Disusun oleh:
Rieztyasari Dwi Nurwidyana 205040200111017
Zaenab Nuraini Surya Har Yanti 205040200111053
Rusdiningtyas Aulia Maharani 205040200111073
Sherlita Octavina Rachma Putri 205040200111091
Amajida Zahirah 205040200111130
Ilma Nistakhul Rohma 205040200111222
Rahman Nassem Fadilah 205040200111318
Muhammad Fariq Al Husni 205040201111004
Nabila Fitriyani 205040201111078
Rahmi Yuliza Salsabila Hasibuan 205040201111211
Aliefraka Hermawan 205040207111025
Alia Yanuar Rahma 205040207111050
Nidha Permata Fadillah 205040207111152
Kelas P
Program Studi Agroekoteknologi
Dwi Ayu Suryaningrum
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh:
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
No. Teks Hal.
1. Persentase Tumbuh Tanaman Jagung ............................................................... 14
2. Persentase Pengamatan Intensitas Penyakit pada Tanaman Jagung ................. 15
3. Data Pengamatan Roguing ................................................................................ 16
4. Data Pengamatan Detasseling ........................................................................... 17
iv
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Hal.
1. Tanaman Jagung (CABI, 2019) .......................................................................... 3
2. Grafik Rata-rata Intensitas Penyakit Tanaman Jagung Jantan dan Betina ........ 16
v
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Hal.
1. Logbook Kegiatan Penanaman ......................................................................... 29
2. Perhitungan Persentase Tumbuh, Intensitas Penyakit, Roguing dan Detasseling
............................................................................................................................... 33
3. Data Pengamatan Jumlah Daun ........................................................................ 37
4. Data Pengamatan Tinggi Tanaman ................................................................... 38
5. Data Pengamatan Persentase Tumbuh .............................................................. 38
6. Data Pengamatan Persentase Intensitas Penyakit Tanaman Jantan .................. 38
7. Data Pengamatan Persentase Intensitas Penyakit Tanaman Betina .................. 39
8. Data Hasil Pengamatan Roguing ...................................................................... 39
9. Data Hasil Pengamatan Detasseling ................................................................. 39
10. Denah Lahan ................................................................................................... 40
vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman kelompok biji-bijian dari keluarga
rumput-rumputan (Graminaceae). Tanaman jagung tergolong dalam tanaman
pangan. Petani sebagian besar memanfaatkan komoditas tanaman jagung sebagai
tanaman budidaya di lahan pertanian. Jagung selain dimanfaatkan sebagai bahan
pangan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pupuk atau kompos, bahan baku
farmasi, dan bahan bakar alternatif. Jagung memiliki banyak manfaat untuk
dikonsumsi masyarakat maupun kegiatan industri, sehingga menyebabkan
permintaan jagung meningkat. Hal ini berdampak pada perkembangan industri dari
hulu ke hilir yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Meningkatnya
permintaan jagung dapat disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang
meningkat dan peningkatan kebutuhan untuk pakan.
Berdasarkan data (Kementerian Pertanian, 2021) produksi jagung pada tahun
2015 hingga tahun 2019 meningkat setiap tahunnya. Dapat diketahui pada tahun
2015 hasil produksi senilai 19,61 juta ton, tahun 2016 senilai 23,58 juta ton, tahun
2017 senilai 28,92 juta ton, tahun 2018 senilai 30,25 juta ton dan tahun 2019 senilai
30,69 juta ton. Dapat diketahui dari data tersebut peluang dalam mengembangkan
budidaya jagung di Indonesia sangat besar guna memenuhi kebutuhan pangan,
industri dan pakan.
Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan adanya varietas baru.
Pengembangan varietas penting dilakukan karena dapat mengembangkan hasil
benih dengan mutu yang tinggi dimana stabil terhadap adanya perubahan
lingkungan dan memenuhi kebutuhan petani dalam kegiatan budidaya. Varietas
baru tersebut dapat didapatkan dengan adanya metode persilangan. Menurut
Handayani (2014) persilangan merupakan salah satu cara untuk memperluas
keragaman genetik dan menggabungkan karakter yang diinginkan dari para tetua
sehingga diperoleh populasi baru untuk bahan seleksi program varietas unggul baru.
