FISIOLOGI
TUMBUHAN
Reni Indrayanti
Adisyahputra
Pinta Omas Pasaribu
Cetakan Pertama
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan
xiii+53 hlm: 17,6 x 25 cm
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
All Right Reserved
ISBN :
Penerbit:
LABORATORIUM BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Gd. Hasjim As’jarie Lt.9 FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka. Rawamangun. Jakarta Timur
ii
Penulis: Dr. Reni Indrayanti, M.Si
Dr. Adisyahputra M.S
Pinta Omas Pasaribu S.Si., M.Si
Penerbit:
LABORATORIUM BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Gd. Hasjim As’jarie Lt.9 FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka. Rawamangun. Jakarta Timur
iii
KATA PENGANTAR
Terima kasih
Tim Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal.
DAFTAR TABEL ......................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................... vi
v
Perc. VI Fotosintesis pada Tumbuhan
6. Pengaruh cahaya dan Temperatur terhadap
Laju Fotosintesis ...................................... 30
Perc. XI
Pengaruh Etilen terhadap Pemasakan Buah
11. Pengaruh etilen terhadap pemasakan buah
................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 48
LAMPIRAN .............................................................................. 50
vi
DAFTAR TABEL
Hal.
7
1 Nilai PO Larutan Sukrosa dari Berbagai Konsentrasi ………
2 Rancangan Percobaan Perlakuan Fisik dan Kimia pada Biji 26
dengan Testa Keras terhadap Pematahan Dormansi................
3 Rancangan Percobaan Pengaruh IAA dan KIN terhadap
Perkecambahan Biji ………………………………………… 28
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal.
1 Pengaruh kepadatan agar terhadap difusi larutan methylene blue 3
2 Skema reprentasi ruang pori dan agregat tanah (A),
Representasi skematis berdasarkan volume komponen tanah
yang berbeda pada kondisi optimal untuk pertumbuhan tanaman
(B). ……………........................................................................... 9
3 Percobaan kemampuan tanah menahan air …………................. 11
4 Percobaan kapilaritas tanah, gelas kimia, di ganti dengan cawan
petri yang telah dialasi kertas saring…………………………… 13
5 Potometersederhana..................................................................... 17
6 Diagram alat ukur tekanan akar.................................................. 19
7 Kecambah normal pada pakcoy cv. BriskGreen (A), kecambah
abnormal pada pakcoy cv. BriskGreen (B)………………….... 24
8 Perlakuan scarifikasi biji saga dengan perlakuan di amplas (A),
diretakkan (B), H2SO4 50% (v/v) 15 menit (C) dan H2SO4 50% 26
(v/v) 30 menit (D)……………………………...........................
9 Biji bunga matahri (A), seledri (B) dan biji pisang liar (C) 28
10 Pengukuran fotosintesis dengan AUDUS (A), Pemasangan
tabung yang berisi Hydrilla verticillata (B)………………....... 31
11 Respirometer model ganong (A), Tube pada alat repirometer
yang diisi dengan larutan minyak gorek (B), Tube pada alat 35
respirometer yang diisi dengan NaOH 20% ..............................
12 Alat manorespirometer …………………………………........... 38
13 Alat gerak dan pertumbuhan batang........................................... 41
14 Peletakkan pisang dan cabe sebelum pengamatan……………... 47
viii
I. PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM
2. FORMAT LAPORAN.
PENDAHULUAN (20)
(berupa latar belakang teori atau tinjauan pustaka ringkas yang
berkaitan dengan percobaan yang dilakukan)
Tujuan Praktikum
x
METODE (20)
Tempat dan Waktu Praktikum.
Alat dan Bahan
Pelaksanaan Percobaan:
Air dan Hubungannya pada Tumbuhan
Percobaan 1.1 Difusi larutan pada medium
Percobaan 1.2 Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap imbibisai
biji kedele
KESIMPULAN (10)
Kesimpulan dapat dibuat dalam bentuk paragraf atau penomoran
xi
CONTOH PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM
Abstrak
Maks. 200 kata
PENDAHULUAN
METODOLOGI
Pelaksanaan Percobaan
Perc. 1. Difusi larutan pada media padat
Perc. 2. Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap imbibisi kedele.
KESIMPULAN
Runutkan sesuai tujuan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.mendeley.com/guides/apa-citation-guide/
xii
III. SISTEM PENILAIAN
Nilai praktikum diambil dari ujian (45%), nilai laporan praktikum
(35%), Pre-Test/Post Test (15%). Nilai kehadiran, nilai ketekunan dan
kerapihan (5%). Nilai akhir tersebut selanjutnya diolah untuk
mendapatkan nilai akhir mata kuliah Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
1. Larutan % (persen)
Adalah larutan yang menunujuk perbandingan jumlah zat terlarut
dengan zat pelarut. Perbandingan tersebut berupa :
a. Perbandingan jumlah berat (gr) zat terlarut dalam 100 gram
pelarut (W/W)
b. Perbandingan jumlah berat (gr) zat terlarut dalam 100 ml pelarut
(W/V)
c. Perbandingan jumlah volume (ml) zat terlarut dalam 100 ml
pelarut (V/V)
d. Perbandingan jumlah volume (ml) zat terlarut dalam 100 gram
pelarut (V/W)
Contoh.
Larutan 20% glucosa (W/V) dibuat dengan cara: 20 gram sukrosa
dimasukkan kedalam gelas ukur dan ditambahkan aquades sampai
volume 100 ml.
