Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI PERTANIAN

PERKECAMBAHAN DAN PERBANYAKAN GENERATIF

Oleh :
NAMA : HALYDA PRADNA PITALOKA
NIM : 2210511220018
KELOMPOK : VANILLA
ASISTEN : NOR ANNISA HELMASARI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
BANJARBARU
2023
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................. i

DAFTAR TABEL..................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN................................................................................ 1

Latar Belakang................................................................................. 1
Tujuan.............................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3

III. METODOLOGI.................................................................................. 6

Waktu dan Tempat........................................................................... 6


Bahan dan Alat................................................................................. 6
Bahan......................................................................................... 6
Alat ........................................................................................... 6
Pelaksanaan Praktikum.................................................................... 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 8

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 11

Kesimpulan...................................................................................... 11
Saran................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA
ii

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Hasil pengamatan perkecambahan dan perbanyakan generatif

biji kacang hijau............................................................................. 8

2. Hasil pengamatan perkecambahan dan perbanyakan generatif

biji jagung...................................................................................... 9

3. Hasil pengamatan perkecambahan dan perbanyakan generatif

biji kangkung................................................................................. 10
iii

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya radikula dan


plumula dari biji. Secara visual dan morfologis suatu biji yang
berkecambah ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji
(Marthen et al., 2013). Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan
individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada
testa biji. Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam
medium pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan digunakan untuk memacu
aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan (Junaidi & Fandi,
2021).
Perkecambahan merupakan fase awal pertumbuhan individu baru.
Proses ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium
pertumbuhan untuk memacu aktivitas enzim yang diperlukan dalam
metabolisme perkecambahan di jaringan dalam biji. Fase perkecambahan
diawali dengan imbibisi yang menjadikan kulit biji lunak dan terjadinya
peningkatan aktivitas enzimatik. Pada saat perkecambahan, imbibisi air
merangsang aktivitas giberelin yang diperlukan untuk mengaktivasi enzim
amilase. Enzim ini selanjutnya masuk ke dalam cadangan makanan dan
mengkatalis proses perubahan cadangan makanan, pati menjadi gula yang
kemudian digunakan sebagai sumber energi untuk pembelahan dan
pertumbuhan sel (Junaidi & Fandi, 2021).
Akan tetapi, tersedianya air tersebut belum tentu dapat meresap
melalui kulit biji kedalam biji. Kecambah normal umumnya memiliki
sistem perakaran yang baik terutama akar, perkembangan hipokotil yang
baik dan sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik dan memiliki satu
kotiledon untuk berkecamah (Rosmaria et al., 2019). Maka dari itu,
adapun perlakuan khusus pada benih yang akan dikecambahkan. Perlakuan
pada benih dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan cara
mekanis, fisik maupun kimia (Junaidi & Fandi, 2021).
iv

Pengetahuan tentang biologi perkecambahan penting dipelajari


untuk menghasilkan strategi yang tepat bagi upaya konservasi dan
restorasi tumbuhan. Informasi mengenai biologi perkecambahan juga
dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyusun protokol perkecambahan
tumbuhan endemik, langka, dan terancam yang merupakan langkah awal
konservasi tumbuhan. Salah satu informasi mengenai proses biologi
perkecambahan yang penting untuk dipelajari adalah tipe perkecambahan
dan pertumbuhan anakan tumbuhan (Farid & Gebby, 2019).
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan
vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif dilakukan melalui biji dan
mengalami penyerbukan alami dengan bantuan angin atau serangga.
Keunggulan dari perbanyakan tanaman secara generatif yaitu tanaman
memiliki sistem perakaran yang kuat dan kokoh, lebih mudah diperbanyak
dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan kekurangannya yaitu
seperti penanaman dilakukan pada saat musimnya, keturunan yang
dihasilkan kemungkinan tidak sama dengan induknya, persentase
berkecambah yang rendah dan membutuhkan waktu yang agak lama untuk
berkecambah dan waktu untuk berbuah lebih lama (Tanawani & Edy,
2020).

