Anda di halaman 1dari 40

UJI VIABILITAS DAN VIGOR BENIH

Disusun oleh :

ABDUL KARIM
204110222
Agroteknologi D

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memnhi tugas akhir praktikum
Teknologi Benih

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
RIAU 2023
LEMBAR PENGESAHAN

UJI VIABILITAS DAN VIGOR BENIH

Oleh :

ABDUL KARIM
204110222
Kelas : D Agroteknologi
Kelompok 1

MENYETUJUI

1. Pembimbing I 2. Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Hasan Basri Jumin, MSc. Ms Ir. Ernita, MP

3. Asisten Dosen

Maruli Tua, SP, MP


i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

pembuatan laporan ini, tak lupa juga sholawat serta salam semoga tercurah selalu

kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.

Dalam menyusun dan penulisan laporan yang berjudul “Uji Viabilitas dan

Vigor Benih” tidak sedikit menemukan kesulitan yang saya hadapi. Namun berkat

bantuan dan dorongan dari segala pihak akhirnya saya dapat menyelesaikannya

dengan baik.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu

saya mengharapkan kritik dan saran yang membangan dari berbagai pihak demi

kesempurnaan laporan ini di masa yang akan datang.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan berharap semoga laporan ini

dapat lebih baik untuk kedepannya.

Pekanbaru,..Januari 2023

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

DAFTAR TABEL................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................v

I. PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Tujuan......................................................................................................2

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3

III. BAHAN DAN METODE..............................................................................9

A. Tempat dan Waktu..................................................................................9

B. Bahan dan Alat........................................................................................9

C. Metode Praktikum...................................................................................9

D. Pelaksanaan Praktikum...........................................................................10

E. Parameter Pengamatan............................................................................10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................11

A. Analisa Kemurnian Benih.......................................................................11

B. Struktur Benih.........................................................................................12

C. Pengeringan Benih..................................................................................17

D. UJi Viabilitas dan Vigor Benih...............................................................18

E. Processing Benih.....................................................................................22
iii

V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................26

A. Kesimpulan.............................................................................................26

B. Saran........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................27

LAMPIRAN.........................................................................................................29
iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisa Kemurnian Benih................................................11

Tabel 2. Hasil persentase pengeringan benih........................................................12

Tabel 3. Hasil Uji Viabilitas Benih pada Hari Ke-6..............................................18

Tabel 4. Hasil Uji Vigor Benih pada Hari Ke-6....................................................20

Tabel 5. Processing Benih.....................................................................................22


v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Praktikum..............................................................................29

Lampiran 3. Dokumentasi Selama kegiatan praktikum........................................30

Lampiran 4. Biodata diri........................................................................................33


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk

dapat memperbaiki sifat- sifat genetic dan fisik dari benih yang mencakup

kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas,

produksi benih, pengolahan, penyimpanan, serta sertifikasi benih, Mutu benih

terbagi atas mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Mutu benih sangat

tergantung oleh beberapa hal, salah satunya adalah Viabilitas benih.

Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman,

artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan

tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu

berproduksi maksimal (Kartasapoetra, 1992).

Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh

secara normal pada kondisi optimum. Secara umum pengujian viabilitas benih

mencakup pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor

benih. Perbedaan antara daya berkecambah dengan vigor benih adalahbila

informasi daya berkecambah ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada

lingkungan yang optimum, yang suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapang.

Faktor yang mempengaruhi viabilitas benih antara lain: air, suhu, oksigen, cahaya,

medium (kamil, 1982).


2

Dengan mengetahui daya kecambah suatu benih maka kita akan bisa

memperkirakan jumlah benih yang akan tumbuh nantinya. Uji daya berkecambah

benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat

pengecambah benih) dengan media kertas dan berbagai metode, seperti UDK (Uji

Di atas Kertas), UAK (Uji Antar Kertas), dan UKD (Uji Kertas Digulung). Pada

praktikum kali ini menggunakan UKD (Uji Kertas Digulung) (kamil, 1982). serta

menguji vigor benih tersebut dengan metode langsung menggunakan substrat

pasir. Pengamatan ini dilakukan agar dapat mengetahui kemurnian masing-masing

benih dan mengetahui perbedaan vigor serta viabilitas pada benih

Berdasarkan uraian di atas maka dari itu dilakukan praktikum uji viabilitas

dan vigor benih. Khususnya dalam dunia pertanian dan benih untuk tujuan

penanaman agar dalam praktiknya kualitas benih viabilitas.

