Anda di halaman 1dari 13

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Aspek Khusus


6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru
Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit
Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI (Kebun Bibit Induk), hingga KBD
(Kebun Bibit Datar). Pengelolaan kebun bibit berjenjang tersebut di bawah bagian
TS (Tebu Sendiri) yang dikelola oleh Sinder kebun bibit (Sinder TS). Pengelolaan
KBP, KBN, dan KBI hanya dilakukan oleh bagian TS. Perusahaan memberikan
kebijakkan kepada bagian TS untuk dapat bekerjasama dengan petani tebu rakyat
dalam pengusahaan KBD. Pengusahaan KBD di PG. Krebet Baru terbagi menjadi
dua pengelolaan, yaitu pengelolaan KBD TS (Tebu Sendiri) dan pengelolaan
KBD jasa.
Pola pengelolaan KBD oleh TS (Tebu Sendiri) adalah KBD yang
pengelolaannya secara keseluruhan dilakukan oleh bagian TS di perusahaan.
Kegiatan mulai pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, hingga panen bibit
dikerjakan oleh perusahaan. Seluruh biaya pengelolaan KBD dan hasil pembelian
bibit adalah tanggung jawab perusahaan (Bagian Tebu Sendiri). Dalam proses
budidaya tebu di KBD TS dikerjakan oleh mandor lepas yang memiliki buruh tani
harian. Lahan yang digunakan adalah lahan milik perusahaan (HGU) dan dari
sewa lahan.
KBD jasa adalah KBD yang pengelolaannya dilakukan oleh petani yang
bertindak sebagai mitra perusahaan. Kegiatan mulai pengolahan tanah,
penanaman, pemeliharaan, hingga panen bibit dikerjakan oleh petani dan
dikontrol oleh perusahaan. Perusahaan memberikan pinjaman kepada petani KBD
jasa dengan bunga pengembalian 7% untuk pelaksanaan budidaya KBD mulai
dari pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, hingga tebang bibit. Hasil
penjualan bibit KBD jasa akan diberikan petani mitra setelah dikurangi
pembayaran pinjaman dan bunga 7%. Lahan yang digunakan untuk KBD jasa
adalah lahan milik petani. Pada masa tanam 2008/2009 PG. Krebet Baru memiliki
KBD Jasa seluas 29.5 ha (Tabel 10).
54

Tabel 10. Data Petani KBD Jasa PG. Krebet Baru Masa Tanam 2008/2009
Luas
No Petani Kebun Kecamatan Tanam Varietas
(ha)
1 H. Tiin Waspawi Randugading Tajinan 15 10A PS 864
Randugading Tajinan 4 12A PS 862
Randugading Tajinan 0,5 9A SS 57
Randugading Tajinan 0,5 12B PSBM
Jumlah 20
2 H. Doto Abd. Dadapan Wajak 5 10 B PS 864
Dadapan Wajak 2,5 12A PS 862
Jumlah 7,5
3 H. Zaenudin Tajinan Tajinan 2 4B PS 862
Total 29,5
Sumber : Kantor TS PG, Krebet Baru, 2009

Perusahaan memberikan syarat bahwa jarak lahan KBD jasa dengan pabrik
tidak lebih dari 15 km. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pelayanan
penimbangan bibit setelah ditebang. Truk yang akan melakukan pengambilan
bibit harus melakukan penimbangan netto sebelum pengambilan bibit dan
melakukan penimbangan kembali setelah truk terisi bibit. Secara umum KBD TS
dan KBD Jasa memiliki fungsi yang sama, yaitu memenuhi kebutuhan bibit petani
yang bermutu
Fungsi KBD jasa adalah
1. Mendukung penyediaan bibit dari KBD ketika pencapaian target
pemenuhan KBD TS tidak tercapai
2. Memberikan pengajaran kepada petani maju untuk penyediaan bibit
3. Sekaligus untuk pengembangan dan penyebaran bibit baru.
Perusahaan memprioritaskan KBD TS terlebih dahulu ditebang untuk
pemenuhan pembeliaan bibit dibandingkan KBD jasa. Apabila tanaman tebu pada
KBD jasa telah melewati umur tebang bibit dan belum dipanen maka tanaman
akan tetap dipelihara hingga nantinya akan dijadikan tebu giling (overbooking).
55

