Anda di halaman 1dari 23

V. PELAKSANAAN PRODUKSI BENIH MELON (Cucumis melo L.) DI PT.

BISI INTERNATIONAL Tbk. KEDIRI JAWA TIMUR

5.1 Budidaya Tanaman Melon (Cucumis melo L.)


Budidaya tanaman melon merupakan kegiatan memelihara tanaman melon
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan untuk diambil benihnya.
Kegiatan budidaya tanaman melon antara lain :
5.1.1 Persiapan Lahan
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan lahan pertama yaitu dengan membajak tanah dengan
menggunakan bantuan hewan yaitu sapi. Sebelum dibajak menggunakan sapi
diberi tambahan pupuk kompos (pupuk kandang) kurang lebih sebanyak 1 ton
untuk setiap 1000 tanaman. (Gambar 5.1) merupakan contoh pengolahan lahan
menggunakan bantuan sapi.

Gambar 5.1 Pengolahan Lahan Menggunakan Hewan Sapi

22
23

b. Pembuatan Bedengan
Setelah pengolahan lahan maka dilakukan pembuatan bedengan. Tujuan
dari pembuatan bedengan adalah untuk mengatur aerasi dan drainase tanah.
Ukuran bedengan yang diterapkan PT. BISI International Tbk. Adalah 45 m x 90
cm sedangkan jarak antar bedengan adalah 50 cm. Dalam satu green house
berukuran 50 m x 10 m ada 5 bedengan yang akan ditanami kurang lebih 1000
tanaman. Gambar 5.2 (a) merupakan contoh pembuatan bedengan yang dilakukan
di lahan mitra petani. Sedangkan gambar 5.2 (b) merupakan contoh bedengan
yang ada di dalam green house sebelum ditanami tanaman.

a b

Gambar 5.2 (a) Proses Pembuatan Bedengan


(b) Bedengan yang Ada di Dalam Green House.

c. Pemasangan Mulsa
Pemasangan mulsa dilakukan setelah bedengan jadi. Tujuan dari
pemasangan mulsa adalah menjaga kelembaban tanah, menekan pertumbuhan
gulma serta meminimalisir tumbuhnya patogen yang ada dalam tanah yang
menyebabkan penyakit pada tanaman. Mulsa yang digunakan adalah mulsa plastik
putih perak. Pemasangan mulsa dilakukan pada saat siang hari tujuannya agar
mulsa mudah ditarik dan mulsa lebih rapat. Ukuran mulsa lebih pendek daripada
bedengan karena pada saat pemasangan mulsa ditarik menyesuaikan bedengan.
Misalnya panjang bedengan 45 m maka panjang mulsa plastik hanya 42 m.
Setelah mulsa dipasang, kemudian mulsa dilubangi menggunakan alat plong
dengan diameter kurang lebih 10 cm. Setelah mulsa dilubangi selanjutnya
dilakukan pemasangan ajir. Ajir terbuat dari bambu dengan ukuran panjang 180
cm. Kegiatan pemasangan mulsa (Gambar 5.3).
24

Gambar 5.3 Proses Pemasangan Mulsa Plastik

d. Pembuatan Lubang Tanam


Kegiatan pembuatan lubang tanam dilakukan satu minggu sebelum tanam.
Mulsa dilubangi menggunakan alat plong tanam yang berukuran kurang lebih 10
cm. Adapun pembuatan lubang tanam yang dilakukan di PT. BISI International
Tbk, ialah :
a) Menentukan jarak tanam yang telah ditentukan dari departemen
produksi, yaitu 60 cm x 50 cm. Dimana 60 cm merupakan jarak antar
baris tanaman dan 50 cm jarak dalam baris tanaman.
b) Mulsa diukur menggunakan meteran yang sudah diberikan penanda
sesuai jarak tanam yang telah ditentukan
c) Mulsa dilubangi dengan menggunakan alat plong sesuai dengan jarak
tanam nya.
Pembuatan lubang tanam yang sesuai akan berpengaruh terhadap kualitas
pertumbuhan tanaman, begitu pun sebaliknya jika lubang tanam tidak sesuai
dengan jarak tanam yang ditentukan maka akan berakibat pada kualitas tanaman
yang diharapkan, seperti pertumbuhan lambat, sedikit nutrisi, waktu tunggu
tanaman berproduksi menjadi lebih lama, tanaman rentan terkena penyakit, dan
lain-lain.
25

a b

Gambar 5.4 (a) Alat Pembuat Lubang Tanam (b) Mulsa Plastik yang Sudah
dilubangi.

