Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN NPK 16

: 16 : 16 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI


TANAMAN SELADA ( Lactuca sativa L )

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pertanian

OLEH :

NURDIN NASHRUL HAQ


054110036

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2009
ABSTRAK

Penelitian tentang Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Dan Pupuk NPK


16:16:16 Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada ( Lactuca sativa L ), ini
telah dilaksanakan di Kebun percobaan Universitas Islam Riau, Jalan Kaharudin
Nasution Km 11, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yang dimulai bulan Februari
2009 sampai dengan bulan April 2009.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh secara interaksi maupun tunggal pemberian Pupuk Organik dan NPK 16 : 16 :
16 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada ( Lactuca sativa L ).
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) faktorial
yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama pemberian pupuk organik
terdiri dari empat taraf yaitu, O0 ( Tanpa pemberian pupuk kandang ),O1 ( Pemberian
pupuk kandang ayam dengan dosis 2 kg/m2 ), O2 ( Pemberian pupuk kandang kambing
dengan dosis 2 kg/m2 ), dan O3 ( Pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 2 kg/m2 ).
Sedangkan faktor kedua adalah pemberian pupuk NPK 16:16:16 terdiri dari empat taraf
yaitu, N0 ( Tanpa pemberian pupuk NPK 16:16:16 ), N1 ( Pemberian pupuk NPK
16:16:16 dengan dosis 0,83 g/Tanaman ), N2 ( Pemberian pupuk NPK 16:16:16 dengan
dosis
1,66 g/Tanaman ), dan N3 ( Pemberian pupuk NPK 16:16:16 dengan dosis 2,5 g/Tanama
n). Parameter pengamatan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat
tanaman, dan volume akar, Data pengamatan telah dianalisa secara statistik dan diuji
lanjut menggunakan BNJ pada taraf 5 %.
Hasil penelitian ini di dapat bahwa secara interaksi pemberian berbagai pupuk
organik dan berbagai dosis NPK 16:16:16 tidak ada yang berpengaruh terhadap
parameter pengamatan. Perlakuan secara tunggal berbagai jenis pupuk organik pada
tanaman selada pada penelitian ini menunjukan hasil yang
memberikan pengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat tanaman,
dan volume akar. Perlakuan pemberian pupuk organik yang menunjukan hasil yang
terbaik pada penelitian ini adalah perlakuan O3, yaitu pemberian pupuk kandang sapi
dengan dosis 2 kg/m2. Sedangkan perlakuan berbagai dosis NPK 16:16:16 pada tanaman
selada berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat
tanaman, dan volume akar. Dan N1 perlakuan pemberian NPK 16:16:16 dengan dosis
0,83 g/tanaman menunjukan pemberian pengaruh yang nyata.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan Peneliatain............................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
III. BAHAN DAN METODE...................................................................... 20
A. Tempat dan Waktu........................................................................... 20
B. Bahan dan Alat ................................................................................
20
C. Rancangan Penelitian....................................................................... 20
D. Pelaksanaan Penelitian...................................................................... 22
E. Pemeliharaan..................................................................................... 24
F. Parameter Pengamatan....................................................................... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 41
A. Kesimpulan....................................................................................... 41
B. Saran.................................................................................................. 41
RINGKASAN........................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 46
LAMPIRAN.......................................................................................... 12
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman Selada (Lactuca sativa L) walaupun bukan tanaman asli Indonesia,

namun sudah lama dikenal di Indonesia yang merupakan tanaman semusim. selada

banyak digemari penduduk Indonesia. Karena selada memiliki penampilan yang menarik.

Daun selada yang agak kriting ini sering dijadikan penghias hidangan.

Usaha untuk meningkatkan kesehatan masyarakat terus ditingkatkan. Salah satu

usahanya adalah perbaikan gizi. Tinggi rendahnya nilai gizi tergantung jenis makanan

yang dimakan. Makanan yang bergizi terutama mengandung protein, lemak, karbohidrat,

vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Setiap 100 g berat basah selada mengandung

1,2 g protein, 0,2 g lemak, 22,0 mg Ca, 25,0 mg P, 0,5 mg Fe, 162 mg vitamin A, 0,04

mg vitamin B, 8, 0 mg vitamin C. Di lihat dari permintaan pasar dalam dan luar negeri

terhadap tanaman selada, maka komoditas ini mempunyai prospek cerah untuk

dikembangkan. Dari data Biro Pusat Statistik secara nasional digambarkan bahwa ekspor

selada pada tahun 2002 adalah 47,942 ton meningkat menjadi 55,710 ton pada tahun

2003 (Biro Pusat Statistik 2004).

Sementara itu pengembangan pertanaman didaerah Riau dihadapkan pada

masalah sumberdaya alam yang dominan tanah PMK, merupakan tanah bermasalah

sehingga belum banyak diusahakan sebagai lahan pertanian.yang di mana luas tanah PMK

ini mencapai 3.744 juta Ha. Hasil analisis tanah menunjukan, ternyata tanah PMK

memiliki kadar bahan organik dan unsur hara sangat rendah terutama N, P dan K serta

beberapa unsur hara mikro.


Pemakaian pupuk kimia selama ini ternyata membawa dampak yang kurang

menguntungkan bagi kelestarian lingkungan. Disamping itu, jika dilihat dari segi

harganya, pupuk kimia relatif lebih mahal dari pada pupuk kandang. Karenanya perlu

pengoptimalan pemakaian pupuk kandang yang terbukti ramah lingkungan dan harga

murah. Usaha mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan cara pemberian pupuk org

anik seperti pupuk kandang yang dapat menyuburkan tanaman dan dapat meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah

yang paling baik dan alami pada bahan pembenahan buatan. Pada umumnya pupuk

kandang mengandung hara makro N, P, K rendah, tetapi mengandung hara mikro dalam

jumlah yang cukup yang sangat diperlukan pertumbuhan tanaman. Sebagai bahan

pembenah tanah, pupuk kandang mencegah terjadinya erosi, retakan tanah, penetapan

pupuk kandang dalam tanah dilakukan seperti : pupuk kimia, karena itu pupuk kandang

dapat memasok sebagian hara yang dikandung pupuk-kimia sintetik.

Di dalam tanah terdapat banyak organisme pengurai, baik makro maupun mikro.

Pupuk organik terbentuk karena adanya kerja sama mikroorganisme pengurai dengan

cuaca serta perlakuan manusia. Kegiatan organisme tanah dalam proses penguraian

tersebut menjadi sangat penting dalam pembentukan pupuk organik. Sisa tumbuhan akan

dihancurkan oleh organisme dan unsur-unsur yang sudah terurai diikat menjadi senyawa.

Senyawa tersebut tentu saja harus terlarut dalam air sehingga mudah diserap oleh akar

tanaman (Musnamar, 2003).

Pemberian pupuk organik bermanfaat bagi tanaman dalam penyediaan unsur

netrogen, sulfur, pospat. Pengaruh pemberiaan pupuk organik terhadap sifat biologi tanah
salah satunya adalah meningkatkan aktifitas mikroorganisme, sehigga kegiatan organisme

dalam menguraikan bahan organik juga meningkat dan dengan demikian

unsur hara yang terdapat didalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman(Yunizar, 2000).

Senyawa organik yang mengandung unsur karbon, vitamin atau metabolit

sekunder dapat berasal dari ekstra tanaman, tepung ikan, tepung tulang, atau enzim.

Pengaplikasian pupuk organik cair umumnya dengan cara di semprotkan ke daun atau

disiramkan ke tanah. Penyemprotan ke daun perlu menggunakan sprayer. Adapun contoh

pupuk organik padat dan cair yang beredar di pasaran hingga tahun

2002 (Musnamar, 2003).

Untuk lebih melengkapi unsur hara yang diperlukan oleh tanaman agar dapat

tumbuh lebih baik perlu ditambahkan pupuk lainya seperti NPK 16 : 16 : 16. Dengan

diberikan Pupuk organik dan NPK 16 : 16 : 16 akan memacu pertumbuhan selada. Pupuk

sebagai unsur hara tanaman merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan

produksi pertanian. Dan dengan adanya perlakuan pemberian Pupuk organik dan NPK 16

: 16 : 16 dan terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman selada diharapkan memberikan

produksi yang optimal sesuai dengan yang diharapkan.

Bertitik tolak dari permasalahan yang dikemukakan diatas, maka penulis telah

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Dan Pupuk

NPK 16:16:16 Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa

L)”.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara interaksi maupun

tunggal pemberian Pupuk Organik dan NPK 16:16:16 terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman selada ( Lactuca sativa L ).


II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman yang termasuk kedalam famili Compositae ialah tanaman sayuran

selada. Selada merupakan tanaman semusim. Serta selada memiliki penampilan yang me

narik, Bunganya mengumpul dalam tandan membentuk sebuah rangkaian. Selada

biasanya disajikan sebagai sayuran penyegar. Daunnya mengandung vitamin A, vitamin

B, dan vitamin C yang berguna untuk kesehatan tubuh. Tanaman selada yang terkenal

terdiri dari tiga jenis, yaitu selada mentega, selada tutup, dan selada potong. Selain jenis

ini, ada pula tanaman yang menyerupai selada baik syarat tumbuh maupun cara tanam.

Akan tetapi rasanya agak pahit. Jenis selada yang dimaksud adalah Andewi (Cichorium

endevia. L) (Sutejo, 2008).

Zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang memenuhi

syarat empat sehat lima sempurna. Dalam sususnan menu tersebut sayuran merupakan

salah satu komponen yang tidak dapat ditinggalkan. Itulah sebabanya manusia berusaha

menanam berbagai jenis sayuran untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satunya

adalah selada. Dalam budidaya tanaman Selada (Lactuca sativa L) merupakan tanaman

semusim yang memiliki penampilan sangat menarik dengan warna daun hijau kemerah

merahan yang memiliki batang yang

pendek berbuku-buku sebagai tempat kedudukan daun. Dan Ahli botani telah

dapat mengklasifikasikan tanaman selada secara sistematik yaitu sebagai berikut:Divi

sio Spermatophyta, Subdivisio Angiospermae, Kelas Dikotiledoneae, Ordo Asterales, Fa

mili Asteraceae,Genus Lactuca,Species Lactuca sativa (Haryanto dkk, 2003).


Selada daun ini nama internasional untuk jenisnya ialah Leaf lettuce atau Cutting

lettuce. Selada jenis ini helaian daunnya lepas dan tepi daunnya berombak atau bergerigi

serta berwana hijau. Ciri khas lainnya tidak membentuk krop. Dalam pemakaian selada

jenis ini banyak dipakai sebagai hiasan untuk aneka masakan selain enak dikomsumsi.

Jenis ini umurnya genjah. Apabila daunnya di panen dengan cara lepasan satu persatu,

tidak dicabut sekaligus, maka tanaman akan dapat dipanen beberapa kali. Meskipun

demikian umumnya selada daun dipanen sekaligus seluruh tanamannya selada lainnya

(Suhartini dkk, 1994).

Selada tergolong tanaman yang dapat tumbuh pada berbagai musim sehingga

dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau

dengan hasil relatif tidak jauh berbeda, asalkan air cukup tersedia dan jangan sampai

terjadi penggenangan (Haryanto dkk, 2003).

Tanaman selada dapat tumbuh didataran tinggi maupun dataran rendah. Namun,

hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan didataran tinggi. Hanya jenis selada

daun saja yang masih toleran terhadap dataran rendah pada penanaman didataran tinggi,

jenis - jenis selada krop atau telur menghasilkan krop. Didataran sedang hingga rendah

pertumbuhanya kurang baik dan tidak menghasilkan krop. Di tempat yang panas (dataran

rendah) selada juga lebih cepat berbunga. Suhu udara optimum untuk pertumbuhannya

adalah antara 15 - 20 0C (Haryanto dkk, 2003).

