Anda di halaman 1dari 13

TIPS PENGGUNAAN ZPT PADA TANAMAN

Salah satu upaya agar tanaman cepat berbuah adalah merangsang dengan menggunakan zat
perangsangtumbuh (ZPT). Dimasyarakat luas zat itu memiliki sebutan beragam, antara lain Zat
Pengatur tumbuh, pengatur tumbuhan tanaman, perangsang tanaman, pengatur zat tumbuh,
stimulant, hormon tumbuh, agrohormon. Dari ragam sebutan itu, istilah yang sering dipakai adalah
Zat Perangsang Tumbuh.
ZPT berfungsi sebagai pengatur, perannya dapat mempengaruhi aktifitas jaringan berbagai
organ maupun system organ tanaman. ZPT tidak memberi tambahan unsur hara, karena bukan
pupuk. Tugasnya dalam jaringan tanaman adalah mengatur proses fisiologis seperti pembelahan
dan pemanjangan sel, juga mengatur pertumbuhan akar, batang, daun, bunga dan buah.
ZPT alami (Hormon), murni dibuat oleh tanaman itu sendiri , namun dengan kemajuan
tekhnologi pertanian, bisa dibuat tiruannya. Dengan mempelajari rumus kimia yang terkandung
pada ZPT alami (Hormon). Hasil tiruan tersebut lazim disebut ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
Buatan. Kalau diaplikasikan pada tanaman, pengaruhnya sama persis seperti ZPT alami (hormon).
Aplikasi ZPT, selain berfungsi merangsang bunga keluar lebih cepat dan serempak, juga
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas buah. Pemberian ZPT mutlak harus di ikuti pemupukan
dan pengairan intensif, itu diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan dan kebutuhan hara
pada tanaman, kalau aplikasi ZPT tanpa diimbangi pemupukan dan pengairan yang sesuai justru
dapat membuat tanaman sakit (kurang baik).
Aplikasi ZPT perlu mempertimbangkan kondisi tanaman bersangkutan, saat aplikasi paling
tepat, ketika pertumbuhan tanaman telah mencapai maksimum dan sehat kondisinya. Aplikasi ZPT
hanya boleh dalam dosis kecil, kalau diberikan dengan dosis tinggi justru kurang efektif, justru
dapat menghambat khasiat hormon yang di inginkan.
Produk-produk merk dagang yang beredar di pasar yaitu :

1. Altagro
Mengandung bahan aktif natrium orto nitrofenol, natrium para nitrofenol, natrium 2,4 di
netrofenol, dan natrium 5 nitroguaiakol. ZPT tersebut berhasiat merangsang pertumbuhan akar
tanaman, meningkatkan daya serap akar terhadap unsur hara, mempercepat pertumbuhan daun,
keluarnya Bungan dan pembentukan buah. Juga meningkatkan jumlah dan bobot buah.

2. Premix
Kebanyakan orang mengenal premix itu adalah bahan bakar, akan tetapi perusahaan Surya
Cipta Perkasa mengeluarkan nama premix tersebut untuk ZPT yang didalamnya mengandung
bahan aktif Naphtalena Acetat, Giberelat Acid, Chlorophyll Stimulant. ZPT ini merupakan plant
additive yang tergolong dalam derivate Auksin dan Giberelin yang berperan aktif dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, juga mengandung chlorropyll stimulant yang berfungsi
untuk meningkatkan zat hijau daun, sehingga berhasiat mepercepat pertumbuhan tanaman,
meningkatkan kualitas dan jumlah panen serta memulihkan kondisi tanaman akibat serangan hama
dan penyakit.
3. Dekamon
ZPT ini berhasiat merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, mencegah kerontokan bunga dan
buah memiliki bahan aktif 2.4 di notrofenol, natrium 5 nitroguaiakol, natrium orto nitrofenol,
natrium para nitrofenol. Dan masih banyak ZPT yang lainnya.

