Anda di halaman 1dari 19

VIGOR BENIH

(Teknologi Produksi Benih dan Bibit Tanaman)

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI................................................................................................ i

DAFTAR TABEL........................................................................................ ii

PENDAHULUAN....................................................................................... 1

Latar Belakang.................................................................................... 1
Tujuan................................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 4

BAHAN DAN METODE............................................................................ 7

Waktu dan Tempat.............................................................................. 7


Bahan dan Alat.................................................................................... 7
Bahan......................................................................................... 7
Alat............................................................................................ 7
Prosedur Kerja.................................................................................... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 9

Hasil.................................................................................................... 9
Pembahasan........................................................................................ 22

KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 23

Kesimpulan......................................................................................... 23
Saran................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 24

LAMPIRAN................................................................................................. 26
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-


komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal
menjadi tumbuhan. Salah satu syarat yang harus dipenuhi agar benih berkecambah
adalah ketersediaan air di lingkungan biji yang disemaikan. Akan tetapi,
tersedianya air tersebut belum tentu dapat meresap melalui kulit biji kedalam biji.
Kecambah normal umumnya memiliki sistem perakaran yang baik terutama akar,
perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna dengan daun hijau dan tumbuh
baik dan memiliki satu kotiledon untuk berkecambah (Tamin, 2007; Girsang et
al., 2019).
Perkecambahan merupakan tahap awal dari suatu perkembangan suatu
tanaman yang berbiji. Pada tahap ini embrio yang dalam kondisi dorman
mengalami sejumlah perubahan fisiologis sehingga menjadi kecambah. Suatu
benih dikatakan berkecambah apabila plumala dan radikula tumbuh secara normal
dalam jangka waktu yang sesuai dengan ketentuan. Proses perkecambahan ini
merupkan proses metabolisme yang terdiri dari katabolisme dan anatolisme.
Katabolisme merupakan proses terjadinya perombakan cadangan makanan
sehingga menghasilkan energi ATP sedangkan anabolisme merupakan proses
terjadinya sintesa senyawa protein untuk pembentukan sel-sel baru pada embrio.
Perkecambahan benih sering diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan
embrio dari benih yang sudah matang. Suatu benih dapat berkecambah bila
adanya faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan
(Hairunnas et al., 2023).
Benih bermutu tinggi dapat dicirikan dari viabilitas dan vigoritas yang
tinggi. Sebagian besar ahli teknologi benih mengartikan viabilitas sebagai
kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah secara
normal. Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabolisme dengan gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Pada umumnya
viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
kecambah normal. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan
viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih
merupakan indeks dari viabilitas benih. Vigor benih adalah kemampuan benih
untuk tumbuh normal dalam keadaan lapang suboptimum. Benih dengan vigoritas
tinggi akan mampu berproduksi normal pada kondisi sub optimum dan di atas
kondisi normal, memiliki kemampuan tumbuh serempak dan cepat (Ridha et al.,
2017). Menurut Leisolo et al., (2013), kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor
kekuatan tumbuh benih karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu
menghadapi kondisi lapang yang suboptimal.
Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor benih yaitu keadaan
dimana benih mempunyai sifat sehat dan di dalam perkecambahannya akan
memberikan kualitas kecambah yang kuat, seragam dan mudah beradaptasi pada
keadaan setiap lingkungan. Benih dengan vigor tinggi akan tumbuh lebih cepat
karena benih tersebut berkecambah dalam waktu yang relatif singkat. Vigor benih
yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan
hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman
dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh
yang sub optimal. Vigor benih dibagi menjadi dua yaitu vigor kekuatan benih
vigor benih bila ditanam di lapang dan vigor daya simpan benih. Daya
berkecambah (viabilitas) dan kekuatan tumbuh (vigor) merupakan salah satu
komponen dari mutu benih (selain, kemurnian dan kadar air). Benih yang
mempunyai viabilitas dan vigor yang baik akan berdampak pada produktivitas
tanaman. Viabilitas benih harus diikuti dengan vigor yang tinggi, jika viabilitas
benih dan vigor benih tinggi akan memberikan kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi tanaman normal meskipun dalam keadaan cekaman lingkungan atau
ketika benih sudah melewati daya simpan (Ilyas et al., 2018).