2. Molar (M)
Suatu larutan disebut 1 M bila larutan itu dibuat dengan melarutkan
1 mol zat dalam sejumlah pelarut (air) hingga total volume larutan
menjadi 1 liter.
xiii
Contoh :
1 M sukrosa dibuat dengan melarutkan 1 mol sukrosa (342 gr
sukrosa) ditambah air sampai volume larutan 1 liter. [1 M = x
gr/BM (sukrosa) dalam liter].
3. molal (m)
Suatu larutan disebut 1 m (molal) bila larutan tersebut dibuat dengan
melarutkan 1 mol zat dalam 1000 gram pelarut (air).
Contoh :
Berat molekul sukrosa 342, jadi 1 mol sukrosa = 342 gram.
4. Normal (N)
Larutan N adalah larutan yang berasal dari sejumlah zat elektrolit
yang dilarutkan dalam air hingga volume larutan menjadi 1 liter.
Gram ekivalen suatu zat tergantung dari hydrogen ekivalen zat
tersebut. Jadi larutan normal ditentukan oleh konsentrasi ion H+
dalam larutan tersebut.
xiv
PERCOBAAN I.
AIR DAN HUBUNGANNYA PADA TUMBUHAN
PENDAHULUAN
Pelaksanaa Percobaan
1. Buatlah larutan agar dengan konsentrasi 1 %, 0.8 %, 0.6 % dan 0,4
% (w/v), dan masukan larutan kedalam tabung reaksi sebanyak 10
ml.
2
2. Tandai tinggi permukaan agar setelah beku, selanjutnya kedalam
masing-masing tabung tambahan 2 ml metilen biru 1 % (Gambar
1).
3. Tutup mulut tabung untuk mencegah penguapan, kemudian
letakkan pada permukaan yang rata selama 2 hari.
4. Amati pergerakan difusi metilen biru pada tabung reaksi dan ukur
besaran difusi zat metilen biru dalam tabung reaksi tersebut dalam
satuan tertentu (cm/mm).
5. Buat hasil pengamatan saudara tersebut dalam bentuk Tabel atau
Gambar (Histogram/Grafik/Foto percobaan).
2 ml Metilen biru 1%
Agar pasar
3
PERCOBAAN 1.2 PENGARUH KONSENTRASI NaCl
TERHADAP PROSES IMBIBISI BIJI
KEDELAI (Glycine max L.)
Pelaksanaan percobaan.
1. Keringkan kedelai dalam oven 60 ºC selama 2 hari.
2. Buatlah larutan NaCl 4 M, 2 M, 1 M dan 0,5 M masing-masing
sebanyak ± 100 ml.
Ke empat larutan tersebut masing-masing mempunyai tekanan
osmosis -130, -72, -38 dan -19 atm.
3. Masukkan kedalam 5 botol yang telah disiapkan biji jagung / kedelai
yang sudah dikeringkan masing-masing 8-10 gram, kemudian
masukan kedalam botol 1 sampai dengan 4 larutan NaCI 4 M, 2 M,
1 M dan 0,5 M sampai biji-biji kedelai terendam. Botol ke 5 diisi air
sebagai kontrol. Tutup gelas dengan plastik bersih, atau tambahkan
sedikit minyak goreng pada botol sampai permukaan air tertutupi.
4. Timbang berat biji dari kelima botol setelah 2 hari.
5. Buatlah hasil pengamatan saudara dalam bentuk tabel, dengan
jumlah gram air imbisisi per gram biji sebagai ordinat dan tekanan
osmosis sebagai absis.
4
PERCOBAAN II.
PENGUKURAN POTENSIAL AIR (PA) DAUN
DENGAN METODE CHARDAKOV’S
PENDAHULUAN
Pelaksanaan percobaan
1. Isi tabung vial dengan larutan sukrosa yang telah disediakan.
Tiap tabung diisi larutan sukrosa yang berbeda beda masing
masing sebanyak 10 ml.
2. Masukkan daun kedalam masing masing tabung vial, kemudian
tutup dengan alumunium foil masing masing tabung, biarkan
selama 80 menit, setelah 80 menit keluarkan daun dari tabung
6
vial dengan menggunakan pinset atau jarum bertangkai. Untuk
tiap tabung gunakan pinset yang berbeda.
3. Larutan sisa selanjutnya di tes dengan larutan asal yang
konsentrasinya sama yang sebelumnya telah diwarnai dengan
kristal metilen biru 2%.
4. Teteskan larutan pengetes di atas sisa larutan perendam daun
secara perlahan lahan dengan menggunakan pipet halus atau
siring dan amati gerakan larutan pengetes.
5. Perhatikan pergerakan larutan pengetes, apa arti apabila:
a. Larutan pengetes jatuh ke dasar larutan sisa.
b. Larutan pengetes dipantulkan ke atas.
c. Larutan pengetes melayang (tidak dipantulkan dan juga tidak
tenggelam)
7
PERCOBAAN III.
HUBUNGAN AIR DAN TANAH
PENDAHULUAN
Tanah adalah bangunan alam yang komplek yang terdiri dari lima
komponen utama hara mineral, bahan organic (SOM), air tanah, udara
tanah, dan organisme hidup. Lapisan teratas dari tanah, merupakan
tempat tanaman mengabsorpsi hampir semua air dan mineral yang
dibutuhkanya, mengandung beraneka ragam organisme hidup yang
berinteraksi satu sama lain dan berinteraksi dengan lingkungan fisik.
Unsur hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tumbuhan bersama-
sama membentuk bagian padat dari tanah., diantara bagian padat
terdapat pori-pori tanah yang berisi air dan udara (Gambar 2).
Aliran air melalui tanah dipengaruhi oleh strukturnya, dimana pori-
pori penghubung merupakan jalur alami untuk pertukaran air dan udara.