Ketika merangsang pembungaan dan pembuahan memakai ZPT, kondisi tanaman harus
dipersiapkan agar tumbuh prima lebih dulu. Saat diaplikasi, umur tanaman sudah cukup dewasa
(telah memasuki usia produktif), sehat, dan memiliki cadangan karbohidrat tinggi. Kondisi prima
tersebut sebenarnya tidak berdiri sendiri , banyak factor pendukung yang menunjang untuk
mencapai kondisi tersebut. Antara lain ditunjang oleh keadaan lingkungan disekitar tanaman sperti
udara, angin, air, sinar matahari, suhu, kelembapan, dan zat hara.
Setelah kondisi prima terpenuhi, proses mempercepat tanaman berbuah dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Selain dirangsang dengan aplikasi ZPT, juga bisa dilakukan melalui
rekayasa pemangkasan, pengaturan pengairan, dan pemupukan. Aplikasi ZPT sebaiknya
dikerjakan sebagai upaya terkhir. Perlakuan aplikasi ZPT harus diimbangi dengan pemupukan dan
pengairan yang intensif supaya aplikasi pemberian ZPT berjalan lancar pada tanaman tersebut.

Klasifikasi Cabe Merah


Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus: Capsicum
Spesies: Capsicum annum L.

Terdapat 5 ( lima) species domestik dari genus Capsicum yaitu Capsicumm annuum,
Capsicum frutescencens, Capsicum baccatum, Capsicum pubescens, dan Capsicum
chinensis, dan sekitar 25 species liar. (Poulos, 1994). Dari kelima species tersebut C.
annuum ( cabai besar, keriting, paprika)
`Zat Pengatur Tumbuh ATONIK 6.5 L (Bahan Aktif,
Manfaat dan Dosis penggunaan)
Zat pengatur tumbuh (ZPT) ATONIK 6.5 L Adalah salahsatu merek dagang ZPT yang
ada di pasaran yang berbentuk larutan dalam air dan mempunyai warna coklat tua. ZPT
ATONIK 6.5 L inipun mempunyai bau yang khas jika dibandingkan ZPT lainnya.

Zat pengatur tumbuh ATONIK 6.5 L

ZPT ATONIK 6.5 L di produksi oleh PT. Mastalin Mandiri yang beralamat di Jalan Bandungan Asahan
11/12 - Jakarta Pusat Kode Pos 10210. dengan Nomor Pendaftaran : RI. 0104011982561

BAHAN AKTIF ZPT ATONIK 6.5 L


Penggunaan ZPT ini cocok bagi anda yang ingin meningkatkan pertumbuhan dan hasil produksi dari
tanaman budidaya karena ZPT ATONIK 6.5 L mempunyai kandungan bahan aktif yang sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman, adapun bahan aktif yang terkandung didalam nya
adalah sebagai berikut,

1. Natrium para-nitrofenol (para nitrophenol) 3.0 g/l


2. Natrium orto-nitrofenol (ortho nitrophenol) 2.0 g/l
3. Natrium 5 nitroguaiakol ( nitroguaiacol) 1.0 g/l
4. Natrium 2 4 dinitrofenol (dinitrophenol) 0.5 g/l
MANFAAT ZPT ATONIK 6.5 L
1. Kandungan hormon yang terdapat didalam ZPT ATONIK 6.5 L membantu meningkatkan Jumlah
dan bobot dari buah
2. ZPT ATONIK 6.5 L mampu memberikan nutrisi pada tanaman padi, sehingga dapat mengurangi
bulir beras yang pecah.
3. Nutrisi yang diberikan ZPT ATONIK 6.5 L membantu pemulihan lebih cepat pada tanaman
4. Bahan aktif yang terkandung didalam ZPT ATONIK 6.5 L mampu menekan perkembangan hama
dan penyakit pada tanaman

DOSIS PENGGUNAAN ZPT ATONIK 6.5 L


Dalam penggunaan ZPT ATONIK 6.5 L ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak terjadi
kelebihan atau kekurangan dosis yang diberikan, adapun dosis yang diberikan sebagai berikut.