Tujuan

Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah:


1. Menguasai secara teknis tata cara pengujian benih pada media yang sub
optimum.
2. Mengkategorikan kecambah normal kuat, normal lemah, abnormal, dan mati
pada pengujian benih.
3. Menentukan vigor benih yang meliputi keserempakan tumbuh dan kecepatan
tumbuh pada media yang sub optimum.
TINJAUAN PUSTAKA

Benih yang akan digunakan dalam suatu pertanaman harus benih yang
memiliki mutu dan kualitas baik untuk mendukung keberhasilan dari penanaman.
Salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan benih yang memiliki kualitas
mutu yang terjamin yaitu dengan cara menyeleksi benih berdasarkan ukuran dan
berat benih. Penyeleksian benih tersebut biasanya dinamakan dengan sortasi
benih. Sortasi dilakukan untuk memisahkan benih dari benih tanaman lain,
kotoran dan benih yang telah rusak atau keriput. Soratasi benih merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan viabilitas perkecambahan benih (Suita, 2013).
Selain dari penyeleksian benih yang berpengaruh terhadap viabilitas
perkecambahan benih, penyimpanan benih juga merupakan faktor fisiologis yang
dapat berpengaruh terhadap viabilitas perkecambahan benih. Penyimpanan benih
pun memiliki faktor yang mendukung seperti faktor suhu, karakteristik dan
mikroorganisme yang terdapat dalam penyimpanan benih (shaban, 2013).
Vigor benih adalah kemampuan benih menghasilkan tanaman normal pada
lingkungan yang kurang memadai (suboptimum), dan mampu disimpan
padakondisi simpan yang sub optimum. Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih
yang mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan
seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Vigor benih untuk tumbuh secar
aspontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi sarana
produksi secara maksimal sebelum panen. Juga dalam memanfaatkan unsur sinar
matahari khususnya selama periode pengisian dan pemasakan biji. Cakupan vigor
benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan
perkembangan kecambah (Danuarti, 2015).
Sutopo dalam Sulizawati, (2016), menyatakan bahwa vigor benih
dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing kekuatan
tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada
kemungkinan kemampunnya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun
keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum atau sesudah benih melampaui
12 suatu periode simpan yang lama. Pada saat masak fisiologis bobot kering benih
dan vigor benih mencapai maksimum. Sejak itu, benih perlahan-lahan kehilangan
vigor dan akhirnya mati. Widajati et al dalam Sulizawati, (2016), menyatakan
bahwa tolok ukur vigor kekuatan tumbuh adalah kecepatan tumbuh (KCT) dan
keserempakan tumbuh (KST) benih. Benih bervigor tinggi lebih cepat tumbuh
dibandingkan dengan benih vigor rendah. Kecepatan tumbuh benih
mencerminkan vigor individual benih yang dikaitkan dengan waktu. Tolok ukur
keserempakan benih menunjukkan vigor suatu lot benih. Suatu lot benih yang
kurang vigor tumbuh bervariasi.
Benih yang memiliki mutu baik, dapat dilihat dari ukuran dan berat benih.
Vigor benih biasanya berkorelasi dengan ukuran benih, yang mana dapat diketahui