Pergerakan air (konduktivitas) melalui tanah tidak hanya dipengaruhi
oleh porositas total, tetapi juga terutama oleh ukuran pori-pori, dan
proporsi relatif pasir, lanau (butiran batu yang lebih kecil daripada pasir
halus) dan tanah liat menentukan sifat tersebut. Pembentukan struktur
tanah terutama dipengaruhi oleh tekstur tanah (kandungan lempung),
keberadaan kation divalen, dan SOM (soil organic matter) (Al-Kaisi et
al., 2017).
Sifat fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan
dan komposisi mineral dari partikel tanah, macam dan jumlah bahan
organik, volume dan bentuk pori-porinya, serta perbandingan air dan
udara yang menempati pori pada waktu tertentu (Gambar 3). Tanah
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengikat air.
Kemampuan ini tergantung pada sifat fisik tanah yaitu tekstur tanah.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi
pasir, debu dan liat. Topsoil yang paling fertil, mendukung sebagian
besar pertumbuhan adalah loam. Loam tersusun atas pasir, lempung dan
tanah liat dalam jumlah yang kira-kira setara. Tanah loam memiliki
cukup banyak partikel lempung dan tanah liat yang berukuran kecil
untuk menyediakan area permukaan yang cukup besar bagi adhesi dan
retensi mineral serta air. Tanah berpasir biasanya tidak menahan cukup
air untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat, dan tanah liat
cenderung menahan terlalu banyak (Campbell et al., 2002).
8
Partikel-partikel pasir ukurannya jauh lebih besar dan memiliki luas
permukaan yang kecil (dengan berat yang sama), dibanding dengan
partikel debu dan liat. Luas permukaan butir liat sendiri diketahui jauh
lebih besar dari luas permukaan partikel debu (Hakim et al, 1986).
Sebagian air yang masuk kedalam tanah akan diikat oleh koloid tanah
(disebut air higroskopis), dan sebagian lagi ditahan dalam rongga
kapiler diantara partikel-partikel tanah (disebut air kapiler). Air
didalam tanah diatas kapasitas lapang disebut air bebas (air drainasi).
Kapilaritas juga merupakan fenomena fisik dari tanah. Ujung pipa
bila diletakan tegak lurus tepat dipermukaan air, maka air akan naik
dalam pipa tersebut, dan mencapai permukaan yang lebih tingggi dari
permukaan air di luar pipa. Gaya-gaya yang bekerja pada gejala
kapilaritas adalah: (1) gaya adhesi antara gelas dengan air; (2) pada
waktu yang bersamaan, karena adanya gaya tarik menarik antara
molekul-molekul air (kohesi), maka bagian air yang tidak dipengaruhi
gaya adhesi akan tertarik keatas. Semakin kecil tabung kapiler makin
tinggi kolom air dalam tabung tersebut. Hal ini disebabkan jumlah
permukaan adhesive per satuan botol air lebih besar dalam tabung kecil
dari pada tabung besar (Hakim et al. 1986).
Gambar 2.(A) Skema representasi ruang pori dan agregat tanah dan (B)
Representasi skematis berdasarkan volume komponen tanah yang
berbeda pada kondisi optimal untuk pertumbuhan tanaman. Total
komponen bahan padat (mineral dan bahan organik) mencapai 50%
dan ruang pori 50% dari total volume tanah, yang terbagi secara
merata antara air dan udara. Volume air dan udara dapat terjadi
pertukaran seperti yang ditunjukkan oleh panah, tergantung pada
kondisi kelembaban tanah (Al Kaisi et al., 2017)
9
PERCOBAAN 3.1 KEMAMPUAN TANAH MENAHAN AIR
Pelaksanaan percobaan.
1. Sampel tanah yang sudah dipersiapkan (tanah liat, pasir dan humus)
dikeringkan dalam oven 70ºC – 48 jam, atau disangrai masing-
masing sampai kering (Hati-hati jaga tanah tidak berubah warna
menjadi kehitaman), selanjutnya timbanglah sebanyak 10 – 15 gr.
2. Jika tanah liat dan humus masih menggumpal, haluskan dengan
mortar sampai mendekati ukuran yang sebenarnya.
3. Tutuplah corong bagian dalam dengan kertas isap / kapas dalam
keadaan basah, kemudian letakan corong di atas gelas ukur.
4. Masukan ke tiga jenis tanah tadi kedalam setiap corong.
5. Tuanglah air secara perlahan kedalam corong dalam jumlah tertentu
(± 20 ml). Biarkan hingga air dalam corong tidak menetes lagi
(Gambar 3).
6. Ukurlah volume air yang tertampung dalam gelas ukur, dan
hitunglah presentase air yang diserap dari berbagai jenis tanah itu.
Apakah ketiga hasil itu sama? Mengapa demikian? bandingkan pula
dengan hasil percobaan kelompok lain.
10
Gambar 3. Percobaan Kemampuan Tanah Menahan Air
11
PERCOBAAN 3.2 DAYA KAPILARITAS TANAH
Pelaksanaan percobaan.
1. Keringkan sample tanah dalam oven 70ºC – 48 jam, atau dapat pula
disangrai.
2. Jika tanah liat dan humus masih menggumpal, haluskan dengan
mortar sampai mendekati ukuran sebenarnya. Letakan kertas isap
didalam cawan Petri.
3. Masukan tanah yang telah disiapkan kedalam salah satu alat
kapilaritas dan usahakan menjadi padat, dengan jalan mengetuk-
ngetuk pipa kapilaritas. Tanah telah padat apabila pipa diangkat,
tanah didalam tidak jatuh.