6.1.2. Penyebaran Kebun Bibit Datar


Kebun Bibit Datar (KBD) adalah kebun bibit tahap akhir dalam proses
kebun bibit berjenjang. Hasil tanaman dari budidaya di KBD diPengusahaan KBD
di PG Krebet Baru di bawah tanggung jawab SKW kebun Bibit. SKW Kebun
Bibit membawahi beberapa PLPG (Petugas Lapang Pabrik Gula) yang setiap
tahunnya mengelola kebun bibit berjenjang dan sekaligus mencari tambahan sewa
lahan untuk perluasan kebun bibit berjenjang, terutama untuk perluasan KBD.
Perusahaan berusaha melakukan penyebaran lahan KBD di tiap Rayonnya.
Namun perluasan KBD yang dilakukan tetap memperhatikan syarat lahan untuk
kebun bibit dan lahan memiliki jarak kurang dari 15 km ke pabrik. Menurut
Setyamidjaja dan Azharni (1992) bahwa letak KBD hendaknya berada disekitar
areal yang akan ditanami atau disebar di daerah-daerah kerja perusahaan
perkebunan gula. Syarat lahan yang dapat digunakan untuk kebun bibit berjenjang
adalah lahan yang terbebas dari infeksi penyakit luka api, keberadaan penyakit
blendok, pohkabung dan mosaic < 5%, penyakit lain < 5%, lokasi kebun mudah
terjangkau kendaraan pengangkut bibit, ketersediaan air terjamin dengan drainase
tanah baik, dan lahan yang akan dijadikan kebun bibit terbebas dari tunas-tunas
tebu dari tanaman yang lama (Disbunjatim, 2008). Syarat mengenai jarak KBD
kurang dari 15 km dimaksudkan agar kendaraan pengangkut bibit tidak terlalu
jauh melakukan penimbangan bibit. Namun pihak PG Krebet Baru akan
menyetujui perluasan lahan KBD yang berjarak lebih dari 15 km apabila di sekitar
wilayah tersebut terdapat timbangan besar dan penyerapan bibit oleh petani cukup
tinggi.
Penyebaran KBD di PG. Krebet Baru pada masa tanam 2008/ 2009 telah
tersebar di Rayon Utara, Tengah, dan Timur (Gambar 12). Total luas lahan KBD
yang diusahakan adalah 154.759 ha (Tabel 11). Penyebaran KBD belum mencapai
Rayon Selatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu wilayahnya cukup
jauh dari pabrik (tempat timbangan besar), hanya terdapat lahan tegal untuk
pertanaman tebu, ketersediaan air kurang terjamin (hanya mengandalkan turunnya
hujan).
56

Tabel 11. Penyebaran KBD PG. Krebet Baru Masa Tanam 2008/2009
No Rayon Kecamatan Luas (Ha)
1. Utara Tajinan 45,03
Poncokusumo 7,43
Bululawang 4,24
Wagir 1,485
Kedungkandang 3,96
Pakis 4,41
Jumlah 66,555
2. Timur Wajak 51,06
Turen 2,2
Jumlah 53,26
Tengah Pagelaran 8,375
3. Gondanglegi 26,569
Jumlah 34,944
Total 154,759
Sumber : Data Kantor TS (Tebu Sendiri), 2009

Penyebaran KBD di PG. Krebet Baru dirasa belum optimal. Hal ini dapat
dilihat dari penyebarannya yang belum dapat merata diseluruh wilayah kerjanya.
Hal ini terjadi karena penyerapan bibit oleh petani PG. Krebet Baru yang masih
rendah. Sebagian bibit KBD telah melewati umur tebang bibit karena tidak habis
terjual ke petani. Masih banyak bibit di KBD yang terus dipelihara hingga
nantinya dijadikan tebu giling atau overbooking (Tabel 12).