Tanaman ini umumnya ditanam pada awal akhir musim penghujan, karena

termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau tanaman ini

memerlukan penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan terhadap kehujanan,

tanaman selada juga tidak tahan terhadap sengatan sinar matahari yang terlalu panas.
Hanya jenis selada daun dan selada batang saja yang mampu tumbuh dan beradap tasi

dengan baik pada udara yang panas dan terbuka. Adapun jenis selada lainnya terutama

selada telur dan selada rapuh (cos) yang menghasilkan krop baik diusahakan berhawa

sejuk (Haryanto dkk, 2003).

Daerah - daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian antara 50 -

2.200 m dpl. Jenis selada daun dan selada batang baik beradaptasi pada ketinggian 50-

2.200 m dpl tersebut. Untuk pertumbuhan selada menghendaki tanah yang subur,

gembur, banyak mengandung humus, pH 6 - 7. Pada tanah yang terlalu asam, tanaman ini

tumbuh kecil. Sedangkan tanah yang paling disenanginya adalah tanah yang banyak

mengandung pasir dan lumpur serta peka terhadap kekurangan atau kelebihan unsur hara

terutama unsur nitrogen pada tanah - tanah yang mudah becek sering terjadi pembusukan

tanaman, maka produksi akan turun (Haryanto dkk, 2003).

Rukmana (1994), mengatakan selada termasuk tanaman setahun atau semusim

yang banyak mengandung air (Herbeceous). Batangnya pendek dan berbuku-buku, daun

selada mempunyai bentuk bulat panjang mencapai ukuran 25 cm atau lebih. Sistem

perakaran pada tanaman ini adalah akar tungang dan cabang-cabang akar menyebar

kesemua arah pada kedalaman antara 25 - 50 cm. Di daerah yang beriklim sedang (sub

tropis), tanaman selada mudah berbunga, bunga berwarna kuning yang terletak pada

rangkaian yang lebat dan tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini

menghasilkan buah berbentuk polong yang berisi biji, bijinya berbentuk pipih dan

berukuran kecil - kecil serta berbulu tajam.

Tanaman selada pada umumnya diperbanyak dengan biji atau secara

generatif. Maka upaya budidaya selada dilakukan dengan pembibitan dipersemaian dan
merupakan salah satu tujuan untuk mendapatkan bahan tanaman dalam jangka waktu

cepat, segar dan banyak serta mempunyai persentase hidup yang tinggi setelah

dipindahkan kelapangan (Sunaryono, 1990).

Nazaruddin (1994), mengatakan bahwa pembibitan merupakan pekerjaan awal

yang menentukan keberhasilan pertanaman dilapangan. Untuk itu bibit harus mempunyai

kwalitas yang baik, bila bibit tersebut lemah serta kwalitasnya kurang baik maka akan

menghasilkan tanaman yang berproduksi rendah.

Manfaat jenis selada (daun selada) dapat digunakan untuk lalab, gado - gado dan

salad. Sedangkan selada air dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan peternakan

ayam. Akan tetapi, selada tidak baik bagi penderita sakit perut. Berbeda dengan sayuran

lainya, selada tidak pernah dimasak karena rasanya akan menjadi agak liat dan sulit

dicerna (Sunarjono, 2003).

Budidaya selada dikembang biakkan dengan bijinya. Dalam 1 ha lahan 250 g biji

dengan daya kecambah 75%. Biji - biji selada berukuran kecil, lonjong, pipih (gepeng),

dan berbulu tajam (Sunarjono, 2003).

Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 20 - 30 cm kemudian diberi pupuk

kandang sebanyak 10 ton per ha. Setelah itu lahan dibuat bedengan dengan lebar satu

meter dan memanjang dari arah timur ke barat. Setelah bedengan terbentuk. Arah

pembuatan alur harus ke arah timur dengan jarak antara alur-alur 25 cm. Pembuatan alur

tersebut sebaiknya tidak terlalu dalam karena akar-akar selada

mengumpal dilapisan tanah atas (Sunarjono, 2003).


Biji-biji selada yang ditanam langsung, ditaburkan merata sepanjang alur

kemudian ditutup tanah tipis-tipis. biji selada akan tumbuh 5 hari kemudian. Setelah

berumur satu bulan (kira-kira berdaun 3-5 helai), tanaman mulai diperjarang. Penjarangan

dilakukan terhadap bibit kerdil hinga jarak tanaman menjadi (25 - 30) x 25 cm. Setelah

berumur 2 minggu dari tanam, tanaman diberi pupuk urea sebanyak 200 kg tiap hektar

atau 1 g tiap tanaman. Pupuk diletakan diantara barisan tanaman (Sunarjono, 2003).

Tanaman selada sering menghadapi ancaman serangan penyakit. Penyakit yang

penting ialah penyakit busuk akar yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani

Khun. Penyakit ini sering menyerang tanaman muda (waktu di persemaian). Akan tetapi,

penyakit ini dapat diatasi dengan semprotan larutan Benlate 0,2 - 0,5 % pada tanahnya.

Pencegahan hama dapat menggunakan pengendalian secara biologis dengan

memanfaatkan musuh alami, dengan menanam bunga yang berbau menyengat atau

membuat ramuan organik penganti pestisida kimia.

Selain penyakit, ada hama yang mengancam pertumbuhan tanaman. Hama yang

perlu dibrantas ialah kutu-kutu daun (Mysuspersicae Sulzer). belalang dan Ulat daun

(Grayak) Hama tersebut merupakan serangga vektor penyakit virus yang menimbulkan

kerugian dan kegagalan seluruh tanaman. Kutu - kutu daun ini dapat di berantas dengan

semprotan Kelthane 0,2% (Sunarjono, 2003).

Pada umumnya tanah berpasir seperti PMK kandungan haranya relatif rendah,

karena tingkat pencucianya cukup tinggi. Untuk mengatasi rendahnya kandungan hara

pada tanah tersebut adalah dengan pemberian pupuk yang mengandung berbagai jenis

unsur hara. Sehingga diharapkan dengan tanah tersebut akan memberikan keseimbangan

hara yang di butuhkan tanaman.


Pemberian kebutuhan unsur hara pada tanaman dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu pemupukan melalui akar dan melalui daun. Menurut lawanto (2002) pemberian

pupuk akan lebih efektif melalui daun pada media tanam. Hal ini disebabkan daun

mampu menyerap pupuk sekitar 90%, sedangkan akar hanya mampu menyerap sekitar

10% (Maizar, 2006).

Pupuk adalah bahan yang memberikan zat hara pada tanaman. Pupuk biasanya

diberikan pada tanah, tetapi dapat pula diberikan lewat daun atau batang sebagi larutan

(Harjadi, 1986).

Masganti (2000) menyatakan bahwa dengan pemberian CaCO3 (kapur dolomit)

ternyata tanah gambut dapat dijadikan media tanam, kandungan nutrisi gambut

sebenarnya rendah, maka hal tersebut dapat diperbaiki dengan pemberian pupuk buatan

sehingga sesuai untuk bercocok tanam. Tanah yang pHnya lebih rendah dari pH optimum

yang dikhendaki tanaman dapat diatasi dengan cara pengapuran pada tanah itu, sehingga

pHnya dapat ditingkatkan sesuai pH yang dikehendaki.

Pemupukan sangatlah penting bagi tanaman, maka pemupukan dapat dikatakan

berhasil, bila kita mengetahui unsur hara yang kurang dalam tanah, gejala kekurangan

unsur hara dapat dilihat dengan tidak normalnya perumbuhan tanaman. Tanah sebagai

faktor produksi tidak selalu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman. Untuk

mengatasi masalah tersebut usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pemupukan (SPP,

2004).

Pupuk kandang berasal dari hasil pembusukan kotoran hewan, baik itu berbentuk

padat (berupa fases atau kotoran) maupun cair (berupa air seni atau urine), sehingga

warna, rupa, tekstur, bau, dan kadar airnya tidak lagi seperti aslinya. Sebenarnya, kotoran
dari semua jenis hewan dapat dipakai sebagai pupuk. Kotoran yang berasal dari hewan -

hewan peliharaan, seperti kotoran sapi, ayam, kambing kerbau atau kuda adalah yang

paling sering digunakan. Karena kotoran hewan peliharaan yang dikandangkan gampang

dikumpulkan (SPP, 2004).

Selain itu hal ini tidak terlepas dari manfaat penggunaan pupuk kandang baik

secara fisik, kimia, maupun biologi. Secara fisik pupuk kandang membentuk agregat

tanah yang baik. Secara kimia, pupuk kandang sebagai bahan organik dapat menyerap

bahan yang bersifat racun seperti aluminium (Al), besi (Fe), dan Mangan (Mn), serta

dapat meningkatkan pH tanah. Secara Biologi, pemberian pupuk kandang kedalam tanah

akan memperkaya jasad organisme kedalam tanah (Muslihat, 2003).

Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah, yaitu

memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur.pemberian pupuk organik,

terutama dapat memperbaiki struktur tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk

udara dan air. Ruangan dalam yang berisi udara akan mendukung pertumbuhan bakteri

aerob yang berada di akar. Sementara air yang tersimpan didalam ruangan tanah menjadi

persediaan yang sangat berharga bagi tanaman. Tanah dengan struktur yang remah juga

memudahkan dalam pengolahan sehingga akan mengurangi biaya pengolahan (Marsono

dan Sigit P, 2000).

Ada beberapa manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah. Manfaat

pupuk yang paling banyak dirasakan penggunaannya adalah menyediakan unsur hara

yang diperlukan bagi tanaman. Pada awalnya unsur hara makro yang di utamakan dalam

penambahan pupuk, tetapi kemudian disadari bahwa unsur mikro ternyata juga mulai
berkurang dan dimulailah penambahan unsur mikro dalam bentuk pupuk (Marsono dan

Sigit P, 2000).

Kondisi biologis tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk. Pemupukan

juga dapat menambah mikroorganisme tanah, seperti penggunaan pupuk hijau dan

mengusahakan kondisi yang optimum bagi biologis tanah. Semakin baik kondisi biologi

tanah maka semakin baik juga kondisi tanaman yang tumbuh diatasnya (Marsono dan

Sigit P, 2000).

Program pemupukan bertujuan meningkatkan kesuburan dan kegiatan biologis

tanah yang di hasilkan dengan cara menambahkan bahan organik dalam jumlah yang

memadai dan sedapat mungkin berasal dari dalam petakan pertanaman itu sendiri

(Rachman, 2002). Pemakaian pupuk atau perlakuan-perlakuan yang harus dilakukan

sebelum pupuk dipakai, agar bermanfaat sebagai cara untuk mengembalikan unsur hara

yang telah terangkut oleh tanah.

Pupuk organik umumnya dapat di sebut pupuk lengkap, artinya mengandung

unsur makro di bandingkan pupuk anorganik karena beberapa hal sebagai berikut : a.

Memperbaiki struktur tanah. Bahan organik dapat mengikat butir-butir tanah menjadi

butiran yang lebih besar dan remah sehingga tanah menjadi gembur dan pertumbuhan

akar akan menjadi lebih baik. b. Menaikkan daya serap tanah terhadap air. Bahan organik

dapat mengikat air lebih banyak dan lebih lama. c. Menaikkan kondisi kehidupan didalam

tanah. Jasad renik dalam tanah amat berperan dalam perubahan bahan organik. Dengan

adanya pupuk organik, jasad renik tersebut aktif, menguraikannya sehingga pupuk

organik mudah diserap tanaman. d.Sumber makanan bagi tanaman walaupun dalam
jumlah yang sedikit, pupuk organik mengandung unsur yang lengkap

(Prihmantoro, 1996).

Pupuk organik menempati urutan pertama dalam rangkaian budidaya tanaman

karena jenis pupuk ini digunakan sebagai pupuk dasar sehingga aplikasinya dilaukan

paling besar. Senyawa atau unsur-unsur organik yang merupakan kandungan utama

pupuk ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses dekomposisi didalam

tanah. Jadi, cara aplikasi yang efektif pupuk organik adalah dengan dimasukkan kedalam

tanah (Marsono dan Sigit P, 2000).

Pupukkandang memiliki beberapa reaksi terhadap tanah antara lain memeperbaiki

struktur tanah, menaikan daya serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan

didalam tanah, mengandung sebagian unsur hara tanaman (Rinsema, 1999). Dengan

begitu pemakaian pupuk organik yang teraturakhirnya dapat meningkatkan produksi yang

dihasilkan oleh tanaman.

Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan

limbah, seperti : Pupuk kandang (ternak besar dan kecil) hijauan tanaman, rerumputan,

semak, perdu, dan pohon , limbah pertanian dan limbah Agroindustri. Tanah yang diberi

dengan pupuk organik mempunyai stuktur yang baik dan tanah yang kecukupan bahan

organik mempunyai kemampuan mengikat air lebih besar dari pada tanah yang

kandungan bahan organiknya rendah (Sutanto, 2006).

Pupuk kandang telah lama di gunakan petani. Pupuk kandang ini berasal dari

kotoran hewan, seperti penulis telah praktekkan yaitu dari kotoran ayam, sapi dan

kambing. Kotoran tersebut berupa kotoran padat dengan kandungan zat hara yang

berlainan, seperti kandungan unsur hara N pada pupuk kandang ayam 1,70 %, pupuk
kandang kambing 0,55 % dan pupuk kandang sapi 0,29% kandungan hara dalam pupuk

kandang relatif banyak (Sutanto, 2002).

Tisdale dan Nelson (1965) dalam Sutedjo (2008), menyatakan bahwa pupuk

kandang itu biasanya terdiri dari campuran 0,5 % N, 0,25 % P2O5 dan 0,5 % K2O. Yang

selanjutnya mereka mengemukakan daftar sebagaiberikut :

Tabel 1. Komposisi Unsur Hara Macam-Macam Pupuk Kandang

Wujud
JENIS H2O N P2O5 K2O
Bahan
PUPUK (%) (%) (%) (%)
(%)
Padat 70 85 0,40 0,20 0,10
Pupuk Sapi 92 1,00 0,20 1,35
Cair 30
TOTAL - 86 0,60 0,15 0,45
Padat 67 60 0,75 0,50 0,45
Pupuk 85 1,35 0,05 2,10
Cair 33
Kambing 69 0,95 0,35 1,00
TOTAL -

Pupuk Ayam TOTAL - 55 1,00 0,80 0,40

Pada daftar tabel yang dikemukakan di atas, terdapat kolom “bahan padat dan

cair” yang menyatakan bahwa pupuk kandang itu terdiri dari bahan padat (faeces, tinja)

dan bahan cair (urine, air kencing) hewanya. Pada bahan - bahan ini terkandung zat N

yang banyaknya sangat tergantung pada mudah atau sukarnya makanan dalam perut

hewan dapat dicernakan, zat N ini ada dalam bentuk zat putih telur. Jadi jika makanan

yang diberikan kepada hewan itu banyak mengandung zat putih telur, maka pada urine

(bahan cair) akan lebih banyak terkandung zat N (Sutedjo, 2008).

Kotoran yang baru saja keluar dari tubuh hewan belum dapat di gunakan sebagai

pupuk karena kotoran tersebut masih mengalami proses penguaraian oleh jasad renik.
Salah satu hasil proses penguraian itu adalah energi panas. Energi ini akan sangat buruk

akibatnya bagi tanaman. Oleh karena itu, kotoran hewan yang masih baru tidak di

anjurkan dipakai sebagai pupuk. Jadi, pupuk kandang yang dapat di gunakan adalah

pupuk % (setiap 100 yang telah matang). Artinya dalam pupuk tersebut tidak terjadi lagi

proses dekomposisi atau penguraian oleh jasad renik. Tanda - tanda pupuk kandang yang

matang adalah tidak berbau tajam, berwarna coklat tua, tampak kering, tidak terasa panas

bila dipegang dan gembur bila diremas (Anonim, 1996).

Soedijanto (1980), mengemukakan bahwa pupuk kandang merupakan salah satu

organik yang berasal dari kotoran hewan padat dan cair yang bercampur dengan sisa alas

kandang. Pemberian pupuk organik seperti pupuk kandang seperti tanah akan

meningkatkan agregasi tanah. Koloid organik sebagai perombak bahan-bahan organik

dari jasad renik tanah dan cairan yang dikeluarkanoleh jasad renik itu berfungi sebagai

perekat yang mempersekutukan partikel - partikel tanga menjadi butitran tanah. Sesuai

pendapat (Syarief dalam Sutejo dan Masriah, 2007), menyatakan bahwa pupuk kandang

merupakan sumber bahan organik, bila bahan organik tersebut mengalami penguraian

akan membebaskan sejumlah unsur hara seperti nitrogen, unsur hara tersebut sangat

dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman.

Sudiarto dan Gusmaini (2004) menambahkan, bahwa fungsi biologis pupuk

organik (pupuk kandang) bagi mikroba tanah adalah sebagai sumber utama energi untuk

aktivitas kehidupan dan perkembang biakan. Pemberian bahan organik dengan rasio C/N

tinggi akan memacu pembiakan mikroba, memfiksasi beberapa unsur hara atau imobilitas

N yang bersifat sementara. Seiring dengan menurunnya rasio C/N tanah, sebagian
mikroba akan mati dan selanjutnya melalui proses perombakan unsur hara menjadi

tersedia kembali.

Parawinata dkk dalam Zulkifli (2001), yang menyatakan bahwa nitrogen sangat

diperlukan oleh tanaman sebagai bahan pembentuk asam amino, sedangkan asam amino

sebagai pembentuk protein, dan protein bagian dari enzim dan enzim sebagai motor

oenggerak dari metabolisme, bila diberikan dengan seimbang akan sangat mengacu

dalam pertumbuhan tanaman.

Kotoran ayam baik untuk pemupukan, karena banyak mengandung zat - zat

makanan tumbuh - tumbuhan, ini disebabkan karena susunanan makanan yang banyak

mengandung protein. Kotoran ayam mengandung nitrogen tiga kali lebih banyak dari

pupuk organik lainnya. Didalam tanah pupuk ini lebih cepat bereaksi karena termasuk

pupuk panas (Musnamar, 2003).

Pupuk kandang ayam banyak mengandung unsur hara yang di butuhkan tanaman

untuk pertumbuhan dan perkembangan. Komposisi hara yang terkandung pada pupuk

kandang ayam adalah sebagai berikut: Nitrogen 1,00 %, Phosphor 0,80 %, dan

kandungan kalsium sebanyak 0,40 %. Pupuk kandang ayam termasuk pupuk dingin yaitu

dekomposisi untuk merubah bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat - zat

hara yang tersedia dalam tanah untuk mencukupi pertumbuhan tanaman secara berlahan -

lahan. Perubahan ini sedikit sekali terbentuk panas dengan demikian pupuk kandang

ayam disebut pupuk dingin (Anonim, 1996).

Pupuk Kandang dari jenis ternak dari pupuk sapi merupakan pupuk padat yang

mengandung air dan lendir. Bagi pupuk padat yang keadaannya demikian bila

terpengaruh oleh udara maka cepat akan terjadi pergerakan - pegerakan sehingga
keadaannya menjadi keras, selanjutnya air tanah dan udara yang akan melapukkan pupuk

itu menjadi sukar menembus, merembes kedalamnya. Dalam keadaan demikian peran

jasad renik untuk mengubah bahan - bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat-zat

hara yang tersedia dalam tanah untuk mencukupi keperluan pertumbuhan tanaman

mengalami hambatan - hambatan, perubahan berlangsung secara perlahan-lahan. Pada

perubahan-perubahan ini kurang sekali terbentuk panas. Keadaan demikian mencirikan

bahwa pupuk sapi adalah : pupuk dingin. Karena pupuk ini merupakan pupuk dingin,

sebaiknya pemakaian atau pembenamannya 3 atau 4 minggu sebelum masa tanam

(Sutedjo, 2008).

Fuadi (1994), mengatakan Pupuk organik yang berasal dari kotor sapi termasuk

pupuk dingin dimana perombakan oleh jasad renik berlangsung lambat dan kurang

terbentuk panas. pupuk padatnya mengandung air dan lendir yang bila terkena udara

akan berkerak dan sukar masuk kedalam pupuk. Dalam keadaan demikian peranan jasad

renik dalam perombakan bahan - bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat - zat

hara dalam tanah agak terhalang.

Pada ternak pupuk kandang kambing yang ternyata bahwa kadar N pupuk

kambing cukup tinggi, kadar air lebih rendah dari kadar air pupuk sapi. Keadaan

demikian merangsang jasad renik melakukan perubahan - perubaan aktif, sehingga

perubahan berlangsung dengan cepat. Pada perubahan - perubahan ini berlangsung pula

pembentukan panas, sehingga pupuk kambing dapat dicirikan sebagai pupuk panas.

Pemakaian atau pembenaman pupuk ini dalam tanah sebaiknya dilakukan 1 atau 2

minggu sebelum masa tanam (Sutedjo, 2008).


Jenis dari ternak pupuk kandang ayam mengandung unsur hara yang dibutuhkan

tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Komposisis hara yang dikandung pada

pupuk kandang ayam adalah sebagai berikut : Nitrogen 1,00 %, Phospor 0,80 %, dan

kandungan Kalsium sebanyak 0,40 %. Pupuk kandang ayam termasuk pupuk dingin yaitu

dekomposisi untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat -

zat hara yang tersedia dalam tanah untuk mencukupi pertumbuhan tanaman secara

berlahan - lahan. Perubahan ini sedikit sekali terbentuk panas dengan demikian pupuk

kandang ayam disebut pupuk dingin (Anonim, 1996). kebutuhan pupuk kandang untuk

tanah Indonesia pada umumnya 20 ton/ ha (Lingga, 1986).

Kebutuhan pupuk kandang untuk tanah Indonesia pada umumnya 20 ton/ha

(Lingga 1986). Pupuk kandang sapi memiliki komposisi unsure hara yang hampir sama

dimana kandungan unsure N : 0,60 %, P2O5 : 0,30 % K2O : bersifat dingin, artinya proses

perubahan atau penguraian pupuk tersebut secara berlahan - lahan (Lingga, 1986).Untuk

dosis pemberian pupuk kandang tergantung pada keadaan tanahnya, tapi rata - rata untuk

tanha di Indonesia diberikan sebanyak 20 ton (20.000 kg) per hektar (Andoko, 2004).

Sebagai tambahan kelemahan dari pupuk kandang ayam, sapi dan kambing ini

perlu pula diperhatikan bahwa penggunaan kotoran kandang sebagai pupuk harus disertai

pengawasan yang kontinyu dalam arti giat melakukan penyiangan dan pemberantasan

hama atau penyakit tertentu karena : 1. Dalam pupuk padat sering terbawa atau

tekandung berbagai biji rumput - rumputan dan semak yangakan tumbuh bersamaan

dengan tumbuhnya tanaman yang diusahakan, karena itu kegiatan penyiangan harus

digiatkan agar tanaman terbebas dari gulma. 2. Dalam pupuk sering terbawa pula bibit

hama dan penyakit tanaman (telur / larva insekta, bakteri, dan cendawan). Bila tanaman
telah tumbuh perlu pengawasan sejak umur paling muda, jika timbul gejala - gejala atau

serangan hama segera lakukan pengendalian atau pemberantasan dengan obat-obatan

yang dianjurkan (Sutedjo, 2008).

Selain pupuk organik untuk mempengaruhi N penulis juga menggunakan pupuk

NPK. Pupuk NPK di sebut sebagai “pupuk majemuk lengkap” atau Complate Fertilizer

dan kenyataannya belum biasa di indonesia, baik dipertanian kecil maupun di

perkebunan - perkebunan, namun mengetahui kandungan - kandungan yang terdapat di

dalam pupuk ini adalah perlu. pada permulaan dikenalnya (Sebelum Perang Dunia ke II),

pupuk NPK kenyataan berkadar rendah, jumlah kadar ketiga unsur itu hanya sekitar

20 %. Perbaikan - perbaikan dalam arti kegunaannya telah di lakukan oleh pabrik

pembuatnya sehingga pupuk majemuk lengkap yang si pedagangkan kini mempunyai

jumlah kadar ketiga unsurnya lebih tinggi, sekitar 30 % sampai 60 %, dan untuk

memenuhi kebutuhan pupuk yang berkaitan dengan berbagai jenis tanaman (Sutedjo,

2008).

