Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG Azolla Microphylla

DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM


KAMPUNG UNGGUL BALITBANGTAN (KUB)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
RENALDI DEWANTARA
NPM. 18550080021

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2022
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG Azolla Microphylla
DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM
KAMPUNG UNGGUL BALITBANGTAN (KUB)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian pada


program Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Muhammadiyah Bengkulu

OLEH :

RENALDI DEWANTARA
NPM. 18550080021

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2022
ii

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG Azolla Microphylla


DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM
KAMPUNG UNGGUL BALITBANGTAN (KUB)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

RENALDI DEWANTARA
NPM. 1850080021

Disahkan oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Sunaryadi, M. Si Ir. Rita Zurina, M.P


NIP. 196702021993031007 NIDN. 0014086707
`

ii
iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Tepung Azolla Dalam Ransum

Terhadap Performan Ayam Kampung Unggul Balitbangtan “ .

Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu

2. Ketua Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Bengkulu

3. Bpk Dr. Ir. Sunaryadi, M.Si selaku pembimbing utama

4. Ibu Ir. Rita Zurina, M.P selaku pembimbing pendamping

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini

yang tidak dapat disebutkan satu – persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima keritikan dan saran yang bersifat

membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga proposal ini dapat berguna bagi

kita semua.

Bengkulu, 2022

Renaldi Dewantara

iii
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1.......................................................................................................................... L
atar Belakang .................................................................................................. 1
1.2.......................................................................................................................... T
ujuan Penelitian .............................................................................................. 3
1.3.......................................................................................................................... M
anfaat Penelitian ............................................................................................. 3
1.4.......................................................................................................................... H
ipotesis ............................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.
2.
1.
2.
1.
2.
2.1......................................................................................................................... A
yam Kampung Unggul Balitbangtan ............................................................. 4
2.2......................................................................................................................... Ta
naman Azolla Microphylla ............................................................................ 8
2.3......................................................................................................................... K
onsumsi Ransum dan Kebutuhan Nutrisi ayam ............................................ 11
2.4......................................................................................................................... Pe
rtambahan Bobot Badan ................................................................................ 13
2.5......................................................................................................................... K
onversi Ransum ............................................................................................. 14

BAB III METODELOGI PENELITIAN

1.
2.
3.
1.
2.
3.

iv
v

1.
2.
3.
1.
2.
3.
3.1......................................................................................................................... Te
mpat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 16
3.2......................................................................................................................... Ba
han dan Alat Penelitian ................................................................................. 16
3.3......................................................................................................................... Ta
hapan Penelitian ............................................................................................ 17
3.4......................................................................................................................... M
etode Penelitian ............................................................................................ 18
3.5......................................................................................................................... Ra
ncangan Percobaan ........................................................................................ 19
3.6......................................................................................................................... Pa
rameter Yang Diamati ................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1..........................................................................................................................

Latar Belakang

Kebutuhan protein hewani di Indonesia terus meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan serta meningkatnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani dalam memenuhi

kebutuhan gizi. Pentingnya protein hewani diakibatkan karena kandungan asam

amino yang ada mendekati susunan asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh

manusia sehingga akan lebih mudah dicerna dan lebih efisien dalam

pemanfaatannya (Bahri dkk., 2017). Protein hewani bisa diperoleh dari pangan

hewani yang berupa daging, telur dan susu.

Pangan hewani sebagai sumber protein hewani yang dapat diandalkan

adalah ternak unggas terutama ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB).

Keberadaan peternakan ayam Kampung Unggul Balitbangtan dapat menjadi

solusi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan

oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena ayam Kampung Unggul Balitbangtan

mempunyai keunggulan antara lain proses produksinya yang cepat/ singkat.

Ayam Kampung Unggul Balitbangtan memiliki masa panen relatif cepat,

yakni selama 60-70 hari dan memiliki kualitas daging yang sama dengan ayam

kampung serta memiliki kadar lemak daging yang relatif rendah. Ayam Kampung

Unggul Balitbangtan merupakan persilangan antara ayam ras petelur dengan ayam

kampung jantan sehingga memiliki sifat ayam seperti ayam kampung dan ayam

1
2

ras . Namun, produktivitas ayam Kampung Unggul Balitbangtan tidak dapat

maksimal jika tidak diimbangi dengan kualitas pakan ternak yang baik. Kualitas

pakan yang baik didukung dengan adanya feed supplement dalam menjaga

performans pertumbuhan ayam terutama berperan sebagaia pakan.

Kebutuhan pakan dalam produksi unggas merupakan salah satu faktor

yang paling menentukan keberhasilan dalam produksi unggas, karena kebutuhan

pakan dalam proses produksi bisa mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya

produksi. Ketersediaan bahan pakan dalam proses produksi unggas merupakan

keharusan karena berhubungan langsung terhadap pertumbuhan dan kebutuhan

ternak.

Semakin meningkatnya harga pakan unggas, membuat peternak berupaya

untuk mensiasati kekurangan bahan pakan ternak. Usaha yang sering dilakukan

peternak dalam memenuhi ketersediaan pakan unggas yaitu dengan menggunakan

bahan pakan lokal, ini karena bahan pakan lokal memiliki beberapa kelebihan

diantaranya mudah didapatkan, jumlahnya berlimpah serta memiliki harga relatif

murah. Namun penggunaan bahan pakan lokal memiliki berbagai kelemahan

yang perlu di antisipasi sebelum diberikan pada ternak diantaranya kualitas

nutrisinya rendah serta mmemiliki kandungan serat kasar relatif tinggi.

