Oleh :
Oleh
I Wayan Narka
Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana
RINGKASAN
Penelitian berjudul “Pemberian Kombinasi Dosis Pupuk Hayati Evagrow dan
pupuk Kimia NPK terhadap Pertumbuhan tanaman Bunga Gumitir telah dilakukan di
Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Penelitian ini merupakan
percobaan pot dengan bentuk percobaan faktorial dengan rancangan dasar Rancangan
Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang dicobakan adalah dosis pupuk Hayati
Evagrow dan dosis pupuk Kimia NPK. Dosis pupuk hayati Evagrow terdiri dari 3
aras perlakuan yaitu : 0 (tanpa pupuk Hayati), 5 gram, dan 10 gram pupuk hayati per
liter air disimbulkan dengan E0, E1 dan E2. Perlakuan pupuk Kimia NPK diberikan
dalam 3 aras yaitu : yaitu tanpa pupuk kimia (P0), 150 kg NPK/ha, (P2), dan 300 kg
NPK/ha, (P3), Dari dua perlakuan yang dicobakan terdapat 9 perlakuan kombinasi.
Masing-masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 27 pot percobaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Hayati Evagrow dan pupuk
kimia NPK secara statistic tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman
bunga gumitir, namun terdapat kecenderungan meningkatnya pertumbuhan.
Pemberian pupuk hayati Evagrow 5 gram/liter air dan 10 gram/liter air dapat
meningkatkan berat segar tanaman masing-masing sebesar 3,71 % dan 11.16 %.
Pemberian pupuk kimia NPK 150kg/ha dan 300 kg/ha dapat meningkatkan berat
segar tanaman masing-masing 10,69 % dan 19,75 % dibandingkan dengan control,
namun secara statistic tidak berpengaruh nyata. .
ii
THE EFFECT OF EVAGROW BIOFERTILIZER AND NPK ANORGANIK
FERTILIZERS ON GROWTH OF Tagetes erecta
By
I Wayan Narka
Majors Agroekoteknologi, Faculty Of Agriculture of University Udayana
SUMMARY
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Mahaesa karena berkat
rahmatNya penyusunan laporan akhir hasil penelitian Mandiri dengan judul :
Pemberian Kombinasi Dosis Pupuk Hayati EvaGrow dan pupuk Kimia NPK terhadap
Pertumbuhan Tanaman Bunga Gumitir (Tagetes erecta) dapat diselesaikan dengan
baik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode percobaan rumah
kaca yang dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl.
Pulau Moyo.
Penulis sebagai peneliti pada kesempatan yang baik ini mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Pengelola Laboratorium Tanah Universitas Udayana atas segala bantuan
dan fasilitas yang telah diberikan.
2. Kepala kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unud atas fasilitas yang telah
diberikan.
