Tabel 10. Data Petani KBD Jasa PG. Krebet Baru Masa Tanam 2008/2009
Luas
No Petani Kebun Kecamatan Tanam Varietas
(ha)
1 H. Tiin Waspawi Randugading Tajinan 15 10A PS 864
Randugading Tajinan 4 12A PS 862
Randugading Tajinan 0,5 9A SS 57
Randugading Tajinan 0,5 12B PSBM
Jumlah 20
2 H. Doto Abd. Dadapan Wajak 5 10 B PS 864
Dadapan Wajak 2,5 12A PS 862
Jumlah 7,5
3 H. Zaenudin Tajinan Tajinan 2 4B PS 862
Total 29,5
Sumber : Kantor TS PG, Krebet Baru, 2009
Perusahaan memberikan syarat bahwa jarak lahan KBD jasa dengan pabrik
tidak lebih dari 15 km. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pelayanan
penimbangan bibit setelah ditebang. Truk yang akan melakukan pengambilan
bibit harus melakukan penimbangan netto sebelum pengambilan bibit dan
melakukan penimbangan kembali setelah truk terisi bibit. Secara umum KBD TS
dan KBD Jasa memiliki fungsi yang sama, yaitu memenuhi kebutuhan bibit petani
yang bermutu
Fungsi KBD jasa adalah
1. Mendukung penyediaan bibit dari KBD ketika pencapaian target
pemenuhan KBD TS tidak tercapai
2. Memberikan pengajaran kepada petani maju untuk penyediaan bibit
3. Sekaligus untuk pengembangan dan penyebaran bibit baru.
Perusahaan memprioritaskan KBD TS terlebih dahulu ditebang untuk
pemenuhan pembeliaan bibit dibandingkan KBD jasa. Apabila tanaman tebu pada
KBD jasa telah melewati umur tebang bibit dan belum dipanen maka tanaman
akan tetap dipelihara hingga nantinya akan dijadikan tebu giling (overbooking).
55
Tabel 11. Penyebaran KBD PG. Krebet Baru Masa Tanam 2008/2009
No Rayon Kecamatan Luas (Ha)
1. Utara Tajinan 45,03
Poncokusumo 7,43
Bululawang 4,24
Wagir 1,485
Kedungkandang 3,96
Pakis 4,41
Jumlah 66,555
2. Timur Wajak 51,06
Turen 2,2
Jumlah 53,26
Tengah Pagelaran 8,375
3. Gondanglegi 26,569
Jumlah 34,944
Total 154,759
Sumber : Data Kantor TS (Tebu Sendiri), 2009
Penyebaran KBD di PG. Krebet Baru dirasa belum optimal. Hal ini dapat
dilihat dari penyebarannya yang belum dapat merata diseluruh wilayah kerjanya.
Hal ini terjadi karena penyerapan bibit oleh petani PG. Krebet Baru yang masih
rendah. Sebagian bibit KBD telah melewati umur tebang bibit karena tidak habis
terjual ke petani. Masih banyak bibit di KBD yang terus dipelihara hingga
nantinya dijadikan tebu giling atau overbooking (Tabel 12).
varietas BR 194 (varietas masak tengah-lambat). Sekitar 83% luas lahan tebu
milik petani yang menyalurkan tebunya ke PG. Krebet Baru ditanami
ditanami varietas BR
194. Hal tersebut mengakibatkan penyerapan bibit oleh petani dari KBD pabrik
masih sangat kecil.
Hasil Pengamatan
1 814.000,00 96.567,69 8,43 1.108,30 8.213 7,41 Double planting (4-5 mata)
2 831.666,67 84.000,00 9,90 424,35 3.634 8,56 Double planting (2-3 mata)
3 836.333,33 86.400,00 9,68 471,50 4.012 8,51 Double planting (2-3 mata)
Rata-rata 827.333,33 88.989,23 9,34 8,16
60
Varietas KK memiliki rata-rata FHB teori sebesar 9.34 dan rata-rata FHB
nyata sebesar 8.16 (Tabel 14). Nilai FHB nyata tersebut menunjukan
perbandingan bahwa dalam 1 ha KBD Karangsuko yang ditanami varietas KK
mampu mencukupi kebutuhan bibit KK untuk penanaman di KTG seluas 8.16 ha.