1. Untuk Tanaman Padi


Pemberian ZPT ATONIK 6.5 L dengan Dosis 1 liter perhektar untuk mengatasi bulir beras yang pecah
sehingga dapat diturunkan, penyemprotan ZPT dilakukan pada saat matang susu atau pada saat
primordia, sedangkan untuk menghambat dan menekan penyebaran penyakit hawar daun diberikan
dengan dosis 1,5 ml/ liter air

2. Untuk Tanaman Cabai


Untuk meningkatkan bobot atau berat dari buah dilakukan penyemprotan setelah tanaman cabai
dilahan sudah terlihat sekitar 50% sudah berbunga dengan dosis 1 ml/liter air, sedangkan untuk
menekan penyebaran penyakit pada tanaman cabaipenyemprotan dilakukan pada minggu 2,3 dan
7HST

3. Untuk Tanaman Tomat


Pemberian untuk meningkatkan jumlah bobot atau berat pada buah adalah 1 ml/3 liter dilakukan
pemberian pada saat tanaman berumur 2, 5 dan 7 HST sedangkan pemberian dengan dosis 1-1,5
ml/liter untuk menghambat atau menekan pertumbuhan penyakit hawar daun.

4. Untuk Bawang Merah


Dengan pemberian ZPT ATONIK 6.5 L dapat menghambat dan menekan pertumbuhan penyakit
bercak kering pada tanaman, pemberian dengan dosis 1-1,5 ml/liter, penyemprotan dilakukan dengan
volume tinggi jika ada gejala penyakit akan muncul
5. Untuk Kentang
Pemberian ZPT ATONIK 6.5 L pada kentang dapat meningkatkan jumlah dan berat pada umbi,
pemberian dengan dosis atau konsentrasi 1-2 ml/liter dan diberikan pada umur 30, 50 dan 70 HST,
sedangkan untuk menghambat atau menekan pertumbuhan penyakit bercak kering, diberikan pada saat
gejala penyakit muncul dengan dosis 1-1,5 ml/liter.

6. Untuk Kakao
Pemberian ZPT ATONIK 6.5 L dengan dosis 15 ppm (2,4 liter/ha) dilakukan dengan interval 10 hari
dapat meningkatkan jumlah buah, hasil dan rendemen pada biji kakao

7. Untuk Jeruk
Untuk meningkatkan jumlah buah, bobot dan hasil produksi, pemberian ZPT ATONIK 6.5 L dilakukan
penyemprotan dengan interval 10 hari dengan konsentrasi 20 ppm (3,2 liter/ha)

Untuk setiap penyemprotan dengan menggunakan ZPT ATONIK 6.5 L, guanakan perlengkapan
seperti sarung tangan, masker dan alat-alat pelindung lainnya, agar tidak terjadi keracunan pada
penyemprotan.

