Anda di halaman 1dari 68

PENUNTUN PRAKTIKUM

FISIOLOGI
TUMBUHAN

Reni Indrayanti
Adisyahputra
Pinta Omas Pasaribu

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
Reni Indrayanti
Adisyahputra
Pinta Omas Pasaribu

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
i
UNJ PRESS

Cetakan Pertama
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan
xiii+53 hlm: 17,6 x 25 cm
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
All Right Reserved

Penulis: Dr. Reni Indrayanti, M.Si


Dr. Adisyahputra M.S
Pinta Omas Pasaribu S.Si., M.Si

ISBN :

Editor : Tim UNJ Press


Perancang Sampul : Tim UNJ Press
Penata Letak : Tim UNJ Press
Pracetak dan Produksi : Tim UNJ Press

Penerbit:
LABORATORIUM BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Gd. Hasjim As’jarie Lt.9 FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka. Rawamangun. Jakarta Timur

Universita Negeri Jakarta Press (UNJ Press)


Jl. Rawamangun Muka Jakarta Timur

ii
Penulis: Dr. Reni Indrayanti, M.Si
Dr. Adisyahputra M.S
Pinta Omas Pasaribu S.Si., M.Si

Perancang Sampul : Tim UNJ Press


Pracetak dan Penerbit : Tim UNJ Press

Penerbit:
LABORATORIUM BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Gd. Hasjim As’jarie Lt.9 FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka. Rawamangun. Jakarta Timur

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin dengan memohon ridho Allah SWT


buku Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan edisi tahun 2022 dapat
dibuat dengan usaha yang sebaik-baiknya. Buku penuntun ini ditujukan
kepada mahasiswa S1 Program Studi Biologi FMIPA UNJ yang sedang
mengikuti mata kuliah Praktikum Fisologi Tumbuhan dengan beban 1
sks (170 menit ≈ 1.5 ECTS). Tujuan kegiatan praktikum ini agar materi
kuliah yang diperoleh dapat dipahami secara optimal dan dapat
diaplikasikan dalam kegiatan penelitian bidang tumbuhan secara umum,
dan secara khusus dalam bidang Fisiologi Tumbuhan.
Kegiatan praktikum ini mencakup materi air dan hubungannya
dangan tumbuhan, hubungan air dan tanah, transpirasi, fotosintesis,
respirasi, perkecambahan dan dormansi serta gerak dan pertumbuhan
batang. Luaran dari kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat
merancang suatu penelitian, menganalisis secara komprehensif dan
menarik kesimpulan dari data yang diperoleh dari setiap percobaan yang
dilakukan. Hasil akhir dari kegiatan praktikum ini berupa laporan hasil
praktikum. Laporan praktikum dibuat dengan mengikuti penulisan
artikel ilmiah dengan maksimum 10 halaman. Buku penuntun ini
tidak terlepas dari kekurangan sehingga masukan yang positif sangat
diharapkan untuk membuat penuntun ini lebih baik.

Terima kasih
Tim Penulis

iv
DAFTAR ISI

Hal.
DAFTAR TABEL ......................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................... vi

I PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM vii


II PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM ………… viii
III SISTEM PENILAIAN …………………….........…… xii
IV PETUNJUK PEMBUATAN LARUTAN …………… xii
V TOPIK PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN xiii

Perc. I. Air dan Hubungannya pada Tumbuhan


1.1. Difusi larutan pada media padat .…… 2
1.2. Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap
imbibisi biji kedelai (Glycine max L.) 4
Perc. II. Pengukuran Potensial Air (PA) Daun dengan
Metode Chardakov’s ……………………... 5

Perc. III Hubungan Air dan Tanah


3.1. Kemampuan Tanah Menahan Air … 10
3.2. Daya Kapilaritas Tanah …………....... 12

Perc. IV Transport Air pada Tanaman


4.1. Transpirasi pada Daun ………………. 15
4.2. Tekanan Akar pada Tumbuhan ……… 18

Perc. V Perkecambahan dan Dormansi pada Biji


5.1 Pengaruh Cahaya terhadap Kecepatan dan
Kesanggupan Perkecambahan …............ 22
5.2 Efektifitas Perlakuan Fisik dan Kimia
terhadap Pematahan Dormansi pada Biji... 25
5.3 Pengaruh Indole 3-Acetic Acid (IAA) dan
Kinetin (KIN) terhadap Perkecambahan
Biji ............................................................ 27

v
Perc. VI Fotosintesis pada Tumbuhan
6. Pengaruh cahaya dan Temperatur terhadap
Laju Fotosintesis ...................................... 30

Perc. VII Respirasi pada Tumbuhan


7. Respirasi Aerob pada Kecambah …...…… 34

Perc. VIII Pengukuran secara Kuantitatif Volume Gas


pada Respirasi Anaerob (Fermentasi)
8. Pengukuran volume gas hasil resprasi
anaerob pada ragi ................................... 37

Perc. IX Gerak dan Pertumbuhan Batang


9. Gerak dan Pertumbuhan Batang ……...… 40

Perc. X. Interkonversi Metabolik Gula-Pati


10.1 Perbedaan Pati dalam Daun…………...... 42
10.2 Interkonversi Gula …………………....... 43

Perc. XI
Pengaruh Etilen terhadap Pemasakan Buah
11. Pengaruh etilen terhadap pemasakan buah
................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 48
LAMPIRAN .............................................................................. 50

vi
DAFTAR TABEL
Hal.

7
1 Nilai PO Larutan Sukrosa dari Berbagai Konsentrasi ………
2 Rancangan Percobaan Perlakuan Fisik dan Kimia pada Biji 26
dengan Testa Keras terhadap Pematahan Dormansi................
3 Rancangan Percobaan Pengaruh IAA dan KIN terhadap
Perkecambahan Biji ………………………………………… 28

vii
DAFTAR GAMBAR
Hal.
1 Pengaruh kepadatan agar terhadap difusi larutan methylene blue 3
2 Skema reprentasi ruang pori dan agregat tanah (A),
Representasi skematis berdasarkan volume komponen tanah
yang berbeda pada kondisi optimal untuk pertumbuhan tanaman
(B). ……………........................................................................... 9
3 Percobaan kemampuan tanah menahan air …………................. 11
4 Percobaan kapilaritas tanah, gelas kimia, di ganti dengan cawan
petri yang telah dialasi kertas saring…………………………… 13
5 Potometersederhana..................................................................... 17
6 Diagram alat ukur tekanan akar.................................................. 19
7 Kecambah normal pada pakcoy cv. BriskGreen (A), kecambah
abnormal pada pakcoy cv. BriskGreen (B)………………….... 24
8 Perlakuan scarifikasi biji saga dengan perlakuan di amplas (A),
diretakkan (B), H2SO4 50% (v/v) 15 menit (C) dan H2SO4 50% 26
(v/v) 30 menit (D)……………………………...........................
9 Biji bunga matahri (A), seledri (B) dan biji pisang liar (C) 28
10 Pengukuran fotosintesis dengan AUDUS (A), Pemasangan
tabung yang berisi Hydrilla verticillata (B)………………....... 31
11 Respirometer model ganong (A), Tube pada alat repirometer
yang diisi dengan larutan minyak gorek (B), Tube pada alat 35
respirometer yang diisi dengan NaOH 20% ..............................
12 Alat manorespirometer …………………………………........... 38
13 Alat gerak dan pertumbuhan batang........................................... 41
14 Peletakkan pisang dan cabe sebelum pengamatan……………... 47

viii
I. PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikum harus dihadiri seluruhnya. Jika berhalangan praktikum,


mahasiswa harus memberikan keterangan tertulis, sebagai bahan
pertimbangan untuk mengikuti praktikum susulan.

2. Praktikan Laboratorium tidak diperkenankan makan dan minum


serta mengganggu percobaan milik orang lain.

3. Mahasiswa harus mempersiapkan diri dengan baik mengenai jadwal


praktikum, dan mempelajari teori yang berhubungan dengan hal
yang akan dipraktekkan. Agar diperhatikan dan diikuti dengan
disiplin jadwal yang telah ditentukan.

4. Pada waktu memasuki laboratorium untuk praktikum, sepatu harap


diletakan di luar laboratorium. Praktikum wajib memakai Jas
Laboratorium. Tas dan barang-barang lain yang tidak diperlukan
diletakkan pada tempat yang tersedia di sudut belakang ruang
laboratorium dan tidak diperkenankan meletakkan di atas meja
praktikum.

5. Untuk semua kegiatan praktikum, akan diadakan pengamatan


langsung oleh dosen Fsiologi Tumbuhan atau Asisten Mahasiswa
yang mencakup beberapa aspek, antara lain kedisiplinan, kejujuran,
kreatifitas dan lain-lain.

6. Selama melakukan praktikum, mahasisiwa harus bekerja dengan


teliti dan bersih. Bahan bekas praktikum (bahan tanaman, tanah atau
sampah) harus dibuang ke bak sampah, dilarang dibuang di bak
cucian (wastafel), kecuali zat-zat yang bersifat cair dan bukan bahan
B3.

7. Untuk jenis percobaan yang membutuhkan waktu lebih dari 1 hari,


peralatan praktikum (alat gelas) harus ditulis tanggal praktikum dan
nama praktikan.

8. Kebersihan laboratorium harus selalu dijaga. Setiap kelompok


praktikum diwajibkan membawa kain lap/serbet yang bersih.
Perlengkapan (alat-alat) praktikum yang sudah selesai digunakan
ix
harus dibersihkan dan dikeringkan, kemudian dikembalikan pada
tempatnya dalam keadaan utuh (lengkap).

9. Bilamana ada kerusakan alat, atau hilangnya alat-alat akibat


kesalahan praktikan, maka praktikan (kelompok praktikan)
diwajibkan menggantinya berupa alat dalam waktu satu bulan
sesudahya.

10. Diskusi tentang materi percobaan sangat dianjurkan, dan akan


diadakan review pada akhir praktikum. Pre-Test atau Post-Test akan
diadakan sewaktu-waktu di kegiatan praktikum.

11. Setelah praktikum selesai, laporan sementara atau hasil


pengamatan yang sudah bisa diperoleh, beserta Form kegiatan
praktikum harus diserahkan untuk diperiksa dan diparaf oleh
asisten atau dosen yang bersangkutan.

II. PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM

1. Setiap judul percobaan dibuat dalam satu laporan. Laporan dibuat


perkelompok, beberapa data diambil berdasarkan data kelompok
besar. Mahasiswa diwajibkan membuat laporan selambat-lambatnya
2 minggu setelah pengamatan terakhir.

2. FORMAT LAPORAN.

Laporan praktikum Fisiologi Tumbuhan mengikuti Format


penulisan Artikel Ilmiah. Maksimum 10 halaman dan tidak
diperkenankan diketik.
Halamam Judul (Judul dan Nomor Praktikum, Nama dan NIM,
Program Studi, Fakultas dan Institusi, Tahun).

ABSTRAK (5) Maksimum 200 kata.

PENDAHULUAN (20)
(berupa latar belakang teori atau tinjauan pustaka ringkas yang
berkaitan dengan percobaan yang dilakukan)
Tujuan Praktikum

x
METODE (20)
Tempat dan Waktu Praktikum.
Alat dan Bahan
Pelaksanaan Percobaan:
Air dan Hubungannya pada Tumbuhan
Percobaan 1.1 Difusi larutan pada medium
Percobaan 1.2 Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap imbibisai
biji kedele

HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN (40)


Hasil percobaan dan pembahasan dibuat dalma satu kesatuan per
percobaan yang dilakukan.
Hasil percobaan yang dibuat dapat berupa Tabel, Gambar,
dengan membuat judul Tabel dan keterangan Gambar, secara
jelas. Data kualitatif yang diperoleh diolah secara statistic
deskriptif dan kuantitatif diolah secara statistic inferensial.
Pembahasan, menghubungkan hasil percobaan dengan pustaka
yang diperoleh.