3. Semua pihak ikut membantu baik berupa tenaga dan pikiran sehingga
penelitian dapat terlaksana dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
melalui kesempatan yang baik ini kami mohon maaf dan menerima dengan senang
hati segala kritik/saran untuk penyempurnaan laporan ini. Sebagai akhir kata penulis
mengharapkan semoga hasil penelitian ini ada manfaatnya
I Wayan Narka
iv
DAFTAR ISI
HALAMAM SAMPUL ……………………………………………………. i
RINGKASAN ……………….………………………….. ii
SUMMARY ………………..……………………………………….. iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………. iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. v
DAFTAR TABEL …………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. vi
I. PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 3
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ………………………….. 9
3.1. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 9
3.2. Manfaat Penelitian …………………………………………. 9
IV. METODE PENELITIAN ………………………………………….. 10
V. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………. 12
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 12
5.2 Pembahasan ........................................................................................ 19
VI. KESIMPULAN SARAN ………………………………………….. 22
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 22
6.2 Saran ............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 23
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 24
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Pengaruh perlakuan pupuk NPK terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah cabang, berat segar dan berat kering tanaman ……………………..17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sidik ragam tinggi tanaman pada pengamatan terakhir (42 HST) …… 24
Lampiran 2. Sidik ragam jumlah daun pada pengamatan terakhir (42 HST) ...…… 24
Lampiran 3. Sidik ragam jumlah cabang pada pengamatan terakhir (42 HS ……… 24
Lampiran 4. Sidik ragam berat segar tanaman bunga gumitir … …………………..25
Lampiran 5. Sidik ragam berat tanaman kering oven ………………………………25
Lampiran 6. Foto-foto kegiatan penelitian ……………………………… …………25
vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Melihat kenyataan di lapangan bahwa pemupukan dengan pupuk Kimia masih
digunakan oleh petani dengan dosis tinggi dan pupuk organik jarang dilakukan, maka
dikhawatirkan akan terjadi penurunan kualitas tanah. Hasil penelitian tentang pemberian
pupuk organik dan pupuk kimia yang dilakukan di Baturiti Tabanan menunjukkan bahwa
pemberian pupuk kimia selama 5 tahun tanpa disertai pupuk organic dapat menurunkan
kualitas tanah (Sardiana, 2015)
Penanaman padi varietas unggul memang membutuhkan hara dalam jumlah
yang relatif besar dibandingkan dengan penggunaan varietas lokal. Kebutuhan hara
dalam jumlah besar sulit disediakan oleh pupuk organik, terutama pada saat awal
pemberian pupuk organik. Pemberian pupuk organic tanpa diikuti dengan pupuk kimia
ternyata dapat menurunkan hasil sampai 48 % pada tahun pertama saat pemberian.
Penurunan hasil terjadi karena kandungan hara pupuk organic relative rendah dan
ketersediaannya juga lambat. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan hara yang
relatif besar dan juga untuk mencegah menurunnya kualitas tanah diperlukan kombinasi
pupuk organik dan pupuk Kimia.
Penelitian tentang kombinasi pupuk organik dan pupuk kimia telah banyak
dilakukan, tapi masih menggunakan pupuk organic seperti : kompos, kascing, pupuk
kandang, jerami yang dosis pemberiaannya cukup besar. Kandungan hara dalam pupuk
organik (kompos, kascing, pupuk kandang, jerami) jumlahnya relatif rendah dan
ketersediaannya relatif lama, sehingga dosis pupuk organic yang diberikan juga relative
besar sekitar 20 - 30 ton/ha. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam pengadaan
pupuk organic dan juga kesulitan dalam pengangkutan ke sawah.
Pada pemberian awal dalam rangka mengurangi penggunaan pupuk kimia,
kombinasi pupuk hayati dengan pupuk kimia akan dapat menutupi kelemahan yang ada
pada pupuk organic dan juga kelemahan yang ada pada pupuk kimia. Pupuk hayati
Evagrow (Eva Grow Bio Organic Fertilizer) memanfaatkan mikroba probiotik unggul
seperti Azotobakter, Asospirilum, bacillus, lactobacillus, aspergilus dan trikoderma.
Mikroba ini dapat meningkatkan ketersediaan fosfat, nitrogen dan hara lainnya sehingga
dapat menyuburkan tanah. Pupuk hayati ini berupa serbuk dalam kemasan sachet, dapat
dilarutkan ke dalam air, kemudian disemprotkan ke tanah sehingga mudah diaplikasikan
1
di lapangan dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, meningkatkan
pertumbuhan akar (evagrow.com).
