Anda di halaman 1dari 55

Laporan Praktikum

Teknologi Benih dan Persemaian

PERKECAMBAHAN BENIH DAN PEMBUATAN


MEDIA POLYBAG

OLEH :

NAMA : ILUH PUTRI


NIM : M011211043
KELAS/KLP : TEKBEN C/20
ASISTEN : VINNI AULIA BATARA

LABORATORIUM SILVIKULTUR DAN FISIOLOGI POHON


PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan dan Kegunaan................................................................................2
1.2.1. Tujuan...............................................................................................2
1.2.2. Kegunaan..........................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
2.1. Perkecambahan..........................................................................................3
2.2. Media Tanam...........................................................................................11
2.2.1. Media Perkecambah......................................................................17
2.2.2. Media Sapih..................................................................................17
2.3. Pupuk Organik.........................................................................................18
2.2.1. Pupuk Kompos..............................................................................27
2.2.2. Pupuk Kandang.............................................................................27
2.4. Pembuatan Media Sapih..........................................................................34
III. METODE PRAKTIKUM............................................................................35
3.1. Waktu dan Tempat...................................................................................35
3.2. Alat dan Bahan........................................................................................35
3.2.1. Alat.................................................................................................35
3.2.2. Bahan.............................................................................................35
3.3. Prosedur Kerja.........................................................................................35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................37
4.1. Hasil.........................................................................................................37
4.2. Pembahasan.............................................................................................38
V. PENUTUP.....................................................................................................40
5.1. Kesimpulan..............................................................................................40
5.2. Saran........................................................................................................40
5.2.1. Saran Untuk Asisten......................................................................40
5.2.2. Saran Untuk Laboratorium............................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41

ii
LAMPIRAN..........................................................................................................43

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal…………………………..…...7


Gambar 2. Hasil Pembuatan Media Perkecambahan Benih………….…………37
Gambar 3. Hasil Pembuatan Media Polybag……………….……..……….……37

iv
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman yang
diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Perkecambahan sangat dipengaruhi
oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan digunakan
untuk memacu aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan. Perkecambahan
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan. Air akandiabsorbsi
dan digunakan untuk memacu aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan.
Perkecambahan merupakanfase awal pertumbuhan individu baru. Proses ini sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk memacu aktivitas
enzim yang diperlukan dalam metabolisme perkecambahan di jaringan dalam benih. Fase
perkecambahan diawali dengan imbibisi yang menjadikan kulit biji lunak dan terjadinya
peningkatan aktivitas enzimatik.Pada saat perkecambahan, imbibisi air merangsang
aktivitas giberelin yang diperlukan untuk mengaktivasi enzim αamilase. Enzim ini
selanjutnya masuk ke dalam cadangan makanan dan mengkatalis proses perubahan
cadangan makanan, pati menjadi gula yang kemudian digunakan sebagai sumber energi
untuk pembelahan dan pertumbuhan sel Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu
perkecambahan epigeal dan hipogeal. Perkecambahan epigeal Tipe perkecambahan.
epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan
kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah). Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau,
kedelai, bunga matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang muncul ketika biji
berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan
tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan
tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan
memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan
di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio. Perkecambahan hipogeal Perkecambahan
hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang. Kotiledon tetap berada di dalam
tanah. Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis, kacang
kapri, jagung, dan rumput-rumputan. Guna memaksimalkan bibit yang tumbuh di
persemaian maka terlebih dahulu dilakukan perkecambahan benih. Perlakuan pada benih
dapat dilakukan dengan berbagaicara antara lain dengan cara mekanis, fisik maupun
kimia. metode yang paling praktis (Junaidi, dkk., 2021).
Kualitas benih ditandai oleh daya berkecambah benih. Ukuran biji berpengaruh
terhadap pemanfaatan kedelai. Ukuran biji besar cenderung dimanfaatkan sebagai bahan

1
baku industri, sedangkan ukuran biji kecil pemanfaatannya sebagai benih yang ditanam
kembali. Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya
tanaman yang peranannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain, karena benih sebagai
bahan tanaman dan pembawa potensi genetik, mutu suatu benih dapat dilihat dari
beberapa aspek seperti kebenaran varietas, kemurnian benih, daya hidup, serta bebas
hama dan penyakit (Yulyatin, dkk., 2016).
Teknik pembibitan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam program-
program pembangunan hutan tanaman (hutan rakyat) maupun kegiatan rehabilitasi hutan.
Penggunaan bibit yang berkualitas akan menghasilkan tegakan dengan tingkat
produktivitas yang tinggi. Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas diantaranya
diperlukan media tanam yang tepat dari sifat fisik, kimia, dan biologisnya sehingga bibit
dapat bertahan hidup dan tumbuh dengan baik setelah ditanam dilapangan. Penggunaan
tanah lapisan atas (top soil) masih menjadi pilihan utama sebagai mediatanam dalam
pembibitan tanaman kehutanan karena sangat subur dan banyak mengandung bahan
organik. Namun disisi lain, penggunaan top soil dalam jumlah besar dapat berdampak
negatif terhadap keseimbangan lingkungan (Irawan, dkk., 2015).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka akan dijelaskan lebih lanjut mengenai
cara perkecambahan benih dengan benar dan baik dengan beberapa campuran
media tanam agar dapat menghasilkan bibit tanaman yang bermutu.
Perkecambahan tersebut dilakukan dengan dua jenis media, yakni pada tempat
mika untuk benih jati dan polybag untuk benih jambu mente.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

1.2.1. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum keempat ini, yakni mahasiswa dapat


mengetahui cara perkecambahan benih dengan benar dan baik sehingga
menghasilkan bibit tanaman yang bermutu.

1.2.2. Kegunaan

Adapun kegunaan dari praktikum keempat ini, yakni mahasiswa dapat


memahami cara dalam pembuatan perkecambahan benih dengan benar dan baik
sehingga menghasilkan bibit tanaman yang bermutu.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkecambahan

Perkecambahan merupakan fase awal perkembangan tanaman berbiji, yaitu


pertumbuhan embrio yang dimulai kembali setelah penyerapan air atau imbibisi.
Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman
mengalami sejumlah perubahan fisologis yang menyebabkan berkembang menjadi
tumbuhan muda (Siregar, dkk., 2018).
Perkecambahan merupakan permulaan kembali pertumbuhan tumbuhan
embrio di dalam biji. Yang diperlukannya ialah suhu yang cocok, banyaknya air
yang memadai, dan persediaan oksigen yang cukup. Periode dormansi juga
merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji, sebagai contoh, biji buah
apel hanya dapat berkecambah setelah masa dingin yang lama. Proses
perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian yang komplek dari perubahan
morfologi, fisiologi, dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih
dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit biji dan
hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dari kegiatan-kegiatan sel dan
enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap
dimana terjadi penguraian bahan-bahan karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ketitik tumbuh. Tahap keempat
adalah asimilasi dari bahan yang telah diuraikan tadi nerismatik untuk
menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-
sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.
Sementara daun belum berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka
pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada
dalam biji (Handoko, dkk., 2020).
Benih yang berukuran besar umumnya lebih vigor dibandingkan benih yang
berukuran kecil. Ukuran biji berpengaruh terhadap keseragaman pertumbuhan
tanaman dan daya simpan benih. Pada beberapa spesies, biji-biji yang lebih kecil
dalam suatu lot benih dari varietas yang sama mempunyai masa hidup yang lebih
pendek. Benih yang berukuran lebih kecil memiliki impermeabilitas terhadap air

3
lebih tinggi karena benih kecil memiliki kualitas kulit yang lebih baik. Namun
benih besar dapat mengalami kehilangan kualitas yang disebabkan oleh benturan
fisik. Benih berukuran kecil mempunyai viabilitas tinggi karena kerusakan
membran yang dialaminya lebih ringan daripada benih berukuran besar. Upaya
penyimpanan juga diperlukan karena adanya pergeseran minat petani menanam
kedelai dari benih berukuran kecil ke besar, karena ukuran benih memengaruhi
ketahanannya terhadap kondisi lingkungan simpan. Umumnya memiliki
ketahanan yang lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimal
dibandingkan varietas yang berbiji besar dan berkulit biji terang. Terkait ukuran
benih, benih uji yang mewakili benih ukuran besar, ternyata memiliki ketahanan
yang lebih baik. Ukuran biji berpengaruh terhadap pemanfaatan kedelai. Ukuran
biji besar cenderung dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, sedangkan ukuran
biji kecil pemanfaatannya sebagai benih yang ditanam kembali (Yulyatin, dkk.,
2016).
Biji yang berkecambah belum memiliki kemampuan untuk menyintesis
cadangan makanan sendiri.Kebutuhan karbohidrat didapatkan dari cadangan
makanan (endosperma).Umumnya cadangan makanan pada biji berupa amilum
(pati). Pati tidak dapat ditransportasikan ke sel-sel lain, oleh karena itu pati harus
diubah terlebih dahulu kedalam bentuk gula yang terlarut dalam air (Junaidi, dkk.,
2021).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji adalah sebagai
berikut (Junaidi, dkk., 2021) :
1. Faktor Internal, adalah faktor yang berasal dari dalam biji, ada beberapa hal
yang mempunyai kaitan yaitu :
a) Tingkat kematangan biji, pada umumnya biji yang muda tidak mempunyai
kemampuan daya tahan hidup yang cukup serta tidak memiliki daya
kecambah yang baik, karena biji tidak cukup memiliki cadangan makanan
serta embrio belum terbentuk secara sempurna.
b) Berat dan ukuran biji, berat dan ukuran biji yang besar akan memiliki
cadangan maknan yang cukup, yang berada dalam kotiledonnya dan
cadangan makanan tersebut akan digunakan embrio sebagai energy untuk
berkecambah.

4
c) Dormansi, biji dalam keadaan dormansi tidak bisa berkecambah meskipun
lingkungannya sudah cukup dalam menunjang perkecambahan.
2. Faktor Eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar biji, ada beberapa hal
yang mempunyai kaitan yaitu :
a) Air, sebagai pengurai karbohidrat dalam kotiledon biji, untuk dipergunakan
dalam pertumbuhan embrio.
b) Suhu, suhu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan biji dengan suhu
sekitar 25 – 35 derajat celcius.
c) Oksigen dapat diserap oleh biji melalui proses respirasi yang akan
mendorong pertumbuhan kecambah dengan cepat.
d) Cahaya, digunakan untuk proses pelapukan cangkang.
Proses perkecambahan biji dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
dormansi biji.Dormansi merupakan suatu keadaan biji yangmengalami masa
istirahat dan sulit berkecambahwalaupun pada lingkungan yang
memungkinkanuntuk tumbuh. Pematahan dormansi perlu dilakukan untuk
mempercepat perkecambah dapat dilakukan secara fisika dan kimia. proses
perkecambahan biji ditentukan oleh keseimbangan antara promoter dan inhibitor
perkecambahan terutama GA3. GA3 eksogen selain dapat menekan konsentrasi
asam juga berfungsi untuk pembelahan dan pemanjangan sel seperti mempercepat
pemanjangan radikula dan plumula pada biji berkecambah. Rendahnya biji
berkecambah diduga akibat benih yang digunakan belum masak fisiologis, Benih
yang dipanen sebelum masak fisiologis belum memiliki cadangan makanan yang
cukup dan keadaan embrio belum sempurna. Sedangkan yang masak fisiologis
embrio telah terbentuk secara sempurna serta telah memiliki cadangan makanan
yang cukup. Panjang akar menunjukkan aktivitas akar dalam menyerap
nutrisi.Oleh karena itu, banyak sedikitnya unsur hara yang terkandung dalam
media mempengaruhi perpanjangan akar.Panjang akar lebih pendek jika
ketersediaan unsur hara media melimpah. Rendahnya jumlah air akan
menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, defisit air dalam jangka waktu
yang pendek hanya berpengaruh pada efisiensi fotosintesis, sedangkan untuk
jangka panjang mengakibatkan menurunnya efisiensi pembentukan bahan kering
(Junaidi, dkk., 2021).