Jagung mengalami proses penyerbukan terbuka untuk memperoleh populasi
tanaman heterozigot. Menurut Rahmawati et al., (2014) tanaman jagung yang
melakukan penyerbukan terbuka pada setiap individu dilakukan kawin acak apabila
terdapat kesempatan yang sama untuk membentuk keturunan pada bunga betina
2
diserbuki oleh gamet jantan. Oleh karena itu, dilakukan persilangan terbuka (open
pollinated) untuk memenuhi kebutuhan produksi jagung.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum teknologi produksi benih dalam produksi
jagung dengan menggunakan sistem open pollinated adalah untuk mengetahui
produksi benih jagung dengan sistem persilangan terbuka dan untuk mengetahui
pengaruh varietas dalam isolasi jarak tanam terhadap produksi jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Siklus hidup jagung terdiri dari fase vegetatif dan generatif. Menurut
Nurhayatuddin (2021) Jagung merupakan tanaman protandrous yang mekar bunga
jantannya terjadi satu atau dua hari sebelum mekarnya bunga betina dan termasuk
ke dalam kelompok tanaman berumah satu (monoecious) dimana bunga jantan dan
bunga betina terpisah namun masih dalam satu tanaman. Jagung adalah tanaman
4
d. Ketinggian Tempat
Syarat terakhir untuk menghasilkan pertumbuhan jagung yang baik dan
optimal adalah ketinggian tempat. Jagung dapat ditanam di seluruh wilayah
Indonesia mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi yang memiliki
ketinggian 1000-1800 mdpl. Akan tetapi, daerah yang optimum untuk pertumbuhan
tanaman jagung berada pada ketinggian antara 0-600 mdpl. Sebab tanaman jagung
membutuhkan sinar matahari minimal 8 jam/hari dan suhu udara 20-33oC curah
hujan sedang.
2.2 Produksi Benih Jagung
2.2.1 Isolasi Jarak dan Waktu
Salah satu usaha pembudidayaan tanaman jagung yang diperlukan guna
mempersiapkan lahan dan teknik budidaya yang tepat adalah dengan menggunakan
isolasi jarak dan waktu tanam. Menurut Azrai et al., (2018), penempatan lokasi
untuk produksi benih dengan lokasi varietas lain yang mempunyai waktu berbunga
biasanya hampir bersamaan. Oleh karena itu, penanaman jagung diberi jarak 200 –
300 m dengan memperhatikan arah mata angin. Kegunaan melakukan isolasi jarak
pada tanaman jagung sangatlah penting untuk menjaga kemurnian varietas.
Menurut Syamsia et al, (2019) selain dapat menggunakan isolasi jarak, tanaman
jagung juga menggunakan teknik isolasi waktu. Isolasi waktu merupakan
penanaman yang dilakukan dengan adanya selisih waktu tanam minimal 21 hari
atau 3 minggu sebelum atau sesudah varietas yang lain ditanam untuk mencegah
pembungaan yang terjadi secara bersamaan dan persilangan. Adapun tujuan
melakukan isolasi pada penanaman jagung adalah hal penting untuk menghindari
xenia effect atau tepung sari jagung yang saling menyerbuki (Yasin et al, 2018).
2.2.2 Roguing
Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian
genetik dan fisik yang tinggi, oleh karena itu roguing perlu dilakukan dengan benar
dan perlu dilakukan seawal mungkin sampai akhir pertanaman. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Suhartina et al, (2017) bahwa roguing merupakan pemeliharaan
mutu genetik di pertanaman seperti melakukan identifikasi dan penghilangan
tanaman yang menyimpang, dimana pemeliharaan ini dianggap penting karena
apabila sudah terjadi campuran secara fisik dalam proses pertanaman akan sulit
untuk diatasi. Menurut BBP Padi (2016) prinsip dasar dari roguing adalah
6
dapat menjadi upaya dalam peningkatan produksi dan kualitas jagung karena dapat
mencegah terjadinya penyerbukan dan pembuahan sehingga mempercepat
perkembangan tongkol agar dapat dipanen secara serempak, selain itu dapat
membantu tanaman untuk memfokuskan hasil fotosintesis menuju perkembangan
tongkol jagung (Sobarudin et al., 2015).
2.3 Open Pollination
Open pollination atau yang biasa disebut penyerbukan terbuka adalah
penyerbukan yang terjadi secara alami. Menurut Purwanta (2017) penyerbukan
terbuka merupakan proses terbentuknya individu tanaman secara generatif melalui
perantara angin, hewan, atau air. Penyerbukan terbuka ini dilakukan dengan cara
memilih beberapa tangkai bunga, membuang bunga-bunga yang sudah mekar dan
menyisakan kuncup-kuncup bunga, dihitung jumlahnya, dicatat dalam label dan
dibiarkan terbuka sampai kapsul siap panen (Sulewska et al., 2014). Penyerbukan
terbuka dapat terbagi menjadi dua yakni penyerbukan silang dan penyerbukan
sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartikawati dan Sumardi (2017) bahwa
penyerbukan terbuka yang terjadi di alam memiliki dua macam jenis penyerbukan
yakni penyerbukan silang dan penyerbukan sendiri. Sedangkan pada tanaman hutan
biasanya terjadi sistem penyerbukan campuran, hal ini dikarenakan Sebagian besar
penyerbukan terjadi secara acak pada setiap individu dalam populasi.