bahwa benih yang memiliki ukuran dan berat yang lebih besar mempunyai vigor
yang lebih baik. Ukuran benih dapat berpengaruh terhadap perkecambahan benih
serta berat benih berpengaruh terhadap presentase perkecambahan (Wulandari et
al., 2015). Tingkat kemasakan pada benih (masak secara fisiologis) sangat penting
untuk diketahui karena hal tersebut dapat berpengaruh terhadap viabilitas benih
dan vigor benih (Surahma et al., 2012). Uji vigor benih merupakan uji kekuatan
benih untuk menentukan daya kecambah benih yang cepat dan dapat seragam. Uji
vigor benih menetukan dari awal pembetukan benih secara langsung dan tidak
langsung dalam hal mendapatkan nutri atau menyerap makanan secara baik
(Mondo et al., 2013).
Faktor yang mempengaruhi vigoritas benih antara lain faktor Genetik,
lingkungan dan status benih (kondisi fisik dan fisiologi benih). Genetik
merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih.
Setiap varietas memiliki identitas genetika yang berbeda. Sebagai contoh, mutu
daya simpan benih kedelai lebih rendah dibandingkan dengan mutu daya simpan
benih jagung, hal ini diakibatkan perbedaan gen yang ada di dalam benih. Benih
hibrida lebih vigor dibandingkan dengan benih non hibrida. Contoh Benih jagung
hibrida menghasilkan tanaman yang lebih vigor dibandingkan jagung non hibrida.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan
kondisi dan perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran
benih. Faktor kondisi fisik dan fisiologi benih berkaitan dengan performa benih
seperti tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan
(hubungan antara vigor awal dan lamanya disimpan), tingkat kesehatan, ukuran
dan berat jenis, komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air dan dormansi benih.
Kualitas maksimal suatu benih tercapai saat mencapai Matang Fisiologis. Pada
saat Matang Fisiologis akumulasi bahan kering (dry matter) dan bahan kimia yang
terlibat dalam perkecambahan sudah mencapai maksimal. Panen sebelum atau
sesudah matang fisologis kualitasnya lebih rendahdibandingkan saat matang
fisiologis. Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran
benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air
benih. Kadar air benih akan berpengaruh terhadap proses aktivasi enzim. Kadar
air yang rendah dapat meminimalisir proses aktibvasi enzim (perombakan
cadangan makanan). Bagi benih ortodok kadar air terlalu rendah menyebabkan
cracking (retak) sedangkan bagi benih rekalsitran kadar air terlalu rendah
menyebabkan gangguan fisiologis.Kadar air optimum setiap jenis benih berbeda-
beda. Pengolahan yang baik tidak menyebabkan kerusakan pada benih.
Pengolahan yang tidak baik menyebabkan benih memar, cracking atau pecah, case
hardening (pengerasan kulit benih). Perontokan dan pengeringan merupakan tahap
pengolahan yang paling berpengaruh terhadap kualitas benih. Jenis kemasan yang
baik dapat mempertahankan kadar air dan vigor benih, selain itu kemasan yang
baik juga dapat menghindari benih dari benturan, serangan hama dan penyakit.
Contoh kemasan yang baik antara lain, kaleng, aluminium foil, plastik tebal,
kertas semen dilapisi aspal dan lain-lain (Nurussintani, 2013).
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 25 oktober 2023.