Ransum memegang peranan terpenting dalam keberhasilan usaha

peternakan. Pemberian ransum yang tepat baik dalam kuantitas maupun kualitas

akan menghasilkan produktivitas yang optimal sesuai kapasitas genetis ayam

Kampung Unggul Balitbangtan untuk tumbuh cepat. Salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas ransum adalah tingkat kecernaan ransum. Upaya


3

peningkatan kecernaan dan pemanfaatan nutrien ransum, sudah banyak dilakukan

dengan penggunaan senyawa enzim sintetis berupa mono atau multi enzim yang

ditambahkan kedalam ransum. Di alam banyak terdapat jenis mikroorganisme

maupun tanaman yang menghasilkan enzim yang dapat dimanfaatkan untuk

membantu proses pencernaan.

LUMPKIN (1984) dan PANNAKER (1988) menyatakan bahwa Azolla

kaya dengan protein, total protein kasarnya mencapai 25 – 30%, ; SINGH (1977)

melaporkan bahwa protein kasar Azolla cukup tinggi berkisar di antara 25 –

37,36%. ALALADE dan IYAI (2006) menyatakan bahwa tepung Azolla

mengandung protein kasar (% DM) sebesar 21,4%. Asam amino yang ada dalam

tepung Azolla adalah 0,98% DM asam amino lysine; 0,34% DM Methionine;

0,18% DM Cystine; 0,87% DM Threonin; 0,39% DM Tryptophan; 1,15% DM

Arginine; 0,93% DM Isoleucine; 1,01% DM Phenylalanine; 0,68% DM Tyrosine;

1,00% DM Glycine; 0,90% DM Serine; 1,18% DM Valine (ALALADE dan

IYAI; 2006). LUMPKIN dan PLUCKNETTE (1982); VAN HOVE dan LOPEZ

(1982) menyatakan bahwa tepung Azolla berpotensi baik sebagai salah satu bahan

pakan untuk sumber protein.

Tepung Azolla microphylla memiliki protein tinggi yang sangat bagus

untuk dijadikan pakan ternak. Berdasarkan latar belakang diatas maka akan

dilakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pemberian Tepung Azolla

Microphylla Dalam Ransum Terhadap Performan Ayam Kampung Unggul

Balitbangtan ”.
4

1.2.......................................................................................................................... T

ujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian tepung

azolla microphylla dalam ransum terhadap performan Ayam Kampung Unggul

Balitbangtan.

1.3..........................................................................................................................

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis sebagai ilmu

pengetahuan dan dapat menjadi sumber informasi bagi peternak dalam

menggunakan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap performan ayam

Kampung Unggul Balitbangtan.

1.4..........................................................................................................................

Hipotesis

Penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum diduga dapat

meningkatkan performan ayam Kampung Unggul Balitbangtan.


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1..........................................................................................................................

Ayam Kampung Unggul Balitbangtan

Ayam kampung merupakan salah satu unggas lokal yang memiliki potensi

cukup baik untuk dikembangkan sebagai komoditi peternakan, karena produk

yang dihasilkan berupa daging dan telur harganya realatif murah jika

dibandingkan dengan daging asal ternak lain. Karena itu, permintaan konsumen

terhadap ayam kampung dari tahun ke tahun semakin meningkat (Agromedia,

2019).

Sebelum ada ayam ras, ayam kampung merupakan sumber utama untuk

daging unggas. Pada saat ini, ayam kampung juga masih menjadi sumber daging

unggas, tetapi menempati urutan kedua setelah ayam ras. Sebagai unggas

penghasil daging, ayam kampung mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sama

halnya dengan itik lokal, kelebihannya adalah lebih tahan terhadap cekaman (stres)
6

dibandingkan dengan ayam ras. Daging ayam kampung masih sangat disukai

terutama untuk jenis olahan tertentu. Adapun kekurangannya adalah

perkembangbiakannya lambat karena produksi telurnya sedikit dan sifat

mengeramnya masih tinggi. Tetapi untuk mendapatkan daging ayam rasa

kampung, pertumbuhannya cepat dan hasil dagingnya banyak, dapat ditempuh

melalui persilangan ayam kampung jantan dengan ayam ras betina (Hardjosworo,

2018).

Pemeliharaan ayam kampung pada umumnya masih dilakukan secara

ekstensif tradisional atau secara diumbar di halaman dan di kebun sekitar rumah,

sehingga produktivitasnya rendah (Sartika dkk., 2018). Menurut (2017),

produktivitas ayam kampung dari rata–rata bobot akhir aya\m kampung umur 10

minggu sebesar 501,17 g. Problema produksi daging ayam kampung dilakukan

upaya respon kebutuhan teknologi pembibitan


5 ayam kampung unggul, Balai

Penelitian Ternak (Balitnak) telah melakukan berbagai kegiatan penelitian pada

ayam kampung. Hasil penelitian menunjukkan, melalui teknologi seleksi disertai

sistem pemeliharaan yang intensif, produktivitasnya dapat ditingkatkan. Hasil

seleksi ini dihasilkan ayam kampung unggul yang disebut dengan ayam Kampung

Unggul Balitnak (KUB) (Sartika dkk., 2018).