Tabel 12. Rencana bibit KBD Overbooking Masa Tanam 2008/2009


Luas
No Varietas
(Ha)
1 Kidang kencana 11,925
2 MK 98 2,630
3 PS 862 21,680
4 PS 864 24,070
5 BL 4,905
Jumlah 65,210
Sumber : Data Kantor TS, 2009

Pihak pabrik sedang mengembangkan bibit varietas masak awal tengah


untuk melaksanakan program penataan varietas dan untuk memenuhi kebutuhan
periode tebang awal giling. Petani wilayah Malang sebagian besar menanam
57

varietas BR 194 (varietas masak tengah-lambat). Sekitar 83% luas lahan tebu
milik petani yang menyalurkan tebunya ke PG. Krebet Baru ditanami
ditanami varietas BR
194. Hal tersebut mengakibatkan penyerapan bibit oleh petani dari KBD pabrik
masih sangat kecil.

Gambar 12. Penyebaran KBD di PG. Krebet Baru

Keterangan : = daerah yang tidak terdapat KBD


= daerah yang terdapat KBD
= lokasi KBD yang dijadikan sampel

Tingginya jumlah KBD overbooking harus disiasati dengan perencanaan


kebun bibit berjenjang tiap tahunnya. Perencanaan kebun bibit berjenjang dapat
diperkirakan melalui data luasan tanaman PC (Plant Crop) yang diusahakan di
KTG tiap tahun.
58

Tabel 13. Kategori Tanaman PG. Krebet Baru


Kategori Tanaman
Musim
Tanam Jumlah Jumlah
PC T PC S RC T RC S Total
PC RC
-----ha-----
2003/2004 304,6 522,1 826,7 8187,2 3313,3 11500,5 12327,2
2004/2005 757,9 654,5 1412,4 11151,5 3356,2 14507,7 15920,1
2005/2006 654,0 513,0 1167,0 9810,0 4027,0 13837,0 15004,0
2006/2007 549,0 291,0 840,0 13750,0 2480,0 16230,0 17070,0
2007/2008 393,0 846,0 1239,0 13158,0 5353,0 18511,0 19750,0
Perkiraan
850,0 500,0 1350,0 13492,0 5500,0 18992,0 20342,0
2008/2009
Rata-rata 1139,2 15596,4
Sumber : Bagian Tanaman, PG. Krebet Baru, 2009
Keterangan : PC T = Plant Crop Tegal RC T = Ratoon Cane Tegal
PC S = Plant Crop Sawah RC S = Ratoon Cane Sawah
Perencanaan kebun bibit berjenjang dapat dilihat dari besarnya nilai FHB
nyata suatu kebun bibit. Nilai FHB nyata rata-rata KBD di PG. Krebet Baru
besarnya 9, yang artinya 1 ha KBD mampu mencukupi kebutuhan bibit di KTG
seluas 9 ha. Dari luasan rata-rata kategori tanaman PC yang diusahakan di KTG
tiap tahun sebesar 1 139.2 ha (Tabel 13) maka luas KBD yang diusahakan
diperkirakan seluas 126.6 ha (Gambar 13). Nilai tersebut dihitung dengan cara
membagi besarnya rata-rata PC yang diusahakan di KTG tiap tahun dengan
besarnya nilai FHB nyata suatu KBD.