Varietas PS 862 memiliki rata-rata FHB teori sebesar 9.57 dan rata-rata
FHB nyata sebesar 8.86 (Tabel 15). Nilai FHB nyata tersebut menunjukan
perbandingan bahwa dalam 1 ha KBD Emplasmen Gondanglegi yang ditanami
varietas PS 862 mampu mencukupi kebutuhan bibit PS 862 untuk penanaman di
KTG seluas 8.86 ha.
Varietas Kidang Kencana dan PS 862 dari dua KBD yang berbeda
memiliki nilai FHB nyata yang tidak berbeda nyata dengan nilai FHB teori (Tabel
16). Hal ini menunjukkan bahwa bibit dari KBD tersalur dengan baik ke KTG
tujuan dan hanya sedikit bibit yang tidak tersalur. Kegiatan pemanenan bibit di
kedua KBD tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai FHB.
Nilai FHB teori dari KBD Karangsuko (varietas KK) tidak berbeda nyata
dengan nilai FHB teori dari KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862)
(Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa varietas KK dan PS 862 memiliki
kemampuan menghasilkan jumlah bibit dan jumlah mata tunas yang tidak berbeda
61
nyata. Perbedaan antara varietas KK dan PS 862 dari KBD yang berbeda, tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap faktor hasil bibit teori (FHB teori).
Nilai FHB nyata dari KBD Karangsuko (varietas KK) tidak berbeda nyata
dengan nilai FHB teori dari KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862)
(Tabel 16). Hal ini menujukkan perbedaan wilayah KBD dan varietas tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai masing-masing FHB nyata.
Kedua KBD memiliki kemampuan pemenuhan luasan KTG yang tidak berbeda
nyata.
Faktor keempat adalah mata tunas yang berada pada batang bagian bawah
yang telah tua. Pada varietas Kidang Kencana jumlah mata tunas yang dihasilkan
lebih banyak dibandingkan varietas PS 862. Hal tersebut dikarenakan varietas
Kidang Kencana dipanen bibit pada umur 8 hingga 9.5 BST, sedangkan varietas
PS 862 dipanen pada umur 6 hingga 7 BST. Salah satu standar bibit tebu yang
baik adalah dipanen pada saat berumur 6-8 BST (Disbunjatim, 2008). Umur bibit
yang terlalu tua menyebabkan banyaknya mata tunas yang dihasilkan namun tidak
sebanding kebutuhan mata tunas di KTG yang dapat dipenuhi. Pada saat
penanaman bibit bagal yang berasal dari batang bagian bawah yang telah tua
dirangkap dengan bibit lain, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan
penyulaman apabila pertumbuhan bibit tua terganggu. Bibit bagal dari batang
bagian bawah yang telah tua banyak terlihat pada varietas Kidang Kencana dari
KBD Karangsuko.
Faktor kelima adalah terdapat pertumbuhan panjang ruas antar mata tunas
yang tidak normal. Ruas tumbuh pendek sehingga mata tunas tumbuh saling
berdekatan. Bibit normal dengan jumlah mata 2-3 mata tunas/bibit memiliki
panjang ± 20-30 cm. Pada bibit sepanjang ± 20-30 cm yang berasal dari batang
yang pertumbuhan ruasnya tidak normal memiliki jumlah mata tunas ± 6-10 mata
tunas/bibit. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan mata tunas/bibit di KTG
meningkat dan menurunkan nilai FHB nyata.
Pertumbuhan ruas yang tidak normal terjadi akibat suplai air yang kurang
pada saat fase pemanjangan batang. Fase pertumbuhan ruas tebu terjadi pada
periode umur tanaman 3-9 bulan ini dikatakan sebagai stadia perpanjangan batang
(Disbunjatim, 2008). Terdapat dua unsur dalam pertumbuhan pemanjangan
batang, yaitu diferensiasi ruas dan perpanjangan ruas-ruas tebu. Diferensiasi dan
perpanjangan ruas tebu dipengaruhi beberapa faktor lingkungan yaitu sinar
matahari, air, kelembaban tanah, aerasi, hara N.