KESIMPULAN (10)
Kesimpulan dapat dibuat dalam bentuk paragraf atau penomoran

DAFTAR PUSTAKA (5)


(minimal ada 2 literatur berbahasa asing, dibuat dengan teknik
penulisan Nama-Tahun)

xi
CONTOH PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM

AIR DAN HUBUNGANNYA PADA TUMBUHAN


Ferbriansyah, A., Andini F., Rahmat S., Sanusi D.
1
Program Studi Biologi. FMIPA UNJ. Jl. Rawamangun Muka Jakrta Timut
Correspondent author; Febriansyah_mahasiswa-bio@unj.ac.id

Abstrak
Maks. 200 kata

PENDAHULUAN

METODOLOGI

Tempat dan Waktu


Alat dan Bahan

Pelaksanaan Percobaan
Perc. 1. Difusi larutan pada media padat
Perc. 2. Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap imbibisi kedele.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Buat kalimat pendahuluan/pengenalan untuk menjelaskan kepada


pembaca apa yang dilakukan dalam percobaan ini

Perc. 1. Difusi larutan pada media padat


Perc. 2. Pengaruh konsentrasi NaCl terhadap imbibisi kedele

KESIMPULAN
Runutkan sesuai tujuan

DAFTAR PUSTAKA
https://www.mendeley.com/guides/apa-citation-guide/

xii
III. SISTEM PENILAIAN
Nilai praktikum diambil dari ujian (45%), nilai laporan praktikum
(35%), Pre-Test/Post Test (15%). Nilai kehadiran, nilai ketekunan dan
kerapihan (5%). Nilai akhir tersebut selanjutnya diolah untuk
mendapatkan nilai akhir mata kuliah Praktikum Fisiologi Tumbuhan.

IV. PETUNJUK PEMBUATAN LARUTAN

Pelaksanaaan praktikum atau penelitian, sering kali membutuhkan


bermacam-macam jenis larutan. Larutan tersebut dapat berasal dari zat
atau senyawa yang berupa cairan atau padat (bubuk/powder).
Pembuatan larutan harus dilakukan dengan tepat sesuai dengan satuan
yang diinginkan, mulai dari menimbang zat dan melarutkan dalam suatu
pelarut. Satuan untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan dapat
berupa % (persen), M (Molar), m (molal), N (normal) dan ppm (part
permillion).

1. Larutan % (persen)
Adalah larutan yang menunujuk perbandingan jumlah zat terlarut
dengan zat pelarut. Perbandingan tersebut berupa :
a. Perbandingan jumlah berat (gr) zat terlarut dalam 100 gram
pelarut (W/W)
b. Perbandingan jumlah berat (gr) zat terlarut dalam 100 ml pelarut
(W/V)
c. Perbandingan jumlah volume (ml) zat terlarut dalam 100 ml
pelarut (V/V)
d. Perbandingan jumlah volume (ml) zat terlarut dalam 100 gram
pelarut (V/W)

Contoh.
Larutan 20% glucosa (W/V) dibuat dengan cara: 20 gram sukrosa
dimasukkan kedalam gelas ukur dan ditambahkan aquades sampai
volume 100 ml.

2. Molar (M)
Suatu larutan disebut 1 M bila larutan itu dibuat dengan melarutkan
1 mol zat dalam sejumlah pelarut (air) hingga total volume larutan
menjadi 1 liter.
xiii
Contoh :
1 M sukrosa dibuat dengan melarutkan 1 mol sukrosa (342 gr
sukrosa) ditambah air sampai volume larutan 1 liter. [1 M = x
gr/BM (sukrosa) dalam liter].

3. molal (m)
Suatu larutan disebut 1 m (molal) bila larutan tersebut dibuat dengan
melarutkan 1 mol zat dalam 1000 gram pelarut (air).

Contoh :
Berat molekul sukrosa 342, jadi 1 mol sukrosa = 342 gram.

4. Normal (N)
Larutan N adalah larutan yang berasal dari sejumlah zat elektrolit
yang dilarutkan dalam air hingga volume larutan menjadi 1 liter.
Gram ekivalen suatu zat tergantung dari hydrogen ekivalen zat
tersebut. Jadi larutan normal ditentukan oleh konsentrasi ion H+
dalam larutan tersebut.

5. ppm (part per million / persejuta bagian)


Larutan 1 ppm suatu zat dibuat dengan melarutkan 1 mg zat dalam
1 liter air.

V. TOPIK PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

xiv
PERCOBAAN I.
AIR DAN HUBUNGANNYA PADA TUMBUHAN

PENDAHULUAN

Tumbuhan merupakan mahluk hidup autotrof yang memiliki


dinding sel yang dikeliliingi oleh membran sel. Dinding sel
berkontribusi pada tekanan turgor seluler internal dan memberikan
perlindungan sel dari ancaman eksternal. Membran sel tumbuhan
memiliki peranan yang penting dalam sistem biologi tanaman sebagai
pengatur transport di dalam sel. Membran sel memiliki struktur yang
berperan dalam pertahanan kandungan sistolik sel dari lingkungan, dan
memungkinan sel berperan sebagai unit yang terspesialisasi. Membran
sel memiliki sifat permeabel, impermeabel dan selective permeabel
sehingga pada lapis rangkap lipid bebas protein sangat mudah dilalui
oleh molekul kecil nonpolar misalnya O2, molekul polar tidak
bermuatan seperti CO2, etanol, urea, dan air. Akan tetapi, lapis rangkap
lipid tidak bersifat permeable terhadap semua molekul bermuatan atau
ion. Pergerakan ion masuk dan keluar membran melalui sistem transpor
protein dengan mekanisme yang berbeda-beda.
Pergerakan dan pengangkutan material (molekul) didalam dan
diluar sel molekul melewati membran sel dapat berlangsung melalui dua
cara yaitu mekanisme transport pasif dan transport aktif. Jenis
transport pasif seperti difusi sederhana, difusi terfasilitasi, osmosis,
plasmolisis dan imbibisi merupakan transport zat yang tidak
membutukan energi, sedangkan transport aktif seperti eksositosis,
endositosis, pompa natrium-kalium (pompa elektrogenik), pompa
proton merupakan transpor molekul, zat, ion (solute) melalui gradien
konsentrasi dengan menggunakan energi berupa ATP (Adenosin Tri-
Phosphate) (Gaur et al., 2014)
Difusi merupakan pergerakan suatu molekul atau ion dari suatu
tempat ke tempat lain karena adanya aktivitas kinetik yang bersifat acak
(Salibury dan Ross 1985). Difusi terjadi secara spontan akibat adanya
perbedaan konsentrasi molekul pada satu titik dengan titik lainnya.
Molekul zat terlarut (solute) bergerak dari konsentrasi tinggi
(hipertonik) ke konsentrasi rendah (hipotonik) dengan atau tanpa
melewati membran. Proses difusi dapat berlanjut hingga konsentrasi zat
terlarut di ruang ekstraseluler dan intraseluler mencapai kesetimbangan.
1
Pada difusi terfasilitasi, partikel zat terlarut berpindah dari konsentrasi
yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah melalui saluran di
permukaan sel (Gaur et al., 2014). Difusi terfasilitasi melibatkan
pengangkutan zat terlarut, sedangkan osmosis melibatkan pergerakan
air (atau pelarut) melalui membran.
Osmosis merupakan pergerakan air dari suatu larutan yang
mempunyai Potensial Air (PA) yang tinggi ke potensial yang lebih
rendah, melalui selaput permeable diferensial yang memisahkan kedua
larutan tersebut. Selaput permeabel diferensial mempunyai
permeabilitas yang berbeda bagi senyawa yang berbeda dan dapat
meneruskan molekul air, tetapi menghambat masuknya senyawa yang
terlarut.
Imbibisi dalam sel tumbuhan merupakan absorbsi air oleh senyawa
pembentuk protoplasma dan dinding sel, khususnya senyawa yang
berukuran makromolekuler seperti protein, polisakarida (Taiz dan
Zeiger 2002). Proses tersebut mencakup difusi dan gerakan kapiler.
Peristiwa tersebut hanya dapat berlangsung bila imbiban mengandung
celah-celah sub-mikroskopis yang berfungsi sebagai pipa/tabung kapiler
(minute sub-mikroskopic capillaries). Air akan bergerak dari daerah
yang mempunyai potensial air tinggi ke daerah yang mempunyai
potensial air yang lebih rendah.

Tujuan percobaan adalah (1) Mengetahui pengaruh zat terlarut


pada proses difusi, osmosis dan imbibisi suatu zat; (2) Mengukur
besaran difusi dan osmosis zat tertentu dalam media padat.

PERCOBAAN 1.1 DIFUSI LARUTAN PADA MEDIUM PADAT

Alat dan Bahan.


1. Tabung reaksi 4 buah 3. Metilen biru 1 %
2. Agar pasar / agar swallow

Pelaksanaa Percobaan
1. Buatlah larutan agar dengan konsentrasi 1 %, 0.8 %, 0.6 % dan 0,4
% (w/v), dan masukan larutan kedalam tabung reaksi sebanyak 10
ml.
2
2. Tandai tinggi permukaan agar setelah beku, selanjutnya kedalam
masing-masing tabung tambahan 2 ml metilen biru 1 % (Gambar
1).
3. Tutup mulut tabung untuk mencegah penguapan, kemudian
letakkan pada permukaan yang rata selama 2 hari.
4. Amati pergerakan difusi metilen biru pada tabung reaksi dan ukur
besaran difusi zat metilen biru dalam tabung reaksi tersebut dalam
satuan tertentu (cm/mm).
5. Buat hasil pengamatan saudara tersebut dalam bentuk Tabel atau
Gambar (Histogram/Grafik/Foto percobaan).

2 ml Metilen biru 1%

Agar pasar

Gambar 1. Pengaruh kepadatan agar terhadap difusi larutan


methylen blue

3
PERCOBAAN 1.2 PENGARUH KONSENTRASI NaCl
TERHADAP PROSES IMBIBISI BIJI
KEDELAI (Glycine max L.)

Alat dan Bahan


1. Botol selai / Erlenmeyer 5 buah 3. Biji Kedelai 50 gram
2. Oven, timbangan 4. Larutan NaCl 4 M, 2 M, 1
M dan 0,5 M

Pelaksanaan percobaan.
1. Keringkan kedelai dalam oven 60 ºC selama 2 hari.
2. Buatlah larutan NaCl 4 M, 2 M, 1 M dan 0,5 M masing-masing
sebanyak ± 100 ml.
Ke empat larutan tersebut masing-masing mempunyai tekanan
osmosis -130, -72, -38 dan -19 atm.
3. Masukkan kedalam 5 botol yang telah disiapkan biji jagung / kedelai
yang sudah dikeringkan masing-masing 8-10 gram, kemudian
masukan kedalam botol 1 sampai dengan 4 larutan NaCI 4 M, 2 M,
1 M dan 0,5 M sampai biji-biji kedelai terendam. Botol ke 5 diisi air
sebagai kontrol. Tutup gelas dengan plastik bersih, atau tambahkan
sedikit minyak goreng pada botol sampai permukaan air tertutupi.
4. Timbang berat biji dari kelima botol setelah 2 hari.
5. Buatlah hasil pengamatan saudara dalam bentuk tabel, dengan
jumlah gram air imbisisi per gram biji sebagai ordinat dan tekanan
osmosis sebagai absis.