Ayam Kampung Unggul Balitbangtan adalah hasil persilangan ayam ras

betina dengan ayam lokal jantan, pada umur 8 minggu pertumbuhannya hampir

sama dengan umur 5-6 bulan ayam kampung pada umumnya. Ayam Kampung

Unggul Balitbangtan bila dipelihara secara semi intensif dan secara intensif akan

menghasilkan produk yang lebih baik (Abun, 2017).


7

Ayam Kampung Unggul Balitbangtan merupakan ayam hasil persilangan

antara pejantan kampung dengan betina ras petelur menghasilkan ayam dengan

pertumbuhan lebih cepat dibandingkan ayam kampung (umur 60 hari atau 2 bulan

bobotnya 0,85 kg sedangkan ayam kampung hanya 0,50 kg), tubuh dan karkasnya

mirip ayam kampung, tekstur dagingnya sama dengan ayam kampung. Ayam

Kampung Unggul Balitbangtan merupakan hasil dari proses pemuliaan yang

bertujuan untuk peningkatan produksi daging. Dalam jangka pendek metode

persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

Sihombing, 2004).Ayam hasil persilangan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat

dibandingkan dengan ayam kampung pada pemeliharaan semi intensif. Ayam

Kampung Unggul Balitbangtan memiliki keunggulan antara lain pertumbuhannya

yang cepat, angka kematian yang rendah (sekitar 5%), mudah beradaptasi dengan

lingkungan serta pada uji karkas dan uji rasa menunjukkan bahwa tampilan

karkasnya mirip dengan ayam kampung, pada umur 8 – 10 minggu sudah

mencapai bobot potong yang banyak diminati konsumen (Abun dkk., 2017).

Ayam Kampung Unggul Balitbangtan mempunyai pertumbuhan lebih cepat

daripada ayam kampung lokal. Yaman (2013), menyebutkan bahwa ayam

Kampung Unggul Balitbangtan dari 100 ekor DOC (37 g/ekor) sampai masa panen

(60 hari) dengan berat 0,9kg/ekor, memerlukan pakan BR-I dengan protein

minimum 21% sebanyak 200 kg. Jadi, konsumsinya 2 kg/ekor, pertambahan berat

badannya 873 g/ekor, konversi pakannya diperhitungkan 2,27. Salim (2013)

menyebutkan bahwa ayam Kampung Unggul Balitbangtan mulai bertelur pada


8

umur 150 hari dengan puncak produksi (80%) pada umur 2 tahun, produksi 60%

pada umur tahun, dan diafkir pada umur 2 tahun.

Menurut Yaman (2017), perbedaan yang paling signifikan antara ayam

kampung umumnya dengan ayam Kampung Unggul Balitbangtan terlihat pada

kemampuan menghasilkan daging,terutama pada organ tubuh bagian dada dan

bagian paha, seperti ayam pedaging unggullainnya, perkembangan kedua jenis tipe

otot tersebut menunjukan bahwa ayam kampungsuper memiliki sifat dengan jenis

ayam pedaging lainnya. Ciri-cirinya adalah ;iotot bagian dadadan paha tumbuh

lebih cepat dan dominan daripada bagian tubuh lainnya.

Menurut Sofjan (2018), laju pertumbuhan ayam Kampung Unggul

Balitbangtan memang bisa di bilang bagus yaitu bisa mencapai berat 0,6–0,8 kg

pada umur pemeliharaan 45 hari, akan tetapi tingkat konsumsi pakan masih

tergolong tinggi. Karkas ayam Kampung Unggul Balitbangtan sepintas memang

agak sulit dibedakan dengan ayam kampung asli. Ayam Kampung Unggul

Balitbangtan (kamper)kini ramai diperbincangkan berbagai lapisan masyarakat,

mulai dari c alon pembibit, peternakpembesaran DOC ayam Kampung Unggul

Balitbangtan, pengelola restoran/rumah yang menjadi konsumenpaling potensial,

sehingga kita sebagai konsumen biasa. Berbeda dari ayam kampung biasa,ayam

Kampung Unggul Balitbangtan memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat,

sehingga bisa dipanenpada umur 50 - 60 hari dengan bobot badan sekitar 0,8 - 1,0

kg/ekor.

Pemaliharan ayam Kampung Unggul Balitbangtan bagi sebagian besar

masyarakat dilakukan secara ekstensif sehingga hasil yang diperoleh kurang


9

mencakupi kebutuhan konsumen, baik dalanhal kualitas dan kwantitas

produksinya dan untuk memperbaiki dan maningkatkan produksiayam kampung

diperlukan pemeliharan internsif dengan perbaikan potensi dan juga dikutidengan

perbaikan lingkungan, utama perkandangan dan pakan yang bargizi (Suprijatna

dkk., 2005).

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ternak ayam pada umumnya

adalah pakan (feed), pembibitan (breeding), dan tatalaksana (management). Pakan

merupakan unsur terpenting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan dan suplai

energi sehingga proses metabolismedapat berjalan dengan baik serta tumbuh dan

berkembang dengan baik (Suprijatna dkk., 2005).

2.1.2. Status Fisiologik Ayam Kampung

Klasifikasi Ilmiah Ayam Kampung menurut Rose (2001).

Kerajaan : Animalia

Filum : Cordhata

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Family : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : G. Gallus

Upaspesies : G. G domesticus

Nama Trinomial : Gallus gallus domesticus

Karakteristik dari ayam kampung Super adalah dapat diproduksi

dalam jumlah banyak dengan bobot seragam, laju pertumbuhan lebih cepat
10

daripada ayam kampung, memiliki tingkat kematian yang rendah, mudah

beradaptasi dengan lingkunan serta memiliki citarasa yang tidak berbeda

dengan ayam kampung (Kaleka, 2017).