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang memberikan unsur N, P, K

bagi tanaman. Jenis pupuk NPK cukup banyak dipasaran dengan beragam kadar unsur

yang dikandungnya. Salah satunya adalah pupuk NPK mutiara (16:16:16). Pupuk ini di

berikan bertahap pada minggu ke-2, dan ke-4, dan setelah tanam. (Marsono dan Lingga,

1999).

Rinsema (1989), berpendapat bahwa tujuan pemupukan ada dua yaitu

menyediakan unsur hara yang cukup dan memperbaiki seta memelihara kondisi tanah

dalam hal struktur, kondisi derajat kemasaman, potensi pengikat terhadap zat makanan

tanaman. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk bebentuk butiran yang mengandung
unsur hara, nitrogen, fospor dan kalium. pupuk ini sangat baik untuk mendukung masa

pertumbuhan tanaman, selain itu keuntungannya adalah unsur hara makro yang di

sumbangkan dapat memenuhi kebutiuhan hara tanaman.

Unsur N dan P, merupakan penyusun komponen sel dan cendrung terdapat pada

biji dan berbagai titik tumbuh tanaman lainnya. Tanaman selada juga membutuhkan hara

NPK untuk pertumbuhan dan hasil produksinya. Pemberian unsur N disertai unsur P dan

K, akan cendrung meningkatkan hasil tanaman sayuran ( Anonimus, 1992).

NPK merupakan pupuk majemuk yang sangat baik untuk pertumbuhan dan

produksi tanaman serta meningkatkan panen dan memberikan keseimbangan unsur

Netrogen, fosfor dan kalium. Pupuk ini mudah diaplikasikan serta mudah diserap oleh

tanaman dan dalam pemakaiannya lebih efisien (Anonimus, 1992).

Pupuk NPK mengandung unsur hara makro yang secara umum dibutuhkan oleh

tanaman, dan dapat memberikan keseimbangan hara yang baik untuk pertumbuhan

produiksi tanaman. Lingga, (1986 ). dalam Ariman (1998) mengatakan bahwa nitrogen

berpengaruh dalam memacu tinggi tanamn serta memberi warna hijau pada daun dan

memperbesar ukuran buah. Tanaman yang kekurangan tumbuh kerdil dan mempunyai

perangkalan dangkal, dan berwarna kuning dan mudah rontok.

Posfor sangat diperlukan tanaman dalam pembentukan bunga yang memperkuat

tubuh tanamn sehingga tanah terhadap kekeringan. Unsur posfor dalam tanaman berperan

dalam proses respirasi, fotosintesis dan laju pertumbuhan tanaman (sugeng, 1983).

Menurut Lingga (1986), kalium mempunyai peranan utama dalam pembentukan protein

dan karbohidrat dan juga untuk memperkuat jaringan tumbuh tanaman agar daun lebih

tahan terhadap stres air serta gangguan hama dan penyakit.


Hasil penelitian yang dilakukan oleh simanjuntak (2003) dalam munthe (1991)

dengan pelakuan pemberian dosis NPK 400kg/ha ternyata memberikan pengaruh yang

nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman semangka begitu juga pada

pertumbuhan bibit api-api ternyata pemberian NPK dengan dosis 2 g/ tanaman

memberikan pengaruh yang baik ( Suryadi, 2002).


III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat Dan Waktu

Penelitian ini telah di laksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan Kaharudin Nasution Km 11, Kelurahan Simpang Tiga,

Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Pelaksanaan penelitian selama tiga bulan,

dimulai bulan Februari 2009 sampai dengan bulan April 2009 (Lampiran 2).

B. Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah; Benih Selada varietas Chia

Tai Seed, Cap Kapal Terbang, (lampiran 3) NPK 16 : 16 : 16, Pupuk kandang Ayam,

Pupuk kandang Kambing, Pupuk kandang Sapi, Curater 3G, Lengkuas, Jahe, Seng, Tali

rafia, Paku. Alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, parang, ember, martil, gergaji,

meteran, alat tulis, gembor, timbangan, kamera dan Alat tulis.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) secara faktorial

yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk organik (O) terdiri dari 4

taraf, sedangkan faktor kedua adalah pupuk NPK 16 : 16 : 16 (N) yang terdiri dari 4

taraf. Sehingga dapat 16 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari

3 ulangan sehingga terdapat 48 satuan percobaan, dalam 1 plot terdapat 9 tanaman. 3

tanaman dijadikan tanaman sampel yang diambil secara acak. Penempatan satuan

percobaan dilapangan disajikan pada Lampiran 4.


Faktor pemberian pupuk organik terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu sebagai

berikut :

O0 : Tanpa pemberian pupuk kandang

O1 : Pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 20 ton/ha ( 2 kg/m2 )

O2 : Pemberian pupuk kandang kambing dengan dosis 20 ton/ha. ( 2 kg/m2 )

O3 : Pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 20 ton/ha. ( 2 kg/m2 )

Faktor pemberian pupuk NPK 16:16:16 terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu

sebagai berikut :

N0 : Tanpa pemberian pupuk NPK 16:16:16

N1 : Pemberian pupuk NPK 16:16:16 dengan dosis 0,83 g/Tanaman( 75 kg/Ha )

N2 : Pemberian pupuk NPK 16:16:16 dengan dosis 1,66 g/Tanaman ( 150 kg/Ha)

N3 :Pemberian pupuk NPK 16:16:16 dengan dosis 2,5 g/Tanaman (225 kg/Ha)

Kombinasi perlakuan pupuk organik dan pengaruh NPK 16 : 16 :16 dapat dilihat pada

tabel 1 di bawah.

Tabel 2. Kombinasi perlakuan pupuk organik dan pupuk NPK 16:16:16

Perlakuan N0 N1 N2 N3

O0 O0N0 O0N1 O0N2 O0N3

O1 O1N0 O1N1 O1N2 O1N3

O2 O2N0 O2N1 O2N2 O2N3

O3 O3N0 O3N1 O3N2 O3N3


Data pengamatan terakhir dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis

sidik ragam (ANOVA). Apabila F hitung lebih besar dari F tabel, maka dilanjutkan

dengan melakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.

D. Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan Lahan.

Lahan dibersihkan dari gulma dan sampah yang ada disekitar areal tersebut.

Setelah lahan bersih dari gulma, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan

tanah dengan menggunakan cangkul. Pengolahan tanah dilakukan dua kali. Pengolahan

tanah pertama dilakukan dengan cara mencangkul tanah berbentuk bongkahan -

bongkahan tanah besar dengan kedalaman 30 cm, dan pengolahan tanah kedua

dilakukan penggemburan tanah dengan tujuan agar airase atau tata udara didalam tanah

lebih baik.

Dalam penelitian ini jumlah plot yang harus disiapkan adalah sebanyak 48 plot

dengan ukuran 1 x 1 m dengan ketinggian bedengan 25 cm dan jarak antar bedengan 50

cm. Pembuatan drainase bisa sekaligus berjalan bersamaan dengan pembuatan plot. Serta

mengetahui pH antara 6, pH dapat di ketahui dengan melakukan pengukuran pH dan

Penentuan Aldd dengan 3 sampel tanah. Membutuhkan alat pengukur pH tanah dan Aldd.

Meminta bantuan kepala laboratorium bioteknologi untuk mengukur pH dan Aldd

(Lampiran 1).

b. Pemasangan Label

Pemasangan label dilakukan setelah pembuatan plot selesai. Label - label ini akan

dipasang sesuai dengan lay Out Penelitian, (lampiran 4). Pemasangan label tersebut
dimaksudkan untuk mempermudah dalam pemberian perlakuan serta pangamatan

tanaman selada.

c. Persemaian

Penyemaian dilakukan dalam polybag kecil lalu di buat bedengan dengan ukuran

1 x 1m (arah utara dan selatan). Ketinggian tanah bedengan yaitu 30 cm. Tanah yang

digunakan adalah tanah dari lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan

perbandingan 2 : 1. Persemaian dilakukan dibawah naungan agar terhindar dari cahaya

matahari dan hujan. Dimana perlindungan dibagian timur lebih tinggi dari pada bagian

barat (timur 1,5 m - barat 0,8 m). sebelum benih ditanam dipersemaian maka media

semai harus disiram merata.

d. Pemberian Perlakuan

a). Pupuk organik

Pemberian Pupuk organik berpengaruh positip pada tanaman, diberikan seminggu

sebelum tanam sesuai dengan dosis perlakuan. Cara pemberian pupuk organik adalah

dengan cara di sebar dan dicampur merata dengan tanah diatas plot sesuai dengan

perlakuan yaitu : O 0 = Tanpa pemberian pupuk kandang, O1 = Pemberian pupuk

kandang ayam 2,0 kg/plot, O2 = Pemberian pupuk kandang kambing 2,0 kg/plot, O3 =

Pemberian pupuk kandang sapi 2,0 kg/plot.

b). Pupuk NPK 16:16:16


Pemberian perlakuan pupuk NPK 16:16:16 diberikan 1 minggu setelah

tanam. Untuk perlakuan pupuk NPK 16:16:16 diberikan sesuai dengan dosis. Cara pem

berian pupuk NPK 16:16:16 adalah dengan cara ditugal dalam larikan lalu ditutup

kembali. Cara lainnya dengan melarutkannya dalam air lalu disiramkan pada bedengan.

Dosis perlakuan pemupukan NPK 16:16:16 pertanaman yaitu : N 0 = Tanpa pemberian

pupuk NPK, N1 = Pemberian pupuk NPK 0,83 g/tanaman, N2 =

Pemberian pupuk NPK 1,66 g/ tanaman, N3 = Pemebrian pupuk NPK 2,5 g/tanaman

e. Penanaman

Bibit yang telah berumur dua minggu (14 hari) dipersemaian siap dipindahkan ke

plot yang telah disediakan dengan jarak tanam 30 x 30 cm. sehingga dalam 1 baris

terdapat 3 tanaman. Bibit yang akan ditanam dipilih bibit yang pertumbuhannya seragam

dan tidak terserang hama dan penyakit. Pemindahan dilakukan dengan hati - hati

sehingga akar tidak rusak.

E. Pemeliharaan

a. Penyiraman

kebutuhan air mutlak dipenuhi pada awal penanaman, saat penyiangan

pertama, dan ketika tanaman berumur sebulan. bila hujan tidak turun lakukan

penyiraman dengan gembor. Jaga pula parit pengairan mampu melewatkan kelebihan air

disaat turun hujan lebat. Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu sore hari saja.

b. Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang layu, mati atau terserang ha

ma dan penyakit. Bahan penyulaman diambil dari tanaman yang telah disediakan sebelu
mnya. Bibit yang dijadikan pengganti adalah sama jenis dan waktu tanam agar

pertumbuhan tanaman seragam.

c. Penyiangan.

Ketika tanaman berumur 2 minggu sudah harus dilakukan penyiangan. Penyiangan

juga berfungsi menekan serangan hama - penyakit. tujuan penyiangan untuk membuang

semua jenis tumbuhan pengganggu (gulma) yang hidup disekitar pertanaman selada

dengan jalan pencabutan, dan selanjutnya penyiangan gulma dilakukan seminggu sekali

disesuaikan dengan ada atau tidaknya gulma diareal pertanaman, disamping itu sekaligus

dengan penggemburan tanah.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit.

Untuk mengendalikan serangan populasi hama, terutama hama tanah maka

digunakan Curater 3 G. Dengan dosis 100 g / plot. Serangan hama daun seperti belalang

dan Ulat daun (Grayak) dikendalikan dengan cara mekanis yaitu

dengan menangkapnya secara langsung lalu di bakar. peneliti juga menggunakan pen

gendalian secara biologis dengan memanfaatkan musuh alami seperti menanam bunga

tahi ayam dan membuat ramuan dari lengkuas dan jahe yang dicampur dengan air,

kemudian disemprotkan pada tanaman yang terserang hama ulat tersebut.

e. Panen.

