Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TANAMAN

PERKECAMBAHAN BIJI

TRIDEO OKTONUGRAHA
193020401039

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PERKECAMBAHAN BIJI

Telah diperiksa dan disetujui oleh Asisten Praktikum pada :


Hari : .............................................
Tanggal : .............................................

ASISTEN PRAKTIKUM

SARIANI
CAA 118 049

ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum ..................................................................... 3
II. BAHAN DAN METODE .................................................................. 4
2.1. Waktu dan Tempat ..................................................................... 4
2.2. Bahan dan Alat .......................................................................... 4
2.3. Cara Kerja .................................................................................. 4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 5
3.1. Hasil Pengamatan ...................................................................... 5
3.2. Pembahasan ............................................................................... 7
IV. PENUTUP ........................................................................................ 10
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 10
4.2 Saran ........................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Grafik Perkecambahan Biji Kulit Tipis Kacang Hijau
(Phaseolus radiatusi) .................................................................................. 5
Gambar 2. Grafik Perkecambahan Biji Kulit Tipis Jagung
(Zea mays L) ............................................................................................... 5
Gambar 3. Grafik Perkecambahan Biji Kulit Tebal Lamtoro
(Leucaena leucocephala) ............................................................................. 6
Gambar 4. Grafik Perkecambahan Biji Kulit Tebal karet
(Hevea brasiliensis) .................................................................................... 6

iv
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkecambahan merupakan permulaan kembali pertumbuhan tumbuhan
embrio di dalam biji. Yang diperlukannya ialah suhu yang cocok, banyaknya air
yang memadai, dan persediaan oksigen yang cukup. Menurut Amen (1963)
Perkecambahan adalah munculnya pertumubuhan aktif yang menyababkan
pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan merupakan tahap awal
perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini,
embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami
sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi
tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Menurut Bagod
Sudjadi (2006) perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan
komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara
normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah
yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula. Dormansi merupakan
strategi benih-benih tumbuhan tertentu agar dapat mengatasi lingkungan sub-
optimum guna mempertahankan kelanjutan spesiesnya. Terdapat berbagai
penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya dapat digolongkan kedalam
adanya hambatan dari kulit benih atau bagian dalam benihnya. Dormansi menurut
Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu Dormansi Fisik dan
Dormansi Fisiologis Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural
terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah impermeabilitas kulit biji terhadap air
benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "benih keras"
karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel
serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dormansi
menurut Tim Dosen Fistum Biologi Unhas, dormansi merupakan suatu
pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh
2

lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri
(Nurhakim, 2015).
Air merupakan salah satu faktor luar yang sangat dibutuhkan dalam
perkecambahan, karena penyerapan air adalah tahap awal perkecambahan biji. Air
sangat berperan penting untuk mengaktifkan sel-sel yang bersifat embrionik di
dalam biji, melunakkan kulit biji dan menyebabkan mengembangnya embrio dan
endosperm, fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji, mengencerkan
protoplasma dan media angkutan makanan dari endospenn atau kotiledon ke
daerah titik-titik tumbuh (Zacky, 2016).
Proses perkecambahan yaitu: a) absorpsi air, b) inisiasi pembesaran dan
pembelahan sel, c) peningkatan aktivitas enzimatik, d) translokasi makanan ke
embrio yang tumbuh, e) peningkatan respirasi dan asimilasi, f) peningkatan
pembelahan dan pembesaran sel, dan g) diferensiasi sel menjadi jaringan dan
organ pada seedling. Lalu faktor yang mempengaruhi perkecambahan yaitu: a).
Gen, gen merupakan substansi pembawa sifat yang diturunkan dari induk ke
generasi selanjutnya. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup dimana
pada tanaman mempengaruhi bentuk tubuh, warna bunga, dan rasa buah; b).
Hormon, hormon merupakan zat yang berperan dalam mengendalikan berbagai
fungsi di dalam tubuh. Meskipun jumlahnya sedikit, hormon memberikan
pengaruh nyata dalam pengaturan berbagai proses dalam tubuh; c). Nutrisi, nutrisi
merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses metabolisme tubuh.
Kualitas dan kuantitas nutrisi akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanaman membutuhkan nutrisi berupa air dan zat hara
yang terlarut dalam air. Melalui proses fotosintesis, air dan karbon dioksida
diubah menjadi zat makanan; d). Cahaya Matahari, cahaya berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Tanaman sangat membutuhkan
cahaya matahari untuk fotosintesis. Namun keberadaan cahaya ternyata dapat
menghambat pertumbuhan tumbuhan karena cahaya dapat merusak hormon
auksin yang terdapat pada ujung batang; e). Air dan Kelembaban, air dan
kelembaban merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup tidak dapat
3