Salah satu ciri ayam Kampung Unggul Balitbangtan adalah sifat

genetiknya yang tidak seragam. Warna bulu, ukuran tubuh dan kemampuan

produksinya tidak sama merupakan cermin dari keragaman genetiknya.

Disamping itu badan ayam kampung Super lebih besar bila dibandingkan

dengan ayam kampung (Rasyaf, 2018). Ayam Kampung Unggul Balitbangtan

lebih tahan dalam menghadapi penyakit dan pergantian cuaca sehingga akan

sangat menguntungkan bagi peternak akibat mortalitas yang didapat akan rendah

(Aman, 2017).

2.2. Tanaman Azolla Microphylla

Azolla microphylla merupakan sejenis tumbuhan paku air yang tersebar

baik di daerah tropis maupun sub tropis. Tumbuhan ini biasanya tumbuh sebagai

gulma diperairan tenang seperti danau, kolam, sungai, dan sawah. Potensi

produksi azolla microphylla cukup baik, karena memiliki karakter pertumbuhan

dan perkembangan yang cepat. Azolla microphylla tumbuh dan berkembang dua

kali lipat setiap 3 – 5 hari (Hidayat dkk, 2017).

Azolla microphylla merupakan alternatif bahan ransum yang baik karena

mudah dibudidayakan dalam jumlah banyak dan memiliki kandungan nutrien

yang cukup menjanjikan. Daun azolla microphylla berbentuk segitiga atau

polygonal yang mengapung diatas permukaan air secara individual maupun


11

menutupi hingga seluruh permukaan air. Azolla microphylla dapat bertahan dalam

berbagai ph air dari 3,5 – 10, namun pertumbuhan optimumnya terjadi ketika ph

air antara 4,5 dan 7. Ciri – ciri azolla microphylla adalah memiliki daun yang

tebal, warna daun hijau muda dengan tepi hijau agak pucat, pertumbuhan daun

tumpang tindih dan membentuk gugusan dengan ketebalan 3 – 4 cm dan jumlah

sporanya banyak (Hanafiah, 2009).

Amalia dkk (2017) azolla microphylla mengandung EM; 2849,60 kkal /

kg, protein kasar; 26,18 %, lemak kasar; 2,08 %, serat kasar; 23,16 %, Ca; 1,63

%, P; 0,56 %.

Klasifikasi azolla microphylla berdasarkan morfologinya dan karakteristik

hidup tumbuhan (Catterjee dkk, 2013) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Divisi : Pteridophyta (Paku – pakuan)

Kelas : Leptosporangiopsida

Ordo : Salviniales

Famili : Azollaccae

Genus : Azolla (Rhizosperma)

Spesies : Azolla microphylla

Azilla microphylla diharapkan dapat menunjang bahkan menggantikan

bahan pakan sumber protein impor dan mahal harganya seperti bungkil kedele.

Beberapa keunggulan azolla microphylla sebagai pakan antara lain : 1) Kadar

protein yang tinggi (23 – 30 % berat kering), 2) Pertumbuhan sangat cepat (3 – 7


12

hari), 3) Relatif mudah dibudidayakan didalam wadah terkontrol atau dimedia

tanah disekitar perkarangan rumah, 4) Teksturnya sangat lembut sehingga mudah

dicerna dan mudah pula memberikannya kepada hewan ternak (Effendi, 2017).

Azolla microphylla memiliki keunggulan sebagai bahan pakan untuk unggas yaitu

kandungan proteinnya yang sangat tinggi sebesar 20 – 30 %, selain itu terdapat

keunggulan lainnya seperti vitamin A dan B12 serta asam amino esensial seperti

lisin (kandungan lisin sebesar 0,42 %).

Penambahan tepung azolla ini mampu meningkatkan kualitas daging

karena mengandung protein yang tinggi (24 – 30 %) serta asam aminonya

terutama lisin lebih tinggi dibandingkan jagung, dedak dan beras pecah (Hamawi

dkk, 2015). Devianti (2017) melaporkan bahwa tepung azolla mengandung kadar

protein kasar yaitu 23,63 %. Penggunaan tepung azolla dalam ransum unggas

perlu dibatasi. Kebutuhan serat pakan pada beberapa jenis unggas berbeda – beda

tergantung jenisnya, puyuh maksimal 7 %, itik maksimal 8 % sedangkan ayam

pedaging maksimal 6 % (SNI,2006).

2.3. Konsumsi Ransum dan Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung Unggul

Balitbangtan

2.3.1 Komsumsi Ransum

Konsumsi ransum adalah banyaknya ransum yang dimakan dalam jangka

waktu tertentu dengan tujuan dapat hidup, meningkatkan pertambahan bobot

badan dan untuk produksi (Loka, 2017). Pakan merupakan unsur terpenting untuk
13

menunjang kesehatan, pertumbuhan dan suplai energi sehingga proses

metabolisme dapat berjalan dengan baik serta tumbuh dan berkembang dengan

baik (Suprijatna dkk., (2008). Ransum yaitu campuran dari berbagai bahan pakan

yang diberikan selama 24 jam. Bahan pakan yang biasa digunakan untuk ransum

ayam jawa super yaitu jagung kuning, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil

kelapa, tepung ikan, minyak kelapa, kulit kerang dan tepung tulang (Kartasudjana

dan Suprijatna, 2010).

