Oleh :
Nama : Sri Mulyani
No. BP : 1610252014
Bidang Minat : Bakteriologi
Mata Kuliah Pokok : Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat
Hari/Tanggal : Rabu / 25 November 2020
Waktu/Tempat : 10:00 WIB / Zoom Meeting
Dosen Pembimbing : 1. Ir. Winarto, MS.
2. Dr. Haliatur Rahma, SSi, MP.
Dosen Undangan : 1. Prof. Dr.sc.agr.Ir. Trimurti Habazar (Ketua
Seminar)
2. Dr. Hasmiandy Hamid, S.P, M.Si
3. Dr. Jumsu Trisno, S.P, M.Si
Pembahas Utama : 1. Fadlika Larasati
2. Rahma Syahyuti
3. Yoza Indah Yulfani
S.M
i
DAFTAR ISI
Halaman
i
ii
iii
iv
v
vii
1
1
4
4
5
5
6
8
10
11
13
13
13
15
22
24
26
26
35
39
39
39
40
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
v
KONSORSIUM RIZOBAKTERI DALAM FORMULA CAIR
UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN
BAKTERI (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN PADI
ABSTRAK
Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) adalah bakteri patogen yang
menyebabkan penyakit hawar daun bakteri (HDB) tanaman padi. Salah satu
alternatif pengendalian penyakit tersebut dengan penggunaan rizobakteri. Plant
Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan bakteri menguntungkan
bagi tanaman sebagai bio-control dan bio-fertilizer. Konsorsium merupakan
gabungan dua atau lebih jenis bakteri yang bersifat kompatibel. Hubungan yang
sinergis didukung dengan nutrisi pada media pertumbuhan bakteri. Media cair
untuk pertumbuhan bakteri yang digunakan pada penelitian ini berasal dari limbah
air kelapa dan ekstrak daging keong mas. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui
viabilitas bakteri pada formula dan mengetahui konsorsium terbaik yang mampu
menekan perkembangan penyakit HDB dan meningkatkan pertumbuhan tanaman
padi. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri
dari 2 tahap. Tahap 1 pengujian viabilitas bakteri pada formula. Perlakuan terdiri
dari Konsorsium A (S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4),
Konsorsium B (S.pavanii KJKB 5.4 + B.cereus AJ 3.4), Konsorsium C
(S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4), dan Konsorsium D (S.pavanii
KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4) dengan waktu simpan
yang berbeda (0,2,4,dan 6 minggu). Tahap 2 pengujian konsorsium rizobakteri
sebagai agens bio-control dan bio-fertilizer pada tanaman padi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsorsium rizobakteri dalam formula cair mampu
menginduksi ketahanan tanaman padi IR64 terhadap Xanthomonas oryzae pv.
oryzae dan mampu meningkatkan pertumbuhan padi. Perlakuan D (penyimpanan
2 minggu) dapat memperpanjang masa inkubasi dan menekan keparahan penyakit
HDB pada tanaman padi dengan efektivitas total 73.44%. Perlakuan B
(penyimpanan 6 minggu) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi dengan
efektivitas total mencapai 48.06%. Konsorsium rizobakteri yang mampu menekan
perkembangan penyakit HDB sekaligus meningkatkan pertumbuhan tanaman padi
adalah perlakuan C (penyimpanan 4 minggu) dengan total efektivitas masing-
masing 62.14% dan 46.91%.
vi
vii
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman pangan utama di Indonesia,
hal ini dikarenakan beras merupakan bahan makanan pokok dan sumber
karbohidrat pertama bagi penduduk Indonesia. Sejalan dengan pertumbuhan
penduduk yang setiap tahunnya meningkat maka kebutuhan akan beras juga selalu
meningkat dari tahun ke tahun (Sa’adah et al., 2013). Menurut Kementrian
Pertanian (2019) produktivitas padi di Indonesia pada tahun 2014-2018 adalah
5,13 ton/ha, 5,34 ton/ha, 5,23 ton/ha, 5,16 ton/ha dan 5,19 ton/ha. Angka tersebut
masih dibawah produktivitas potensial padi yang mampu mencapai 6-9 ton/ha
(Suprihatno et al., 2009).
Kendala yang sering terjadi dalam sistem budidaya tanaman padi tidak
terlepas dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas
diantaranya yaitu alih fungsi lahan, tanah yang tidak subur, sistem irigasi,
pemupukan, kelembaban, suhu dan ketahanan varietas padi yang akan ditanam
serta adanya gangguan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) (Semangun,
2004). Organisme Penggangu Tanaman pada padi dapat disebabkan oleh
kelompok hama dan patogen. Patogen utama yang menyerang tanaman padi
diantaranya adalah Pyricularia oryzae (penyebab penyakit blas), Rhizoctonia
solani (penyebab penyakit hawar pelepah), Fusarium fujikuroi (penyebab
penyakit bakanae), Curvularia oryzae (penyebab penyakit bercak daun),
Burkholderia glumae (penyebab penyakit hawar malai padi), Helmintosporium
oryzae (penyebab penyakit bercak daun coklat), dan Xanthomonas oryzae
pv.oryzae (penyebab penyakit hawar daun bakteri).
Bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae (Xoo) merupakan patogen tular benih
yang dapat menginfeksi tanaman padi mulai dari persemaian sampai panen.
Apabila infeksi terjadi pada fase vegetatif akan menyebabkan kematian,
sedangkan infeksi pada fase generatif akan menyebabkan gabah tidak berisi
dengan sempurna. Dalam keadaan tertentu serangan penyakit ini dapat membuat
kegagalan produksi padi (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015).
Berdasarkan data dari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman
2
(BBPOPT, 2018) luas serangan penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada tahun
2018 adalah 17.142 Ha. Di Indonesia kehilangan hasil akibat penyakit ini dapat
mencapai 30-50% khususnya pada varietas-varietas rentan. Penyakit ini semakin
berkembang jika pertumbuhan tanaman padi tidak optimal karena kondisi lahan
yang kurang subur (Khaeruni et al., 2014). Serangan dapat mengakibatkan
kerugian yang besar secara ekonomi. Untuk memenuhi kebutuhan akan beras
nasional dan untuk mencapai swasembada maka produksi beras harus
ditingkatkan dengan cara melakukan pengendalian terhadap penyakit HDB
tersebut.
Pengendalian penyakit HDB saat ini dilakukan dengan menanam varietas
tahan dan penggunaan bakterisida. Penggunaan varietas tahan belum memberikan
hasil yang baik karena Xoo memiliki keragaman patotip dan mutabilitas gen yang
tinggi (Keller et al., 2000) sedangkan penggunaan senyawa kimia dan pestisida
dalam pengendalian penyakit tanaman dapat menyebabkan resistensi,
menimbulkan residu, dan pencemaran lingkungan. Salah satu alternatif
pengendalian yang banyak digunakan saat ini adalah pengendalian dengan agen
hayati dengan memanfaatkan mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman
seperti rizobakteri.