4
PERCOBAAN II.
PENGUKURAN POTENSIAL AIR (PA) DAUN
DENGAN METODE CHARDAKOV’S
PENDAHULUAN

Keseimbangan air di dalam tubuh tumbuhan dikendalikan oleh 3


jenis potensial yang secara alamiah bekerja dan saling berinteraksi
didalam sel jaringan tumbuhan yaitu potensial air, potensial osmotik dan
potensial turgor. Ketiga potensial ini saling berinteraksi didalam sel dan
mengendalikan berbagai mekanisme dalam tubuh tumbuhan seperti
transportasi air, transportasi hara dan pembelahan sel. Pada fisiologi
tumbuhan jumlah energi bebas yang dikandung dinyatakan dalam
Potensial Air (PA).
Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air,
suatu ukuran daya yang menyebabkan air bergerak kedalam suatu
sistem, seperti jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfer, atau dari satu
bagian ke bagian lain dalam suatu sistem. Jika potensial air lebih tinggi
di satu bagian dari sistem daripada di bagian lain, dan tidak ada
penghalang tak permeabel yang menghalangi difusi air, maka air
bergerak dari daerah berpotensial air tinggi ke daerah berpotensial air
rendah. Proses tersebut terjadi secara spontan; energi bebas dilepaskan
ke sekitar, dan energi bebas sistem tersebut menurun. Energi yang
dilepaskan ini mempunyai potensi untuk melakukan kerja, misalnya
mengalirnya air secara osmotik ke bagian atas batang dalam fenomena
yang dikenal sebagai tekanan akar. Potensial air bukan saja menjadi
penentu akhir dari proses pergerakan air secara difusi, tetapi juga
penentu tak langsung perpindahan massa air yang terjadi karena adanya
gradien tekanan, sedangkan gradien tekanan timbul akibat pergerakan
secara difusi.
Potensial air murni adalah nol pada kondisi standar. PA dapat
berubah karena berbagai faktor, antara lain: (1) Suhu; air cair atau uap
air sering berdifusi dari tanah lapisan dalam ke permukaan ketika
permukaan itu mendingin pada malam hari dan menuju ke tanah pada
siang hari. (2) Imbiban; (3) Konsentrasi atau aktivitas; untuk partikel
linarut dalam tumbuhan (ion mineral, gula dan sebagainya), aktivitas
(konsentrasi efektif) merupakan faktor paling umum dan paling penting
untuk menciptakan gardien potensial air yang mendorong terjadinya
difusi. (4) Tekanan; naiknya tekanan akan menaikkan energi bebas, dan
5
karena itu juga menaikkan potensial air dalam suatu sistem. (5) Efek
linarut terhadap potensial air pelarut; partikel linarut menurunkan
potensial air molekul pelarut. (6) Matriks/permukaan penjerap
(Salisbury dan Ross 1995). PA akan meningkat jika dipanaskan dan
akan makin negatif jika melakukan proses kelarutan serta karena adanya
kekuatan matriks.
Penurunan PA yang disebabkan oleh senyawa, baik dalam bentuk
ion atau bukan ion dalam suatu sistem larutan disebut Potensial
Osmotik (PO). Jadi, PO (linarut) merupakan besaran energi bebas suatu
sistem larutan. Harganya selalu negatif. Energi bebas akan mengalir
dari lingkungan tingkat energi bebas ke rendah. Dengan demikian dalam
suatu sistem selular, air akan mengalir ke larutan dengan potensial yang
makin negatif. Pengukuran potensial air pada jaringan tumbuhan
dengan metode Chardakov merupakan salah satu eksperimen dasar di
dalam Fisiologi Tumbuhan.

Tujuan percobaan adalah memahami prinsip dasar perbedaan


potensional osmotik pada jaringan tumbuhan melalui metode
Chardakov’s.

Alat dan Bahan :


1. Larutan Sukrosa 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6 M
2. Pipet 6 buah yang berkapasitas 10 ml
3. Satu set tabung vial atau tabung reaksi 6 buah
4. Alumunium foil, Pinset
5. Kristal Methylen Blue
6. Siring atau mikropipet
7. Daun tanaman

Pelaksanaan percobaan
1. Isi tabung vial dengan larutan sukrosa yang telah disediakan.
Tiap tabung diisi larutan sukrosa yang berbeda beda masing
masing sebanyak 10 ml.
2. Masukkan daun kedalam masing masing tabung vial, kemudian
tutup dengan alumunium foil masing masing tabung, biarkan
selama 80 menit, setelah 80 menit keluarkan daun dari tabung

6
vial dengan menggunakan pinset atau jarum bertangkai. Untuk
tiap tabung gunakan pinset yang berbeda.
3. Larutan sisa selanjutnya di tes dengan larutan asal yang
konsentrasinya sama yang sebelumnya telah diwarnai dengan
kristal metilen biru 2%.
4. Teteskan larutan pengetes di atas sisa larutan perendam daun
secara perlahan lahan dengan menggunakan pipet halus atau
siring dan amati gerakan larutan pengetes.
5. Perhatikan pergerakan larutan pengetes, apa arti apabila:
a. Larutan pengetes jatuh ke dasar larutan sisa.
b. Larutan pengetes dipantulkan ke atas.
c. Larutan pengetes melayang (tidak dipantulkan dan juga tidak
tenggelam)

6. Lihat pada tabel untuk mengetahui besarnya nilai Potensial Air


daun tersebut.

Tabel 1. Nilai PO Larutan Sukrosa dari Berbagai Konsentrasi.

Larutan Sukrosa Potensial Osmotik (atm)


0,10 - 2,6
0,20 - 5,3
0,30 - 8,1
0,40 - 11,1
0,50 - 14,3
0,60 - 17,8

7
PERCOBAAN III.
HUBUNGAN AIR DAN TANAH
PENDAHULUAN

Tanah adalah bangunan alam yang komplek yang terdiri dari lima
komponen utama hara mineral, bahan organic (SOM), air tanah, udara
tanah, dan organisme hidup. Lapisan teratas dari tanah, merupakan
tempat tanaman mengabsorpsi hampir semua air dan mineral yang
dibutuhkanya, mengandung beraneka ragam organisme hidup yang
berinteraksi satu sama lain dan berinteraksi dengan lingkungan fisik.
Unsur hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tumbuhan bersama-
sama membentuk bagian padat dari tanah., diantara bagian padat
terdapat pori-pori tanah yang berisi air dan udara (Gambar 2).
Aliran air melalui tanah dipengaruhi oleh strukturnya, dimana pori-
pori penghubung merupakan jalur alami untuk pertukaran air dan udara.
Pergerakan air (konduktivitas) melalui tanah tidak hanya dipengaruhi
oleh porositas total, tetapi juga terutama oleh ukuran pori-pori, dan
proporsi relatif pasir, lanau (butiran batu yang lebih kecil daripada pasir
halus) dan tanah liat menentukan sifat tersebut. Pembentukan struktur
tanah terutama dipengaruhi oleh tekstur tanah (kandungan lempung),
keberadaan kation divalen, dan SOM (soil organic matter) (Al-Kaisi et
al., 2017).
Sifat fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan
dan komposisi mineral dari partikel tanah, macam dan jumlah bahan
organik, volume dan bentuk pori-porinya, serta perbandingan air dan
udara yang menempati pori pada waktu tertentu (Gambar 3). Tanah
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengikat air.
Kemampuan ini tergantung pada sifat fisik tanah yaitu tekstur tanah.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi
pasir, debu dan liat. Topsoil yang paling fertil, mendukung sebagian
besar pertumbuhan adalah loam. Loam tersusun atas pasir, lempung dan
tanah liat dalam jumlah yang kira-kira setara. Tanah loam memiliki
cukup banyak partikel lempung dan tanah liat yang berukuran kecil
untuk menyediakan area permukaan yang cukup besar bagi adhesi dan
retensi mineral serta air. Tanah berpasir biasanya tidak menahan cukup
air untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat, dan tanah liat
cenderung menahan terlalu banyak (Campbell et al., 2002).

8
Partikel-partikel pasir ukurannya jauh lebih besar dan memiliki luas
permukaan yang kecil (dengan berat yang sama), dibanding dengan
partikel debu dan liat. Luas permukaan butir liat sendiri diketahui jauh
lebih besar dari luas permukaan partikel debu (Hakim et al, 1986).
Sebagian air yang masuk kedalam tanah akan diikat oleh koloid tanah
(disebut air higroskopis), dan sebagian lagi ditahan dalam rongga
kapiler diantara partikel-partikel tanah (disebut air kapiler). Air
didalam tanah diatas kapasitas lapang disebut air bebas (air drainasi).
Kapilaritas juga merupakan fenomena fisik dari tanah. Ujung pipa
bila diletakan tegak lurus tepat dipermukaan air, maka air akan naik
dalam pipa tersebut, dan mencapai permukaan yang lebih tingggi dari
permukaan air di luar pipa. Gaya-gaya yang bekerja pada gejala
kapilaritas adalah: (1) gaya adhesi antara gelas dengan air; (2) pada
waktu yang bersamaan, karena adanya gaya tarik menarik antara
molekul-molekul air (kohesi), maka bagian air yang tidak dipengaruhi
gaya adhesi akan tertarik keatas. Semakin kecil tabung kapiler makin
tinggi kolom air dalam tabung tersebut. Hal ini disebabkan jumlah
permukaan adhesive per satuan botol air lebih besar dalam tabung kecil
dari pada tabung besar (Hakim et al. 1986).

Tujuan percobaan adalah:


(1) Mengukur kemampuan berbagai jenis tanah dalam
menahan/mengikat air;
(2) Mengukur kecepatan kapilaritas berbagai jenis air.

Gambar 2.(A) Skema representasi ruang pori dan agregat tanah dan (B)
Representasi skematis berdasarkan volume komponen tanah yang
berbeda pada kondisi optimal untuk pertumbuhan tanaman. Total
komponen bahan padat (mineral dan bahan organik) mencapai 50%
dan ruang pori 50% dari total volume tanah, yang terbagi secara
merata antara air dan udara. Volume air dan udara dapat terjadi
pertukaran seperti yang ditunjukkan oleh panah, tergantung pada
kondisi kelembaban tanah (Al Kaisi et al., 2017)
9
PERCOBAAN 3.1 KEMAMPUAN TANAH MENAHAN AIR

Alat dan bahan.


1. Sampel tanah liat, pasir dan humus
2. Gelas ukur dan corong @ 3 buah
3. Oven, mortar (lumpang) dan alu
4. Kertas isap / kapas

Pelaksanaan percobaan.
1. Sampel tanah yang sudah dipersiapkan (tanah liat, pasir dan humus)
dikeringkan dalam oven 70ºC – 48 jam, atau disangrai masing-
masing sampai kering (Hati-hati jaga tanah tidak berubah warna
menjadi kehitaman), selanjutnya timbanglah sebanyak 10 – 15 gr.
2. Jika tanah liat dan humus masih menggumpal, haluskan dengan
mortar sampai mendekati ukuran yang sebenarnya.
3. Tutuplah corong bagian dalam dengan kertas isap / kapas dalam
keadaan basah, kemudian letakan corong di atas gelas ukur.
4. Masukan ke tiga jenis tanah tadi kedalam setiap corong.
5. Tuanglah air secara perlahan kedalam corong dalam jumlah tertentu
(± 20 ml). Biarkan hingga air dalam corong tidak menetes lagi
(Gambar 3).
6. Ukurlah volume air yang tertampung dalam gelas ukur, dan
hitunglah presentase air yang diserap dari berbagai jenis tanah itu.
Apakah ketiga hasil itu sama? Mengapa demikian? bandingkan pula
dengan hasil percobaan kelompok lain.