Berdasarkan kelebihan yang ada pada pupuk hayati Evagrow dibandingkan
dengan pupuk organic yang telah diteliti sebelumnya, maka perlu diteliti pengaruh
kombinasi dosis pupuk hayati Evagrow dan pupuk kimia NPK terhadap pertumbuhan
bunga gumitir (Tagetes erecta)
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunga Gumitir
Bunga Marigold atau yang dikenal gumitir ini mempunyai arti “tiap sepanjang
bulan” karena bunga ini selalu tumbuh di tiap awal bulan, dan pada musim panas bunga
gumitir ini tumbuh nonstop dan jarang menemui kendala. Bunga yang memiliki nama
latin Tagetes Erecta ini adalah bunga yang berasal dari Meksiko dan Amerika
Tengah. Bunga gumitir (Tagetes sp.) juga tumbuh liar di indonesia dan sangat mudah
tumbuh di tanah dengan pH netral, panas, drainase baik dan cukup sinar matahari.
Selain sebagai bunga potong dan tanaman pembatas, tanaman ini juga banyak
dimanfaatkan sebagai pewarna, obat, dan pakan ternak. Oleh karena banyaknya senyawa
aktif yang terkandung di dalam tanaman tersebut, kanada dan mexico memanfaatkan
kandungan karotenoid pada bunga sebagai pakan ternak. Pakan ternak tersebut
khususnya untuk unggas supaya dihasilkan telur dengan warna kuning tua. Senyawa β-
karoten, trans-lutein, lutein ester, dan xantofil digunakan sebagai pewarna makanan,
pewarna kosmetik, antioksidan, antikarsinogen, dan produk obat-obatan. Masyarakat
indonesia menggunakan bunga tagetes untuk mengobati infeksi saluran napas, anti
radang, mengencerkan dahak, mengatasi batuk dan obat untuk luka. Masyarakat filipina
menggunakan bunga Tagetes Erecta dalam pengobatan anemia, menstruasi yang tidak
lancar, rematik dan sakit pada tulang. Banyak negara yang masyarakatnya menggunakan
bunga tagetes untuk penyakit mata dan sedatife. Dibidang pertanian, bunga Tagetes
Erecta efektif dalam pencegahan nematode penganggu tanaman (meloidogyne sp.,
pratylenchus sp., dan lain-lain) sehingga digunakan sebagai tanaman tumpang sari,
penangkal serangga, herbisida dan anti jamur. Minyak atsiri dari bunga tagetes efektif
menghambat pertumbuhan bakteri, antijamur pada saprolegnia, ferax serta sebagai
larvasida pada culex quinquefasciatus, anopheles stephensi dan aedes aegypti.
Sedangkan di bali sendiri tanaman ini memiliki fungsi untuk tanaman opakara.
3
organik dalam tanah. Selain itu bahan organik juga berfungsi dalam proses agregasi
dalam pembentukan struktur tanah baik secara langsung maupun tidak langsung.
Struktur tanah yang baik akan menyebabkan aerasi tanah menjadi ideal bagi proses
sirkulasi udara dan air, daya memegang air meningkat, sehingga pada gilirannya air tidak
akan mudah hilang begitu saja sehingga dapat tersedia dalam waktu yang relatif lama
bagi tanaman.
Menurut Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006 (dalam Suriadikerta dan
Simanungkalit, 2006) tentang pupuk organik dan pembenah tanah, disebutkan bahwa
pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan
organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa,
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Selanjunya dijelaskan istilah pupuk
hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional nikroba tanah
yang dapat berfungsi sebagai penyedia unsur hara dalam tanah sehingga dapat tersedia
bagi tanaman.
Penelitian pemberian pupuk organic berupa pupuk kandang, pupuk kompos,
pupuk kascing, pupuk hijau, seresah, jerami telah banyak dilakukan. Penggunaan pupuk
organic saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan.
Oleh karena itu system pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk
organic pupuk hayati dan pupuk anorganik dalam rangka meningkatkan produktivitas
lahan dan kelestarian lingkungan perlu dilakukan (Suriadikerta dan Simanungkalit,
2006).