bertahan hidup. Air merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia di


dalam tubuh. Kelembaban mempengaruhi keberadaan air yang dapat diserap oleh
tanaman mengurangi penguapan; f). Suhu, suhu memiliki pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Contohnya pada padi yang
ditanam pada awal musim kemarau dimana suhu rata-rata tinggi akan lebih cepat
dipanen daripada padi yang ditanam pada musim penghujan dimana suhu rata-rata
lebih rendah; g). Tanah, tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan optimal
bila kondisi tanah tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan unsur
hara. Kondisi tanah ditentukan oleh faktor lingkungan lain, misalnya suhu,
kandungan mineral, air, dan derajat keasaman atau pH. (Nurhakim, 2015).
Manfaat mempelajari perkecambahan dan dormansi biji adalah dapat
mengetahui terjadinya perkecambahan, mengetahui bagaimana proses awal
kehidupan tanaman baru, mengetahui proses yang terjadi pada saat biji mengalami
dormansi, mengetahui manfaat dormansi serta kekurangan dan kelebihan
dormansi pada biji tanaman.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum Fisiologi Tumbuhan dengan materi Perkecambahan Biji
yaitu:
1. Untuk mengetahui respons perkecambahan beberapa jenis biji terhadap faktor
lingkungan (air, suhu, cahaya, dst).
2. Untuk mengetahui laju perkecambahan menurut ketebalan kulit biji.
3. Untuk mengetahui batas-batas kebutuhan air dalam perkecambahan suatu biji..
4

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Tumbuhan dengan materi Perkecambahan Biji,
dilaksanakan pada hari Jum’at 16 Oktober 2020, pukul 19.00-20.10 WIB.
Bertempat di Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah.
2.2. Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam Praktikum Fisiologi Tumbuhan dengan materi
Perkecambahan Biji yaitu 3 mangkok, 3 piring, potongan kertas kecil, lem dan
amplas. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu, biji kacang hijau (Vigna
radiata), biji lamtoro (Leucaena leucocephala), air, dan kapas.
2.3. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada saat Praktikum Biokimia dengan materi
Karbohidrat adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Berilah label untuk setiap perlakuan.
3. Memasukan kapas pada tiap-tiap mangkok dan piring.
4. Siapkan masing-masing setiap mangkok dan piring sebanyak 10 butir biji
untuk kedua kelompok biji tersebut dan berilah perlakuan seperti berikut :
a. Perlakuan I : Media tanpa diberi air (hanya dengan kapas kering)
b. Perakuan II : Media diberi air sedikit (kapas sekedar basah)
c. Perlakuan III: Media diberi air hinggs biji tergenang
5. Tempatkan semua mangkok dan piring kecambah pada tempat yang sama.
6. Amati setiap gejala yang ditunjukkan untuk tiap kelompok biji.
Perkecambahan diakhiri apabila salah satu kelompok percobaan sudah
berkecambah di atas 90 % atau maksimal 10 hari.
5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

Kacang Hijau (Phaseolus radiatusi)


JUMLAH BENIH PERKECAMBAHAN

12

10

8
Tanpa Air (A0)
6
Sedikit Air (A1)
4
Air Tergenang
2 (A2)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari Ke-

Gambar 1. Hasil perbandingan laju perkecambahan pada media kering,


lembab, dan tergenang terhadap biji kulit tipis Kacang Hijau (Phaseolus
radiatusi)

Jagung (Zea mays)


8
JUMLAH BENIH PERKECAMBAHAN

4 Tanpa Air (A0)

3 Sedikit Air (A1)

2 Air Tergenang
(A2)
1

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari Ke-

Gambar 2. Hasil perbandingan laju perkecambahan pada media kering,


lembab, dan tergenang terhadap biji kulit tipis Jagung (Zea mays).
6

Lamtoro (Leucaena leucocepala)


9
JUMLAH BENIH KECAMBAH

8
7
6
Tanpa Air
5 (A0)
4 Sedikit Air
(A1)
3 Air Tergenang
2 (A2)
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari Ke-

Gambar 3. Hasil perbandingan laju perkecambahan pada media kering,


lembab, dan tergenang terhadap biji kulit tebal lamtoro (Leucaena
leucocepala).