KBP (1.01 ha)

KBN (5.06 ha)

KBI (25.32 ha)

KBD (126.6 ha)

KTG (1 139.2 ha)

Gambar 13. Alur Perencanaan Kebun Bibit Berjenjang


59

6.1.3. Nilai kebun bibit


Tujuan akhir dalam penyelenggaraan kebun pembibitan adalah
menyediakan bibit sebagai bahan tanam bagi penanaman tebu giling yang baik
dalam hal kuantitas (mampu memenuhi kebutuhan bibit) dan kualitas (murni
varietasnya, sehat, dan memiliki daya berkecambah yang besar) (Sutjahja, 1993).
Tingkat kebaikan kebun bibit dapat dinilai dari kuantitas dan kualitas bibit yang
dihasilkan (Sudiatso, 1980). Jumlah bibit yang dapat dihasilkan oleh suatu kebun
bibit ditentukan oleh jumlah batang pada tiap juring dan jumlah mata pada tiap
batang.
Nilai kebun bibit dapat diketahui dengan acara menghitung faktor hasil
bibit teori (FHB teori) dan faktor hasil bibit nyata (FHB nyata). Sudiatso (1980)
menyatakan bahwa beberapa FHB nyata dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
iklim, kesuburan tanah, pengairan, hama-penyakit, kemurnian bibit, jenis tebu,
jarak tanam (populasi tanaman di KBD), cara pemeliharaan, cara pengambilan
bibit dari KBD, dan pengangkutan.
Pengamatan Lapang
Pengamatan FHB teori dan FHB nyata dilakukan pada KBD yang
ditanami varietas Kidang Kencana dan PS 862. Masing-masing varietas diamati
pada KBD yang berbeda. Varietas KK yang diamati berasal dari KBD
Karangsuko sedangkan varietas PS 862 yang diamati berasal dari KBD
Emplasmen Gondanglegi. Pengamatan tiap panen bibit di KBD dan penyaluran
bibit ke KTG dilakukan sebanyak 3 kali.

Hasil Pengamatan

Tabel 14. Faktor Hasil Bibit Varietas KK


KK

Pengamatan Jumlah Kebutuhan Sistem Tanam


FHB Luas Luas FHB
mata/ha mata/ha
Teori KBD KTG Nyata
(KBD) (KTG)

1 814.000,00 96.567,69 8,43 1.108,30 8.213 7,41 Double planting (4-5 mata)
2 831.666,67 84.000,00 9,90 424,35 3.634 8,56 Double planting (2-3 mata)
3 836.333,33 86.400,00 9,68 471,50 4.012 8,51 Double planting (2-3 mata)
Rata-rata 827.333,33 88.989,23 9,34 8,16
60

Varietas KK memiliki rata-rata FHB teori sebesar 9.34 dan rata-rata FHB
nyata sebesar 8.16 (Tabel 14). Nilai FHB nyata tersebut menunjukan
perbandingan bahwa dalam 1 ha KBD Karangsuko yang ditanami varietas KK
mampu mencukupi kebutuhan bibit KK untuk penanaman di KTG seluas 8.16 ha.
Varietas PS 862 memiliki rata-rata FHB teori sebesar 9.57 dan rata-rata
FHB nyata sebesar 8.86 (Tabel 15). Nilai FHB nyata tersebut menunjukan
perbandingan bahwa dalam 1 ha KBD Emplasmen Gondanglegi yang ditanami
varietas PS 862 mampu mencukupi kebutuhan bibit PS 862 untuk penanaman di
KTG seluas 8.86 ha.

Tabel 15. Faktor Hasil Bibit Varietas PS 862


PS 862
Pengamatan Jumlah Kebutuhan Sistem Tanam
FHB Luas Luas FHB
mata/ha mata/ha
Teori KBD KTG Nyata
(KBD) (KTG)
1 784.816,62 77.000,00 10,19 546,00 5.180 9,48 Single overlapping (2-3 mata)
2 803.500,00 77.280,00 10,40 924,00 9.050 9,79 Single overlapping (2-3 mata)
3 781.666,67 96.272,00 8,12 252,00 1.840 7,30 Double planting (4-5 mata)
Rata-rata 789994,43 83517,33 9,57 8,86

Varietas Kidang Kencana dan PS 862 dari dua KBD yang berbeda
memiliki nilai FHB nyata yang tidak berbeda nyata dengan nilai FHB teori (Tabel
16). Hal ini menunjukkan bahwa bibit dari KBD tersalur dengan baik ke KTG
tujuan dan hanya sedikit bibit yang tidak tersalur. Kegiatan pemanenan bibit di
kedua KBD tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai FHB.