B. Tujuan Praktikum

1. Untuk melihat gejala pertumbuhan viabilitas pada benih.

2. Untuk melihat gejala pertumbuhan vigor pada benih.


II. TINJAUAN PUSTAKA

 Benih

Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman.

Sehingga masalah teknologi benih berada dalam ruang lingkup agronomi.

Agronomi sendiri diartikan sebagai suatu gugus ilmu pertanian yang mempelajari

pengelolaan lapang produksi dengan segenap unsure alam (iklim, tanah, air),

tanaman, hewan dan manusia untuk mencapai produksi tanaman secara maksimal

(Kartasapoetra, 1986).

Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan

pengembangan usaha tani dan mempunyai fungsi agronomis. Benih yang bermutu

adalah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang bekualitas tinggi. Benih

yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya

baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Rineka, 1986).

Benih juga diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman

muda (bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan

bunga berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji kembali.

Benih dapat dikatakan pula sebagai ovul masak yang terdiri dari embrio tanaman,

jaringan cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif.

Benih berasal dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang, setek

daun, dan setek pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan menjadi tanaman

dewasa (Purwanti, 2004).


4

Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih

harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana

teknologi yang maju. Seiring petani mengalami kerugian yang tidak sedikit baik

dari segi biaya maupun waktu yang berharga akibat penggunaan benih yang

bermutu rendah. Oleh karena itu meskippun pertumuhan dan produksi tanaman

sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan cara bercocok tanamn, tetapi harus

diingat pentingnya pemilihan mutu benih yang akan digunakan (Sukarman, 2000).

 Viabilitas Benih

Pengujian benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan kualitas

fisiologis sekumpulan benih yang biasanya didasarkan pada perwakilan sejumlah

contoh benih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok

benih. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di

lapangan. Salah satu contoh pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji

perkecambahan benih. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung,

misalkan dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung

dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh tertentu (Soetopo,

2005).

Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh

secara normal pada kondisi optimum. Berdasarkan pada kondisi lingkungan

pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam

kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi

lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi

lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih. Perlakuan

dengan kondisi lingkungan sesuai sebelum benih dikecambahkan tergolong


5

untukmenduga parameter vigor daya simpan benih, sedangkan jika kondisi

lingkungan tidak sesuai diberikan selama pengecambahan benih maka tergolong

dalam pengujian untuk menduga parameter viabilitas tumbuh benih (Ryastika,

2011).

Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih,

persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Viabilitas benih merupakan

daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme atau

gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolok ukur

parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1994).

Pada uji viabilitas benih, baik uji daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh

benih, penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang

lain dalam satu substrat. Sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan

presentase perkecambahan. Persentase kecambah yang tinggi sangat diinginkan

oleh para petugas persemaian, dan segala sesuatu selain benih murni yang

berkecambah akan dianggap sebagai hal yang tidak berguna, oleh karena itu

pegujian kecambah atau viabilitas harus menggambarkan kecambah yang

potensial. Potensi perkecambahan merupakan hal yang secara langsung

didapatkan pada pengujian perkecambahan. Pengujian perkecambahan secara luas

digunakan, baik untuk pengujian benih standard maupun untuk pengujian

informal secara sederhana di persemaian (Ryastika, 2011).

Kelangsungan daya hidup benih ditunjukan oleh persentase benih yang akan

menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir yanga

menyelesaikan perkecambahannya. Proses perkecambahan suatu benih,


6

memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang tinggi dan pada

beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya pemecahan dormansinya. Kualitas

benih digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kualitas genetik, fisiologis, dan

kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk mengetahui kualitas fisiologis

yang berkaitan dengan kemampuan benih untuk berkecambah. Index matematis

terhadap perkecambahan dapat mudah untuk menggambarkan kualitas benih yang

dapat diterima oleh seluruh konsumen (Ryastika, 2011).

Benih dengan viabilitas tinggi tentunya memiliki daya vigor benih yang

kuat, karena didukung oleh komponen cadangan makanan dalam biji yang cukup

untuk menopang pertumbuhan awal dari biji sebelum memperoleh makanan dari

dalam tanah (Sadjad, 1993).