Rizobakteri merupakan bakteri yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman
dan merupakan bakteri yang menguntungkan bagi tanaman. Pada penelitian ini
digunakan rizobakteri dari genus Stenotrophomonas dan Bacillus. Bakteri
Bacillus cereus mampu mengendalikan penyakit hawar daun bakteri pada bawang
merah (Resti et al., 2013), layu bakteri pada tanaman kentang (Prihatiningsih et
al., 2015) dan layu bakteri pada tomat (Istiqomah dan Kusumawati, 2018). John
dan Thangavel (2017) melaporkan bahwa Stenotrophomonas maltophilia MB9
dapat meningkatkan pertumbuhan dan menekan perkembangan penyakit yang
disebabkan oleh patogen. Elhalag et al., (2016) melaporkan Stenotrophomonas
maltophilia mampu menekan keparahan penyakit layu kentang. Rahma et al.,
(2019) melaporkan bakteri Bacillus cereus , Stenotrophomonas maltophilia dan
Stenotrophomonas pavanii dapat menghambat pertumbuhan bakteri Xoo
penyebab penyakit HDB. Ketiga isolat tersebut memiliki keunggulan yang
berbeda bila diaplikasikan secara tunggal. Untuk itu perlu dikaji pengaruh
3
sawah dan salah satu hama yang merusak pertanaman padi. Oleh karena itu air
kelapa dan keong mas digunakan sebagai bahan dalam formula untuk
memanfaatkan limbah dan hama menjadi sumber nutrisi bagi pertumbuhan
rizobakteri. Campuran air kelapa dan penambahan ekstrak keong mas merupakan
perlakuan yang terbaik untuk pertumbuhan populasi bakteri dan perlu dikaji lanjut
pengaruh lama simpan yang efektif.
Pengendalian hayati dengan menggunakan rizobakteri dalam formula cair
dapat dipertimbangkan sebagai pengendalian penyakit HDB yang ramah
lingkungan. Pengujian pengaruh konsorsium dan lama simpan formula tersebut
belum dilakukan, maka dari itu penulis telah melakukan penelitian dengan judul
“Konsorsium Rizobakteri dalam Formula Cair untuk Pengendalian
Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) dan
Pertumbuhan Tanaman Padi”
B. Tujuan Penelitian
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikannformasi
mengenai konsorsium rizobakteri dalam formula cair yang efektif dalam
mengendalikan penyakit HDB yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv.
oryzae serta diharapkan hasil penelitian ini dapat implementasikan dan bermanfaat
untuk kedepannya.
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Padi
Padi (Oryza sativa L) merupakan tanaman penghasil beras yang bernilai
ekonomis tinggi karena sebagai bahan pangan utama bagi masyarakat di
Indonesia. Beras adalah salah satu kebutuhan pokok dan memegang peranan
penting dalam ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Nilai-nilai gizi yang
terkandung dalam beras antara lain : Karbohidrat 74,9-77,8%; protein 7,1- 8,3 %;
lemak 0,5-0,9 %; vitamin, mineral dan hidrat arang 75%. Masing-masing
komponen nutrisi tersebut dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan budidaya
(Kusmiadi, 2004).
Padi termasuk kedalam Kingdom: Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas:
Monokotil, Ordo: Poales, Famili: Poaceae, Genus: Oryza dan Spesies: Oryza
sativa. Padi memiliki ciri-ciri yaitu berakar serabut, batang pendek, daun
berbentuk lanset, warna daun hijau muda hingga hijau tua, tipe malai bercabang,
tipe buah kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk
hampir bulat hingga lonjong dengan ukuran 3mm-15mm tertutup oleh palea dan
lemma atau yang dikenal dengan sekam. Tanaman padi dapat tumbuh pada
berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (pH) optimum untuk pertumbuhan padi dapat
berkisar antara 5,5-7,5 dan permeabilitas pada sub horizon < 0,5cm/jam. Suhu
optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24-29 0C (Badan
Ketahanan Pangan, 2009)
Berdasarkan data lima tahun terakhir produktivitas padi pada tahun 2014
yaitu 5,13 ton/ha dan pada tahun 2015 mencapai angka 5,34ton/ha. Terjadi
penurunan produktivitas pada tahun sebelumnya, pada tahun 2016, 2017 dan 2018
produktivitas padi hanya mencapai 5,23ton/ha, 5,16ton/ha dan 5,19 ton/ha. Di
Sumatera Barat sendiri produktivitas padi pada tahun 2017 adalah 5,24 ton/ha dan
terjadi penurunan produktivitas sebanyak 1,72% pada tahun 2018 yang hanya
mencapai angka 5,15 ton/ha (Kementrian Pertanian, 2019).
Produktivitas padi di Indonesia mengalami penurunan, salah satu penyebab
turunnya produktivitas adalah Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yaitu
6
bakteri Xoo. Hal tersebut harus segera dicegah untuk memenuhi kebutuhan akan
beras nasional dan untuk mencapai swasembada maka produksi beras harus
ditingkatkan.Selain penambahan luas tanam, strategi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produksi padi adalah dengan penggunaan varietas unggul,
menerapkan sistem tanam yang sesuai dan penggunaan agen biokontrol
(Tridesianti, 2017).
C. Rizobakteri
Rizosfer merupakan daerah pada perakaran tanaman yang sangat baik untuk
habitat bagi keberlangsungan hidup mikrooragnisme salah satumya yaitu
rizobakteri. Rizobakteri merupakan bakteri menguntungkan bagi tanaman, bakteri
ini dapat berkolonisasi dengan akar tanaman dan meningkatkan pertumbuhan
tanaman dengan mekanisme yang bervariasi. Mekanisme bakteri dalam
memberikan manfaat bagi tanaman dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Mekanisme langsung dengan cara menghasilkan senyawa antimikroba
(Wang et al., 2010), siderofor dan enzim litik (Lugtenberg dan Kamilova, 2009),
berkompetisi dalam memperoleh zat besi, nutrisi dan ruang, serta parasitisme.
Secara tidak langsung melalui mekanisme induksi ketahanan sistemik pada
tanaman inang. Induksi ketahanan sistemik (Induced Systemic Resistance = ISR)
adalah interaksi bakteri tertentu dengan akar yang memungkinkan tanaman
tersebut mengembangkan ketahanan terhadap patogen potensial (Van Loon,
2007). Potensi ini berpeluang besar untuk dikembangkan sebagai pestisida hayati
(bio-pesticide) dan juga sebagai pupuk hayati (bio-fertilizer) (Fitriani, 2016).
Rizobakteri banyak digunakan sebagai biopestisida dan biofertilizer karena
mudah dibiakkan secara massal. Beberapa kelompok bakteri yang banyak
dikembangkan sebagai pestisida hayati adalah Acinetobacter, Agrobacterium,
Alcaligenes Azospirillum, Acetobacer, Bacillus, Burkholderia, Enterobacter,
Erwinia, Flavobacterium, Herbaspirillum,Rhizobium, Streptomyces, Serratia,
Pseudomonas, dan Stenotrophomonas juga terbukti menjadi agen biokontrol yang
efektif (Berg et al., 2005; Botelho et al., 2006; Rahma et al., 2019).
Resti et al., (2013) melaporkan B.cereus menunjukkan keberhasilannya
dalam menekan penyakit hawar daun bakteri karena serangan Xanthomonas
axonopodispv.alii pada bawang merah. Penyakit layu bakteri pada tanaman
kentang (Prihatiningsih et al., 2015) dan layu bakteri pada tomat (Istiqomah dan
Kusumawati, 2018). Bakteri dari kelompok Bacillus spp. dapat menghasilkan
9
asam formiat, asam asetat, asam laktat yang dapat melarutkan bentuk-bentuk
fosfat yang sukar larut sehingga menjadi bentuk yang mudah diserap oleh
tanaman (Rao, 2007). Bacillus merupakan bakteri Gram positif penghasil
endospora sehingga tahan pada kondisi kering dan panas. Bacillus cocok untuk
aplikasi di lapangan sebagai pengendali hayati tanaman (Mubarik et al., 2010).
Bakteri Bacillus sp. dapat memproduksi antibiotik metabolit sekunder seperti
enzim kitinase, mycobacilin, basitrasin, dan zwittermicin (Madigan et al., 2000).