4. Letakan dengan hati-hati alat kapilaritas pada cawan petri yang telah
dialasi kertas isap tadi, kemudian dirikan alat kapilaritas. Untuk ke
jenis tanah yang lain lakukukan hal yang sama (Gambar 4).
5. Tuangkan sejumlah air yang volumenya sama kedalam tiap cawan
petri.
6. Ukur ketinggian rembesan air dalam pipa kapilaritas dengan interval
waktu tertentu selama 5 x pengamatan.
7. Bandingkan kenaikan air dari ketiga jenis tanah tersebut, apakah ada
perbedaan? Mengapa hal tersebut terjadi?
12
Gambar 4. Percobaan kapilaritas tanah, gelas kimia diganti dengan
cawan petri yang telah dialasi kertas saring.
13
PERCOBAAN IV.
TRANSPORT PADA TANAMAN
PENDAHULUAN
Pelaksanaan percobaan.
1. Pilih satu tumbuhan (Acalypha sp./Coleus sp.) yang tangkainya
dapat masuk kedalam pipa karet photometer, kemudian potong
dalam wadah (ember) yang berisi air agar pada bekas potongan
batang tidak terdapat gelembung udara.
2. Potometer disiapkan, buka sumbat photometer dan isi dengan air
hingga penuh.
3. Potong pangkal tumbuhan 5 – 10 cm, usahakan daun tidak basah.
4. Masukkan pangkal tanaman kedalam pipa karet dan olesi setiap
sambungan dengan lilin/seal tape/vaselin. Pekerjaan ini harus
dilakukan dengan hati-hati dengan menjaga tangkai tanaman agar
tidak lepas kontak dengan air (Mengapa?).
15
5. Lakukanlah hal yang sama untuk kedua potometer yang lain,
kemudian letakkan photometer pada 3 lokasi, yaitu tempat terbuka,
teduh dan tertutup (dalam ruangan).
6. Untuk mengukur kelembaban udara pada setiap tempat, gunakan
hygrometer.
7. Biarkan tumbuhan bertranspirasi. Bila terjadi penyerapan air akibat
adanya transpirasi, maka air akan bergerak kearah tabung tanaman.
8. Untuk memudahkan pengamatan dapat menggunakan larutan eosin
sedikit, dengan cara menyuntikan pada pipa kapiler dengan
menggunakan siring.
9. Pengamatan dilakukan secara bersamaan pada ketiga photometer
tersebut (dapat bekerja sama dengan teman lain). Catat pergerakan
eosin/gelembung udara dari a-b, setiap 5 menit, selama 4-5 x
pengamatan (20/30 menit), dengan mengetahui volume pipa kapiler
sepanjang a-b ini. akan diketahui jumlah air yang ditraspirasikan
selama pengamatan.
10. Bila pengamatan selesai, petiklah seluruh daun untuk diukur luas
totalnya. Sehingga dapat diketahui jumlah ml air yang
ditraspirasikan/satuan luas daun/satuan waktu pada setiap kondisi
lingkungan yang diamati tadi.
16
A. (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Potometer,
http://botanystudies.com/factors-affecting-transpiration-experiment/)
B.
17
PERCOBAAN 4.2. TEKANAN AKAR PADA TUMBUHAN
Pelaksanaan percobaan.
1. Persiapakan tanaman yang mempunyai diameter batang sama
dengan diameter pipa karet alat ukur tekanan akar, pada ketinggian
± 3cm. Tanaman dapat ditumbuhkan dalam polybag atau di lahan
tanaman FMIPA UNJ. Jika media tanam yang ada dalam polybag
berupa arang sekam, segera diganti dengan media tanah.
2. Siramlah tanaman dengan air, kemudian potong batang pada
ketinggian tersebut.
3. Isi pipa kapiler alat ukur tekanan akar dengan air yang diberi eosin
atau methilen blue sampai penuh dan usahakan agar tidak ada
gelembung udara.
4. Hubungkan pipa karet dari alat ukur tekanan akar dengan batang
tanaman yang telah dipotong, dan olesi setiap perhubungan dengan
lilin / seal tipe / vaselin.
5. Biarkan beberapa saat sampai ketinggian air dalam pipa kapiler
konstan
6. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi permukaan air dalam pipa
kapiler dengan interval waktu pengamatan 15 menit selama 4-5 kali
pengamatan.
7. Jika permukaan air dalam pipa kapiler lebih, dapat diisap dengan
menggunakan siring.
18
A.
(Sumber: http://www.biologydiscussion.com/)
B. C.
Gambar 6. Diagram Alat Ukur Tekanan Akar (A); Pemasangan alat ukur
tekanan akar pada statif (B); Pengisian pipa kapiler dengan
air yang diwarnai dengan eosin (C)
19
PERCOBAAN V.
PERKECAMBAHAN DAN DORMANSI BIJI
PENDAHULUAN
Perkecambahan
Perkecambahan menurut definisi umum adalah suatu proses dimana
biji sebagai plasma nutfah (germplasm) mulai berkecambah, tumbuh
dan berkembang membentuk tanaman baru. Perkecambahan biji
merupakan istilah untuk menunjukan proses-proses yang dimulai dari
hidrasi (imbibisi air) oleh biji kering dan berakhir bila sebagaian dari
embrio menembus kulit biji (Prawiranata et al. 1981). Menurut definisi,
perkecambahan merupakan peristiwa yang diawali dari pengambilan air
oleh benih kering (quiescent dry seed) dan diakhiri dengan pemanjangan
embrio axis (Bewley dan Black, 1994). Pada umumnya radikula (akar)
yang akan terlebih dahulu menembus biji kulit, akan tetapi pada
beberapa tanaman, plumula (batang) yang lebih dahulu.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara umum terdiri dari
3 tahapan: (1) Embriogenesis, yang merupakan bagian dari
perkembangan biji; (2) Perkembangan vegetatif, yang mencakup
perkecambahan biji dan perkembangan vegetatif tanaman; (3)
Perkembangan generatif, yang mencakup pembungaan, polinasi dan
fertilisasi. Biji kering mempunyai laju metabolisma yang rendah
(Mayer dan Mayber 1989; Taiz dan Zeiger 2002).