Menurut Copeland dan McDonald (2001), viabilitas benih dapat diukur

dengan tolok ukur daya berkecambah (germination capacity). Perkecambahan

benih adalah muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih

serta kecambah tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi

tanaman normal pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Viabilitas benih

menunjukkan daya hidup benih, aktif secara metabolik dan memiliki enzim yang

dapat mengkatalis reaksi metabolik yang diperlukan untuk perkecambahan dan

pertumbuhan kecambah.

Copeland dan McDonald (2001) juga menjelaskan bahwa kemungkinan

besar viabilitas benih tertinggi terjadi pada saat masak fisiologi. Faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor

internal. Faktor eksternal dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu kondisi

lingkungan pada saat memproduksi benih, saat panen, pengolahan, penyimpanan,


7

dan lingkungan tempat pengujian benih. Kondisi tersebut seperti kemasan benih,

suhu, komposisi gas, dan kelembaban ruang simpan. Faktor internal yang dapat

mempengaruhi viabilitas benih yaitu sifat genetik benih, kondisi kulit benih, dan

kadar air benih.

Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk

tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya

kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih.

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari

viabilitas benih (Danuarti, 2003).

Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan

mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum

tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas

maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai

dengan keadaan lingkungan. Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang

digunakan adalah presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan

perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang

dinyatakan sebagai laju perkecambahan. Penilaian dilakukan dengan

membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya sesuai kriteria

kecambah normal, abnormal dan mati. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara

tak langsung, misalkan dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun

secara langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh

tertentu (Danuarti, 2003).


8

Pengujian viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian pemotongan

(cutting test), tetrazolium (TZ), pemotongan embrio, dan pengujian hydrogen

peroksida (H2O2). Pengujian viabilitas benih biasanya kurang tepat diterapkan

untuk benih-benih yang berukuran sangat kecil, bahkan teknik

pengambilan/pemotongan embrio hampir tidak mungkin dilakukan. Untuk

memudahkan dalam pengujian benih, benih yang digunakan harus berukuran agak

besar seperti sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Jacq) (Kuswant, 2007).

Pengujian benih dengan tetrazolium merupakan salah satu uji yang efektif.

Uji tetrazolium memanfaatkan prinsip dehidrogenase yang merupakan group

enzim metabolism pada sel hidup, yang mana mudah diamati perubahan

warnanya. Selain uji TZ, uji hydrogen peroksida (H2O2) juga merupakan uji yang

efektif. uji ini merupakan uji viabilitas yang lain, yang membentuk transisi

menjadi pengujian kecambah. Daya Berkecambah (DB) merupakan tolok ukur

viabilitas potensial yang merupakan simulasi dari kemampuan benih untuk

tumbuh dan berproduksi normal dalam kondisi optimum (Kuswant, 2007).

Viabilitas benih dan vigor benih merupakan subjek yang

menggambarkan karakteristik benih yang baik dan menentukan aktivitas benih

terhadap proses perkecambahan pada kondisi lingkungan yang berbeda.

Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ada di sekitar

benih tersebut. Benih dapat mengalami dormansi biji saat perkecambahan

berumur 2-3 minggu yang akan mengakibatkan benih mengeluarkan energi yang

tidak dipaka dan akan mendapat energi baru untuk terus melanjutkan proses

perkecambahan (Shaban, 2013).


III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan Di Kompos pertanian Universitas Islam Riau

Jalan Kaharuddin Nasution Km 11, No 113, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan

Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Praktikum ini dilksanakan selama + 4 bulan, Mulai

dari bulan Agustus akhir sampai bulan desember akhir tahun 2022.

B. Bahan dan Alat

 Uji Viabilitas

Alat : - Cawan - Sprayer - Pinset - Gunting - Plastik - Kamera - Alat tulis.

Bahan : Benih tanaman -– Air – Kertas tisu.

 Uji Vigor

Bahan : Benih tanaman, Pasir, Air.