5.1.2 Persemaian
Persemaian merupakan kegiatan menyiapkan bibit yang sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam perusahaan, yang akan digunakan
untuk budidaya adalah melon varietas ME 027. Persemaian memiliki beberapa
tahapan diantaranya :
a. Pembuatan Media
Langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan media tanam. Bahan-
bahan yang diperlukan dalam pembuatan media tanam yaitu 10 kg cocopeat, 1
kg biokompos, 1 ons NPK Mutiara 16-16-16, 10 ml Victory 80 ʷᵖ dan 100 ml air.
Cara pembuatannya adalah dengan melarutkan NPK dan Victory 80 ʷᵖ dengan
100 ml air kemudian mencampurkannya dengan cocopeat. Setelah tercampur rata
kemudian menambahkan biokompos dan mengaduknya kembali sampai rata.
Media yang sudah tercampur rata selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag
kecil atau plastik kecil hingga penuh dan sedikit padat. Berikut pembuatan media
semai dilakukan dengan cara :
a. Menyiapkan media semai dengan perbandingan 10 kg cocopeat dan 1 kg
kompos, kemudian dicampurkan dengan cara diaduk sampai merata
menggunakan tangan.
b. Melarutkan 100 gram pupuk NPK Mutiara 16-16-16, 5 gram Fungisida,
dan 10 mL bakterisida pada 1 liter air yang ditempatkan pada ember
26

dengan cara diaduk secara perlahan menggunakan pengaduk yang


terbuat dari bambu sampai ketiga bahan tersebut larut.
c. Mencampurkan larutan tersebut pada campuran cocopeat dan kompos
yang kemudian diaduk menggunakan tangan sedikit demi sedikit agar
tercampur merata. Apabila campuran tersebut kurang lembab dapat
ditambahkan air secukupnya pada media semai.
d. Media semai yang telah jadi, dimasukkan pada polibag berukuran 7 cm x
6 cm sampai penuh namun tidak padat.
e. Media semai yang telah diisi pada kantong polibab, kemudian disimpan
pada green house penyemaian disusun dengan teratur. Kegiatan
persiapan media semai (Gambar 5.5).

a b

Gambar 5.5 Pembuatan Media Meliputi : (a) Kegiatan Pencampuran Cocopeat,


Biokompos, serta Pupuk Cair (b) Media Tanam yang Sudah
Dimasukkan ke Dalam Kantong Plastik atau Polybag.
b. Pemeraman
Benih yang akan ditanam sebelumnya diperam terlebih dahulu. Pemeraman
dilakukan dengan cara melarutkan 3 tetes Atonik pada 1 liter air, kemudian
merendam benih melon ke dalam larutan tersebut selama 2-3 jam. Setelah
direndam, benih melon kemudian dibilas dengan air mengalir. Kemudian benih
tersebut direndam dengan fungisida selama 5 menit, setelah direndam kemudian
benih dibilas kembali dengan air mengalir. Setelah benih bersih, langkah
selanjutnya adalah menyiapkan nampan dan membasahi handuk bersih. Kemudian
meletakkan kertas peram yang sudah dibasahi di atas handuk tersebut, lalu
meletakkan benih melon yang telah diberi perlakuan di atas kertas peram. Setelah
itu, menutup benih dengan kertas peram dan memberi label tujuannya agar tidak
27

tertukar dengan varietas lainnya. Kemudian ditutup kembali dengan handuk basah
dan disimpan dalam germinator dengan suhu 32ºC selama 36 jam.
c. Persemaian
Kegiatan yang dilakukan dalam persemaian meliputi menyiapkan peralatan
seperti polybag kecil, media tanam (yang sebelumnya sudah diolah), benih yang
telah diperam, air, alat penyiraman. Setelah peralatan dan bahan disiapkan
kemudian memasukkan media tanam ke dalam polybag. Setelah itu menanam
benih melon yang sudah diperam ke dalam poybag dan menata polybag-polybag
yang telah ditanami benih pada petakan lahan dengan tersusun rapi dan
menyirami air secukupnya. Setelah benih tumbuh kemudian polybag ditata di
kardus atau box dengan tersusun rapi yang mana dalam satu kardus atau box terisi
sebanyak 200 (Gambar 5.6).