Pukul 14.50 WITA-Selesai. Bertempat di Laboratoium Terpadu
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Biji jagung. Biji jagung digunakan sebagai objek yang diamati.


Biji kacang nagara. Biji kacang nagara digunakan sebagai objek
yang diamati.
Bata merah. Bata merah digunakan sebagai media perkecambahan.

Alat

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

Sprayer. Sprayer digunakan sebagai alat untuk menyiram tanaman.


Nampan. Nampan digunakan sebagai alat untuk bak
perkecambahan.
Alat tulis. Alat tulis digunakan untuk mencatat hal-hal penting
selama praktikum.
Kamera. Kamera digunakan sebagai alat untuk
mendokumentasikan kegiatan selama praktikum berlangsung.

Posedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan sortasi benih
2. Merendam benih pada air bersih : jagung selama 24 jam; benih kacang
nagara selama 6 jam.
3. Meniriskan benih
4. Menghancurkan bata merah menjadi serpihan tak beraturan
5. Melakukan penaburan atau menanam 25 benih di media batu bata pada
setiap sub sampel.
6. Menjaga kelembaban media setiap hari
7. Menghitung benih yang tumbuh setiap hari selama periode pengujian
8. Menghitung kecambah normal kuat dan normal lemah, serta mengukur
plumula dan radikula pada masing-masing kriteria.
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Vigor benih adalah kemampuan benih menghasilkan tanaman normal pada
lingkungan yang kurang memadai (sub-optimum) dan mampu disimpan
pada kondisi simpan yang sub-optimum.
2. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil pada kecepatan
tumbuh (KCT), sampel benih jagung yang memiliki nilai KCT teringgi
adalah sub-sampel ke-2 dengan nilai 2,15%, sedangkan pada sampel benih
kacang nagara, sub sampel ke-2 sebesar 1,2% memiliki nilai KCT
tertinggi.
3. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil pada
keserempakan tumbuh (KST), dengan dua kriteria, yaitu kecambah normal
kuat dan kecambah normal lemah, pada sampel jagung yang memiliki
persentase paling tinggi pada kecambah normal kuat adalah sub-sampel 1
sebesar 48%. Sedangkan untuk sampel kacang nagara, yang memiliki nilai
persentase paling tinggi adalah sub-sampel 1 dan sub-sampel 2 sebesar
4%. Untuk kriteria kecambah normal lemah, pada sampel benih jagung
yang memiliki nilai paling tinggi adalah sub-sampel 1 dan 2, sebesar 16%
sedangkan pada sampel kacang nagara sub-sampel 2 memiliki nilai paling
tinggi sebesar 40%.
4. Berdasarkan dua kriteria, yaitu kecambah normal kuat dan kecambah
normal lemah, didapatkan hasil bahwasanya pada sampel jagung, kriteria
kecambah normal kuat lebih tinggi dibandingkan dengan kecambah
normal lemahnya, yaitu sebesar 40%, sedangkan pada sampel benih
kacang nagara diketahui kecambah normal lemah memiliki nilai lebih
tinggi dibandingkan kecambah normal kuat, yaitu sebesar 17,3%.
5. Keserempakan tumbuh (KST) memiliki tiga hal yang diamati, panjang
plumula, panjang akar, dan berat kering. Panjang plumula pada sampel
benih jagung, nilai tertingginya terdapat pada sub-sampel 1 normal kuat
dengan nilai 68,4 cm, sedangkan untuk sampel kacang nagara, nilai
tertinggi terdapat pada sub-sampel 2 norma lemah dengan nilai 26,6 cm.
Panjang akar pada sampel benih jagung yang memiliki nilai tertinggi,
yaitu sub-sampel 3 normal kuat dengan nilai 30,8 cm, sedangkan pada
kacang nagara akar yang paling panjang terdapat pada sub-sampel 3
normal lemah dengan nilai 8 cm. Berdasarkan berat keringnya, pada
sampel benih jagung, yang memiliki nilai terbesar adalah sub-sampel 1
kecambah normal kuat dengan nilai 2,9 gram, sedangkan untuk sampel
kacang nagara nilai terbesar berat keringnya adalah sub-sampel 2 kecamah
normal lemah dengan nilai 1,53 gram.

SARAN

Adapun saran dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Praktikan perlu memperhatikan penjelasan asisten dengan tenang.
2. Praktikan perlu menjaga kekondusifan kegiatan praktikum agar berjalan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Danuarti. (2015). Uji cekaman kekeringan pada tanaman. Jurnal Ilmu Pertanian,
11(1), 22-31.

Girsang, R., Luta, D. A., Harahap, A. P., & Suriadi. (2019). Peningkatan
perkecambahan benih bawang merah (Allium ascalonicum L.) akibat
interval perendaman H2SO4 dan beberapa media tanam. Journal of Animal
Science and Agronomy Panca Budi, 4(1), 24-28.