Ternak mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi serta

zat-zat pakan dalam tubuh. Ransum merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam usaha pemeliharaan ayam kampung, karena ransum berpengaruh

langsung terhadap produktivitas ternak (Sinurat, 2000).

Penyediaan nutrisi merupakan hal yang paling penting dalam usaha

peternakan, karena sangat menentukan kualitas hasil yang diharapkan. Menurut

Rasyaf (2005), ayam membutuhkan makanan untuk hidup pokok, pertumbuhan

badan, bertelur. Zat- zat makanan yang dibutuhkan ayam terdiri dari protein,

lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air. Kebutuhan tersebut harus

proporsional pada pakan yang diberikan. Ayam Kampung Unggul Balitbangtan

atau buras umur 0-8 minggu membutuhkan protein sekitar 18%, energi 2.900

kkal/kg, Ca 0,9% dan P 0,7% (Kaleka, 2015). Kebutuhan zat nutrisi ayam

kampung umur 0-4 minggu membutuhkan pakan dengan kandungan energi 2.800

kkal/kg, protein20%, methionine 0,30%, lisin 0,85%, Ca 0,80%, P0,40%

(Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000).


14

Konsumsi ransum unggas dapat dipengaruhi oleh keseimbangan antara

kandungan energi metabolis dan protein yang terkandung dalam ransum, selain itu

suhu lingkungan baik lingkungan makro maupun lingkungan mikro, bentuk fisik

pakan yang diberikan, kesehatan ayam kampung serta umur ayam kampung juga

dapat mempengaruhi tingkat konsumsi dari ransum yang diberikan (Rokhmana

dkk., 2013).

2.3.2 Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi ransum yang utama meliputi energi metabolisme, protein kasar,

lemak kasar, serat kasar, mineral, vitamin dan asam amino. Komposisi nutrisi

tersebut harus disesuaikan dengan jenis ayam, strain, umur dan pencapaian feed

intake-nya. Seringkali dalam penyusunan ransum ini kurang diperhatikan

kecukupan nutrisi mikro seperti asam amino, vitamin dan mineral. Hal ini bisa

dikarenakan adanya keterbatasan data mengenai nutrisi tersebut. Ditambah lagi

dengan sifat nutrisi mikro yang mudah mengalami kerusakan baik saat proses

produksi, penyimpanan maupun distribusi sehingga kadarnya menurun, terutama

untuk vitamin. Melihat kondisi ini perlu sekiranya kita memberikan penambahan 

feed supplement, yaitu pakan pelengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mikro

esensial tersebut. Contoh feed supplement yang bisa kita tambahkan

ialah Top Mix dan Mix Plus yang mengandung multivitamin, mineral dan asam

amino yang penting untuk mengoptimalkan kesehatan, pertumbuhan dan performa

pada unggas.

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung Unggul Balitbangtan


Umur(minggu)
Nutrisi 0-8 8-12 12-18 18-70
15

Protein Kasar(%) 18-19 16-17 12-14 15


Lemak Kasar(%) 4-5 4-7 4-7 5-7
Serat Kasar(%) 4-5 4-5 7-9 7-9
Kalsium(%) 0,90 1-1,20 1-1,20 2,75
Fosfor Tersedia(%) 0,40 0,35 0,30 0,25
Lisin(%) 0,85 0,60 0,45 0,70
EM(Kkal/Kg) 2900 2900 2900 2750
Sumber:Zainuddin,2006

2.3.2 Batasan maksimal penggunaan bahan baku ransum

Perhatikan batasan penggunaan bahan baku. Karena penggunaan bahan

baku yang melebihi batas bisa menimbulkan efek negatif bagi performa ayam.

Saat penggunaan tepung ikan berlebih dalam formulasi ransum ayam bisa memicu

munculnya kasus feses basah, terlebih lagi jika kontrol kualitas bahan baku tidak

optimal.

Tabel 2. Contoh formulasi ransum Ayam Kampung Unggul Balitbangtan


Formulasi Ransum (%)
Bahan Baku Alt.1% Alt.2%
Jagung(7,8) 53,2 54,2
Bekatul(10) 20,0 20,5
Bumgkil Kedelai(44) 18,5 18,4
Tepung Ikan(45) 3,8 2,0
Tepung Batu 2,0 2,4
Mix Plus LGM13A 2,5 2,5
Total 100 100
Sumber:Technical and Consultation Median,2020

Tabel 3.Kandungan Nutrisi Hasil Formulasi

Kandungan Nutrisi
Nutrisi Alt.1% Alt.2%
Protein Kasar (%) 16,0 16,0
16

Lemak Kasar (%) 3,77 3,74


Serat Kasar (%) 5,25 4,98
Kalsium(%) 1,00 1,00
Fosfor tersedia (%) 0,28 0,22
Lisin(%) 0,91 0,88
EM (Kkal/Kg) 2749 2753
Sumber:Technical and Consultation Median,2020

2.4. Pertambahan Berat Badan

Dono dkk, (2017) mendefinisikan pertumbuhan adalah perubahan ukuran

yang meliputi perubahan bobot hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi

tubuh, termasuk perubahn komponen - komponen tubuh seperti otot, lemak,

protein, dan abu pada karkas. Sumbangan genetik terhadap pertumbuhan sekitar

30% dan lingkungan 70%. Kurva pertumbuhan ternak sangat tergantung dari

pakan yang diberikan, jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi maka ternak

dapat mencapai bobot badan pada umur yang lebih muda.