10
Gambar 3. Percobaan Kemampuan Tanah Menahan Air

11
PERCOBAAN 3.2 DAYA KAPILARITAS TANAH

Alat dan Bahan


1. Sampel tanah liat, pasir, dan humus (pupuk kandang).
2. Alat kapilaritas tanah 3 buah beserta statif.
3. Cawan perti 3 buah
4. Kertas isap berdiameter ± 3 cm.

Pelaksanaan percobaan.
1. Keringkan sample tanah dalam oven 70ºC – 48 jam, atau dapat pula
disangrai.
2. Jika tanah liat dan humus masih menggumpal, haluskan dengan
mortar sampai mendekati ukuran sebenarnya. Letakan kertas isap
didalam cawan Petri.
3. Masukan tanah yang telah disiapkan kedalam salah satu alat
kapilaritas dan usahakan menjadi padat, dengan jalan mengetuk-
ngetuk pipa kapilaritas. Tanah telah padat apabila pipa diangkat,
tanah didalam tidak jatuh.
4. Letakan dengan hati-hati alat kapilaritas pada cawan petri yang telah
dialasi kertas isap tadi, kemudian dirikan alat kapilaritas. Untuk ke
jenis tanah yang lain lakukukan hal yang sama (Gambar 4).
5. Tuangkan sejumlah air yang volumenya sama kedalam tiap cawan
petri.
6. Ukur ketinggian rembesan air dalam pipa kapilaritas dengan interval
waktu tertentu selama 5 x pengamatan.
7. Bandingkan kenaikan air dari ketiga jenis tanah tersebut, apakah ada
perbedaan? Mengapa hal tersebut terjadi?

12
Gambar 4. Percobaan kapilaritas tanah, gelas kimia diganti dengan
cawan petri yang telah dialasi kertas saring.

13
PERCOBAAN IV.
TRANSPORT PADA TANAMAN

PENDAHULUAN

Tanaman mendapat air melalui proses penyerapan oleh rambut-


rambut akar. Air serta garam-garam terlarut akan diteruskan ke seluruh
bagian tanaman. Tanaman dalam aktivitas hidupnya mengeluarkan
sejumlah besar air yang diserap (90%) ke atmosfer dalam bentuk uap
air, hanya sebagian kecil (1–2%) dari air yang diabsorbsi oleh tanaman
dipergunakan dalam reaksi metabolisme (hidrolisis). Sebagian besar air
yang diabsorbsi itu akan dikeluarkan lagi dalam bentuk uap air ke
atmosfer melalui proses transpirasi. Transpirasi adalah kehilangan air
dalam bentuk uap dari permukaan sel-sel hidup. Peristiwa ini dapat
terjadi pada semua bagian tumbuhan terutama pada permukaan daun.
Kehilangan air pada tumbuhan dapat berlangsung melalui stomata,
kultikula dan lenti sel tetapi sebagian besar berlangsung melalui stomata
(Salisbury dan Ross 1995; Taiz dan Zeiger 2002).
Peristiwa transpirasi merupakan kejadian yang khas pada
tumbuhan, terutama berkenaan dengan sitem transportasi internal dan
sisitem pengendalian/regulasi panas tubuh. Banyaknya uap air yang
dilepaskan oleh tumbuhan pada proses transpirasi, berbeda antara satu
spesies dengan spesies lainnya (Sasmitamiharja dan Siregar, 1990). Laju
transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
antara lain: besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun; ada tidaknya
lapisan lilin dan bulu pada permukaan daun; bentuk dan banyak
sedikitnya stomata. Faktor eksternal antara lain: (1) Temperatur:
semakin tinggi suhu maka transpirasi akan semakin cepat, (2) Intensitas
cahaya: semakin tinggi intensitas cahaya maka transpirasi akan semakin
cepat, (3) Kelembaban udara: semakin tinggi kelembapan udara maka
transpirasi akan semakin lambat, (4) Kecepatan angin: semakin kencang
angin maka transpirasi akan semakin cepat, (5) Kandungan air tanah:
semakin banyak air tanah maka penguapan semakin cepat (Taiz dan
Zeiger, 2002). Laju transpirasi yang semakin cepat akan mempercepat
pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya.
Pengukuran laju transpirasi dapat dilakukan dengan alat potometer.
Mekanisme yang diduga berperan menggerakan air naik ke bagian
atas tumbuhan selain evaporasi, kohesi pada xylem adalah tekanan akar,
14
meskipun jika dibandingkan dengan peran transpirasi, tekanan akar
sangat kecil kontribusinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran.
Kecilnya peran tersebut akan semakin jelas, jika diperhitungkan
bagaimana air dapat dianggkut sampai ketinggian puluhan meter dari
permukan tanah, namun untuk beberapa jenis tumbuhan tertentu,
tekanan akar mungkin mempunyai peran cukup penting.

Tujuan percobaan adalah


(1) Mengukur kecepatan transpirasi melalui daun, persatuan luas dan
satuan waktu tertentu;
(2) Mengukur besarnya tekanan akar suatu tumbuhan dalam satuan
waktu tertentu.

PERCOBAAN 4.1 TRANSPIRASI PADA DAUN

Alat dan Bahan.


1. Potometer dan Higrometer masing-masing 3 buah.
2. Timbangan, penggaris, statif dan jam tangan.
3. Wadah plastic (ember), pisau dan gunting.
4. Ranting tumbuhan tanpa bunga dan kutikula.
5. Lilin / Seal tipe / Vaselin

Pelaksanaan percobaan.
1. Pilih satu tumbuhan (Acalypha sp./Coleus sp.) yang tangkainya
dapat masuk kedalam pipa karet photometer, kemudian potong
dalam wadah (ember) yang berisi air agar pada bekas potongan
batang tidak terdapat gelembung udara.
2. Potometer disiapkan, buka sumbat photometer dan isi dengan air
hingga penuh.
3. Potong pangkal tumbuhan 5 – 10 cm, usahakan daun tidak basah.
4. Masukkan pangkal tanaman kedalam pipa karet dan olesi setiap
sambungan dengan lilin/seal tape/vaselin. Pekerjaan ini harus
dilakukan dengan hati-hati dengan menjaga tangkai tanaman agar
tidak lepas kontak dengan air (Mengapa?).

15
5. Lakukanlah hal yang sama untuk kedua potometer yang lain,
kemudian letakkan photometer pada 3 lokasi, yaitu tempat terbuka,
teduh dan tertutup (dalam ruangan).
6. Untuk mengukur kelembaban udara pada setiap tempat, gunakan
hygrometer.
7. Biarkan tumbuhan bertranspirasi. Bila terjadi penyerapan air akibat
adanya transpirasi, maka air akan bergerak kearah tabung tanaman.
8. Untuk memudahkan pengamatan dapat menggunakan larutan eosin
sedikit, dengan cara menyuntikan pada pipa kapiler dengan
menggunakan siring.
9. Pengamatan dilakukan secara bersamaan pada ketiga photometer
tersebut (dapat bekerja sama dengan teman lain). Catat pergerakan
eosin/gelembung udara dari a-b, setiap 5 menit, selama 4-5 x
pengamatan (20/30 menit), dengan mengetahui volume pipa kapiler
sepanjang a-b ini. akan diketahui jumlah air yang ditraspirasikan
selama pengamatan.
10. Bila pengamatan selesai, petiklah seluruh daun untuk diukur luas
totalnya. Sehingga dapat diketahui jumlah ml air yang
ditraspirasikan/satuan luas daun/satuan waktu pada setiap kondisi
lingkungan yang diamati tadi.

Cara Mengukur Luar Permukaan daun.


Seluruh daun dipetik dan ditimbang, misal: a gram. Kemudian ambil
sample daun dengan luas tertentu.
Misal: 2 cm2 dan ditimbang misal: b gram.
Maka luas permukaan daun seluruhnya dapat dihitung: a/b x 2 x
(2x2cm) = d cm.
Angka 2 menunjukan permukan atas dan bawah.

16
A. (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Potometer,
http://botanystudies.com/factors-affecting-transpiration-experiment/)

B.

Gambar 5. Potometer Sederhana (A-B)

17
PERCOBAAN 4.2. TEKANAN AKAR PADA TUMBUHAN

Alat dan bahan.


1. Alat ukur tekanan akar 4. Tanaman dalam pot
atau tanaman di
2. Siring dan pisau halaman. Misal: pacar
air
3. Jam tangan dan penggaris 5. Eosin

Pelaksanaan percobaan.
1. Persiapakan tanaman yang mempunyai diameter batang sama
dengan diameter pipa karet alat ukur tekanan akar, pada ketinggian
± 3cm. Tanaman dapat ditumbuhkan dalam polybag atau di lahan
tanaman FMIPA UNJ. Jika media tanam yang ada dalam polybag
berupa arang sekam, segera diganti dengan media tanah.
2. Siramlah tanaman dengan air, kemudian potong batang pada
ketinggian tersebut.
3. Isi pipa kapiler alat ukur tekanan akar dengan air yang diberi eosin
atau methilen blue sampai penuh dan usahakan agar tidak ada
gelembung udara.
4. Hubungkan pipa karet dari alat ukur tekanan akar dengan batang
tanaman yang telah dipotong, dan olesi setiap perhubungan dengan
lilin / seal tipe / vaselin.
5. Biarkan beberapa saat sampai ketinggian air dalam pipa kapiler
konstan
6. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi permukaan air dalam pipa
kapiler dengan interval waktu pengamatan 15 menit selama 4-5 kali
pengamatan.
7. Jika permukaan air dalam pipa kapiler lebih, dapat diisap dengan
menggunakan siring.

18
A.
(Sumber: http://www.biologydiscussion.com/)

B. C.

Gambar 6. Diagram Alat Ukur Tekanan Akar (A); Pemasangan alat ukur
tekanan akar pada statif (B); Pengisian pipa kapiler dengan
air yang diwarnai dengan eosin (C)