Senyawa antibiotik zwittermicin A yang dihasilkan oleh B. cereus dilaporkan oleh
Weller (1988) mampu menghambat pertumbuhan koloni Phytophthora
medicaginic. Bakteri B. cereus dapat menghasilkan senyawa siderofor yang
mampu membuat bakteri ini berkompetisi dengan bakteri patogen dalam
menggunakan Fe3+. B. cereus galur UW85 mampu menghasilkan zwittermicin dan
kanosamine. Kemampuan menghasilkan beberapa antibiotik mampu menekan
beragam patogen tanaman (Pal dan Gardener, 2006).
Messiha et al., (2007) melaporkan bakteri Stenotrophomonas maltophilia
biasa ditemukan pada rizosfer tanaman jagung dan bit, cukup dominan di rizosfer
tanaman sereal, bahkan dapat berkoloni dan bertahan di dalam jaringan tanaman
kentang (Garbeva et al., 2001). John dan Thangavel (2017) melaporkan bahwa
Stenotrophomonas maltophilia MB9 memiliki kemampuan yang tinggi dalam
meningkatkan pertumbuhan dan menekan perkembangan penyakit yang
disebabkan oleh patogen. Bakteri tersebut dipilih untuk uji biokontrol terhadap
jamur fitopatogen dan karakterisasi lebih lanjut ternyata menunjukkan aktivitas
anti jamur yang baik. Stenotrophomonas maltophilia menunjukkan aktivitas
tertinggi dalam semua sifat meningkatkan pertumbuhan tanaman dibandingkan
dengan 19 isolat yang digunakannya. Diantaranya adalah kemampuan dalam
melarutkan fosfat, memproduksi auksin dan asam organik, fiksasi nitrogen,
pelarutan seng, produksi ACC Deaminase dan hidrogen sianida, produksi
siderofor, serta pelarutan kalium.
Dalam Ramos et al., (2011) mengatakan bahwa Stenotrophomonas pavanii
merupakan bakteri gram negatif, non motil, tidak membentuk spora, dan
merupakan bakteri pengikat nitrogen. Adanya sifat-sifat utama tersebut maka
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, berpotensi sebagai pupuk hayati serta
10
melengkapi dan dapat bertahan hidup dalam sumber nutrient yang tersedia
sehingga aplikasi dengan konsorsium memiliki potensi lebih besar dibandingkan
aplikasi tunggal. Konsorsium rizobakteri yang kompatibel dalam keadaan substrat
yang cukup akan saling bersinergi untuk menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi.
Adanya kompatibelitas antar bakteri merupakan faktor yang sangat penting agar
bakteri tersebut dapat bekerjasama dengan baik (Siahaan, 2013). Kompatibelisme
atau sinergisme antar bakteri dalam konsorsium disebabkan karena salah satu
bakteri mampu menyediakan nutrisi tertentu yang tidak dapat diproduksi oleh
kelompok bakteri lainnya seperti kemampuan mendegradasi bahan organik.
Konsorsium bakteri sangat diminati dalam pengendalian hayati karena
memiliki lebih dari satu pengaruh yang dapat menguntungkan tanaman.
Konsorsium lebih efektif mengendalikan berbagai jenis patogen tanaman. Selain
itu penggunaan konsorsium tidak menimbulkan efek negatif karena tidak
meninggalkan residu yang dapat merusak lingkungan dan tidak menjadi masalah
dengan penggunaan proteksi silang. Teknik pengaplikasian yang sederhana dan
cocok bila dikombinasikan dengan teknik pengendalian lainnya (Kumar dan
Jagadeesh, 2016).
Keberhasilan penggunaan konsorsium telah banyak dilaporkan. Hasil
pengujian konsorsium A7 (B. cereus II.14 + P. aeruginosa C32b + S. marcescens
E31) dalam menghambat pertumbuhan Xoo secara in-vitro menunjukkan indeks
penghambatan yang besar yaitu 40%. Bila dibandingkan dengan pengaplikasian
bakteri Bacillus cereus II.14 dan Serratia marcescens E3 secara tunggal hanya
1,43% (Trianggana, 2013). Pengendalian dengan konsorsium bakteri dapat
menunjukkan hasil yang baik karena mekanisme pengendalian yang dihasilkan
beragam seperti induksi ketahanan dan senyawa antibiotik yang dihasilkan
masing-masing bakteri berbeda. Resti et al., (2018) melaporkan aplikasi
konsorsium bakteri dari genus Bacillus dengan strain yang berbeda mampu
menekan kejadian dan keparahan penyakit HDB yaitu 32,5% dan 61,15%. Dapat
disimpulkan bahwa konsorsium beberapa bakteri yang kompatibel efektif untuk
menekan pertumbuhan bakteri patogen.
12
E. Formula Rizobakteri
Aplikasi rizobakteri pada umumnya dalam bentuk suspensi sel, hal ini dapat
menurunkan kemampuannya dalam mengendalikan patogen tanaman untuk itu
perlu dibuat dalam bentuk formula (Habazar et al., 2015). Formula merupakan
substansi yang terdiri dari campuran bahan pembawa yang dimanfaatkan sebagai
nutrisi untuk perkembangbiakan mikroorganisme (Soesanto, 2014). Formula
rizobakteri dibuat agar dapat meningkatkan umur bakteri, meningkatkan
efektifitas, persistensi dan aktivitas rizobakteri terhadap patogen sasaran di
lapangan (Baiquni, 2014). Formula agens hayati haruslah memiliki ketentuan-
ketentuan seperti dapat meningkatkan umur penyimpanan, tidak bersifat racun
bagi tanaman, mampu larut dalam air, harganya ekonomis dan tersedia saat
dibutuhkan (Nakkeeran et al., 2015). Terdapat dua jenis formula yaitu formula
padat dan cair. Formula cair banyak diaplikasikan dengan cara perlakuan benih,
perendaman akar, dicampur dengan tanah dan disemprotkan dengan alat
penyemprot seperti knapsack (Soesanto 2014). Bahan pembawa organik yang
digunakan dalam formula harus memiliki kandungan nutrisi yang sesuai untuk
perkembangbiakan bakteri. Salah satu bahan pembawa yang telah banyak
digunakan dalam formula cair adalah air kelapa. Air kelapa merupakan limbah
yang dengan mudah kita dapatkan. Selain itu juga dapat menjadi pendukung
pertumbuhan dan bertahan hidup bakteri. Air kelapa dapat menjadi pendukung
pertumbuhan dan bertahan hidup bakteri. Viabilitas sel bakteri tersebut
dipengaruhi oleh bahan pembawa yang digunakan. Air kelapa memiliki komposisi
mineral dan gizi yang baik serta memiliki hormon pertumbuhan giberalin
(Radley,1958). Air kelapa mengandung air 91%, protein 0,14%, lemak 1,5%,
karbohidrat 4,6% dan berbagai nutrisi seperti sukrosa, dekstrosa, fruktosa serta
vitamin B kompleks (Demse, 2008). Kandungan yang terdapat dalam air kelapa
tersebut merupakan nutrisi yang dibutuhkan bakteri untuk tumbuh dan
berkembang. Habazar et al., (2015) melaporkan kemampuan hidup bakteri endofit
isolat ST1E1.1 pada formulasi cair dengan bahan pembawa air kelapa menunjukkan
viabilitas yang stabil setelah penyimpanan selama 7 minggu. Selain air kelapa
keong mas juga dapat dicampurkan kedalam formula karena kandungan mineral
dalam daging keong mas (mg/100g) yaitu kalsium 7593,81; natrium 620,84;
13
kalium 824,84; fosfor 1454,32 dan magnesium 238,05. Keong mas cukup
potensial sebagai sumber protein hewani, selain itu keong mas juga memiliki
kandungan kalori, karbohidrat, vitamin dan mineral (Pambudi, 2011).