Karet (Hevea brasiliensis)


JUMLAH BENIH PERKECAMBAHAN

1.2

1
Tanpa Air
0.8 (A0)

0.6 Sedikit Air


(A1)
0.4
Air
Tergenang
0.2
(A2)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari Ke-

Gambar 4. Hasil perbandingan laju perkecambahan pada media kering,


lembab, dan tergenang terhadap biji kulit tebal karet (Hevea brasiliensis).
7

3.2. Pem bahasan


3.2.1. Perkecambahan Biji tipis Kacang Hijau (Phaseolus radiatusi)
Pada Gambar 1. Menunjukkan grafik lau perkecamban biji kulit tipis
terdapat tiga media yang digunakan yaitu kering, lembab dan tergenang. Media
kering menunjukan tidak ada perkecambahan pada benih hingga akhir
pengamatan. Media lembab menunjukan ada perkecambahan yang mulai tumbuh
pada hari pertama sebanyak 2 benih, hari ke-2 sebanyak 4 dan ke-3 sebanyak 6
benih yang berkecambah, hari ke-4 sampai hari ke-6 ada 7 benih yang
berkecambah, dihari ke-7 dan ke-8 ada 8 benih yang berkecambah dan dihari ke-9
sampai hari ke-10 ada 9 yang berkecambah. Media Tergenang pada benih kacang
hijau menunjukan ada perkecambahan pada hari pertama sebanyak 4 benih, hari
ke-2 dengan 8 benih yang berkecambah, hari ke-3 dengan 9 benih yang
berkecambah, hari ke-4 sampai har uke-10 dengan 10 benih yang berkecambah.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, perbandingan
perkecambahan yang terjadi pada biji kulit tipis Kacang Hijau (Phaseolus
radiatusi) yang diletakkan tanpa air tidak mengalami pertumbuhan dikarenakan
biji tersebut kekurangan air untuk melakukan perkecambahan, sedangkan pada
perlakuan dengan sedikit air diketahui biji mengalami perkecambahan walau
dengan hasil yang tidak terlalu signifikan. Pada perlakuan biji dengan air
tergenang, diketahui bahwa biji kacang hijau mengalami perkecambahan dengan
hasil yang signifikan.

3.2.2. Perkecambahan Biji Kulit Tipis Jagung (Zea mays)


Pada gambar 2. Menunjukkan perkecambahan kulit tipis yaitu jagung
dilakukan perlakuan sebanyak 3 kali dan diamati selama 10 hari. Perlakuan
pertama adalah perlakuan tanpa air, berdasarkan pengamatan diketahui rata rata
perkecambahan biji jagung tanpa air selama 10 hari adalah 0. Hal ini disebabkan
oleh biji jagung yang diamati tidak mengalami perkecambahan. Pada perlakuan
kedua yaitu sedikit air, diketahui rata rata dari pengamatan yang dilakukan selama
10 hari yaitu pada hari pertama adalah nol selanjutnya pada hari kedua adalah 2
biji, pada hari ketiga dan keempat adalah sebanyak 2 dan 3, hari kelima adalah 4,
8

pada hari keenam, ketujuh adalah sebanyak 5 dan 6, dan hari kedelapan sampai
kesepuluh adalah sebanyak 7. Perlakuan ketiga adalah biji jagung dengan air
tergenang diketahui rata rata pada perlakuan selama 10 hari yaitu pada hari kedua
yaitu 1, pada hari ketiga sampi hari keempat sebanyak 2, pada hari kelima adalah
sebanyak 3, pada hari keenam dan ketujuh adalah sebanyak 4 dan pada hari
kedelapan sampai sepulluh adalah sebanyak 5.
Pada perlakuan dengan air yang tergenang pada biji berkulit tipis jagung,
perkecambahan berlangsung agak lambat dibandingkan pada perlakuaan dengan
air yang cukup, hal ini disebabkan karena air yang sedikit atau lembab mebuat air
dan oksigen yang cukup bagi biji jagung, sedangkan pada perlakuan air tergenang
kemungkinan biji kecambah mengamali kelebihan air serta terendamnya buah
yang mengakibatkan terjadinya kesulitan untuk mendapat oksigen.

