah ujiatau 0,5 cm

tanah yang diambil dengan syringe (spet)dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, atau jumlah tanahsebanyak garis 0.5 ml yang tertera pada tabung

reaksi.

2. Tambahkan 3 ml Pereaksi P-1, kemudian diaduk sampai meratadengan

pengaduk kaca

3. Tambahkan 5-10 butir atau seujung spatula Pereaksi P-2, dikocok1 menit,

Diamkan selama + 10 menit, Bandingkan warna biruyang muncul dari

larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna P tanah.

C. Penetapan status K tanah

1. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5 cm yang diambil

dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, atau jumlah

tanah sebanyak garis 0,5 ml yang terterapada tabung reaksi,

2. Tambahkan 2 ml Pereaksi K-1, kemudian diaduk hingga merata dengan

pengaduk kaca,

3. Tambahkan 1 tetes Pereaksi K-2, lalu dikocok selama 1 menit,

4. Tambahkan 1 tetes Pereaksi K-3, lalu dikocok sampai merata, Diamkan

selama + 10 menit, Bandingkan warna kuning yang muncul pada larutan

jernih di permukaann tanah dengan bagan warna K tanah.


8

D. Penetapan pH Tanah

1. Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5 cm yang diambil

dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, atau jumlah

tanah. sebanyak garis 0,5 ml yang tertera pada tabung reaksi,

2. Tambahkan 4 ml Pereaksi pH-1, kemudian diaduk sampai merata dengan

pengaduk kaca, Tambahkan 1-2 tetes indikator warna Pereaksi pH-2,

3. Diamkan larutan selama ±10 menit hingga suspense mengendap dan

terbentuk warna pada cairan jernih di bagian atas,

4. Bandingkan warna yang muncul pada larutan jernih di permukaan tanah

dengan bagan warna pH tanah,


9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Pengamatan penetapan Kadar (N, P, K dan pH)

Status Tanah Tekstur Tanah Rekomendasi (Kg/ha)


Dokumentasi
Rendah Sedang Tinggi

Hara N Berliat (Liat 20 200 ka/ha


– 40 %)*

Berpasir (Liat < 200 kg/ha


20%)**

Hara P Berliat (Liat 20 75 kg/


– 40 %)* SP-36/ha

Berpasir (Liat < 75 kg/


20%)** SP-36/ha

Hara K - KCL 100


kg/ha

+ KCL Jerami 50
kg/ha+ 5
t jerami
PH Agak Masam  Sistem drainase
(pH 5-6) konvensional
 Pupuk N didalam bentuk
urea
10

1. Penetapan unsur hara N

 Diketahui : Dosis pupuk N/ 400 m 2 = 200 kg/ 400 m2


Dosis per (2,5 m x 2,5 m) = 6,25 m2

Hasil = =
,

4x = 12,5
x = 3,125 kg/ m2
 Diketahui : Dosis pupuk N/ petakan = 300 kg/ petakan = 300.000 gr
Jumlah Tanaman = 333.333
.
Hasil = = 0,9 gr/tanaman
.

Dari pembahasan diatas menyatakan bahwa penambahan unsur N ke dalam

tanah dapat dilakukan dengan menggunakan Urea, ZA, DAP, pupuk majemuk

maupun dengan menggunakan pupuk kompos. Rekomendasi pemupukan untuk

status hara N rendah pada tanah berpasir dengan liat < 20% adalah 300 kg Urea/ha.

Sedangkan pada status hara N sangat tinggi, rekomendasi pemupukan pada tanah

berpasir dengan liat < 20% tanah berliat adalah 200 kg Urea/ha (Setyorini,

Widowati dan Kasno, 2017).

Pemupukan yang dilakukan tanpa memperhatikan status hara tanah dan

kebutuhan tanaman akan menyebabkan terjadinya kelebihan unsur hara. Untuk

pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif, pemupukan N harus diimbangi

dengan pemupukan unsur lain. Kekurangan unsur N pada tanaman padi akan

menunjukkan gejala pertumbuhan kerdil dan menguning, daun lebih kecil jika

dibandingkan dengan ukuran daun sehat. Gejala kekurangan N pada tanaman muda

menunjukkan gejala seluruh tanaman menguning, sedangkan gejala pada tanaman

tua menunjukkan daun bagian bawah berwarna hijau kekuning-kuningan hingga

kuning. Selain itu, anakan yang dihasilkan oleh tanaman yang kekurangan N
11

berkurang dan terlambat berbunga akan tetapi proses pemasakan bulir cepat

sehingga gabah kurang bernas serta gabah dari malai yang dihasilkan juga

berkurang (Syam, 2017).

Pemupukan N juga akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein, dan

kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa dan pati.

Menurut Siregar dan Marzuki (2015), unsur N juga berpengaruh terhadap susunan

kimia tanaman. Pemberian N jika diberikan di bawah optimal, maka asimilasi

ammonia akan menaikkan kadar protein dan pertumbuhan daun (dinyatakan dengan

indeks luas daun).