5
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan dari
embrio yang mengalami perubahan dimana plumula tumbuh dan berkembang
menjadi batang dan radikula tumbuh menjadi akar. Berdasarkan letak kotiledon
saat berkecambah ada dua tipe perkecambahan yaitu, perkecambahan hipogeal
dan perkecambahan epigeal. Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu
perkecambahan epigeal dan hypogeal yaitu (Junaidi, dkk., 2021) :
1. Perkecambahan Epigeal
Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh
memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah).
Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh
tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari dan kacang tanah.
Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini
kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang
dirangsang dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke
permukaan tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan
daun pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di
dalamnya telah habis digunakan oleh embrio. Tipe perkecambahan epigeal
ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan
kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah). Kotiledon dapat melakukan
fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh tumbuhan ini adalah kacang
hijau, kedelai, bunga matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang muncul
ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh
menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan
cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat
kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian
kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis
digunakan oleh embrio.
2. Perkecambahan Hipogeal
Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang
kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji.Kotiledon
tetap berada di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan
ini adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan.

6
Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian
plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada
di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan ini adalah
kacang ercis, kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan. Biji yang berkecambah
belum memiliki kemampuan untuk menyintesis cadangan makanan sendiri.
Kebutuhan karbohidrat didapatkan dari cadangan makanan (endosperma).
Umumnya cadangan makanan pada biji berupa amilum (pati). Pati tidak dapat
ditransportasikan ke sel-sel lain, oleh karena itu pati harus diubah terlebih dahulu
kedalam bentuk gula yang terlarut.

Gambar 1. Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal

Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih dibedakan menjadi dua


yaitu faktor dalam dan faktor luar (Handoko, dkk., 2020) :
1. Faktor Dalam
a. Tingkat Kemasakan Benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologinya tercapai
tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman,
benih yang demikian tidak dapat berkecambah. Pada tingkatan tersebut
benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga
pembentukan embrio belum sempurna.
b. Ukuran Benih
Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat,
protein, lemak, dan mineral. Dimana bahan-bahan tersebut diperlukan
sebagai energi bagi embrio saat perkecambahan. Benih yang berukuran

7
besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan
dengan benih kecil.
c. Dormansi
Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya hidup
tetapi tidak dapat berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan
lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan. Periode dormansi
dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun,
tergantung pada jenis dan tipe dormansinya. Tipe-tipe dormansi antara lain
dormansi fisik yang disebabkan oleh impermiabilitas kulit biji terhadap air,
disini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri
dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama
dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunya lapisan lilin,
resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio disebabkan kulit
biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio, permeabilitas
yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas. Dormansi fisiologis yang
disebabkan oleh immaturity embrio, after ripening, dormansi sekunder,
dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio. Faktor-
faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi
tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain
yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan
temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan
untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan
dari mikroorganisme. Penyebab dan mekanisme dormansi merupakan hal
yang sangat penting diketahui untuk dapat menentukan cara pematahan
dormansi yang tepat sehingga benih dapat berkecambah dengan cepat dan
seragam. Masa dormansi tersebut dapat dipatahkan dengan beberapa
perlakuan misalnya perlakuan skarifikasi mekanik maupun kimiawi.
d. Penghambat Perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan
benih, antara lain :
1) Larutan dengan tingkat osmotik tinggi, missal larutan mannitol,
larutan NaCl.

8
2) Bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme, umumnya
menghambat respirasi seperti: slanida, dinitrofenol, azide, flourida,
hydroxylamine.

2. Faktor Luar
a. Air
Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses
perkecambahan benih. Dua faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh
benih, yakni sifat dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan
jumlah air yang tersedia pada medium disekitarnya. Banyaknya air yang
diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benih. Tetapi umumnya tidak
melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya. Tingkat pengambilan air
juga dipengaruhi oleh temperatur, temperatur yang tinggi menyebabkan
meningkatnya kebutuhan akan air. Benih tanaman mempunyai kemampuan
berkecambah pada kisaran air tanah tersedia mulai dari kapasitas lapangan
sampai titik layu permanen. Yang dimaksud dengan kapasitas lapangan dari
tanah adalah jumlah air maksimum yang tertinggal setelah air permukaan
dikuras dan setelah air yang keluar dari tanah karena gaya berat habis.
Sedangkan titik layu permanen adalah suatu keadaan dari kandungan air
tanah di mana terjadi kelayuan pada tanaman yang tidak dapat balik. Tetapi
kemampuan tersebut berbeda-beda tergantung pada jenis tanamannya.
Untuk kebanyakan benih tanaman kondisi yang kelewat basah sangat
merugikan, karena menghambat aerasi dan merngsang timbulnya penyakit.
Tanah yang terlalu banyak mengandung air dapat mengakibatkan benih
rusak disebabkan oleh cendawan dan bakteri tanah.
b. Temperatur
Tanaman pada umumnya dapat diklasifikasikan berdasarkan
kebutuhannya akan temperatur :
1) Tanaman yang benihnya hanya akan berkecambah pada temperatur
yang relatif rendah.

9
2) Tanaman yang benihnya hanya akan berkecambah pada temperatur
yang relatif tinggi. Benih dari kebanyakan tanaman tropika
membutuhkan temperatur tinggi untuk perkecambahannya.
3) Tanaman yang mampu berkecambah pada kisaran temperatur dari
rendah sampai tinggi.
Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan
bagi berlangsungnya perkecambahan benih. Pada kisaran temperatur ini
terdapat persentase perkecambahan yang tinggi. Temperatur optimum bagi
kebanyakan benih tanaman adalah diantara 80°- 90°F (26,5 - 35°). Dibawah
ini yaitu temperatur minimum serendah 32°- 42° (0° - 5°) kebanyakan benih
akan gagal untuk berkecambah, atau akan terjadi kerusakan “chilling” yang
mengakibatkan terbentuknya kecambah abnormal.
c. Oksigen
Proses respirasi ini akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada
saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai
pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon
dioksida, air dan enersi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dapat
dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih.
Walaupun demikian ada beberapa jenis tanaman yang mempunyai
kemampuan untuk berkecambah pada keadaan yang kurang oksigen, misal
padi (Oryza sativa L.).
d. Cahaya
Kebutuhan biji terhadap cahaya untuk perkecambahan tanaman
berbeda-beda tergantung pada jenis tanamannya. Biji yang berkecambah
pada keadaan yang kurang cahaya ataupun gelap dapat menghasilkan
kecambah yang mengalami etiolasi. Yaitu terjadinya pemanjangan yang
tidak normal pada hipokotil atau epikotilnya, kecambah berwarna pucat dan
lemah.
e. Media Tanam
Media yang baik untuk perkecambahan benih haruslah mempunyai
sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan untuk menyimpan air
dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan “Damping

10
off”. Tanah dengan tekstur lempung berpasir dan dilengkapi dengan bahan-
bahan organik merupakan media yang baik bagi kecambah. Pasir dapat
digunakan sebagai medium tumbuh. Kondisi fisik dari tanah sangat penting
bagi berlangsungnya kehidupan kecambah menjadi tanaman dewasa. Benih
akan terhambat perkecambahannya pada tanah yang padat, karena benih
berusaha keras untuk dapat menembus kepermukaan tanah. Tanah sebagai
media tumbuh tanaman harus mempunyai kandungan hara yang cukup
untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai tanaman tersebut
berproduksi. Namun belum tentu semua tanah mempunyai kandungan hara
yang menunjang, karena kurangnya unsur hara tersebut juga disebabkan
oleh lingkungan dan kondisi tanah itu sendiri. Berbagai alternatif jenis
media tanam dapat digunakan, tetapi pada prinsipnya penggunaan media
tanam yang mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman.
Penggunaan media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal
bagi tanaman.

2.2. Media Tanam

Pemanfaatan bahan organik seperti cocopeat dan arang sekam padi sangat
potensial digunakan sebagai komposit media tanamalternatif untuk mengurangi
penggunaan top soil. Salah satu kelebihan penggunaan bahan organic sebagai
media tanam adalah memiliki struktur yangdapat menjaga keseimbangan aerasi.
Bahan-bahan organik terutama yang bersifat limbah yang ketersediaannya
melimpahdan murah dapat dimanfaatkan untuk alternatif media tumbuh yang sulit
tergantikan. Bahanorganik mempunyai sifat remah sehingga udara, air, dan akar
mudah masuk dalam fraksi tanahdan dapat mengikat air. Hal ini sangat penting
bagi akar bibit tanaman karena media tumbuh sangatberkaitan dengan
pertumbuhan akar atau sifat di perakaran tanaman. Media sapih sebagai tempat
perkembangan akar merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan bibit. Media penyapihan yang baik harus memiliki persyaratan
antara lain mampu menjaga kelembaban tanah, memiliki aerasi dan drainase yang
baik, tidak memiliki salinitas yang tinggi, serta bebas dari hama dan penyakit.
Penambahan arang sekam padi pada media top soil memiliki pengaruh positif

11
terhadap pertumbuhan bibit cempaka wasian umur enam bulan. Penambahan
arang sekam dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering
pucuk, dan berat kering akar sebesar 16,97%, 23,58%, 56,25%, dan 77,27% jika
dibandingkan dengan perlakuan kontrolnya. Media tanah yang ditambah arang
sekam dapat memperbaiki porositas media sehingga baik untuk respirasi akar,
dapat mempertahankan kelembaban tanah, karena apabila arang sekam
ditambahkan ke dalam tanah akan dapat mengikat air, kemudian dilepaskan ke
pori mikro untuk diserap oleh tanaman dan mendorong pertumbuhan
mikroorganisme yang berguna bagi tanah dan tanaman. Arang sekam mampu
memberikan respons yang lebih baik terhadap berat basah tanaman maupun berat
kering tanaman. Karakteristik arang sekam padi adalah memiliki sifat lebih remah
dibanding media tanam lainnya. Sifat inilah yang diduga memudahkan akar bibit
cempaka wasian yang diuji dapat menembus media dan daerah pemanjangan akar
akan semakin besar serta dapat mempercepat perkembangan akar. Berdasarkan
persentase perbedaan peningkatan pertumbuhan juga dapat diketahui bahwa berat
kering akar memiliki nilai peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan berat kering pucuknya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
penambahan arang sekam memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap
peningkatan perkembangan akar bibit cempaka wasian dibandingkan bagian
pucuknya yang efeknyajuga positif terhadap pertumbuhan tajuk.Bobot kering
akar. merupakan akumulasi senyawa organik dan terkait dengan pertumbuhan
panjang akar, semakin panjang akar maka akan menghasilkan bobot kering akar
yang lebih. Pada dasarnya, pertumbuhan organ akar dan batang sangat kompleks,
terutama dalam hal mobilisasi fotosintat, banyakfaktor yang mempengaruhi
tanaman. Apabila kondisi terbatas, pertumbuhan akar akandigalakkan untuk
mendapatkan hara dan air lebih banyak. Perkembangan sistem perakaran akan
mempengaruhi perkembangan tajuk bibit yaitupertumbuhan tinggi dan diameter
bibit. Akar menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan oleh tajuk bibit untuk
kegiatan fotosintesis, sementara tajuk bibit menyediakan hasil fotosintesis yang
diperlukan untuk pertumbuhan akar dan bagian lainnya. Secara umum
penambahan arang sekamdapat meningkatkan perkembanganyang lebih efektif
pada akar bibit jabon yang diuji pada media sub soil. Selanjutnya, penambahan