Hairunnas, Saputra, W. T. M., Sukanto, Imanullah, A., Junita, D., Syamsuddin, &
Hasanuddin. (2023). Monograf Viabilitas serta Vigor Benih Kedelai
(Glycine max L. Merill). Eureka Media Aksara. Purbalingga.

Ilyas, S. (2018). Ilmu dan Teknologi Benih. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Leisolo, M. K., Riry, J. dan Matatula, E. A. (2013). Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota Ambon.
Jurnal Agrologia, 2(1), 1-9.

Mondo, V, H, V., S, M, Cicero., D, D, Neto., T, L, Pupim, & M, A, N, Dias.


(2013). Seed vigor and initial growth of corn crop. Seed Science 35, (1),
64-69.

Nurussintani, W., Damanhuri & Purnamaningsih, S., L. (2013). Perlakuan


Pematahan Dormansi Terhadap Daya Tumbuh Benih 3 Varietas Kacang
Tanah (Arachis hypogaea). Jurnal Produksi Tanaman, 1(1).

Ridha, R., Syahril, M., & Juandi, B. R. (2017). Viabilitas dan Vigoritas Benih
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Akibat Perendaman dalam Ekstrak
Telur Keong Mas. Jurnal Penelitian, 4(1), 84-90.

Shaban, M. (2013). Study on aspects of seed viability and vigor. Advanced


Biological and Biomedical Research, 1(12), 1692-1697.

Suita, E. (2013). Pengaruh sortasi benih terhadap viabilitas dan pertumbuhan bibit
Akor (Acacia auriculiformis). Pembenihan Tanaman Hutan, 1(2), 83-91.

Sulizwati. (2016). Validasi Metode Uji Viabilitas Menggunakan Ecogerminator


Tipe Ipb 72-1 Pada Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.). Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Surahman, M., E, Murniati, & F, N, Nisya. (2012). Pengaruh tingkat kemasakan


buah, metode ekstraksi buah, metode pengeringan, jenis kemasan dan lama
penyimpanan pada mutu benih jarak pagar (Jatropha curcas). Ilmu
Pertanian Indonesia, 18(2), 73-78.
Tamin, R. P. (2007). Teknik perkecambahan benih jati (Tectona grandis Linn. F).
Jurnal Agronomi, 11(1), 7-14.

Wulandari, W., A, Bintoro, & Duryat. (2015). Pengaruh ukuran berat benih
terhadap perkecambahan benih Merbau Darat (Intsia palembanica). Syha
Lestari, 3(2), 79-88.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Penanaman Benih Kacang Nagara dan Jagung pada Media Batu Bata

Menghancurkan Batu Masukan Bata yang Menyusun Benih Jagung


Bata sampai halus sudah dihaluskan sebanyak 25 benih
sebagai media tanam kedalam nampan kedalam media tanam

Menyusun Benih Menyiram benih yang Uji Perkecambahan


Kacang Nagara sudah ditempatkan di dimedia tanam pada hari
sebanyak 25 benih media tanam ke 7
kedalam media tanam menggunakan spayer

Mengukur panjang akar


dan plumula
Lampiran 2. Menimbang Berat Kering Kecambah Jagung dan Kacang Nagara

Menimbang sampel 3 Menimbang sampel 2 Menimbang sampel 1


Kecambah jagung kuat Kecambah jagung kuat Kecambah jagung kuat

Menimbang sampel 3 Menimbang sampel 2 Menimbang sampel 1


Kecambah jagung lemah Kecambah jagung lemah Kecambah jagung
lemah

Menimbang sampel 3 Menimbang sampel 2 Menimbang sampel 3


Kecambah Kacang Kecambah Kacang Kecambah Kacang
Nagara kuat Nagara kuat Nagara lemah

Menimbang sampel 2
Kecambah Kacang
Nagara lemah
Lampiran 3. Perhitungan
10
Subsampel 1 = ×100 %=40 %
25

15
Subsampel 2 = ×100 %=6 0 %
25

17
Subsampel 3 = ×100 %=68 %
25

Anda mungkin juga menyukai