Menurut Marscher (2016) dalam Siregar dan Marzuki (2015), pemupukan

N pada tanaman padi akan menyebabkan panjang, lebar dan luas daun bertambah,

akan tetapi ketebalan daun menjadi berkurang.

2. Penetapan unsur hara P

 Diketahui : Dosis pupuk N/ 400 m 2 = 75 kg/ 400 m2


Dosis per (2,5 m x 2,5 m) = 6,25 m2

Hasil = =
,

400x = 468,75
x = 1,171 kg/ m2
 Diketahui : Dosis pupuk N/ petakan = 75 kg/ petakan = 75.000 gr
Jumlah Tanaman = 333.333
.
Hasil = = 0,225 gr/tanaman
.

Pada pembahasan dari hasil yang didapatkan bahwa unsur P telah di

identifikasi sebagai unsur hara yang penting bagi kesehatan akar tanaman dan

menambah ketahanan tanaman terhadap keracunan besi. Selain itu, kekurangan

unsur hara P pada tanaman padi akan menyebabkan pertumbuhan akar tanaman
12

lambat, tanaman kerdil, daun berwarna hijau gelap dan tegak, lama kelamaan daun

berwarna keungu-unguan. Selain itu, jumlah anakan sedikit, waktu pembungaan

terlambat sehingga tidak rata, umur tanaman atau panen lebih panjang dan gabah

yang terbentuk berkurang (Syam et al., 2017). Selain berpengaruh terhadap

tanaman, kelebihan unsur P akan menyebabkan penyerapan unsur lain terutama

unsur mikro seperti besi (fe), tembaga (Cu), dan seng (Zn) terganggu. Namun

gejalanya tidak terlihat secara fisik pada tanaman (Yuhendra, 2018).

3. Penetapan unsur hara K

 Diketahui : Dosis pupuk K/ 400 m 2 = 100 kg/ 400 m2


Dosis per (2,5 m x 2,5 m) = 6,25 m2

Hasil = =
,

4x = 6.25
x = 1,56 kg/ m2
 Diketahui : Dosis pupuk N/ petakan = 100 kg/ petakan = 100.000 gr
Jumlah Tanaman = 333.333
.
Hasil = = 0,30 gr/tanaman
.

Berdasarkan literatur Setyorini (2017) rekomendasi pemupukan pada status

unsur hara K rendah adalah dengan penambahan pupuk KCl 100 kg/ha atau 50 kg

KCl/ha ditambah dengan 5 ton jerami/ha. Sedangkan pada status K sedang dan

tinggi penambahan K melalui pemberian pupuk KCl adalah sebanyak 50 kg/ha atau

dengan penambahan dengan menggunakan 5 ton jerami/ha. Status unsur K pada

tanah sawah di Kabupaten yang berada antara rendah, sedang dan tinggi.
13

4. Penetapan pH

Pada penetapan kadar pH dapat dihasillkan dari sampel tanah sawah adalah :

 pH dengan kategori agak masam yaitu 5-6

 Dengan rekomendasi sistem drainase konvensional dan pupuk N

dalam urea

pH tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu menentukan

mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman (Anonymous, 2015).

Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada pH 5-6,

karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan mudah larut dalam air dan

derajat pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat

racun bagi tanaman. Pada kondisi tanah masam, akan banyak ditemukan unsur

alumunium (Al) yang selain meracuni tanaman juga mengikat phosphor sehingga

tidak bisa diserap tanaman, selain itu pada tanah masam juga terlalu banyak unsur

mikro yang bisa meracuni tanaman. Sedangkan pada tanah basa banyak ditemukan

unsur Na (Natrium) dan Mo (Molibdenum), dan kondisi pH tanah juga menentukan

perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH 5,5 – 7 jamur dan bakteri

pengurai bahan organik akan tumbuh dengan baik. Demikian juga mikroorganisme

yang menguntungkan bagi akar tanaman juga akan berkembang dengan baik

(Suhendra 2018).
14

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian

disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan

membuat saluran-saluran drainase,

2. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dinyatakan mampu menganalisa kadar

N, P, K dan pH pada tanah sawah,

3. Penetapan kadar Nitrogen pada tanah sawah oleh PUTS dari sampel tanah

sawah statusnya sangat tinggi dengan nilai 200 dan pada bagan warna hijau

tua.

4. Penetapan kadar Phospat pada tanah sawah oleh PUTS dari sampel tanah

sawah statusnya sedang dengan nilai 75 dan pada bagan warna biru muda.

5. Penetapan kadar Kalium pada tanah sawah oleh PUTS dari sampel tanah

sawah statusnya rendah dengan nilai 100 dan pada bagan warna kuning.

6. Penetapan kadar pH pada tanah sawah oleh PUTS dari sampel tanah sawah

dengan kategori agak masam (pH 5-6).