3.2.3. Perkecambahan Biji Tebal Lamotoro (Leucaena leucocephala)


Pada gambar 3. Perkecambahan kulit tebal biji lamtoro, dilakukan perlakuan
sebanyak tiga kali. Perlakuan pertama adalah tanpa air, berdasarkan hasil
pengamatan, biji yang berada didalam piring tanpa air tidak mengalami
perkecambahan sama sekali. Perlakuan kedua adalah sedikit air, berdasarkan hasil
pengamatan, diketahui pada hari kedua, rata rata biji lamtoro yang mengalami
perkecambahan adalah 3, pada hari ketiga dan keempat adalah 6, pada hari kelima
sampai hari ketujuh adalah 7 dan pada hari kedelapan sampai kesepuluh adalah 8.
Perlakuan ketiga adalah dengan air tergenang, berdasarkan hasil pengamatan rata
rata biji lamtoro yang mengalami perkecambahan pada air yang tergenang yaitu
pada hari kedua adalah sebanyak 5, pada hari ketiga sampai hari kesepuluh adalah
8.
Dari ketiga percobaan yang telah dilakukan, perkecamabahan yang sangat
cepat terjadi yaitu pada perlakuan air tergenang. Hal itu dikarenakan pasokan air
dan oksigen tercukupi, sehingga menyebabkan air yang berfungsi dalam proses
metabolisme pemecahan materi cadangan makanan untuk menghasilkan energi
serta pertumbuhan biji.
9

3.2.4. Perkecambahan Biji Kulit Tebal Karet (Hevea brasiliensis)


Pada gambar 4. Menunjukan grafik Perkecambahan kulit tebal biji karet,
dilakukan perlakuan sebanyak tiga kali. Perlakuan pertama adalah tanpa air,
berdasarkan hasil pengamatan, biji yang berada didalam styrofoam tanpa air tidak
mengalami perkecambahan sama sekali. Perlakuan kedua adalah sedikit air,
berdasarkan hasil pengamatan, diketahui pada hari kedua sampai pada hari
kesepuluh adalah 0. Ini berarti biji karet tidak mengalami proses perkecambahan.
perlakuan ketiga adalah biji karet dengan air tergenang, berdasarkan hasil
pengamatan, pada hari kelima sampai hari kesepuluh rata rata biji karet yang
mengalami perkecambahan adalah 1.
Pada perkecambahan biji kulit tebal yaitu karet mengalami perkecambahan
yang cepat dimana pada hari pertama kecambah sudah mulai keluar dari cangkang
biji, hal ini karena, bagian luar biji karet ditipiskan bagian yang terdekat dengan
keluarnya kecambah menggunakan amplas, hal ini bertujuan agar kulit biji
menjadi lebih mudah ditembus oleh air atau udara, sehingga membantu peresapan
air yang akan mempercepat munculnya tunas.
10

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum proses perkecambahan
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama dengan ketersedian air pada
lingkungannnya, kekurangan air pada media perkecambahan dapat menghambat
bahkan menghentikan proses perkecambahan pada biji.
Laju perkecambahan umumnya terjadi lebih cepat pada biji berkulit tipis
dibandingkan dengan biji berkulit tebal. Hal ini disebabkan pada biji berkulit tebal
umumnya mengalami gejala dormansi, yang salah satu faktor penyebabnya adalah
karena sulitnya air masuk kedalam biji diakibatkan oleh kulit biji yang terlalu
tebal.
Pada biji berkulit tipis perkecambahan berlangsung secara optimal pada
kebutuhan air yang cukup, tidak berlebih dan tidak juga kekurangan air,
sedangkan pada pada biji berkulit tebal perkecambahan berlangsung secara
optimal pada keadaan lingkungan dengan keadaan air yang berlebih, karena
proses perkecambahan pada biji berkulit tebal berlangsung pada keaadan dimana
biji tenggelam.

4.2. Saran
Setelah mengikuti kegiatan praktikum mengenai perkecambahan dan
dormansi ini saya berharap praktikan dapat mengetahui tentang proses
perkecambahan pada tanaman, dan pengaruh volume air terhadap laju
perkecambahan, serta mengetahui tentang proses dormansi. Untuk praktikum
selanjutnya saya berharap dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan dengan lebih
baik lagi..
11