C. Metode Praktikum

Metode pengambilan data dilkukan dengan cara observasi (pengamatan),

lalu data dihitung dengan rumus yang ada dan dimasukkan ke tabel.
10

D. Pelaksanaan Praktikum

1. Siapkan 100 biji/benih kacang hijau.

2. Kemudian siapkan tempat/cawan yang berisi kertas tisu diatasnya

3. Taruh benih kacang hijau semuanya keatas tisu, lalu tutup kembal dengan

tisu

4. Basahkan tisu yang sudah ditanami, simpan ditempat yang tidak terkena

sinar matahari.

5. Tunggu benih tumbuh hingga 5/6 hari, lalu lakukan pengamatan

E. Parameter Pengamatan

a. Normal : tumbuh sempurna, sehat

b. Abnormal

- Cacat : akar pendek (salah satu bagian kecambah hilang)

- Rusak : kotiledon/ perakaran putus

- Busuk : akibat serangan hama dan penyakit

- Lambat : pertumbuhan kecambah tidak normal pada akhir

pengamatan.

c. Benih Mati : busuk

d. Benih Segar Tidak Tumbuh : benih mengembang, tidak tumbuh

plumula (mengalami imbibisi).

e. Benih Keras : ormansi : tidak mengalami imbibisi karena kulit

keras.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Kemurnian Benih

Tabel 1. Hasil Analisa Kemurnian Benih

Tanaman Berat Komponen Presentase (%)

BM KB BR BM KB BR

Kacang Hijau 165,4 g 3g 8g 93,97 1,7 4,54

% BM = 165,4 x 100% = 93,97%


176
% KB = 3 x 100% = 1,7%
176
% BR = 8 x 100% = 4,54%
176

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan tentang analisis kemurian benih

maka diperoleh data untuk benih murni, kotoran benih, benih rusak. Untuk berat

dari masing-masing komponen yaitu berat murni 165,4 g, kotoran benih 3 g, dan

benih rusak 8 g. Dari hasil analisis berat tersebut didapatkan persentasenya benih

murni dengan persentase 93,97%, kotoran benih 1,7%, dan benih rusak

persentasenya 4,54%.

Benih murni Kotoran benih Benih rusak


12

B. Struktur Benih

 Biji Mangga

Dari gambar diatas struktur biji mangga terdapat bagian-bagiannya yaitu

epikarp, endoskrap, bakal biji, endosperm dan embrio. Epikarp, merupakan

lapisan luar yang keras dan tidak tembus air, Endokarp merupakan lapisan paling

dalam yang tersusun atas lapisan sel yang sangatkeras dan tebal, bakal biji adalah

struktur pada tumbuhan berbiji yang melindungi dan menjadi tempat

bersemayamnya sel telur (ovum), Endosperma adalah bagian dari biji tumbuhan

berbunga (Anthophyta) yang merupakan hasil dari pembuahan berganda selain

embrio serta sebagai penyedia cadangan energi bagi embrio (lembaga) dalam

proses perkecambahan dan embrio adalah bagian dari biji yang menjadi titik awal

pada pertumbuhan suatau tanaman atau tumbuhan.


13

 Biji Sirsak

Dari gambar strukur sirsak diatas terdapat bagian Epikarp merupakan

lapisan luar yang keras dan tidak tembus air, Selubung biji adalah selaput tipis

yang melindungi biji dari kerusakan fisik serta mencegah penguapan air yang

berlebihan, Endosperma adalah bagian dari biji tumbuhan berbunga (Anthophyta)

yang merupakan hasil dari pembuahan berganda selain embrio serta sebagai

penyedia cadangan energi bagi embrio (lembaga) dalam proses perkecambahan,

Radikula adalah bakal calon akar yang tumbuhn selama masa perkecambahan,

Kotiledon (disebut juga kotil atau daun lembaga) adalah bakal daun yang

terbentuk, dan melekat pada embrio dengan hipokotil, ujung tunas adalah untuk

titik pertumbuhan organisme baru dan Hipokotil (kependekan dari

"hypocotyledonous stem",berarti "daun di bawah biji") adalah batang dari

kecambah, ditemukan di bawah kotiledon (daun biji) dan di atas radikula (akar).
14

 Biji Matoa

Dari gambar struktur biji matoa diatas bagian-bagiannya terdiri atas Epikarp

merupakan lapisan luar yang keras dan tidak tembus air, Endokarp merupakan

lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan sel yang sangat keras dan tebal,

Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan berserabut, Selubung biji adalah

selaput tipis yang melindungi biji dari kerusakan fisik serta mencegah penguapan

air yang berlebihan, bakal biji adalah struktur pada tumbuhan berbiji yang

melindungi dan menjadi tempat bersemayamnya sel telur (ovum) dan Radikula

adalah bakal calon akar yang tumbuhn selama masa perkecambahan.