Selada sudah dipanen ketika berumur antara 34 hari setelah tanam. Dengan ciri -

ciri jika daun yang bagian paling bawah sudah menyentuh tanah. cara panen selada

dengan memotong bagian tanaman diatas permukaan tanah dengan menggunakan pisau.
Bisa juga dengan mencabut semua bagian termasuk akar. Setelah akar dicuci, daun - daun

yang rusak dibuang.

F. Parameter Pengamatan

Pada penelitiaan ini parameter yang akan di amati adalah sebagai berikut :

1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dngan menggunakan meteran. diukur dari leher akar

sampai ujung tajuk. Di mulai dari 1 minggu setelah tanam dengan interval pengukuran

sekali dalam seminggu.

2. Jumlah helai daun ( helaian )

Pengamatan jumlah helai daun dihitung pada daun yang telah membuka

sempurna, pengamatan dilakukan hanya sekali selama penelitiaan yaitu pada waktu

panen. Dan hasil pengamatan terakhir dianalisis secara statistik dan disajikan dalam

bentuk tabel.

3. Berat segar per tanaman ( g )

Pengamatan berat basah pada tanaman dilakukan pada akhir penelitiaan. Setelah

tanaman bersih dan ditimbang bersama akarnya sesuai dengan perlakuaan masing -

masing. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan

disajikan dalm bentuk tabel.

4. Volume akar (cm)

Akar yang telah dipisahkan dipotong dan batang tanaman dibersihkan dari

kotoran melekat lalu dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah berisi air dengan volume

air awal yaitu 15 ml, penambahan volume air itulah disebut sebagai volume akar. Hasil

pengamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman setelah di analisis sidik ragam

(lampiran 6a), interaksi antara perlakuan berbagai dosis pupuk organik dan NPK

16:16:16 tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman selada. Sedangakan pemberian

berbagai dosis pupuk organik secara tunggal, berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman

selada, demikian juga perlakuan berbagai dosis NPK 16:16:16 secara tunggal

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman selada. Data hasil pengamatan tinggi
tanaman selada setelah dilakukan uji lanjut BNJ pada taraf 5 %, dapat dilihat pada tabel

2.

Tabel 2. Rerata tinggi tanaman selada (cm) dengan perlakuan berbagai dosis pupuk
organik dan NPK 16 : 16 : 16.
Dosis NPK 16 : 16 : 16
Jenis Rerata
Pupuk organik N0 N1 N2 N3
0 g/tan 0,83 g/tan 1,66 g/tan 2,49 g/tan
O0
21,44 27,22 24,67 28,33 25.42 c
Tanpa Pemberian
Pupuk Organik
O1
23,22 28,67 25,89 28,76 26.64 b
Pupuk Kandang
Ayam 2 kg/m²
O2
24,00 30,00 28,33 30,56 28.22 b
Pupuk Kandang
Kambing 2 kg/m²
O3
27,76 33,78 31,00 31,22 30.94 a
Pupuk Kandang
Sapi 2 kg/m²
Rerata 24.11 c 29.92 a 27.47 b 29.72 a

KK = 6,76 % BNJ O / N = 2,08


Angka – angka pada baris yang dikuti huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji
lanjut BNJ pada taraf 5 %

Pemberian pupuk kandang jauh lebih baik dari pada kontrol. Pada tabel 2 terlihat

bahwa perlakuan pupuk organik O3 ( Pupuk kandang kambing 20 ton/ha) berbeda nyata

dengan perlakuan pupuk kandang O2 (Pupuk kandang Sapi 20 ton/ha), O1 (Pupuk

kandang Ayam 20 ton/ha) dan O0 (Tanpa Pupuk kandang 0 ton/ha. Selanjutnya O2 dan

O1 tidak berbeda nyata, akan tetapi berbeda nyata dengan O0.

Pupuk kandang sapi mempunyai pengaruh terbaik. Perlakuan pupuk organik O3

dengan dosis 20 ton/ha merupakan perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik

terhadap parameter pengamatan tinggi tanaman yaitu 30,94 cm, diikuti dengan O2 (28,22
cm), O1 (26,64 cm) dan yang terakhir O0 dengan tinggi tanaman 25,42 cm. Berdasarkan

fakta ini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak dosis pupuk organik yang diberikan,

maka semakin tinggi tanaman selada. Sesuai dengan pendapat Soedijanto (1980),

mengatakan bahwa pupuk kandang dapat menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman

dan sekaligus mempermudah penyerapan unsur hara dengan memperbaiki sifat fisis dan

biologis tanah. Dengan pemberian pupuk organik seperti pupuk kandang dapat

meningkatkan agregasi tanah sehingga sangat membantu perakaran tanaman dalam hal

penyerapan air dan unsur hara. Hal ini tentunya memberikan pengaruh yang positif

terhadap pertumbuhan tanaman selada, salah satunya tinggi tanaman. Selanjutnya

berdasarkan tabel 2. juga dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk organik O2

dan O1 memberikan pengaruh relatif sama.

Pada tabel 2. juga dapat dilihat bahwasanya perlakuan tanpa pemberian pupuk

organik O0 merupakan perlakuan yang memberikan rata - rata tinggi tanaman yang

terendah dibanding perlakuan lainnya.

Menurut VAN DIJK (1952), kadar rata - rata unsur hara pada ternak di indonesia

terutama pada pupuk kandang yang matang adalah tidak lebih dari : 0,3 % N, 0,1 % P,

dan 0,3 % K. Mengenai hal ini merinci lebih lanjut sebagai berikut ; Sapi menghasilkan

kotoran segar sekitar 7,5 ton per tahun, dari padanya diperoleh pupuk kandang matang

sekitar 5 ton, yang kandungannya terdiri atas 15 kg N/tahun, 5 kg P / tahun, tetapi

kandungan K adalah 25 kg / tahun (Sutedjo, 2008).

Koloid organik sebagai hasil perombakan bahan organik oleh jasad renik tanah

berfungsi sebagai perekat yang mempersatukan partikel - partikel tanah menjadi

butiran - butiran tanah (Sutanto, 2006). Dengan begitu kemampuan tanah menyimpan air
akan semakin besar sejalan dengan besarnya butiran tanah. Hal ini tentunya menunjang

pertumbuhan tanaman selada yang ditanam, karena tanah mampu menyerap dan

menyediakan air bagi perakaran tanaman.

Pupuk kandang kambing terdiri dari 67 % bahan padat dan 33 % baha cair,

dengan komposisi unsur hara N 0,60 %, P2O5 30 % dan K2O 0,17 %. Kadar air pupuk

kandang kambing lebih rendah dari kadar air pupuk kandang sapi, keadaan demikian

meransang jasad renik melakukan perubahan aktif sehingga perubahan berlangsung

dengan cepat. Pemakaian pupuk kambing sebaiknya diberikan satu atau dua minggu

sebelum tanam (Soetejo, 1987).

Nitrogen berada dalam pupuk yang sudah dicernakan dalam bentuk

protein, persenyawaan amonium dan amoniak. Sebagian langsung tersedia untuk diserap

tanaman, sisanya tersedia berangsur-angsur sebagai akibat proses penguraian

mikrobiologis dari protein. Reaksi kerja Nitrogen di dalam pupuk kandang tidak sama

dengan reaksi kerja Nitrogen pada pupuk buatan. Perbandingan antara keduanya

ditunjukkan dengan faktor kerja (working coefficient) dari Nitrogen pupuk kandang

terhadap nitrogen pupuk buatan. Hal ini juga disebut sebagai nilai pupuk buatan dari

Nitrogen pupuk kandang, dan biasanya dinyatakan dalam persentase.

Menurut Rinsema (1986), faktor kerja Nitrogen di dalam pupuk kandang padat berkisar

antara 20 - 40 persen. Berdasarkan hal tersebut, maka konversi kandungan Nitrogen

pupuk kandang ke dalam pupuk buatan harus mengacu pada faktor

kerja tersebut. Phosfat dan kalium didalam pupuk kandang padat, nilainya sama dengan P

hosfat dan kalium yang dikandung oleh pupuk buatan. Oleh karena itu pengurangan berd

asarkan faktor kerja tidak dilakukan, (Suharyanto, ejournal.unud.ac.id).


Pada tabel 2 terlihat bahwa pemberian pupuk NPK 16:16:16 pada perlakuan N1

memberikan pengaruh terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 29.92 cm.

Perlakuan N1 ini tidak berbeda nyata dengan N3, akan tetapi kedua perlakuan ini berbeda

nyata terhadap perlakuan N0 dan N2. Sedangkan perlakuan N0 merupakan perlakuan

yang memberikan hasil yang terendah dibandingkan perlakuan lainnya yaitu tinggi

tanaman 24, 11 cm.

Berbeda nyatanya perlakuan pupuk NPK dengan perlakuan tanpa pemberian

pupuk NPK hal ini disebabkan tanaman dapat menyerap unsur N lebih cepat, sebab unsur

N yang terdapat pada pupuk NPK lebih tersedia bila dibandingkan dengan pupuk yang

mengandung N lainnya, sehingga kebutuhan akan unsur hara terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan untuk pertumbuhan tinggi tanaman yang dihasilkan, disamping itu nitrogen

yang diberikan juga sesuai dengan keperluan pertumbuhan tinggi tanaman selada. Hal ini

sesuai dengan pandapat Setyamidjaja (1986) dalam Irvayanti (1998) yang menyatakan

bahwa penambahan unsur N dapat merangsang tinggi tanaman.

Lingga (2002) menyatakan bahwa unsur N berperan penting dalam pertumbuhan

vegetatif tanaman. Sedangkan Pada perlakukan N0 pertumbuhan tinggi tanaman lebih

rendah, ini dikarenakan nitrogen yang di dalam tanah masih relatif sedikit. Sehingga tidak

dapat memnghasilkan tinggi tanaman yang optimal.

2. Jumlah Helai Daun (helai)

Setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 6b), interaksi antara perlakuan

berbagai dosis pupuk organik dan NPK 16 : 16 : 16 tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun selada. Berbagai dosis pupuk organik secara tunggal, berpengaruh nyata

terhadap jumlah daun selada. Perlakuan berbagai dosis NPK 16 : 16 : 16 secara tunggal

berpengaruh nyata terhadap jumlah daun selada. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil

pengamatan jumlah daun selada setelah dilakukan uji lanjut BNJ pada taraf 5 %, dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Rerata jumlah daun selada (cm) dengan perlakuan perlakuan berbagai dosis
pupuk organik dan NPK 16 : 16 : 16.
Dosis NPK 16 : 16 : 16
Jenis
N0 N1 N2 N3 Rerata
Pupuk organik
0 g/tan 0,83 g/tan 1,66 g/tan 2,49 g/tan
O0
Tanpa Pemberian 5.67 6.33 6.00 7.33 6.33 d
Pupuk Organik
O1
Pupuk Kandang 6.00 7.33 8.00 9.33 7.67 c
Ayam 2 kg/m²
O2
Pupuk Kandang 7.00 8.33 9.00 11.00 8.83 b
Kambing 2 kg/m²
O3
Pupuk Kandang 9.00 10.67 11.67 13,00 11.17 a
Sapi 2 kg/m²
Rerata 7.00 c 8.17 b 8.67 b 10.17 a
KK = 10,19 % BNJ O / N = 0,96
Angka – angka pada baris yang dikuti huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji
lanjut BNJ pada taraf 5 %.

Pada tabel 3 diketahui bahwa keempat perlakuan saling berbeda nyata satu

dengan yang lainnya. Pemberian pupuk organik pada perlakuan O3 memberikan

pengaruh terbaik yaitu rata-rata 11.17 helai daun, diikuti O2 (8.83), O1 (7.67), dan yang

terakhir adalah O0 dengan rerata 6.33 helai daun.

Tingginya rerata jumlah daun yang ditunjukan pada perlakuan O3 dibandingkan

dengan berlakuan O0, O1, dan O2 hal ini disebabkan jumlah bahan organik yang berasal

dari pupuk kandang sapi sangat mempengaruhi pertumbuhan populasi mikroorganisme

tanah, dimana semakin banyak bahan - bahan organik yang diberikan maka jumlah
populasi organisme juga akan semakin bertambah. Mikrorganisme dalam tanah berperan

dalam merombak bahan - bahan organik menjadi materi - materi yang lebih halus dan

membentuk struktur tanah yang kaya akan bahan organik, sehingga kebutuhan nutrisi

tanaman terpenuhi.