Gambar 5.6 Persemaian Meliputi : (a) Benih Melon yang Ditanam Dalam Polybag
(b) Bibit Melon Berumur 2 Hari Setelah Semai.

5.2 Penanaman (Transplanting)


Penanaman ke lahan didalam green house dilakukan setelah lahan sudah
diolah dan bibit telah berusia 5-7 hari setelah semai. Transplanting dilakukan pada
saat sore hari diatas jam 14.00 WIB. Tanaman melon yang telah disemai
dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan kedalamn 5 cm tanpa polybag, artinya
polybag tidak ikut dimasukkan ke dalam lubang tanam dan ditutup dengan tanah
dan disiram air secukupnya. Penanaman tanaman melon jantan dan betina
dilakukan di green house yang berbeda. Perbandingan tanaman melon jantan dan
betina adalah 1 : 10, misalnya tanaman melon jantan 10 maka tanaman melon
betina 100. Penanaman pada green house yang berbeda bertujuan untuk
28

meminimalisir kontaminasi atau tanaman menyerbuk silang sendiri karena adanya


tiupan angin maupun serangga seperti kupu-kupu dan lebah (Gambar 5.7).

Gambar 5.7 Kegiatan Transplanting

5.3 Pemeliharaan
a. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman bibit kembali jika tanaman tidak bisa
tumbuh (mati). Penyulaman melon dilakukan pada saat tanaman melon mati
sebelum berumur 14 HST, jika lebih dari itu tidak disulam karena umur melon
nantinya tidak dapat seragam (sama). Tanaman melon yang mati disulam dengan
menggunakan bibit yang sama pada saat penanaman dulu. Penggunaan bibit yang
sama bertujuan agar umur melon seragam sehingga mempermudah perawatan
melon nantinya. Penyebab tanaman bisa mati diantaranya karena tanaman
kekurangan air, batangnya patah, atau akarnya putus akibat kesalahan dalam
menanam ataupun serangan hama seperti bekicot.
b. Pemupukan
Pemupukan pada melon di PT. Bisi International Tbk. dilakukan empat kali
selama masa tanam. Pada masa vegetatif tanaman diberi pupuk cair sedangkan
pada saat tanaman memasuki masa generatif diberikan pupuk padat. Pemberian
pupuk cair yaitu pada saat tanaman berumur 7 HST dan 14 HST. Tujuan
pemberian pupuk cair pada saat masa awal tanam agar mudah diserap tanaman
dengan cepat. Pupuk yang diberikan antara lain ½ Kg Mamigrow, 250 ml Atonik,
4-6 sdm Starmyl, 50 ml Winder dan 2 Kg NPK Mutiara 16-16-16 semua pupuk
dijadikan satu dan dilarutkan kedalam 250 L air kemudain diberikan ke 1000
tanaman (Gambar 5.8), sehingga masing - masing tanaman mendapatkan pupuk
cair kurang lebih 25 ml. Pemberian pupuk cair ini dengan menggunakan gayung
29

yang dibuat dari botol bekas yang dipotong dengan ukuran kurang lebih 100 ml
sehingga dalam satu gayung penuh bisa diberikan ke empat tanaman. Pemberian
pupuk padat yaitu pada saat tanaman berumur 25 HST dan 37 HST. Pupuk yang
diberikan antara lain KCL, SP-36 dan NPK Mutiara 16-16-16 dengan
perbandingan 1: 1 : 0,5.