Hama dan penyakit tanaman cabe

Budidaya tanaman cabe merupakan kegiatan usaha tani yang menjanjikan keuntungan
menarik. Di Indonesia, permintaan akan cabe cukup tinggi. Cabe seakan-akan sudah
menjadi bahan kebutuhan pokok masyarakat. Di masa-masa tertentu, seperti
menjelang hari raya harga cabe bisa meningkat hingga puluhan kali lipat.
Usaha tani tanaman cabe (Capsicum annuum L.) memerlukan modal besar dan
keterampilan yang cukup. Tidak jarang petani cabe merugi karena abai
memperhitungkan faktor cuaca, fluktuasi harga atau serangan hama dan penyakit. Oleh
karena itu, segala resiko dalam budidaya tanaman cabe harus dipertimbangkan secara
matang.
Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor resiko yang cukup besar
dalam budidaya cabe. Agar sukses menjalankan usaha tani cabe, ada baiknya kita
mengenal jenis-jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman cabe.
Hama tanaman cabe
Hampir semua hama yang menyerang tanaman terung-terungan bisa menyerang
tanaman cabe. Serangan hama ini bisa menurunkan produktivitas tanaman, bahkan
pada tingkat tertentu mengakibatkan gagal panen. Berikut ini beberapa jenis hama
utama yang sering menyerang tanaman cabe di Indonesia.
a. Hama ulat
Ulat yang sering menyarang tanaman cabe diantaranya ulat grayak (Spodoptera litura).
Ulat jenis ini memakan daun sampai bolong-bolong sehingga menganggu kemampuan
fotosintesis tanaman. Pada tingkat yang parah ulat grayak memakan habis seluruh
daun dan hanya menyisakan tulang-tulang daun.
Selain itu ada juga jenis ulat yang menyerang buah cabai, yaitu jenis Helicoverpa
sp.dan Spodoptera exigua. Ulat jenis ini membuat lubang pada buah cabe baik yang
masih hijau maupun merah.
Ulat biasanya menyerang pada malam hari atau saat matahari teduh. Pada siang yang
terik, ulat bersembunyi di pangkal tanaman atau berlindung di balik mulsa sehingga
ulat-ulat ini bisa lolos dari penyemprotan.
Pengendalian teknis. Ulat diambil saat malam hari ketika mereka mulai berkeliaran.
Pengambilan ulat sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dan serempak. Bisa juga dipasang
perangkap imago hama. Pencegahannya adalah dengan menjaga kebersihan kebun. Siangi
gulma pada selasar bedengan, parit atau lubang-lubang mulsa.
Pengendalian kimiawi. Penyemprotan dilakukan apabila serangan sudah parah. Jenis obat
yang digunakan adalah insektisida. Penyemprotan sebaiknya dilakukan saat malam hari.
b. Hama tungau
Tungau yang biasa menyerang tanaman cabe ialah tungau kuning
(Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranycus sp.). Tungau dijumpai
juga menyerang tanaman tanaman singkong.
Pada tanaman cabe, serangan tungau membuat daun keriting menggulung ke bagian
kebawah seperti sendok terbalik. Daun menjadi tebal dan kaku sehingga pembentukan
pucuk terhambat. Lama kelamaan daun akan menjadi coklat dan mati.
Pengendalian teknis. Tanaman yang terserang parah dicabut sedangkan yang belum parah
dipotong pucuk-pucuknya. Sisa tanaman yang terserang dibakar agar tidak menjangkiti yang
lain. Untuk mencegahnya, usahakan areal penanaman cabe tidak berdekatan dengan tanaman
singkong. Menjaga kebersihan kebun efektif mengurangi serangan tungau.
Pengendalian kimiawi. Tungau hanya bisa diberantas dengan racun tungau seperti akarisida,
bukan dengan insektisida. Dilihat dari fisiknya, tungau berkaki delapan berbeda dengan
serangga (insek) yang berkaki empat.
c. Hama kutu daun
Kutu daun yang menyerang tanaman cabe biasanya berasal dari jenis Myzus persicae.
Kutu daun menyerang dengan menghisap cairan pada daun. Daun menjadi kering dan
permukaan daun keriting.
Selain itu, kutu daun bisa mengundang berbagai penyakit secara tidak langsung. Kutu
ini bisa menjadi vektor pembawa virus, menghasilkan cairan berwarna kuning kehijaun
yang mengundang semut dan mengundang datangnya cendawan yang menimbulkan
jelaga hitam pada permukaan daun.
Pengendalian teknis. Petik daun-daun yang terserang kemudian musnahkan. Hindari juga
penanaman cabe berdekatan dengan semangka, melon dan kacang panjang. Menjaga
kebersihan kebun dan penggunaan plastik mulsa perak efektif menekan perkembangan kutu
daun.
Pengendalian kimiawi. Gunakan jenis insektisida yang mengandung fipronil atau diafenthiuron.
Penyempotan paling efektif dilakukan pada sore hari.
d. Hama lalat buah
Serangan lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabe menyebabkan
kerontokan buah. Buah cabe tidak sempat dipanen karena keburu rontok ke tanah.
Pada buah yang terserang apabila di belah terdapat larva lalat. Bila tidak dibersihkan,
larva pada buah cabe yang rontok akan menjadi pupa di dalam tanah, sehingga siklus
serangan akan terus berulang.
Pengendalian teknis. Pungut dan kumpulkan buah cabe yang rontok, kemudian musnahkan
dengan cara membakarnya. Hal tersebut penting, agar lalat tidak menjadi pupa yang bisa
bersemayam di dalam tanah. Lalat buah biasa juga menyerang jenis buah-buahan lain seperti
belimbing, pisang, jeruk, dll. Jadi hindari membudidayakan tanaman cabe berdekatan dengan
kebun buah.
Pengendalian kimiawi. Bisa menggunakan perangkap lalat dengan menggunakan atraktan yang
mengandung methyl eugenol. Teteskan obat tersebut pada kapas dan masukkan pada botol
bekas air mineral. Pemasangan perangkap bisa dilakukan setelah umur tanaman cabe satu