Menurut Fahrudin dkk (2016) bahwa pertambahan bobot badan diperoleh

dari perbandingan antara selisih dari bobot akhir dan bobot awal dengan lamanya

pemeliharaan. Qurniawan (2016) berpendapat bahwa faktor yang berpengaruh

pada pertambahan bobot badan yaitu jeniis kelamin, konsumsi pakan, lingkungan,

bibit dan kualitas pakan. Uzer dkk (2013) bahwa pertambahan bobot sangat

berkaitan dengan pakan, dalam hal kuantitas yang berkaitan dengan konsumsi

pakan apabila konsumsi pakan terganggu maka akan mengganggu pertumbuhan.


17

Widyastuti dkk (2014) mengatakan bahwa unggas membutuhkan asupan

nutrisi yang berasal dari konsumsi ransum untuk meningkatkan bobot tubuhnya

pada masa pertumbuhan.

2.5. Konversi Ransum

Konversi ransum menggambarkan efesiensi penggunaan ransum yang

merupakan pencerminanan hubungan antara pertumbuhan dan konsumsi ransum.

Menurut Bakrie dkk, (2012), nilai konversi pakan mencerminkan tingkat efesiensi

penggunaan pakan, semakin kecil nilai konversi pakan maka semakin efesien

penggunaan pakan oleh ternak dalam mengonversikan pakan kedalam bentuk

daging namun jika konversi ransum tersebut membesar, maka telah terjadi

pemborosan.

Konversi ransum merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang

dihabiskan dengan kenaikan bobot badan pada periode waktu dan satuan berat

yang sama (Yuwanta, 2004). Semakin rendah angka konversi yang diperoleh,

maka dianggap semakin baik, karena ransum yang digunakan untuk menghasilkan

satu kilogram daging semakin sedikit (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Menurut James (1992) nilai konversi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain genetik, tipe ransum yang digunakan, feed additive yang digunakan

dalam ransum, manajemen pemeliharaan dan suhu lingkungan. Jumlah yang

mempengaruhi perhitungan konversi ransum. Semakin tinggi nilainya berarti

semakin boros ransum yang digunakan (Fadilah et al., 2007). Konversi ransum

dipengaruhi oleh kadar protein dan energi, metabolis ransum, umur, bangsa ayam,

21 suhu, dan kesehatan ayam (Card dan Nesheim, 1972). Jika nilai konversi
18

ransum meningkat makan efisiensi penggunaan ransum semakin jelek, dan akan

berdampak pada penurunan konsumsi ransum dan diikuti dengan penurunan berat

badan dan perbedaan kecernaan ransum. Menurut Unigwe et al. (2014)

penggunaan ransum daun ubi jalar 5% dalam ransum ayam pedaging

menghasilkan pertambahan berat badan dan konversi ransum yang baik.

Ransum kualitas baik memiliki nilai konversi ransum berkisar 2,30 - 3,0

(Ensminger et al., 1990). Menurut Wolayan et al. (2013). Korversi ransum

dipengaruhi oleh imbangan energi dan protein. Semakin tinggi imbangan energi

dan protein, maka konversi ransum akan semakin rendah dan sebaliknya. Efisiensi

penggunaan ransum semakin rendah dengan menurunnya kandungan energi dan

protein ransum.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
19

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli sampai September di Jl. Pratu

Aidit III. Di Kelurahan Bajak Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu.

3.2. Alat Dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat dan Bahan

1. Alat

a. kandang dengan ukuran 70cm x 80cm x 60cm (panjang x lebar x

tinggi).

b. Tempat pakan dan tempat minum.

c. Lampu.

d. Timbangan digital.

e. Alat tulis.

f. Kamera.

g. Timbangan dan pisau.

h. Ember dan baskom.

2. Bahan

a. 100 ekor ayam joper umur 2 minggu.

b. Jagung giling , Dedak halus , Tepung Ikan dan Tepung Azolla

c. Air mineral,Vaksin dan obat-obatan.

3.3. Tahapan Penelitian


20

1. Persiapan Bahan Pakan

Bahan pakan yang disiapkan adalah ransum komplit dan tepung azolla.

Masing-masing bahan pakan ransum komplit dan tepung azolla dipisahkan

ditempat yang berbeda. Kemudian bahan pakan disusun dengan metode trial and

error. Pembuatan tepung azolla Tanaman segar Azolla microphylla diambil lalu

dilakukan penimbangan berat basahnya, kemudian kita keringkan azolla

microphyllanya selama ± 3 hari atau dapat menggunakan mesin sangrai sampai

azolla microphylla benar – benar kering lalu dilakukan penimbangan azolla

keringnya. Sesudah melakukan penimbangan dari berat basah (segar) dan berat

keringnya kita melakukan penumbukan hingga azolla menjadi halus seperti

tepung. Azolla microphylla yang sudah menjadi tepung kita timbang juga

beratnnya kemudian tepung azolla microphylla disimpan dan siap digunakan

untuk pencampuran ransum.

2. Persiapan Kandang

Membuat kandang dengan ukuran 70 cm x 80 cm x 60 cm (panjang x lebar

x tinggi) kandang disemprot dengan cairan Desinfektan, peralatan kandang dicuci

hamakan, dan kandang diberi label no 1 – 20 secara acak

3. Persiapan Ransum Percobaan

Ransum ayam Kampung Unggul Balitbangtan yang akan diberikan pada

starter percobaan disusun dengan menggunakan PK 18-19 % dan EM 2,900

Kkal/kg. Ransum yang digunakan untuk setiap perlakuan adalah : ransum dengan

tambahan tepung azolla.