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:


1. Melakukan perbanyakan tanaman secara generatif menggunakan benih dari
beberapa jenis tanaman.
2. Mengetahui tipe perkecambahan biji, proses perkecambahan dan mengetahui
keadaan morfologi kecambah dari berbagai jenis biji.
3. Menggambarkan bagian-bagian dari kecambah yang tumbuh.
v

II. TINJAUAN PUSTAKA

Proses perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologis dan


morfologis. Peristiwa fisiologis dapat berupa ambibisi dan absorpsi air,
dehidrasi jaringan, absorpsi O2, pengaktifan enzim dan pencernaan,
transport molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio, serta peningkatan
respirasi dan asimilasi. Sementara itu, peristiwa morfologis dapat berupa
inisiasi pembelahan dan pembesaran sel, serta munculnya embrio (Rina,
2009).
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks
dari perubahan perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia. Tahap
pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air
oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap
kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta
naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana
terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik
tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah
diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi
kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap
kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,
pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara
daun belum dapat berfungsi sebagai organ fotosintesa maka pertumbuhan
kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji
(Rina, 2009).
Saat biji berkecambah ada kotiledon yang terlepas dari kulit biji,
namun ada juga yang masih tertutup oleh kulit biji. Kotiledon pada biji
yang baru berkecambah maupun pertumbuhan awal semai ada yang
berfungsi sebagai cadangan makanan, namun ada juga yang berguna untuk
melakukan fotosintesis (Ibarra et al., 2001). Berdasarkan letak
vi

kotiledonnya, perkecambahan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu


perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Perkecambahan
epigeal merupakan perkecambahan yang mana saat biji berkecambah
kotiledonnya ada yang muncul di atas permukaan tanah (Handayani,
2021). Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan munculnya hipokotil
yang tumbuh memanjang, sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke
atas (Mirna, 2019). Sementara itu, pada perkecambahan hipogeal
merupakan perkecambahan yang mana kotiledonnya tetap tinggal di dalam
tanah (Zanne et al., 2005). Tipe perkecambahan hipogeal ditandai dengan
munculnya epikotil memanjang kemudian tumbuh plumula ke permukaan
tanah dan menembus kulit benih serta kotiledon tetap berada di dalam
tanah (Mirna, 2019).
Faktor-faktor yang memengaruhi perkecambahan biji dapat berupa
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam biji. Faktor internalnya dapat berupa; tingkat
kematangan biji, pada umumnya biji yang muda tidak mempunyai
kemampuan daya tahan hidup yang cukup serta tidak memiliki daya
kecambah yang baik, karena biji tidak cukup memiliki cadangan makanan
serta embrio belum terbentuk secara sempurna. Berat dan ukuran biji,
berat dan ukuran biji yang besar akan memiliki cadangan maknan yang
cukup, yang berada dalam kotiledonnya dan cadangan makanan tersebut
akan digunakan embrio sebagai energy untuk berkecambah. Dormansi, biji
dalam keadaan dormansi tidak bisa berkecambah meskipun lingkungannya
sudah cukup dalam menunjang perkecambahan (Junaidi & Fandi, 2021).
Dormansi biji dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya
adalah struktur kulit biji yang keras. Kerasnya struktur kulit biji ini akan
mempersulit proses imbibisi air kedalam biji sehingga proses
perkecambahan terhambat. Dormansi biji dapat dipatahkan dengan
beberapa perlakuan yang ditujukan pada kulit biji, embrio dan endosperm
biji untuk mengaktifkan kembali sel-sel biji yang dorman. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk mematahkan dormansi biji antara lain yaitu
dengan menggunakan zat pengatur tumbuh (ZPT). Hormon tumbuhan
vii

