Anda di halaman 1dari 25

PEMBERIAN AGENSIA HAYATI PADA

TANAMAN PADI SAWAH PASANG SURUT

Oleh:

KRISTIANA ENDANG PALUPI, S.Pt.


NIP. 19751223201012008

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Mesuji


Dinas Pertanian Mesuji
2023
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis telah dapat
menyelesaikan laporan makalah tentang Pemberian Agensia Hayati Pada Tanaman Padi Lahan
Sawah Pasang Surut di Lahan Gambut Sawah Pasang Surut tepat pada waktunya.

Makalah ini berisi tentang Pemberian Agensia Hayati yang dilakukan di Lahan Sawah Kardi di Desa
Sungai Badak Kecamatan Mesuji. Pengamatan dan Pengambilan Data dilakukan pada tahun 2022
sampai dengan tahun 2023.

Pada kesempatan ini penulis mengucapakan banyak terimakasih kepada:


1. Bpk. HANAFI Ketua Gapoktan Sumber Makmur Desa Sungai Badak.
2. Bpk. KARDI Ketua poktan Serdang Jaya V Desa Sungai Badak.

Yang telah memberikan dukuangan moral dan material sampai proses pengujian ini selesai.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan.

Penulis
4

DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 2
BAB III METODE
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................................ 12
3.2 Pelaksanaan Pengujian ................................………………………….............. 12
3.3Metode Pengujian……...……….................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian...………................................................................................ 13
4.3Pembahasan ..................................................................................................... 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 19
\ 5.2 Saran .................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..…. 20
5

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1 HasilPengujian……………….………..…………………………...……… 13
6

DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1. Seleksibenihdan seed treatment ……………………………........................ 15
Gambar 2. PengaktifanBakteri......................................................................................... 16
Gambar 3. Ulatmatidantidaksempatmemakandaun.................................................... 17
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada sistem pertanian di Indonesia, padi masih menjadi komoditas strategis. Karena padi
merupakan penghasil beras yang menjadi makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi diIndonesia.
Menurunnya produksi padi saat ini akibat serangan hama danpenyakit, pemakaian pestisida sintetik
secara berlebihan, sertapenggunaan pupuk anorganik secara terus menerus.
Beberapa hama yang dapat menurunkan produksi padi yaitu Oxya sp yang menyerang pada fase
pembibitan dan pertanaman yang terkadang dapat menyebabkan kerusakan yang parah. Keong mas
yang menyerang pangkal bibit padi muda mulai awal tanam sampai dengan 30 hst (Suharto et al.,
2009), dan hama walang sangit yangmenyerang bulir padi dengan cara menghisap cairan bulir pada
fasegeneratif (Effendy et al., 2010). Penyakit blas yangdisebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae.
P.oryzaeselain menyerang daun, juga menyerang malai (bulir),dan leher (neck).
Sampai saat ini pengujian kesehatan benih padi belum pernah dilakukan secara benar sehingga
benih sehat hanya dicerminkan oleh keseragaman benih dengan tingkat kemurnian varietasyang tinggi,
dan daya tumbuh minimal 80% (Anonim, 2007a). Sampai saat ini pengendalian jamur P.oryzae masih
menggunakan fungisida sintetik, sehinggajika penggunaan fungisida dilakukan terus menerus dapat
mencemari lingkungan. Oleh karena itu perlu diteliti cara-cara atau metode pengendalian yang ramah
lingkungan dengan menggunakan mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme yang dapat digunakan
untuk menekan penyakit tanaman adalah jamur Trichoderma sp. dan Jamur Metarhizium sp. Oleh
karena itu pada pengujian iniakan dicoba pengaruh Trichoderma sp. dan Metarhizium sp. Terhadap
ketahanan pada tanaman padi yang bertujuan mengetahui keefektifan Trichoderma sp. dan
Metarhizium sp. Untuk mengurangi keparahan beberapa hama dan penyakit pada tanaman padi.
Pengendalian hama yang biasa dilakukan oleh petani terserang oleh hama dan penyakit padi
adalah pada umumnya melakukan penyemprotan setelah ada serangan gejala di lahan.Penyemprotan
yang dilakukan oleh petani adalah dengan menyemprotkan pestisida atau menaburkan pestisida tabur.
Hal ini akan sangat merugikan di pihak petani dan juga dapat menurunkan kandungan bahan organik
dan khususnya kesuburan tanah sehingga produktivitas lahan juga menurun.

Oleh karenaitu, untuk mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan, maka menggunakan
alternatif lainnya yaitu dengan memanfaatkan agensia hayati ramah lingkungan untuk mengendalikan
serangan hama dan penyakit serta menggunakan pupuk organik sebagai unsur hara dalam tanah juga
dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sebab unsur hara yang
terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal
(Salikin, 2003). Penggunaan pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan
produktivitas lahan (Wijana, 2012). Salah satu upaya peningkatan produktivitas tanaman padi adalah
dengan mencukupkan kebutuhan haranya dan ketepatan penggunaan pupuk yaitu tepat macam atau
jenis pupuk, tepat dosis, tepat tempat pemupukan,tepat waktu, dan tepat cara (Winarso, 2005).
Pengujian ini merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan menggunakan
pupuk organik dan mengendalikan hama dan penyakit dengan menggunakan agensia hayati tanpa
merusak ekosistem di lingkungan sekitar.

1.2. Tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat penggunaan agensia hayati untuk pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman padi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Agensia hayati menurut FAO (1988) adalah mikroorganisme, baik yang terjadi secara alami
seperti bakteri, cendawan, virus dan protozoa, maupun hasil rekayasa genetik (genetically modified
microorganisms) yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Pengertian ini hanya mencakup mikroorganisme, padahal agensia hayati tidak hanya meliputi
mikroorganisme, tetapi juga organisme yang ukurannya lebih besar dan dapat dilihat secara kasat mata
seperti predator atau parasitoid untuk membunuh serangga. Dengan demikian, pengertian agensia
hayati perlu dilengkapi dengan kriteria menurut FAO (1997), yaitu organisme yang dapat berkembang
biak sendiri seperti parasitoid, predator, parasit, artropoda pemakan tumbuhan, dan patogen.
Lebih jauh, jika diperhatikan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 411 tahun 1995 tentang pengertian
agensia hayati maka maknanya menjadi lebih sempurna lagi, yaitu setiap organisme yang meliputi
spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri,
virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang dapat
dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses
produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya (Menteri Pertanian RI 1995).
Definisi terakhir mempunyai pengertian bahwa agensia hayati tidak hanya digunakan untuk
mengendalikan OPT, tetapi juga mencakup pengertian penggunaannya untuk mengendalikan
jasad pengganggu pada proses produksi dan pengolahan hasil pertanian.