12
media cocopeat dalam penelitian ini memberikan hasil yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Nilai penurunan dari penambahan media
komposit tersebut cukup signifikan, terutama respons yang diberikan terhadap
parameter berat kering pucuk (BKP). Media cocopeat pada dasarnya memiliki
kemampuan mengikat dan menyimpan air yang sangat kuat. Serbuk sabut kelapa
(cocopeat) merupakan media yang memiliki kapasitas menahan air cukup tinggi.
Media cocopeat memiliki pori mikro yang mampu menghambat gerakan air lebih
besar sehingga menyebabkan ketersediaan air lebih tinggi. Pada saat tertentu,
kondisi tersebut menyebabkan pertukaran gas pada media mengalami hambatan
karena media mulai jenuh oleh air. Hal ini terjadi karena ruang pori makro yang
seharusnya terisi oleh udara ikut terisi oleh air sehingga akar mengalami hambatan
dalam pernapasan. Oleh karena itu, udara dalam media sapih akan semakin
berkurang sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Cocopeat dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman dikarenakan sifatnya yang dapat menjadikan
media lebih masam. Dalam penelitiannya diketahui media campuran
tanah+cocopeat dan kompos+cocopeat memiliki pH yang relatif lebih
rendah,yaitu antara 5,3-6,8, dibandingkandengan kelompok media campuran
tanah+kompos yaitu 6,3-7. Berdasarkan hasil analisis media yang digunakan pada
bibit cempaka wasian ini juga diketahui nilai pH media top soil+cocopeat
memiliki nilai yang paling rendah meskipun perbedaannya dengan media lain
tidak terlalu signifikan. Hal lain yang diduga menjadi penyebab rendahnya
respons yang diberikan oleh penambahan bahan cocopeat terhadap pertumbuhan
bibit cempaka wasian adalah adanya zat tanin yang terkandung dalam serbuksabut
kelapa. Zat tanin merupakan senyawa penghalangmekanis dalam penyerapan
unsur hara. Dalam penelitiannya, respons yang diberikan dari pengaruh
penggunaan cocopeat terhadap pertumbuhan bibit sengon adalah menjadikan
ukuran daun lebih kecil dan berwarna kekuning-kuningan, akibatnya bibit sengon
mengalami pertambahantinggi dan diameter yang lambat. Unsur hara makro yang
terkandung dalam suatu media sapih akan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur tersebut tidak dapat tergantikan oleh unsur
lain dan jika tidak tersedia dalam jumlah yang cukup akan mengakibatkan
pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal. Hasil analisis kandungan hara dalam

13
media menunjukkan bahwa media komposit top soil+arang sekam padi
mempunyai persentase kandungan unsur N yang lebih tinggi dibandingkan
dengan media komposit top soil+cocopeat, namun memiliki nilai yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol (top soil). Media arang sekam
padi merupakan media yang telah melalui proses pembakaran sehingga kadar
karbon tinggi dan mudah terdekomposisi. Selain itu, arang sekam padi memiliki
daya serap tinggi karena memiliki pori yang lebih besar sehingga mampu
menyerap unsur hara yang ada disekitarnya untuk disimpan dalam pori tersebut.
Tidak sebandingnya respons pertumbuhan bibit dengan unsur hara yang
terkandung antara media top soil+arang sekam padi dan top soil diduga
disebabkan oleh tingkat kepadatan media top soil yang digunakan. Top soil yang
cenderung padat akan menyebabkan aerasi kurang baik sehingga akar bibit
cempaka wasian yang diuji pada perlakuan kontrol (top soil) tidak dapat
berkembang secara maksimal. Sementara itu, pada media komposit
tanah+cocopeat diketahui memiliki kandungan unsur N yang paling rendah
dibandingkan dengan media sapih lainnya yaitu hanya sebesar 0,01. Fungsi unsur
N pada tanaman adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Gejala
tanaman yang kekurangan unsur ini adalah tanaman kerdil, pertumbuhan akar
terbatas, dan daun berwarna lebih pucat. Berdasarkan uraian tersebut dapat
diketahui bahwa pemanfaatan bahan organik arang sekam padi sebagai komposit
media top soil mampu memberikan respons yang lebih baik bagi pertumbuhan
bibit cempaka wasian dibandingkan dengan penggunaan bahan organikcocopeat
(Irawan, dkk., 2015).
Sekam bakar adalah media tanam yang porous dan steril dari sekam padi
yang hanya dapat dipakai untuk satu musim tanam dengan cara membakar kulit
padi kering di atas tungku pembakaran, dan sebelum bara sekam menjadi abu
disiram dengan air bersih. Hasil yang diperoleh berupa arang sekam (sekam
bakar). Arang sekam adalah sekam padi yang telah dibakar dengan pembakaran
tidak sempurna. Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan menyangrai atau
membakar. Keunggulan sekam bakar adalah dapat memperbaiki sifat fisik dan
kimia tanah, serta melindungi tanaman. Sekam bakar yang digunakan adalah hasil
pembakaran sekam padi yang tidak sempurna, sehingga diperoleh sekam bakar

14
yang berwarna hitam, dan bukan abu sekam yang bewarna putih. Sekam padi
memiliki aerasi dan drainasi yang baik, tetapi masih mengandung organisme-
organisme pathogen atau organisme yang dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Oleh sebab itu sebelum menggunakan sekam sebagai media tanam,
maka untuk menghancurkan patogen sekam tersebut dibakar terlebih dahulu.
Tujuan pemeliharaan tanaman adalah supaya pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sawi optimal (Gustia, 2013).
Tindakan pemeliharaan tanaman dilakukan dengan tujuan sebagai berikut
(Gustia, 2013) :
a) Pemberian pupuk dilakukan pada saat pembuatan media sebanyak 25 g
setiap polybag sebagai pupuk dasar, dan sebulan sekali sebagai pupuk
lanjutan.
b) Penyiangan dan penggemburan dilakukan sekaligus, yaitu dua minggu
setelah tanaman. Pemeliharaan selanjutnya tiap satu minggu sekali (jika
perlu).
c) Penyiraman dilakukan bersifat insidentil tergantung kondisi lapangan.
d) Pengendalian hama dan penyakit bersifat kalender pada umur satu, tiga, dan
empat minggu secara mekanis.
Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar
akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.
Sekam bakar sebagai salah satu bahan organik merupakan media tanam yang
dapat menjaga kelembaban. Hal ini disebabkan sekam bakar lebih porous karena
memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang, sehingga sirkulasi
udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi. Bahan
organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2),
air (H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara
yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Perkembangan jaringan
tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur hara makro dan mikro serta media tanam.
Unsur hara mikro Ca dibutuhkan antara lain dalam mengaktifkan sejumlah enzim
yang berfungsi dalam mitosis, divisi dan elongasi sel-sel; pembelahan sel; sintesis
protein dan trasnlokasi karbohidrat. Tingkat pertumbuhan antara akar dengan

15
pohon (batang, cabang, tajuk, dll) secara fisiologis pada dasarnya terdapat
keseimbangan, sehingga suplai hara akan sesuai dengan kebutuhan. Tanaman
yang terpenuhi kebutuhan unsur haranya, akan dapat merangsang pertumbuhan
daun baru. Tanaman yang cukup mendapat nitrogen dalam tanah akan tumbuh
lebih hijau. Penambahan nitrogen pada tanaman dapat mendorong pertumbuhan
organ-organ yang berkaitan dengan fotosintesis seperti daun. Tanaman yang
cukup mendapat suplai nitrogen akan membentuk daun yang memiliki helaian
lebih luas dengan kandungan kloropil yang lebih tinggi, sehingga tanaman mampu
menghasilkan karbohidrat/asimilat dalam jumlah yang tinggi untuk menopang
pertumbuhan vegetatif. Sekam bakar memiliki karakteristik yang istimewa, oleh
karena itu dapat dimanfaatkan sebagai media tanam untuk hidroponik. Sebagai
media tanam, sekam bakar berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, sifat
kimia, dan melindungi tanaman. Kondisi ini akan berdampak positif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi, dimana perakaran akan
berkembang dengan baik sehingga pengambilan hara oleh akar akan optimal. Hal
ini terlihat pada perlakuan P2 yang memperlihatkan pertumbuhannya lebih baik
dibandingkan perlakuan lainnya (Gustia, 2013).
Media tanam yang baik akan sangat mendorong keberhasilan pertumbuhan
tanaman selanjutnya juga sangat berpengaruh terhadap produksi buah. Media
tanam seperti rockwall, pasir, arang sekam, cocopeat dan lain - lain dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang ditanam. Varietas
merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha pengelolaan
teknik budidaya tanaman. Pemilihan varietas memegang peranan penting dalam
budidaya, karena untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi sangat
ditentukan oleh potensi genetiknya. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak
dilakukan dengan baik, maka potensi daya hasil biji yang tinggi dari varietas
unggul tersebut tidak dapat tercapai. Media pertumbuhan yaitu tempat tumbuh
sistem perakaran, sumber atau media air dan hara bagi tanaman. Media tumbuh
yang baik harus menyediakan air, udara dan hara dalam kondisi seimbang guna
menjamin perkembangan akar yang sempurna dan pertumbuhan tanaman yang
lebih baik. Media perkecambahan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses perkecambahannya benih. Pertumbuhan dan perkembangan

16
pada fase vegetatif merupakan awal pembentukan tanaman untuk tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman yang produktif. Fase vegetative terjadi pada
perkembangan akar, daun dan batang baru. Pada penelitian ini media tanam yang
terbaik pada media tanam rockwall. Rockwall merupakan media yang ringan saat
kering dan mudah menyerap air. Beberapa varietas berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman. Adanya pengaruh sangat nyata disebabkan oleh
perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan
perkecambahan. Faktor genetik berasal dari benih itu sendiri dan tergantung
varietas. Masing - masing varietas mempunyai perbedaan genetik sehingga
mempengaruhi pertumbuhan. Tiap – tiap varietas terdiri dari sejumlah genotip
yang berbeda dan mempunyai kemampuan beradaptasi yang berbda terhadap
lingkungan tertentu. Potensi pemanfaatan media tanam berpengaruh sangat nyata
terhadap jumlah daun. Adanya pengaruh sangat nyata disebabkan bahwa jumlah
bakal daun yang terdapat pada embrio biji yang masak merupakan karakteristik
spesies. Jumlah daun dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan. Daun merupakan
organ tanaman tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun
sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam
melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat tumbuh
melakukan proses fotosintesis lebih banyak sehingga fotosintat yang dihasilkan
akan banyak juga (Siregar, dkk., 2018).