Tabel 16. Uji-t Faktor Hasil Bibit Varietas KK dan PS 862


Varietas FHB Teori FHB Nyata Uji t
KK 9,34 8,16 tn
PS 862 9,57 8,86 tn
Uji t tn tn
Keterangan : * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Nilai FHB teori dari KBD Karangsuko (varietas KK) tidak berbeda nyata
dengan nilai FHB teori dari KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862)
(Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa varietas KK dan PS 862 memiliki
kemampuan menghasilkan jumlah bibit dan jumlah mata tunas yang tidak berbeda
61

nyata. Perbedaan antara varietas KK dan PS 862 dari KBD yang berbeda, tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap faktor hasil bibit teori (FHB teori).
Nilai FHB nyata dari KBD Karangsuko (varietas KK) tidak berbeda nyata
dengan nilai FHB teori dari KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862)
(Tabel 16). Hal ini menujukkan perbedaan wilayah KBD dan varietas tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai masing-masing FHB nyata.
Kedua KBD memiliki kemampuan pemenuhan luasan KTG yang tidak berbeda
nyata.

Tabel 17. Persentase FHB Nyata terhadap FHB Teori

Varietas FHB Teori FHB Nyata Penurunan % Uji t

KK 9,34 8,16 12.60


*
PS 862 9,57 8,86 7.45
Keterangan : * = berbeda nyata
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya penurunan nilai


FHB nyata terhadap nilai FHB teori pada kedua KBD yang diamati. Faktor
pertama adalah petani tidak menanamkan semua bibit saat awal penanaman.
Petani menyisakan bibit untuk dijadikan bahan sulam. Bahan sulam ditanam
menjadi bibit dederan, bibit sumpingan atau bibit tidak ditanam dan dibiarkan
berada disamping lahan sambil menunggu waktu sulam. Bibit dederan adalah
bibit yang digunakan untuk kebutuhan penyulaman dengan menanamnya di atas
guludan. Bibit sumpingan adalah bibit yang digunakan untuk kepentingan
penyulaman dengan menanamnya di tiap-tiap ujung-ujung juringan.
Faktor kedua adalah terdapat mata tunas rusak sehingga tidak digunakan
untuk dijadikan bibit. Mata tunas dapat rusak pada saat proses penebangan dan
pengangkutan karena saling tergesek dan tertindih satu sama lain.
Faktor ketiga adalah buruh tani menanam bibit tidak sesuai dengan
jumlah mata yang ditetapkan oleh mandor. Penanaman yang seharusnya
menggunakan bibit dengan 2-3 mata tunas/bibit karena kurang teliti saat
pemotongan sehingga beberapa bibit memiliki 4-5 mata tunas/bibit. Faktor
tersebut menyebabkan penggunaan mata bibit lebih boros sehingga nilai FHB
nyata lebih kecil dibandingkan nilai FHB teori.
62