Gambar 5.8 Pencampuran Pupuk dengan 250 L Air

Adapun tahapan pemupukan dengan cara dikocor, yaitu sebagai berikut :


a) Melarutkan pupuk NPK 16-16-16 sesuai dengan jadwal dan dosis
pemupukan yang tertera pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.
b) Menyiramkan pada lubang tanam dengan menggunakan gelas ukur sesuai
dengan dosis yang dianjurkan.
30

Tabel 5.1 Jadwal dan Dosis pemupukan Melalui Akar


Pemupukan Jenis Jadwal Konsentrasi Dosis
Susulan Ke- Pupuk Pemupukan Pertanaman
I NPK Mutiara 7 HST 5 g/L 100 ml/ tan
dikocor
II NPK Mutiara 14 HST 10 g/L 150 ml/tan
dikocor
III NPK Mutiara 21 HST 15 g/L 200 ml/tan
dikocor
IV NPK Pak Tani 27 HST 10 g/tan ditugal
V NPK Pak Tani 45 HST 15 g/tan ditugal
Sumber : PT. BISI International Tbk.

Adapun tahapan pemupukan susulan dengan cara dikocor, yaitu sebagai


berikut :
a) Membuat lubang pupuk di bawah lubang tanam dengan jarak sekitar
kurang lebih 15 cm.
b) Masukkan pupuk pada lubang pupuk sesuai dosis yang dianjurkan
menggunakan sendok makan.
c) Menyiram lubang tanam dan lubang pupuk untuk memudahkan
penyerapan unsur hara oleh akar.

Tabel 5.2 Jadwal Pemupukan dengan Cara dikocor


Umur Jenis Konsentrasi Interval Penyemprotan
Tanaman Pupuk
7 HST Minigrow N 1 g/L 1-2 kali sekali, tergantung
kondisi tanaman
14 HST Minigrow N 1,25 g/L 1-2 kali sekali, tergantung
kondisi tanaman
21 HST Minigrow P 1,5 g/L 1-2 kali sekali, tergantung
kondisi tanaman
28 HST Minigrow P 2 g/L 1-2 kali sekali, tergantung
kondisi tanaman
35 HST Minigrow NPK 2,5 g/L 1-2 kali sekali, tergantung
kondisi tanaman
45 HST Minigrow NPK 2,5 g/L 1-2 kali sekali, tergantung
kondisi tanaman
Sumber : PT. BISI International Tbk. (2016)
31

c. Pengairan
Tanaman melon merupakan tanaman yang tidak menyukai kondisi tanah yang
kering ataupun basah, melainkan lebih menyukai kondisi tanah yang lembab.
Untuk tetap menjaga kelembaban tanah di sekitar area penanaman diperlukan
pengairan yang teratur. Selain itu pula kondisi tanah pada lahan produksi benih
melon hibrida di PT. BISI International Tbk. Merupakan tanah yang berpasir
sehingga diperlukan pengairan yang lebih ekstra untuk tetap menjaga kelembaban
tanahnya. Pengairan dilakukan dengan cara dileb sampai tanah benar-benar basah.
Jadwal pengairan juga disesuaikan dengan kondisi tanah. Kegiatan pengairan
(Gambar 5.9).

Gambar 5.9 Pengairan Lahan dengan Cara Leb.


d. Pengikatan
Pengikatan tanaman ke lanjaran bertujuan untuk membantu tanaman agar
merambat tegak ke- atas sehingga pertumbuhan tanaman lebih teratur dan
mempermudah perawatan tanaman selanjutnya seperti proses pewiwilan dan
seleksi buah. Pengikatan dilakukan ketika tanaman berumur 10-15 hst atau saat
tanaman sudah mulai tinggi. Pengikatan tanaman dilakukan dengan menggunakan
tali rafia yang diikatkan pada tanaman kemudian diikatkan di lanjaran (Gambar
5.10).
32

Gambar 5.10 Pengikatan Tanaman Melon ke Lanjaran.