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Produksi Benih dilaksanakan pada tanggal 2 April-21
Mei 2022 di lahan percobaan Agrotechno Park Universitas Brawijaya yang
berlokasi di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Berdasarkan data BPS Kabupaten Malang (2022), Kecamatan Kromengan
memiliki rata-rata suhu udara 25,64°C dan rata-rata curah hujan 200,74 mm. Selain
itu, menurut BPS Kabupaten Malang (2021), secara astronomis Kecamatan
Kromengan terletak pada 112,2776-112,3231 BT dan 8,0567-8,0882 LS. Desa yang
termasuk dalam Kecamatan Kromengan, seluruhnya merupakan daerah dengan
topografi berupa dataran. Kemudian, Dinata et al. (2017) juga menyatakan bahwa
Desa Jatikerto berada pada ketinggian tempat 303 m dpl dengan jenis tanahnya
berupa Alfisol dan memiliki pH tanah 6.0-7.5..
3.2 Alat dan Bahan
Dalam melaksanakan kegiatan praktikum Teknologi Produksi Benih,
diperlukan alat dan bahan untuk membantu pelaksanaan dan pengamatan. Adapun
alat dan bahan adalah sebagai berikut:
3.2.1 Alat dan Fungsi
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum lapang Teknologi Produksi
Benih ini antara lain yaitu ember berukuran 20 liter yang digunakan sebagai wadah
dan pencampuran pupuk. Kemudian pipa paralon bergerigi dan gunting yang
digunakan untuk melubangi mulsa. Timbangan digunakan untuk menimbang
komposisi pupuk. Gelas atau wadah berukuran 220 ml untuk mengukur kadar
pupuk dan menambahkan pupuk pada setiap lubang mulsa. Selanjutnya yaitu label
kelompok dan kelamin tanaman yang berfungsi untuk menandai kepemilikan lahan
dan pembeda kelamin antar tanaman yang ditanam. Trash bag digunakan untuk
menyimpan limbah yang ada di lahan. Kemudian alat tulis yang digunakan untuk
mencatat hasil pengamatan dan kebutuhan di lapang, serta kamera digunakan untuk
dokumentasi setiap kegiatan praktikum.
3.2.2 Bahan dan Fungsi
Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum Teknologi Produksi
Benih antara lain yaitu benih jagung dengan kode produksi untuk jagung jantan
yaitu kdr 67 dan untuk jagung betina yaitu POS2X6 dengan sifat bulk yang
9
digunakan sebagai bahan atau objek pengamatan. Kemudian juga digunakan pupuk
dengan takaran untuk pupuk MgSO4 sebanyak 750 gram, pupuk NPK 700 gram,
dan pupuk urea 260 gram. Takaran dosis ketiga pupuk tersebut digunakan untuk
tiga kali pemupukan. Dosis untuk pemupukan pertama dan kedua yaitu pupuk
MgSO4 sebanyak 230 gram, pupuk NPK 200 gram, dan pupuk urea 80 gram.
Sedangkan komposisi untuk pemupukan ketiga yaitu pupuk MgSO4 sebanyak 290
gram, pupuk NPK 300 gram, dan pupuk urea 100 gram. Ketiga jenis pupuk tersebut
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dan membantu
pertumbuhan tanaman. Selain itu juga menggunakan air 1,5 liter untuk mencampur
dan melarutkan pupuk.
3.3 Metode Pelaksanaan
Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam Praktikum Lapang
Teknologi Produksi Benih. Kegiatan yang dilakukan meliputi penanaman,
pengamatan, perawatan yang mencakup penyiraman penyiangan gulma,
penjarangan, pembumbunan dan pemupukan serta detasseling. Adapun metode
pelaksanaan praktikum lapang Teknologi Produksi Benih adalah sebagai berikut:
1) Penanaman
Penanaman dilakukan pada tanggal 2 April 2022 di Lahan Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya, Jatikerto. Penanaman dilakukan ada lahan yang
telah diolah sebelumnya dan telah dibuat bedengan berukuran 6 m x 0,8 m serta
telah diberi mulsa plastik. Kegiatan yang dilakukan dalam penanaman antara lain
membuat lubang mulsa sebanyak 38 lubang tanam dengan jarak antar lubang tanam
60 x 30 cm. Terdapat dua jenis kode produksi benih jagung yang digunakan, untuk
kode produksi benih jantan yaitu kdr-67 dan kode produksi benih betina POS2X6
(bulk).