19
PERCOBAAN V.
PERKECAMBAHAN DAN DORMANSI BIJI

PENDAHULUAN

Perkecambahan
Perkecambahan menurut definisi umum adalah suatu proses dimana
biji sebagai plasma nutfah (germplasm) mulai berkecambah, tumbuh
dan berkembang membentuk tanaman baru. Perkecambahan biji
merupakan istilah untuk menunjukan proses-proses yang dimulai dari
hidrasi (imbibisi air) oleh biji kering dan berakhir bila sebagaian dari
embrio menembus kulit biji (Prawiranata et al. 1981). Menurut definisi,
perkecambahan merupakan peristiwa yang diawali dari pengambilan air
oleh benih kering (quiescent dry seed) dan diakhiri dengan pemanjangan
embrio axis (Bewley dan Black, 1994). Pada umumnya radikula (akar)
yang akan terlebih dahulu menembus biji kulit, akan tetapi pada
beberapa tanaman, plumula (batang) yang lebih dahulu.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara umum terdiri dari
3 tahapan: (1) Embriogenesis, yang merupakan bagian dari
perkembangan biji; (2) Perkembangan vegetatif, yang mencakup
perkecambahan biji dan perkembangan vegetatif tanaman; (3)
Perkembangan generatif, yang mencakup pembungaan, polinasi dan
fertilisasi. Biji kering mempunyai laju metabolisma yang rendah
(Mayer dan Mayber 1989; Taiz dan Zeiger 2002).
Proses metabolisma perkecambahan biji secara ringkas adalah: (1)
Meningkatnya laju respirasi apabila terjadi ambibisi air, (2) Terjadi
pemecahan bahan-bahan cadangan pada biji, reaksi ini juga diinisiasi
oleh adanya hidrasi protein (Mayer dan Mayber, 1989), sehingga
terjadi transport hasil pemecahan dari satu bagian ke bagian lain; (3)
Sintesis material baru dari hasil pemecahan tersebut.
Perkecambahan biji dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.
Faktor lingkungan utama yang dibutuhkan adalah air, oksigen,
temperature, cahaya atau kondisi gelap (beberapa jenis biji diperlukan
perlakuan cahaya). Perkecambahan juga harus bebas dari garam-garam
anorganik yang berkonsentrasi tinggi, dan bebas dari zat penghambat
(retardant). Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan biji
adalah adanya dormansi pada biji (dormansi kulit biji dan dormansi
embrio).
20
Dormansi
Dormansi adalah kondisi biji yang tidak dapat berkecambah,
dimana pertumbuhan dan metabolisme nya terpendam. Hal ini
disebabkan keadaan kondisi lingkungan (suhu, kelembaban dan
atmosfer) yang tidak sesuai dan faktor dari keadaan fisik biji itu sendiri.
Beberapa jenis biji mempunyai testa yang keras dan tidak dapat
ditembus air (impermiabel), menyebabkan biji dalam keadaan dorman,
sehingga sulit dan memakan waktu yang lama untuk dapat berkecambah
walaupun faktor lingkungan yang dibutuhkan untuk telah terpenuhi.
Lamanya dormansi dan mekanisme dormansi berbeda antar spesies dan
antar genotip (Ilyas, 2012).
Dormansi bukan berarti biji tersebut mati atau tidak dapat tumbuh
kembali, akan tetapi hanya terjadi masa istirahat dari pada biji itu
sendiri. Beberapa perlakuan dapat diberikan pada biji, sehingga tingkat
dormansinya dapat diturunkan dan presentase perkecambahannya tetap
tinggi. Perlakuan tersebut dapat ditujukan pada kulit biji, embrio,
maupun endosperm biji. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan
faktor penghambat perkecambahan dan mengaktifkan kembali sel-sel
yang dorman.
Usaha pematahan dormansi dapat dilakukan melalui beberapa
metode antara lain; (1) Perlakuan secara mekanis yaitu pengurangan
ketebalan kulit atau skarifikasi, perendaman dalam air, penyimpanan
benih dalam kondisi lembab dengan suhu dingin dan hangat atau disebut
stratifikasi (Widajati et al., 2013); (2) Perlakuan secara kimiawi dengan
penggunaan senyawa kimia tertentu seperti pemberian Asam Sulfat
pekat, Kalium Hidroksida, Asam Hidroklorit, Kalium Nitrat, Thiourea,
Gibberelin dan Auksin agar air dapat masuk kedalam biji.

Tujuan percobaan adalah


(1) Mengukur kecepatan perkecambahan dan kesanggupan
perkecambahan;
(2) Mengetahui pengaruh cahaya terhadap perkecambahan;
(3) Mengetahui pengaruh berbagai perlakuan (mekanik dan kimia)
terhadap pematahan dormansi pada biji dengan testa yang keras.

21
PERCOBAAN 5.1. PENGARUH CAHAYA PERKECAMBAHAN
BENIH.

Alat dan Bahan


1. Cawan petri, kertas isap/kapas dan air
2. Biji Cabai (Capsicum annum), biji tomat (Lycopersicon esculentum
Mill), biji pakcoy (Brassica rapa subsp. chinensis (L.) Hanelt), biji
selada (Solanum melongena var serpentinum L), benih padi (Oriza
sativa L.) atau biji benih tanaman hortikultura lainnya.

Pelaksanaan percobaan
1. Lakukan seleksi terhadap benih dengan cara merendam benih dalam
air, kemudian pilih 200 butir yang baik.
2. Alasi dasar petri dengan kapas (tipis saja) atau kertas isap dan beri
air agar lembab
3. Letakkan benih cabai/tomat/pakcoy/selada/padi sebanyak 50 biji
dalam setiap petri
4. Letakkan petri ke-1 dan 2 ditempat gelap dan petri 3 dan 4 ditempat
terang
5. Lakukan pengamatan terhadap jumlah benih yang berkecambah
selama 1 minggu di kedua tempat
6. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah benih yang berkecambah
setiap hari sampai 10-14 hari (kecuali hari sabtu dan ahad).
Hitunglah % (persentase) perkecambahan biji-biji tersebut (pada
hari ke-i).

7. Uji viabilitas dan vigoritas


a. Penentuan viabilitas dan vigor benih dilakukan dengan
mengecambahkan benih pada media kertas merang dan
menggunakan metode Uji Diatas Kertas (UDK).
b. Benih dari masing-masing perlakuan dipilih secara acak
sebanyak 50 butir. Benih disterilisasi terlebih dahulu dengan
klorox 10% selama 10 menit, kemudian dibilas aquades
sebanyak 3 kali dan direndam di dalam air hangat selama 15
menit.

22
c. Benih ditanam di atas lembaran kertas merang berukuran 20 x
30 cm yang terlebih dahulu dibasahi.
d. Kertas merang yang telah ditanami benih diletakkan di dalam
baki dan ditempatkan pada kondisi gelap. Pengamatan
dilakukan terhadap kecambah normal, kecambah abnormal
(Tefa, 2017).

UJI VIABILITAS BENIH

Potensi Tumbuh Maksimum (PTM) (0%)


Potensi tumbuh maksimum diperoleh dengan menghitung jumlah
kecambah yang tumbuh normal maupun abnormal pada 7 HST (hari setelah
tanam)
Potensi tumbuh maksimum dihitung dengan rumus:
∑ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ
PTM (%) = ∑ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 x 100%

Daya Berkecambah
Daya berkecambah (DB) merupakan parameter viabilitas potensial
dinyatakan dalam satuan persen.
Daya berkecambah dihitung berdasarkan persentase kecambah normal
(KN) pada pengamatan pertama (Cth. hari ke-5) sampai pengamatan
terakhir (Cth. hari ke-7), dihitung dengan rumus:

∑ 𝐾𝑁 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼+∑ 𝐾𝑁 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐼𝐼


DB (%) = ∑ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
x 100%

23
A B

Gambar 7. Kecambah normal pada pakcoy cv. Brisk Green (A),


kecambah abnormal pada pakcoy cv. Brisk Green (B)
(Sumber. Utami, EDR. Skripsi 2019)

UJI VIGOR BENIH

Indeks Vigor
Indeks Vigor dihitung berdasarkan presentase benih normal pada hitungan
pengamatan pertama (hari ke-i), dihitung dengan rumus :
Cth: Perhitungan benih normal pada pengamatan hari ke 5
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒−5
Indeks Vigor (%) = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚

Kecepatan Tumbuh (K )
CT
Kecepatan Tumbuh dihitung berdasarkan akumulasi kecepatan tumbuh setiap hari
dalam persen per hari, dengan rumus:

𝑁
K (%) = ∑𝑡𝑛
0 𝑡
CT

Keterangan :
N = % KN setiap waktu pengamatan
t = waktu pengamatan
tn = waktu akhir pengamatan

Keserempakan Tumbuh (K )
ST
Pengamatan dilakukan terhadap kemampuan benih untuk membentuk kecambah
normal (%) (Misal dilakukan pada 6 atau 10 HST)

∑ 𝐾𝑁 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒−6
K (%) = ∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 x 100%
ST

24
PERCOBAAN 5.2 PENGARUH PERLAKUAN FISIK DAN
KIMIA TERHADAP PEMATAHAN
DORMANSI PADA BIJI

Alat dan Bahan.


1. Biji saga (Abrus precatorium), Lamtoro (Laucaena glauca), atau biji
lain yang keras.
2. Larutan H2SO4 pekat (50%), Fungisida, Klorox 10%.
3. Cawan Petri, kapas/kertas saring, alat penggosok (amplas besi)

Pelaksanaan percobaan.
1. Percobaan ini dilakukan dengan menanam biji yang telah diberi
perlakuan scarifikasi secara fisik dan kimia. Perlakuan yang diuji
sebanyak 4 perlakuan yaitu scarifikasi fisik dengan pengamplasan
(F1) dan peretakkan biji (F2), serta scarifikasi kimia dengan
perendaman biji dalam H2SO4 pekat (50% - v/v) selama 15 (K1) dan
30 menit (K2) (Tabel 1). Setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali
dan setiap ulangan ditanam 1 benih.
2. Biji yang digunakan disteriliasi permukaannya dengan merendam
bii dalam larutan fungisida (2%) selama 10 menit, kemudia cuci
dengan menggunakan air steril atau air yang telah dimasak.
3. Perlakuan F1 dilakukan dengan menggosok kulit biji dengan amplas
kasar (amplas besi) pada bagian yang tidak ada lembaganya.
Perlakuan F2 dilakukan dengan meretakkan kulit biji dengan
tang/palu pada bagian yang tidak ada lembaganya.
4. Perlakuan K1 dilakukan dengan merendam biji dalam larutan H2SO4
pekat selama 15 menit, sedangkan K2 dilakukan dengan merendam
biji dalam larutan H2SO4 pekat selama 30 menit.
5. Biji-biji tersebut selanjutnya disterilisasikan kembali dengan
merendam biji dalam larutan klorox 10% (NaOCl komersial) selama
5 menit, selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan kertas tissue.
6. Tanam biji-biji tersebut dalam cawan petri bersih yang telah diberi
alas kapas sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Kerjakan
keseluruhan pekerjaan dengan aseptis.

25
7. Pengamatan dilakukan setiap hari (kecuali Sabtu dan Minggu)
terhadap hari berkecambah dan jumlah biji yang berkecambah. Biji
yang telah berkecambah dapat segera dikeluarkan dari cawan petri.
8. Lakukan pengamatan sampai usia 2 minggu setelah tanam (2 MST)
dan perhatikan kelembabannya.
9. Data diolah dengan menghitung rata-rata jumlah biji yang
berkecambah dan persentase perkecambahan. Olah data saudara
dengan menggunakan statistic deskriptif (± SE dan ± SD).

Tabel 2. Rancangan Percobaan Perlakuan Fisik dan Kimia Pada Biji


dengan Testa Keras terhadap Pematahan Dormansi.

Perlakuan Scarifikasi pada Biji


Scarifikasi Fisik Di amplas (F1)
Diretakkan (F2)
Scarifikasi Kimia H2SO4 50% (v/v) 15 mt (K1)
H2SO4 50% (v/v) 30 mt (K2)

A B

C D
Gambar 8. Perlakuan scarifikasi biji saga dengan perlakuan di
amplas (A), diretakkan (B), H2SO4 50% (v/v) 15
menit (C) dan H2SO4 50% (v/v) 30 menit (D)
26
PERCOBAAN 5.3 PENGARUH Indole 3-Acetic Acid (IAA) DAN
Kinetin (KIN) TERHADAP
PERKECAMBAHAN BIJI BUNGA
MATAHARI (Helianthus annuus L).

Alat dan Bahan.


1. Biji bunga matahari (Helianthus annuus L.), pisang liar/ pisang batu
(Musa sp) atau seledri(Apium graveolens), biji saga (Abrus
precatorium), Lamtoro (Laucaena glauca)
2. Larutan Indole 3-acetic acid (IAA) 10 ppm dan Kinetin 5 ppm.
Klorox 10%.
3. Cawan petri, kapas/kertas saring.

Pelaksanaan percobaan.
1. Biji bunga matahari atau biji tomat dilakukan sterilisasi dengan
merendam biji dalam larutan klorox 10% selama 10 menit,
selanjutnya direndam dalam berbagai perlakuan sesuai dengan
rancangan percobaan pada Tabel 2.
2. Rancangan percobaan acak lengkap (RAL) Pola Faktorial.
Faktor yang diuji:
Zat Pengatur Tumbuh: IAA 10 ppm dan KIN 5 ppm
Waktu Perendaman : 30 dan 60 menit.
Jumlah perlakuan 4 dengan 10 ulangan. Perlakuan yang diuji biji
bunga matahari/biji tomat direndam dalam larutan IAA 10 ppm
selama 30 menit (A1B1). Direndam dalam larutan IAA 10 ppm
selama 60 menit (A1B1). Larutan KIN 5 ppm selama 30 menit
(A2B1) serta direndam larutan KIN 5 ppm selama 60 menit (A1B1).
3. Biji bunga matahari atau tomat yang telah diberi perlakuan (Tabel
2), selanjutnya dikecambahkan dalam cawan petri yang telah dialasi
kapas.
4. Prosedur selanjutnya lakukan seperti point 7,8, 9 pada Percobaan
4.2.

27
Tabel 3. Rancangan Percobaan Pengaruh IAA dan KIN terhadap
Perkecambahan Biji.

ZPT (ppm)
Waktu Perendaman IAA 10 ppm KIN 5 ppm
(menit) (A1) (A2)
30 (P1) A1P1 A2P1
60 (P2) A1P2 A2P2

Gambar 9. Biji bunga matahari (A), seledri (B) dan biji pisang liar (C)

Dan Dialah yang menurunkan air dan langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air
itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-
tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak. (QS. Al-An’am [6]: 99)

28
PERCOBAAN VI.
FOTOSINTESIS PADA TUMBUHAN

PENDAHULUAN

Konsep utama dalam fotosintesis adalah penangkapan dan


transformasi energi matahari yang selanjutnya diubah menjadi energi
kimia yang disimpan dalam bentuk senyawa organik, terutama
karbohidrat. Proses fotosintesis di alam berlangsung secara sederhana
dimana klorofil pada dengan bantuan sinar matahari mampu mengubah
CO2 dan air menjadi gula sederhana (triosa fosfat) dan O2 dalam
kloroplast. Proses fototosintesis pada tanaman umumnya terjadi di
jaringan mesofil pada daun. Sel-sel mesofil memiliki banyak kloroplas
yang mengandung pigmen hijau penyerap cahaya yang disebut dengan
klorofil.
Aparatus yang berperan dalam proses fotosintesis adalah tilakoid:
struktur ekstensive dari membran internal, dimana seluruh klorofil
berada didalam sistem membran. Stroma: tempat terjadinya reaksi
reduksi karbon yang dikatalisis oleh enzim yang larut dalam air. Grana:
stacked of tilakoid, yang membuat tilakoid seperti bertumpuk. Lamela
antar grana (stroma lamella): bagian membran yang terekspos dimana
tidak ada penumpukan tilakoid.
Proses fotosintesis secara umum terdiri dari dua tahap; reaksi terang
(light reaction) dan reaksi gelap (carbon reactions). Pada reaksi terang
terjadi peristiwa fotolisis air, proses pemecahan molekul air dengan
bantuan cahaya matahari menjadi H+ dan O2. Hasil akhir dari reaksi
terang adalah ATP, NADPH dan O2. Oksigen yang dihasilkan dari
reaksi terang dilepaskan oleh tumbuhan ke lingkungan, sedangkan ATP
dan NADPH digunakan pada reaksi gelap. Reaksi gelap (independent of
light reaction) tidak bergantung dengan ada atau tidak adanya cahaya
matahari, namun reaksi gelap dapat berlangsung apabila ATP dan
NADPH yang dihasilkan dari reaksi terang telah tersedia. Reaksi gelap
atau siklus Calvin menggunakan ATP sebagai sumber energi dan
mengonsumsi NADPH sebagai tenaga pereduksi bagi penambahan
elektron berenergi tinggi untuk membentuk karbohidrat (Campbell et
al., 2002; Salisbury dan Ross 1995; Taiz dan Zeiger 2002).
Kecepatan fotosintesis dipengaruhi faktor eksternal dan internal.
Faktor internal antara lain, kandungan klorofil, morfologi daun, anatomi
29
daun, faktor protoplasma dan akumulasi fotosintat. Sedang faktor
eksternal antara lain meliputi cahaya; terdiri dari intensitas cahaya, lama
penyinaran dan kualitas cahaya (panjang gelombang), temperatur, air,
oksigen, zat hara dan konsentrasi CO2.

Tujuan percobaan adalah mengukur besarnya volume oksigen yang


dihasilkan dalam proses fotosintes persatuan waktu tertentu pada
tanaman Hydrilla.

PERCOBAN 6. PENGARUH CAHAYA DAN TEMPERATUR


TERHADAP LAJU FOTOSINTESA

Alat dan bahan.


1. Alat fotosintesa AUDUS 5. Seal tipe / lilin / vaselin
2. Statif, klem dan penjepit klem 6. Tumbuhan Hydrilla
verticillata
3. Gelas kimia 3 buah 7. Aquadest, air selokan,
air sumur/ledeng
4. pH meter, thermometer, jam tangan

Pelaksanaan percobaan.
1. Masukan Hydrilla kedalam penyungkup dalam keadaan terbalik
(pangkal tanaman menghadap ke atas).
2. Isi tabung persediaan dengan aquadest hingga penuh, kemudian
masukkan penyungkup yang berisi tanaman kedalam tabung air dan
letakkan sumbat secara rapat dengan dinding tabung air, beri lilin /
seal tipe / vaselin.
3. Seluruh perangkat dipasang pada statif dan usahakan tabung
persediaan mempunyai letak lebih tinggi.
4. Gunakan klem Hoffman untuk mencegah lajunya aliran air dari
tabung persediaan, dan usahakan sebelum percobaan dimulai
gelembung udara yang ada didalam pipa kapiler dihilangkan.
5. Isi gelas kimia dengan air bersih (aquadest) dan letakan
thermometer didalamnya.

30
6. Letakan perangkat percobaan pada tempat yang mendapat sinar
matahari. Catat waktu percobaan dan perhatikan suhu air.
7. Jika udara dalam pipa kapiler penuh tetapi percobaan belum selasai,
udara dapat dibuang dengan jalan membuka klem Hoffman sedikit.
8. Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk percobaan yang
menggunakan media air kotor/selokan dan air biasa air
sumur/ledeng). Ukurlah pH ketiga sampel air.

A.

B.

Gambar 10. Pengukuran fotosintesis dengan alat AUDUS (A),


Pemasangan tabung yang berisi Hydrilla verticillata
(B).

31
PERCOBAAN VII.
RESPIRASI PADA TUMBUHAN

PENDAHULUAN

Respirasi merupakan salah satu proses terpenting dalam sel hidup.


Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, menyerap O2 dan
melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Proses keseluruhan respirasi
merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa organik dioksidasi
menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap direduksi membentuk H20.
Dalam proses ini terbentuk energi bebas (ATP dan NADH) yang
diperlukan dalam proses sintesis sel dan senyawa-senyawa intermediat
yang merupakan substrat bagi sintesis senyawa-senyawa lain (misalnya
asam amino, protein, lemak). Sebagian besar energi yang dilepaskan
selama respirasi sebanyak 2870 kL atau 686 kcal per mol glukosa,
berupa bahang (panas).
Reaksi respirasi umum glukosa :
C6H12O6 + 6CO2 →6CO2 + 6H2O + energi

Respirasi seluler terdiri dari respirasi aerobik dan respirasi


anaerobik. Respirasi aerobik merupakan proses perombakan senyawa
organik dengan adanya oksigen, sehingga terbentuk CO2 dan air disertai
pembebasan energi bebas (panas) dan energi dalam bentuk ikatan-ikatan
fosfat berenergi tinggi (ADP dan ATP). Pada respirasi aerobik, sejumlah
bahan organik (karbohidrat, lemak, asam organik, protein) dipakai
sebagai substrat, sehingga mengakibatkan penurunan berat kering.
Sedangkan respirasi anaerobik merupakan proses perombakan senyawa
organik tanpa menggunakan oksigen (misalnya proses fermentasi).
Faktor yang mempengaruhi respirasi adalah (1) Ketersediaan
Substrat, jika tersedia cukup banyak substrat maka respirasi akan
berlangsung cepat, sebaliknya jika terjadi kahat gula respirasi akan
berjalan lambat; (2) Ketersediaan Oksigen, di jaringan yang besar,
dengan nisbah permukaan per volume rendah, difusi O2 ke sel bagian
dalam sangat kurang, sehingga melambatkan respirai; (3) Suhu, hal ini
berhubungan dengan faktor Q10, bagi sebagian besar bagian tumbuhan
dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu
antara 50C dan 250C, bila suhu meningkat lebih jauh maka laju respirasi
32
tetap meningkat, tetapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun; (4) Jenis
dan umur tumbuhan; perbedaan morfologi yang besar pada tumbuhan
mempengaruhi perbedaan metabolisme, umur tumbuhan mempengaruhi
laju respirasi, respirasi tetap tinggi selama jangka waktu pertumbuhan
vegetatif yang pesat namun kemudian menurun saat mulai pembungaan
(Salisbury dan Ross 1995).
Laju respirasi ditetapkan dengan cara mengukur banyaknya CO2
yang terbentuk dan gas oksigen yang diserap persatuan berat segar
(kering) jaringan per satuan waktu. Hasil pengukuran absorbsi O2 dan
CO2 yang dilepaskan digunakan sebagai penentu Kuosien Respirasi
(KR) jaringan. Teknik ini dapat digunakan sebagai cara untuk
menentukan substrat yang direspirasikan dalam jaringan tumbuhan.

Kuosien respirasi ialah rasio molekul (volume) CO2 yang


dilepaskan oleh jaringan pada periode waktu tertentu dalam molekul
(volume) O2 yang diambil (diabsorbsi).
Volume CO2 terbentuk
KR Volume O2 digunakan

Pengukur kuosien respirasi pada jaringan berklorofil dilakukan di


tempat gelap, dengan tujuan untuk menghilangkan perubahan gas
kerena proses fotosintesis. Pada proses perkecambahan, nilai KR ada
hubungannya dengan substrat yang menjadi cadangan makanan. Jika
substrat berupa glukosa maka KR nya sebesar 1. Jika substrat asam
lemak, misalnya tripalmitat nilai KR yang dihasilkan 0,7. Sedangkan
untuk asam-asam organik nilai KR yang dihasilkan lebih dari satu.
Misal: Asam tartat memiliki nilai KR 1,6 dan asam oksalat memiliki
nilai KR 4.

Tujuan percobaan adalah untuk menentukan secara kuantitatif kuosien


respirasi (KR/RQ) dari kecambah.

33
PERCOBAAN 7. RESPIRASI AEROB PADA KECAMBAH

Alat dan bahan.


1. Respirometer model Ganong.
2. Timbangan, corong, cawan Petri, gelas ukur.
3. Kecambah kacang hijau umur 24 jam.
4. Larutan KOH / NaOH 20 % dan methylene blue atau minyak goreng.
5. Air, kapas / kertas isap dan lilin / vaselin.