DAFTAR PUSTAKA

Citrawijaya. 2015. Perkecambahan dan Dormansi. Jurnal Biologi Tanaman


Fakultas MIPA UNEJ 09 (1) : 12 -13 (repository.Unej.ac.id).
Denise. 2013. Pengaruh Air dalam Perkecambahan. Jurnal Fisiologi Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu 12 (2) : 89 – 92 (jurnalundip.ac.id).
Ina. 2015. Dormansi dan Pengaruhnya Bagi Tanaman. Malang : Indarjaya
Pustaka
Naya. 2015. Dormansi pada Kacang Hijau. Jurnal Fisiologi Tumbuhan
Universitas Sumatera Utara 11 (7) : 34- 40
(jurnal_Usu_Fakultas_Pertanian_ac.id)
Nurhakim. 2015. Perbanyakan Tanaman dengan Perkecambahan. Bandung :
Pustaka Jaya Cakrawala
Rifai, Mien A. 2015. Kamus Biologi. Jakarta: Balai Pustaka
Zacky. 2016. Pengamatan Pertumbuhan Biji Karet. Jurnal Teknik Lingkungan
UNRI 12 (3) : 56- 64 (jurnalUnRi.Biji_karet.ac.id) Diakses pada
LAMPIRAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Perkecambahan Tanaman Biji Kulit Tipis pada Media
Kering, Lembab dan Tergenang
Hari Ke-
Tanaman Perlakuan Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kacang Tanpa Air 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hijau (A0) 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(Phaseolus 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
radiatusi) 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sedikit 1 4 5 8 10 10 10 10 10 10 10
Air (A1) 2 4 5 6 6 7 7 9 9 10 10
3 0 3 5 5 5 6 6 7 7 8
4 0 3 5 5 5 6 6 7 7 8
Rata-rata 2 4 6 7 7 7 8 8 9 9
Air 1 2 7 8 10 10 10 10 10 10 10
Tergenang 2 6 7 9 10 10 10 10 10 10 10
(A2) 3 3 9 9 10 10 10 10 10 10 10
4 3 9 9 10 10 10 10 10 10 10
Rata-rata 4 8 9 10 10 10 10 10 10 10
Jagung Tanpa Air 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(Zea (A0) 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
mays) 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sedikit 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Air (A1) 2 0 1 2 3 3 4 6 7 9 10
3 0 2 2 4 4 5 8 10 10 10
4 0 4 5 5 9 9 10 10 10 6
Rata-rata 0 2 2 3 4 5 6 7 7 7
Air 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tergenang 2 0 1 3 3 4 5 7 8 10 10
(A2) 3 0 1 3 4 5 6 6 7 7 8
4 0 1 2 2 3 3 3 3 1 0
Rata-rata 0 1 2 2 3 4 4 5 5 5
Tabel 2. Hasil Pengamatan Perkecambahan Tanaman Biji Kulit Tebal pada Media
Kering, Lembab dan Tergenang
Hari Ke-
Tanaman Perlakuan Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lamtoro Tanpa Air 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(Leucaena (A0) 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
leucocepala) 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sedikit Air 1 3 7 7 7 7 7 6 7 8 8
(A1) 2 2 4 5 6 8 8 9 9 9 9
3 0 1 5 6 6 7 7 7 7 7
4 0 1 5 6 6 7 7 7 7 7
Rata-rata 1 3 6 6 7 7 7 8 8 8
Air Tergenang 1 2 7 8 9 6 6 6 6 6 6
(A2) 2 4 4 6 7 8 9 9 9 9 9
3 1 5 8 8 8 8 8 8 8 8
4 1 5 8 8 8 8 8 8 8 8
Rata-rata 2 5 8 8 8 8 8 8 8 8
Karet (Hevea Tanpa Air 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
brasiliensis) (A0) 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sedikit Air 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(A1) 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Air Tergenang 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(A2) 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Rata-rata 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
Gambar 1. H-5 Kacang Hijau Gambar 2. H-5 Lamtoro
(Phaseolus radiatusi) (Leucaena leucocepala)
Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 1. H-4 Kacang Hijau Gambar 2. H-4 Lamtoro


(Phaseolus radiatusi) (Leucaena leucocepala)
Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 3. H-3 Kacang Hijau Gambar 4. H-3 Lamtoro


(Phaseolus radiatusi) (Leucaena leucocepala)
Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar 5. H-2 Kacang Hijau Gambar 6. H-2 Lamtoro
(Phaseolus radiatusi) (Leucaena leucocepala)
Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 7. H-1 Kacang Hijau Gambar 8. H-1 Lamtoro


(Phaseolus radiatusi) (Leucaena leucocepala)
Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi

Anda mungkin juga menyukai