Proses metabolisma perkecambahan biji secara ringkas adalah: (1)
Meningkatnya laju respirasi apabila terjadi ambibisi air, (2) Terjadi
pemecahan bahan-bahan cadangan pada biji, reaksi ini juga diinisiasi
oleh adanya hidrasi protein (Mayer dan Mayber, 1989), sehingga
terjadi transport hasil pemecahan dari satu bagian ke bagian lain; (3)
Sintesis material baru dari hasil pemecahan tersebut.
Perkecambahan biji dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.
Faktor lingkungan utama yang dibutuhkan adalah air, oksigen,
temperature, cahaya atau kondisi gelap (beberapa jenis biji diperlukan
perlakuan cahaya). Perkecambahan juga harus bebas dari garam-garam
anorganik yang berkonsentrasi tinggi, dan bebas dari zat penghambat
(retardant). Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan biji
adalah adanya dormansi pada biji (dormansi kulit biji dan dormansi
embrio).
20
Dormansi
Dormansi adalah kondisi biji yang tidak dapat berkecambah,
dimana pertumbuhan dan metabolisme nya terpendam. Hal ini
disebabkan keadaan kondisi lingkungan (suhu, kelembaban dan
atmosfer) yang tidak sesuai dan faktor dari keadaan fisik biji itu sendiri.
Beberapa jenis biji mempunyai testa yang keras dan tidak dapat
ditembus air (impermiabel), menyebabkan biji dalam keadaan dorman,
sehingga sulit dan memakan waktu yang lama untuk dapat berkecambah
walaupun faktor lingkungan yang dibutuhkan untuk telah terpenuhi.
Lamanya dormansi dan mekanisme dormansi berbeda antar spesies dan
antar genotip (Ilyas, 2012).
Dormansi bukan berarti biji tersebut mati atau tidak dapat tumbuh
kembali, akan tetapi hanya terjadi masa istirahat dari pada biji itu
sendiri. Beberapa perlakuan dapat diberikan pada biji, sehingga tingkat
dormansinya dapat diturunkan dan presentase perkecambahannya tetap
tinggi. Perlakuan tersebut dapat ditujukan pada kulit biji, embrio,
maupun endosperm biji. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan
faktor penghambat perkecambahan dan mengaktifkan kembali sel-sel
yang dorman.
Usaha pematahan dormansi dapat dilakukan melalui beberapa
metode antara lain; (1) Perlakuan secara mekanis yaitu pengurangan
ketebalan kulit atau skarifikasi, perendaman dalam air, penyimpanan
benih dalam kondisi lembab dengan suhu dingin dan hangat atau disebut
stratifikasi (Widajati et al., 2013); (2) Perlakuan secara kimiawi dengan
penggunaan senyawa kimia tertentu seperti pemberian Asam Sulfat
pekat, Kalium Hidroksida, Asam Hidroklorit, Kalium Nitrat, Thiourea,
Gibberelin dan Auksin agar air dapat masuk kedalam biji.
21
PERCOBAAN 5.1. PENGARUH CAHAYA PERKECAMBAHAN
BENIH.
Pelaksanaan percobaan
1. Lakukan seleksi terhadap benih dengan cara merendam benih dalam
air, kemudian pilih 200 butir yang baik.
2. Alasi dasar petri dengan kapas (tipis saja) atau kertas isap dan beri
air agar lembab
3. Letakkan benih cabai/tomat/pakcoy/selada/padi sebanyak 50 biji
dalam setiap petri
4. Letakkan petri ke-1 dan 2 ditempat gelap dan petri 3 dan 4 ditempat
terang
5. Lakukan pengamatan terhadap jumlah benih yang berkecambah
selama 1 minggu di kedua tempat
6. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah benih yang berkecambah
setiap hari sampai 10-14 hari (kecuali hari sabtu dan ahad).
Hitunglah % (persentase) perkecambahan biji-biji tersebut (pada
hari ke-i).
22
c. Benih ditanam di atas lembaran kertas merang berukuran 20 x
30 cm yang terlebih dahulu dibasahi.
d. Kertas merang yang telah ditanami benih diletakkan di dalam
baki dan ditempatkan pada kondisi gelap. Pengamatan
dilakukan terhadap kecambah normal, kecambah abnormal
(Tefa, 2017).
Daya Berkecambah
Daya berkecambah (DB) merupakan parameter viabilitas potensial
dinyatakan dalam satuan persen.