Rahma et al., (2019) membuktikan bahwa penambahan 5% ekstrak keong
pada air kelapa mempengaruhi pertumbuhan populasi bakteri. Populasi isolat
KJKB5.4 dengan penambahan ekstrak keong mas dapat mencapai 264.00 x 10 8
CFU/ml sedangkan yang tidak diberi penambahan ekstrak keong mas hanya
sebanyak 175.00 x 108 CFU/m. Populasi bakteri tersebut juga hampir mendekati
dengan populasi pada media LB.
BAB. III METODE PENELITIAN
C. Metodologi Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini bersifat eksperimen dengan rancangan acak
lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama adalah uji
kompatibilitas dan viabilitas konsorsium rizobakteri dalam formula cair dengan
waktu penyimpanan yang berbeda. Tahap kedua yaitu pengujian konsorsium
rizobakteri dalam mengendalikan penyakit HDB secara In-planta dan pemacu
pertumbuhan tanaman padi.
14
D. Pelaksanaan Penelitian
Tahap 1. Viabilitas Konsorsium Rizobakteri dalam Formula Cair dengan
Waktu Penyimpanan yang Berbeda
1.1. Persiapan Rizobakteri
Gambar 1. Bakteri yang telah diremajakan dengan metode gores (a) Bakteri
Stenotrophomonas pavanii KJKB 5.4, (b) Bakteri Stenotrophomonas
malthophilia LMTSA 5.4, dan (c) Bakteri Bacillus cereus AJ3.4.
Untuk mengetahui apakah bakteri yang akan digunakan masih sama dengan
koleksi maka perlu dilakukan konfirmasi. Konfirmasi isolat dilakukan dengan 2
cara yaitu :
a) Uji Gram
16
Uji Gram bertujuan untuk mengetahui bakteri bersifat Gram positif atau
negatif. Diatas kaca objek teteskan larutan KOH 3% dan tambahkan dengan 1
koloni tunggal biakan bakteri yang telah berumur 2 x 24 jam. Kemudian aduk
dengan menggunakan jarum ose apabila terasa lengket dan ketika jarum ose
diangkat terbentuk seperti benang halus maka bakteri tersebut bersifat Gram
negatif, sebaliknya apabila tidak lengket dan ketika jarum ose diangkat tidak
terbentuk seperti benang halus maka bakteri bersifat Gram positif (Gambar 2)
(Schaad et al., 2001).
Gambar 2. Hasil uji Gram pada beberapa isolat bakteri (a) Gram negatif
(Stenotrophomonas pavanii KJKB 5.4), (b) Gram negatif
(Stenotrophomonas malthophilia LMTSA 5.4) dan (c) Gram positif
(Bacillus cereus AJ3.4).
b) Reaksi Hipersensitif
Gambar 3. Hasil uji reaksi hipersensitif pada daun tembakau : Tidak terdapat
nekrotik pada daun yang diinfiltrasikan bakteri (Reaksi Negatif)
18
Isolat Xoo yang digunakan dalam penelitian ini merupakan koleksi Dr. Haliatur
Rahma, S.Si., MP. di Laboratorium Pengendalian Hayati, Jurusan Hama Penyakit
Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. Isolat Xoo diremajakan
dengan metode gores kuadran pada media Wakimoto Agar (Gambar 4) dan
diinkubasi selama 2 x 24 jam kemudian dilakukan perbanyakan Xoo denggan
metode yang sama.
20
Gambar 4. Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae pada media Wakimoto Agar
b. Reaksi Hipersensitif dan Uji Patogenisitas Xoo
Reaksi hipersensitif diuji pada tanaman tembakau sehat dengan metoda yang
sama dengan uji HR pada rizobakteri sebelumnya. Uji patogenisitas bertujuan
untuk mengindentifikasi isolat Xoo sebagai penyebab penyakit hawar daun bakteri
pada padi. Benih padi yang telah disterilkan permukaannya dengan direndam
dalam akuades steril selama 1 menit, direndam dalam NaOCl 2% 1 menit,
kemudian dibilas menggunakan akuades steril 1 menit dan ditumbuhkan di bak
kecambah hingga berusia 2 minggu. Daun padi selanjutnya dilukai dengan
gunting dan dicelupkan ke dalam suspensi Xoo dengan kepadatan populasi 107
cfu/ml selama ±10 detik. Pengamatan gejala penyakit dilakukan setiap hari sampai
14 hari setelah inokulasi.
21
Gambar 5. Uji reaksi hipersensitif dan patogenesitas Xoo (a) Reaksi hipersensitif
bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae bersifat positif (patogen). (b)
Gejala HDB pada pengujian patogenisitas (muncul gejala hawar)
(tanda panah).
Pada tahap ini konsorsium rizobakteri dalam formula cair hasil dari tahap
sebelumnya digunakan dan diuji secara In-planta pada tanaman padi.
Media tanam yang digunakan adalah tanah yang dicampur dengan pupuk
kandang dengan perbandingan 2:1. Tanah dimasukkan ke dalam plastik berukuran
5 kg dan disterilisasi dengan cara dimasukkan ke dalam autoclave selama 1 jam
pada suhu 100o C (Resti, 2018). Selanjutnya tanah didinginkan dengan cara
didiamkan selama 1 hari kemudian tanah dimasukkan ke dalam bak kecambah dan
ember plastik ukuran diameter atas 8 cm, diameter bawah 6 cm dan tinggi 12 cm.
Setelah bibit padi berumur 20 hari, bibit dicabut dan dibersihkan perakarannya
dari sisa tanah yang melekat lalu direndam dalam setiap perlakuan selama 30
menit (Gambar 6b) (Khaeruni et al., 2014). Sementara itu, untuk kontrol bibit
direndam dalam akuades steril dengan waktu yang sama. Setelah perendaman,
bibit padi ditanam pada ember plastik yang telah berisi tanah dan pupuk kandang
(2:1) steril sebanyak 3 bibit per ember dengan jarak antar ember 20 cm x 20 cm.
a b
Inokulasi Xoo dilakukan pada daun padi pada saat berumur 35 hari setelah
semai (HSS) (Khaeruni et al., 2014). Inokulasi dilakukan dengan metoda Leaf
Clipping Method (Gambar 6). Gunting yang sudah steril dicelupkan dalam
suspensi Xoo yang berumur 48 jam dengan kerapatan 107 cfu/ml selama ±10 detik
kemudian ujung daun digunting dengan gunting tersebut sepanjang 5 cm. Jumlah
daun yang diinokulasikan yaitu 5 daun per tanaman uji. Inokulasi dilakukan pada
sore hari untuk menghindari cekaman suhu yang terlalu tinggi bagi Xoo.
23
E. Pengamatan
1
Total Bakteri=Jlh Koloni × ....................(Rumus 1)
Pengenceran
2. Perkembangan Penyakit
Masa inkubasi Xoo diamati setiap hari setelah inokulasi pada daun tanaman
padi sampai tanaman menunjukan gejala pertama pada setiap unit percobaan.
Gejala awal ditandai dengan adanya warna kekuningan pada daun.