Pemberian pupuk organic tanpa diikuti dengan pupuk kimia ternyata dapat
menurunkan hasil secara drastis pada tahun pertama saat pemberian. Penurunan hasil
terjadi karena kandungan hara pada pupuk organic relative rendah dan ketersediaannya
juga lambat. Oleh karena itu perlu diberikan pupuk kimia sebagai starter. Pada
pemberian awal dalam rangka mengurangi penggunaan pupuk kimia, tidak bisa hanya
menggunakan pupuk organic saja, tetapi penggunaaan pupuk kimia secara pelan pelan
dikurangi. Kombinasi pupuk organik dengan pupuk kimia akan dapat menutupi
kelemahan pupuk organic dan juga kelemahan pupuk kimia.
Khusus pada tanaman sayuran, juga telah dilakukan penelitian penggunaan
pupuk organik kascing di daerah Baturiti Tabanan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pada tahun pertama pemberian pupuk organik, hasil sayuran menurun sekitar 48
%. Untuk mencegah terjadinya penurunan hasil sayuran, pupuk organik
4
dikombinasikan dengan pupuk kimia. Pemberian pupuk kimia secara terus menerus
tanpa disertai pupuk organic dapat menurunkan kualitas tanah. Pemberian kombinasi
pupuk organik dan pupuk kimia setelah beberapa tahun dapat meningkatkan kualitas
tanah (Sardiana, 2015).
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana telah melakukan
penelitian kombinasi pupuk organic kascing dengan pupuk kimia pada tanaman padi
sawah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi dosis optimumnya adalah
89% pupuk Kimia + 11% pupuk organik [(356 kg Urea + 67 kg SP-6 + 67 kg KCl + 990
kg Kascing) /ha] memberikan berat gabah tertinggi 6,9 ton / ha (Arya dkk, 2006).
Penelitian yang hampir sama yaitu tentang pengaruh pemberian pupuk organik dan
pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi telah dipublikasikan di
jurnal Agrivigor, Fakultas Pertanian dan Kehutanan Unhas. Makasar (Arafah, 2005).
Hasil penelitian Dahlan dkk., (2008) bahwa perlakuan pupuk kandang kuda yang
dikombinasikan dengan pupuk N, P, dan K berpengaruh nyata terhadap perubahan sifat-
sifat tanah, yaitu kadar lengas, kadar C-organik, pH, dan P tersedia tanah. Peningkatan
kadar P tanah seiring dengan peningkatan kadar lengas dan pH tanah, tetapi kadar C-
organik mengalami penurunan. Kadar P-tersedia tertinggi diperoleh pada kombinasi
perlakuan aplikasi pupuk kandang 15 ton ha-1 dan pupuk NPK 300 kg ha-1 dengan lama
inkubasi 14 hari.
Penelitian pemberian pupuk organic dan pupuk mineral telah dilakukan selama 2
musim pada tanaman gandum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pupuk organic
dan pupuk mineral berpengaruh sangat nyata terhadap hasil dan jerami gandum.
Demikian juga terhadap kualitas hasil dan kualitas tanah (Hlisnikovsky dan Kunzova,
2014). Khusus tentang pemberian pupuk kompos, Agustina (2007) telah melakukan
penelitian pengaruh pemberian kompos terhadap beberapa sifat fisik Entisol serta
pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian kompos dapat memperbaiki sifat tanah Entisol dan meningkatkan
pertumbuhan jagung. Pemberian kompos dengan dosis 30 ton ha-1 berpengaruh terbaik
dalam memperbaiki beberapa sifat fisik tanah, yaitu mampu menurunkan berat isi tanah,
berat jenis, dan pori drainase cepat. Selain itu juga mampu meningkatkan porositas total
tanah, pori drainase lambat maupun pori air tersedia serta kemantapan agregat
Penggunaan pupuk hayati (biofertilizer) masih jarang ditemukan. Salah satu
penelitian yang menggunakan pupuk hayati (biofertilizer Nitrobine) dikombinasikan
dengan kompos dan pupuk kimia telah dilakukan oleh El-Nagar (2010) pada tanaman
5
bunga selama 2 musim. Berdasarkan penelitian ini ditemukan dosis optimal pada 15 ton
kompos/ha, 3 gram pupuk mineral NPK per pot per bulan pada perlakuan yang
menggunakan biofertlizer Nitrobine 10 gram per pot menunjukkan respon yang paling
baik. Hal ini menunjukkan bahwa, peranan biofertilizer Nitrobine yang mengandung
Azotobacter dan Azospirillum serta bakteri pelarut fosfat sangat penting dalam
meningkatkan ketersediaan unsur hara.