Penggunaan agensia hayati menjadi salah satu metode yang ampuh untuk mengatasi serangan hama
dan penyakit di lahan pertanian. Pasti banyak yang bertanya apa itu agensia ia hayati? Agensia
hayati adalah identik sebagai musuh alami yaitu organisme hidup dari golongan invertebrata yang
dapat menimbulkan sakit, merusak, memangsa, menghambat dan mematikan organisme lain (hama
penyakit) tanaman, dan ada campur tangan manusia dalam hal (pengembangan, penyediaan dan
pelepasan) kembali ke lapangan.Agensia hayati ini bisa berasal dari golongan jamur, bakteri, virus
ataupun protozoa. Beberapa contoh agensia ia hayati yang sering digunakan oleh petani
adalah Tricoderma, Beauveriabassiana dan Metarhizium anisopliae.
Pengendalian OPT secara hayati merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama secara
terpadu (PHT), dimana dengan cara hayati diharapkan terjadi keseimbangan dalam ekosistem, sehingga
keberadaan OPT tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis. Dengan pengelolaan ekosistem yang
baik, peran musuh alami dapat dimaksimalkan untuk mencegah timbulnya ledakan OPT. Penggunaan
agensia hayati ramah lingkungan dan mudah diperoleh bahannya, bahkan lebih murah dan aman secara
ekologis.

Kelebihan dalam penggunaan agen pengendali hayati antara lain:


1. Tingkat keberhasilan pengendalian hama yang tinggi dengan biaya yang rendah dalam periode
waktu yang lama.
2. Agensia pengendalian hayati aktif mencari inang atau mangsanya, tumbuh dan berkembang
mengikuti dinamika populasi inang atau mangsanya.
3. Pengendalian hayati tidak berpengaruh negatif terhadap manusia dan lingkungan.
4. Beberapa tipe agensia pengendalian hayati dapat digunakan sebagai insektisida hayati.
5. Umumnya spesies hama tidak mampu berkembang menjadi resisten terhadap agensia pengendalian
hayati
4

Jenis-Jenis Agensia Hayati

Agensia Hayati atau Agensia Pengendali Hayati adalah setiap organisme atau mahluk hidup, terutama
serangga, cendawan, cacing, bakteri, virus dan binatang lainnya yang dapat dipergunakan untuk
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Pada dasarnya agensia hayati dibagi menjadi 4kelompok yaitu :
1. Predator
2. Parasitoid
3. Patogen serangga
4. Antagonis patogen tumbuhan.

Predator
Predator ialah binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Predator biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih besar dari pada mangsanya.
Predator dapat digolongkan :
1. Binatang Menyusui
Beberapa jenis binatang merupakan predator hama tanaman antara lain : Harimau sebagai pemangsa
Babi Hutan; Kucing sebagai pemangsa Tikus.
2. Burung (Aves)
Banyak jenis burung yang dapat dimanfaatkan sebagai predator hama penting, terutama pemangsa
berbagai jenis Ulat daun dan tikus.
3. Laba-laba
Laba- laba banyak yang hidup sebagai pemangsa terhadap serangga termasuk hama penting seperti :
Wereng Coklat, Wereng Hijau, Penggerek batang, Belalang, Walang sangit.
4. Serangga ( Insecta)
Predator dari kelas serangga memiliki angg0ta spesies yang sangat banyak jumlahnya. Serangga
yang paling banyak sebagai predator ialah dari anggauta Kumbang (Coleoptera), Capung (Odonata),
Lalat (Diptera) dan beberapa spesies yang lain.
Contoh serangga predator adalah : Kumbang Helem, Capung dan Belalang yang menjadi predator
Kutu Aphis & Wereng Coklat.

Parasitoid
Parasitoid ialah serangga yang hidupnya menumpang pada atau didalam tubuh inang (hama) dan
menghisap cairan tubuh hama, Akibatnya serangga hama tersebutakan mati. Serangga parasitoid
biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan inangnya.
Contoh adalah sejenis tabuan Apanteles, Stenobracon yang memarasit larva Penggerek batang,
Trichogramma sp. parasitoid telur penggerek batang dll.

Patogen Serangga
1. Bakteri
Bakteri patogen serangga yang telah banyak dimanfaatkan dan diproduksi secara komersil sebagai
insektisida mikroba adalah Bacillus thuringiensis.
Bakteri Bacillus thuringiensis (famili Bacillaceae) menghasilkan zat ( etabolik sekunder) yang
bersifat antibiotik, racun.Bacillus thuringiensis termasuk golongan pembentuk spora anaerob,
merupakan spesies yang komplek dan terdiri atas lebih dari 20 jenis (serotipe/subspesies). Jenis -
jenis ini menghasilkan racun yang bersifat insektisida
2. Cendawan
5

Cendawan pengendali hayati yang berfungsi sebagai entomopatogen seperti Beauveria bassiana,
Metarhizium anisopliae, Hirsutella saussurei, Nomuraea rileyi dan Paecilomyces Cendawan
entomopatogen mempunyai kapasitas berkembang biak tinggi, siklus hidup pendek, dapat
membentuk spora yang bertahan lama dialam, aman, selektif dan kompatibel dengan berbagai
insektisida kimia. Keberhasilan pemanfaatan cendawan ini dilapangan sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan (suhu, kelembaban dan sinar matahari),
3. Virus
Virus serangga yg ditemukan dilapang umumnya tergolong famili Baculoviridae, dan dibagi
menjadi 3 subgrup, yaitu :
- Subgrup A : Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV)
- Subgrup B : Granulosis Virus (GV)
- Subgrup C : Nonocluded Baculovirus (NOB)
Subgrup A adalah subgrup yang banyak digunakan saat ini.

Proses Infeksi
Polihedra yang menempel pada permukaan tanaman termakan oleh larva, sehingga masuk kedalam
saluran pencernaan.

Gejala Serangan
Ulat (larva) yang terinfeksi menunjukkan gejala tingkah laku yang abnormal, yaitu cenderung
bergerak kebagian atas menuju pucuk tanaman. Ulat yang semula berwarna pucat keputihan berubah
menjadi hitam mengkilat. Aktifitas makan berkurang bahkan berhenti, tubuh menjadi lemas, dan
kemudian mati dengan menggantung tertumpu pada kaki palsu. Badan ulat yang terinveksi bila
pecah mengeluarkan cairan yang berwarna putih seperti susu.Gejala penyakit biasanya muncul
apabila infeksi sudah sampai pada tahap lanjut.

Agensia Antagonis Patogen Tumbuhan


- Mekanisme antagonis patogen tumbuhan dalam menekan populasi dapat berupa hiperparasitisme,
kompetisi terhadap ruang dan hara, serta antibiosis dan lisis.
- Agensia antagonis patogen tumbuhan adalah mikroorganisme yang menekan aktivitas patogen
dalam menimbulkan penyakit.
- Agensia tersebut tidak dapat mengejar inang yang telah masukkedalam tanaman.
- Efektifitasnya dapat dilihat dengan tidak berkembangnya penyakit tersebut.

Agensia Antagonis Patogen Tumbuhan terdiri dari :


1. Bakteri
Bakteri Pseudomonas fluorescens dapat menghasilkan spora, bersifat aerobik, gram negatif, banyak
ditemukan pada daerah rizosfir dan tanah, serta lebih efektif pada tanah netraldan basa.
Penanaman pada tanah yang lembab dapat meningkatkan populasi Pseudomonas fluorescens.
Kolonisasai akar oleh Pseudomonas fluorescens merupakan persyaratan sebagai agensia biokontrol.
Proses Antagonis
Tipe mekanisme antagonis Pseudomonas fluorescens dengan Pseudomonas tolaasii berupa
kompetisi unsur hara. Dapat menekan perkembangan Fusarium sp. melalui kompetisi terhadap unsur
Fe yang tersedia.
Cara Aplikasi
6

Bakteri Pseudomonas fluorescens dapat diaplikasikan pada benih saat sebelum tanam. Aplikasi pada
benih dapat menekan penyakit rebah kecambah (damping-off) yang disebabkan cendawan
Rhizoctonia solani.