2.2.1. Media Perkecambah

Dalam pengujian benih, salah satu persyaratan tumbuh yang paling penting
adalah substrat/media tumbuh benih. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perkecambahan benih adalah media perkecambahan. Pada beberapa benih
tertentu, substrat perkecambahan dapat menyebabkan benih menjadi dorman
(enforced domancy). Pemilihan media tanam yang tepat tentunya akan
berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman. Begitu halnya
dalam proses perkecambahan yang merupakan tahap awal perkembangan suatu
tanaman. Untuk menghasilkan benih yang memiliki kualitas fisiologis (viabilitas)
yang tinggi maka media perkecambahan yang digunakan harus memiliki sifat-sifat
yang baik. Seperti media yang digunakan harus memiliki kemampuan menyerap

17
dan menyimpan air, menyediakan cukup oksigen, mampu menahan ketersediaan
unsur hara, tidak bersifat toksik, serta bebas dari organisme penyebab hama
maupun penyakit (Murniati, dkk., 2016).

2.2.2. Media Sapih

Media sapih adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk
rnernperoleh bibit yang berkualitas dalam waktu singkat. Oleh karena itu dalam
mempersiapkan medium sapih perlu diperhatikan unsur hara yang tersedia dalam
medium tersebut sehingga pertumbuhan bibit dapat berlangsung dengan optimal.
Agar upaya penanaman tersebut berhasil maka di samping pemilihan jenis pohon
yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, penggunaan bibit yang bermutu
perlu puladilakukan, sehingga pertumbuhan tanaman atau tegakan yang dibangun
tumbuh optimal. Media sapih merupakan salah satu faktor eksternal yang
memberikan pengaruh strategis bagi pertumbuhan tanaman. Media sapih yang
baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman. Media sapih merupakan salah satu faktor lingkungan yang
berfungsi sebagai media tumbuh bagi akar tanaman, penopang tanaman agar
tumbuh dengan baik, dan penyedia unsur hara serta air bagi pertumbuhan
tanaman. Tiap jenis media sapih mempunyai bobot dan porositas yang
berbedabeda. Cocopeat merupakan salah satu media sapih yang dihasilkan dari
proses penghancuran sabut kelapa. Dalam proses penghancuran sabut dihasilkan
serat atau fiber, serta serbuk halus atau cocopeat. Serbuk tersebut dapat digunakan
sebagai media sapih karena kemampuannya menyerap air dan menggemburkan
tanah. Cocopeat memiliki bobot yang ringan, dengan berat jenis 0,045 dan berat
kering 90 gram/liter cocopeat. Di samping itu media ini memiliki kemampuan
untuk mengikat akar. Penggunaan tempat sapih dengan kapasitas volume media
yang berbeda akan mempengaruhi efesiensi penggunaan media dan pengangkutan
bibit ke lapangan. Tempat bibit yang lebih praktis dengan kapasitas media
minimum akan memberikan tingkat efesiensi yang lebih baik. Penggunaan wadah
sapih politube telah banyak digunakan, utamanya dalam pembibitan dengan
produksi secara massal. Keunggulan dari penggunaan politube adalah bibit yang
dihasilkan memiliki sistem perakaran yang menyebar dengan alur root-trainer,
selain itu politube juga dapat digantung untuk menghindarkan akar menembus

18
lantai persemaian dan kokoh untuk menjaga kekompakan media. Penggunaan
tanah lapisan olah untuk media pertumbuhan bibit mempunyai beberapa
kelemahan diantaranya adalah media sapih cepat padat, aerasi kurang baik, berat
per satuan bibit tinggi dan ketersediaan unsur hara tertentu bagi tanaman kurang.
Adanya alternatif bahan pencampur atau bahan pengganti media sapih tanah yang
mempunyai sifat lebih baik bagi pertumbuhan bibit tanaman kehutanan sangat
diperlukan. Selain penggunaan media sapih yang baik, untuk memacu
pertumbuhan bibit dipersemaian diperlukan pemberian pupuk seperti NPK pada
taraf dosis tertentu (Irawan, dkk., 2014).

2.3. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang


diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pupuk organik sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas
lahan. Penggunaan pupuk organik padat dan cair pada sistem pertanian organik
sangat dianjurkan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pemakaian pupuk
organik juga dapat memberi pertumbuhan dan hasil tanaman yang baik. Pengaruh
yang sama antara perlakuan pemupukan urea 100% dibandingkan dengan
penggunaan 100% nitrogen yang berasal dari azola pada tanaman padi. Kombinasi
pupuk organik dan anorganik pada tanaman padi. Penggunaan pupuk organik 10
ton/ha dan pupuk anorganik (200kg Urea/ha + 100kg SP-36/ha + 100kg KCl/ha)
mampu meningkatkan efektivitas agronomi jika dibandingkan hanya
menggunakan pupuk anorganik. Pemanfaatan abu sekam sebagai alternatif pupuk
organik sumber kalium pada budidaya tanaman padi sawah. Penggunaan pupuk
organik padat dan cair juga telah diteliti pada beberapa tanaman selain padi,
seperti pada tanaman kentang, jagung manis dan pada tanaman bawang merah.
Penggunaan pupuk organik padat atau cair secara umum dapat digunakan sebagai
substitusi pupuk kimia yang memberikan hasil yang baik. Usaha yang dilakukan
untuk memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan melakukan pemupukan
menggunakan pupuk organik. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tidak
terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai lain yaitu dapat memperbaiki sifat

19
– sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya
menahan air dan kation – kation tanah. Tanah – tanah yang sangat miskin
sebaiknya di pupuk dengan pupuk organik. Tanah pasir atau tanah yang banyak
tererosi lebih baik dipupuk dengan pupuk (Roidah, 2013).
Pupuk organik mempunyai berbagai manfaat, antara lain adalah sebagai
berikut (Roidah, 2013) :
1. Meningkatkan kesuburan tanah Pupuk organik mengandung unsur hara makro
(N, P, K) dan mikro (Ca, Mg, Fe, Mn, Bo, S, Zn dan Co) yang dapat
memperbaiki struktur dan porositas tanah. Pemakaian pupuk organik pada
tanah liat akan mengurangi kelengketan sehingga mudah diolah, sedang pada
tanah berpasir dapat meningkatkan daya ikat tanah terhadap air dan udara.
Bahan organik dapat bereaksi dengan ion logam membentuk senyawa
kompleks sehingga ion-ion logam yamg bersifat racun terhadap tanaman atau
menghambat penyediaan unsur hara misalnya Al, Fe dan Mn dapat berkurang.
2. Memperbaiki kondisi kimia, fisika dan biologi tanah Kehadiran pupuk
organik akan menyebabkan terjadinya sistem pengikatan dan pelepasan ion
dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Kemampuan
pupuk organik untuk mengikat air dapat meningkatkan porositas tanah
sehingga memperbaiki respirasi dan pertumbuhan akar tanaman. Pupuk
organik merangsang mikroorganisme tanah yang menguntungkan, misal
rhizobium, mikoriza dan bakteri.
3. Aman bagi manusia dan lingkungan Pemakaian pupuk organik tidak
menimbulkan residu pada hasil panen sehingga tidak membahayakan manusia
dan lingkungan
4. Meningkatkan produksi pertanian Berbagai penelitian menunjukkan pengaruh
positif kompos terhadap pertumbuhan dan produksi pertanian. Kompos dapat
meningkatkan produksi jagung, mentimun, kobis, wortel, cabe dan semangka.
Kompos tandan kosong kelapa sawit meningkatkan produksi jeruk dan tomat.
Pupuk organik solid meningkatkan produksi padi dari 3-3,6 ton GKG/ha
menjadi 9,6 ton GKG/ha. Pemberian sludge cair limbah biogas dari kotoran
sapi juga dapat meningkatkan berat kering jagung pipilan lebih dari 50%

20
dibandingkan pemakaian pupuk kimia. Pupuk organik juga meningkatkan
produksi kacang tanah dan sawi masing-masing 25 dan 21%.
5. Mengendalikan penyakit-penyakit tertentu Penyakit busuk akar pada tanaman
bunga yang disebabkan oleh Phytophthora sp dapat diberantas dengan
kompos yang mempunyai C/N rasio tinggi seefektif dengan penggunaan
fungisida Kompos juga menghambat penyakit Fusarium sp. Ekstrak kompos
pada konsentrasi 5- 15% dapat menghambat pertumbuhan jamur patogenik
(R. lignosus, S. rolfsii, C. gloeosporioides dan F. oxysporum). Bakteri B.
subtilis yang ditambahkan pada proses pengomposan juga dapat
mengendalikan penyakit akar gada pada kubis.
Pupuk organik lebih baik daripada dengan pupuk buatan, karena pemberian
pupuk buatan pada tanah tersebut akan mudah sekali tercuci oleh air hujan.
Dengan diberikan pupuk kandang maka daya menahan air dan kation – kation
tanah meningkat, sehingga apabila diberikan pula pupuk buatan maka pencucian
oleh air hujan dan erosi dapat dihambat. Usaha untuk mempertahankan kadar
bahan organik tanah hingga mencapai kondisi ideal (5% pada tanah lempung
berdebu) merupakan tindakan yang baik, berwawasan lingkungan dan berfikir
untuk kelestariannya. Pengaruh bahan organik dalam usaha pertanian ini menjadi
penting setelah banyak masyarakat lebih menghargai hasil – hasil pertanian ramah
lingkungan (pertanian organik) atau sering dinyatakan kembali ke alam (back to
nature). Penambahan bahan organik kedalam tanah lebih kuat pengaruhnya kearah
perbaikan sifat – sifat tanah, dan bukan khususnya untuk meningkatkan unsur hara
di dalam tanah. Contoh, Urea kadar N 46%, sedangkan bahan organik mempunyai
kadar N < 3% sangat jauh perbedaan kadar unsur N. Akan tetapi Urea hanya
menyumbangkan 1 unsur hara yaitu N sedangkan bahan organik memberikan
hamper semua unsur yang dibutuhkan tanaman dalam perbandingan yang relatif
setimbang, walaupun kadarnya sangat kecil.Sehingga jangka panjang pengelolaan
tanah atau kesinambungan usahatani, sangat baik apabila memperhatikan dan
mempertahankan kadar bahan organik tanah. Penggunaan bahan organik ke dalam
tanah harus memperhatikan perbandingan kadar unsur C terhadap unsur hara (N,
P, K dsb), karena apabila perbandingannya sangat besar bias menyebabkan
terjadinya imobilisasi. Imobilisasi adalah proses pengurangan jumlah kadar unsur