6
5. Menghasilkan berbagai enzim dan hormon sebagai senyawa bioaktif untuk
pertumbuhan tanaman.
6. Mempercepat dekomposisi bahan-bahan organik dan meningkatkan pH tanah
menjadi 6 – 7.
7. Meningkatkan aroma dan rasa manis pada buah serta menjadikan warna bunga
lebih indah dan segar.
8. Memberantas hama pada tanaman, karena mengandung anti hama alami dalam
satu produk (evagrow.com).
8
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
9
IV. METODE PENELITIAN
10
Penjajagan Lokasi
11
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh pemberian pupuk hayati Evagrow dan pupuk kimia NPK terhadap
pertumbuhan tanaman bunga (Tagetas erecta) dilakukan selama pertumbuhan vegetative
(5 kali pengamatan) yaitu sampai umur 42 hari setelah tanam (HST). Hasil pengamatan
terhadap parameter pertumbuhan tanaman bunga seperti : tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah cabang, berat segar tanaman dan berat kering tanaman diuraikan sebagai berikut :
12
Pengamatan tinggi tanaman pada perlakuan pemberian pupuk kimia NPK selama
5 minggu disajikan pada grafik perkembangan tinggi tanaman bunga (Gambar 2).
Berdasarkan Gambar tersebut terlihat bahwa pada saat awal yaitu 14 HST, 21 HST,
ketiga perlakuan (K0, K1 dan K2) tinggi tanaman hampir sama. Selanjutnya pada 28
HST, 35 HST dan 42 HST mulai terlihat perlakuan K2 lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan K1 dan terendah adalah K0, namun secara statistic tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (Lampiran 1)
Gambar 2. Grafik perkembangan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk kimia NPK
Pengamatan jumlah daun pada perlakuan pemberian pupuk kimia NPK selama 5
minggu (pertumbuhan vegetative) disajikan pada grafik perkembangan tinggi tanaman
bunga (Gambar 3). Berdasarkan Gambar tersebut terlihat bahwa pada saat awal yaitu 14
HST, ketiga perlakuan (E0, E1 dan E2) menunjukkan jumlah daun hampir sama.
Selanjutnya pada pengamatan 14 HST, 28 HST, 35 HST dan 42 HST mulai terlihat
perlakuan E2 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan E1 dan terendah adalah E0,
namun secara statistic tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Lampiran 2)
Pertumbuhan vegetative yang pesat terlihat pada umur 14 HST , 21 HST dan 28 HST,
selanjutnya pada umur 35 HST sudah mulai berkurang dan pada umur, 42 HST
pertambahan jumlah daun hanya sedikit
13
Gambar 3. Grafik perkembangan jumlah daun pada perlakuan pupuk Hayati Evagrow
Pengamatan jumlah daun pada perlakuan pemberian pupuk kimia NPK selama 5
minggu disajikan pada grafik perkembangan jumlah daun pada perlakuan pupuk kimia
NPK (Gambar 4). Berdasarkan Gambar tersebut terlihat bahwa pada saat awal yaitu 14
HST, ketiga perlakuan (K0, K1 dan K2) menunjukkan jumlah daun hampir sama.
Gambar 4. Grafik perkembangan jumlah daun pada perlakuan pupuk kimia NPK
14
Selanjutnya pada umur 21 HST, 28 HST, 35 HST dan 42 HST mulai terlihat
perlakuan K2 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan K1 dan terendah adalah K0.