bulan. Bila serangan parah, semprot dengan insektisida pada pagi hari, ketika daun masih
berembun dan lalat belum berkeliaran.
e. Hama trips (Thrips)
Tanaman cabe yang terserang trips daunnya akan terlihat garis-garis keperakan,
terdapat bercak-bercak kuning hingga kecoklatan dan pertumbuhannya kerdil. Bila
dibiarkan daun akan kering dan mati. Serangan trips biasanya menghebat pada musim
kemarau. Hama ini juga berperan sebagai pembawa virus dan mudah sekali menyebar.
Pengendalian teknis. Bisa memanfaatkan predator alami hama ini, seperti kumbang dan kepik.
Pemakaian mulsa dan menjaga kebersihan kebun efektif menekan perkembangannya. Selain
itu, rotasi tanaman membantu mengendalikan hama jenis ini.
Pengendalian kimiawi. Penyemprotan dilakukan bila serangan meluas. Gunakan insektisida
yang berbahan aktif fipronil dan lakukan pada sore hari.
Penyakit tanaman cabe
Penyakit yang menyerang tanaman cabe bisa disebabkan virus, bakteri, cendawan
maupun jamur. Setidaknya ada enam macam penyakit yang biasa menyerang tanaman
cabe, diantranya:
a. Bercak daun
Penyakit bercak daun yang menyerang tanaman cabe disebabkan oleh
jamur Cercospora capsici. Gejalanya terdapat bercak-bercak bundar berwarna abu-abu
dengan pinggiran coklat pada daun. Bila serangan menghebat daun akan berwarna
kuning dan akhirnya berguguran. Penyakit ini biasanya menyerang pada musim hujan
dimana kondisi kelembaban cukup tinggi.
Penyakit ini menyebar saat jamur masih berupa spora dan bisa dibawa oleh angin, air
hujan, hama vektor, dan alat pertanian. Spora jamur juga bisa terikut pada benih atau
biji cabe.
Pencegahan terhadap penyakit ini dengan memilih benih yang sehat bebas patogen.
Merenggangkan jarak tanam berguna meminimalkan serangan agar lingkungan tidak
terlalu lembab. Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman
yang terinfeksi dengan cara dibakar. Bila serangan menghebat bisa diberikan fungisida.
b. Patek atau antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. Pada fase pembibitan penyakit ini
menyebabkan kecambah layu saat disemaikan. Sedangkan pada fase dewasa
menyebabkan mati pucuk, serangan pada daun dan batang menyebabkan busuk
kering. Sementara itu, pada buah akan menjadi busuk seperti terbakar.
Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe. Pencegahan bisa dilakukan dengan
memilih benih yang sehat dan bebas patogen. Pengendalian bisa dilakukan dengan
memusnahkan tanaman yang terserang dan penyemprotan fungisida.
c. Busuk
Terdapat dua macam penyakit busuk yang biasa menyerang tanaman cabe, yakni
busuk cabang dan busuk kuncup. Busuk cabang pada tanaman cabe disebabkan
oleh Phytophthora capsici. Menyerang saat musim hujan dan penyebarannya sangat
cepat.
Busuk kuncup disebabkan oleh cendawan Choanosearum sp. Penyakit ini masih jarang
dijumpai di Indonesia. Gejalanya, kuncup tanaman berwarna hitam dan lama kelamaan
mati.
Penyakit ini bisa dikendalikan dengan mengurangi dosis pemupukan nitrogen seperti
urea dan ZA. Kemudian mengatur jarak tanam agar sirkulasi udara berjalan lancar.
Tanaman yang terinfeksi sebaiknya dicabut dan dibakar. Penyemprotan bisa dilakukan
dengan fungisida, bila dilakukan saat musim hujan pilih fungisida yang memiliki perekat.
d. Layu
Penyakit layu merupakan penyakit yang cukup sulit dikendalikan pada budidaya
tanaman cabe. Penyakit layu bisa ditumbulkan oleh beragam jasad penganggu
tanaman seperti berbagai jenis cendawan dan bakteri.
Layu yang disebabkan cendawan disebut layu fusarium. Jenis cendawannya
adalah Fusarium sp., Verticilium sp. dan Pellicularia sp. Cendawan ini hidup di
lingkungan yang masam.
Sedangkan layu bakteri disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri
ini hidup di jaringan batang. Pengendalian penyakit layu harus diamati dengan lebih
spesifik agar penanganannya bisa lebih tepat.
e. Bule atau virus kuning
Tanaman cabe yang terserang virus kuning, daun dan batangnya akan terlihat
menguning. Penyakit ini disebut juga penyakit bule atau bulai. Penyebabnya adalah
virus gemini, penyakit ini bisa dibawa dari benih atau biji dan ditularkan oleh kutu.
Penyakit yang disebabkan virus tidak akan mempan dengan penyemprotan racun-racun
kimia. Pengendalian harus dilakukan semenjak dini, dengan memilih benih unggul dan
tahan serangan virus. Selain itu bisa juga dengan membasmi hama yang menjadi
vektornya, seperti kutu.
Untuk menaikan daya tahan tanaman cabe terhadap serangan virus kuning, bisa
dengan mengintensifkan pemupukan, misalnya penggunaan pupuk organik cair yang
mengandung zat hara makro dan mikro lengkap. Tujuannya agar tanaman cabe tumbuh
subur sehingga lebih tahan terhadap patogen.
f. Keriting daun atau mosaik
Penyebab serangan penyakit mosaik adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV).
Gejalanya, pertumbuhan menjadi kerdil, warna daun belang-belang hijau tua dan hijau
muda, ukuran daun lebih kecil, tulang daun akan berubah menguning.
Penyakit ini bisa menyebar dan menular ke tanaman lain oleh aktivitas serangga.
Penyemprotan kimia bertujuan untuk menghilangkan serangga bukan penyakitnya.
Untuk mengurangi penyakit, musnahkan tanaman cabe yang telah parah terserang.
Pemilhan benih tahan virus membantu menghindari resiko serangan penyakit ini. Hal
lain yang bisa membantu mengurangi resiko serangan adalah pemupukan yang baik
dan tepat.