15

 Biji Ketapang

Dari gambar struktur bij ketapang diatas terdapat bagian-bagiannya yaitu

epikarp, endocarp, mesokarp dan bakal biji. Epikarp merupakan lapisan luar yang

keras dan tidak tembus air, Endokarp merupakan lapisan paling dalam yang

tersusun atas lapisan sel yang sangat keras dan tebal, Mesokarp merupakan

lapisan yang tebal dan berserabut, bakal biji adalah struktur pada tumbuhan berbiji

yang melindungi dan menjadi tempat bersemayamnya sel telur (ovum).


16

 Biji Duku

Dari gambar struktur biji duku diatas didapat bagian-bagian dalam biji yaitu

epikarp, mesokarp, sulaput bji dan bakal biji. Epikarp merupakan lapisan luar

yang keras dan tidak tembus air, Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan

berserabut, bakal biji adalah struktur pada tumbuhan berbiji yang melindungi dan

menjadi tempat bersemayamnya sel telur (ovum) dan Selubung biji adalah selaput

tipis yang melindungi biji dari kerusakan fisik serta mencegah penguapan air yang

berlebihan
17

C. Pengeringan Benih

Tabel 2. Hasil persentase pengeringan benih

Pengamatan Ekstraksi Kering KA (%)

Bobot Basah 165,4 g


0,85
Bobot Kering 164 g

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟i𝑛g


KA= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟i𝑛g 𝑥100% = ℎ𝑎𝑠i𝑙

165,4 – 164
= 164 𝑥100% = 0,85%

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan tentang pengeringan benih

maka diperoleh data untuk benih berat bobot basah sebelum dilakukannya

pengeringan beratnya 165,4 g, dan setelah dilakukannya pengeringan maka berat

kering yang diperoleh beratnya 164 g. Maka setelah dilakukannya proses

pengeringan pada kacang hijau didapatkan kadar air yang hilang pada bobot basah

selama pengeringan sebesar 0,85 %.

Berat Basah Keseluruhan Berat Kering


Keseluruhan
18

D. Uji Viabilitas dan Vigor Benih

 Uji Viabilitas Benih

Rumus Uji Viabilitas

29
 % Kecambah Normal = x 100%
100

= 29%
51
 % Kecambah Abnormal = x 100%
100

= 51%

12
 % Kecambah Mati = x 100%
100
= 12 %

8
 % Kecambah Segar Tidak Tumbuh = x 100%
100

= 8%

Dari data perhitungan dengan rumus vigor diatas disajikan dalam bentuk

tabel dibawah.

Tabel 3. Hasil Uji Viabilitas Benih pada Hari Ke-6

No Pertumbuhan Benih Jumlah %Viabilitas


1 Normal 29 29%
2 Abnormal 51 51%
3 Benih mati 12 12%
4 Benih segar tidak tumbuh 8 8%
5 Benih Keras - 0%
19

Dari data hasil perhitungan persentase uji viabilitas pada benih kacang hijau

pada media tanaman kertas tisu dari 100 biji didapat bahwa, untuk hasil terbesar

terdapat pada jenis/kriteria pertumbuhan benih yang abnormal dengan jumlah 51

biji dan persentasenya sebesar 51%. Sedangkan untuk kriteria pertumbuhan benih

lain benih normal sebanyak 29 biji dan persentase 29%, benih mati sebanyak 12

biji dengan persentase 12%, benih segar tidak tumbuh sebanyak 8 biji dengan

persentse 8% dan benih keras yang tidak ada sedikitpun benih kacang hijau yang

mengalami kriteria tumbuh ini. Hal ini mungkin disebabkan mungkinkarena factor

lingkungan, kualitas benih kacang hijau yang ditanam, dll.