2. Cendawan
Agensia antagonis patogen tumbuhan yang telah banyak dikembangkan saat ini adalah
Trichoderma spp. dan Gliocladium sp. Cendawan Trichoderma spp efektif pada tanah masam.
Penurunan pH tanah sampai 6 – 6,5 menggunakan belerang pada tanah yang mengandung
Trichoderma spp dapat menekan penyakit busuk akar pada bunga Lili. Cendawan ini sangat
menyukai bahan yang banyak mengandung selulosa, seperti sisa-sisa batang jagung. Trichoderma
hamatum sensitif terhadap penurunan Fe yang ditimbulkan oleh P. Fluorescens, sehingga kedua
agensia antagonis ini tidak kompatibel bila diap-likasikan bersama-sama.
Proses Antagonis
Trichoderma spp aktif menyerang Rhizoctonia solani dan Phytium sp. menghasilkan enzim kitinase
dan ß-1.3-glukanase, dengan proses antagonis parasitisme. Sedangkan Gliocladium sp. yang bersifat
antagonis terhadap beberapa patogen tular tanah, seperti Fusarium moniliforme dan Sclerotium
rolfsii, dengan cara kerja antagonis berupa parasitisme, kompetisi dan antibiosis.

Cara Aplikasi
Cendawan Gliocladium sp. dapat diaplikasikan melalui tanah (G. Roseum) dan melalui perlakuan
benih (G. Virens) . Trichoderma spp. diaplikaskan 70 hari setelah tanam sebanyak 140 kg /ha.

Berikut beberapa jenis agensia ia hayati dan manfaatnya dalam pengendalian hama penyakit pada
tanaman:
1. Jamur Trichoderma sp
Jamur ini dapat mengendalikan penyakit layu atau bercak daun yang biasa meyerang tanaman pangan
dan hortikultura. Trichoderma sp bersifat antagonis terhadap beberapa patogen tular tanah seperti
Fusarium moniliforme dan Sclerotium rolfsii. Trichoderma sp juga mempunyai kemampuan sebagai
dekomposer dalam pembuatan pupuk organik
2. Bakteri Corynebacterium sp
Bakteri Corynebacterium sp. merupakan salah satu agensia hayati bersifat antagonis, yang dapat
mengendalikan beberapa jenis OPT diantaranya penyakit kresek pada tanaman padi yang disebabkan
oleh bakteri Xanthomonas sp, plasmodiophora brassicae (akar gada) pada kubis, bercak daun pada
tanaman jagung, layu bakteri pada tanaman pisang.
3. Bacillus thuringiensis (Bt)
Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik dan membentuk
spora yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga yang menjadi hama pada tanaman
pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena
mempunyai target yang spesifik sehingga tidak mematikan serangga bukan sasaran dan mudah terurai
sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan.
4. Beauveria bassiana
Beauveria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yaitu cendawan yang dapat menimbulkan
penyakit pada serangga, lebih dari 175 jenis serangga hama menjadi inang jamur ini, terutama efektif
7

mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata
lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphis sp.) pada tanaman sayuran dan buah.
5. Pseudomonas Fluorescens
Bakteri P. fluorescens dapat memberikan pengaruh menguntungkan terhadap perkembangan dan
pertumbuhan tanaman, yaitu sebagai "Plant Growth Promoting Rhizobacteria" (PGPR). Menghasilkan
antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan patogen, terutama patogen tular tanah dan
mempunyai kemampuan mengoloni akar tanaman, dapat menghambat patogen layu Verticilium dahliae
pada tanaman kentang dan terong. Agensia ia hayati ini efektif untuk mengendalikan penyakit layu
fusarium pada tanaman tomat serta mampu menekan intensitas penyakit moler pada tanaman bawang
merah.
6. Metarhizium anisopliae
Metarhiziumanisopliae adalah salah satu cendawan entomopatogen yang termasuk dalam divisi
Deuteromycotina: Hyphomycetes. Cendawan ini biasa disebut dengan green muscardine fungus dan
tersebar luas di seluruh dunia. Cendawan ini bersifat parasit pada beberapa jenis serangga dan bersifat
saprofit di dalam tanah dengan bertahan pada sisa-sisa tanaman. Cendawan M. anisopliae mampu
menginfeksi hama yang mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap, yaitu Riptortus linearis baik
stadia nimfa maupun imago. Selain itu, M. anisopliae juga mampu menginfeksi hama yang mempunyai
tipe mulut menggigit seperti S. litura.
7. Verticillium lecanii
Verticillium lecanii sangat berguna untuk membasmi kutu kebul pada tanaman hortikultura. Kutu kebul
adalah hama utama yang membonceng masuknya virus gemini yang menyebabkan tanaman kehilangan
klorofil hingga tanaman menjadi kerdil dan hasil panen menurun. Verticillium lecanii dapat juga
membasmi wereng pada tanaman padi.

Pengendalian hayati mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan dalam mengendalikan OPT,
dengan diterapkannya pengendalian hayati diharapkan diperoleh produk pertanian yang aman bagi
konsumen dalam kaitannya dengan residu pestisida dan aman bagi lingkungan.

Pengendalian Hayati

Pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara biologi, yaitu dengan
memanfaatkan musuh-musuh alaminya (agen pengendali biologi), seperti predator, parasit dan patogen.
Pengendalian hayati adalah suatu teknik pengelolaan hama dengan sengaja dengan
memanfaatkan/memanipulasikan musuh alami untuk kepentingan pengendalian, biasanya pengendalian
hayati akan dilakukan perbanyakan musuh alami yang dilakukan dilaboratorium. Sedangkan
Pengendalian alami merupakan proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa campur tangan
manusia, tidak ada proses perbanyakan musuh alami Anonim ( 2002dalam Sunarno 2018).
Lebih lanjut dikatakan bahwa pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didifinisikan sebagai
pengaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alam hingga kepadatan populasi organisme
tersebut berada dibawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa pengendalian.

Sementara itu, Pengertian pengendalian hayati, seperti dikemukakan oleh K.F. Baker dan R.J. Cook,
dalam bukunya berjudul “Biological Control of Plant Pathogens” yang terbit pada tahun 1974 dan
buku keduanya berjudul “ The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens” yang
terbit pada tahun 1983, diberikan definisi dalam arti luas. Di dalam definisi tersebut, pengendalian
8

hayati termasuk penggunaan macam organisme untuk mengendalikan patogen dan penggunaan
tanaman tingkat tinggi sebagai salah satu cara terbaik dan paling efektif dalam pengendalian hayati.
Pengendalian hayati dalam bidang hama dan penyakit tanaman sudah dirintis sejak lama. Beberapa
aspek yang terkait dalam pengendalian sistem terpadu seperti penggunaan agen predator, antagonist,
parasit, patogen, virus, pemakaian materi organik, penggunaan tanaman unggul, pembentukan tanaman
resisten, imunisasi dengan penggunaan pathogen yang tidak ganas (hyphovirulent), penggunaan bahan
kimia selektif, penggunaan senyawa sida bahan alam, pengaturan kondisi fisik seperti pengaturan pH,
penanaman bergilir (rotasi) dan pengeringan (Raizada et al., 2001).

Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama teori
tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem (Heviyanti, 2016).
Lebih lanjut dikatakan bahwa Musuh alami yang terdiri atas parasitoid, predator dan patogen
merupakan pengendali alami utama hama yang bekerja secara "terkait kepadatan populasi" sehingga
tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Adanya populasi hama yang
meningkat sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani disebabkan karena keadaan
lingkungan yang kurang memberi kesempatan bagi musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya.
Apabila musuh alami kita berikan kesempatan berfungsi antara lain dengan introduksi musuh alami,
memperbanyak dan melepaskannya, serta mengurangi berbagai dampak negatif terhadap musuh alami,
musuh alami dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.

Keberhasilan pengendalian hayati memang sukar untuk diduga dan dianalisis secara tepat karena
kerumitan dan dinamika agroekosistem. Predator dan parasitoid mempunyai banyak kelebihan dan
kelemahan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keberhasilan pengendalian hayati kedua agensia
tersebut harus dimanfaatkan secara optimum berdasarkan pada informasi dasar yang mencukupi
tentang berbagai aspek biologi dan ekologi kedua kelompok agensia pengendalian hayati tersebut.

Strategi Pengendalian Hayati

Teknik pengendalian hayati dengan menggunakan parasitoid dan predator yang dilakukan sampai saat
ini dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu, Konservasi, Introduksi, dan Augmentasi. Meskipun
ketiga teknik pengendalian hayati tersebut berbeda tetapi dalam pelaksanaanya sering digunakan secara
bersama. Menurut Rukmana. dan sugandi, (2002). Musuh alami mempunyai andil yang sangat besar
dalam pembangunan pertanian berwawasan lingkungan karena daya kendali terhadap hama cukup
tinggi dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, keberadaan musuh
alami perlu dijaga.

Pengendalian hayati membantu petani menghasilkan produk pertanian yang sehat dan aman.
Banyak produk pertanian dari Indonesia yang ditolak oleh negara pengimpor ketika didapati residu
bahan kimia di dalam produk tersebut. Apalagi dengan diterapkannya SPS (Sanitary and
Phytosanitary) dan perdagangan bebas dunia atau Asia, serta pembakuan kualitas produk pertanian,
maka akan sangat sukar bagi produk pertanian Indonesia untuk dapat bersaing di tingkat regional atau
internasional, jika masih mendasarkan pertanamannya dengan bahan kimia sintetis. Oleh sebab itu,
untuk mengurangi dampak negatif tersebut, petani seharusnya sudah mulai bangkit untuk bertanam
tanaman secara sehat atau organik, meskipun produk organik masih belum mendapatkan perhatian
lebih dari masyarakat.
9

Di dalam menunjang ke arah produksi pertanian yang sehat dan aman tersebut, pengendalian hayati
merupakan salah satu pemecahannya dan sangat mendukung ke arah tersebut. Hal ini karena apabila
dibandingkan dengan penggunaan agensia kimia sintetis, agensia pengendali hayati jelas tidak beracun
terhadap manusia atau hewan, khususnya apabila diterapkan pada saat panen atau pascapanen, karena
metabolit sekunder yang dihasilkan oleh agensia hayati akan mudah terurai oleh alam. Selain itu,
metabolit sekunder yang dihasilkan tidak sesuai untuk manusia dan hewan. Produk pertanian juga tidak
menyimpan residu agensia ia pengendali hayati di dalamnya, sehingga produk tersebut aman untuk
dikonsumsi. Hal ini selaras dengan makin gencarnya konsumen dunia yang membutuhkan dan
mengonsumsi produk pertanian yang sehat (Soesanto, 2008).

Metarhizium sp

Dengan semakin ketatnya peraturan pemakaian bahan kimia, karena efek merugikan terhadap
lingkungan dan kesehatan, pengendalian hayati atau biokontrol merupakan salah satu strategi untuk
mengatasi masalah hama pertanian yang diyakini memiliki dampak pencemaran lingkungan yang
minim. Salah satu teknik pengendalian hayati yang dapat digunakan yaitu dengan pemanfaatan jamur
entomopatogen. Kelebihan penggunaan jamur entomopatogen sebagai pengendali populasi serangga
hama adalah cara ini mempunyai kapasitas produksi yang tinggi, siklus hidup relatif pendek dan
mampu membentuk spora yang tahan terhadap pengaruh lingkungan.
Jamur ini dapat dijadikan sebagai salah satu agen hayati pengendalian serangga, baik serangga yang
menyerang tanaman maupun organisme antagonis yang ada di dalam tanah.
Jamur ini dapat menyebabkan penyakit bila menginfeksi serangga, sehingga dapat menurunkan
populasi serangga hama dalam suatu areal pertanian.
Serangga hama tersebut antara lain adalah uret, kepik hama, walang sangit, penggerek jagung,
kumbang kelapa, belalang, wereng coklat, dan banyak hama serangga lain.
Penggunaannya dilakukan dengan cara menebarkan spora jamur ke daerah tinggal serangga, seperti
daerah perkawinan serangga.
Jamur yang ditebarkan selanjutnya akan menginfeksi larva dari hasil perkawinan tersebut. Cara ini
ternyata dapat menghasilkan tingkat infeksi yang tinggi.

Morfologi dan pertumbuhan Metarhizium anisopliae


Koloni cendawan Metarhizium anisopliae pada awal pertumbuhannya berwarna putih, kemudian
berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur.
Jamur ini banyak ditemukan di dalam tanah, bersifat saprofit, dan umumnya dijumpai pada berbagai
stadia serangga yang terinfeksi, tumbuh pada suhu 18,3o- 29,5oC dan kelembapan 30-90%.
Tingkat pH untuk pertumbuhan Metarhizium anisopliae berkisar 3,3-8,5. Pertumbuhan optimal terjadi
pada pH 7.

Mekanisme menginfeksi
Metarhizium anisopliae masuk ke dalam tubuh serangga melalui spirakel dan pori-pori atau kutikula
dari tubuh serangga. Setelah masuk ke dalam tubuh serangga, jamur menghasilkan perpanjangan hifa
lateral yang akhirnya berkembang biak dan mengkonsumsi organ internal serangga.
Pertumbuhan hifa berlanjut sampai serangga tersebut ditumbuhi dengan miselia. Selanjutnya jamur
akan beristirahat melalui kutikula dan sporulates, yang membuat serangga tampak seperti diselimuti
bulu halus berwarna putih.
Bio Metarizio
10

Bio Metarizo, merupakan jamur entomopatogen yang bersifat parasit terhadap serangga. Jamur ini
dapat dijadikan sebagai salah satu agen hayati pengendalian serangga, baik serangga yang menyerang
tanaman maupun organisme antagonis yang ada di dalam tanah. Jamur ini dapat menyebabkan penyakit
bila menginfeksi serangga, sehingga dapat menurunkan populasi serangga hama dalam suatu area
pertanian.

Manfaat
Mengendalikan lebih dari 50 jenis serangga, di antaranya : Kumbang gandum (Anisopliae Austriaca),
Hama tebu (CleanusPunctiventris), Kumbang tanduk (Oryctes Rhinocheros), hama bubuk kopi,
helopeltis, caplak, tungau, wereng batang coklat, wereng hijau, walang sangit, penggerek batang, aphis
sp, Myzus sp, Ulat grayak (Spodoptera sp).Uret, Ulat jengkal, dll.