21
hara (N, P, K dsb) di dalam tanah oleh aktivitas mikroba. sehingga kadar unsur
hara tersebut yang dapat digunakan tanaman berkurang. Penggunaan pupuk secara
setimbang akan meningkatkan produksi tanaman. Peningkatan produksi juga
meningkatkan jumlah sisa – sisa tanaman (daun, batang, akar) yang tertinggal atau
yang dapat dikembalikan ke dalam tanah. Kesetimbangan unsur hara tentang
pengembalian 80% sisa – sisa tanaman dapat memperkaya cadangan unsur hara,
sehingga mengurangi kebutuhan hara yang harus ditambahkan. Perlakuan ini jika
dilakukan secara terus menerus akan mengurangi kebutuhan hara sehingga akan
dicapai kondisi hara yang cukup untuk pertumbuhan dan produksi tanaman tinggi
tanpa ada masukan pupuk dari luar. Pengembalian sisa – sisa tanaman ini akan
memperbaiki sifat – sifat kimia dan fisika tanah, meningkatkan kemampuan
menyimpan air, meningkatkan kemudahan pengolahan dan kesuburan tanah.
Alasan utama sehingga tanah bisa sangat keras adalah penggunaan pupuk
anorganik tunggal dalam jangka waktu lama. Sebagai contoh, residu sulfat dan
karbonat yang terkandung dalam pupuk dan tanah bisa bereaksi dengan kalsium
tanah yang menyebabkan sulitnya pengolahan tanah. Penggunaan pupuk yang
setimbang menghindari kekerasan tanah sehingga meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan porositas tanah serta kadar air tersedia tanah (Roidah, 2013).
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 2/Pert./HK.060/2/2006, yang
dimaksud dengan pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman atau hewan
yang telah mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembuatan pupuk organik yaitu
nilai C/N bahan, ukuran bahan, campuran bahan, mikroorganisme yang bekerja,
kelembaban dan aerasi, temperatur dan keasaman (pH). Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar proses pembuatan pupuk organik dapat berlangsung lebih cepat
antara lain sebagai berikut,: a. Nilai C/N Bahan Bahan organik tidak dapat
langsung digunakan atau dimanfaatkan oleh tanaman karena perbandingan C/N
dalam bahan tersebut relatif tinggi atau tidak sama dengan C/N tanah. Nilai C/N
merupakan hasil perbandingan antara karbon dan nitrogen. Nilai C/N tanah sekitar
10-12. Apabila bahan organik mempunyai kandungan C/N mendekati atau sama

22
dengan C/N tanah maka bahan tersebut dapat digunakan atau dapat diserap
tanaman. Namun, umumnya bahan organik yang segar mempunyai C/N yang
tinggi, seperti jerami padi 50-70; daun-daunan > 50 (tergantung jenisnya); cabang
tanaman 15-60 (tergantung jenisnya); kayu yang telah tua dapat mencapai 400.
Semakin rendah nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk pembuatan pupuk
organik semakin cepat. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan
menggunakan N untuk sintesis protein b. Ukuran Bahan Bahan yang berukuran
lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bahan
yang tersentuh dengan bakteri. Untuk itu, bahan organik perlu dicacah sehingga
berukuran kecil. Bahan yang keras sebaiknya dicacah hingga berukuran 0,5-1 cm,
sedangkan bahan yang tidak keras dicacah dengan ukuran yang agak besar sekitar
5 cm. Pencacahan bahan yang tidak keras sebaiknya tidak terlalu kecil karena
bahan yang terlalu hancur (banyak air) kurang baik (kelembabannya menjadi
tinggi). c. Komposisi Bahan Komposisi bahan dari beberapa macam bahan
organik akan lebih baik dan cepat. Ada juga yang menambahkan bahan makanan
dan zat pertumbuhan yang dibutuhkan mikroorganisme sehingga selain dari bahan
organik, mikroorganisme juga mendapatkan bahan tersebut dari luar. d. Jumlah
Mikroorganisme Biasanya dalam proses ini bekerja bakteri, fungi, Actinomycetes
dan protozoa. Sering ditambahkan pula mikroorganisme ke dalam bahan organik
yang akan dijadikan pupuk. Dengan bertambahnya jumlah mikroorganisme
diharapkan proses pembuatan pupuk organik akan lebih cepat (Nur, dkk., 2016).
Pemberian bahan organik yang mudah didekomposisikan misalnya pupuk
kandang dapat membantu memperbaiki struktur tanah. penyusun organik dari
pupuk kandang yang penting adalah komponen hidup, yaitu jasad mikro terutama
dalam hewan pemamah (sapi dan domba), kotorannya banyak sekali mengandung
bakteri dan jasad mikro lainnya. Antara seperempat dan setengah bagian dari
kotoran hewan pemamah biak merupakan jaringan jasad mikro, sebagian dari
jasad mikro itu melanjutkan pelapukan pupuk kandang tersebut (Buntoro, dkk.,
2014).
Pupuk organik cair merupakan salah satu yang banyak beredar dipasaran.
Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun dan tidak sedikit pula
yang diaplikasikan langsung ke tanah seperti halnya pupuk organik cair, yang

23
mengandung C-Organik tinggi, hara makro dan mikro (N, P, K, Ca, Mg, B, Zn,
Cu, Mn, Co, Bo, Mo, Fe). Pupuk organik cair ini mempunyai beberapa manfaat
diantaranya merangsang pertumbuhan dan kualitas kinerja akar secara sempurna
serta meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan tanaman secara total.
Pertumbuhan tanaman ditandai dengan meningkatnya volume berupa
perkembangan ukuran dan berat seperti panjang tanaman, jumlah cabang, jumlah
polong pertanaman, berat polong serta parameter lainnya. Hal ini disebabkan
karena terjadinya proses pembelahan dan perbanyakan sel terutama pada bagian
ujung tanaman atau jaringan meristem. Peranan dari pupuk ini merangsang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, tanaman lebih tahan terhadap stress,
hama dan penyakit, meningkatkan hasil panen serta memperbaiki kualitas hasil
panen (Verheyen, 2008). Selain itu pemberian pupuk organik cair kepada tanaman
yang diaplikasikan dengan cara disiram ke tanah juga sangat membantu tanaman
pada proses pertumbuhannya. Hal ini disebabkan karena baik hara makro maupun
mikro yang dibutuhkan oleh tanaman langsung dapat diserap dan dimanfaatkan
oleh tanaman. Hara mikro merupakan hara yang biasanya hanya sedikit tersedia
didalam tanah dan sering terjadi persaingan dengan tanaman lain ataupun gulma
untuk menyerapnya. Maka dengan diaplikasikan langsung ke tanah akan sangat
membantu tanaman dalam melakukan pertumbuhan (Hamzah, 2014).
Salah satu jenis pupuk organik yang diharapkan dapat memperbaiki sifat-
sifat tanah dan hasil tanaman adalah pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sapi
merupakan hasil fermentasi alami bahan organik yang dapat digunakan sebagai
pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga bisa memperbaiki
pertumbuhan dan hasil tanaman. Kualitas pupuk pupuk kandang sapi tergantung
dari bahan bakunya seperti pupuk kandang, jerami, Semakin meningkat dosis
pupuk, maka terjadi kenaikan pertumbuhan tinggi tanaman, hal ini disebabkan
bahwa dengan semakin dewasanya tanaman, maka sistim perakaran telah
berkembang dengan baik dan lengkap, sehingga tanaman semakin mampu
menyerap unsure hara dalam bentuk anion dan kation yang mengandung unsur N,
P dan K yang terdapat pada pupuk Mutiara tersebut. Dengan banyaknya unsur
hara yang dapat diserap oleh tanaman, maka pertumbuhan dan perkembangan
tanaman semakin meningkat. Bila dosis pupuk ditingkatkan, maka ada

24
kecenderungan peningkatan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, sesuai
dengan pendapat Mulyani Sutedjo (2008), bahwa untuk pertubuhann vegetatif dan
generatif tanaman diperlukan unsur-unsur hara terutama N, P dan K. Unsur N
diperlukan untuk pembentukan karbohidrat, protein, lemak dan persenyawaan
organik lainnya. Unsur P berperan dalam pembentukan bagian generatif tanaman
(Prasetya, 2014).
Pupuk organik mengandung unsur hara makro yang rendah tetapi
mengandung unsur hara mikro dalam jumlah cukup, yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Pupuk organik juga mempengaruhi sifat fisik dan sifat
kimia, maupun sifat biologi tanah, juga mencegah erosi dan mengurangi
terjadinya keretakan tanah (Khair, dkk., 2013).
Pupuk organik berperan dalam meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan
biologi tanah serta mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik. Kualitas dan
komposisi pupuk organik bervariasi tergantung dari bahan dasar kompos dan
proses pembuatannya. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari
tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik
lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat
diperkaya dengan bahan mineral, dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk
meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah (Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011).
Definisi pupuk organik menurut American Plant Food Control Officials
(AAPFCO) adalah bahan yang mengandung karbon dan satu atau lebih unsur hara
selain H dan O yang esensial untuk pertumbuhan tanaman. sedangkan menurut
USDA National Organic Program adalah semua pupuk organik yang tidak
mengandung bahan terlarang dan berasal dari bahan alami yaitu dari tanaman atau
hewan, sewage sludge, dan bahan non organik tidak termasuk. Menurut USEPA,
pupuk organik adalah manure atau kompos yang diaplikasikan ke tanaman
sebagai sumber unsur hara. Berbagai definisi diatas pada intinya adalah bahwa
pupuk organik mengadung unsur karbon dan unsur hara lainnya yang
berkombinasi dengan karbon (Hartatik, dkk., 2015).
Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa
tanaman (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk

25
gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasar, rumah tangga, dan
pabrik serta pupuk hijau. Oleh karena bahan dasar pembuatan pupuk organik
sangat bervariasi, maka kualitas pupuk yang dihasilkan sangat beragam sesuai
dengan kualitas bahan dasar dan proses pembuatannya. Sangat penting untuk
membuat kriteria dan seleksi terhadap bahan dasar pupuk organik untuk
mengawasi mutunya. Bahan dasar yang berasal dari sisa tanaman dapat dipastikan
sedikit mengandung bahan berbahaya seperti logam berat misalnya Pb, Cd, Hg,
dan As. Pupuk organik serta pupuk kandang, limbah industri, dan limbah kota
cukup mengkhawatirkan karena disinyalir banyak mengandung bahan berbahaya
logam berat dan asam-asam fenolat yang dapat mencemari lingkungan dan
meracuni tanaman. Beberapa bahan berbahaya ini justru terkonsentrasi dalam
limbah cair dan produk akhir pupuk selama proses pengomposan. Untuk itu
sangat diperlukan aturan untuk menyeleksi penggunaan bahan dasar pupuk
organik yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3) (Hartatik,
dkk., 2015).
Komposisi hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari sumber asal
bahan dasar. Menurut sumbernya, pupuk organik dapat diidentifikasi berasal dari
kegiatan pertanian dan nonpertanian. Dari pertanian dapat berupa sisa panen dan
kotoran ternak, sedangkan dari non pertanian dapat berasal dari sampah organik
kota, limbah industri, dan sebagainya. Kotoran hewan yang berasal dari usaha tani
antara lain adalah ayam, sapi, kerbau, babi, dan kambing. Komposisi hara pada
masing-masing kotoran hewan sangat bervariasi tergantung pada umur hewan,
jumlah, dan jenis makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam kotoran
hewan lebih rendah dari pada pupuk anorganik. Oleh karena itu, dosis pemberian
pupuk kandang jauh lebih besar dari pada pupuk anorganik. Selain sebagai
sumber hara, pupuk organik berfungsi juga sebagai pembenah tanah. Pupuk
kandang selain mengandung hara-hara yang dibutuhkan oleh tanaman juga
mengandung asam-asam humat, fulvat, hormon tumbuh, dan lain-lain yang
bersifat memacu pertumbuhan tanaman sehingga serapan hara oleh tanaman
meningkat. Komposisi fisika, kimia, dan biologi pupuk organik sangat bervariasi
dan manfaatnya bagi tanaman tidak secara langsung terlihat, serta respon tanaman
relatif lambat. Pupuk organik diperlukan dalam dosis yang relatif tinggi (minimal

26
2t Ha-1 MT-1). Selain mempunyai fungsi sebagai sumber hara dan pembenah
tanah, terdapat dampak negatif yang harus diwaspadai dari penggunaan pupuk
organik diantaranya adalah (Hartatik, dkk., 2015) :
a) Penggunaan pupuk organik dengan bahan yang sama secara terus menerus
dapat menimbulkan ketidakseimbangan hara.
b) Penggunaan kompos yang belum matang dapat mengganggu pertumbuhan
dan produksi tanaman.
c) Kemungkinan adanya kandungan logam berat yang melebihi ambang batas.
Berbeda dengan pupuk kimia buatan yang hanya menyediakan satu sampai
beberapa jenis hara saja, pupuk organik mempunyai peran penting dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Meskipun kadar hara yang
dikandung pupukorganik relatif rendah, namun peranan terhadap sifat kimia
tanah, jauh melebihi pupuk kimia buatan. Peranan pupuk organik terhadap sifat
kimia tanah adalah sebagai (Hartatik, dkk., 2015) :
a) Penyedia Hara Makro (N, P, K, Ca, Mg Dan S) Dan Mikro (Zn, Cu, Mo, Co,
B, Mn Dan Fe).
b) Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah.
c) Dapat Membentuk Senyawa Kompleks Dengan Ion Logam Beracun Seperti
Al, Fe Dan Mn Sehingga Logamlogam Ini Tidak Meracuni.