e. Pemangkasan
Pemangkasan atau yang lebih dikenal dengan istilah pewiwilan merupakan
kegiatan pembersihan cabang-cabang tanaman yang tumbuh disekitar ketiak daun
seperti gambar 5.11. Pewiwilan dilakukan mulai dari cabang pertama sampai
cabang ke-8. Pewiwilan dilakukan ketika tanaman kurang lebih berumur 26
HST. Tujuan dari pewiwilan adalah agar pertumbuhan vegetatif dapat maksimal
serta menghilangkan bunga jantan pada tanaman betina sehingga tidak terjadi
penyerbukan sendiri (selfing).
Pewiwilan yang tepat dapat digunakan untuk mengatur keseimbangan antara
source dan sink agar produksi yang dihasilkan dapat dikendalikan, serta dapat
merangsang bunga betina sehingga pertumbuhan buah lebih cepat dan
meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan. Pewiwilan yang dilakukan pada
tanaman melon yaitu kegiatan membuang cabang yang tidak produktif yaitu pada
ruas cabang ke 1-9 dan di atas ruas cabang ke 12, cabang ke 10-12 tidak
dipangkas karena diperuntukkan memelihara buah apabila pertumbuhan tanaman
optimal. Namun jika pertumbuhan tanaman kurang optimal pemangkasan bisa
dilakukan sampai cabang ke 8 dan di atas cabang ke 10. Untuk kegiatan
pemangkasan (Gambar 5.11a).
Trining merupakan kegiatan menghilangkan tunas yang tumbuh setelah ruas
buah pada cabang yang akan dipelihara untuk dibuahkan. Kegiatan ini dilakukan
saat buah sudah diseleksi, dengan cara memotong pada cabang buah dengan
33

menyisakan dua helai daun. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengoptimalkan
penyerapan unsur hara yang oleh tanaman lebih terfokuskan pada proses
pembentukan buah dan biji. Selain pewiwilan cabang juga dilakukan kegiatan
toping (Gambar 5.11b). Toping atau kegiatan pemangkasan tunas apikal / titik
tumbuh pada tanaman melon pada saat tinggi tanaman telah mencapai tinggi ajir
atau pada ruas ke-25. Pemangkasan tunas apikal (pucuk tanaman) bertujuan untuk
memberhentikan pertumbuhan tanaman ke arah atas agar makanan dari hasil
fotosintesis dan penyerapan unsur hara oleh tanaman lebih terfokus pada proses
pembuahan dan pembentukan biji. Untuk menghindari terjangkitnya penyakit
busuk pangkal batang, maka kondisi kelembaban di sekitar tanaman harus
diperhatiakan. Pancaran sinar matahari harus mampu menembus rimbunnya daun-
daun tanaman melon hingga mencapai pangkal batang setiap tanaman melon.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemangkasan daun. Pemangkasan dilakukan
pada daun-daun yang sudah tua mulai dari daun pertama sampai daun yang ketiga
dan pada daun-daun yang terkenapenyakit. Pemangkasan dilakukan dengan cara
memotong bagian-bagian tersebut dengan menggunakan tangan atau gunting.
Selain itu juga ada pemangkasan bunga wali atau bunga jantan pada tanaman
betina dan bunga betina pada tanaman jantan. Tujuan dari pembuangan bunga
wali yaitu untuk menjaga kemurnian benih yang nantinya akan dihasilkan.
Pembuangan bunga wali dilakukan selama polinasi tanaman berlangsung selama
itu pula bunga wali yang terdapat pada tanaman betina harus selalu bersih
(Gambar 5.11c).