yang umum digunakan untuk pematahan dormansi adalah giberelin atau


‘GA3’ (Ratnasari et al., 2021). Penggunaan GA3 mampu mempercepat
perkecambahan biji, pertumbuhan tunas, pemanjangan batang,
pertumbuhan daun, dan mobilisasi karbohidrat selama masa
perkecambahan berlangsung (Yasmin et al., 2014).
Faktor eksternal yaitu hal-hal dari luar biji yang dapat
memengaruhi biji. Faktor eksternal dapat berupa; Air, sebagai pengurai
karbohidrat dalam kotiledon biji, untuk dipergunakan dalam pertumbuhan
embrio. Suhu, suhu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan biji
dengan suhu sekitar 25 – 35°C. Oksigen dapat diserap oleh biji melalui
proses respirasi yang akan mendorong pertumbuhan kecambah dengan
cepat. Cahaya, digunakan untuk proses pelapukan cangkang (Junaidi &
Fandi, 2021).
Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Atika (2018) adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Vigna
Species : Vigna radiata L.
Klasifikasi tanaman jagung menurut Suryaningsih et al. (2013)
adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
viii

Klasifikasi kangkung menurut Suratman et al. (2000) adalah:


Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica
ix

III. METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 22 Mei 2023. Di Student


Center, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

Bahan dan Alat

Bahan

Biji kacang hijau (Vigna Radiata L.). Biji kacang hijau (Vigna
Radiata L.) digunakan untuk diamati morfologi perkecambahannya.
Biji kacang hijau (Zea mays L.). Biji jagung (Zea mays L.)
digunakan untuk diamati morfologi perkecambahannya.
Biji kangkung (Ipomoea aquatica). Biji kangkung (Ipomoea
aquatica) digunakan untuk diamati morfologi perkecambahannya.
Media: tanah, pupuk kandang, dan sekam. Media: tanah, pupuk
kandang, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1 digunakan sebagai media
tanam perkecambahan tiap jenis biji.
ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
digunakan untuk merangsang pertumbuhan biji menjadi kecambah.
Nampan. Nampan digunakan sebagai tempat dilakukannya proses
perkecambahan pada tiap biji yang akan diamati.
Plastik hitam. Plastik hitam digunakan sebagai penutup biji-biji
yang telah ditaruh pada media tanam.

Alat

Alat tulis. Alat tulis digunakan sebagai alat bantu menggambar hasil
pengamatan.
x

Laporan sementara. Laporan sementara berfungsi untuk mencatat


hasil kegiatan kerja praktikum.
Pensil warna. Pensil warna untuk mewarnai gambar.
Pisau. Pisau digunakan untuk membelah bahan yang akan diamati.

Pelaksanaan Praktikum

1. Rendam biji dengan menggunakan ZPT selama empat jam.


2. Menyiapkan tiga wadah perkecambahan berupa nampan yang tengahnya
dilubangi dan dimasukkan media tanam berupa tanah, pupuk kandang, dan
sekam dengan perbandingan 1:1:1 pada tiap wadah.
3. Selanjutnya benih yang tenggelam diambil untuk ditaruh pada tiap media dan
wadah yang telah disiapkan untuk dikecambahkan.
4. Tiap biji dibuat 2 nampan (jadi total ada 6 nampan) dengan jarak antar biji 2
cm.
5. Biji yang telah ditaruh pada media ditutup dengan plastik hitam selama 1 hari.
Setelah dibuka dijemur selama 4 jam dan tidak terkena matahari langsung.
Siram/semprot tiap sore selama dua minggu.
6. Benih yang berkecambah salah satunya diambil dan secara berhati-hati
dibersihkan dari media yang menempel.
7. Mengamati tipe perkecambahan dari masing-masing benih.
8. Menggambarkan dan menentukan bagian-bagian kecambah (radikula,
plumula, hipokotil, epikotil) dari masing-masing benih.
xi

IV.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari praktikum yang dilakukan adalah dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 1. Hasil pengamatan perkecambahan dan perbanyakan generatif biji kacang


hijau.
Gambar Sketsa

Keterangan
1. Perkecambahan: epigeal
2. Bagian perkecambahan: radikula, hipokotil,
kotiledon, epikotil, dan plumula.