Penentuan baris jantan dan baris betina harus dilakukan terlebih dahulu
sebelum penanaman benih. Benih jantan ditanam di baris kedua bedengan kedua
dan benih betina ditanam pada 3 baris lainnya. Sehingga perbandingan baris jantan
dan baris betina adalah 1 baris jantan : 3 baris betina. Kemudian dilakukan
pemberian label pada baris jantan untuk menandai. Selanjutnya dilakukan
penugalan, penanaman sebanyak 2 benih jagung per lubang tanam sesuai dengan
baris yang ditentukan, penyiraman dan pemberian pupuk dasar.
2) Pengamatan
10
pupuk dengan 17,6 liter air, kemudian diaplikasikan sebanyak 220 ml campuran air
dan pupuk untuk setiap lubang tanam.
Pemupukan ketiga dilakukan pada tanggal 21 Mei 2022 yaitu saat tanaman
berumur 48 HST. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK
17:17:17 sebanyak 300 gram, Urea 46% sebanyak 100 gram dan MgSO4 sebanyak
290 gram untuk dua bedengan. Pemupukan dilakukan dengan cara melarutkan
pupuk dengan 17,6 liter air, kemudian diaplikasikan sebanyak 220 ml campuran air
dan pupuk untuk setiap lubang tanam.
c. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST. Pembumbunan
dalam kegiatan praktikum lapang dilakukan pada tanggal 23 April 2022.
Pembumbunan dilakukan dengan cara menimbun perakaran yang timbul ke
permukaan tanah dengan tanah yang ada disekitarnya. Pembumbunan bertujuan
untuk memperkokoh tanaman.
4) Detasseling
Detasseling dilakukan pada saat tanaman berumur 48 HST. Detasseling
dilakukan dengan cara membuang bunga jantan pada induk betina sebelum bunga
jantan mekar. Pada kegiatan ini bunga jantan dicabut dari induk betina
menggunakan tangan dan dilakukan pada pagi hari.
3.4 Parameter Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan praktikum lapang Teknologi
Produksi Benih didasarkan pada parameter pengamatan yang telah ditentukan.
Parameter pengamatan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
3.4.1 Persentase Tumbuh
Pengamatan persentase pertumbuhan dilakukan pada tanggal 9 April 2022,
yaitu saat tanaman berumur 7 HST. Pengamatan persentase pertumbuhan dilakukan
dengan cara menghitung seluruh tanaman yang tumbuh dibagi dengan banyak benih
yang telah ditanam kemudian dikalikan 100%. Perhitungan persentase
pertumbuhan baris jantan dan baris betina dilakukan secara masing-masing. Berikut
merupakan rumus perhitungan persentase tumbuh:
jumlah tanaman hidup
Persentase tumbuh (%) = × 100%
jumlah seluruh tanaman
12
Gambar 2. Grafik Rata-rata Intensitas Penyakit Tanaman Jagung Jantan dan Betina
Berdasarkan grafik diatas, menunjukkan bahwa rata-rata intensitas penyakit
pada tanaman jagung jantan dan jagung betina tidak berbeda jauh, dimana nilai rata-
rata intensitas penyakit jagung jantan sebesar 39,39% dan jagung betina sebesar
37,1%. Hal ini dikarenakan kedua jagung tersebut diberi perlakuan yang sama
sehingga tingkat keparahan serangan tidak terlalu tinggi dan tidak berbeda jauh
antara keduanya.
4.1.3 Roguing
Kegiatan roguing dilakukan ketika tanaman jagung berada pada fase generatif
yakni ketika berumur 7 MST. Tanaman rogues yang dibuang saat kegiatan roguing
terdiri dari tanaman jagung yang terserang penyakit bulai, jagung yang kerdil,
terbuahi dan lain-lain. Tanaman rogues dibuang dengan cara mencabut tanaman
dan membuangnya jauh dari area lahan khususnya tanaman jagung yang terserang
bulai. Data pengamatan roguing yang dilakukan pada 7 MST tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Pengamatan Roguing
No Tanaman Kategori Jumlah Persentase (%)
Rogues
1 Jantan 0 0
2 Betina Terserang 3 5,6
bulai
3 Betina Terbuahi 1 1,85
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan pada lahan ditemukan 4
tanaman rogues. Pada tanaman jantan tidak ditemukan tanaman yang tergolong
rogues. Sedangkan, pada tanaman betina ditemukan 4 tanaman yang tergolong
rogues yaitu 3 tanaman yang terserang penyakit bulai (downy mildew) dan 1
tanaman yang telah terbuahi ditunjukan oleh bunga yang sudah layu. Persentase
17
tanaman jagung betina yang terserang bulai sebesar 5,6% dan tanaman jagung
betina yang terbuahi sebesar 1,85%.