Benih yang di uji coba yaitu benih kacang hijau. Benih ini termasuk benih

ortodoks. Menurut Kartasapoetra (1986) Biji ortodoks dicirikan oleh sifatnya yang

bisa dikeringkan tanpa menglami kerusakan sehingga biji tipe ini bisa disimpan

dalam kadar air yang rendah.

Viabilitas tiap benih berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya masing-

masing, hal ini sesuai dengan literature Ryastika (2011),Viabilitas adalah

kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh secara normal pada

kondisi optimum. Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih

dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai

(favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai

(unfavourable).

Berdasarkan pengamatan parameter yang diamati seseui dengan literatur

Suita (2013) yang dimaksud dengan kemampuan tumbuh secara normal yaitu

dimana perkecambahan benih tersebut menunjukkan kemampuan untuk tumbuh

dan berkembang menjadi bibit tanaman dan tanaman yang baik dan normal.
20

kemampuan tumbuh secara abnormal yaitu dimana perkecambahan benih tersebut

menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman

dan tanaman yang tidak baik seperti kerdil. Sedangkan benih mati adalah benih

yang pada akhir pengujian tidak berkecambah tetapi bukan sebagai benih keras

maupun benih segar. Biasanya benih mati lunak, warnanya memudar, dan

seringkali bercendawan.

Dari data diatas dapat diketahui bahwa semua benih tidak memiliki

viabilitas yang maksimum, hal tersebut sesuai dengan literature Danuarti (2005)

Viabilitas makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai

perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum

tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas

maksimum (100 persen).

 Uji Vigor Benih

Hasil hitung persentase vigor benih yaitu :

80
 % Daya Tumbuh = x 100%
100

= 80%

Data hasil hitung persentase vigor benih disajikan dalam bentuk tabel

dibawah.

Tabel 4. Hasil Uji Vigor Benih pada Hari Ke-6

No % Daya Tumbuh
1 80%
21

Dari data hasil perhitungan persentase vigor daya tumbuh pada tabel didapat

bahwa persen daya tumbuh pada benih sebesar 80%. Hal ini meunjukkan

kemampuan benih kacang hijau untuk tumbuh secara normal pada kondisi sub

optimum atau kondisi yang tidak mendukung atau menghambat perkecambahan

cukup tinggi karena mencapai persentase angka yang cukup tinggi, walaupun

tidak 100%. Hal ii terjadi kerena factor lingkungan atau tercukupinya air pada

benih

Penyemaian benih

Kondisi benih Hari Ke-6


22

E. Processing Benih

Tabel 5. Processing Benih

NO Kegiatan Keterangan

1 Pengambilan polong kacang

hijau, dari kompos

2 Penimbangan polong kacang

hijau, seberat 225 gram per

kelompok.
23

Pengupasan polong kacang

3 hijau dari bijinya.

Penimbangan pada berat

4 keseluruhan benih yang telah

dipisahkan dari polong kacang

hijau.

Pemisahan benih kacang hijau,

5 antara benih yang murni,

kotoran benih dan benih rusak


24

Penimbangan berat benih

6 murni.

Penimbangan Benih rusak

Pengeringan benih kacang hijau


25

UJi Viabilitas dan vigor benih


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikun “Uji Viabilitas dan Vigor

Benih” mata kuliah Teknologi Benih didapat bahwa :

1. Untuk berat dari masing-masing komponen yaitu berat murni 165,4 g,

kotoran benih 3 g, dan benih rusak 8 g dengan persentase 93,97%, kotoran

benih 1,7%, dan benih rusak persentasenya 4,54%.

2. Struktur biji terdapat bagian-bagian yaitu epikarp, endoskrap, bakal biji,

endosperm dan embrio.

3. Untuk berat dari masing-masing komponen yaitu berat murni 165,4 g,

kotoran benih 3 g, dan benih rusak 8 g.

4. Hasil terbesar terdapat pada jenis/kriteria pertumbuhan benih yang

abnormal dengan jumlah 51 biji dan persentasenya sebesar 51%.

5. Dari data hasil perhitungan persentase vigor daya tumbuh didapat bahwa

persen daya tumbuh pada benih sebesar 80%.

B. Saran

Saran saya pada praktikum kali ini adalah sebelum kita melaksanakan

praktikum yang dilaksanakan sebaiknya terlebih dahulu kita harus membaca

materi/diktat yang diberikan, sehingga praktikum yang dilaksanakan lebih lancer.