KP=
∑ ¿ × vi ×100 % ....................(Rumus 3)
Z× N
DB=
∑ kecambah normal × 100 % ...................(Rumus 4)
∑ benih yang ditanam
Keterangan: DB : Daya berkecambah
26
c. Tinggi Tanaman
Bibit yang ditanam pada ember plastik kemudian diamati tingginya pada hari
ke 7 dengan interval seminggu sampai 30 hari. Pengukuran dimulai dari pangkal
batang sampai titik tumbuh tertinggi bibit.
d. Jumlah Daun
Bibit yang ditanam pada pot plastik kemudian diamati jumlah daun pada hari
ke 7 dengan interval seminggu sampai 30 hari.
e. Panjang Akar
F. Analisis Data
1. Analisis Statistik
27
P−Kn
E= X 100 % ....................(Rumus 6)
Kn
Keterangan: E : Efektivitas
P : Perlakuan
Kn : Kontrol negatif
Kn−P
E= X 100 % ....................(Rumus 7)
P
Keterangan: E : Efektivitas
28
P : Perlakuan
Kn : Kontrol negatif
P−Kp
E= X 100 % ....................(Rumus 8)
Kp
Keterangan: E : Efektivitas
P : Perlakuan
Kp : Kontrol positif
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Kepadatan populasi rizobakteri dalam formula cair air kelapa + ekstrak keong
mas dengan waktu simpan yang berbeda menunjukkan populasi yang relatif stabil
yaitu pada kisaran 107 sel/ml. Populasi bakteri tertinggi yaitu 36,5 x 107 sel/ml
pada perlakuan D tanpa penyimpanan dan populasi bakteri terendah yaitu 6,5 x
27
107 sel/ml pada perlakuan A tanpa penyimpanan. Populasi bakteri pada masing-
masing perlakuan dengan tanpa penyimpanan, 2 minggu, 4 minggu, dan 6 minggu
penyimpanan ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Populasi rizobakteri dalam formula cair dengan waktu simpan yang
berbeda
Populasi Bakteri / Minggu ke-
(CFU/ml)
Perlakuan
Tanpa
2 4 6
Penyimpanan
A 6,5 x 107 12,7 x 107 23,8 x 107 10,8 x 107
B 18,8 x 107 35,5 x 107 28,5 x 107 11,0 x 107
C 7,7 x 107 12,9 x 107 13,4 x 107 33,6 x 107
D 36,5 x 107 35,2 x 107 28,8 x 107 12,1 x 107
Keterangan :
A = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4
B = S.pavanii KJKB 5.4 + B.cereus AJ 3.4
C = S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
D = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
Pada perlakuan
Populasi Bakteri
40 A (S.pavanii KJKB
Populasi Bakteri
30 A 5.4 + S.malthophilia
20 B LMTSA 5.4 )
C
10 D terjadi penurunan
0 populasi pada
0 1 2 3 4 5 6 7
minggu ke 6.
Waktu Penyimpanan (Minggu)
Perlakuan B
(S.pavanii KJKB 5.4
+ B.cereus AJ 3.4) penurunan populasi terjadi pada minggu ke 4 dan 6. Pada
perlakuan C (S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4 ) terjadi peningkatan
populasi bakteri hingga minggu keenam dan pada perlakuan D (S.pavanii KJKB 5.4
+ S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4) penurunan populasi terjadi pada
minggu ke 2 (Gambar 9).
28
Perlakuan konsorsium rizobakteri dalam media cair air kelapa + ekstrak keong
mas menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap masa inkubasi Xoo.
Masa inkubasi Xoo pada tanaman padi yang diberi perlakuan konsorsium
rizobakteri berkisar antara 3.00 – 3.85 hari (Tabel 3). Perlakuan dengan
bakterisida menunjukkan gejala lebih lama yaitu 3.85 hsi dengan efektivitas
28.44% diikuti oleh perlakuan D (penyimpanan 2 minggu) yaitu 3.74 hsi dengan
efektivitas 24.67%. Perlakuan A (penyimpanan 6 minggu) dan perlakuan C (tanpa
penyimpanan dan penyimpanan 2 minggu) menunjukkan gejala yang lebih cepat
yaitu 3.00 hari dan berbeda tidak nyata dengan kontrol.
Tabel 3. Masa Inkubasi Xoo pada tanaman padi yang diintroduksi konsorsium
rizobakteri dalam formula cair dengan waktu simpan yang berbeda
Perlakuan
Masa Inkubasi Efektivitas
Konsorsium Lama penyimpanan
(Hari) (%)
bakteri (Minggu)
Bakterisida 3.85 a 28.44
D 2 3.74 ab 24.67
B 6 3.56 ab 18.56
B 4 3.52 ab 17.33
C 4 3.52 ab 17.22
D 0 3.52 ab 17.22
A 2 3.37 ab 12.33
C 6 3.33 ab 11.11
B 0 3.30 ab 9.89
29
B 3.22 ab 7.33
2
D 3.22 ab 7.33
4
A 3.15 ab 4.89
4
A 3.08 ab 2.44
0
D 3.08 ab 2.44
6
A 3.00 b 0.00
6
C 3.00 b 0.00
0
C 3.00 b 0.00
2
Kontrol – 3.00 b 0.00
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji LSD pada taraf 5%
Keterangan :
A = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4
B = S.pavanii KJKB 5.4 + B.cereus AJ 3.4
C = S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
D = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
Masa Inkubasi Xoo dihitung setelah munculnya gejala awal pada daun
yang diinokulasikan. Gejala tersebut ditandai dengan adanya warna hijau kelabu
selanjutnya menguning yang berada berdekatan dengan ujung daun yang
dipotong. (Gambar 10).
Gambar 10. Gejala awal HDB pada daun padi yang ditandai dengan warna hijau
kelabu ( 3 hsi).
Perlakuan konsorsium rizobakteri dalam media cair air kelapa + ekstrak keong
mas menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap keparahan penyakit. Nilai
keparahan penyakit HDB pada tanaman padi berkisar antara 41.15 – 85.70%.
Perlakuan Konsorsium A (penyimpanan 6 minggu) dan D (Penyimpanan 2
minggu) menunjukkan keparahan penyakit yang rendah yaitu 43.15% dan 43.93%
dengan efektivitas 52.04% dan 48.77%. Perlakuan kontrol negatif menunjukkan
keparahan penyakit yang tinggi yaitu 85.70%. Perlakuan konsorsium A (tanpa
penyimpanan) menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata dengan kontrol negatif.
Sedangkan semua perlakuan lainnya menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata
dengan kontrol negatif.
Tabel 4. Persentase kejadian dan keparahan penyakit HDB pada tanaman padi
yang diintroduksi konsorsium rizobakteri dalam formula cair dengan
waktu simpan yang berbeda
Perlakuan
Efektivitas
Lama Kejadian Keparahan
Konsorsium Keparahan
penyimpanan Penyakit Penyakit
bakteri Penyakit
(Minggu) (%) (%)
(%)
Kontrol - 100.00 85.70 a 0.00
A 0 100.00 69.66 ab 18.67
A 2 100.00 62.63 bc 26.95
C 2 100.00 60.16 bcd 29.75
A 4 100.00 57.27 bcd 33.14
B 0 100.00 56.73 bcd 33.84
C 6 100.00 56.66 bcd 33.84
B 6 100.00 54.50 bcd 36.41
B 2 100.00 53.68 bcd 37.34
D 6 100.00 51.39 bcd 40.02
D 4 100.00 49.74 cd 42.01
B 4 100.00 48.63 cd 43.29
D 0 100.00 48.17 cd 43.76
C 0 100.00 47.41 cd 44.69
Bakterisida 100.00 47.37 cd 44.69
C 4 100.00 47.16 cd 44.92
D 2 100.00 43.93 cd 48.77
A 6 100.00 41.15 d 52.04
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama adalah berbeda tidak
31
Gambar 11. Perbandingan tampilan keparahan penyakit Xoo pada tanaman padi.
(a) Konsorsium A (penyimpanan 6 minggu), (b) Konsorsium D
(penyimpanan 2 minggu), dan (c) Kontrol negatif.