2.3.1. Pupuk Kompos

Kompos adalah bahan organik yang dibusukkan pada suatu tempat yang
terlindung dari matahari dan hujan, diatur kelembabannya dengan menyiram air
bila terlalu kering. Untuk mempercepat perombakan dapat ditambah kapur,
sehingga terbentuk kompos dengan C/N rasio rendah yang siap untuk digunakan.
Bahan untuk kompos dapat berupa sampah atau sisa – sisa tanaman tertentu
(jerami dan lain - lain) (Roidah, 2013).
Pengomposan atau pembuatan pupuk organik merupakan suatu metode
untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang lebih
sederhana dengan menggunakan aktivitas mikroba. Proses pembuatannya dapat
dilakukan pada kondisi aerobic dan anaerobik. Pengomposan aerobik adalah
dekomposisi bahan organik dengan kehadiran oksigen (udara), produk utama dari

27
metabolis biologi aerobik adalah karbodioksida, air dan panas. Pengomposan
anaerobik adalah dekomposisi bahan organic. menggunakan oksigen bebas;
produk akhir metabolis anaerobik adalah metana, karbondioksida dan senyawa
tertentu seperti asam organik. Pada dasarnya pembuatan pupuk organik padat
maupun cair adalah dekomposisi dengan memanfaatkan aktivitas mikroba, oleh
karena itu kecepatan dekomposisi dan kualitas kompos tergantung pada keadaan
dan jenis mikroba yang aktif selama proses pengomposan. Kondisi optimum bagi
aktivitas mikroba perlu diperhatikan selama proses pengomposan, mislanya
aerasi, media tumbuh dan sumber makanan bagi mikroba (Nur, dkk., 2016).

2.3.2. Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah sumber beberapa hara seperti nitrogen, fosfat,


kalium, dan lainnya. Nitrogen adalah salah satu hara utama bagi sebahagian besar
tanaman yang dapat diperoleh dari pukan. Nitrogen dari pukan umumnya diubah
menjadi bentuk nitrat tersedia. Nitrat mudah larut dan bergerak ke daerah
perakaran tanaman, bentuk yang bisa diambil oleh tanaman secara langsung.
Selain itu pukan dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman
(Hamzah, 2014).
Secara umum setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P2O5
dan 5 kg K2O serta unsur – unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif
kecil. Sifat – sifat dari pupuk kandang adalah sebagai berikut: Kotoran ayam
mengandung N tiga kali lebih besar daripada pupuk kandang Kotoran kambing
mengandung N dan K masing – masing dua kali lebih besar daripada kotoran sapi.
o Kotoran babi mengandung P dua kali lebih banyak daripada kotoran sapi. o
Pupuk kandang dari kuda atau kambing mengalami fermentasi dan menjadi panas
lebih cepat daripada pupuk kandang sapi dan babi. Karena itu banyak petani
menyebut pupuk kandang sapi dan babi sebagai pupuk dingin (cold manures).
Dalam semua pupuk kandang P selalu terdapat dalam kotoran padat, sedangkan
sebagian besar K dan N terdapat dalam kotoran cair (urine). Kandungan K dalam
urine adalah lima kali lebih banyak daripada dalam kotoran padat, sedangkan
kandungan N adalah dua sampai tiga kali lebih banyak. Kandungan unsur hara
dalam kotoran ayam adalah yang paling tinggi, karena bagian cair (urine)

28
tercampur dengan bagian padat.Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang
ditentukan oleh jenis makanan yang diberikan (Roidah, 2013).
Pupuk kandang dapat meningkatkan aktivitas jasad renik dalam tanah serta
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatnya jumlah dan stabilitas agregat
tanah sehingga mempermudah perkembangan akar. Terdapatnya mikroba yang
terkandung dalam pupuk organik berfungsi meningkatkan kelarutan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman, baik yang berasal dari pupuk maupun mineral tanah
dan meningkatkan kemampuan akar penyerap hara dengan pembentukan akar
rambut yang lebih banyak. Pengaruh intensitas cahaya terhadap proses fisiologi
akan terlihat pada keadaan morfologi tanaman. Intensitas cahaya tinggi
menyebabkan sel-sel daun lebih kecil, tilakoid mengumpul, dan klorofil lebih
sedikit, sehingga ukuran daun lebih kecil dan tebal. Selain itu jumlah daun lebih
banyak dengan stomata lebih kecil ukurannya dan tekstur daun lebih keras.
tanaman yang mendapat intensitas cahaya tinggi daunnya lebih tebal, ukuran daun
lebih kecil, ruas batang lebih pendek (Buntoro, dkk., 2014).
Pemberian pupuk kandang ayam terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah
cabang, umur panen tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata, dimana
tanaman dengan tinggi tanaman yang tertinggi dan terdapat pada pemberian
pupuk kandang ayam dengan taraf 7,5 kg/plot (K3) yaitu 50,56 hari, dan tinggi
tanaman terpendek terdapat pada perlakuan tanpa pemberian pupuk (K0) yaitu
45,02 hari. Dimana Jumlah cabang terbanyak dan terdapat pada pemberian pupuk
kandang ayam dengan taraf 7,5 kg/plot (K3) yaitu 14,06 cabang, dan jumlah
cabang tersikit terdapat pada perlakuan tanpa pemberian pupuk (K0) yaitu 12,13
cabang.Dimana tanaman dengan umur panen yang tercepat dan terdapat pada
pemberian pupuk kandang ayam dengan taraf 7,5 kg/plot (K3) yaitu 82,67 hari,
dan umur panen terlama terdapat pada perlakuan tanpa pemberian pupuk (K0)
yaitu 85,67 hari. Pemberian pupuk kandang menunjukan bahwa unsur-unsur yang
terkandung didalamnya seperti unsur Fosfor (P). Bagi tanaman lebih banyak
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda,
fosfor juga berfungsi untuk membantu asimilasi dan pernafasan, sekaligus
mempercepat pembungaan serta pemasakan biji dan buah. Pupuk dasar pupuk
kandang diberikan secara merata pada lahan, umumnya pupuk kandang diberikan

29
1-2 minggu sebelum tanam hal ini mengingat pupuk kandang lama terurai sehinga
tidak bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman yang berumur pendek. Pupuk
kandang ayam yang diaplikasikan melalui media tanah dapat membantu
memenuhi ketersediaan hara tanah serta membantu memperbaiki struktur tanah
sehingga dapat menjadi media tumbuh yang baik bagi tanaman. Kandungan unsur
hara dalam kotoran ternak yang penting untuk tanaman antara lain unsur Nitrogen
(N), Fosfor (P) dan Kalium (K). ketiga unsur inilah yang paling banyak
dibutuhkan oleh tanaman. Masing-masing unsur hara tersebut memiliki fungsi
yang berbeda dan saling melengkapi bagi tanaman. Dengan demikian
pertumbuhan menjadi optimal. Sedangkan pupuk organik cair yang diaplikasikan
melalui tanah dapat langsung memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman untuk
dimanfaatkan dalam proses fotosintesis (Hamzah, 2014).
Aplikasi pupuk kandang telah lama dikenal para petani kentang di
Indonesia. Mereka begitu yakin bahwa pupuk kandang dapat membantu
meningkatkan hasil usaha tani kentang. Hal ini disebabkan pupuk kandang selain
berfungsi sebagai penyimpanan unsur hara yang secara perlahan akan dilepaskan
ke dalam larutan air tanah dan disediakan bagi tanaman, pupuk kandang juga
melindungi dan membantu mengatur suhu dan kelembaban tanah didalam atau
diatas tanah Pupuk kandang dapat meningkatkan aktivitas biologis didalam tanah
serta memperbaiki stabilitas permukaan tanah. Dalam hal ini organisme. tanah
sangat berperan didalam merubah bahan organik sehingga menjadi bentuk
senyawa lain yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Aplikasi pupuk kandang ke
dalam tanah akan menjamin kondisi tanah yang sehat. Tanah yang sehat
merupakan prakondisi bagi kesehatan tanaman, dimana kesehatan tanaman
dipengaruhi langsung oleh penyerapan senyawa organik tertentu yang dibentuk
ketika organisme tanah memineralisasi bahan organik dan pengaruh secara tidak
langsung ketika suatu organisme tanah menekan perkembangan organisme lain
yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman, sehingga dapat mengoptimalkan
ketersediaan unsur hara dan menyeimbangkan arus unsur hara (Rangarajan, 1988).
Tanah yang sering digambarkan terdiri dari partikel-partikel padat, air dan
unsurunsur gas, humus dan bahan-bahan organik mentah merupakan tempat
tinggal bagi sejumlah organisme yang sangat beragam, dimana organisme-

30
organisme ini memainkan peranan utama dalam berbagai proses tanah dan
interaksi tanah-tanaman seperti pembentukan tanah, penciptaan struktur tanah,
mineralisasi sampai pada unsur hara bebas untuk pertumbuhan tanaman,
pembentukan humus, pengikatan nitrogen, pelarutan fosfat serta penyerapan unsur
hara oleh akar tanaman. Ada saling ketergantungan yang kuat antara akar dan
kehidupan tanah karena akar mengeluarkan senyawa yang merangsang kehidupan
tanah, yang lagi-lagi membebaskan unsur hara yang diserap oleh akar tanaman.
Bagaimanapun kehidupan tanah sebenarnya menyediakan tenaga kerja yang gratis
bagi petani, jika kondisi yang tepat telah diciptakan dan bahan-bahan organik
dengan komposisi yang tepat telah diberikan pada saat yang tepat. Dengan
demikian kehidupan tanah bisa melakukan fungsinya secara efektif secara
serempak dengan produksi tanaman. Pertumbuhan yang didifinisikan sebagai
pertambahan berat dan besar tanaman sebagai akibat adanya pembentukan
unsurunsur struktural yang baru, sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara
dan ketersediaan unsur hara berhubungan terutama dengan pengaruh dari proses
perombakan pupuk kandang yang terjadi, di mana pada proses perombakan pupuk
kandang tersebut sangat dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme didalam
tanah. Aktivitas mikroorganisme dalam mendekomposisikan pupuk kandang
selain dipengaruhi oleh keragaman dan jumlah populasinya, juga dipengaruhi oleh
faktorfaktor didalam tanah lainnya seperti nisbah C/N. Apabila pupuk kandang
mempunyai nisbah C/N tinggi yang berarti secara relatif mengandung lebih
banyak C daripada N pada tanah, maka akan ada persaingan nitrogen antara
tanaman dengan mikroorganisme, akan ada sumber energi yang banyak dan
mikroorganisme akan menggunakan nitrogen yang ada untuk pembentukan dan
perkembangannya. Dengan demikian, nitrogen diikat pada tubuh mikroorganisme
dan akan kurang tersedia didalam tanah. Jika proses nitrifikasi berjalan dengan
baik, maka nisbah C/N akan rendah dan hal ini mencirikan bahwa pupuk kandang
telah terdekomposisi dengan baik, dengan demikian pupuk kandang akan cepat
habis, artinya kandungan hara dalam pupuk kandang sudah tersedia bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penambahan pupuk kandang kedalam
tanah selain meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah, juga dapat
menyediakan unsur hara bagi tanaman, mempertinggi humus, memperbaiki