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan pada tabel 1 yaitu,


biji kacang hijau termasuk ke dalam tipe perkecambahan epigeal karena
kotiledonnya terdapat di permukaan tanah. Biji kacang hijau memiliki
bagian-bagian perkecambahan berupa radikula yang merupakan bakal
calon akar yang akan menjadi akar utama, hipokotil yang mana merupakan
bakal batang terletak setelah radikula dan sebelum kotiledon, kotiledon
yang berfungsi sebagai tempat cadangan makan yang terletak setelah
xii

hipokotil dan sebelum epikotil, epikotil yang terletak setelah kotiledon dan
sebelum plumula, serta plumula yang mana merupakan bakal daun yang
nantinya akan menjadi daun sejati.
xiii

Tabel 2. Hasil pengamatan perkecambahan dan perbanyakan generatif biji jagung.


Gambar Sketsa

Keterangan
1. Perkecambahan: hipogeal
2. Bagian perkecambahan: radikula, kotiledon,
hipokotil, plumula, epikotil, dan daun sejati

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan pada tabel 2 yaitu,


biji jagung termasuk ke dalam tipe perkecambahan hipogeal karena
kotiledonnya terdapat di bawah tanah. Biji jagung memiliki bagian-bagian
perkecambahan berupa radikula yang merupakan bakal calon akar yang
akan menjadi akar utama, kotiledon yang berfungsi sebagai tempat
cadangan makan yang terletak setelah radikula dan sebelum hipokotil,
hipokotil yang mana merupakan bakal batang terletak setelah kotiledon
dan sebelum epikotil, epikotil yang terletak setelah hipokotil dan sebelum
plumula, plumula yang mana merupakan bakal daun yang nantinya akan
menjadi daun sejati, serta daun sejati yang terletak pada ujung kecambah
biji jagung.
xiv

Tabel 3. Hasil pengamatan perkecambahan dan perbanyakan generatif biji


kangkung.
Gambar Sketsa

Keterangan
1. Perkecambahan: epigeal
2. Bagian perkecambahan: radikula, hipokotil,
kotiledon, epikotil, dan plumula.

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan pada tabel 3 yaitu,


biji kangkung termasuk ke dalam tipe perkecambahan epigeal karena
kotiledonnya terdapat di permukaan tanah. Biji kacang hijau memiliki
bagian-bagian perkecambahan berupa radikula yang merupakan bakal
calon akar yang akan menjadi akar utama, hipokotil yang mana merupakan
bakal batang terletak setelah radikula dan sebelum plumula, plumula yang
mana merupakan bakal daun yang nantinya akan menjadi daun sejati yang
terletak setelah hipokotil dan sebelum epikotil, epikotil yang terletak
setelah plumula dan sebelum kotiledon, kotiledon yang berfungsi sebagai
tempat cadangan makan yang terletak pada ujung plumula.
xv

VI.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhanan berbiji. Perkecambahan melalui dua tipe proses,
yaitu; proses fisika, meliputi absorbsi air, metabolisme pemecahan materi
cadangan makanan, transpor materi hasil pemecahan dari endosperm ke
embrio yang aktif tumbuh, proses-proses pembentukan kembali materi-
materi baru, respirasi, serta pertumbuhan. Proses kimia, melibatkan
hormon dan enzim.
2. Perkecambahan dapat dibagi menjadi dua tipe perkecambahan, yaitu
perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Perkecambahan
epigeal yaitu perkecambahan yang mana kotiledon terdapat di permukaan
tanah. Hal itu terjadi karena adanya pembentangan ruas batang di bawah
daun lembaga (hipokotil) sehingga daun lembaga dan kotiledon terangkat
ke atas tanah. Contohnya yaitu pada perkecambahan biji kacang hijau
(Vigna radiata L.) dan perkecambahan biji kangkung (Ipomoea aquatica).
3. Perkecambahan hipogeal yaitu perkecambahan yang mana kotiledon
berada di bawah tanah. Hal itu terjadi karena adanya pembentangan ruas
batang di atas daun lembaga (epikotil) sehingga daun lembaga terangkat ke
atas tanah tetapi kotiledonnya tetap berada di dalam tanah. Contohnya
yaitu pada perkecambahan biji jagung (Zea mays L.).