4. Pengaruh Konsorsium Rizobakteri dalam Formula Cair untuk
Pertumbuhan Tanaman Padi
Perlakuan konsorsium rizobakteri dalam media cair air kelapa + ekstrak keong
mas menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap daya muncul lapang (Tabel
5).
Tabel 5. Daya muncul lapang benih padi yang diintroduksi konsorsium rizobakteri
dalam formula cair dengan waktu simpan yang berbeda
(Minggu)
D 0 99.66 a 5.28
A 4 98.66 b 4.23
A 6 98.66 b 4.23
B 0 98.66 b 4.23
B 2 98.66 b 4.23
B 4 98.66 b 4.23
B 6 98.66 b 4.23
C 4 98.66 b 4.23
D 4 98.66 b 4.23
D 6 98.66 b 4.23
A 0 97.66 c 3.17
A 2 97.66 c 3.17
C 2 97.66 c 3.17
C 6 97.66 c 3.17
D 2 97.66 c 3.17
C 0 94.66 d 0.00
Kontrol + 94.66 d 0.00
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji LSD pada taraf 5%
Keterangan :
A = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4
B = S.pavanii KJKB 5.4 + B.cereus AJ 3.4
C = S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
D = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
Daya muncul lapang pada semua perlakuan berkisar antara 94,66 - 99.66%.
Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol
kecuali perlakuan C (tanpa penyimpanan) menunjukkan pengaruh berbeda tidak
nyata terhadap kontrol. Persentase daya muncul lapang tertinggi ditunjukkan oleh
perlakuan D (tanpa penyimpanan) yaitu 99.67% dengan efektivitas 5.28%.
c. Tinggi Tanaman
Perlakuan konsorsium rizobakteri dalam media cair air kelapa + ekstrak keong
mas menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kontrol positif. Tinggi
tanaman padi berkisar dari 77.15 - 66.11 cm. (Tabel 6).
(Minggu)
B 6 77.15 a 3.65
C 4 76.77 ab 3.14
C 2 76.72 ab 3.06
C 6 75.03 abc 0.79
Kontrol + 74.44 abcd 0.00
D 6 73.55 abcde -1.19
A 6 71.99 abcdef -3.30
B 2 71.88 abcdef -3.43
B 4 71.61 bcdef -3.80
C 0 70.99 cdefg -4.63
A 4 70.83 cdefg -4.85
A 0 70.77 cdefg -4.92
D 0 69.66 defg -6.42
A 2 68.27 efg -8.29
B 0 67.07 fg -9.89
D 4 66.77 fg -10.30
D 2 66.11 g -11.19
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji LSD pada taraf 5%
Keterangan :
A = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4
B = S.pavanii KJKB 5.4 + B.cereus AJ 3.4
C = S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
D = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
d. Jumlah Daun
Perlakuan konsorsium rizobakteri dalam media cair air kelapa + ekstrak keong
mas menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap jumlah daun padi.
Jumlah daun padi berkisar dari 8.45-16.56 helai daun (Tabel 7).
34
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji LSD pada taraf 5%
Keterangan :
A = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4
B = S.pavanii KJKB 5.4 + B.cereus AJ 3.4
C = S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
D = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
e. Panjang Akar
Perlakuan konsorsium rizobakteri dalam media cair air kelapa + ekstrak keong
mas menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap panjang akar, kecuali
perlakuan D penyimpanan 6 minggu menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata
dengan kontrol (Tabel 8).
a b
36
Gambar 12. Perbandingan tampilan panjang akar tanaman padi (a) Perlakuan
konsorsium D (penyimpanan 6 minggu) dan (b) Kontrol Positif
B. Pembahasan
Aplikasi agens hayati dalam skala besar dapat dilakukan dengan
memanfaatkan medium yang murah dan berlimpah di alam. Sebagai contoh
adalah limbah air kelapa dan keong mas yang selama ini dianggap hama dapat
dijadikan sebagai media pertumbuhan bakteri. Populasi rizobakteri pada perlakuan
A (S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4 ), B (S.pavanii KJKB 5.4 +
B.cereus AJ 3.4), C (S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4) dan D (S.pavanii
KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4) selama 6 minggu
penyimpanan dalam formula cair menunjukkan viabilitas yang stabil yaitu pada
kisaran 107 sel/ml. Hal tersebut berkaitan dengan nutrisi pada formula. Nutrisi
untuk pertumbuhan bakteri pada formula terdiri dari air kelapa dan ekstrak keong
mas. Campuran kedua bahan pembawa tersebut mengandung unsur makro dan
mikro essensial untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini sesuai dengan penelitian
Rahma (2019) bahwa media limbah air kelapa + 5% ekstrak daging keong mas
mengandung komposisi C-Organik 17.10%, N-Total 1.96%, P-Total 0.878%,
bahan organik 29.48% dan hampir menyerupai dengan media LB (Luria Bertani)
sebagai pembanding dengan komposisi C-Organik 12.75%, N-Total 3.64 %, P-
Total 3.29%, dan bahan organik 21.98%.). Menurut Setiawan (2017) daging
keong mas memiliki kandungan nutrisi yang tinggi sehingga apabila dicampur
dengan bahan organik lain akan menjadi media pertumbuhan yang baik untuk
bakteri (konsorsium). Kandungan protein pada daging keong mas mencapai
12,2% (Wardana, 2008). Protein dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
pepton sehingga menjadi sumber nutrisi utama dalam pertumbuhan bakteri.
Bakteri yang berada pada formula tersebut dapat bertahan hidup hingga 6 minggu
37
basitrasin, dan juga penghasil senyawa siderofor. Menurut Pal dan gardener
(2006) B.cereus galur UW85 mampu menghasilkan beberapa antibiotik seperti
zwittermicin dan kanosamine yang mampu menekan beragam patogen tanaman.
Menurut Rabbee et al., (2019) rizobakteri dari genus Bacillus dapat menghasilkan
siderofor, bakteriosin, dan senyawa volatil lainnya, dan mampu memacu
pertumbuhan tanaman.
Perlakuan konsorsium rizobakteri dalam media cair air kelapa + ekstrak keong
mas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi. Berdasarkan
rekapitulasi data (Lampiran 6b) perlakuan terbaik dalam menekan perkembangan
penyakit HDB adalah konsorsium B (S.pavanii KJKB 5.4 + B.cereus AJ 3.4) lama
simpan 6 minggu dengan total efektivitas 48.06%. Hal tersebut terjadi karena
rizobakteri dari kelompok Stenotrophomonas dan Bacillus mamiliki kemampuan
dalam menghasilkan senyawa yang mampu memacu pertumbuhan tanaman
seperti menghasilkan hormon pertumbuhan IAA, pelarutan fosfat, dan pengikat
nirtogen. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ramos et al. (2011)
mengatakan bahwa Stenotrophomonas pavanii merupakan bakteri pengikat
nitrogen. Bakteri dari kelompok Bacillus dapat menghasilkan asam formiat, asam
asetat, dan asam laktat yang mampu melarutkan bentuk fosfat sehingga mudah
diserap oleh tanaman (Rao, 2007).