27

DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra, A. G. 1986. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Pra

ktikum. Jakarta: Bina Aksara.

Purwanti, S. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai

hitam dan kedelai kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11(1)

Lesilolo, M. K., J. Riry dan E. A. Matatula. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor

Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota Ambon.

Agrologia, 2(1): 1-9.

Rineka Cipta. 1986. Teknologi Benih, Pengolahan benih dan tuntunan praktikum.

Jakarta : Rineka Cipta

Sukarman dan M. Rahardjo. 2000. Karakter fisik, kimia dan fisiologis benih

beberapa varietas kedelai. Buletin Plasma Nutfah 6(2)

Danuarti. 2003. Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa jenis Tanaman

yang Beredar di Pasar Ambon. Jurnal Agrologia. Vol 2 No 1. Halaman 3,5

dan 9.

Kamil. 1982. Viabilitas Benih 1. Bandung: Penerbit Angkasa.

Kartasapoetra. 1992. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntutan

Praktikum. Jakarta: Rineka Cipta.

Copeland, L. O. and M. B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and

Technology. 4th edition. London Kluwer Academic Publishers. 425p


28

Sadjad.1994. Kuantifikasi metabolisme benih. PT Widia Sarana Indonesia. Jakarta

Kuswant. 2007. Analisis Benih. Yogyakarta: Kanisius.

Ryastika, M. 2011. Pengujian Mutu dan Kualitas Benih. Jurnal crop Agro. Vol 9.

No 2. Halaman 4 dan 5.

Sadjad. 1993. Dari Benih ke Benih. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Soetopo. 2005. Uji Viabilitas Benih. Jakarta: Rajawali Press.

Suita, E. 2013. Pengaruh Sortasi Benih terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Bibit

Akor (Acacia auriculiformis). Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan. Volume 1

Nomor 2. Halaman 9.
29

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Praktikum

Bulan (2022/2023)
No Agustus desember Januari
Kegiatan
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembagian kelompok

Pengamatan struktur
2
benih
Analisis kemurnian
3
benih
4 Pengeringan benih

Uji viabilitas dan vigor


5
benih

6 Processing benih

7 Laporan
30

Lampiran 2. Dokmentasi Praktikum

Persiapan tempat penanaman benih Penanaman 100 biji kacang hijau lalu
kacang hijau dengan media tisu dilembabkan dengan air

Penutupan biji dengan tisu diatasnya Kondisi biji kacang hijau pada hari ke-
lalu disimpan didalam ruangan 1

Kondisi biji kacang hijau pada hari ke-2 Kondisi biji kacang hijau pada hari ke-
3
31

Kondisi biji kacang hijau pada hari ke-4 Kondisi biji kacang hijau pada hari ke-
5

Kondisi biji kacang hijau pada hari ke-1 Penimbangan biji kacang hijau yang
atau terakhir diberikan ke masing2 kelompok
sebanyak 225 gram

Hasil penimbangan biji kacang hijau Penimbangan kotoran pada biji kacang

yang telah dikupas 164 gram hijau


32

penimbangan biji kacang hijau yang Kegiatan praktikum struktur biji pada

rusak/busuk dll biji mangga, ketapang, sirsak, matoa

dan duku
33

Lampiran 3. Biodata Diri

Abdul Karim dilahirkan di Medan pada

tanggal 24 Januari 2002. Merupakan anak ke-5 dari

pasangan supardi BA dan Turinah. Pada tahun 2008

– 2014 penulis menempuh pendidikan sekolah dasar

di SDN 015 Ujungbatu, kemudian pada tahun 2014 –

2017 penulis menempuh sekolah menengah pertama di MTsN 2 Tandun, lalu

penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas di SMAN 1

Ujungbatu. Kemudian penulis memilih perguruan tinggi UNIVERSITAS ISLAM

RIAU sebagai langkah Awal Mencapai gelar sarjana Pertanian Pada Tahun 2020-

Sekarang. Suatu kebanggan bagi Penulis dapat Menempuh Pendidikan di

Universitas Islam Riau, kedepannya Penulis Berharap dapat Berprestasi dan

meraih Cita-cita sebagai Sarjana pertanian.

Anda mungkin juga menyukai