Cara Pemakaian
1. Efektifitas Bio Metarizo di lapangan sangat dipengaruhi oleh tingkat virulensi, viabilitas &
konsentrasi spora.
2. Dalam aplikasi di lapangan perlu ditambah detergen untuk menghilangkan ketegangan permukaan
spora sehingga terpisah satu dengan yang lain.
3. Di samping itu perlu ditambah gula pasir untuk nutrisi tambahan bagi Bio Metarizio (untuk tiap
tangki ukuran + 10 liter ditambahkan 1 (satu ) sendok teh detergen & 2 (dua ) sendok teh gula pasir.
4. Waktu aplikasi sebaiknya pada sore hari untuk menghindari sinar ultra violet yang akan menurunkan
efektifitas cendawan Bio Metarizo.

Aplikasi
100 gr Bio Metarizio disuspensikan dalam 10 liter air atau 100 gr Bio Metharizio dicampurkan pada
100 kg kotoran sapi (untuk perangkap)

Trichoderma sp

Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan biofungisida
adalah jamur Trichoderma sp. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi
dari perakaran tanaman lapangan. Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat
pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies
Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii
yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media
aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer,
mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu.
Serta dapat berlaku sebagai biofungisida. Trichoderma sp dapat menghambat pertumbuhan beberapa
jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum,
Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii.

Sifat antagonis Trichoderma meliputi tiga tipe : Trichoderma menghasilkan sejumlah enzim
ekstraseluler beta (1,3) glukonase dan kitinase yang dapat melarutkan dinding sel pathogen; Beberapa
anggota trichoderma sp menghasilkan toksin trichodermin. Toksin tersebut dapat menyerang dan
menghancurkan propagul yang berisi spora-spora patogen disekitarnya; Jenis Trichoderma viridae
menghasilkan antibiotik gliotoksin dan viridin yang dapat melindungi bibit tanaman dari serangan
penyakit rebah kecambah.
Pupuk biologis dan biofungisida Trichoderma sp dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada
11

media aplikatif, misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran
tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media PDA (Potato Dextrose Agar).
Isolasi banyak dilakukan oleh kalangan peneliti maupun produsen pupuk, tetapi masih terlalu
merepotkan untuk diadopsi oleh petani. Sebagai petani, untuk lebih efisiennya dapat memproduksi
pupuk biologis yang siap aplikasi saja, sehingga hanya perlu membeli dan memperbanyak sendiri
biakan murninya dan diinokulasikan pada media aplikatif. Atau jika menginginkan kepraktisan dapat
membeli pupuk yang siap tebar untuk setiap kali aplikasi.

Jamur trichoderma merupakan salah satu jenis jamur mikroparasitik/bersifat parasit terhadap jenis
jamur lain. Karena sifat inilah maka trichoderma dapat kita manfaatkan sebagai agen biokontrol
terhadap jenis jamur fitopatogen. Keuntungan dan keunggulanya adalah mudah dimonitor dan dapat
berkembang biak,sehingga keberadaanya di lingkungan dapat bertahan.
Jamur Trichoderma mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, terutama kemampuannya untuk menyebabkan produksi perakaran sehat dan
meningkatkan angka kedalaman akar (lebih dalam di bawah permukaan tanah). Akar yang lebih dalam
ini menyebabkan tanaman menjadi lebih resisten terhadap kekeringan, seperti pada tanaman jagung dan
tanaman hias. Dalam beberapa tulisan disebutkan bahwa mekanisme antagonis jamur ini dapat
dipahami sebagai berikut. Saat mikroba patogen sedang dalam masa dorman, serangan antagonis jamur
Trichoderma dapat menyebabkan kerusakan biologis inokulum patogen. Mekanisme antagonis ini
dapat berupa predasi, perparasi, dan parasitisme propagul. Bentuk lain dari antagonisme adalah dengan
penekanan perkecambahan propagul melalui kompetisi karbon, nitrogen, ion besi, oksigen dan unsur
penting lainnya. Sedangkan antagonis pada permukaan tanman meliputi antibiosis, kompetisi dan
predasi. Mikoparasitisme dari Trichoderma sp. merupakan suatu proses yang kompleks dan terdiri
dari beberapa tahap dalam menyerang inangnya. Interaksi awal dari Trichoderma sp. yaitu dengan cara
hifanya membelok ke arah jamur inang yang diserangnya, Ini menunjukkan adanya fenomena respon
kemotropik pada Trichoderma sp. karena adanya rangsangan dari hyfa inang ataupun senyawa kimia
yang dikeluarkan oleh jamur inang. Ketika mikoparasit itu mencapai inangnya, hifanya kemudian
membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-like
structure), mikoparasit ini juka terkadang mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi sebagian
dinding sel inang.

Tricho Ultra Derma

Tricho Ultra Derma di samping sebagai agen hayati & stimulator pertumbuhan tanaman juga sebagai
organisme pengurai bahan pembuatan kompos karena mempercepat proses pelapukan bahan organik.
Menghambat pertumbuhan & penyebaran racun jamur penyebab penyakit seperti cendawan Rigdiforus,
Fusarium dan lain sebagainya
Sangat efektif mencegah penyakit busuk pangkal batang, busuk akar , busuk daun atau busuk buah
yang menyebabkan tanaman layu & penyakit jamur akar putih
Memproduk asam sitrat & ethanol yang berfungsi untuk mengurangi penetrasi serangan hama tanaman,
sehingga performance tanaman akan semakin sehat.
Dengan Adanya koloni Tricho Ultra Dermadi tanah, tidak perlu lagi menyemprot tanaman cabai atau
kentang dengan fungsida untuk melawan fusarium setiap turun hujan.

Manfaat
1. Menekan pertumbuhan jamur yang menyebabkan tanaman menjadi sakit/layu seperti penyakit layu
oleh Fusarium sp maupun Pseudomonas sp., Phytium sp, Sclerotium sp., Rhizoctonia sp., Jamur
12

upas, Diplodia, busuk akar/buah, Antraknosa, embun tepung, dll yang menyerang pada tanaman
Cabe, Tomat, Melon, Semangka, Kentang, Kobis, Jeruk, Mangga, dan lain sebagainya.
2. Pemanfaatan Super Tricho selain sebagai agensia antagonis juga dimanfaatkan dlm pembuatan
pupuk kompos.
3. Super Tricho termasuk mikroorganisme saprofit tanah yang dapat menguraikan bahan organik
seperti karbohidrat (terutama selulosa) dengan bantuan enzim pengurai C1, Cx & Slubiose.

Dosis
100 gr Tricho Ultra Dermadisuspensikan dalam 10 liter air (volume semprot 400-500 liter/hektar)

Cara Pemakaian
1. Persemaian :
100 g Tricho Ultra Dermadicampur dengan 50 kg kompos. Untuk media persemaian, dicampur
tanah dengan perbandingan = 1 : 1
2. Pra Tanam :
Sebelum tanam, 100 g Tricho Ultra Dermadicampur dengan 50 kg kompos, kemudian disebar pada
lahan penanaman.
3. Pertanaman :
Untuk penyemprotan, 100 g Tricho Ultra Dermadisuspensikan dalam 10 liter air (satu tangki)
dengan volume semprot 400-500 liter/hektar
Untuk pengocoran, 100 g Tricho Ultra Dermadisuspensikan dalam 10 liter air (satu tangki)
kemudian dikocorkan pada pangkal batang. Dosis tiap tanaman 200 ml.
12

III. METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu pengujian dilaksanakan pada bulan Mei 2022 (Musim Gadu) sampai dengan Maret 2023
(Musim Rendeng).
Pengujian ini dilakukan di lahan sawah Pak Kardi anggota Poktan Serdang Jaya V Desa Sungai Badak
Kecamatan Mesuji Kabupaten Mesuji.