Perlakuan pemberian pupuk kimia NPK pada pengamatan 42 HST berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun (Lampiran 2). Pertumbuhan vegetative yang pesat terlihat pada
umur 14 HST , 21 HS, dan 28 HST, selanjutnya pada umur 35 HST sudah mulai
berkurang dan pada umur 42 HST pertumbuhan vegetative pertambahan jumlah daun
hanya sedikit sekali.
Pengamatan jumlah cabang pada perlakuan pemberian pupuk kimia NPK selama
5 minggu (pertumbuhan vegetative) disajikan pada grafik perkembangan jumlah cabang
tanaman bunga (Gambar 5). Berdasarkan Gambar tersebut terlihat bahwa pada saat awal
yaitu 14 HST, ketiga perlakuan (E0, E1 dan E2) belum menunjukkan adanya jumlah
cabang. Selanjutnya pada pengamatan 14 HST, 28 HST, 35 HST dan 42 HST mulai
terlihat perlakuan E2 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan E1 dan terendah
adalah E0, namun secara statistic tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Lampiran 3)
Gambar 5. Grafik perkembangan jumlah cabang pada perlakuan pupuk Hayati Evagrow
15
Pengamatan jumlah cabang pada perlakuan pemberian pupuk kimia NPK selama
5 minggu disajikan pada grafik perkembangan jumlah cabang pada perlakuan pupuk
kimia NPK (Gambar 6). Berdasarkan Gambar tersebut terlihat bahwa pada saat awal
yaitu 14 HST, ketiga perlakuan (K0, K1 dan K2) belum menunjukkan adanya jumlah
cabang. Selanjutnya pada pengamatan 14 HST, 28 HST, 35 HST dan 42 HST mulai
terlihat perlakuan K2 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan K1 dan terendah
adalah K0, namun secara statistic menunjukkan perbedaan yang nyata pada pengamatan
terakhir (Lampiran 3) .
Gambar 6. Grafik perkembangan jumlah cabang pada perlakuan pupuk kimia NPK
16
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Tabel 2. Pengaruh perlakuan pupuk NPK terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah cabang, berat segar dan berat kering tanaman
17
Pengamatan berat segar tanaman pada perlakuan pemberian pupuk kimia NPK
selama 5 minggu disajikan pada (Gambar 7). Berdasarkan Gambar tersebut terlihat
bahwa berat tanaman segar tertinggi ditemukan pada perlakuan K2 sebesar 65,70 gram,
kemudian disusul oleh perlakuan K1 sebesar 60,73 gram dan terendah pada K0 yaitu
54,87 gram. Perlakuan K0, K1 dan K2 secara statistic berbeda nyata (Lampiran 4)
Pengamatan berat tanaman kering oven pada perlakuan pemberian pupuk Hayati
Evagrow selama 5 minggu (pertumbuhan vegetative) disajikan pada (Gambar 8).
Berdasarkan Gambar tersebut terlihat bahwa pada berat tanaman kering oven tertinggi
didapatkan pada perlakuan E2 yaitu 7,67 gram, disusul oleh E1 sebesar 7,52 gram dan
terendah E0 sebesar 6,23 gram dan secara statistic tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata (Lampiran 5)
18
Gambar 8. Berat tanaman kering oven pada perlakuan pupuk Hayati Evagrow
Pengamatan berat tanaman kering oven pada perlakuan pemberian pupuk kimia
NPK selama 5 minggu disajikan pada (Gambar 9). Berdasarkan Gambar tersebut terlihat
bahwa berat tanaman kering oven tertinggi ditemukan pada perlakuan K2 sebesar 7,86
gram, kemudian disusul oleh perlakuan K1 sebesar 6,93 gram dan terendah pada K0
yaitu 6,62 gram. Perlakuan K0, K1 dan K2 secara statistic tidak berbeda nyata
(Lampiran 5)
Gambar 9. Berat tanaman kering oven pada perlakuan pupuk kimia NPK
19
5.2 Pembahasan
Pemberian pupuk Hayati Evagrow juga menunjukkan trend yang sama dengan
pemberian pupuk NPK. Pada pengamatan awal yaitu 14 HST belum tampak adanya
perbedaan, dan pada pengamatan selanjutnya yaitu 21 HST, 28 HST, 35 HST dan 42
HST mulai menunjukkan adanya perbedaan, namun secara statistic tidak nyata. Hal ini
disebabkan karena rendahnya peningkatan E1 dan E2 dibandingkan dengan control E0.