Ardianto (1983) dalam Waseno (1999), megemukakan bahwa banyaknya bahan

organik yang dimasukan ke dalam tanah mempengaruhi populasi mikroganisme, semakin

banyak pemberian bahan organik maka populasi mikroorganisme makin tinggi. Dengan

kehadiran mikroorganisme yang menguntungkan di dalam tanah maka ekosistem di

dalam tanah akan lebih hidup yang berarti akan memberikan medium yang lebih baik

bagi pertumbuhan tanaman, salah satunya luas daun. Suroto (1985), juga menyatakan

bahan organik mekmpunyai daya untuk mengubah semua faktor - faktor dan kesuburan

tanah, memperbaiki struktur tanah, dan mendorong kehidupan jasad renik

Kemudian pada tabel 3 juga dapat diketahui bahwa pemberian pupuk NPK

16:16:16 pada perlakuan N3 menunjukan hasil yang tidak berbeda nyatanya. Kedua

perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan N0, N1 dan N2. Selanjutnya diketahui

juga, perlakuan yang memberikan rerata jumlah daun yang terbaik adalah pada perlakuan

N3 dengan jumlah daun 10.17 helai daun. Sedangkan yang memberikan rerata jumlah

daun terendah adalah pada peralkuan N0 dengan rerata jumlah helai daun 7.00.

Berbeda nyatanya perlakuan N3 terhadap perlakuan N0, N1 dan N2, hal ini

disebabkan oleh unsur hara yang tersedia pada perlakuan tanaman yang diberi perlakuan

N3 tersebut sudah dalam keadaan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan yang

diperlukan oleh tanaman selada untuk pertumbuhan jumlah daun.


Menurut Sudjiati (1989), bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi

yang baik tanaman harus diimbangi dengan pemupukan karena tanaman kekurangan

unsur hara tidak dapat melakukan fungsi fisilogisnya dengan baik. Sama halnya menurut

pendapat effendi (1979) bahwa unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jika tersedia

dalam jumlah yang cukup, memungkinkan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi

semaksimal mungkin.

Lingga (2002) menyatakan bahwa perananunsur hara nitrogen yang terdapat di

dalam pupuk NPK, berfungsi merangsang tanaman secara keseluruhan, khususnya

batang, cabang, daun dan juga buah untuk tanaman yang sudah menghasilkan. Nitrogen

juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam hal

fotosintesis, apabila fotosintesis berjalan dengan sempurn, maka pertumbuhan pada

tanaman juga akan jadi lebih baik.

Sedangkan unsur fosfor dimanfaatkan oleh tanaman dalam pembentukan akar

sebagai bahan baku pembentukan protein tetentu, pembentukan asimilat, pernafasasn

tanaman, sekaligus juga membantu proses pembungaan pada tanaman dan juga

pemasakan biji. Lain halnya dengan unsur kalium yang berperan sebagai metabolisme

karbohidrat, sintesa protein, dan memacu kegiatan unsur mineral.

Unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang ini tidak akan merusak tanah

seperti pupuk buatan pabrik (pupuk anorganik). Pupuk kandang mempunyai pengaruh

yang cukup lama karena tersedianya unsur hara dalam pupuk kandang yang diserap

tanaman setelah melalui proses perombakan. Oleh karena itu tanah yang diberi pupuk

kandang dalam waktu yang relatif lama masih mamapu memberikan reaksi yang baik.
Berdarkan proses penguraiannya pupuk kandang digolongkan kedalam dua

golongan, yaitu pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang

mengurainya oleh mikroorganisme berlangsung cepat, sehingga pada tumpukan pupuk

yang disimpan terbentuk panas. Yang termasuk ke dalam pupuk panas adalah, pupuk

kandang ayam, kambing dan kuda. Sedangkan pupuk dingin adalah pupuk kandang yang

pengurainya oleh mikroorganisme berlangsung secara perlahan-lahan, sehingga pada

tumpukan pupuk yang dimatangkan tidak timbul panas. Yang termasuk pupuk dingin ini

adalah pupuk kandang sapi dan kerbau (Syarief, 1986).

Lingga (1986), mengungkapkan bahwa dalam pemberian pupuk kandang tersebut

dapat diperhatikan apakah pupuk kandang sudah matang apa belum. Pupuk kandang yang

sudah matang dicirikan oleh bentuk, warna, dan baunya yang sudah berubah dari bentuk

aslinya dan bila diremas sudah remah.

Pemberian NPK 16:16:16 mampu meningkatkan luas daun tanaman selada hal ini

dikarenakan unsur nitrogen yang terkandung dalam pupuk NPK berperan sebagai

akativator enzim, reaksi fotosintesis dan respirasi, yang mana kegiatan ini mengarah pada

pertambahan luas daun tanaman selada.

Bahan organik dengan nisbah C/N rasio tinggi akan lambat terlapuk. Agar bahan

organik ini dapat cepat terlapuk maka perlu usaha penambatan nitorgen yaitu dengan

memberikan bahan organik yang cepta terlapuk dan hal ini juga dibantu dengan

memberikan sejumlah pupuk nitorgen buatan (Sutedjo dkk, 2002).

Pupuk kandang dalam penggunaannya terjadi pengaruh agak lambat kelemahan

ini diakibatkan oleh,masih mengandung biji tanaman pengganggu. Biji-bijian yang

termakan ternak tidak akan tercerna sehingga dapat tumbuh dan mengganggu tanaman.
Pupuk kandang sering menjadi faktor pembawa hama penyakit karena mengandung larva

atau telur sehingga tanamn dapat diserang, kandungan unsur hara relatif rendah

dibandingkan pupuk an organik sehingga penggunaan dosisnya lebih tinggi. Respon

tanaman terhadap pupuk organik lebih lambat dibanding pupuk an organik (Musnamar,

2003).

3. Berat Segar Pertanaman ( g )

Setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 6c), interaksi antara perlakuan

berbagai dosis pupuk organik dan NPK 16 : 16 : 16 tidak berpengaruh nyata terhadap

berat tanaman selada. Berbagai dosis pupuk organik secara tunggal, berpengaruh nyata

terhadap berat tanaman selada. Begitu juga perlakuan berbagai dosis NPK 16 : 16 : 16

secara tunggal berpengaruh nyata terhadap berat tanaman selada. Untuk lebih jelasnya

mengenai hasil pengamatan berat tanaman selada setelah dilakukan uji lanjut BNJ pada

taraf 5 %, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Rerata berat tanaman selada (cm) dengan perlakuan perlakuan berbagai dosis
pupuk organik dan NPK 16 : 16 : 16.
Dosis NPK 16 : 16 : 16
Jenis
N0 N1 N2 N3 Rerata
Pupuk organik
0 g/tan 0,83 g/tan 1,66 g/tan 2,49 g/tan
O0
Tanpa Pemberian 73.83 87.33 79.50 86.37 81.76 d
Pupuk Organik
O1
Pupuk Kandang 101.03 109.43 104.83 106.40 105.42 c
Ayam 2 kg/m²
O2
Pupuk Kandang 110.37 125.60 115.63 120.50 118.03 b
Kambing 2 kg/m²
O3
Pupuk Kandang 128.80 149.90 128.30 140.97 136.99 a
Sapi 2 kg/m²
Rerata 103.51 c 118.07 a 107.07 b 113.56 b
KK = 4,55 % BNJ O / N = 5,58
Angka – angka pada baris yang dikuti huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji
lanjut BNJ pada taraf 5 %

Selanjutnya di tabel 4. dapat diketahui bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk

organik, antara satu perlakuan dengan perlakuan lainnya saling berbeda nyata. Perlakuan

O0 berbeda nyata dengan perlakuan O1, O2, dan O3. Kemudian perlakuan pupuk organik

yang memberikan pengaruh terbaik adalah pada perlakuan O3, yaitu menghasilkan rata-

rata 136,99 g berat tanaman selada. Sedangkan perlakuan yang memberikan rata-rata

terendah adalah pada perlakuan O0 dengan rata-rata berat tanaman 81,76 g.

Kemampuan pupuk kandang dalam membantu meningkatkan berat tanaman

pada tanaman selada disebabkan pupuk kandang ini sangat berperan didalam proses

pertumbuhan tanaman khususnya menjaga fungsi tanah, membrikan nutirisi bagi tanaman

yang cukup, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan proses tukar kation selain

menambah unsur hara makro dan mikro di dalam tanah. Pupuk kandang ini terbukti

sangat baik dalam memperbaiki struktur tanah pertanian.

Jumin (1986), menyatakan keuntungan pemakaian pupuk kandnag antaralain

dapat memperbaiki kesuburan tanah karena mengandung unsur N, P, K, Mg, dan Cl.

Kemudian meningkatkan kesuburan biologis, dalam pelapukannya sering megeluarkan

hormon yang merangsang pertumbuhan tanaman seperti auksin dan gibrelin, jadi dengan

terbentukmya hormon ini akan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru dalam hal ini

pada laju pertumbuhan relatif.

Pemupukan merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan hasil tanaman,

terhadap pemberian pupuk akan meningkat bila waktu, jenis serta cara tepat dalam

penggunaannya. Dengan pemberian pupuk organik menaikan kondisi didalam tanah


dimana bahan organik menjadi makan utama bagi organisme didalam tanah seperti

cacing, semut dan mikroorganisme tanah yang dapat menjaga kesuburan tanah

(Agromedia 2007).

Kemudian pada tabel 4. juga dapat diketahui pada perlakuan pemberian pupuk

NPK 16:16:16 secara tunggal, perlakuan N1 dan N3 tidak berbeda nyata, namun kedua

perlakuan ini berbeda nyata dengan pelakuan N0 dan N2. Sedangkan antara perlakuan N0

dan N2 saling tidak berdeda nyata. Selanjutnya dapat diketahui juga perlakuan yang

memberikan pengaruh terbaik adalah perlakuan N1 dengan berat 118,07 g, dan yang

memberikan pengaruh terendah adalag perlakuan N0 dengan berat 103,51 g.

Pengaruh yang diberikan pupuk NPK 16:16:16 pada berat tanaman dikarenakan

kandungan unsur N, P dan K yang terkandung. Unsur nitrogen berperan dalam

perkembangbiakan mikroorganisme dan pelapukan bahan organik. Unsur fosfor berperan

memperkuat pertumbuhan tanaman serta meningkatkan produksi biji-bijian. Kemudian

unsur kalium berperan dalam memperkokoh tubuh tanamandan mempercepat

pembentukan karbohidrat dalam tanaman (Lingga, 2002).

Selanjutnya Unsur kalium yang terkandung didalam pupuk NPK juga berperan

dalam merangsang pertumbuhan awal, pembentukan bunga, buah, dan biji, bahakan

mampu mempercepat pemasakan buah dan umur panen (Novizan, 2005). Unsur K

berperan dalam pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, sintesa protein, aktivator

enzim, dan peningkatan pertumbuhan jaringan tanaman (Nyakpa dkk, 1998).

4. Volume Akar (cm3)

Setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 6d), interaksi antara perlakuan

berbagai dosis pupuk organik dan NPK 16:16:16 tidak berpengaruh nyata terhadap
volume akar tanaman selada. Berbagai dosis pupuk organik secara tunggal, berpengaruh

nyata terhadap volume akar tanaman selada. Perlakuan berbagai dosis NPK 16:16:16

secara tunggal berpengaruh nyata terhadap volume akar tanaman selada. Untuk lebih

jelasnya mengenai hasil pengamatan volume akar tanaman selada setelah dilakukan uji

lanjut BNJ pada taraf 5 %, dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 5. Rerata volume akar tanaman selada dengan perlakuan perlakuan berbagai dosis
pupuk organik dan NPK 16 : 16 : 16. (cm3)
Dosis NPK 16 : 16 : 16
Jenis
N0 N1 N2 N3 Rerata
Pupuk organik
0 g/tan 0,83 g/tan 1,66 g/tan 2,49 g/tan
O0
Tanpa Pemberian 2.06 2.78 2.33 2.34 2.38 c
Pupuk Organik
O1
Pupuk Kandang 2.56 3.39 2.94 3.23 3.03 b
Ayam 2 kg/m²
O2
Pupuk Kandang 3.44 4.32 3.56 4.11 3.86 b
Kambing 2 kg/m²
O3
Pupuk Kandang 3.89 5.83 4.28 5,00 4.75 a
Sapi 2 kg/m²
Rerata 2.99 c 4.08 a 3.28 b 3.67 b
KK = 16,61 % BNJ O / N = 0,65
Angka - angka pada baris yang dikuti huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji
lanjut BNJ pada taraf 5 %.