Pertumbuhan ruas yang tidak normal banyak terjadi pada varietas Kidang
Kencana. KBD Karangsuko (varietas Kidang Kencana) merupakan lahan yang
mampu diairi, namun anggaran dari perusahaan untuk pengairan hanya
dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pada saat awal tanam dan umur 21 HST (Hari
Setelah Tanam) setelah itu lahan mendapat pengairan dari air hujan. Penanaman
63
varietas Kidang Kencana dilaksanakan pada bulan Juli. Pada saat tebu berumur 3-
4 BST (Oktober-November) mengalami kekurangan air yang disuplai dari air
hujan. Curah hujan pada bulan Oktober - November yang rendah menyebabkan
pemanjangan ruas terganggu. KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862)
merupakan lahan kering yang pengairannya berasal dari air hujan. Penanaman
dilaksanakan pada saat musim hujan. Pada saat dimulai fase pemanjangan batang,
yaitu saat tebu berumur 3-4 BST (Desember-Januari) ketersediaan air tercukupi.
Varietas PS 862 di KBD Emplasmen Gondanglegi mengalami fase pemanjangan
batang yang normal.
Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa varietas Kidang Kencana dan PS 862
memiliki kemampuan menghasilkan jumlah batang dan jumlah mata tunas yang
tidak berbeda nyata sedangkan pada Tabel 17 menunjukkan bahwa varietas
Kidang Kencana dan PS 862 memiliki persentase penurunan FHB nyata terhadap
FHB teori yang berbeda nyata. Faktor keempat dan kelima adalah faktor yang
menyebabkan persentase penurunan FHB nyata terhadap FHB teori varietas
Kidang Kencana dan PS 862 berbeda nyata. Persentase penurunan FHB nyata
terhadap FHB teori varietas Kidang Kencana yang lebih besar dibandingkan PS
862 menunjukkan bahwa lebih banyak mata tunas yang tidak tersalurkan dari
KBD Karangsuko (varietas KK) dibandingkan dari KBD Emplasmen
Gondanglegi (varietas PS 862).
Pada budidaya tebu untuk giling pupuk yang diberikan adalah Ponska dan
ZA. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemupukan dilakukan
sebanyak dua kali. Pupuk I diberikan pada saat tanaman berumur 1 BST yang
berupa pupuk Ponska 4 ku/ha dan ZA sebanyak 4 ku/ha. Pupuk I dilakukan
dengan cara mencampur kedua pupuk tersebut kemudian menaburnya ke dalam
juringan yang kemudian ditutup tanah (tambah tanah I). Pupuk II dilaksanakan
pada saat tanaman berumur 2 BST yang berupa pupuk ZA sebanyak 4 ku/ha.
2. Perlakuan klentek
Klentek adalah kegiatan membersihkan dan menghilangkan daun kering
tebu yang masih menempel di batang dengan cara mengelupasnya. Kegiatan
klentek tidak dilakukan pada budidaya tebu di kebun bibit. Hal ini bertujuan
untuk melindungi mata tunas agar tidak rusak. Tanaman tebu calon bibit harus
memiliki mata tunas yang sehat, tanpa luka dan tetap segar agar dapat
berkecambah dan tumbuh dengan baik saat dijadikan bibit. Berbeda dengan
budidaya tebu di KTG, kegiatan klentek sangat perlu dilakukan karena
memiliki berbagai manfaat. Manfaat kegiatan klentek pada budidaya tebu di
KTG adalah memperbaiki sirkulasi udara dalam kebun, mengurangi
kelembaban, menghindari robohnya tebu, mencegah meningkatnya hama dan
penyakit, menghindarkan terjadinya bahaya kebakaran kebun, dan untuk
mempermudah kegiatan penebangan.
3. Lama periode budidaya
Budidaya tebu di kebun bibit memiliki lama periode yang lebih singkat
dibandingkan dengan lama periode tanam untuk tebu di KTG. Untuk budidaya
tebu di kebun bibit hanya dilakukan selama 6-8 bulan. Disbun Jatim (2008)
menyatakan bahwa salah satu standar bibit yang baik adalah bibit memiliki
umur 6 - 8 bulan. Untuk tanaman tebu yang ditanam di KTG lama periode
pemeliharaannya hingga berumur 10 - 14 BST untuk dapat ditebang. Karena
pada umur tersebut tebu telah masak dan layak tebang untuk digiling.
4. Kemurnian Varietas
Menjaga kemurnian varietas hingga ≤ 95% adalah salah satu syarat KBD
yang baik (Pengawas Benih Tanaman, 2008). Apabila didapatkan KBD yang
kemurnian varietasnya kurang dari 95% maka harus dilakukan seleksi varietas
65