Perlakuan E2 pada parameter tinggi tanaman mengalami peningkatan hanya 1,63%
terhadap control, bahkan perlakuan E1 mengalami penurunan 1,40 % terhadap control.
20
Jumlah daun pada perlakuan pada perlakuan E1 dan E2 mengalami peningkatan masing-
masing 15,83 % dan 24,17 %. Sementara pada berat segar tanaman perlakuan E1 dan E2
masing-masing mengalami peningkatan sebesar 15,83 % dan 24,17%. Berat tanaman
kering oven pada perlakuan E1 dan E2 masing-masing mengalami peningkatan sebesar
20,72 % dan 23,26% dibandingkan control. Rendahnya peningkatan pertumbuhan
tanaman bunga gumitir akibat pemberian pupuk hayati evagrow diduga pada tanah yang
digunakan penelitian sudah ada mikroba tanah sehingga mikroba yang ditambahkan
melalui pupuk hayati Evagrow kurang nyata memberikan respon. Kemungkinan yang
lain adalah mikribia yang ada pada pupuk hayati belum bias berkembang dengan
optimal di dalam suhu yang agak tinggi dalam rumah kaca.
Interaksi antara perlakuan pupuk kimia dan pupuk Hayati Evagrow tidak
ditemukan pada semua parameter pertumbuhan yang diamati. Hal ini berarti antara
pupuk kimia NPK dan pupuk Hayati Evagrow bekerja sendiri sendiri. Peningkatkan
unsure hara yang ada di tanah akibat dari penambahan pupuk NPK diharapkan
kehidupan mikrobia tanah yang ditambahkan melalui pupuk Hayati Evagrow semakin
baik dan selanjutnya dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman bunga, namun
kenyataannya interaksi ini tidak ditemukan.
21
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Pemberian pupuk Hayati Evagrow secara statistic tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan tanaman bunga gumitir, namun terdapat kecenderungan
meningkatnya pertumbuhan.
2. Pemberian pupuk hayati Evagrow 5 gram/liter air dan 10 gram/liter air dapat
meningkatkan berat segar tanaman masing-masing sebesar 3,71 % dan 11.16 %
3. Pemberian pupuk Kimia NPK berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang,
jumlah daun dan berat segar tanaman.
4. Pemberian pupuk kimia NPK 150kg/ha dan 300 kg/ha dapat meningkatkan berat
segar tanaman masing-masing 10,69 % dan 19,75 % dibandingkan dengan
control, namun secara statistic tidak berpengaruh nyata
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melalukan penelitian lanjutan
mengenai penambahan bahan organic disamping pemberian pupuk hayati. Dengan
adanya penambahan bahan organic maka mikrobia tanah yang ditambahkan melalui
pupuk hayati dapat berperan dengan lebih baik .
22
DAFTAR PUSTAKA
Arya, N.G. , A.A.N. Supadma, K. Dharma Susila, dan D.M. Arthagama,. 2006.
Beberapa Paket Dosis Kombinasi Pupuk Organik dan Kimia untuk Tanaman Padi
Sawah di Subak Guama. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
(Laporan Hasil Penelitian)
Agustina, C. (2007). Pengaruh Pemberian Kompos Terhadap beberapa Sifat Fisik Entisol
serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L). Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Brawidjaya. Malang.