a b c

Gambar 5.11 (a) Pewiwilan Cabang yang Tidak Produktif


(b) Trining pada Tunas Buah
(c) Pemangkasan Bunga Wali
34

f. Penyiangan
Untuk memaksimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman, lahan sekitar
penanaman perlu dilakukan penyiangan gulma-gulma yang tumbuh agar tidak
terjadi persaingan penyerapan unsur hara antara gulma dan tanaman yang
diproduksi. Selain itu, juga agar tidak terdapat inang hama dan penyakit di sekitar
lahan penanaman. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara mencabut dan
membuang gulma yang tumbuh pada lubang tanam, saluran drainase, dan di
sekitar green house dengan menggunakan tangan.
Penyiangan adalah istilah umum di Indonesia dalam kegiatan pertanian, yaitu
kegiatan mencabut gulma yang berada di antara sela-sela tanaman pertanian dan
sekaligus menggemburkan tanah. Tujuan penyiangan yaitu: (a) membersihkan
tanaman yang sakit, (b) mengurangi persaingan penyerapan hara, (c) mengurangi
hambatan produksi anakan dan mengurangi persaingan penetrasi sinar matahari.
Hal ini disebabkan tanaman harus mendapatkan semua nutrisi dan air yang
diberikan oleh petani agar mampu menghasilkan secara optimal.
g. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Kualitas buah melon yang bagus sangat dipengaruhi oleh ketahanannya
terhadap serangan organisme pengganggu. Upaya yang bisa dilakukan untuk
menjaga kualitas buah perlu dilakukan dengan mengendalikan organisme
pengganggu di areal pertanaman melon. Agar tanaman melon dapat berproduksi
optimal, diperlukan aplikasi teknik budidaya yang baik. Pencegahan hama dan
penyakit sejak dini adalah salah satu upaya penting untuk menjaga agar tanaman
dapat memberikan hasil yang menguntungkan. Kegiatan pengendalian hama dan
penyakit di PT. BISI International Tbk. Dilakukan dengan interval 2 minggu
sekali sesuai dengan kondisi tanaman yang diserang menggunakan insektisida dan
fungisida.
5.4 Teknik Hibridisasi
Hibridisasi merupakan proses perkawinan antara berbagai jenis spesies, suku,
ras, atau varietas unggul yang bertujuan untuk memperoleh organisme yang
diinginkan. Hibridisasi dilakukan dengan cara menempelkan atau memasukkan
serbuk sari dari bunga jantan pada kepala putik bunga betina. Hibridisasi sendiri
dibedakan menjadi dua, yaitu hibridisasi alami dan hibridisasi buatan. Hibridisasi
35

alami yaitu persilangan yang dilakukan secara alami oleh tanaman itu sendiri.
Sedangkan hibridisasi buatan yaitu persilangan tanaman yang dilakukan dengan
bantuan manusia, serangga ataupun angin. Proses hibridisasi yang dilakukan pada
kegiatan magang kerja industri di PT. BISI International Tbk. dalam produksi
melon hibrida yaitu hibridisasi buatan dengan bantuan manusia. Tingkat
keberhasilan dari proses hibridisasi sendiri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal (tanaman) dan faktor eksternal (cuaca dan lingkungan). Teknik
hibridisasi dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu kastrasi dan emaskulasi pada
tanaman tetua betina, pengambilan bunga jantan pada tanaman tetua jantan,
pemeraman bunga jantan, polinasi buatan, pembungkusan, dan pemberian tanda.
5.4.1 Kastrasi dan Emaskulasi
Kastrasi merupakan kegiatan membersihkan bagian tanaman pada bunga
betina yang akan dilakukan emaskulasi dengan cara membuang mahkota dan
kelopak bunga. Sedangkan emaskulasi merupakan kegiatan pembersihan alat
kelamin jantan (kotak sari) pada bunga betina tetua betina yang akan dipolinasi.
Kastrasi dan emaskulasi dilakukan sebelum kepala putik masak (reseptif), agar
tidak terjadi penyerbukan sendiri pada bunga betina tetua betina. Oleh karena itu,
PT. BISI melakukan kegiatan kastrasi dan emaskulasi pada tetua betina tanaman
melon ketika bunga betina masih dalam keadaan kuncup.
Kegiatan kastrasi dan emaskulasi sendiri dilakukan pada ruas cabang ke 9-11.
Apabila pertumbuhan tanaman optimal kastrasi dan emaskulasi dilakukan pada
ruas cabang ke 10 dan 11, namun jika pertumbuhan tanaman kurang optimal
dilakukan pada ruas cabang ke 9 dan 10 untuk dilakukan polinasi dan dipelihara
buahnya. Kegiatan kastrasi dan emaskulasi (Gambar 5.12), dilakukan satu hari
sebelum polinasi dan dilakukan pada sore hari yaitu sekitar pukul 13.00-16.00
WIB, hal ini bertujuan agar kepala putik tidak cepat kering karena kondisi tidak
terlalu panas. Jika kondisi kepala putik kering apabila dipolinasi serbuk sari tidak
dapat menempel. Kegiatan kastrasi dan emaskulasi dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Merobek bagian mahkota beserta kelopak bunga betina menggunakan
tangan secara perlahan dan hati-hati.
36

b. Mengambil kotak sari secara perlahan dan hati-hati menggunakan jari


tangan dan diusahakan kuku tidak menyentuh bagian putik agar tidak
melukai bagian putik yang mengakibatkan tumbuhnya jamur dan bisa
menyebabkan kegagalan polinasi.
c. Bunga yang telah dikastrasi dan emaskulasi ditutup dengan menggunakan
sungkup sedotan terbuat dari plastik yang berdiameter ±1-1,5 cm dan
panjang ±5 cm.
d. Bunga yang telah disungkup kemudian diberi tanda dengan menggunakan
tali dari benang wol berwarna merah dengan panjang ±10 cm yang
diletakkan di atas daun untuk memudahkan dan mempercepat kegiatan
polinasi keesokan harinya.