3.2 Pelaksanaan Pengujian

Persiapan Bahan
Persiapan bahan yang akan digunakan dalam pengujian ini yaitu meliputi bahan aktif agensia hayati
Trichoderma dan Metarizhium, dan gula merah,

Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah hand sprayer, ember, pengaduk,

3.2 Metode Pengujian

Pengujian ini dilakukan dengan melakukan penyemprotan bahan aktif agen hayati setelah pemupukan
ke-3 yaitu 35 – 45 HST.

Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah metode eksperimental yang dilaksanakan di lahan
persawahan seluas 0,5 hektar. Metode eksperimental merupakan metode yang dilakukan dengan
mengadakan manipulasi terhadap objek dan adanya suatu kontrol. Tujuan metode eksperimental adalah
untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat dan berapa besar hubungan sebab akibat
tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu dan menyediakan control untuk
perbandingan (Siregar, 2009).

Analisis data dalam makalah ini dilakukan bersamaan proses pengumpulan data sejakawal. Untuk itu,
teknik analisis data yang digunakan adalah teknik data interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman (dalam Sutopo, 2002) yang meliputi tiga komponen utama, yakni reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
Selanjutnya, guna meningkatkan validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber data,
dimana teknik ini digunakan untuk mengarahkan peneliti dengan memakai sumber data yang berbeda
guna memantapkan kebenaran data yang sejenis. Konteksnya, triangulasi sumber data ini digunakan
untuk menguji data yang diperoleh dari suatu sumber, kemudian dibandingkan dengan sumber lainnya.
Kemudian, peneliti akan menemukan kemungkinan apakah data yang diperoleh bersifat konsisten atau
tidak konsisten, ketika dianalisis dengan data lainnya sehingga peneliti mampu mengidentifikasi
gambaran yang lebih jelas terkait dengan gejala yang diteliti.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian


Tabel 1. Hasil Pengujian
No Data Pengujian 1 Pengujian 2
1 Jenis Tanaman Padi Padi
2 Varietas Mapan 05 Mapan 05
3 Waktu Pelaksanaan 19/06/2022 s/d 13/10/2022 11/11/2022 s/d 15/03/2023
4 Lokasi Kantor BPP Kantor BPP
5 Persiapan Tanam
Persiapan Lahan
a Luas Lahan 0,5 Ha 0,5 Ha
b Pengolahan Tanah Bajak dan Garu Bajak dan Garu
c Irigasi Pasang Surut Pasang Surut
d Bahan Dasar
Dolomit 300 Kg 600 Kg
BK 4 Lt 4 Lt
Persiapan Benih
a Varietas Mapan 05 Mapan 05
b Label Biru Biru
c Jumlah 3 Kg 4 Kg
Persemain
a Waktu 01/06 /2022 s/d 18/06/2022 11/11/2022 s/d 3011/2022
b Luas 4x8 m 6x10 m
c Pupuk
NPK Mutiara 2 Kg 2 Kg
Pupuk Kandang 100 Kg 100 Kg
Abu Sekam 100 Kg
Arang Sekam 100 Kg
Perlakuan Benih Perendaman oryza plus Perendaman oryza plus
6 Tanam
a Waktu 19/06/2022 01/12/2022
b Jarak Tanam 30x30 cm 30x30 cm
c Jumlah rumpun 1 2
d Cara tanam Jarwo 4:1 (legowo 60 cm) Jarwo 4:1 (legowo 60 cm)
7 Pemupukan
a Pertama 27 Juni 2022 07/12/2022
Urea (Kg) 25 25
SP36 (Kg) 50 50
Tigol (Kg) 1 1
b Kedua 12 Juli 2022 19/12/2022
Urea (Kg) 25
SP36 (Kg) 50 50
14

TSP 50
NPK Phonska (Kg) 100
Phonska Plus (Kg) 100
Vertera (Kg) 1 1
c Ketiga 02/08/2022 08/01/2023
NPK Phonska (Kg) 100
Phonska Plus (Kg) 50 50
KCl (Kg) 150 100
8 Pemberian Agensia
03/08/2022 10/01/2023
Hayati
a Super Trichoderma 500 gr
b Ultra Trichoderma 250 gr
c Metarizio 500 gr 750 gr
9 Penyiangan
a Semprot Rumput 19/07/2022
10 Pengamatan
a Anakan
Pertama 02/08/2022 (22 rumpun) 08/01/2023 (24 rumpun)
Kedua 16/08/2022 (30 rumpun) 29/01/2023 (30 rumpun)
b HPT
Pertama 10/08/2022 (hawar daun) 05/01/2023 (hawar daun)
Kedua 26/08/2022 (tikus) 18/01/2023 (tikus)
11 Panen 13/10/2022 15/03/2023
a ubinan (2,5x2,5) m 5,2 ton 6,3 ton
b real 4,7 ton 5,4 ton
Pengujian pemberian agensia hayati dilakukan pada 2 musim tanam sebanyak 1 kali.

4.2 Pembahasan

Pada pengujian yang dilakukan ini produk yang digunakan adalah Super Trichoderma atau
Tricho Ultra Derma dan Bio Metarizio produksi dari Vanezar Grup.

Tricho Ultra Derma di samping sebagai agensia hayati & stimulator pertumbuhan tanaman
juga sebagai organisme pengurai bahan pembuatan kompos karena mempercepat proses
pelapukan bahan organik.Menghambat pertumbuhan & penyebaran racun jamur penyebab
penyakit seperti cendawan Rigdiforus, Fusarium dan lain sebagainya. Sangat efektif
mencegah penyakit busuk pangkal batang, busuk akar , busuk daun atau busuk buah yang
menyebabkan tanaman layu & penyakit jamur akar putih. Memproduk asam sitrat &
ethanol yang berfungsi untuk mengurangi penetrasi serangan hama tanaman, sehingga
performance tanaman akan semakin sehat.

Bio Metarizo, merupakan jamur entomopatogen.Jamur Entomopatogen merupakan jamur


yang bersifat parasit terhadap serangga.Jamur ini dapat dijadikan sebagai salah satu agensia
hayati pengendalian serangga, baik serangga yang menyerang tanaman maupun organisme
antagonis yang ada di dalam tanah. Jamur ini dapat menyebabkan penyakit bila
menginfeksi serangga, sehingga dapat menurunkan populasi serangga hama dalam suatu
area pertanian. Manfaat : Mengendalikan lebih dari 50 jenis serangga, di antaranya :
Kumbang gandum (Anisopliae Austriaca), Hama tebu (CleanusPunctiventris), Kumbang
tanduk (Oryctes Rhinocheros), hama bubuk kopi, helopeltis, caplak, tungau, wereng batang
15

coklat, wereng hijau, walang sangit, penggerek batang, aphis sp, Myzus sp, Ulat grayak
(Spodoptera sp).Uret, Ulat jengkal,

Pada pengujian ini benih padi yang akan ditanam di sawah dilakukan seleksi benih terlebih
dahulu dengan air. Benih yang dipakai adalah benih yang bernas atau bagus.Setelah
dilakukan seleksi benih kemudian dilakukan perlakuan benih (seed treatment) dengan
perendaman menggunakan agensia hayati yang mengandung bakteri Tricoderma sp. Pada
pengujian ini benih padi dilakukan perlakuan perendaman menggunakan oryza plus selama
10 jam.