4.1.4 Detasseling dan Open Pollination
Kegiatan detasseling dilakukan dengan membuang bunga jantan dari
tanaman betina yang belum mencapai umur dewasa. Kegiatan pembuangan bunga
jantan ini dilakukan guna menghindari penyerbukan yang tidak dikehendaki.
Kegiatan detasseling dilakukan dengan mencabut secara manual bunga jantan dan
dilakukan ketika tanaman jagung berumur 7 MST. Open pollination adalah kondisi
dimana bunga yang sudah mekar mengalami penyerbukan dari berbagai bunga
secara bebas. Penyerbukan dapat dibantu oleh perantara angin, air, hewan ataupun
penyerbukan terkendali. Kegiatan pengamatan open pollination dilakukan 7 MST.
Data pengamatan detasseling tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Pengamatan Detasseling
Kriteria Detasseling
No Waktu Pengamatan
Anther Pecah Anther belum Daun bendera
(%) pecah (%) belum mekar
(%)
1 7 MST 1,9 33,33 64,8
Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa tanaman
jagung yang siap untuk dilakukan detasseling sebanyak 35 tanaman yang mana
persentasenya sebesar 64,8% dari keseluruhan tanaman jagung. Daun bendera yang
belum mekar apabila ditekan maka tassel terasa keras yang menunjukkan bahwa
tanaman jagung siap untuk di detasseling. Kemudian, tanaman jagung dengan
kriteria anther belum pecah sebanyak 18 tanaman yang mana persentasenya sebesar
33,33%. Anther belum pecah ini ditunjukkan dengan tassel yang sudah muncul dan
daun bendera sudah mekar. Kriteria detasseling anther pecah sebanyak 1 tanaman
yang mana persentasenya sebesar 1,9% dari total keseluruhan tanaman jagung yang
di detasseling.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Persentase Tumbuh
Persentase tumbuh merupakan persentase munculnya kecambah yang
dihitung berdasarkan jumlah benih yang tumbuh pada pengamatan 1 MST terhadap
benih yang diuji. Dimana pertumbuhan jagung dimulai dari proses perkecambahan.
Perkecambahan merupakan perubahan morfologis seperti munculnya akar atau
terbentuknya plumula (Widajati, 2014). Terdapat dua faktor yang mempengaruhi
18
tanaman jagung perlu dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK pada lahan
(Pusparini et al., 2012). Pupuk NPK ini sangat diperlukan untuk merangsang
pembesaran pada diameter batang dan pembentukan akar yang disertai dengan
pembentukan tinggi tanaman (Alpani dan Taher, 2017). Selain itu, ukuran benih
juga dapat mempengaruhi persentase tumbuh pada tanaman jagung. Dimana ukuran
benih yang besar dan ditanam dalam keadaan yang cukup akan mendukung
pertumbuhan benih karena benih yang berukuran besar menghasilkan potensi
fotosintetik yang lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang berukuran kecil
(Pratama et al., 2014).
4.2.2 Pembahasan Intensitas Penyakit
Berdasarkan tabel 2. data pengamatan intensitas penyakit, diketahui bahwa
beberapa tanaman dari 10 sampel tanaman jagung jantan dan 10 sampel tanaman
jagung betina terinfeksi penyakit dengan tingkat serangan yang berbeda-beda. Hal
itu dapat dilihat dari gejala yang ditemukan pada setiap sampel tanaman. Perbedaan
skor serangan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya
yaitu faktor internal berupa ketahanan genetik varietas jagung yang digunakan. Hal
ini diperkuat dengan pendapat Asmaliyah et al., (2016) yang menyatakan bahwa
sebaran dan perkembangan penyakit daun di lapangan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan sekitar pertanaman dan sifat genetik pendukung ketahanan tanaman.
Tanaman yang sehat dapat dipengaruhi oleh adanya pengolahan tanah terlebih
dahulu, dimana pengolahan tanah termasuk bagian dari persiapan lahan yang
berfungsi untuk mencegah, menekan dan mengendalikan berkembangnya serangan
hama dan penyakit.
Berdasarkan gambar 2. grafik intensitas penyakit, menunjukkan bahwa rata-
rata intensitas penyakit tanaman jantan dan tanaman betina tidak terlalu jauh. Hal
ini dikarenakan kedua tanaman tersebut memiliki kesamaan dalam hal perawatan
di lahan seperti pemberian mulsa dan pemupukan. Menurut Pamuji et al., (2018),
penggunaan mulsa sebagai material penutup tanah pada tanaman budidaya
bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma dan
melindungi dari serangan OPT (Organisme pengganggu tanaman) sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik dan apabila terserang penyakit tidak
menimbulkan keparahan yang tinggi. Selain itu, pemupukan dapat mengurangi
tingkat keparahan penyakit pada tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat
20
Dugje, I. Y., Abu, I. A., Aminu, D., Joshua, D., Kabura, B. H., Kamai, N., Izge, A.