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI KERITING

A. Pasca Panen Cabai Keriting

Cabai segar mempunyai daya simpan yang sangat singkat. Oleh karena itu,

diperlukan penanganan pasca panen mulai dari pemanenan sampai pengangkutan

harus dilakukan secara hati-hati, Jika tidak maka penanganan akan membuat

cabai mudah rusak dan menyebabkan penyusutan terhadap bobot cabai. Jumlah
kerusakan yang terjadi mulai dari lapangan sampai ke tingkat pengecer sebesar 23% .

Kerusakan yang terjadi pada cabai dapat terjadi secara mekanis dan fisik.

Kerusakan mekanis umumnya terjadi selama pengemasan dan pengangkutan dan

kerusakan fisik dapat disebabkan oleh lingkungan tempat penyimpanan cabai

terlalu lembab (90%) atau suhu tropis yang tinggi. Kerusakan fisik ini ditandai

dengan membusuknya cabai segar yang disimpan. Kelembaban lingkungan tidak

boleh kurang dari 80% karena bisa menyebabkan cabai kering sehingga cabai

tampak keriput dan terlihat tidak segar lagi.

Akibat dari kerusakan mekanis dan fisik ini tentunya sangat merugikan.

Oleh karena itu, agar cabai dapat dipertahankan kualitasnya sampai ketangan

pembeli, diperlukan penanganan yang baik dari mulai panen sampai pasca panen.

Agar buah cabai tetap segar pada saat dijual, sebaiknya buah cabai yang

telah masak sempurna (100% merah) harus segera dipasarkan. Tetapi pemasaran

dapat ditunda atau buah yang akan dipasarkan jaraknya jauh, buah cabai dipanen

pada saat buah matang hijau (merahnya belum merata). Buah yang akan diolah,

dipanen setelah matang penuh.

Penanganan pasca panen cabai dapat dilakukan berdasarkan prinsip GHP

(Good Handling Practices). GHP adalah cara penanganan pasca panen yang baik

yang berkaitan dengan penerapan teknologi serta cara pemenfaatan sarana dan

prasarana yang digunakan. GHP meliputi pelaksanaan kegiatan penanganan

pascapanen produk pertanian secara baik dan benar, sehingga mutu produk dapat

dipertahankan, menekan kehilangan karena penyusutan, kerusakan dan


memperpanjang masa simpan dengan tetap menjaga status produk yang tangani.