Faktor keempat adalah mata tunas yang berada pada batang bagian bawah
yang telah tua. Pada varietas Kidang Kencana jumlah mata tunas yang dihasilkan
lebih banyak dibandingkan varietas PS 862. Hal tersebut dikarenakan varietas
Kidang Kencana dipanen bibit pada umur 8 hingga 9.5 BST, sedangkan varietas
PS 862 dipanen pada umur 6 hingga 7 BST. Salah satu standar bibit tebu yang
baik adalah dipanen pada saat berumur 6-8 BST (Disbunjatim, 2008). Umur bibit
yang terlalu tua menyebabkan banyaknya mata tunas yang dihasilkan namun tidak
sebanding kebutuhan mata tunas di KTG yang dapat dipenuhi. Pada saat
penanaman bibit bagal yang berasal dari batang bagian bawah yang telah tua
dirangkap dengan bibit lain, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan
penyulaman apabila pertumbuhan bibit tua terganggu. Bibit bagal dari batang
bagian bawah yang telah tua banyak terlihat pada varietas Kidang Kencana dari
KBD Karangsuko.
Faktor kelima adalah terdapat pertumbuhan panjang ruas antar mata tunas
yang tidak normal. Ruas tumbuh pendek sehingga mata tunas tumbuh saling
berdekatan. Bibit normal dengan jumlah mata 2-3 mata tunas/bibit memiliki
panjang ± 20-30 cm. Pada bibit sepanjang ± 20-30 cm yang berasal dari batang
yang pertumbuhan ruasnya tidak normal memiliki jumlah mata tunas ± 6-10 mata
tunas/bibit. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan mata tunas/bibit di KTG
meningkat dan menurunkan nilai FHB nyata.
Pertumbuhan ruas yang tidak normal terjadi akibat suplai air yang kurang
pada saat fase pemanjangan batang. Fase pertumbuhan ruas tebu terjadi pada
periode umur tanaman 3-9 bulan ini dikatakan sebagai stadia perpanjangan batang
(Disbunjatim, 2008). Terdapat dua unsur dalam pertumbuhan pemanjangan
batang, yaitu diferensiasi ruas dan perpanjangan ruas-ruas tebu. Diferensiasi dan
perpanjangan ruas tebu dipengaruhi beberapa faktor lingkungan yaitu sinar
matahari, air, kelembaban tanah, aerasi, hara N.
Pertumbuhan ruas yang tidak normal banyak terjadi pada varietas Kidang
Kencana. KBD Karangsuko (varietas Kidang Kencana) merupakan lahan yang
mampu diairi, namun anggaran dari perusahaan untuk pengairan hanya
dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pada saat awal tanam dan umur 21 HST (Hari
Setelah Tanam) setelah itu lahan mendapat pengairan dari air hujan. Penanaman
63

varietas Kidang Kencana dilaksanakan pada bulan Juli. Pada saat tebu berumur 3-
4 BST (Oktober-November) mengalami kekurangan air yang disuplai dari air
hujan. Curah hujan pada bulan Oktober - November yang rendah menyebabkan
pemanjangan ruas terganggu. KBD Emplasmen Gondanglegi (varietas PS 862)
merupakan lahan kering yang pengairannya berasal dari air hujan. Penanaman
dilaksanakan pada saat musim hujan. Pada saat dimulai fase pemanjangan batang,
yaitu saat tebu berumur 3-4 BST (Desember-Januari) ketersediaan air tercukupi.
Varietas PS 862 di KBD Emplasmen Gondanglegi mengalami fase pemanjangan
batang yang normal.
Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa varietas Kidang Kencana dan PS 862
memiliki kemampuan menghasilkan jumlah batang dan jumlah mata tunas yang
tidak berbeda nyata sedangkan pada Tabel 17 menunjukkan bahwa varietas
Kidang Kencana dan PS 862 memiliki persentase penurunan FHB nyata terhadap
FHB teori yang berbeda nyata. Faktor keempat dan kelima adalah faktor yang
menyebabkan persentase penurunan FHB nyata terhadap FHB teori varietas
Kidang Kencana dan PS 862 berbeda nyata. Persentase penurunan FHB nyata
terhadap FHB teori varietas Kidang Kencana yang lebih besar dibandingkan PS
862 menunjukkan bahwa lebih banyak mata tunas yang tidak tersalurkan dari
KBD Karangsuko (varietas KK) dibandingkan dari KBD Emplasmen
Gondanglegi (varietas PS 862).