U., Teli, I. A. dan Sodangi, I. A. (2014). How to Produce Certified Seeds of
Drought Tolerant Maize in Borno State, Nigeria. Nigeria: Abah'aja Press.
Fauziah, F., Wulansari, R., dan Rezamela, E. (2018). Pengaruh Pemberian Pupuk
Mikro Zn dan Cu Serta Pupuk Tanah Terhadap Perkembangan Empoasca
sp. Pada Areal Tanaman Teh. Agrikultura, 29(1): 26-34.
Febbiyanti, T. R., Stevanus, C. T., dan Tistama, R. (2020). Peranan Pupuk dan
Fungisida terhadap Pemilihan Tajuk Akibat Penyakit Gugur Daun
Pestalotiopsis pada Klon GT 1 di Kebun Percobaan Pusat Penelitian Karet
Sembawa. Jurnal Penelitian Karet, 38(2): 145-164.
Fitriyani, R. R., Murdy, S. dan Sativa, F. (2018). Evaluasi Pelaksanaan Prosedur
dan Teknis Penangkaran Benih Padi Desa Senaning Kecamatan Pemayung
Kabupaten Batang Hari, Jambi: Universitas Jambi.
Ghete, A. B. Has, V., Vidican, R., Copandean, A., Ranta, O., Maldovan, C. M.,
Crisan, I., dan Duda, M. M. (2020). Influence of Detasseling Methods on
Seed Yield of Some Parent Inbred Lines of Turda Maize Hybrids. Agronomy.
10 (729): 1-10.
Hamawi, A. A. (2020). Teknik Roguing Kode UE Pada Produksi Benih Jagung
Hibrida Di PT Syngenta Seed Indonesia Kabupaten Jember.
Handayani, K. (2014). Persilangan untuk Merakit Varietas Unggul Baru Kentang.
Online. https://balitsa.litbang.pertanian.go.id/. Diakses tanggal 25 April
2022.
Hendrayana, F., Lestari, N. A., Muis, A., dan Azrai, M. 2020. Ketahanan Beberapa
Varietas Jagung Hibrida Terhadap Beberapa Penyakit Penting Jagung di
Indonesia. Agriovet, 3(1): 26-40.
Hidayanto dan Yossita, F. (2014). Sejarah Tanaman Jagung.
http://kaltim.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada 27 April 2022.
Hisani, W., dan Herman. (2019). Pemanfaatan Pupuk Organik dan Arang Sekam
dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan produksi Tanaman Terong
(Solanum melongena L.). Jurnal Pertanian Berkelanjutan. 7(2): 147-
155.
Imansari, F., dan Haryanti, S. (2017). Pengaruh Persentase Pemangkasan Daun dan
Bunga Jantan Terhadap Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.). Buletin
Anatomi dan Fisiologi, 2(2): 187-192.
Kartikawati, N. K., dan Sumardi. (2017). Potensi Perkawinan Silang Pada
Penyerbukan Terbuka di Kebun Benih Semai Kayuputih di Paliyan,
Gunungkidul. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 6(1): 41-51.
Kemendag. (2016). Profil Komoditas Jagung. Online.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. (2013). Paket
Keahlian: Agribisnis Perbenihan dan Kultur Jaringan Agribisnis Perbenihan
Tanaman.
Kementerian Pertanian. (2021). Pemanfaatan Jagung Lokal Oleh Industri Pakan
Tahun 2020. Online. http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id/. Diakses tanggal
25 April 2022.
27
Kimotho, R. N., Baillo, E. H., & Zhang, Z. (2019). Transcription factors involved
in abiotic stress responses in Maize (Zea mays L.) and their roles in enhanced
productivity in the post genomics era. PeerJ, 7, e7211.
Maintang dan Nurdin, M. (2013). Pengaruh Waktu Penyerbukan Terhadap
Keberhasilan Pembuahan Jagung Pada Populasi SATP-2 (S2) C6.
Mayun, I. A. (2016). Kajian Produksi Benih Bermutu (Padi, Jagung, Kedelai),
Denpasar: Universitas Udayana.
Nurhayatuddin, S. (2021). Proses Penanganan Panen Dan Pasca Panen
Produksi Benih Jagung (Zea Mays L) Hibrida Di Pt. Syngenta Seed Indonesia
Kabupaten Banyuwangi.
Pamuji,A., Wijaya,I., dan Suroso, B. (2018). Penggunaan Berbagai Jenis Mulsa dan
Pemupukan terhadap Intensitas Serangan Organisme Pengganggu Tanaman
dan Hasil Kacang Panjang (Vigna sinensi L.). Agritrop, 16(1): 118-135
Perkasa, A. Y., Siswanto, T., Shintarika, F., dan Aji, T. G. (2017). Studi identifikasi
stomata pada kelompok tanaman C3, C4 dan CAM. Jurnal Pertanian Presisi
(Journal of Precision Agriculture), 1(1).
Pratama, H. W., Baskara, M., dan Guritno, B. (2014). Pengaruh Ukuran Biji dan
Kedalaman Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung
Manis (Zea mays saccharata Strurt). Jurnal Poduksi Tanaman, 2(7): 576-582.
Purwanta, S. (2017). Keberhasilan dan Viabilitas Benih Penyerbukan Terkendali
Jati. Jurnal Penelitian Hutan Lestari Produktif, Volume 20.
Pusparini, P. G., Yunus, A., dan Harjoko, D. (2018). Dosis Pupuk NPK Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida. Agrosains: Jurnal Penelitian
Agronomi, 20(2): 28-33.
Rahmawati, D., Yudistira, T., dan Mukhlis, S. (2014). Uji Inbreeeding
Depressionterhadap Karakter Fenotipe Tanaman Jagung Manis (Zea mays
var. Saccharata Sturt) Hasil Selfing dan Open Pollinated. Jurnal Ilmiah
Inovasi, 14(2): 145-155.
Runtunuwu, I. R., Runtunuwu, S. D., dan Wanget, S. (2017). Pemurnian Galur
Jagung Manado Kuning (Zea mays L.) Kernal Putih dengan Metode Ear to
Row. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado, 1-13.
Shodikin, A., dan Wardiyati, T. (2017). Pengaruh Defoliasi dan Detasseling
Terhadap Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal of Agricultural
Science, 2(1): 18-22.
Siregar, M., Refnizuida, dan Lubis, N. (2018). Potensi Pemanfaatan Jenis Media
Tanam Terhadap Perkecambahan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum
annum L.). Journal of Animal Science and Agronomy Panca Budi, 3(1): 11-
14.
Sobarudin, R., Sucyati, T., dan Budirokhman, D. (2015). Pengaruh Waktu
Detasseling Terhadap Hasil Beberapa Kultivar Tanaman Jagung Semi (Zea
mays L.). Jurnal Agrijati, 29(3): 23-33.
Sopandie, D. (2013). Fisiologi Adaptasi Tanaman Terhadap Cekaman Abiotik pada
Agroekosistem Tropika. Bogor: IPB Press.
28
Suhartina, Susanto, G. W. A., dan Nugrahaeni, N. (2017). Roguing dan Sortasi Pada
Proses Produksi Benih. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi.
Sulewska, H., Adamczyk, J., Gygert, H., Rogackki, J., Szymanska, G., Smiatacz,
K., Panasiewicz, K., dan Tomaszyk, K. (2014). A Comparison Of Controlled
Self-Pollination And Open Pollination Results Based On Maize Grain
Quality. 12 (2): 492-500
Syamsia, S., Ihdan, A., dan Kasifah. (2019). Produksi Benih Jagung Hibrida
Menggunakan Sistem Tanam Tanpa Olah Tanah (TOT). Jurnal Dinamika
Pengabdian, 5(1): 49-56.
Talanca, A. H., dan Tenrirawe, A. 2015. Respon Beberapa Varietas Terhadap
Penyakit Utama Jagungd di Kabupaten Kediri Jawa Timur. Jurnal Agrotan,
1(1): 67-78.
Widajati, E. (2014). Dasar Ilmu dan teknologi Benih. Bogor : IPB Press.
Yakob. (2018). Detasseling Pada Tanaman Jagung. Retrieved from BPTP.
LAMPIRAN
Lampiran 1 . Logbook Kegiatan Penanaman
No Hari/Tang Praktikan Kegiatan Dokumentasi
gal yang ke Lahan
1. Sabtu, 2 1. Rieztyasar - Melubangi
April 2022 i Dwi N. mulsa
2. Zaenab - Mengukur
Nuraini jarak lubang
3. Rusdining tanam
tyas - Membuat
4. M. Fariq lubang tanam
dan
melakukan
penanaman
benih
- Melakukan
pemupukan
dasar dan
penyiraman
• Betina 1
Jumlah tanaman hidup
Persentase tumbuh (%) = x 100%
Jumlah seluruh tanaman
38
= 𝑥 100%
38
= 100%
• Betina 2
Jumlah tanaman hidup
Persentase tumbuh (%) = x 100%
Jumlah seluruh tanaman
37
= 𝑥 100%
38
= 97,4%
• Betina 3
Jumlah tanaman hidup
Persentase tumbuh (%) = x 100%
Jumlah seluruh tanaman
36
= 𝑥 100%
38
= 94,7%
b. Tanaman Betina
4
Persentase 𝑅𝑜𝑔𝑢𝑖𝑛𝑔 = × 100% = 7%
57
Bunga Layu
c. Tanaman Betina
1
Persentase 𝑅𝑜𝑔𝑢𝑖𝑛𝑔 = × 100% = 1,7%
57
Perhitungan Detasseling
1
Anther pecah = 54 x 100% = 1,9%
34
18
Anther belum pecah = 54 x 100% = 33,33%
35
Daun bendera belum mekar = 54 x 100% = 64,8%
• IP 3 MST
(9×4)+(1×4)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 1 = × 100% = 36,11%
4×9
(10×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 2 = × 100% = 0%
4×10
(11×3)+(1×3)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 3 = × 100% = 33,07%
4×11
(9×4)+(1×4)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 4 = × 100% = 36,11%
4×9
(10×5)+(1×4)+(2×1)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 5 = × 100% = 54,06%
4×10
(10×2)+(1×0)+(2×2)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 6 = × 100% = 20,10%
4×10
(11×2)+(1×2)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 7 = × 100% = 24%
4×11
(10×4)+(1×2)+(2×2)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 8 = × 100% = 42,09%
4×10
(10×4)+(1×4)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 9 = × 100% = 44%
4×10
35
(9×4)+(1×3)+(2×1)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 10 = × 100% = 39,01%
4×9
• IP 4 MST
(10×4)+(1×4)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 1 = × 100% = 44%
4×10
(11×2)+(1×2)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 2 = × 100% = 24%
4×11
(11×3)+(1×3)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 3 = × 100% = 36%
4×11
(11×4)+(1×4)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 4 = × 100% = 48%
4×9
(10×6)+(1×5)+(2×1)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 5 = × 100% = 65,05%
4×10
(11×3)+(1×0)+(2×3)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 6 = × 100% = 33,14%
4×9
(12×3)+(1×3)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 7 = × 100% = 39%
4×12
(11×4)+(1×2)+(2×2)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 8 = × 100% = 46,09%
4×11
(12×5)+(1×5)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 9 = × 100% = 65%
4×12
(11×5)+(1×4)+(2×1)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 10 = × 100% = 59,05%
4×11
b. Tanaman Betina
• IP 2MST
(7×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 1 = × 100% = 0%
4×7
(6×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 2 = × 100% = 0%
4×6
(6×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 3 = × 100% = 0%
4×6
(7×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 4 = × 100% = 0%
4×7
(6×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 5 = × 100% = 0%
4×6
(7×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 6 = × 100% = 0%
4×7
(6×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 7 = × 100% = 0%
4×6
(7×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 8 = × 100% = 0%
4×0
(7×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 9 = × 100% = 0%
4×0
(6×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 10 = × 100% = 0%
4×0
• IP 3 MST
36
(11×4)+(1×4)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 1 = × 100% = 48%
4×11
(13×3)+(1×3)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 2 = × 100% = 42%
4×13
(11×3)+(1×3)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 3 = × 100% = 36%
4×11
(11×5)+(1×4)+(2×1)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 4 = × 100% = 59,04%
4×11
(12×3)+(1×3)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 5 = × 100% = 39%
4×12
(12×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 6 = × 100% = 0%
4×12
(13×3)+(1×2)+(2×1)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 7 = × 100% = 41,04%
4×13
(12×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 8 = × 100% = 0%
4×12
(12×2)+(1×2)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 9 = 4×12
× 100% = 26%
(10×0)+(1×0)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 10 = × 100% = 0%
4×10
• IP 4 MST
(12×5)+(1×5)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 1 = × 100% = 65%
4×12
(13×4)+(1×3)+(2×1)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 2 = × 100% = 55,04%
4×9
(12×4)+(1×4)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 3 = × 100% = 52%
4×12
(12×6)+(1×5)+(2×1)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 4 = × 100% = 77,04%
4×12
(12×4)+(1×4)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 5 = × 100% = 52%
4×12
(13×2)+(1×2)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 6 = × 100% = 28%
4×13
(13×4)+(1×3)+(2×1)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 7 = × 100% = 55,04%
4×13
(12×1)+(1×1)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 8 = × 100% = 13%
4×12
(13×2)+(1×2)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 9 = × 100% = 28%
4×9
(12×2)+(1×2)+(2×0)+(3×0)+(4×0)
➢ Sampel 10 = × 100% = 26%
4×12
37