21

4. Pelaksanaan Percobaan

1) Ternak yang digunakan yaitu ayam Kampung Unggul Balitbangtan berumur 2

minggu dan setiap unit kandang ditempati 5 ekor ayam Kampung Unggul

Balitbangtan

2) Pencegahan penyakit dilakukan dengan menjaga sanitasi kandang

3.4 Rancangan Percobaan

Penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 5 perlakuan pemberian tepung azolla dengan persentase yang berbeda

pada masing-masing perlakuan (P0, P1, P2, P3, P4) dengan 4 x ulangan. Setiap

ulangan terdiri atas 5 ekor, sehingga jumlah ternak ayam Kampung Unggul

Balitbangtan yang digunakan sebanyak 100 ekor. Perlakuan yang diuji adalah

sebagai berikut :

P0 = Tanpa penambahan 0 % tepung azolla microphylla

P1= Penambahan 2 % tepung azolla microphylla

P2= Penambahan 4 % tepung azolla microphylla

P3= Penambahan 6% tepung azolla microphylla

P4= Penambahan 8% tepung azolla microphylla

Model matematis rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut :

Yij = μ + αi +  ij menurut Steel dan Torrie (1991).

Keterangan :

Y ij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j


I = Perlakuan (A, B, C, dan D )
J = Ulangan (1, 2, 3, dan 4)
μ = Nilai Tengah Umum
α i = Pengaruh Perlakuan ke-i
22

ij = Pengaruh sisa (acak) yang mendapatkan perlakuan ke-I dan ulangan ke-j.

Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung Unggul Balitbangtan

Standar Umur  
Nutrisi
0-8 minggu  
PK (%) 18-19
EM (%) 2900
LK (%) 4-5
kSK (%) 4-5  
Sumber : Zainudin, 2006

Tabel 5. Kandungan Nutrisi Bahan Penyusun Ransum Penelitian


Bahan pakan Protein Lemak Serat EM
kasar (%) kasar (%) kasar (%) (Kkal/kg)
Jagung giling 8,5 3,8 2,5 3.300*
Dedak padi 13,00 5,0 12,0 1.900*
Ampas Kelapa 5,6 15,1 14,6 1.784**
Ampas Tahu 18,5 6,2 17,5 2,514*
Tepung ikan runcah 45,00 3,0 1,0 2.900**
Tepung Azolla 16,77 8,55 16,3 3200***
Keterangan :
* : Nadia (2016)
** : Sanjaya 2017
*** : Hasil Analisis Proximat Lab. Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi
IPB (2019)

Tabel 6. Susunan Ransum Perlakuan


No Bahan pakan (%) Perlakuan
A B C D E
1. Jagung giling 37.00 37.00 37.00 37.00 37.00
2. Dedak padi 23.00 23.00 23.00 23.00 23.00
3. Ampas Kelapa 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00
4. Ampas Tahu 8.00 6.00 4.00 2.00 0
5. Tepung ikan runcah 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00
6 Tepung Azolla 0 2 4 6 8
Total 100 100 100 100 100
Sumber : Data diolah

Tabel 7. Nilai Gizi Ransum Penelitian


No Kandungan Perlakuan
gizi
23

A B C D E
1. EM (Kkal/g) 2.555,44 2.579,3 2.915,28 2.769,6 2.811,52
6
2. Protein kasar 19,25 19,18 19,18 19,14 19,11
(%)
3. Lemak kasar 4,84 4,89 4,93 4,98 5,03
(%)
4. Serat kasar (%) 6,35 6,32 6,3 6,27 6,25
Sumber : Data diolah

3.5 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 kali ulangan.

Tabel 10. Bagan Analisa Ragam


Sumber Db JK KT F. Hitung F. Total
keragaman
0,05 0,01
Perlakuan t–1 JK (P) KTP KTP/KTG
Galat t (r – 1) JK (G) KTG
Total (t.r) - 1 JK(total)
Sumber : Steel dan Torrie (1991).

Data yang diperoleh dalam di Analysis Of Variance (ANOVA) untuk

mengetahui pengaruh perlakuan. Jika ada pengaruh perlakuan dilanjut dengan Uji

Duncan Multiple Range Test (DMRT).

3.6 Parameter Yang Diamati

1. Konsumsi Ransum (gram/ekor/hari)

Konsumsi ransum merupakan sejumlah pakan yang dikonsumsi/masuk

kedalam tubuh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup dan produksi ternak.

konsumsi ransum, dihitung dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan

dikurangi dengan jumlah ransum yang tersisah. Data konsumsi ransum diambil

setiap hari. Rumus konsumsi ransum dapat dihitung sebagai berikut :

Konsumsi ransum (gram/ekor/hari) = Jumlah pakan (gr) – sisa pakan (gr)


24

2. Pertambahan Bobot Badan (gram/ekor)

Pertambahan bobot badan (PBB) merupakan timbal balik kemampuan

puyuh dalam mengubah zat – zat makanan yang ada didalam ransum untuk di

ubah menjadi daging. Pertambahan bobot badan dihitung setiap minggu

berdasarkan berat badan puyuh pada akhir minggu dikurangi berat badan puyuh

pada minggu sebelumnya.

Rumus pertambahan bobot badan dapat dihitung sebagai berikut:

PBB = Bobot badan akhir (gram) – Bobot badan awal (gram)

3. Konversi Ransum

Konversi ransum merupakan perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi

dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Perhitungan konversi ransum

dilakukan setiap minggu selama penelitian berlangsung.