Trichoderma sp. merupakan sejenis cendawan atau jamur yang bersifat parasit terhadap
jamur lain. Sampai saat ini Tricoderma sp masih menjadi andalan bagi para petani
khususnya petani organik untuk mengendalikan penyakit penyakit yang disebabkan oleh
jamyr pada padi.Karena merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan untuk
menekan penyakit jamur.Berdasarkan literatur Trichoderma sp. merupakan agensia hayati
untuk mengendalikan penyakit tanaman dan membantu meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan akar, produktifitas tanaman, resistensi terhadap stres abiotik serta
penyerapan danpemanfaatan nutrisi. Jamur Trichoderma sp diketahui efktif dalam menekan
beberapa patogen tanaman seperti Armillaria mellea, Pythium sp, Phytophthora sp,
rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dan Heterobasidium annosum (Parker et al.,1985
dalam Murniasih, 2009)

Gambar 1. Seleksi benih dan seed treatment

Aplikasi agensia hayati dilapangan dilakukan dengan penyemprotan.Kegiatan awalyang


dilakukan untuk menggunakan agensia hayati yaitu agensia hayati di aduk terlebih dahulu
dengan gula putih atau gula merah di dalam ember sampai gula menyatu dengan larutan
agensia hayati. Aduk merata sampai gula habis mencair kemudian ditutup rapat untuk
menghindarkan tercampur dengan bakteri lain dari udara.Pemberian gula dilakukan
sebelum di semprotkan ketanaman padi. Proses ini dilakukan kurang lebih 24 jam untuk
mengaktifkan bakteri agensia hayati

Tricho Ultra Derma yang mengandung Trichoderma sp bersifat antagonis terhadap


beberapa patogen tular tanah seperti Fusarium moniliforme dan Sclerotium
16

rolfsii.Trichoderma sp juga mempunyai kemampuan sebagai dekomposer dalam pembuatan


pupuk organik.
Pada pengujian ini agensia hayati diberikan hanya sekali sampai panen dengan
penyemprotan gula secara berkala sesuai kebutuhan yang dimaksudkan untuk memberikan
asupan kepada agensia hayati untuk berkembang biak.

Gambar 2. Pengaktifan Bakteri

Perlakuan Penggunaan agensia hayati dilakukan dengan penyemprotan menggunakan


tangki sprayer organik (tidak pernah digunakan untuk pestisida kimia).Berdasarkan takaran
yang dilakukan dan sesuai label petunjuk penggunaan pada bungkus agensia hayati tersebut
disemprotkan ke tanaman padi sebanyak 7 tangki berisi air bersih 16 liter merata keseluruh
hamparan.Penyemprotan dilakukan sore hari dengan setelan pengabutan merata keseluruh
bagian tanaman.Penyemprotan kedua dilakukan kembali 15 hari dari penyemprotan
pertama. Penyemprotan kedua adalah hanya penyemprotan gula sebanyak 1 kg untuk
memberikan asupan bakteri agensia hayati untuk berkembang biak dengan baik.

Dari hasil pengamatan terhadap tanaman padi yang telah di lakukan pemberian agensia
hayati ternyata masih ditemukan penyakit hawar daun walaupun dalam jumlah yang sedikit
(spot). Sedangkan penyakit lain yang mempengaruhi tanaman tidak terlihat. Dari hasil
pengamatan langsung tidak terlihat HPT yang sangat mempengaruhi tanaman padi seperti
wereng, blas dan hama penyakit lainnya. Keadaan musuh alami juga terjaga dalam
hamparan sawah.Curah hujan yang sangat tinggi dan ekstrim serta kurangnya pancaran
sinar matahari menyebabkan tingkat kelembaban yang tinggi sangat mempengaruhi
munculnya penyakit hawar daun.

Salah satu teknik pengendalian hayati yang dapat digunakan yaitu dengan pemanfaatan
jamur entomopatogen.Salah satu kemampuan agensia hayati yang diberikan pada saat
pengujian yang mengandung jamur Metarhizium anisopliae yaitu Bio Metarizio adalah
mampu menginfeksi hama yang mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisapbaik stadia
nimfa maupun imago. Kelebihan penggunaan jamur entomopatogen sebagai pengendali
populasi serangga hama adalah cara ini mempunyai kapasitas produksi yang tinggi, siklus
hidup relatif pendek dan mampu membentuk spora yang tahan terhadap pengaruh
17

lingkungan. Jamur Metarhizium anisopliae ialah satu di antara jamur yang bersifat
entomopatogen.
Jamur ini dapat dijadikan sebagai salah satu agensia hayati pengendalian serangga, baik
serangga yang menyerang tanaman maupun organisme antagonis yang ada di dalam tanah.
Jamur ini dapat menyebabkan penyakit bila menginfeksi serangga, sehingga dapat
menurunkan populasi serangga hama dalam suatu areal pertanian.
Serangga hama tersebut antara lain adalah uret, kepik hama, walang sangit, penggerek
jagung, kumbang kelapa, belalang, wereng coklat, dan banyak hama serangga lain.
Penggunaannya dilakukan dengan cara menebarkan spora jamur ke daerah tinggal
serangga, seperti daerah perkawinan serangga.
Jamur yang ditebarkan selanjutnya akan menginfeksi larva dari hasil perkawinan tersebut.
Cara ini ternyata dapat menghasilkan tingkat infeksi yang tinggi.

Gambar 3. Ulat mati dan tidak sempat memakan daun

Pengendalian menggunakan agensia hayati memiliki proses tersendiri berdasarkan jenis-


jenisnya. Seperti pada gambar 3 terlihat ulat yang menggulung daun dalam keadaan mati
sebelum ulat tersebut memakan daun tanaman padi.Hal ini menyebabkan hama tidak
sempat berkembang dan merusak tanaman.

Agensia hayati memiliki kemampuan selektif, artinya mikroba dalam agensia hayati tidak
akan menyerang organisme yang bermanfaat bagi tumbuhan karena agensia hayati hanya
akan menyerang hama penyakit sasaran.Pada pengamatan lapangan terlihat bahwa dalam
lahan sawah banyak terdapat capung, laba-laba jangkrik dan kupu-kupu kecil. Ini
menjelaskan bahwa agensia hayati mampu mencari sasaran sendiri, karena agensia hayati
adalah makhluk hidup yang bersifat patogen bagi organisme pengganggu, maka agensia
hayati dapat secara alami menemukan hama dan penyakit sasarannya.Sehingga ketersedian
musuh alami dan organisme yang bermanfaat bagi tanaman padi dapat terjaga
kesinambungannya di lahan sawah tersebut dalam hal ini dapat menjaga keseimbangan
ekosistem.Dari segi sanitasi lingkungan karena terbuat dari bahan organik sehingga tidak
ada efek samping dan tidak menimbulkan resistensi OPT sasaran.