31
struktur tanah dan memiliki daya jerap kation yang lebih besar daripada koloid liat
sehingga dapat meningkatkan nilai KTKnya. Pupuk kandang ayam yang
mempunyai kandungan hara lebih tinggi dibanding pupuk kandang kambing dan
sapi mampu menunjukkan pertumbuhan vegetatif dan generatif yang lebih baik.
Kondisi ini jelas terlihat pada pertambahan tinggi dan luas daun tanaman, bobot
setiap umbi, bobot umbi per tanaman, jumlah umbi per tanaman dan hasil panen.
Hal ini disebabkan selain pupuk kandang ayam mempunyai hara yang lebih tinggi
juga merupakan pupuk yang bersifat panas yaitu pupuk kandang yang
penguraiannya oleh mikroorganisme berlangsung dengan cepat dan cepat menjadi
matang sehingga walaupun pada dosis 10 t/ ha, ketersediaan hara sudah dapat
dipenuhi untuk dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk kandang sapi merupakan
pupuk kandang padat yang banyak mengandung air dan lendir. Pupuk yang
demikian bila terpengaruh oleh udara maka akan terjadi pergerakan-pergerakan
sehingga keadaannya menjadi keras, selanjutnya air tanah dan udara yang akan
melapukkan pupuk itu menjadi sukar merembes kedalamnya. Dalam keadaan
demikian peranan jasad renik yang mengubah bahan-bahan yang terkandung
dalam pupuk menjadi zat-zat hara yang tersedia dalam tanah untuk mencukupi
keperluan pertumbuhan tanaman mengalami hambatanhambatan, perubahan
berlangsung secara perlahan-lahan. Pertumbuhan tanaman yang baik dapat
menjadi harapan bagi hasil yang akan diambil. Dengan pertumbuhan yang optimal
dan ditunjang oleh faktor-faktor lingkungan yang baik diatas maupun didalam
tanah yang baik pula, maka hasil yang diambil dapat optimal. Hal ini
menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara parameter pertumbuhan dengan
hasil, di mana dengan bertambahnya tinggi tanaman akan selalu diikuti oleh
semakin luasnya permukaan daun. Asumsi yang dapat dikemukakan adalah
dengan semakin luasnya permukaan daun maka fotosintesis yang terjadi dapat
lebih efektif dan fotosintat yang dihasilkan dapat lebih banyak dan selanjutnya
akan berpengaruh terhadap hasil tanaman, karena proses perkembangan umbi erat
hubungannya dengan aktivitas pertumbuhan tanaman diatas permukaan tanah, di
mana perkembangan umbi diawali dengan meningkatnya asimilasi CO2 sampai
tiga kali lipat dibandingkan dengan pada saat umbi belum terbentuk dan asimilat
yang di translokasikan ke dalam umbi dapat mencapai dua kali lipat jumlah

32
asimilat yang digunakan oleh bagian tanaman yang terletak diatas tanah. Oleh
karena itu, sampai batas tertentu pertambahan luas daun selalu diikuti dengan
penambahan bobot umbi dan dengan volume lingkungan tumbuh yang lebih besar,
akan dihasilkan jumlah umbi yang lebih sedikit namun dengan ukuran yang lebih
besar dibandingkan dengan jumlah umbi yang lebih banyak dengan ukuran lebih
kecil pada tanaman yang ditanam dengan volume lingkungan tumbuh yang kecil
(Arifah, 2013).
Peralakuan pupuk kandang sapi (K) berpengaruh nyata pada jumlah
buah/tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman umur 20 hari,
40 hari dan 60 hari, jumlah cabang, umur saat berbunga, umur saat panen dan
berta buah/tanaman. Secara statistik perlakuan pupuk kandang sapi tidak
memberikan hasil yang nyata, tetapi ada tendensi bahwa semakin meningkat dosis
pupuk yang diberikan maka semakin meningkat pula pertumbuhan tanaman, baik
pertumbukan vegetatif maupun generatif . Hal ini dapat di duga bahwa pemberian
pupuk kandang pada tanaman cabai merah keriting mampu memperbaiki kondisi
lingkungan bagi pertumbuhan tanaman. Kelebihan pupuk kandang sapi atau
pupuk organik lainnya adalah mampu merubah struktur tanah menjadi lebih baik
bagi perkembangan perakaran, meningkatkan daya pegang dan daya serap tanah
terhadap air, memperbaiki kehidupan organisme dalam tanah dan menambah
unsur hara di dalam tanah (Prasetya, 2014).
Pupuk kandang unggas atau ayam pada saat ini telah banyak dipergunakan
petani, karena banyaknya peternakan ayam secara besar-besaran di Indonesia
memberi peluang untuk memanfaatkan kotoran ayam sebagai pupuk. Dari hasil
penelitian, pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap
kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman, bahkan lebih baik dari pupuk
kandang hewan besar. Keuntungan penggunaan pupuk daun antara lain, respon
terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman, dan
tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman, dengan catatan aplikasinya
dilakukan secara benar. Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun
identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor
sifat fisik dan sifat kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai

33
faktor utamanya adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun
bagi perkembangan dan peningkatan hasil panen (Khair, dkk., 2013).
Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak baik
ternak ruminansia ataupun ternak unggas. Sebenarnya, keunggulan pupuk
kandang tidak terletak pada kandungan unsur hara karena sesungguhnya pupuk
kandang memiliki kandungan hara yang rendah. Kelebihannya adalah pupuk
kandang dapat meningkatkan humus, memperbaiki struktur tanah, dan
meningkatkan kehidupan mikroorganisme pengurai. Pupuk kandang merupakan
salah satu jenis pupuk organik yang banyak digunakan oleh petani, seperti kotoran
sapi, kambing dan ayam. Meskipun mengandung kandungan unsur hara yang
rendah, pupuk kandang berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologis tanah, serta lingkungan. Penggunaan pupuk kandang juga
dapat mengurangi pencemaran lingkungan karena bahan-bahan organik tersebut
tidak dibuang sembarangan yang dapat mengotori lingkungan terutama pada
perairan umum. Pemberian pupuk kandang pada areal pertanaman, dapat
meningkatkan daya serap air tanah serta dapat memberikan lingkungan yang baik
untuk perkecambahan biji dan akar tanaman. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
kandungan unsur hara yang terdapat dalam kotoran ternak yang terpenting adalah
kandungan unsur nitrogen (N), mengingat unsur N dapat merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, fosfor (P) berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan akar dan kalium (K) berfungsi untuk memperkuat jaringan tanaman
sehingga daun, bunga, buah tidak mudah gugur. Salah satu aspek pemupukan
yang berpengaruh terhadap tanggap tanaman adalah penggunaan dosis. Dosis
yang tepat (optimum) merupakan kebutuhan pupuk yang sesuai bagi pertumbuhan
tanaman.Dosis pupuk kandang dapat berbeda tergantung dari jenis pupuk kandang
yang diaplikasikan, sehingga perlu adanya kajian lebih lanjut untuk mengetahui
dosis optimum dari berbagai jenis pupuk kendang (Idris, dkk., 2019).

2.4. Pembuatan Media Sapih

Media top soil mempunyai banyak kekurangan yaitu berat per satuan bibit
lebih tinggi, sifat fisik medium lebih jelek, kadangkadang mengandung hama atau
penyakit, dan pengambilan dalam skala luas dapat merusak ekosistem di aeral

34
pengambilan. Alternatif media yang dapat digunakan untuk pembuatan bibit
adalah media organic. Bahan-bahan organik yang bersifat limbah lebih murah dan
mudah didapatkan, serta bobot persatuan lebih rendah dibandingkan top soil.
Terkait permasalahan kelestarian jenis bidara laut di alam dan beberapa
keunggulan media organik dibandingkan media top soil sebagai media
pembibitan, maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan memperoleh media
sapih yang sesuai untuk pertumbuhan bibit bidara laut dari berbagai media
organik yang diuji sehingga diperoleh bibit yang berkualitas tinggi. Pada dasarnya
tanah atau medium tumbuh yang lain untuk medium sapihan dipilih yang baik,
bebas batu, kerikil dan benda – benda lain, sehingga tidak mengganggu
pertumbuhan benih yang dikecambahkan maupun pertumbuhan semai hasil
sapihan. Benda-benda keras yang dimaksud antara lain kerikil, atau batu.
kemungkinan adanya jamur. Dalam usaha untuk memacu pertumbuhan semai
hasil sapihan, akhir-akhir ini banyak dilakukan pemberian pupuk yaitu dengan
dicampur tanah yang telah dipilih untuk medium sapih. Pekerjaan ini dilakukan
dengan cara mencampur pupuk dan tanah sampai merata (diaduk) baru setelah itu
diisikan kekantong plastik yang telah disiapkan. Perbandingan pupuk kandang
dengan tanah yaitu 1:2, sedang bila menggunakan pupuk TSP biasanya digunakan
dosis 4-5 gram setiap kantong plastik. Untuk jenis-jenis tanaman tertentu seperti
meranti dan pinus media sapih berupa tanah dan pupuk juga dicampur dengan
mikoriza. Media yang umum digunakan untuk penyapihan bibit adalah gambut,
sekam padi dan topsoil. Gambut, sekam padi dan topsoil dicampur dengan
menggunakan molen. Pada saat pencampuran media tersebut ditambahkan
fertilizer berupa Kapur dan TSP. Media yang sudah siap dimasukkan kedalam
polybag (Rahayu, dkk., 2016).

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum keempat ini dilaksanakan pada hari Kamis, 09 November 2023,


pukul 15.00 WITA – Selesai. Praktikum ini bertempat di Kampung Rimba,
Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

35
3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum keempat ini sebagai berikut :
1. Plastik Mika, berfungsi sebagai wadah benih yang akan dikecambahkan.
2. Polybag, berfungsi sebagai media sapih benih.
3. Handphone, berfungsi sebagai alat dokumentasi kegiatan praktikum.
4. Cangkul, berfungsi untuk mengambil tanah topsoil.
5. Karung, berfungsi sebagai alas dalam kegiatan pencampuran media tanam.
6. Jaring-Jaring, berfungsi sebagai alat pengayak atau penyaring tanah topsoil
agar diperoleh butiran yang halusnya.