a b
Gambar 5.12 (a) Bunga Betina yang Siap dikastrasi dan Emaskulasi
(b) Kastrasi dan Emaskulasi Bunga Betina

5.4.2 Penyungkupan dan Pemberian Tanda


Penyungkupan dan pemberian tanda dilakukan setelah bunga betina dikastrasi
dan emaskulasi dan diberi tanda benang wol merah pada cabang bunga.
Penyungkupan bertujuan untuk menjaga kesterilan agar bunga tidak dapat
dipolinasi secara alami baik bantuan angin atau hewan di sekitar areal produksi.
Sedangkan pemberian tanda dilakukan untuk memberi tanda bahwa bunga
tersebut telah dilakukan kastrasi dan emaskulasi dan siap untuk dipolinasi. Selain
itu, pemberian tanda dimaksudkan sebagai pembeda antara buah yang dipolinasi
dan buah yang tidak dipolinasi (OP).
Sungkup terbuat dari plastik sedotan yang berdiameter antara 1-1,5 cm dan
panjang sekitar 5 cm yang pada bagian salah satu sisi ujung dari sedotan
direkatkan menggunakan api lilin. Penanda dibuat dari benang wol berwarna
37

merah terang untuk memudahkan saat polinasi karena mudah ditemukan, dengan
ukuran panjang ±10 cm. Pemberian tanda dapat dilakukan setelah kastrasi dan
emaskulasi selesai atau dilakukan dengan cara meletakkan di atas daun tanaman
yang akan dipolinasi keesokan harinya. Jadi, sebelum kegiatan polinasi cabang
yang akan dipolinasi diikat terlebih dahulu dengan tali tersebut. Sungkup dan
penanda yang digunakan (Gambar 5.13).

a b c

Gambar 5.13 (a) Sungkup dari Sedotan


(b) Benang Wol sebagai Penanda
(c) Tanaman yang Sudah Diberikan Sungkup dan Tali

5.4.3 Pengambilan dan Pemeraman Bunga Jantan pada Tetua Jantan


Pengambilan bunga jantan pada tetua jantan dilakukan pada waktu sore hari
setelah selesai kegiatan kastrasi dan emaskulasi pada tetua betina. Bunga jantan
yang diambil yaitu dicirikan dengan mahkota bunga berwarna kuning dan belum
mekar untuk tetap menjaga kesterilan dan jumlah dari serbuk sari yang akan
digunakan. Apabila bunga jantan yang diambil adalah bunga yang sudah mekar,
dikhawatirkan serbuk sari telah terkontaminasi oleh serbuk sari lain dan jumlah
serbuk sari berkurang dikarenakan tertiup oleh angin. Namun, apabila bunga yang
diperam telah habis dan polinasi belum selesai maka bunga yang sudah mekar
dapat digunakan. Bunga jantan yang siap untuk diambil dan diperam dapat dilihat
pada (Gambar 5.14).
Jumlah bunga jantan pada tanaman melon dominan lebih banyak
dibandingkan dengan bunga betina yang muncul. Oleh karena itu, tetua jantan
ditanam lebih sedikit dari tetua betina dengan perbandingan yaitu 1 : 10, dimana
jumlah bunga jantan yang terdapat dalam satu tanaman jantan mampu menyerbuki
jumlah bunga betina dalam 10 tanaman betina. Dikarenakan dalam satu tanaman
38

betina, bunga betina yang digunakan untuk polinasi hanya dua bunga betina.dalam
kegiatan polinasi yang akan dilakukan dimana satu bunga betina akan diserbuki
dengan serbuk sari dua bunga jantan, maka jumlah bunga jantan yang diambil
pada tetua jantan dilakukan dua kali lebih banyak dari jumlah bunga betina yang
akan dipolinasi.
Pengambilan bunga jantan dilakukan pada semua ruas cabang pada tanaman
tetua jantan. Setelah bunga jantan dipetik lalu bunga dikumpulkan untuk diperam,
dengan cara bunga diletakkan pada kain atau handuk yang telah dibasahi selama
kurang lebih 12 jam agar bunga dapat mekar pada pagi harinya dan polen siap
untuk menyerbuki bunga betina.