Pada beberapa produk agensia hayati masih ada yang memiliki kemampuan hidup
walaupun kemudian di lakukan penggunaan bahan kimia.Ini sangat menguntungkan jika
suatu saat ketika sudah terjadi serangan yang akut atau parah mau tidak mau harus
menggunakan bahan kimia masih dapat dipilih pestisida kimia yang mengandung bahan
18

kimia yang tidak langsung menghilangkan keberadaan agensia hayati di lahan sawah
tersebut.Pada saat pengujian diperoleh hasil pengamatan bahwa tanaman terserang hawar
daun.Untuk mempercepat pengendalian digunakan bahan kimia yang masih dapat
mempertahankan agensia hayati di sawah.Pada saat pengujian ada kondisi ektrim tak
terduga yaitu curah hujan terlalu tinggi yang menyebabkan spora penyakit hawar daun bisa
berkembang diluar prediksi.Dengan penambahan penggunaan bahan kimia tertentu yang
dipilih secara selektif penyemprotan dilakukan agar dapat mengatasi penyakit hawar daun
tersebut.Kondisi tersebut terjadi pada saat puncak masa pembuahan padi sehingga perlu
dilakukan pengendalian untuk menjaga pertumbuhan tanaman sampai kondisi aman
terhadap perkebangan malai dan buli padi.Pada pengujian kedua dari hasil pengamatan
memang masih terdapat penyakit hawar daun tetapi sudah tidak mempengaruhi secara
signifikan.Diprediksi bahwa perkembanganbiakanagensia hayati pada pengujian pertama
terus berjalan sampai pengujian kedua.Hal ini menjelaskan bahwa agensia hayati memang
bekerja secara lambat sehingga perlua perlakuan berulang-ulang sesering mungkin.Dampak
yang dapat dianalisa yaitu dilihat dari hasil produksi padi yang meningkat dari 4,7 ton
menjadi 5,4 ton merupakan manfaat perkebangan angen hayati sebelumnya (pengujian
pertama)

Dari segi biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan agensia hayati lebih menghemat
penggunaan pestisida kimia karena jika dibandingkan dengan pestisida kimia yang biasanya
diaplikasikan 4 sampai 5 kali penggunaan agensia hayati untuk sekali musim tanam hanya
sekali saja. Dari beberapa narasumber petani dikatakan bahwa penggunaan agensia hayati
ini menghemat biaya kurang lebih sebesar Rp. 4.000.000,-per hektar untuk biaya
pengendalian jika terserang hama dan penyakit.

Perkembangbiakan agensia hayati setelah diaplikasikan sangat tergantung dengan


ekosistem pada saat pengaplikasian. Jika kondisinya mendukung, maka pertumbuhan
agensia hayati akan maksimal.Oleh sebab itu pada pengolahan tanah sebaiknya dilakukan
pengolahan tanah optimal sebagai salah satu tempat perkembangbiakan agensia hayati.Pada
saat pengujian lahan sawah di lakukan pengapuran dengan dolomit dan pemberian BK
Gambut untuk mempercepat perbaikan tanah.Ini dimaksudkan untuk menstabilkan pH
tanah dan membantu pembusukan bahan organik di tanah sawah.

Penggunaan agensia hayati untuk pengendalian hama wereng batang coklat memberikan
dampak pada saat pengujian kedua. Berdasarkan pengamatan petugas OPT, pada pengujian
pertama masih dijumpai hama wereng batang coklat dengan populasi sangat rendah dan
spot tertentu saja (masih dibawah standar normal). Pada pengujian kedua berdasarkan hasil
pengamatan disawah tidak dijumpai spot hama wereng batang coklat.

Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan menggunakan suspensi konidia


Trichoderma sp. Mengurangi keparahan penyakit blas pada padi.Hasil analisis sidik ragam
pengamatan keparahan penyakit blas menunjukkan bahwa perendaman benih dan
penyemprotan tanaman padi menggunakan agensiasia hayati Trichoderma sp. mampu
mengurangi keparahan penyakit blas. (Hidayat,dkk. 2014)Dari hasil pengamatan pada
tanaman tidak terlihat penyakit blas menyerang tanaman padi atau tidak ditemukan pada
tanaman.Hal ini menjelaskan bahwa pengendalian awal menggunakan agensia hayati
dengan perendaman benih mampu mengurangi kecenderungan terkena penyakit blas.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penggunaan agensia hayati dapat membantu pengendalian hama dan penyakit pada tanaman budidaya
tanaman padi lahan sawah pasang surut sehingga dapat meningkatkan produksi padi.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran perlu adanya
sosialisasi dan publikasi untuk cara pengendalian hama dan penyakit menggunakan agensia hayati.
17

DAFTAR PUSTAKA

Group, Vanezar. 2020. “Tricho Ultra Derma”, http://vanezargroup.com/2020/04/26/tricho-ultra-


derma/, di akses pada 15 April 2021 20:52:56 GMT
Group, Vanezar. 2020. “Bio Metarizio”, http://vanezargroup.com/2020/04/26/bio-metarizio, di akses
pada14 April 2020 03:08:01 GMT
Noviani, Beby. 2019. “Agensia Hayati Sebagai Pengendali Hama”, Penyuluh Pertanian BPP Jonggol,
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/86205/AGENSIA-HAYATI-SEBAGAI-
PENGENDALI-HAMA/, di akses pada 8 Mei 2021 03:53:02 GMT.
UPTPP. 2019. “Agens Hayati”, Kecamatan Montong Gading
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/76320/AGENS-HAYATI/, di akses pada 8 Mei 2021
06:03:16 GMT
Wulan, Novi Nawang. 2018. “Penggunaan Agensia Hayati Pada Budidaya Padi (Oryza sativa)
Organik Putih Di Desa Lombok Kulon”, Mahasiswa Pendidikan Biologi,FKIP, Universitas
Muhammadiyah Jember. http://repository.unmuhjember.ac.id/4561/1/ARTIKEL.pdf
Rokhlani. “Peran Pengendalian Hayati Dalam Mendukung Pertanian Berkelanjutan”, Penyuluh
Pertanian Madya. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Tegal
https://distankp.tegalkab.go.id/index.php/artikel/163-pengendalian-hayati, di akses pada 8 Mei
2021 14:14:16 GMT
“Potensi Jamur Metarhizium anisopliae Sebagai Pengendali Hama”, 2017,
https://8villages.com/full/petani/article/id/5a2fce75b4cf55bb30d12ff7, di akses pada 10 Mei 2021
05:36:50 GMT.
Hidayat, Yulida Syarif. dkk. 2014. “Penggunaan Trichoderma sp. Sebagai Agensia Pengendalian
Terhadap Pyricularia oryzae Cav. Penyebab Blas Pada Padi”, Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro no. 1 Bandar Lampung 35145,
https://media.neliti.com/media/publications/233115-penggunaan-trichoderma-sp-sebagai-agensi-
c95357b7.pdf
Maspary. 2013. “Kelebihan Dan Kekurangan Agensia Hayati”,
http://www.gerbangpertanian.com/2013/01/kelebihan-dan-kekurangan-agensia-hayati.html , di
akses pada 3 Mei 2021 09:15:13 GMT.
Kurnia, Ir, MSi. IGA. Maya. 2013. “Sekilas Tentang Trichoderma Sebagai Pupuk Biologis Dan
Biofungisida”, PP Madya pada Distanak Kab.Buleleng),
https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/sekilas-tentang-trichoderma-sebagai-
pupuk-biologis-dan-biofungisida-43, di akses pada 10 Mei 2021 02:50:58 GMT.
“Agen Hayati”, http://unmermadiun.ac.id/web-werengmania/index.php/agen-hayati/, di akses pada 11
Mei 2021 11:42:23 GMT.

Anda mungkin juga menyukai