Perlakuan konsorsium rizobakteri dalam media cair air kelapa + ekstrak keong
mas memberikan pengaruh terbaik dalam menekan perkembangan penyakit HDB
dan pemacu pertumbuhan tanaman padi adalah perlakuan C (S.malthophilia
LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4) lama simpan 4 minggu dengan total efektivitas
masing-masing 62.14% dan 46.91%. (Lampiran 6c). Perlakuan C merupakan
konsorsium dari bakteri S.malthophilia dan B.cereus dimana kedua bakteri
tersebut telah banyak dilaporkan mampu menghasilkan beberapa antibiotik
sehingga mampu menekan patogen dan memacu pertumbuhan tanaman. Menurut
John dan Thangavel (2017) bahwa bakteri Stenotrophomonas malthophilia
mampu melarutkan fosfat 4.6 ± 0.57, menghasilkan IAA 5.341 mgL -1,
memproduksi auksin, asam organik, fiksasi nitrogen, peralutan seng, produksi
ACC Deaminase, hidrogen sianida, produksi siderofor, serta palarutan kalium.
Selain pengaruh rizobakteri, bahan organik yang digunakan untuk pembuatan
39
formula diduga menjadi faktor pemacu pertumbuhan tanaman padi. Air kelapa
merupakan salah satu bahan organik yang digunakan dalam pembuatan formula
cair rizobakteri. Air kelapa memiliki komposisi mineral dan hormon pertumbuhan
giberalin (Radley, 1958) sehingga menjadi pendukung pertumbuhan tanaman.
Hasil penelitian Novri (2014) menyebutkan media air kelapa merupakan formula
yang tepat untuk memproduksi bio-fertilizer cair daripada formula limbah air tahu
dan formula pikovskaya. Hal ini dikarenakan pada media air kelapa viabilitas
bakteri lebih tinggi hingga penyimpanan 60 hari. Tingginya populasi pertumbuhan
bakteri dikarenakan pada air kelapa banyak sumber karbon yang dapat dimanfaat
oleh bakteri untuk perkembangbiakannya sehingga bakteri dapat bertahan hidup
dalam jangka waktu yang lama. Pada penelitian ini konsorsium rizobakteri yang
disimpan selama 6 minggu juga menunjukkan efektivitas tertinggi dalam memacu
pertumbuhan tanaman padi. Populasi bakteri pada formula selama 6 minggu
penyimpanan berkisar pada 107. Menurut Permentan No.70 Tahun 2011 populasi
bakteri 107 memenuhi syarat viabilatas suatu bakteri sebagai pupuk hayati ini
artinya formula tersebut masih layak digunakan hingga lama penyimpanan
mencapai 6 minggu.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Konsorsium rizobakteri terbaik dalam menekan perkembangan penyakit HDB
yaitu perlakuan D (S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ
3.4) pada penyimpanan 2 minggu dengan total efektivitas yaitu 73.44%.
2. Konsorsium rizobakteri terbaik dalam memacu pertumbuhan tanaman padi
yaitu perlakuan B (S.pavanii KJKB 5.4 + B.cereus AJ 3.4) pada penyimpanan 6
minggu dengan total efektivitas yaitu 48.06%.
3. Konsorsium rizobakteri terbaik dalam menekan perkembangan penyakit HDB
dan terbaik dalam memacu pertumbuhan tanaman padi adalah perlakuan C
(S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4) pada penyimpanan 4 minggu
dengan total efektivitas masing-masing yaitu 62.14% dan 46.91%
B. Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk melihat pengaruh konsorsium dalam
formula cair terhadap hasil produksi padi.
DAFTAR PUSTAKA
Baiquni, Auzan. 2014. Keefektifan Formulasi Cair Dan Pasta Ralstonia Pickettii
Untuk Mengendalikan Penyakit Hawar Pelepah Pada Padi. [Skripsi].
Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Berg, G., Eberl, L., and Hartman, A. 2005. The rhizosphere as a reservoir for
opportunistic human pathogenic bacteria.Environmental Microbiology
7 : 1673–1685.
Dunne, C., Crowley, J.J., Loccoz, Y.M., Dowling, Bruijn, F.J And Fergal. 1997.
Biological control of Pythium ultimum by Stenotrophomonas
maltophilia W81 is mediated by an extracellular proteolyticactivity.
Microbiology 143 : 3921-3931
Elhalag, K.M., Messiha, N.A.S., Emara, H.M and Abdallah, S.A. 2016.
Evaluation of antibacterial activity of Stenotrophomonas maltophilia
41
Garbeva, P., Overbeek, L.S., Vuurde, J.W.L. and Elsas, J.D. 2001 Analysis of
Endophytic Bacterial Communities of Potato by Plating and Denaturing
Gradient Gel Electrophoresis (DGGE) Of 16S RDNA Based PCR
Fragments. Microb Ecol 41 : 369–383
Habazar, T., Z. Resti., Y. Yanti., Sutoyo., dan Imelda. 2015. Formulasi Bakteri
Endofit Akar Kedelai untuk Pengendalian Pustul Bakteri. Jurnal
Fitopatologi Indonesia. 11(2) : 51-58
Hadianto, W., Lukman , H., Bakhtiar. 2015. Ketahanan Beberapa Genotipe Padi
Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv.
oryzae). J. HPT Tropika Vol. 15, No. 2: 152 – 163.
Huang, J.S., Cleene M. 1989. How Rice Plants Are Infected By Xanthomonas
campestris pv. oryzae. In Bacterial blight of rice. International Rice
Research Institute. Manila.pp.31–42.
Ilyas, S., Kadir, T.S., Yuktil, A.M., Fianal, Y., Fadhilah, S., Nugraha, U.S., dan
Sudarsono. 2007. Laporan Hasil Penelitian KKP3T. Teknik
peningkatan kesehatan dan mutu benih padi. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor-Balai Besar Penelitian TanamanPadi.
IRRI. 1996. Standard Evaluation System (SES) for Rice 4th edition.
Diterjemahkan oleh Silitonga, T. S, I.H. Somantri, A.A. Daradjat dan
H. Kurniawan. Jakarta: Departemen Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Komisi Nasional Plasma Nutfah.
Ismail N., Taulu, L.A., dan Bahtiar. 2011. Potensi Corynebacterium Sebagai
Pengendali Penyakit Hawar Daun Bakteri Pada Tanaman Padi. Seminar
Nasional Serealia. Hal 459- 465
James D, Girija D, Mathew SK, Nazeem PA, Babu TD, Varma AS. 2017.
Detection of Ralstonia solanacearum race 3 causing bacterial wilt of
solanaceousvegetables in Kerala, using random amplified
polymorphic DNA (RAPD) analysis. J. of Trop. Agr. 41:33-37.
42
Jonit, Q.N., Low, C.Y., and Tan, H.G. 2016. Xanthomonas oyzae pv. oryzae,
biochemical tests, rice (Oryza sativa), bacterial leaf blight (BLB)
disease, sekinchan. J Appl & Environ. Microbiol. 4(3): 63-69.
Keller, B., Feuillet, C., and Messmer, M. 2000. Genetics of disease resistance:
Basic concepst and application in resistance breeding. In : Slusarenko
AJ, Fraser RSS, & Van Loon LC (Eds.). Mechanisms of Resistance to
Plant Diseases.pp:101–160. Kluwer Academic Publisher. London.
Khaeruni, A., A. Rahim., Syair., dan Adriani. 2014. Induksi Ketahanan terhadap
Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi di Lapangan
Menggunakan Rizobakteri Indigenos. Jurnal HPT Tropika 14 (1): 57-
63.
Kusmiadi. 2004. Hubungan antara Varietas Beras dengan Komposisi Kimiawi Zat
Penyusunnya. http://www.ubb.ac.id/ Diakses 27 September 2019
Manik CA. 2011. Uji Efektivitas Corynebacterium dan Dosis Pupuk K terhadap
Serangan Penyakit Kresek (Xanthomonas campestris pv oryzae) Pada
Padi Sawah (Oriza sativa L) di Lapangan.
http://www.repository.usu.ac.id/ Diakses 27 September 2019
Messiha, N.A.S., Diepeningen, A.D., Farag, N.S., Abdallah, S.A., and Janse, J.D.