B. Perlakuan Pasca Panen Cabai Keriting

Sebelum didistribusikan, cabai yang telah dipanen harus melalui rangkaian

proses pasca panen yang meliputi kegiatan sortasi, curing, pengemasan dan penyimpanan.

1. Sortasi

Sortasi dilakukan untuk memisahkan antara cabai yang rusak (busuk, patah,

memar) dengan cabai yang baik. Sirtasi bertujuan untuk memperoleh hasil yang

berkualitas baik dengan tingkat kematangan yang seragam.

2. Curing

Curing dilakukan untuk memaksimalkan pembentukan dan kestabilan warna cabai

sebelum diolah. Tujuannya untuk membuang panas lapang. Biasanya para petani

melakukan curing dengan cara menghamparkan cabai yang dipanen di tempat

teduh.

3. Pengemasan

Pengemasan cabai dilakukan untuk melindungi cabai dari kerusakan selama

pengangkutan. Kemasan dibuat berbagai bahan dan bentuknya disesuaikan

dengan kapasitas cabai yang akan dikemas. Untuk pasar luar negeri (ekspor)

dikemas menggunakan boks karton dan cabai disusun memenuhi volume boks

kemasan. Kemasan diberi ventilasi udara sehingga tidak tertutup sama sekali.

Pada bagian luar kemasan diberi label dengan gambar agar lebih menarik.
Untuk pemasaran antar kota, petani mengemas cabai biasanya menggunakan

jaring kapasitas kira-kira 25-50 kg. Kemasan yang biasanya:

1. Kerancang bambu ukuran alas 40 cm, tinggi 44 cm diameter tutup 50 cm

2. Kemasan karton ukuran 35 x 40 x 50 cm yang ke enam sisinya diberi lubang

sirkulasi udara (diameter 1 cm jarak antara titik lubang 10 cm).

3. karung plastik

Ketiga kemasan diatas idealnya mampu menampung cabai sekitar 20 25 kg. Jika

lebih dari 25 kg cabai bagian bawah dapat mengalami kerusakan. Menurut

Setyowati dan Budiarti (1992) Kemasan yang terlalu besar dapat menurunkan

mutu cabai terutama yang berasa dibagian bawah.

4 . Sebelum dilakukan pengemasan, buah cabai terlebih dahulu dicuci lalu dilakukan

perendaman dengan larutan klorin (natrium hypo chlorid atau metabisulfit) 0,05%

(0,05/100 x 1000 ml =0,5 gr/l).

5 . Selain kemasan di atas, kemasan yang lain dapat digunakan adalah:

1. Plastik LDPE, disimpan dengan suhu kamar dapat dipertahankan selama 1

minggu dengan cara membuat pola 16 titik.

2. Stereoform, disimpan pada suhu kamar dapat dipertahankan selama 2 minggu.

3. Daun pisang lakukan dengan suhu kamar dapat dipertahankan selama 1 minggu dengan
menggunakan daun pisang .

4. Penyimpanan

Penyimpanan cabai merah pada ruang penyimpanan bersuhu 8


12o dengan kelembaban 90 95 % dapat mempertahankan masa simpan selama 3-8
hari. Cara terbaik untuk menyimpan cabai merah segar adalah dengan.
Penyimpanan dingin bertujuan untuk menekan tingkat perkembangan mikroorganisme
dan perubahan biokimia berdasarkan jenis bahan pengemas, daun pisang memberikan
kualitas terbaik dalam penyimpanan cabai merah segar kemasan dikarenakan daun pisang
memberikan nilai susut bobot terendah dan memberikan nilai tertinggi dalam
mempertahankan kadar air, vitamin c, nilai uji organoleptik, tekstrur, warna dan aroma.

Penyimpanan yang memberikan kualitas terbaik cabai merah dalam kemasan


direkomendasikan
selama 1 minggu. Semakin lama penyimpanan maka susut bobot semakin
meningkat. Pengemas yang direkomendasikan adalah daun pisang dan disimpan dalam
pendingin selama 4 minggu.

Anda mungkin juga menyukai