Saran

Pada kegiatan praktikum ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan

di persiapkan terlebih dahulu, agar praktikan dapat berjalan dengan baik. Dan untuk

para praktikan agar mempersiapkan diri materi-materi yang akan dipraktekkan.


15

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2015. Mengatasi Tanah Masam dan Basa.. BPS Prov. Bengkulu. 2011.
Provinsi Bengkulu Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi
Bengkulu.

Arifin, M. 2017. Kajian Sifat fisik tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam
Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Pertanian Mapeta, 12 (2) :
111.

Barus, J. dan Andarias. 2017. Status Hara Fosfor dan Kalium Lahan Sawah
Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Volume 9 N0.
1 April 2017 : 16-19.

Departemen Pertanian. 2017. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah;


Pedoman Bagi Penyuluh Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Adulrahman, S., E. Suhartatik, A. Kasno dan D. Setyorini. 2018. Modul


Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Faiz, M. B. 2019. Tanah Tropika Agroekoteknologi Lahan Kering. Badan


Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Husnain. 2019. Kehilangan Unsur Hara Akibat Pembakaran Jerami Padi dan
Potensi Pencemaran Lingkungan. Prosd. Seminar Nasional Sumberdaya
Lahan Pertanian. Bogor, 30 November-1 Desember 2019. BBSDLP. Bogor.

Indranada, H.K. 2018. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Penerbit PT. Bina Aksara.
Jakarta.

Indriana, K. R., Hadi, R. A., & Juliana, D. (2020). PKM: Pengujian Unsur Hara
Dan PH Tanah Sawah Melalui Metode PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah)
Dikelompok Tani Medar Rahayu Desa Citaleus. TRIDARMA: Pengabdian
Kepada Masyarakat (PkM), 3(1, Mei), 129-135.

Marzuki, S., E. Suhartatik, A. Kasno dan D. Setyorini. 2018. Modul Pemupukan


Padi Sawah Spesifik Lokasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta.

Nugroho. 2019. Analisis Sifat Fisik-Kimia dan Kesuburan Tanah pada Lokasi
Rencana Hutan Tanaman Industri P.T Prima Multibuwana. Hutan Tropis
Borneo. 10(27) : 222-229.
16

Prabowo, R., Bambang, A. N., & Sudarno, S. (2022). Analisa Sebaran Kesuburan
Tanah Lahan Sawah (Studi Kasus Daerah Pertanian Kota
Semarang). Cendekia Eksakta, 4(2).

Prasetyo. 2019. Karakteristik Potensi dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol


untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Litbang
Pertanian. 25(2) : 39-44.

Rahmi, O. 2015. Pengelolaan Lahan Basah Terpadu Di Desa Mulia Sari Kecamatan
Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
(JIPI). Vol. 20 (3): 201 ISSN 0853-4217.

Rosmanah, S., Wibawa, W., & Siagian, I. C. (2017). Status Hara Tanah Sawah di
Kabupaten Kepahiang berdasarkan hasil analisis Perangkat Uji Tanah Sawah
(PUTS). Prosiding BPTP Bengkulu.

Rosmarkum, A. dan N. W. Yuwono. 2018. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit


Kanisius. Yogyakarta. Setyorini, D., L. R. Widowati dan A. Kasno. Petunjuk
Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (Paddy soil test kit). BBSDLP.
Bogor.

Sari, A. N., Muliana, M., Yusra, Y., Khusrizal, K., & Akbar, H. (2022). Evaluasi
Status Kesuburan Tanah Sawah Tadah Hujan dan Irigasi di Kecamatan Nisam
Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroekoteknologi, 1(2),
49-57.

Setyorini, D., L. R. Widowati dan A. Kasno.2015. Petunjuk Penggunaan Perangkat


Uji Tanah Sawah (Paddy soil test kit). BBSDLP. Bogor.

Siregar A. dan I. Marzuki. 2015. Efisiensi Pemupukan Urea Terhadap Serapan N


dan Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Jurnal Budidaya
Pertanian 7: 107-112.

Syam, M., Suparyono, Hermanto, dan D. Wuryani, S. 2015. Masalah Hama,


Penyakit, Hara Pada Padi. Kerjasama Puslibang Tanaman Pangan, BPTP
Sumut, BPTP Riau, BPTP Lampung, BPTP DKI, BPTP DIY, BPTP Sultra,
BPTP Kalsel dan IRRI.

Syam, M., Suparyono, Hermanto, dan D. Wuryani, S. 2017. Masalah Hama, Tri
mulya, T., Marpaung, I. S., & Arief, T. 2017. Penggunaan Perangkat Uji
Tanah Sawah (PUTS).

Widowati, L.R. 2017. Pengenalan perangkat uji tanah untuk analisis cepat
kandungan P dan K tanah. LPI dan APPI, Jakarta
17

LAMPIRAN

Gambar 1. Bagan warna status hara K tanah

Gambar 2. Bagan warna status hara N tanah


18

Gambar 3. Bagan warna status hara P tanah

Gambar 4. Bagan warna untuk pH tanah

Anda mungkin juga menyukai