6.1.4. Teknis budidaya tebu di KBD dan KTG


Pengelolaan budidaya kebun bibit berbeda dengan budidaya tebu giling.
Beberapa hal yang membedakan budidaya tebu untuk bibit dan tebu untuk giling
di PG. Krebet Baru adalah
1. Kebutuhan jenis pupuk dan dosis yang diberikan
Pada budidaya pembibitan tebu di PG. Krebet Baru jenis pupuk yang
diberikan adalah hanya pupuk ZA. Pemberian pupuk ZA tersebut dilakukan
sebanyak 2 kali. Pupuk I diberikan pada saat tanaman berumur 1 BST dengan
dosis 4 ku/ ha. Pupuk II diberikan pada saat tanaman berumur 2.5-3 BST
dengan dosis 4 ku/ha.
64

Pada budidaya tebu untuk giling pupuk yang diberikan adalah Ponska dan
ZA. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemupukan dilakukan
sebanyak dua kali. Pupuk I diberikan pada saat tanaman berumur 1 BST yang
berupa pupuk Ponska 4 ku/ha dan ZA sebanyak 4 ku/ha. Pupuk I dilakukan
dengan cara mencampur kedua pupuk tersebut kemudian menaburnya ke dalam
juringan yang kemudian ditutup tanah (tambah tanah I). Pupuk II dilaksanakan
pada saat tanaman berumur 2 BST yang berupa pupuk ZA sebanyak 4 ku/ha.
2. Perlakuan klentek
Klentek adalah kegiatan membersihkan dan menghilangkan daun kering
tebu yang masih menempel di batang dengan cara mengelupasnya. Kegiatan
klentek tidak dilakukan pada budidaya tebu di kebun bibit. Hal ini bertujuan
untuk melindungi mata tunas agar tidak rusak. Tanaman tebu calon bibit harus
memiliki mata tunas yang sehat, tanpa luka dan tetap segar agar dapat
berkecambah dan tumbuh dengan baik saat dijadikan bibit. Berbeda dengan
budidaya tebu di KTG, kegiatan klentek sangat perlu dilakukan karena
memiliki berbagai manfaat. Manfaat kegiatan klentek pada budidaya tebu di
KTG adalah memperbaiki sirkulasi udara dalam kebun, mengurangi
kelembaban, menghindari robohnya tebu, mencegah meningkatnya hama dan
penyakit, menghindarkan terjadinya bahaya kebakaran kebun, dan untuk
mempermudah kegiatan penebangan.
3. Lama periode budidaya
Budidaya tebu di kebun bibit memiliki lama periode yang lebih singkat
dibandingkan dengan lama periode tanam untuk tebu di KTG. Untuk budidaya
tebu di kebun bibit hanya dilakukan selama 6-8 bulan. Disbun Jatim (2008)
menyatakan bahwa salah satu standar bibit yang baik adalah bibit memiliki
umur 6 - 8 bulan. Untuk tanaman tebu yang ditanam di KTG lama periode
pemeliharaannya hingga berumur 10 - 14 BST untuk dapat ditebang. Karena
pada umur tersebut tebu telah masak dan layak tebang untuk digiling.
4. Kemurnian Varietas
Menjaga kemurnian varietas hingga ≤ 95% adalah salah satu syarat KBD
yang baik (Pengawas Benih Tanaman, 2008). Apabila didapatkan KBD yang
kemurnian varietasnya kurang dari 95% maka harus dilakukan seleksi varietas
65

sebelum KBD tersebut ditebang untuk dijadikan bibit. Seleksi dilakukan


dengan cara menyisir lahan dan mencabut tebu yang tidak sesuai varietasnya
hingga akar (membongkar rumpun). Pekerjaan tersebut harus dilakukan oleh
orang yang telah mengenal ciri-ciri tiap varietas tebu dengan baik.
Budidaya di KTG tidak terlalu memperhatikan kemurnian varietas tebu
yang ditanam. Apabila terdapat tebu yang tidak sesuai varietasnya lebih dari
95% maka tidak akan dilakukan tindakan apapun.

Anda mungkin juga menyukai