Daya berkecambah dihitung berdasarkan persentase kecambah normal
(KN) pada pengamatan pertama (Cth. hari ke-5) sampai pengamatan
terakhir (Cth. hari ke-7), dihitung dengan rumus:
23
A B
Indeks Vigor
Indeks Vigor dihitung berdasarkan presentase benih normal pada hitungan
pengamatan pertama (hari ke-i), dihitung dengan rumus :
Cth: Perhitungan benih normal pada pengamatan hari ke 5
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒−5
Indeks Vigor (%) = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
Kecepatan Tumbuh (K )
CT
Kecepatan Tumbuh dihitung berdasarkan akumulasi kecepatan tumbuh setiap hari
dalam persen per hari, dengan rumus:
𝑁
K (%) = ∑𝑡𝑛
0 𝑡
CT
Keterangan :
N = % KN setiap waktu pengamatan
t = waktu pengamatan
tn = waktu akhir pengamatan
Keserempakan Tumbuh (K )
ST
Pengamatan dilakukan terhadap kemampuan benih untuk membentuk kecambah
normal (%) (Misal dilakukan pada 6 atau 10 HST)
∑ 𝐾𝑁 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒−6
K (%) = ∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 x 100%
ST
24
PERCOBAAN 5.2 PENGARUH PERLAKUAN FISIK DAN
KIMIA TERHADAP PEMATAHAN
DORMANSI PADA BIJI
Pelaksanaan percobaan.
1. Percobaan ini dilakukan dengan menanam biji yang telah diberi
perlakuan scarifikasi secara fisik dan kimia. Perlakuan yang diuji
sebanyak 4 perlakuan yaitu scarifikasi fisik dengan pengamplasan
(F1) dan peretakkan biji (F2), serta scarifikasi kimia dengan
perendaman biji dalam H2SO4 pekat (50% - v/v) selama 15 (K1) dan
30 menit (K2) (Tabel 1). Setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali
dan setiap ulangan ditanam 1 benih.
2. Biji yang digunakan disteriliasi permukaannya dengan merendam
bii dalam larutan fungisida (2%) selama 10 menit, kemudia cuci
dengan menggunakan air steril atau air yang telah dimasak.
3. Perlakuan F1 dilakukan dengan menggosok kulit biji dengan amplas
kasar (amplas besi) pada bagian yang tidak ada lembaganya.
Perlakuan F2 dilakukan dengan meretakkan kulit biji dengan
tang/palu pada bagian yang tidak ada lembaganya.
4. Perlakuan K1 dilakukan dengan merendam biji dalam larutan H2SO4
pekat selama 15 menit, sedangkan K2 dilakukan dengan merendam
biji dalam larutan H2SO4 pekat selama 30 menit.
5. Biji-biji tersebut selanjutnya disterilisasikan kembali dengan
merendam biji dalam larutan klorox 10% (NaOCl komersial) selama
5 menit, selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan kertas tissue.
6. Tanam biji-biji tersebut dalam cawan petri bersih yang telah diberi
alas kapas sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Kerjakan
keseluruhan pekerjaan dengan aseptis.
25
7. Pengamatan dilakukan setiap hari (kecuali Sabtu dan Minggu)
terhadap hari berkecambah dan jumlah biji yang berkecambah. Biji
yang telah berkecambah dapat segera dikeluarkan dari cawan petri.
8. Lakukan pengamatan sampai usia 2 minggu setelah tanam (2 MST)
dan perhatikan kelembabannya.
9. Data diolah dengan menghitung rata-rata jumlah biji yang
berkecambah dan persentase perkecambahan. Olah data saudara
dengan menggunakan statistic deskriptif (± SE dan ± SD).
A B
C D
Gambar 8. Perlakuan scarifikasi biji saga dengan perlakuan di
amplas (A), diretakkan (B), H2SO4 50% (v/v) 15
menit (C) dan H2SO4 50% (v/v) 30 menit (D)
26
PERCOBAAN 5.3 PENGARUH Indole 3-Acetic Acid (IAA) DAN
Kinetin (KIN) TERHADAP
PERKECAMBAHAN BIJI BUNGA
MATAHARI (Helianthus annuus L).
Pelaksanaan percobaan.
1. Biji bunga matahari atau biji tomat dilakukan sterilisasi dengan
merendam biji dalam larutan klorox 10% selama 10 menit,
selanjutnya direndam dalam berbagai perlakuan sesuai dengan
rancangan percobaan pada Tabel 2.
2. Rancangan percobaan acak lengkap (RAL) Pola Faktorial.
Faktor yang diuji:
Zat Pengatur Tumbuh: IAA 10 ppm dan KIN 5 ppm
Waktu Perendaman : 30 dan 60 menit.
Jumlah perlakuan 4 dengan 10 ulangan. Perlakuan yang diuji biji
bunga matahari/biji tomat direndam dalam larutan IAA 10 ppm
selama 30 menit (A1B1). Direndam dalam larutan IAA 10 ppm
selama 60 menit (A1B1). Larutan KIN 5 ppm selama 30 menit
(A2B1) serta direndam larutan KIN 5 ppm selama 60 menit (A1B1).
3. Biji bunga matahari atau tomat yang telah diberi perlakuan (Tabel
2), selanjutnya dikecambahkan dalam cawan petri yang telah dialasi
kapas.
4. Prosedur selanjutnya lakukan seperti point 7,8, 9 pada Percobaan
4.2.
27
Tabel 3. Rancangan Percobaan Pengaruh IAA dan KIN terhadap
Perkecambahan Biji.
ZPT (ppm)
Waktu Perendaman IAA 10 ppm KIN 5 ppm
(menit) (A1) (A2)
30 (P1) A1P1 A2P1
60 (P2) A1P2 A2P2
Gambar 9. Biji bunga matahari (A), seledri (B) dan biji pisang liar (C)
Dan Dialah yang menurunkan air dan langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air
itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-
tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak. (QS. Al-An’am [6]: 99)
28
PERCOBAAN VI.
FOTOSINTESIS PADA TUMBUHAN
PENDAHULUAN
Pelaksanaan percobaan.
1. Masukan Hydrilla kedalam penyungkup dalam keadaan terbalik
(pangkal tanaman menghadap ke atas).
2. Isi tabung persediaan dengan aquadest hingga penuh, kemudian
masukkan penyungkup yang berisi tanaman kedalam tabung air dan
letakkan sumbat secara rapat dengan dinding tabung air, beri lilin /
seal tipe / vaselin.
3. Seluruh perangkat dipasang pada statif dan usahakan tabung
persediaan mempunyai letak lebih tinggi.
4. Gunakan klem Hoffman untuk mencegah lajunya aliran air dari
tabung persediaan, dan usahakan sebelum percobaan dimulai
gelembung udara yang ada didalam pipa kapiler dihilangkan.
5. Isi gelas kimia dengan air bersih (aquadest) dan letakan
thermometer didalamnya.
30
6. Letakan perangkat percobaan pada tempat yang mendapat sinar
matahari. Catat waktu percobaan dan perhatikan suhu air.
7. Jika udara dalam pipa kapiler penuh tetapi percobaan belum selasai,
udara dapat dibuang dengan jalan membuka klem Hoffman sedikit.
8. Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk percobaan yang
menggunakan media air kotor/selokan dan air biasa air
sumur/ledeng). Ukurlah pH ketiga sampel air.
A.
B.
31
PERCOBAAN VII.
RESPIRASI PADA TUMBUHAN
PENDAHULUAN
33
PERCOBAAN 7. RESPIRASI AEROB PADA KECAMBAH
Pelaksanaan percobaan.
1. Buatlah kecambah kacang hijau dengan umur 24 jam, kemudian
bersihkan kecambah tersebut dari bagian yang berwarna hijau.
2. Buatlah larutan KOH / NaOH 20 % (v/v).
3. Siapkan 2 set alat respirometer model Ganong.
4. Pada 1 set alat respirometer Ganong, masukan beberapa butir
kecambah kedalam labu ganong sampai memenuhi lekukan,
kemudian keluarkan kembali dan timbanglah kecambah tersebut.
Setelah itu masukan kembali kedalam labu Ganong.
5. Masukan larutan KOH / NaOH 10 % kedalam tabung terbuka
sampai mencapai skala yang tertera pada tabung.
6. Tutup tabung yang memiliki labu dengan tutup yang ada dan olesi
setiap perhubungan dengan lilin / vaselin.
7. Samakan ketinggian zat cair pada kedua tabung dan cacat ketinggian
permukaan zat cair. Lakukan pula hal yang sama untuk perangkat
alat yang kedua yang menggunakan methylene blue / mimyak
goreng (catatan: berat kecambah untuk perangkat yang kedua sama
dengan perangkat pertama).
8. Letakan kedua perangkat alat pada tempat yang aman dan biarkan
selama 24 jam. Setelah 24 jam catat perubahan ketinggian
permukaan zat cair.
Catatan.
Jika menggunakan minyak goreng, perangkat percoban diberi tanda agar
kemungkinan pemakai selanjutnya tidak mengalami kegagalan
34
A. Sumber: http://www.biologydiscussion.com/)
B. C.
35
PERCOBAAN VIII.
PENGUKURAN SECARA KUANTITATIF VOLUME GAS
PADA RESPIRASI ANAEROB (FERMENTASI).
PENDAHULUAN
Pelaksanaan percobaan.
1. Lepaskan pipa kapiler respirometer dari karet penghubung.
2. Isi pipa kapiler dengan air raksa sampai skala 0 dengan
menggunakan siring dan jangan sampai ada gelembung udara.
3. Pasangkan kembali pipa kapiler manorespirometer pada bantalan
logam dan hubungkan kembali dengan pipa karet.
4. Buatlah larutan glukosa 5 % sebanyak 10 cc. Masukan ragi
sebanyak 2 gram kedalam tabung eksperimen I dan tambahkan 8 cc
larutan gula yang sudah tersedia, sedangkan untuk tabung
eksperimen yang satu lagi masukkan aquadest sebanyak 10 cc.
5. Letakkan tabung I disebelah kiri (bila praktikan menghadap skala)
dan tabung II disebelah kanan. Hubungkan dengan sumbat dan olesi
lilin/vaselin pada setiap sambungan.
6. Isi piala kimia dengan air dan masukkan / rendam tabung
eksperimen I dan II didalamnya agar suhu keduanya sama. Atur
tinggi permukaan air raksa pada pipa kapiler.
7. Setelah sama tinggi catat waktu dan mulai percobaan untuk
pengamatan selama 1 menit dalam 5 kali pengamatan.
8. Jika tinggi permukaan air raksa melewati batas skala yang ada,
kembalikan ke kedudukan semula.
9. Hitunglah jumlah gas yang dihasilkan persatuan waktu tertentu.
37
Catatan.
Jumlah gas yang dihasilkan dapat dicari dengan rumus :
h2 – h1
X=kx x 0.02 cc/menit
t2 – t1
38
PERCOBAAN IX.
GERAK DAN PERTUMBUHAN BATANG
PENDAHULUAN
39
PERCOBAAN 9. GERAK DAN PERTUMBUHAN BATANG
Pelaksanaan percobaan.
1. Tabung contoh diisi air sampai penuh, kemudian masukan tiap
tangkai tanaman Coleus sp atau tanaman berbatang basah lainnya
kedalamnya melalui sumbat gabus/karet berlubang satu, sampai
tangkainya dapat menempati dasar tabung.
2. Tutup erat sumbat gabus kedalam tabung contoh, dan olesi setiap
hubungan dengan lilin.
3. Letakkan tiga tabung tersebut pada statif 1 dalam posisi tegak,
mendatar dan terbalik dengan penjepit klem serbaguna, sedangkan
ke tiga tabung contoh lainnya diletakkan pada statif II.
4. Satu perangkat diletakan di tempat gelap dan satu lagi di tempat
terang (banyak sinar).
5. Gambarkan arah pertumbuhan batang setelah 5 hari. Analisa
mengapa hal tersebut dapat terjadi.
40
Gambar 13. Alat gerak dan pertumbuhan batang
41
PERCOBAAN X.
INTERKONVERSI METABOLIK SENYAWA KIMIA
GULA-PATI
PENDAHULUAN
42
Pelaksanaan Percobaan :
1. Ambillah daun dari tumbuhan Acalypha sp., atau dan Coleus sp
yang beberapa jam telah terkena sinar matahari atau dapat bila
tumbuhan lain yang tidak seluruh helaian daunnya mengandung
klorofil.
2. Ambil pula helaian daun yang seluruhnya mengandung klorofil.
3. Rendam dalam gelas kimia yang berisi alkohol 95% yang
diletakkan di atas lampu spirtus selama ±20 menit, kemudian
ambil helaian daun tersebut dan cuci dengan air panas.
4. Rendam dalam cawan petri berisi larutan I2KI beberapa menit.
Cuci dan bilas dengan air.
5. Bentangkan daun tersebut dalam cawan petri. Warna ungu tua
menunjukkan adanya pati.
Pelaksanaan Percobaan :
1. Masukkan 25 ml larutan gula berupa Sukrosa 0,5 M, Glukosa
0,5 M, Fruktosa 0,5 M dan air suling kedalam gelas kimia.
2. Petik 9 jagung yang beretiolasi, letakkan 2 daun pada setiap
gelas kimia hingga pangkalnya terendam larutan. Setiap daun
diberi tanda pengenal sesuai dengan perlakuan yang diberikan
(seperti dilubangi, disobek sedikit).
3. Potong setiap daun sejauh 1 cm dari pangkalnya dalam larutan
tersebut.
4. Simpan gelas kimia dalam lemari atau laci tertutup selama 48
jam.
43
5. Adakan uji pati pada daun beretiolasi yang ke 9 (yang tidak
diberi perlakuan).
6. Setiap 48 jam adakan pula uji pati pada daun yang diberi
perlakuan.
7. Bandingkan perlakuan tersebut. Dari hasil percobaan tersebut
sistem enzim apakah yang diduga terdapat dalam daun ?
44
PERCOBAAN XI.
PENGARUH ETILEN TERHADAP
PEMASAKAN BUAH
PENDAHULUAN
45
Alat dan Bahan
1. Wadah plastik dengan penutup (2 buah)
2. Buah pisang (Musa sp) masak
3. Buah tomat (Solanum lycopersicum L.), atau cabe (Capsicum
frutescens L) yang belum matang
Pelaksanaan Percobaan :
1. Siapkan satu buah pisang yang sudah matang dengan warna
kuning, selanjutkan bersihkan permukaan kulit pisang dengan
alkohol 70%. Buah pisang yang digunakan dapat berupa buah
pisang jenis pisang meja (dessert type) seperti pisang ambon,
barangan, raja sereh, atau pisang olahan (cooking type) seperti
pisang kepok, tanduk, nangka.
2. Siapkan 2 (dua) wadah plastik yang tembuh cahaya dengan
tutupnya dan cuci bersih, selanjutnya rendam bagian dalam
dengan air panas selama 5-10 menit, atau jika wadah tahan panas
bisa direbus sejenak.
3. Keringkan wadah dan tutup dengan menggunakan tissue bersih
dan bersihkan permukaan dalam dengan alkohol 70%.
4. Siapkan buah tomat atau cabe (2-4 buah) yang belum matang,
selanjutnya bersihkan permukaan kulit dengan alkohol 70% dan
masukkan kedalam wadah plastik 1 (pertama), bersamaan
dengan buah pisang yang telah masak, kemudian lakukan
pemotretan pada keseluruhan buah.
5. Pada wadah plastik ke-2 (dua) masukkan buah tomat dan cabe
dengan jumlah yang sama tanpa pisang yang masak, lakukan
pemotretan juga.
6. Semprotkan kembali alkohol 70% kedalam ke-dua wadah
tersebut kemudian tutup yang rapat.
7. Amati perubahan warna dari buah pisang setiap hari dan catat
perubahan warna dari kulit buah pisang dan buah tomat atau
cabe secara kualitatif.
46
Contoh skor perubahan warna yang diamati
Hari ke-i
Warna skor Keterangan
Hijau 1 Seluruh buah hijau
Hijau muda 2 Hijau ada bagian berwana
hijau muda
Hijau- orange 3 Hijau bagian atas dan bagian
bawah buah mulai berubah
menjadi orange
Orange-hijau 4 75% bagian buah berwarna
orange
Orange 5 Sluruh buah berwana orange
47
DAFTAR PUSTAKA
Hakim N, Nyahpa MY, Lubis AM., Nugroho SG., Saui MS., Diha MA.,
Hong GB, Bailey HH., (1986). Dasar-dasar Ilmu Tanah,
Universitas Lampung. Lampung.
48
Prawiranata, W., Harran S., Tjondronegoro P. (1981). Dasar-Dasar
Fisiologi Tumbuhan. Departemen Botani, Fakultas Pertanian, IPB,
Bogor.
49
LAMPIRAN
50
Lampiran 1. Form Kehadiran Praktikum
Nama :
NIM :
52
PENUNTUN PRAKTIKUM
FISIOLOGI
TUMBUHAN
UNJ Press
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur
2022
53