Pelaksanaan percobaan.
1. Buatlah kecambah kacang hijau dengan umur 24 jam, kemudian
bersihkan kecambah tersebut dari bagian yang berwarna hijau.
2. Buatlah larutan KOH / NaOH 20 % (v/v).
3. Siapkan 2 set alat respirometer model Ganong.
4. Pada 1 set alat respirometer Ganong, masukan beberapa butir
kecambah kedalam labu ganong sampai memenuhi lekukan,
kemudian keluarkan kembali dan timbanglah kecambah tersebut.
Setelah itu masukan kembali kedalam labu Ganong.
5. Masukan larutan KOH / NaOH 10 % kedalam tabung terbuka
sampai mencapai skala yang tertera pada tabung.
6. Tutup tabung yang memiliki labu dengan tutup yang ada dan olesi
setiap perhubungan dengan lilin / vaselin.
7. Samakan ketinggian zat cair pada kedua tabung dan cacat ketinggian
permukaan zat cair. Lakukan pula hal yang sama untuk perangkat
alat yang kedua yang menggunakan methylene blue / mimyak
goreng (catatan: berat kecambah untuk perangkat yang kedua sama
dengan perangkat pertama).
8. Letakan kedua perangkat alat pada tempat yang aman dan biarkan
selama 24 jam. Setelah 24 jam catat perubahan ketinggian
permukaan zat cair.

Catatan.
Jika menggunakan minyak goreng, perangkat percoban diberi tanda agar
kemungkinan pemakai selanjutnya tidak mengalami kegagalan
34
A. Sumber: http://www.biologydiscussion.com/)

B. C.

Gambar 11. Respirometer model ganong (A); Tube pada alat


respirometer yang diisi dengan larutan minyak goreng
(B); Tube pada alat yang diisi dengan larutan NaOH 20%

35
PERCOBAAN VIII.
PENGUKURAN SECARA KUANTITATIF VOLUME GAS
PADA RESPIRASI ANAEROB (FERMENTASI).

PENDAHULUAN

Tumbuhan selain melakukan respirasi secara aerobic, tumbuhan


juga dapat melakukan respirasi secara anaerobic, yaitu respirasi yang
tidak membutuhkan oksigen. Pada keadaan anaerob glukosa dapat
dirombak membentuk senyawa organik yang lebih sederhana dan CO2,
serta membentuk energi bebas yang relatif sangat kecil dibandingkan
dengan energi bebas dari respirasi aerob.
Pada kondisi tidak ada O2 (anoksia) proses pengangkutan elektron
yang dirangkaikan dengan fosforilasi oksidatif tidak dapat berjalan.
Akibatnya jalan metabolisme melalui siklus asam trikarboksilat akan
terhenti sehingga asam piruvat dialihkan penggunaannya. Perombakan
glukosa yang tidak lengkap ini disebut fermentasi yaitu pembentukan
etanol dan asam laktat. Pada proses fermentasi asam piruvat diubah
menjadi etil alkohol, sehingga disebut fermentasi alcohol.
Proses fermentasi alkohol melalui dua tahap reaksi enzimatis, yaitu
reaksi perubahan asam piruvat menjadi asetaldehide dan reaksi reduksi
asetaldehide oleh NADH membentuk etanol/alkohol (Salisbury dan
Ross 1995). Semua reaksi ini dikatalisis oleh asam piruvat
dekarboksilase dan alkohol dehidrogenase. Beberapa sel mengandung
asam laktat dehidrogenase, yang menggunakan NADH untuk
mereduksi piruvat menjadi asam laktat.
Etanol atau asam laktat, atau keduanya, merupakan produk
fermentasi yang bergantung pada aktivitas tiap-tiap dehidrogenase yang
ada. Pada beberapa tumbuhan, NADH selain sebagai pereduksi juga
digunakan untuk menimbun senyawa lain apabila O2 terbatas, terutama
asam malat dan gliserol. Fermentasi merupakan proses penghasil energi
utama dari beberapa mikroorganisme, dalam percobaan ini digunakan
ragi roti, karena ragi mengandung mikroorganisme yang dapat
mengadakan fermentasi alkohol.

Tujuan percobaan adalah mengukur besarnya volume gas yang


dihasilkan oleh kegiatan mikroorganime pada ragi pada tekanan yang
sama/tetap.
36
PERCOBAAN 8. PENGUKURAN SECARA KUANTITATIF
VOLUME GAS PADA RESPIRASI
ANAEROB (FERMENTASI)

Alat dan Bahan.


1. Manorespirometer.
2. Gelas kimia, gelas ukur, timbangan, siring dan jam tangan.
3. Ragi, glukosa, air raksa, aquadest, air dan lilin/vaselin.

Pelaksanaan percobaan.
1. Lepaskan pipa kapiler respirometer dari karet penghubung.
2. Isi pipa kapiler dengan air raksa sampai skala 0 dengan
menggunakan siring dan jangan sampai ada gelembung udara.
3. Pasangkan kembali pipa kapiler manorespirometer pada bantalan
logam dan hubungkan kembali dengan pipa karet.
4. Buatlah larutan glukosa 5 % sebanyak 10 cc. Masukan ragi
sebanyak 2 gram kedalam tabung eksperimen I dan tambahkan 8 cc
larutan gula yang sudah tersedia, sedangkan untuk tabung
eksperimen yang satu lagi masukkan aquadest sebanyak 10 cc.
5. Letakkan tabung I disebelah kiri (bila praktikan menghadap skala)
dan tabung II disebelah kanan. Hubungkan dengan sumbat dan olesi
lilin/vaselin pada setiap sambungan.
6. Isi piala kimia dengan air dan masukkan / rendam tabung
eksperimen I dan II didalamnya agar suhu keduanya sama. Atur
tinggi permukaan air raksa pada pipa kapiler.
7. Setelah sama tinggi catat waktu dan mulai percobaan untuk
pengamatan selama 1 menit dalam 5 kali pengamatan.
8. Jika tinggi permukaan air raksa melewati batas skala yang ada,
kembalikan ke kedudukan semula.
9. Hitunglah jumlah gas yang dihasilkan persatuan waktu tertentu.

37
Catatan.
Jumlah gas yang dihasilkan dapat dicari dengan rumus :

h2 – h1
X=kx x 0.02 cc/menit
t2 – t1

X= Jumlah gas yang dihasilkan


k = Konstanta yang besarnya 40
h = Tinggi kenaikan air raksa
t = Waktu

Gambar 12. Alat manorespirometer

38
PERCOBAAN IX.
GERAK DAN PERTUMBUHAN BATANG

PENDAHULUAN

Tumbuhan dapat melakukan gerakan sebagai upaya tanggap


terhadap kondisi lingkungannya. Gerakan pada tumbuhan sangat
terbatas, tidak terjadi perpindahan tempat. Gerakan pada tumbuhan
hanya dilakukan oleh bagian tertentu saja, misalnya bagian ujung tunas,
ujung akar, atau bagian lembar daun tertentu kecuali tumbuhan bersel
satu. Gerakan tumbuhan dapat diamati dengan adanya pertumbuhan
tanaman yang menuju atau ke arah tertentu.
Gerak tumbuhan digolongkan menjadi dua kategori besar
berdasarkan hubungan antara arah gerakan dan arah dari mana
rangsangan datang, yaitu gerakan tumbuhan yang ditentukan oleh arah
rangsangan (tropisme) dan gerakan tumbuhan yang tidak dipengaruhi
oleh arah rangsangan (nasti). Tumbuhan dapat tumbuh ke atas
(geotropisme negatif) atau kebawah (geotropisme positif), horizontal
(diageotripopisme) atau membentuk sudut tertentu terhadap arah
vertikal.
Ggerak tropisme dikendalikan oleh hormon yang dihasilkan oleh
tumbuhan itu sendiri. Auksin merupakan zat pengatur tumbuh kimiawi
yang terletak pada bagian ujung pucuk yang berperan dalam
pertambahan dan pertumbuhan sel. Secara umum gerak pertumbuhan
batang dipengaruhi oleh pola distribusi auksin yang bersifat basipetal.
Namun disamping itu ada pola lain dari distribusi auksin, terutama
karena pengaruh cahaya, ketika cahaya diberikan dari salah satu sisi
batang, maka akan menyebabkan terjadinya distribusi auksin secara
lateral (asimetrik) dari sisi yang mendapatkan cahaya ke sisi yang gelap.
Bagian tanaman yang tidak disinari mendapatkan konsentrasi auksin
yang lebih tinggi (Sasmitamiharja dan Siregar 1990).

Tujuan percobaan adalah mengamati arah pertumbuhan batang yang


ditumbuhkan pada berbagai posisi.

39
PERCOBAAN 9. GERAK DAN PERTUMBUHAN BATANG

Alat dan bahan.


1. Tabung contoh 6 buah dengan sumbat gabus berlubang satu.
2. Statif 2 buah, klem serba guna untuk penjepit klem masing-masing
6 buah.
3. 6 tangkai tanaman Coleus sp dan lilin / vaselin.

Pelaksanaan percobaan.
1. Tabung contoh diisi air sampai penuh, kemudian masukan tiap
tangkai tanaman Coleus sp atau tanaman berbatang basah lainnya
kedalamnya melalui sumbat gabus/karet berlubang satu, sampai
tangkainya dapat menempati dasar tabung.
2. Tutup erat sumbat gabus kedalam tabung contoh, dan olesi setiap
hubungan dengan lilin.
3. Letakkan tiga tabung tersebut pada statif 1 dalam posisi tegak,
mendatar dan terbalik dengan penjepit klem serbaguna, sedangkan
ke tiga tabung contoh lainnya diletakkan pada statif II.
4. Satu perangkat diletakan di tempat gelap dan satu lagi di tempat
terang (banyak sinar).
5. Gambarkan arah pertumbuhan batang setelah 5 hari. Analisa
mengapa hal tersebut dapat terjadi.

40
Gambar 13. Alat gerak dan pertumbuhan batang

41
PERCOBAAN X.
INTERKONVERSI METABOLIK SENYAWA KIMIA
GULA-PATI
PENDAHULUAN

Interkonversi merupakan suatu proses dimana dua senyawa satu


dengan lainnya mengalami konversi, pada umumnya terjadi karena
adanya aktivitas kimia dan fisik. Perubahan gula-pati adalah perubahan
timbal baik dari pati ke bentuk senyawa senyawa gula. Pada daun dapat
ditemukan senyawa gula monosakarida seperti glukosa, fruktosa. Gula
disakarida seperti sukrosa, serta dapat juga ditemukan pati. Glukosa
dianggap sebagai model karbohidrat hasil fotosintesa. Dari senyawa ini
dapat terbentuk fruktosa, sukrosa dan pati melalui reaksi enzimatis.
Glukosa alami adalah D-glukosa sering dijumpai dalam bentuk
siklik. Pati terbentuk dari α-D-glukosa yang membutuhkan energi dari
ATP dan reaksi reaksi fosforilasi. Pembentukan pati berlangsung dalam
kloroplas daun dan terjadi pada siang hari pada saat laju fotosintesis
melebihi laju respirasi.
Perubahan pati menjadi glukosa membutuhkan enzim-enzim
amilase yang merubah pati menjadi dekstrin (α-amilase, atau maltosa
(β-amilase), yang kemudian menjadi glukosa. Proses ini menyebabkan
terbentuknya panas. Glukosa dapat berubah menjadi fruktosa melalui
reaksi fosforilasi. Fruktosa alami adalah D-fruktosa, dapat dijumpai
dalam bentuk siklik. Sedangkan sukrosa adalah disakarida yang terdiri
dari α-D-glukosa dan β-D-fruktosa.

Tujuan percobaan adalah untuk membuktikan bahwa didalam daun


dapat terjadi interkonversi metabolik gula-pati.