3.2.2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum keempat ini sebagai


berikut :
1. Benih Jati (Tectona grandis) dan Jambu Mente (Anacardium occidentale
Linn), sebagai benih yang akan dikecambahkan.
2. Pasir Halus, Tanah Topsoil, dan Arang Sekam, berfungsi sebagai media
tanam benih.
3. Pupuk Kandang, berfungsi untuk menyuburkan media tanam dan
meningkatkan kesuburan benih.
4. Air, berfungsi untuk menyiram benih yang telah di tanam.

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum keempat ini sebagai berikut :


1. Membuat media tanam sebanyak 10 polybag dengan perbandingan 2:1:1.
2. Ayak tanah topsoil menggunakan jarring-jaring agar diperoleh tanah yang
halus.
3. Campurkan media tanam yakni tanah topsoil, arang sekam, dan pupuk
kendang.
4. Masukkan media tanam tersebut ke dalam polybag hingga hamper penuh
dan padatkan.

36
5. Tanam benih jati ke dalam media polybag.
6. Siram benih secara berkala setiap harinya, hingga benih tumbuh.
7. Siapkan benih kemiri dan media tanam pasir yang akan digunakan.
8. Rendam benih menggunakan air hangat selama beberapa jam.
9. Siapkan mika ukuran besar dan isi dengan pasir hingga penuh.
10. Letakkan benih kemiri ke media pasir yang sudah disiapkan secara teratur.
11. Siram benih yang sudah di tanam di media mika secara berkala setiap
harinya.
12. Simpan benih di tempat yang lembab.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum keempat ini, yakni sebagai
berikut :

37
Gambar 2. Hasil Pembuatan Media Perkecambahan Benih

Gambar 3. Hasil Pembuatan Media Polybag

4.2. Pembahasan

Pada kegiatan praktikum keempat, dilakukan perkecambahan benih jati dan


mente dengan menggunakan media tanam mika (pasir) dan polybag (tanah, arang
sekam, dan pupuk kendang). Praktikum ini menggunakan benih jati dan mente

38
dengan masing-masing praktikan membuat masing-masing sebanyak 10 polybag
sebagai media tanam untuk benihnya.
Media sapih adalah tempat perkembangan akar merupakan salah satu
faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bibit. Media penyapihan
yang baik harus memiliki persyaratan antara lain mampu menjaga kelembaban
tanah, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak memiliki salinitas yang
tinggi, serta bebas dari hama dan penyakit. Penambahan arang sekam padi pada
media top soil memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan bibit cempaka
wasian umur enam bulan (Irawan, dkk., 2015).
Media sapih sebagai tempat perkembangan akar merupakan salah satu
faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bibit. Media penyapihan
yang baik harus memiliki persyaratan antara lain mampu menjaga kelembaban
tanah, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak memiliki salinitas yang
tinggi, serta bebas dari hama dan penyakit. Penambahan arang sekam padi pada
media top soil memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan bibit umur enam
bulan. Penambahan arang sekam dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi,
diameter, berat kering pucuk, dan berat kering akar. Media tanah yang ditambah
arang sekam dapat memperbaiki porositas media sehingga baik untuk respirasi
akar, dapat mempertahankan kelembaban tanah, karena apabila arang sekam
ditambahkan ke dalam tanah akan dapat mengikat air, kemudian dilepaskan ke
pori mikro untuk diserap oleh tanaman dan mendorong pertumbuhan
mikroorganisme yang berguna bagi tanah dan tanaman. Arang sekam mampu
memberikan respons yang lebih baik terhadap berat basah tanaman maupun berat
kering tanaman (Irawan, dkk., 2015).
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan dari
embrio yang mengalami perubahan dimana plumula tumbuh dan berkembang
menjadi batang dan radikula tumbuh menjadi akar. Berdasarkan letak kotiledon
saat berkecambah ada dua tipe perkecambahan yaitu, perkecambahan hipogeal
dan perkecambahan epigeal. Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu
perkecambahan epigeal dan hypogeal yaitu (Junaidi, dkk., 2021)
Arang sekam adalah hasil dari pembakaran sekam padi yang berperan
untuk perbaikan struktur tanah yaitu system aerasi dan system drainasenya, hal ini

39
disebabkan karena sekam bakar mengandung karbon yang tinggi, mudah
menggumpal dan memadat karena bersifat porous. Media sekam padi memiliki
kondisi lingkungan tumbuh yang lebih baik bari pertumbuhan tanaman karena
lebih cepat megalami pelapukan dan dekomposisi, mengandung unsur N, P, K, Cl,
dan Mg. Arang sekam mampu memperbaiki struktur fisik, kimia serta biologi
tanah, juga dapat meningkatkan porositas tanah sehingga tanah menjadi gembur
sekaligus juga dapat meningkatkan penyerapan air. Kandungan arang sekam
secara bilogi pada tanah adalah media yang baik untuk tumbuh dan
berkembangnya organisme hidup seperti bakteri akar (Taryana, dkk., 2019).
Dari praktikum yang dilakukan dibuat media sapih yaitu masing-masing
praktikan memiliki 10 polybag. Pembuatan media tanam dilakukan dengan
mencampurkan tanah dengan arang sekam dan pupuk kompos. Perbandingan
campuran media tanam yaitu 2:1:1, dimana 2 takaran tanah dicampur dengan 1
takaran arang sekam dan 1 takaran pupuk kompos. Setelah pembuatan polybag
dilanjutkan dengan membuat media tanam pada plastik mika dengan
menggunakan pasir. Benih yang digunakan adalah benih jati putih (Gmelina
arborea), dan jambu mente (Anacardium occidentale Linn). Benih jati dan jatih
putih ditanam pada media tanam pasir dan benih jambu meteh ditanam pada
polybag. Setelah penanaman dilakukan penyiraman secara rutin dan pemeliharaan
terhadap benih.

40
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum keempat ini, yakni sebagai berikut :


Cara perkecambahan benih dengan benar dan baik sehingga menghasilkan
bibit tanaman yang bermutu, yaitu dengan memberikan perlakuan awal pada
benih yang memiliki dormansi panjang yaitu dengan cara merendamnya dalam air
panas selama beberapa jam untuk melunakkan cangkang biji dan mematahkan
masa dormansinya. Selanjutnya, benih-benih yang akan di tanam harus
merupakan benih yang telah melalui proses sortasi (keadaan fisik baik) mulai dari
bentuk, warna, dan cacat atau tidaknya benih. Selanjutnya, pembuatan media
tanam dengan pencampuran beberapa media tergantung dari jenisnya.
Pencampuran tanah, arang sekam, dan pupuk kendang dengan perbandingan 2:1:1
akan meningkatkan kesuburan benih dan mutu kecambah yang dikecambahkan.
Tanah yang digunakan merupakan bagian topsoil. Media tanam dapat berupa
polybag atau mika dengan sedikit memadatkan media tanam yang di isi.
Penanaman benih cukup dengan kedalaman 2 cm dari permukaan media tanam
dan dilakukan penyiraman secara berkala setiap harinya.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Untuk Asisten

Semoga kedepannya asisten lebih baik lagi dalam mengarahkan


praktikannya, tetap ramah, murah senyum, dan menjalankan tugasnya dengan
baik.

5.2.2. Saran Untuk Laboratorium

Diharapkan laboratorium dapat memberikan fasilitas-fasilitas penunjang


praktikum lainnya yang lebih lengkap, sehingga proses kegiatan praktikum dapat
berjalan dengan efektif. Serta tetap mempertahankan kebersihan laboratoriumnya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Arifah, S. M. 2013. Aplikasi Macam dan Dosis Pupuk Kandang Pada Tanaman
Kentang. Jurnal Gamma, 8(2), 80-85.
Buntoro, B. H., Rogomulyo, R., & Trisnowati, S. 2014. Pengaruh Takaran Pupuk
Kandang dan Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Temu
Putih (Curcuma zedoaria L.). Jurnal Vegetalika, 3(4), 29-39.
Gustia, H. 2014. Pengaruh Penambahan Sekam Bakar Pada Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea
L.). E-Journal Widya Kesehatan dan Lingkungan, 1(1), 12-17.
Hamzah, S. 2014. Pupuk Organik Cair dan Pupuk Kandang Ayam Berpengaruh
Kepada Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L). Jurnal Ilmu
Pertanian, 18(3), 228-234.
Handoko, A., & Rizki, A. M. 2020. Fisiologi Tumbuhan. Lampung: Program
Studi Pendidikan Biologi. 14-23.
Hartatik, W., Husnain., Widowati. 2015. Peranan Pupuk Organik Dalam
Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan,
9(2), 107-120.
Idris., Basir, M., Wahyudi, I. 2019. Pengaruh Berbagai Jenis dan Dosis Pupuk
Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah Varietas
Lembah Palu. Jurnal Agrotech, 8(2), 40-49.
Irawan, A., & Kafiar, Y. 2015. Pemanfaatan Cocopeat dan Arang Sekam Padi
Sebagai Media Tanam Bibit Cempaka Wasian (Elmerrilia ovalis).
In Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, 1(4),
805-808.
Irawan, A., dan Hidayah, H. N. 2014. Kesesuaian Penggunaan Cocopeat Sebagai
Media Sapih Pada Politube Dalam Pembibitan Cempaka (Magnolia elegans
(Blume.) H. Keng). Jurnal Wasian, 1(2), 73-76.
Junaidi, Ahmad, F. 2021. Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap Pertumbuhan
Vigor Biji Kopi Lampung (Coffe acanephora). Jurnal Inovasi Penelitian,
2(7), 1911-1916.
Khair, H., Pasaribu, M. S., & Suprapto, E. 2013. Respon Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk
Kandang Ayam dan Pupuk Organik Cair Plus. Jurnal Ilmu
Pertanian, 18(1), 13-22.
Nur, T., Noor, A. R., & Elma, M. 2016. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari
Sampah Organik Rumah Tangga Dengan Bioaktivator EM4 (Effective
Microorganisms). Jurnal Konversi, 5(2), 5-12.
Prasetya, M. E. 2014. Pengaruh Pupuk NPK Mutiara dan Pupuk Kandang Sapi
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah Keriting Varietas

42
Arimbi (Capsicum annuum L.). Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan
Kehutanan, 13(2), 191-198.
Rahayu, A. A. D., & Wahyuni, R. 2016. Pengaruh Media Organik Sebagai Media
Sapih Terhadap Kualitas Bibit Bidara Laut (Strychnos lucida R.
Brown). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 10(1), 13-22.
Roidah, I. S. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan
Tanah. Jurnal Bonorowo, 1(1), 30-43.
Siregar, M., & Refnizuida, L. N. 2018. Potensi Pemanfaatan Jenis Media Tanam
Terhadap Perkecambahan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum
annum L.). Jurnal Jasa Padi, 3(1), 11-14.
Taryana, Y., dan Sugiarti, L. 2019. Pengaruh Media Tanam Terhadap
Perkecambahan Benih Kopi Arabika (Coffea arabica L). Jurnal Agrosains
dan Teknologi, 4(2), 64-69.
Yulyatin, A., & Diratmaja, I. A. 2016. Pengaruh Ukuran Benih Kedelai Terhadap
Kualitas Benih. Jurnal Pertanian Agros, 17(2), 166-172.

43
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum

Gambar 1. Proses Penyiapan Media Tanam

Gambar 2. Proses Pencampuran Media Tanam

44
Gambar 3. Proses Memasukkan Media Tanam ke Dalam Polybag

45
Gambar 4. Hasil Media Tanam (Polybag dan Mika)

Lampiran 2. Sampul Jurnal dan Buku

46
47
48
49
50
51

Anda mungkin juga menyukai