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Para praktikan wajib mempelajari perkecambahan dan perbanyakan
generatif terlebih dahulu agar tidak terjadi salah pengertian dan bisa
xvi

langsung memahami penjelasan asisten dosen.


2. Para praktikan wajib memperhatikan penjelasan asisten dosen dengan
seksama agar tidak kebingungan saat melaksanakan praktikum.
xvii

DAFTAR PUSTAKA

Atika, R. (2018). Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang


Hijau (Vigna radiata L.) dengan Pemberian Giberelin di Lahan Salin.
Program Studi Agroteknologi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Farid, K. & Gebby, A.E.O. (2019). Studi tipe perkecambahan dan pertumbuhan
anakan Pinanga arinasae Witono. dan Eunchresta horsfieldii (Lesch.)
Benn. untuk mendukung upaya konservasinya. Jurnal Buletin Kebun Raya,
22(2), 21-32.

Handayani, T. (2021). Seedling functional types and cotyledons shape some


species of woody plant. Jurnal Mangifera Edu, 6(1), 29-43.

Junaidi & Fandi, A. (2021). Pengaruh suhu perendaman terhadap pertumbuhan


vigorbiji kopi Lampung (Coffea canephora). JIP: Jurnal Inovasi Penelitian,
2(7), 1911-1916.

Marthen, Kaya, E., & Rehatta, H. (2013). Pengaruh perlakuan pencelupan dan
perendaman terhadap perkecambahan benih sengon (Paraserianthes
falcataria L.). AGROLOGIA: Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman, 2(1), 1-85.

Mirna, A. (2019). Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Kinetin


Terhadap Perkecambahan Benih Jeruk (Citrus limonia Osbeck.) Kultivar
Japansche Citroen. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Ratnasari, T., Daniar, A., Hari, S., & Setyati, D. (2021). Respon perkecambahan
biji kluwek (Pangium edule Rainw.) terhadap lama perendaman dan
konsentrasi giberelin (GA3). Jurnal Ilmu Dasar, 22(2), 161-167.

Rina, F.S. (2009). Pengaruh Skarifikasi Suhu dan Lama Perendaman dalam Air
Terhadap Perkecambahan Biji Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.).
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang. Malang.

Suratman, Priyanto, D., & Setyawan, A.D. (2000). Analisa keragaman genus
ipomoea berdasarkan karakteristik morfologi. Jurnal Biodiversitas, 1(2): 8-
16.

Suryaningsih, Martin, J., & Darmadi, A.A.K. (2013). Inventarisasi gulma pada
tanaman jagung (Zea mays L.) di lahan sawah kelurahan Padang Galak,
xviii

Denpasar Timur, Kodya Denpasar, provinsi Bali. Jurnal Simbiosis: Jurnal


Biologi FMIPA Universitas Udayana, 1(1), 1-8.

Tanawani, M.M. & Edy, F.L. (2020). Pengaruh jenis dan konsentrasi ZPT pada
media tanam terhadap pertumbuhan tanaman anggrek (Dendrobium sp.).
Jurnal Agroekoteknologi Terapan, 1(2), 23-26.
Yasmin, S.T., Wardiyati, & Koesriharti. (2014). Pengaruh perbedaan waktu
aplikasi dan konsentrasi GA3 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
besar (Capsicum annum L.). Jurnal Produksi Tanaman, 2(5), 395-403.

Zanne, A.E., Chapman, C.A., & Kitajima, K. (2005). Evolutionary and ecological.
American Journal of Botany, 92(6), 972-978.

Anda mungkin juga menyukai