PERCOBAAN 10.1. PERBEDAAN PATI DALAM DAUN

Alat dan Bahan :


1. Daun Acalypha sp., atau dan Coleus sp. 4. Alkohol 95%
2. Daun ketela pohon 5. Larutan I2KI
3. Gelas kimia 6. Cawan Petri

42
Pelaksanaan Percobaan :
1. Ambillah daun dari tumbuhan Acalypha sp., atau dan Coleus sp
yang beberapa jam telah terkena sinar matahari atau dapat bila
tumbuhan lain yang tidak seluruh helaian daunnya mengandung
klorofil.
2. Ambil pula helaian daun yang seluruhnya mengandung klorofil.
3. Rendam dalam gelas kimia yang berisi alkohol 95% yang
diletakkan di atas lampu spirtus selama ±20 menit, kemudian
ambil helaian daun tersebut dan cuci dengan air panas.
4. Rendam dalam cawan petri berisi larutan I2KI beberapa menit.
Cuci dan bilas dengan air.
5. Bentangkan daun tersebut dalam cawan petri. Warna ungu tua
menunjukkan adanya pati.

PERCOBAAN 10.2. INTERKONVERSI GULA (optional)

Alat dan Bahan :


1. Tanaman jagung yang beretiolasi 5. Air suling
2. Larutan sukrosa 0,5 M 6. Larutan I2KI
3. Larutan glukosa 0,5 M 7. Gelas kimia
4. Larutan fruktosa 0,5 M 8. Cawan petri

Pelaksanaan Percobaan :
1. Masukkan 25 ml larutan gula berupa Sukrosa 0,5 M, Glukosa
0,5 M, Fruktosa 0,5 M dan air suling kedalam gelas kimia.
2. Petik 9 jagung yang beretiolasi, letakkan 2 daun pada setiap
gelas kimia hingga pangkalnya terendam larutan. Setiap daun
diberi tanda pengenal sesuai dengan perlakuan yang diberikan
(seperti dilubangi, disobek sedikit).
3. Potong setiap daun sejauh 1 cm dari pangkalnya dalam larutan
tersebut.
4. Simpan gelas kimia dalam lemari atau laci tertutup selama 48
jam.
43
5. Adakan uji pati pada daun beretiolasi yang ke 9 (yang tidak
diberi perlakuan).
6. Setiap 48 jam adakan pula uji pati pada daun yang diberi
perlakuan.
7. Bandingkan perlakuan tersebut. Dari hasil percobaan tersebut
sistem enzim apakah yang diduga terdapat dalam daun ?

44
PERCOBAAN XI.
PENGARUH ETILEN TERHADAP
PEMASAKAN BUAH
PENDAHULUAN

Etilen merupakan satu dari jenis hormon yang disintesis oleh


tumbuhan. Etilen berbeda dengan zat pengatur tubuh (plant growth
regulator) lainnya. Diantara semua zat pengatur tumbuh etilen
memiliki hidrokarbon gas sederhana dengan struktur kimianya H2C =
CH2. Etlen disintesis dari asam amino metionin di hampir semua
jaringan tumbuhan tingkat tinggi. Produksi etilen dalam jaringan
tanaman diinduksi oleh zat pengatur tumbuh endogen (auksin, sitokinin,
BA) dan kondisi stres abiotik (cahaya, suhu, kekeringan, hipoksia,
terendam, patogen, dan luka luka) (Le Bris, 2017). Ethylene juga dapat
mengatur produksinya sendiri dalam jumlah besar oleh jaringan yang
mengalami penuaan atau pematangan.
Etilen terdapat di semua organ tanaman yaitu akar, batang, daun,
umbi, buah-buahan, biji, dan sebagainya, meskipun laju produksinya
dapat bervariasi tergantung pada tahap perkembangannya. Produksi
etilen juga akan bervariasi dari jaringan ke jaringan di dalam organ,
tetapi etilen sering kali terletak di jaringan perifer. Pada biji persik dan
alpukat, misalnya, produksi etilen ada terlokalisasi terutama di kulit biji,
sedangkan pada buah tomat dan kacang hijau hipokotilnya berasal dari
daerah epidermis (Ordog dan Zoltana, 2011). Produksi etilen meningkat
selama absisi daun dan penuaan bunga, serta selama pematangan buah.
Luka yang dialami oleh tumbuhan dapat menyebabkan biosintesis
etilen, seperti juga tekanan fisiologis seperti banjir, penyakit, dan suhu
atau cekaman kekeringan. Selain itu, infeksi oleh berbagai patogen juga
dapat meningkatkan biosintesis etilen.
Etilen pada umumnya digunakan untuk meningkatkan pematangan
pada pisang dan buah-buahan lain yang dipetik hijau, dengan tujuan
untuk pengiriman, sebagai gas etilen dapat dengan mudah berdifusi dari
semua jaringan tanaman.

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh etilen


terhadap pemasakan buah.

45
Alat dan Bahan
1. Wadah plastik dengan penutup (2 buah)
2. Buah pisang (Musa sp) masak
3. Buah tomat (Solanum lycopersicum L.), atau cabe (Capsicum
frutescens L) yang belum matang

Pelaksanaan Percobaan :
1. Siapkan satu buah pisang yang sudah matang dengan warna
kuning, selanjutkan bersihkan permukaan kulit pisang dengan
alkohol 70%. Buah pisang yang digunakan dapat berupa buah
pisang jenis pisang meja (dessert type) seperti pisang ambon,
barangan, raja sereh, atau pisang olahan (cooking type) seperti
pisang kepok, tanduk, nangka.
2. Siapkan 2 (dua) wadah plastik yang tembuh cahaya dengan
tutupnya dan cuci bersih, selanjutnya rendam bagian dalam
dengan air panas selama 5-10 menit, atau jika wadah tahan panas
bisa direbus sejenak.
3. Keringkan wadah dan tutup dengan menggunakan tissue bersih
dan bersihkan permukaan dalam dengan alkohol 70%.
4. Siapkan buah tomat atau cabe (2-4 buah) yang belum matang,
selanjutnya bersihkan permukaan kulit dengan alkohol 70% dan
masukkan kedalam wadah plastik 1 (pertama), bersamaan
dengan buah pisang yang telah masak, kemudian lakukan
pemotretan pada keseluruhan buah.
5. Pada wadah plastik ke-2 (dua) masukkan buah tomat dan cabe
dengan jumlah yang sama tanpa pisang yang masak, lakukan
pemotretan juga.
6. Semprotkan kembali alkohol 70% kedalam ke-dua wadah
tersebut kemudian tutup yang rapat.
7. Amati perubahan warna dari buah pisang setiap hari dan catat
perubahan warna dari kulit buah pisang dan buah tomat atau
cabe secara kualitatif.

46
Contoh skor perubahan warna yang diamati

Hari ke-i
Warna skor Keterangan
Hijau 1 Seluruh buah hijau
Hijau muda 2 Hijau ada bagian berwana
hijau muda
Hijau- orange 3 Hijau bagian atas dan bagian
bawah buah mulai berubah
menjadi orange
Orange-hijau 4 75% bagian buah berwarna
orange
Orange 5 Sluruh buah berwana orange

Gambar 14. Peletakkan pisang dan cabe sebelum pengamatan

47
DAFTAR PUSTAKA

Al-Kaisi, MM., Rattan L., Kenneth R.O., Birl L. (2017). Fundamentals


and fuctions of soil environment. In Al-Kaisi MM., Birl L. Soil
health and intensification of agroecosystems . p 1- 23.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-805317-1.00001-4

Campbell, R.M. (2002). Biologi. Jilid 1,2,3. Terjemahan. Jakarta:


Erlangga

Gaur R., Lallan M., Susanta K. Gupta S. (2014). Diffusion and


Transport of Molecules In Living Cells. In.S.K. Basu, Naveen
Kumar (eds.), Modelling and Simulation of Diffusive Processes,
Simulation Foundations, Methods and Applications, © Springer
International Publishing Switzerland 2014. DOI 10.1007/978-3-
319-05657-9_2,

Hakim N, Nyahpa MY, Lubis AM., Nugroho SG., Saui MS., Diha MA.,
Hong GB, Bailey HH., (1986). Dasar-dasar Ilmu Tanah,
Universitas Lampung. Lampung.

Harran, S. (1990). Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. IPB

Ilyas S. (2012). Ilmu dan Teknologi Benih, Teori dan Hasil-hasil


Penelitian. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press.

Le Bris, M. (2017). Hormones in Growth and Development. Reference


Module in Life Sciences. doi:10.1016/b978-0-12-809633-8.05058-
5

Mayer, T., Poljakoff-mayber, (1989). Germination of Seeds. MN.


Amsterdam.

Noggle GR, Fritz GJ., (1976). Introductory Plant Physiology. Prentice


Hall India.

Ordog, V., Zoltan, M. (2011). Plant Physiology. Digital Textbook


Library, Debreceni Egyetem. . 121 pp.

48
Prawiranata, W., Harran S., Tjondronegoro P. (1981). Dasar-Dasar
Fisiologi Tumbuhan. Departemen Botani, Fakultas Pertanian, IPB,
Bogor.

Salibury FW, Ross CW. (1995). Plant Physiology. California:


Wadsworth Publ. Company

Sasmitamihardja D. (1996). Fisiologi Tumbuhan. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Taiz, L. Zeiger, E. (2010). Plant Physiology, 5th Edition. The Benjamin


Cummings Publ. Co., Redwood City - California.

Widajati E., Endang M., Endah R.P., Tatiek K.,M.R. Suhartanto,dan


Abdul Q. (2013). Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press.
Bogor.

49
LAMPIRAN

50
Lampiran 1. Form Kehadiran Praktikum

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
Kampus A. Gd. Hasjim Asj’arie. Lt.6 Jl. Rawamangun Muka. Jakarta Timur
Kampus B, Laboratorium FMIPA Lt.1. Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun. Jakarta
Webs: http://fmipa.unj.ac.id/biologi. Email: biologi@unj.ac.id

PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

Nama :
NIM :

No Tanggal Judul Praktikum Paraf Tanggal Paraf


Prakt. Dosen/ Laporan Dosen/
Asisten Asisten

Jakarta, .................. 20....


51
RIWAYAT PENULIS

Dr. Adisyahputra M.S. Dosen di Program Studi


Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta. Lahir
pada bulan November 1960. Pendidikan Sarjana
ditempuh di Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA -
IKIP Jakarta pada tahun 1979. Magister Sains di
tempuh di Fakultas Biologi - UGM pada tahun 1991.
Pendikan Doktor pada tahun 1998 di Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian -
Institut Pertanian Bogor. Topik Penelitian: Tanaman
padi dan jewawut tahan kekeringan dan pirit

Dr. Reni Indrayanti M.Si. Dosen di Program Studi


Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta. Lahir
pada bulan Oktober 1962. Pendidikan Sarjana
ditempuh di Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA -
IKIP Jakarta pada tahun 1981. Magister Sains
ditempuh pada tahun 1991 di Departemen Biologi
FMIPA - Institut Pertanian Bogor. Pendikan Doktor
pada tahun 2006 di Departemen Agronomi dan
Hortikultura - FAPERTA, Institut Pertanian Bogor.
Topik Penelitian: Perbanyakan tanaman secara in
vitro dan seleksi tanaman pisang tahan terhadap
penyakit layu Fusarium.

Pinta Omas Pasaribu S.Si., M.Si. Dosen di Program


Studi Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta.
Lahir pada bulan Juni 1990. Pendidikan Sarjana
ditempuh di Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Sumatera
Utara pada tahun 2008. Magister Sains ditempuh
pada tahun 2013 di Departemen Biologi FMIPA -
Institut Pertanian Bogor.
Topik Penelitian: Padi SRI (System of Rice
Intensification) dan Padi Ratun Salibu.

52
PENUNTUN PRAKTIKUM
FISIOLOGI
TUMBUHAN

UNJ Press
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur
2022
53

Anda mungkin juga menyukai