2007. Stenotrophomonas maltophilia: a new potential biocontrol agent
of Ralstonia solanacearum, causal agent of potato brown rot. Eur J
Plant Pathol 118 : 211–225
Mew, T.W., Alvarez, A.M., Leach, J.E., and Swings, J. 1993. Focus on bacterial
blight of rice. Plant Dis. 77 : 5–12.
Mubarik, N.R., Mahagiani, I., Putri, A.A., Santoso, S., and Rusmana, I. 2010.
Chitinolytic bacteria isolated from chili rhizosphere: chitinase
characterization and application as biocontrol for whitefly (Bemisia
tabaci Genn.). Am J Agric Biol Sci 5 : 430-535.
Nakkeeran, S., Fernando, W.G.G., and Zaki, A.S. 2015. Plant growth promoting
rhizobacteria formulation and its scope in commercialization for the
management of pest and diseases. Editor ZA siddiqui. PGPR:
Biocontrol and biofertilization, Netherlands: Springer, p.257-296.
Nino-Liu, D.O., Ronald, P.C., and Bogdanove, A.J. 2006. Xanthomonas oryzae
pathovars: model pathogens of a model crop. Molecular Plant
Pathology, 7(5): 303– 324.
Nufus, B,N.,, Galuh, T., dan Faturrahman. 2016. Populasi Bakteri Normal dan
Bakteri Kitinolitik Pada Saluran Pencernaan Lobster Pasir (Panulirus
homarus L.) yang diberi Kitosan. Jurnal Biologi Tropis,Volume 16
(1):15-23.
Nurkatika, R., Ilyas, S., dan Machmud, M. 2017. Aplikasi Agens Hayati untuk
Mengendalikan Hawar Daun Bakteri pada Produksi Benih Padi. J.
Agron 45 (3) : 235-242
Pal, K.K and Gardener, B.M. 2006. Biological control of plant pathogens. APSnet
J The Plant Health Instructor 02:1-25
44
Rabbee MF, Ali MDS, Choi J, Hwang BS, Jeong SC, and Baek KH. 2019.
Bacillus velezensis: A Valuable Member of Bioactive Molecules within
Plant Microbiomes. Molecules 2019, 24, 1046;
doi:10.3390/molecules24061046.
Ramos, P., Stefanie, V.R., Fabiano, L.T., Rafael, C.S.R., Heloiza, R.B., Paul,
D.V., Carlos, A.M. 2011. Screening For Endophytic Nitrogen-Fixing
Bacteria In Brazilian Sugar Cane Varieties Used In Organic Farming
And Description OfStenotrophomonas pavanii sp. nov.International
Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 61 : 926–931
Resti, Z., Trimurti, H., Deddi, P., dan Nasrun. 2013. Skrining dan Identifikasi
Isolat Bakteri Endofit untuk Mengendalikan Penyakit Hawar Daun
Bakteri pada Bawang Merah. J. Hpt Tropika. Vol.13. No.2
Resti, Z., Yenny, L., Martinius. 2018. Konsorsium Bakteri Endofit Sebagai
Pengendali Hayati Patogen Dan Pemacu Pertumbuhan Tanaman Padi
(Oryza sativa. L). Laporan Akhir Penelitian. Fakultas Pertanian.
Universitas Andalas
Sa’adah, I. R., Supriyanta., dan Subejo. 2013 . Keragaman Warna Gabah dan
Warna Beras Varietas Lokal Padi Beras Hitam (Oryza sativa. L) yang
dibudidayakan oleh Petani Kabupaten Sleman, Bantul dan Magelang.
Vegetalika 2 (3) : 13-20.
Schaad, N.W., J.B. Jones., and W. Chun. 2001. Laboratory Guide for
Identification of Plant Pathogenic Bacteria. St Paul: The American
Phytopatology Society.
45
Setiawan, Agus. 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair (Biofertlizer) Berbasis Keong
Mas (Pamoacea canliculata) diperkaya Konsorsium Bakteri pada
Pembungaan Padi Ciherang. . [Tesis]. Bogor. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Susanto, D., Sudrajat dan Ruga, R. 2012. Studi Kandungan Bahan Aktif
tumbuhan Meranti Merah (Shorealeprosula Miq) Sebagai Sumber
Senyawa Antibakteri. 11(2):1-5.
Van Loon, L.C. 2007. Plant Response To Plant Growth Promoting Rhizobacteria.
Eur. J. Plant Pathol119:243-254.
Warbung, Y.Y., Vonny, N. S. W., dan Jimmy. 2014. Daya Hambat Ekstrak Spons
Laut. Pada Sapi Perah. Repository. Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Malang
Persiapan
Rizobakteri dan
Xoo
Pembuatan
formula
Rizobakteri dan
konsorsium
Pengujian
Formula
Rizobakteri dan
konsorsium
secara In-planta
Pengamatan
Analisis data
49
Keterangan :
A, B, C, D = Perlakuan Konsorsium
A = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4
B = S.pavanii KJKB 5.4 + B.cereus AJ 3.4
C = S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
D = S.pavanii KJKB 5.4 + S.malthophilia LMTSA 5.4 + B.cereus AJ 3.4
1. Pupuk Urea
Rekomendasi pupuk urea = 200 kg/ha
Dosis pupuk/ember
2. Pupuk SP-36
Rekomendasi pupuk SP-36 = 100 kg/ha
Dosis pupuk/ember
3. Pupuk KCL
Rekomendasi pupuk KCL = 100 kg/ha
Dosis pupuk/ember
1. Masa Inkubasi
Source DF SS MS F P
Perlakuan 18 34.6276 1.92376 8.63 0.0000
Error 38 8.4726 0.22296
Total 56 43.1002
KK = 15.09
2. Keparahan Penyakit
Source DF SS MS F P
Perlakuan 17 5612.7 330.160 2.35 0.0153
Error 36 5053.8 140.383
Total 53 10666.5
KK = 21.72
4. Tinggi Tanaman
Source DF SS MS F P
Perlakuan 16 593.34 37.0843 3.61 0.0000
Error 34 349.48 10.2788
Total 50 942.829
KK = 4.47
5. Jumlah Daun
Source DF SS MS F P
Perlakuan 16 308.792 19.2995 6.21 0.0000
Error 34 105.628 3.1067
Total 50 414.420
KK = 13.50
6. Panjang Akar
Source DF SS MS F P
Perlakuan 16 286.353 17.8971 1.62 0.1169
53
Lama Efektivitas
Efektivitas
Simpan Pemacu
Perlakuan Penekanan Total Urutan
(Minggu Pertumbuhan
Penyakit HDB
) Tanaman Padi
Bakterisida 73.13 53.92 127.05 1
C 4 62.14 46.91 109.05 2
B 6 54.97 48.06 103.03 3
D 0 60.98 27.11 88.09
B 4 60.62 19.20 79.82
C 6 44.95 22.14 67.09
C 2 29.75 36.89 66.64
A 6 52.04 6.38 58.42
D 6 42.46 14.86 57.32
C 0 44.69 11.05 55.74
B 2 44.67 7.88 52.55
A 4 38.03 9.21 47.24
D 2 73.44 -37.83 35.61
A 0 21.11 11.25 32.36
A 2 39.28 -9.15 30.13
D 4 49.34 -35.81 13.53
B 0 43.73 -37.73 6.00
Kontrol 0.00 0.00 0.00
56
Lampiran 8. Koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri dengan metode
Total Plate Count (TPC) pada pengenceran 10-6
A0 A2 A4 A6
B0 B2 B4 B6
C0 C2 C4 C6
D0 D2 D4 D6
58