Rumus konversi ransum sebagai berikut :

Konversi ransum = jumlah pakan yang dikonsumsi


Pertambahan bobot badan
25

DAFTAR PUSTAKA

Adachukwu, I. P., O. O. Ann and E. U. Faith. 2013. Phytochemical analysis of


paw-paw (Carica papaya) leaves. Int. J. Life Sci. Biotechnol. Pharma Res., 2:
(3). http://www.ijlbpr.com/jlbpradmin/u pload/ijlbpr_51d451cde89e7.pdf.
Diakses tanggal 1 Februari 2015.

Aryanti, F., M. B. Aji, dan N. Budiono. 2013. Pengaruh pemberian gula merah
terhadap peforma ayam kampung pedaging. Jurnal veter-iner. 31(2): 156 164.

Anggorodi, R.2005. Manajemen Mutakhir dalam Ilmu Makanan TernakUnggas.

Bahri, S.E., Masbulan dan A. Kusumaningsih, 2005. Proses Produksi Sebagai


Faktor Penting Dalam Menghasilkan Produk Ternak Yang Aman Untuk
Manusia. Hhtp://www.pustakadeptan.go.id/publication/p3241054.pdf

Bijanti, R., R.S. Wahyu dan R. Sidik. 2008. Potensi Buah Mengkudu (Inorinda
citrifolia) Terhadap Vitamin C Dalam Darah dan Kualitas Karkas Ayam Ras
Pedaging. Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya.

Hardjosworo, P. S. dan Rukmiasih, M. S. 2000. Meningkatkan Produksi Daging.


Penebar Swadaya. Yogyakarta.

Iyayi, E. A., Ogunsola, O., & Ijaya, R. (2005). Effect of three sources of fibre and\

Marhayani, M., & Harmoko, H. (2019). Penggunaan Tepung Daun Pepaya


terhadap Organ Dalam Ayam Kampung. Tolis Ilmiah: Jurnal Penelitian, 1(2),
67-72.

Kamaruddin, M & Salim, S. (2006). Pengaruh Pemberian Air Perasan Daun


Pepaya Pada Ayam: Respon Patofisilogik Hepar. J. Sain Vet, 37 – 43.

Krishna, K. L., Paridhavi, M., & Patel, J. A. (2008). Review on nutritional,


medicinal and pharmacological properties of Papaya (Carica papaya Linn.).

Rasyaf, M.1991. Seputar makanan Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta.

Rayaf, M.1992. Konversi Pakan .Majalah Ayam dan Telur.No. 15: 82


26

Rasyaf, M.2005.Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Kampung.


PenebarSwadaya. Jakarta. Kaleka, Norbertus. 2015. Beternak Ayam
Kampung Tanpa Bau. Arciata. Yogyakarta.

Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rokhmana, L. D., I. Estiningdriati dan W. Murningsih. 2013. Pengaruh


penambahan bangle (Zingiber cassumunar) dalam ransum terhadap bobot
absolut bursa fabrisius dan rasio heterofil limfosit ayam broiler. Anim. Agric.
J. 2(1): 362369.

Sofjan, I. 2012. Optimalisasi Protein dan Energi Ransum Untuk Meningkatkan


Produksi Daging Ayam Lokal. Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 5(2):
96-107.

Suprijatna, E.,dan R. Kartasudjana.2006. Menejemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya, Jakarta.PT.Gramedia, Jakarta.

Sudjatina, C. H., Wibowo, W & Widiyaningrum, P. (2005). Pengaruh Pemberian


Ekstrak Daun Pepaya Terhadap Penampilan Ayam Broiler. J. Indo Trop Anim
Agric. Vol. 30 (4): 224-228

Suprijatna, E.,dan R. Kartasudjana.2006. Menejemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E ; Atmomarsono, U dan Kartasudjana, R. 2008. Ilmu Dasar


TernakUnggas. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suryaningsih, S.Q. 1994. Studi Taksonomi Anggota Suku Amaryllidaceae


Ditinjau dari sifat Kandungan Alkaloidnya. Skripsi. Fakultas Farmasi UGM.
Yogyakarta.

Eleazu, C. O., K. C. Eleazu, E. Awa and S. C. Chukwuma. 2012. Comparative


study of the phytochemical composition of the leaves of five Nigerian
medicinal plants. J. Biotechnol. Phar. Res., 3: 42-46.

Thomas, A.N.S., 1989. Tanaman Obat Tradisional. PT. Kanisius. Yogyakarta.

Kaleka, Norbertus. 2015. Beternak Ayam Kampung Tanpa Bau. Arciata.


Yogyakarta.

Kamaruddin, M. dan Salim. 2006. Pengaruh pemberian air perasan daun pepaya
pada ayam : respon patofisilogik hepar. J. Sain Vet. : 37 – 43.

Widjastuti, T. (2009). Pemanfaatan Tepung Daun Pepaya (Carica Papaya. LL ess)


dalam upaya peningkatan produksi dan kualitas telur ayam sentul. J. agroland,
16(3), 268273.
27

Yaman, M. A. 2013. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar


Swadaya, Depok, Jakarta.

Zainuddin, D. 2006.Teknik Penyusunan Ransum dan Kebutuhan Gizi


AyamLokal.Materi Pelatihan Teknologi Budidaya Ayam Lokal dan
Itik.Kerjasama Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan Balai
PenelitianTernak, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai