Serangga Pollinator
Oleh:
Dr. rer. nat. Imam Widhiono, MZ, MS.
Penerbit :
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
2015
Imam Widhiono
Penulis:
Imam Widhiono
Perancang Sampul:
Imam Widhiono
Penelaah Isi:
Dr. Agus Suyanto, SU.
Penelaah Bahasa:
Drs. Subandi, M.Pd.
Diterbitkan oleh:
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Jalan Prof. Dr. H.R. Boenyamin 708 Purwokerto
Kode Pos 53122 Kotak Pos 115
Telefon 635292 (Hunting) 638337, 638795
Faksimile 631802
www.unsoed.ac.id
Dicetak oleh:
Tim BPU Percetakan dan Penerbitan
Universitas Jenderal Soedirman
x + 86 hal., 15,5 x 23 cm
ISBN: 978-602-1004-08-1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, penulis sungguh bersyukur kehadirat Allah swt,
atas segala rakhmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan buku ini. Buku ini merupakan hasil penelitian penulis
yang dilakukan sejak tahun 2009 sampai tahun 2015 di kawasan
pertanian lereng Utara Gunung Slamet, Jawa Tengah dan kawasan
sekitarnya, pada berbagai tanaman pertanian serta habitat yang ada.
Buku ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa
serangga penyerbuk merupakan layanan jasa ekosistem yang penting
bagi kehidupan manusia dan alam, karena sebagaian besar tanaman
penghasil sumber pangan manusia maupun sumber pakan bagi
hewan penyerbukannya dilakukan dengan bantuan serangga. Namun
demikian kenyataan tersebut belum banyak diketahui dan
perhatikan oleh para peneliti di Indonesia. Nilai penting serangga
penyerbuk di berbagai negara di dunia sejak tahun 80 an sedang
mengalami ancaman terutama dengan menurun dan menghilangnya
populasi lebah madu yang disebabkan oleh adanya fenomena
“Colony Collaps Disorder”. Gejala tersebut menyebabkan pengalihan
perhatian terhadap serangga penyerbuk liar terutama lebah liar dari
Ordo Hymenoptera, serta upaya konservasi serangga penyerbuk liar
dengan munculnya model “Agro-Enviromental Services” di Eropa.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar
dan mengandalkan pertanian untuk berbagai komoditas serta
berupaya untuk terus mempertahankan ketahanan panganya, sangat
bergantung pada layanan jasa ekosistem dari serangga penyerbuk.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk menyusun buku yang berisi
bagaimana strategi yang tepat untuk melindungi serangga penyerbuk
pada lahan pertanian.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna dan
masih terdapat kekurangan, oleh karena itu pembaca sangat
diharapkan untuk dapat memberikan saran dan masukan untuk
penyempurnaan buku ini di masa yang akan datang.
Akhirnya penulis sangat berharap agar buku ini dapat
bermanfaat bagi para mahasiswa, peneliti maupun praktisi di
lapangan.
Imam Widhiono
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................... 2
1.3. Pokok Bahasan .................................................................. 2
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
H
ampir 90% dari 250.000 tumbuhan berbunga
penyerbukannya atau reproduksi seksualnya bergantung
atau dibantu oleh hewan terutama serangga (Kearns et al.,
1998). Serangga membantu mentransfer tepungsari dari antherke
stigma yang menyebabkan terjadinya pembuahan. Hubungan
tersebut sangat penting bagi kehidupan manusia melalui dua
mekanisme, yaitu penyedia bahan makanan dan keberlanjutan
keragaman hayati tumbuhan. Sebagian besar tanaman pertanian
sangat bergantung pada kehadiran serangga penyerbuk sehingga
35% sumber pangan dunia berasal dari proses penyerbukan oleh
serangga (Klein, et al., 2007).
Di alam sebenarnya tumbuhan penyedia sumber bahan pangan
utama bagi manusia adalah jenis tanaman yang penyerbukannya
dibantu oleh angin (jenis padi-padian) dan tanaman penghasil umbi,
tetapi tanaman yang penyerbukannya bergantung pada serangga
berperan penting sebagai penyedia protein nabati, makanan
berserat, vitamin A dan vitamin C, serta penyedia berbagai bahan
makanan penyeimbang. Selain itu, serangga penyerbuk menghasil-
kan produk tanaman yang dibutuhkan oleh berbagai jenis ternak.
Di benua Asia diperkirakan terdapat 1.330 tumbuhan yang 70%
penyerbukannya dibantu serangga (Roubik, 1995), sedangkan di
Eropa sekitar 85% dari 264 spesies tumbuhan yang penyerbukannya
dibantu serangga (Williams, 1994). Berbagai jenis tanaman buah dan
sayuran sangat bergantung pada kehadiran dan peran serangga
penyerbuk untuk menghasilkan buah-buahan. Pada beberapa jenis
tanaman lain, kehadiran serangga penyerbuk akan meningkatkan
1.2. Tujuan
PENYERBUKAN
BAB II TUMBUHAN OLEH
SERANGGA
P
enyerbukan adalah proses perpindahan tepungsari (pollen)
dari anther ke pistil atau stigma, yang merupakan proses
perkawinan (fertilisasi) untuk menghasilkan biji sebagai alat
perkembangbiakan tumbuhan. Pembentukan biji selalu
melalui proses pembentukan buah yang dimanfaatkan oleh manusia
maupun hewan, sehingga proses penyerbukan merupakan proses
yang sangat penting bukan hanya bagi tumbuhan itu sendiri, tetapi
juga bagi makhluk hidup lainnya. Karena tumbuhan tidak dapat
bergerak melakukan perkawinan untuk melaksanakan reproduksi
seksual maka tumbuhan membutuhkan sarana bantuan dari luar
untuk membantu proses pemindahan tepungsari dari organ kelamin
jantan ke stigma sebagai organ kelamin betina.
2.6.4. Angin
Angin memengaruhi aktivitas pencarian pakan serangga
penyerbuk.Kecepatan angin antara 24-34 km/jam berdampak buruk
terhadap aktivitas lebah madu dalam pencarian pakan.
P
ada bab ini akan dibahas serangga penyerbuk yang sangat
umum ditemukan pada lahan pertanian dan berdasar pada
berbagai hasil penelitian sangat berperan dalam bidang
pertanian,terutama pada produksi sayuran dan buah-buahan. Secara
umum serangga yang sangat berperan dalam penterbukan tanaman
pertanian terdiri atas ordo Hymenoptera (bangsa lebah dan tawon),
ordo Coleoptera (bangsa kumbang) , ordo Diptera ( bangsa lalat), dan
ordo Lepidoptera (bangsa kupu-kupu). Meskipun bangsa kupu-kupu
(Ordo Lepidoptera) banyak ditemukan tetapi tidak akan dibahas
karena perananya dalam penyerbukan tanaman pertanian relativ
kecil. Hasil penelitian yang dilakukan pada kawasan lereng Gunung
Slamet disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Spesies Serangga Penyerbuk yang ditemukan pada Tanaman Pertanian di Lereng Gunung Slamet.
Jumlah Individu
Kelimpah
Spesies
Relatif
Total
Panjang
Kedelai
Straw-
Buncis
Tomat
Menti
Waluh
berry
Ordo Familia Spesies
an
Cabe
mun
Kc.
Diptera Dolichopodida Chrysosoma leupogon 38 30 0 0 0 0 0 0 68 6,15
Spaherophora scripta 0 0 0 14 0 0 0 0 14 1,27
2. Ceratina dupla
Tubuh ceratina berwarna hitam berilap hijau atau biru pada bagan
clypeus, lubang pronotal dan tungkai berwarna kuning. Ceratina
dupla , jantan dan betina berukuran antara 6 sampai 8 mm, kepala
dan scutum mempunyai punctures yang berbeda. Lebah ini membuat
sarang dengan membuat lubang pada batang pohon yang patah atau
bekas terbakar, ketika kedalaman lubang telah sesuai, lebah ini mulai
mengunpulkan tepungsari dan nektar , campuran ini dimasukan dan
disimpan didalam dasar sarang. Kemudian sarang diisi telur dan
menjadi larva. Lebah ini ditemukan sebagai penyerbuk pada
beberapa tumbuhan, dan berperan dalam bidang pertanian .
Gambar 3.6. Ceratina dupla pada bunga kacang panjang Vigna unguiculata
(koleksi pribadi )
b. Augochlora pura
Anggota familia Halictidae yang banyak tersebar dan berwarna hijau
metalik sehingga dikenal sebagai sweat bees.Tubuhnya berukuran kecil ,
merupakan penyerbuk generalis, sehingga mempunyai peran yang
penting dalam penyerbukan berbagai tumbuhan, lebah ini membuat
sarang dalam tanah yang kering atau pada dahan pohon yang sudah mati
dengan membuat sel untuk anakan yang diisi dengan makananan berupa
tepungsari dan nektar. Telur diletakan diatas persediaan makanan.
Augochlora pura mempunyai kebiasaan mendengung pada saat
mengunjungi bunga sehingga sangat berperan dalam penyerbukan
tanaman tomat (Winfree et al., 2008).
b. Polistes fuscata
Biasa disebut sebagai tawon kertas, warna tubuhnya coklat
kehitaman, dengan ukuran sedang (panjang tubuh 3 cm), dicirikan
dengan adanya pinggang diikuti oleh segmen abdomen pertama
yang melebar dan bergabung dengan segmen abdomen berikutnya.
Sarang terdiri atas sisiran tunggal berbentuk melingkar dan
bergabung pada bagian ujungnya bentuknya menyerupai jamur,
bahan pembuat sarang menyerupai kertas. Peran dalam
penyerbukan Polites banyak ditemukan mengunjungi bunga
tanaman dalam mencari pakan untuk kebutuhan sendiri.
c. Ropalidia romandi
Ukuran tubuh Ropalidia romandi biasanya lebih kecil dibanding
Polites, warna tubuh coklat dengan kombinasi kuning (Gambar 3.11),
segmen pertama dibelakang pinggang biasanya lebih ramping dan
tampak lebih pipih dibanding segmen berikutnya. Membuat sarang
dari beberapa sisiran yang bergabung dan ditutup oleh bahan sperti
kertas.
b. Osmia spp.
Lebah ini membuat sarang berupa lubang di tanah, biasanya hidup
berkelompok sehingga sarang diletakan pada lokasi yang sama.
Seringkali lebah ini tidak menggali sarang sendiri tetapi
menggunakan lubang yang sudah ada. Ukuran tubuh berkisar antara
1 cm berwarna hitam keabu-abuan. Lebah osmia biasa disebut
“mason bees” atau lebah tukang batu, karena aktivitas pembuatan
sarangnya dengan mengeluarkan material berupa lumpur dan kerikil
kecil. Dalam satu sarang terdapat maksimal 11 telur yang diletakan
dalam sel dan calon lebah jantan diletakan dekat pintu masuk. Lebah
ini ditemukan pada beberapa tanaman pertanian dan gulma pada
lahan dekat dengan sumber air.
Gambar 3.13. Osmia spp. pada tumbuhan Hyptis capitata (koleksi pribadi)
c. Nomia melanderi
Merupakan lebah penyendiri (solitair), berwarna hitam metalik
dengan kombinasi abu-abu melingkar pada segmen abdomen
(gambar). Ukuran tubuh kecil (< 1 cm). Biasanya banyak terdapat
pada daerah dengan tanah yang lembab, sarang banyak terdapat di
dekat mata air. Sarang tunggal tetapi mengelompok dari beberapa
individu. Nomia melanderi banyak ditemukan sebagai penyerbuk
tanaman bawang, semanggi, mint, dan seledri
7) Pada tanaman,
Ketidaksesuaian serangga penyerbuk yang penting akan mengurangi
peletakan tepungsari melalui perubahan kunjungan serangga
penyerbuk baik jumlah maupun kualitas kunjungan pada bunga,
meningkatkan keterbatasan tepungsari. Diantara tumbuhan,sangat
umum terjadi keterbatasan reproduksi yang disebabkan oleh
kekurangan penyerbukan (Ashman et al., 2004) dampak lain dari
mismatches is adnya dampak berurutan yang mungkin terjadi
berupa interaksi spesies pada akhir musim bunga. Penurunan secara
drastis populasi serangga penyerbuk pada awal mungkin akan
berpengaruh terhadap tanaman yang berbunga lebih awal maupun
pada tanaman terlambat berbunga yang secara berturutan tanaman
berbunga akan memfasilitasi satu dengan lainnya untuk
mempertahankan populasi serangga penyerbuk.
.
a b c
Gambar 6.1. a. Sarang Trigona laeviceps. b. Setup lebah madu.
c. Sarang lebah Rhopalidia sp (foto pribadi)
a b
c d
Gambar 6.2. Jenis tumbuhan liar yang dikunjungi serangga penyerbuk.
a. Borreria laevicaulis b. Euphorbia heterophyla c. Tridax procumbers.
d. Cleome rutidospermae (koleksi pribadi)
1) Pemilihan tempat
Pemilihan lokasi yang akan dipergunakan sebagai habitat baru untuk
konservasi serangga penyerbuk harus dimulai dari pengamatan yang
menyeluruh yang meliputi : letak dan jarak dari lahan pertanian, pola
penggunaan lahan dan ketersediaan sumber daya.
(1) Jarak dari lahan pertanian
Komunitas lebah liar dan serangga penyerbuk secara umum tersusun
dari spesies yang mampu mencari pakan dalam daerah edar yang
luas maupun spesies yang hanya mampu mencari pakan pada jarak
yang dekat dengan sarang, sehingga jarak sumber pakan pendukung
juga harus diperhatikan. Berbagai peneltian menunjukan bahwa
layanan jasa penyerbukan oleh serangga lebih tinggi pada lahan
pertanian yang berbatasan dengan hutan dan lahan semi alami
lainnya dibanding dengan lahan yang berbatasan dengan lahan
pertanian lainya. Bailey et al., (2014) menemukan terjadinya
hubungan negatif antara keragaman dan kelimpahan serangga
penyerbuk dengan jarak dari batasan hutan, semakin jauh dari hutan
keragaman dan kelimpahan serangga penyerbuk semakin kecil.
Tingkat kunjungan serangga penyerbuk pada tanaman pertanian
menurun sampai 50% pada lahan yang berjarak 668 m dari habitat
alami (Ricketts et al., 2008). Hasil penelitian yang dilakukan pada
lahan pertanian yang berbatasan dengan hutan pinus di lereng utara
Gunung Slamet, menunjukan bahwa jumlah individu serangga
penyerbuk yang mengunjungi tanaman starwbery dan tomat
semakin menurun sejalan dengan meningkatnya jarak dari batasan
hutan (Widhiono, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Aizen, S.A., Garibaldi,S.A., Cunningham, A., and Klein, A.M., 2009. How
much dose agriculture depend on pollinators ? Lesson
from long-term trends in crop productions. Ann. Bot. 103.
1579-1588.
Aizen, S. A. and Feinsinger.P. 1994. Habitat Fragmentation, Native
Insect Pollinators, and Feral Honey Bees in Argentine
‘Chaco Serrano’. Ecological Applications 4:378–392.
Albano, S., Salvado, S., Duarte, S., Mexia, A. and Borges, P.A.V., 2009.
Pollination effectiveness of different strawberry floral
visitors in Ribatejo, Portugal : Selection of pottential
pollinators. Part 2. Adv. Hort. Sci. 23 (4) : 246-253.
Aouar-Sadli, M, Louadi, K and S-E, Doumandji, 2008. Pollination of
broad bean (Vicia faba, Fabaceae) by wild bee and honey
bees ( Hymenoptera: Apoidea) and its impact on the seed
production in the Tizi-Ouzou area (Algeria), African
Journal of Agricultural Research Vol.3 (4). 266-272.
Barfod,A.S., Hagen,M., and Borchsenius,F. 2014. Twenty-five years of
progress in understanding pollination mechanismsin
palms (arecaceae).Annals of botany :1 of 14
Bata´ry P, Sutcliffe L, Dormann CF, Tscharntke T (2013) Organic
Farming Favours Insect-Pollinated over Non-Insect
Pollinated Forbs in Meadows and Wheat Fields. PLoS ONE
8(1): e54818. doi:10.1371/journal.pone.0054818
Bauer,D.M and Wing, I.S. 2010. Economic consequences of pollinator
declines: a synthesis. Agricultural and Resource Economics
Review 39.3 : 368–383
Biesmeijer, J. C., S. P. Roberts, M. Reemer, R. Ohlemueller, M. Edwards,
T. Peeters, A. Schaffers, S. G. Potts, R. Kleukers, C. D.
Thomas, J. Settele, and W. E. Kunin. 2006. Parallel declines
in pollinators and insect-pollinated plants in Britain and
the Netherlands. Science 313:351–354
Biesmeijer, W. E. Kunin, J. Settele, and I. Steffan-Dewenter. 2008.
Measuring bee diversity in different European habitats
and biogeographical regions. Ecological Monographs
78:653–671
Strategi Konservasi Serangga Pollinator | 79
Imam Widhiono
Blaauw BR and Isaacs R. 2014. Flower plantings increase wild bee
abundance and the pollination services provided to a
pollination-dependent crop. J Appl Ecol 51: 890–98.
Brosi, B.P., Armsworth, Daily G.C., 2008. Optimal Design of
agricultural landscapes for pollination services.
Conservation Letters 1 : 27-36.
Campbell, D.R., 2008. Pollinator shift and the origin and loss of plant
species. Ann.Missouri Bot. Gard. 95: 264-274
Chimura,D., Adamski,P, and Denisuk, Z, 2012. How do plant
communities and flower visitoras relate? Acase study of
semi natural xerothermic grasslands. Acta Societas
Botanicorum Poloniae. 82(2). 99-105
Carvalheiro LG, Veldtman R, Shenkute AG, et al. 2011. Natural and
within-farmland biodiversity enhances crop productivity.
Ecol Lett 14: 251–59.
Chaplin-Cramer, R., Tuxen-Bettman,K and Kremen, C, 2011. Value of
wildland habitat for supplying Pollinantion services to
Agriculture. BioOne. 33-41
Chiari, W,C., de Toledo, V.A.A., Ruvolo-Takasuki, M.C.C., Mitsui, M.H.,
2005. Pollination of Soybean (Glycine max L.Merril) by
Honeybees ( Apis melliffera L.). Brazilian Archives of
Biology and Technology. Vol. 48. No. 1 34-36
Corlett, T.R. 2004. Flower visitors and pollination in the Oriental
(Indo-Malayan ) Regions. Biol. Rev. (2004), 79, pp. 497–532.
Delaplane, K.S., and Mayer, DF.2000. Crops pollination by bees.
Cambridge:cabi CABI
Departemen Kehutanan. (2000). Perlebahan: Peluang agribisnis yang
ramah lingkungan. Jakarta: Biro Hubungan Masyarakat,
Departemen Kehutanan
Eilers, E. J. Kremen, C., Greenleaf, S.S., Garber, A.K., and Klein, A.M.,
2011. Contribution of Pollinator-Mediated Crops to
Nutrients in the Human Food Supply. PLoS ONE |
www.plosone.org. Volume 6 | Issue 6 | e21363