Dahlan, M., Mulyati dan Ni Wayan Dwiani Dulur. 2008. Studi Aplikasi Pupuk Organik
dan Anorganik terhadap Perubahan Beberapa Sifat Tanah Entisol. Agroteksos
Vol. 18 No. 1-3, Desember 2008.
El- Nagar, A.H. 2010. Effect Biofertilzer, organik compost and mineral fertilizers on the
growth, flowering and bulbs production of Narcissus tazetta L. J. Agric,&env.
Sci.Alex. Univ., Egipt. Vol .9 (1) 2010.
Sardiana, I K. 2015. Simpanan Karbon Organik, Kualitas Tanah, dan Hasil Caisin
(Brassica chinensis) pada Pertanian Organik dan Konvensional di Kecamatan
Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali (Disertasi). Program Pasca sarjana
Universitas Udayana Denpasar.
Suriadikarta, D., A. dan R.D.M. Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati,
Organik Fertilizer and Biofertilizer. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. p. 312.
23
Lampiran 1. Sidik ragam tinggi tanaman pada pengamatan terakhir (42 HST)
F tabel
SK DB JK KT F hit
5% 1%
JK Ulangan 2 27.1667 13.5833 0.75 ns 3.63 6.23
JK Perlakuan 8 29.5000 3.6875 0.20 ns 2.59 3.89
- E 2 7.1667 3.5833 0.20 ns 3.63 6.23
- K 2 2.1667 1.0833 0.06 ns 3.63 6.23
- ExK 4 20.1667 5.0417 0.28 ns 3.01 4.77
JK Acak 16 289.5000 18.0938
JK Total 26 346.1667
Keterangan ns = non significant (tidak berbeda nyata)
Lampiran 2. Sidik ragam jumlah daun pada pengamatan terakhir (42 HST)
F tabel
SK DB JK KT F hit
5% 1%
JK Ulangan 2 37.556 18.7778 1.77 ns 3.63 6.23
JK Perlakuan 8 196.500 24.5625 2.32 ns 2.59 3.89
- E 2 54.500 27.2500 2.57 ns 3.63 6.23
- K 2 85.500 42.7500 4.04 * 3.63 6.23
- ExK 4 56.500 14.1250 1.33 ns 3.01 4.77
JK Acak 16 169.444 10.5903
JK Total 26 403.500
Keterangan : ns = non significant (tidak berbeda nyata)
*= berbeda nyata pada taraf uji 5%
Lampiran 3. Sidik ragam jumlah cabang pada pengamatan terakhir (42 HST)
F tabel
SK DB JK KT F hit
5% 1%
JK Ulangan 2 1.556 0.7778 0.10 ns 3.63 6.23
JK Perlakuan 8 193.333 24.1667 3.14 ns 2.59 3.89
- E 2 72.000 36.0000 4.68 * 3.63 6.23
- K 2 86.000 43.0000 5.59 * 3.63 6.23
- ExK 4 35.333 8.8333 1.15 ns 3.01 4.77
JK Acak 16 123.111 7.6944
JK Total 26 318.000
Keterangan : ns = non significant (tidak berbeda nyata)
*= berbeda nyata pada taraf uji 5%
24
Lampiran 4. Sidik ragam berat segar tanaman bunga gumitir
F tabel
SK DB JK KT F hit
5% 1%
JK Ulangan 2 624.4585 312.2293 6.48 ns 3.63 6.23
JK Perlakuan 8 797.5612 99.6951 2.07 ns 2.59 3.89
- E 2 192.6573 96.3286 2.00 ns 3.63 6.23
- K 2 529.4334 264.7167 5.50 * 3.63 6.23
- ExK 4 75.4705 18.8676 0.39 ns 3.01 4.77
JK Acak 16 770.3665 48.1479
JK Total 26 2192.3862
Keterangan : ns = non significant (tidak berbeda nyata)
*= berbeda nyata pada taraf uji 5%
Tanaman bunga gumitir umur 14 HST Tanaman bunga gumitir umur 35 HST
25