Pada tabel 5. diketahui bahwa pada perlakunan pemberian berbagai dosis pupuk

organik secara tunggal didapatkan hasil bahwa perlakuan O3 berbeda nyata dengan O2,

O1, dan O0. Selanjutnya perlakuan O2 berbeda nyata dengan perlakuan O1 dan O0.

Sedangkan perlakuan O1 dan O0 tidak berbeda nyata. Perlakuan O3 merupakan

perlakuan yang terbaik diantara 3 perlakuan lainnya dengan rata-rata volume akar adalah

4,75 m.
Ardianto (1983), mengemukakan bahwa banyaknya bahan organik yang

dimasukan kedalam tanah mempengaruhi populasi mikroorganisme, makin banyak

pemberian bahan organik maka populasi mikroorganisme makin tinggi. Dengan

kehadiran mikroorganisme yang menguntungkan di dalam tanah akan lebih hidup yang

berarti akan memberikan medium bagi tanaman yang lebih baik. Soeroto (1985)

menyatakan bahwa organik mempunyai daya untuk mengubah semua faktor-faktor

kesuburan tanah dalam arti menambah zat makanan, mempertinggi humus, memperbaiki

struktur tanah, dan mendorong kehidupan jasad renik.

Selanjutnya Efendi (1976), mengatakan bahwa pemberian pupuk kandang

terhadap tanah sangat besar pengaruhnya terhadap sifat fisik, biologis dan kimia tanah.

Secara kimia pupuk kandang berperan sebagai sumber N, P, dan K yang mana unsur ini

sangat dominan dibutuhkan oleh tanaman sebagai unsur hara esensial, kandungan N yang

cukup dapat merangsang pertumbuhan vegetatif termasuk daun sehingga daun tanaman

terlihat lebih hijau yang pada saatnya akan dapat mengaktifkan proses fotosintesis yang

merupakan sebagai bahan penyusun protein dan klorofil. Menurut Thompson dan Kelly

dalam Subhan 1989, mengatakan bahwa pemberian pupuk organik akan memeberikan

tambahan unsur hara terutama nitrogen yang dapat meningkatkan pertumbuhan vegetativ

tanaman.

Kemudian pada tabel 5 juga dapat diketahui bahwa pada pemberian perlakuan

NPK 16:16:16 secara tunggal perlakuan N1 dan N3 tidak berbeda nyata, akan tetapi

kedua perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan N0 dan N2. Selanjutnya perlakuan

N0 dan N2 menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata. Perlakuan yang memberikan

volume terbaik adalah perlakuan N1 dengan volume akar 4,08 ml, sedangkan yang
menunjukan volume akar yang terendah adalah perlakuan N0 dengan volume akar 2,99

ml.

Terbaiknya volume akar yang ditunjukan oleh perlakuan N1 hal ini disebabkan

karena dosis NPK pada perlakuan N1 ini sudah memcukupi kebutuhan hara tanaman

selada. Lingga (2002) menyatakan bahwa perananunsur hara nitrogen yang terdapat di

dalam pupuk NPK, berfungsi merangsang tanaman secara keseluruhan, khususnya

batang, cabang, daun dan juga buah untuk tanaman yang sudah menghasilkan. Nitrogen

juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam hal

fotosintesis, apabila fotosintesis berjalan dengan sempurn, maka pertumbuhan pada

tanaman akan jadi lebih baik.

Selanjutnya Unsur kalium yang terkandung didalam pupuk NPK juga berperan

dalam merangsang pertumbuhan awal, pembentukan bunga, buah, dan biji, bahkan

mampu mempercepat pemasakan buah dan umur panen (Novizan, 2005). Unsur K

berperan dalam pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, sintesa protein, aktivator

enzim, dan peningkatan pertumbuhan jaringan tanaman (Nyakpa dkk, 1998).

Sedangkan unsur fosfor dimanfaatkan oleh tanaman dalam pembentukan akar

sebagai bahan baku pembentukan protein tertentu, pembentukan asimilat, pernafasasn

tanaman, sekaligus juga membantu proses pembungaan pada tanaman dan juga

pemasakan biji. Lain halnya dengan unsur kalium yang berperan sebagai metabolisme

karbohidrat, sintesa protein, dan memacu kegiatan unsur mineral.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Interaksi antara perlakuan pemberian berbagai pupuk organik dan pupuk NPK

16:16:16 pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap semua parameter

yang diamati.

2. Perlakuan berbagai jenis pupuk organik secara tunggal berpengaruh terhadap

parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat tanaman, dan volume akar.

Perlakuan O3, yaitu pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 2 kg/m2

berpengaruh nyata.

3. Perlakuan pemberian berbagai dosis NPK 16:16:16 pada tanaman selada

pada penelitian ini menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata terhadap

parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan volume akar.

Perlakuan pemberian NPK16:16:16 yang N1dengan dosis 0,83 g/tanaman

menunjukan hasil yang terbaik pada penelitian ini.

B. Saran

Sesuai dengan hasil yang diperoleh setelah pelaksanan penelitian pengaruh

pemberian pupuk organik dan pupuk NPK 16:16:16 terhadap pertumuhan dan produksi

tanaman selada (Lactuca Sativa L), maka disarankan :

1. Dalam kegiatan budidaya tanaman sayuran seperti selada dapat dicoba

mengaplikasikan penggunaan pupuk organik berupa pupuk kandang sapi


dengan dosis 2 kg/m2 dan dapat juga ditambahkan pemggunaan pupuk NPK

16:16:16 dengan dosis 0,83 g/tanaman.

2. Agar dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut terhadap tanaman selada

dengan penggunaan jenis pupuk organik lainnya seperti kompos, bokasi atau

kascing yang dapat juga dikombinasikan deangan pemberian pupuk anorganik

lain selain NPK dengan metode tertentu, dengan harapan dapat ditemukan

kombinasi yang sesuai untuk peningkatan produksi tanaman selada.


RINGKASAN

Tanaman Selada (Lactuca sativa L) merupakan tanaman semusim. selada

banyak digemari penduduk Indonesia. Karena selada memiliki penampilan yang menarik.

Daun selada yang agak kriting ini sering dijadikan penghias hidangan. Setiap 100 g berat

basah selada mengandung 1,2 g protein, 0,2 g lemak, 22,0 mg Ca, 25,0 mg P, 0,5 mg Fe,

162 mg vitamin A, 0,04 mg vitamin B, 8,0 mg vitamin C.Di lihat dari permintaan pasar

dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, maka komoditas ini mempunyai prospek

cerah untuk di kembangkan.

Pengembangan usaha pertanaman selada di daerah Riau dihadapkan pada masalah

sumberdaya alam yang dominan tanah PMK yang merupakan tanah bermasalah sehingga

belum banyak diusahakan sebagai lahan pertanian.

Usaha mengatasi permasalahan tersebut salah satunya adalah dengan penggunaan pupuk

organik berupa pupuk kandang. Pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang

paling baik dan alami pada bahan pembenahan buatan. Sebagai bahan pembenah tanah,

pupuk kandang mencegah terjadinya erosi, retakan tanah, penetapan pupuk kandang

dalam tanah dilakukan seperti : pupuk kimia, karena itu pupuk kandang dapat memasok

sebagian hara yang di kandung pupuk-kimia sintetik.

Untuk lebih melengkapi unsur hara yang diperlukan oleh tanaman agar dapat

tumbuh lebih baik perlu di tambahkan pupuk lainya seperti NPK 16 : 16 : 16. Dengan

diberikan Pupuk organik dan NPK 16 : 16 : 16 akan memacu pertumbuhan selada. Pupuk

sebagai unsur hara tanaman merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan

produksi pertanian.
Bertitik tolak dari permasalahan yang dikemukakan diatas, maka penulis telah

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Dan

Pupuk NPK 16 : 16 : 16 Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada(Lac

tuca sativa L)”.

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun percobaan Universitas Islam Riau,

Jalan Kaharudin Nasution Km 11, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya,

Kota Pekanbaru. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yang dimulai

bulan Februari 2009 sampai dengan bulan April 2009.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) secara faktorial

yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama pemberian pupuk organik

terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu sebagai O0 (Tanpa pemberian pupuk

kandang),O1 (Pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 2 kg/m2), O2 (Pemberian

pupuk kandang kambing dengan dosis 2 kg/m2), dan O3 (Pemberian pupuk kandang sapi

dengan dosis 2 kg/m2). Sedangkan faktor kedua adalah pemberian pupuk NPK 16:16:16

terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu, N0 (Tanpa pemberian pupuk NPK 16:16:16), N1

(Pemberian pupuk NPK 16:16:16 dengan dosis 0,83 g/Tanaman), N2 (Pemberian pupuk

NPK 16:16:16 dengan dosis 1,66

g/Tanaman), dan N3 (Pemberian pupuk NPK 16:16:16 dengan dosis 2,5 g/Tanaman.

Data pengamatan dianalisa secara statistik dan diuji lanjut menggunakan BNJ

pada taraf 5%, ternyata didapatkan hasil bahwa interaksi antara pemberian berbagai

pupuk organik dan berbagai dosis NPK 16:16:16 tidak ada yang berpengaruh nyata

terhadap parameter pengamatan. Perlakuan berbagai jenis pupuk organik pada tanaman
selada pada penelitian ini menunjukan hasil yang berpengaruh nyata terhadap parameter

tinggi tanaman, jumlah daun, berat tanaman, dan volume akar. Sedangkan perlakuan

pemberian berbagai dosis NPK 16:16:16 pada tanaman selada pada penelitian ini

menunjukan hasil yang berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah

daun, berat tanaman, dan volume akar.

Perlakuan pemberian pupuk organik yang menunjukan hasil yang terbaik pada

penelitian ini adalah perlakuan O3, yaitu pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 2

kg/m2. Dan perlakuan pemberian NPK 16:16:16 yang N1 dengan dosis 0,83 g/tanaman

menunjukan hasil yang terbaik.


DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A. 2004. Budidaya Tanaman Secara Organik. Penerbar Swadaya. Jakarta.

Anonim. 1992. pupuk NPK. PT. Maroke Tetap Jaya. Indonesia.

------------1996. Pupuk Kandang Ayam Banyak Mengandung Unsur Hara Bagi Tanaman.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Ardianto. 1983. Biologi Pertanian. Penerbit Alumni Bandung.

Ariman. 1998. Petanian. Angkasa. Bandung.

Djojosuwito dan Soedijono. 2000. Azolla. Pertanian Organik Dan Multiguna


Yongyakarta: Penerbit Kanisius.

----------------. 2000. Azolla. Proses Pembuatan Kompos. Jakarta: PT. Smart.

Effendi. 1979. Pupuk dan Cara Pemupukan. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor.

Fuadi, I. 1994. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Antagonis Gicodium


Virns Miller Dan Foster Dengan Rhizoctonia Solani Kuhn Dalam
Pengendalian Rebah Kecambah. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas
Andalas. Padang.

Haryanto. E. Suhartini,T. Rahayu E. dan Sunarjono, H. 2003. Selada Dan Sawi Organik.
Penebar swadaya. Jakarta.

---------------- 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.

Harjadi, S.S. 1986. Pengantar Agronomi. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Hidayat, A.M. dan Ismunadji. 1978. Pengaruh Pemupukan Nitrogen Melalui Tanah Dan
Daun Terhadap Serapan Unsur Hara Dan Produksi Kedele, seri Fisiologi
Vol.IX (9). LP3.Bogor.

Jumin, H.B. 1988. Dasar-Dasar Agronomi. Penerbit CV. Rajawali. Jakarta

Lingga, P. dan Marsono. 1986. Petunjuk Menggunakan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta.

--------------- 2002. Petunjuk Menggunakan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Marsono dan Sigit, P. 2000. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta
Maizar. 2006. Pengaruh Pupuk Growmore dan 2,4D Terhadap pertumbuhan Anggrek
Dendrobium, Jurnal dinamika Pertanian, April 2006 Vol.XXI(1),
Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Hal. 8 s/d13.

Masganti. 2000. Pengaruh Kapur Dosis Rendah Dalam Budidaya TABELA Pada Lahan
Gambut. J. Agrivitro Vol. 1(2); 60 – 62. Universitas Brawijaya. Malang.

Munir, F. 2008. Pemberian Kascing Dan Gandasil D Pada Biacai (Brassica chinnencis)
Proposal Jurusan Budidaya Pertanian. Universitas islam Riau. Tidak di
terbitkan.

Muslihat, L. 2003. Teknik Percobaan Takaran Pupuk Kandang Pada Pembibitan Abaca
(Musa textilis Nee). Buletin Teknik Pertanian Vol. VIII. No. 1 : 37 -39.

Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik. Seri Agri Wawasan, Penebar Swadaya. Bogor.

Nasrul dan Maryani. 2005. Ejournal. Manfaat Pupuk Kandang Ayam. Kompas, www.
Kompas.com .

Nazaruddin. 1994 Budidaya dan Pengaturan Panen Sayur Dataran Rendah. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka Jakarta.

Pracaya. 2001. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polibag, Penebar Swadaya.
Salatiga.

Prihmantoro, H. 1996. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Bekasi.

Prihartini, dan Tini. 2001. “Quality Control” Pupuk Organik, Seminar Berkala Permit
(Bogor, Balitro).

Rachman. 2002. Pemupukan Bertujuan Meningkatkan Kesuburan Dan Biologis Tanah.


Jakarta.

---------------- 2002. Pertanian Organik, Penerbit Swadaya. Jakarta.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi, PT Kanisius, Jakarta.

Rinsema, W.T. 1989. Pupuk Dan Cara Pemupukan Brahtama Karya Aksara. Jakarta

----------------- 1999. Pupuk Dan Cara Pemupukan Brahtama Karya Aksara. Jakarta

Setiawan, A.I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak (Solusi Masalah Lingkungan dan
Pemanfaatan Energi Alaternatif. Seri Agritecno. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setyamadjaja, D. 1986. Pupuk Dan Pemupukan. CV. Siplex. Jakarta Sunarjono. H. 2003,
Bertanam 30 Jenis Sayur, Seri Agri Bisnis. Penebar Swadaya. Bogor.

Simanjuntak, D.U. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Soil Treatmen (OST) dan
Pupuk Semangka. (Citrulus vulgaris L).

Soedijanto. 1980. Pupuk Kandang, Pupuk Hijau, dan Pupuk Kompos. CV. Restu.
Jakarta.

Soeroto. 1985. Ilmu Pemupukan. CV. Yasaguna. Jakarta.

Syarief. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana Bandung

Subhan. 1989. Uji Banding Pemakaian Kompos Jagung, Kompos Jerami, Dan Pupuk
Kandang Domba Terhadap Hasil Kubis (Brassica oleracea Var. Capitata.
L). Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Bandung. Buletin Penelitian
Hortikultura Vol. XVII. No 4 : 80 – 90.

Sudiarto dan Gusmaini. 2004. Pemanfaatan bahan organik in situ untuk efisiensi
budidaya jahe yang berkelanjutan. Vol. 23(2). 37-45.

Sutedjo, M.M. dan Kartasapoetra, A.G. 2002. Pengantar Imu Tanah Terbentuknya Tanah
dan Tanah Pertanian. Rineka Cipta Jakarta.

---------------- 1987. Pupuk Dan Cara Pemupukan .Bharata karya Aksana. Jakarta.

Sutejo, H dan Masriah. 2007. Pengaruh Pupuk Kandang Ayam dan Plant Catalyst 2006
Terhadap pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Varietas Bisi 2.
Jurnal Dinamika Pertanian Vol. 22 (2) : 95 – 100.
Suharyanto, ejournal.unud.ac.id. Pupuk Kandang Hasil Kotoran Ternak. pdf www.
Google.com.
Suhartini, T. Haryanto, E. dan Rahayu, E. 1994. Sawi dan Selada Penebar Swadaya,
Jakarta.

Sutanto, R. 2006. Pertanian Organik. Kanisius. Yongyakarta.

Sunaryono, 1998. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting. Mulia, Jember.

Sunarjono, H. 2003. Beratanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Bogor.

SPP-SPMA. 2004. Jurnal Tanah Dan Pemupukan. Vol. XI Paket Satuan Keterampilan.
Padang Mangantas. Hal 53 - 60.

Widarni, R. 2006. Pengaruh Pemberian NPK dan Pupuk ABG Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Kacang Panjang. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian
Universitas Islam Riau. Tidak Diterbitkan.
Yayah, K. 1997. Pengaruh Berbagai Dosis OST Dan Mamigro Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Selada (Lactuca sativa) Secara Vertikultur. Skipsi Jurusan
Budidaya Pertanian. Universitas islam Riau. Tidak di terbitkan.

Yunizar. 2002. Peluang Dan Kendala Penerapan Pertanian Organik Di Provinsi


Riau.Disampaikan Pada Seminar Pertanian Organik Di Fakultas Pertanian,
Universitas Riau. 16 September 2000. Pekanbaru.

Zaid, A. 1994. Manfaat Ekonomis Dan Ekologi Daur Ulang Limbah Kotoran Ternak
Sapi. Studi Kasus di PT. Pola Nusa Duta, Ciamis. Fakultas Kedokteran Hewan
Institute Pertanian Bogor, Bogor.

Zulkifli. 2001. Respon Tinggi dan Besar Diameter Bonggol Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guieneensis.Jack) Terhadap Dosis dan Dess. Jurnal Dinamika Pertanian Vol.16
(2) : 64-70.
Lampiran 1. pH dan Analisis Aldd

a) pH Tanah

Sampel

A = 5,25

B = 5,21

C = 4,70

Al dd

Sampel

A B C

Na oH = 0,2 NaoH = 0,4 NaoH = 0,2

HCL 0,1 N = 1 Tetes HCL 0,1 N = 0,2 HCL 0,1 N = 0,1

b) me Aldd/100 g = (me HCL x NHCL) x 40

= (0,2 x 0,1) x 40

= 0,02 x 40

= 0,8 me / 100 g

c). Untuk dijadikan pH 6

Kebutuhan kapur (ton/ ha) = 2,1 x Al dd atau sama dengan 2,1 ton CaCo3/ha

tiap ml Aldd/100 g = 2,1 x 0,8 Al dd = 1,68 ton/ ha

Kebutuhan ha untuk permeter = 1,680.000 g

10.000 m2

= 168 g/m2
Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Selama Penelitian

NO KETERANGAN FEBRUARI MARET APRIL


KEGIATAN
PENELITIAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Penyemaian Benih X X
2 Persiapan Tempat X X
3 Pengapuran Dolomit X
4 Seleksi Bibit X
5 Penanaman X
6 Pemeliharaan X X X
7 PemberianPelakuan :
8 Organik X
9 NPK 16 : 16 : 16 X
10 Pengamatan X X X X X
11 Panen X
12 Pembuatan Laporan X X

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Selada *)

Asal : PT. BISI INTERNATIONAL


Golongan varietas : CHIA TAI SEED
Warna : Hijau kekuning-kuningan
Bentuk daun : Daun bergelombang
Dapat di tanam : Dataran rendah dan tinggi
Tekstur Daun : Renyah
Tahan terhadap penyakit : Busuk Lunak
Benih murni minimal : 98%
Daya kecambah minimal : 90%
Umur panen : 40 hari setelah tanam
Kebutuhan Benih : 160-200g/ha
Jarak Tanam : 40 x30 cm
Pengusul : PT. TANINDO SUBUR PRIMA
Peneliti : Tina Suhartini, Estu Rahayu, Drs.H.Hendro S
*)Keterangan : Eko Haryanto Bulan Oktober Tahun 2003 “Sawi &
Selada” Merek Kemasan Chai Tai Seed, Cap Kapal
Terbang, Benih Selada Lettuce.PT. Tanindo Subur
Prima.Surabaya. Jawa timur.

Lampiran 4. Layout (denah) Penelitian di lapangan Menurut Rancangan


Acak Lengkap (RAL) secara Faktorial

O1No OoN2 O3N2 O1N0


b b c a

O2N0 O2N2 O0N0 O2N3 U


a c b a

O2N1 O3N2 O1N1 O1N3


a b a a

O3N3 O2N0 O3N1 O1N1


a c b c

O2N2 O3N0 O0N2 O0N0


a a a c
O1N1 O1N0 O1N2 O3N1
b c b c

S
O0N3 O2N1 O1N3 O3N2
b b c a
KETERANGAN :
O : Faktor Organik
O2N0 O0N3 O2N3 O1N2
b a b c N : Faktor NPK
a, b, c : Ulangan 0, 1, 2,3
O2N2 O3N0 O0N0 O3N1 Taraf Perlakuan
b b a a

O0N3 O0N1 O0N1 O0N2


c c a c

O0N1 O1N3 O1N2 O3N3


b b a c
O3N3 O2N3 O2N1 O3N0
b c c c
Lampiran 5. Gambar Plot Bedengan Selada
Keterangan :
= 100 cm
= 100 cm
= Tanaman Selada
= Jarak tanam 30 x 30 cm
= Jarak dengan petakan 20 x 20 cm

Lampiran 6. Daftar Analisa Sidik Ragam Dari Masing-Masing Parameter Pengamatan

6a. Analisa Statistik Tinggi Tanaman


SV DB JK KT F Hitung F Tabel 5%
FK 1 37110,22 -
O 3 205,03 68,34 19,36 s 2,90
N 3 262,76 87,59 24,81 s 2,90
ON 9 18,17 2,02 0,57 ns 2,19
Error 32 112,85 3,53
Jumlah 48 37709.03 - - -

6b. Analisa Statistik Jumlah Helei Daun


SV DB JK KT F Hitung F Tabel 5%
FK 1 3468,00 - -
O 3 151,33 50,44 67,25 s 2,90
N 3 62,00 20,67 27,56 s 2,90
ON 9 6,67 0,74 0,98 ns 2,19
Error 32 24,00 0,75
Jumlah 48 3712 - - -

6c. Analisa Statistik Berat Segar Pertanaman


SV DB JK KT F Hitung F Tabel 5%
FK 1 586622,52 -
O 3 19323,16 6441,05 254,09 s 2,90
N 3 1527,23 509,08 20,08 s 2,90
ON 9 302,25 33,58 1,32 ns 2,19
Error 32 811,10 25,35
Jumlah 48 608586,26 - - -

6d. Analisa Statistik Volume Akar


SV DB JK KT F Hitung F Tabel 5%
FK 1 589,05 - -
O 3 38,13 12,71 36,93 s 2,90
N 3 8,14 2,71 7,89 s 2,90
ON 9 2,08 0,23 0,67 ns 2,19
Error 32 11,01 0,34
Jumlah 48 648,41 - - -

Keterangan : s = signifikan
Ns = non signifikan

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1: Bibit Tanaman Selada di Persemaian umur 14 HST.


Gambar 2: Tanaman Selada umur 32 HST pada perlakuan O0N0 dan O3N3.

Gambar 3: Tanaman Selada pada saat panen (34 HST).

Gambar 4: Kunjungan Pembimbing 1 Ibu Ir. Rosmimi, SU pada tanggal 05 April 2009
(33 HST)
Gambar 5: Kunjungan Pembimbing 2 Bapak Ir. Sulhaswardi, MP Pada Tanggal
06 April 2009 (34 HST)

Anda mungkin juga menyukai