a b c
Gambar 5.14 (a) Bunga Jantan yang Siap diambil dan diperam
(b) Bunga Jantan yang Sudah Terkumpul
(c) Bunga Jantan yang diletakkan di Kain Basah dan diperam
selama ±12 jam

5.4.4 Pembungkusan
Setelah kegiatan polinasi selesai, bunga langsung ditutup dengan
menggunakan kertas sungkup yang berbahan kertas minyak berwarna putih.
Pembungkusan bunga bertujuan untuk menghindari serangan hama yang
menyerang tanaman dan menghindari bunga terserbuki lagi dengan serbuk sari
lain yang tidak diinginkan sehingga kemurniannya tetap terjaga. Sedangkan
pemberian tanda bertujuan agar buah yang telah dipolinasi mudah dikenali karena
dalam hal ini pula terjadi penyerbukan sendiri yang tidak diketahui. Buah yang
tidak memiliki benang disebut dengan buah Open Pollination (OP). Apabila
terdapat buah Open Pollination (OP), maka buah dibuang pada saat penyeleksian
buah pasca polinasi yaitu sekitar satu minggu setelah kegiatan polinasi dilakukan
yang bertujuan untuk tetap menjaga kemurnian benih yang dihasilkan dan
39

memfokuskan penyerapan nutrisi unsur hara oleh tanaman pada buah yang
dipelihara. Kegiatan pembungkusan (Gambar 5.15).

a b

Gambar 5.15 (a) Sungkup dari Kertas Minyak yang Digunakan untuk
Pembungkusan
(b) Pembungkusan yang Sudah Dilakukan dan Sudah Berbuah

Setelah kegiatan polinasi selesai maka kegiatan selanjutnya yaitu melihat


keberhasilan polinasi sebelum dilakukan seleksi buah. Tanda-tanda keberhasilan
atau kegagalan polinasi pada tanaman melon bisa dilihat satu minggu setelah
kegiatan polinasi selesai. Polinasi yang berhasil ditandai dengan semakin
membesarnya bakal buah dan masih berwarna hijau segar. Sedangkan polinasi
yang tidak berhasil ditandai dengan bakal buah berwarna kuning sampai coklat
kemudian bakal buah menjadi kering dan rontok. Cabang pada bunga yang tidak
berhasil dipolinasi kemudian dipangkas dan dibuang agar penyerapan unsur hara
dan hasil fotosintesis lebih terfokus pada buah yang berhasil dipolinasi sehingga
pembentukan buah menjadi lebih maksimal.
Apabila dalam satu tanaman tetua betina bunga yang telah dipolinasi berhasil
dua-duanya, maka dilanjutkan dengan kegiatan seleksi buah yang akan dipelihara.
Karena dalam hal ini hanya akan dipelihara satu buah dalam satu tanaman.
Penyeleksian buah dilakukan apabila buah sudah berukuran sebesar bola
pimpong. Namun apabila dalam satu tanaman tetua betina bunga yang berhasil
dipolinasi hanya salah satu dari dua bunga yang dipolinasi, maka bunga cabang
bunga yang tidak berhasil langsung dipangkas agar penyerapan unsur hara dan
hasil fotosintesis lebih terfokus pada bakal buah yang berhasil dipolinasi sehingga
pembentukan buah dan biji menjadi lebih maksimal (Gambar 5.16).
40

Apabila dalam satu tanaman tetua betina kedua bunga yang dipolinasi tersebut
gagal, maka tanaman tersebut segera dicabut karena tanaman tersebut sudah tidak
terpakai untuk mengefisienkan dalam hal kegiatan pemeliharaan. Selain itu juga
bertujuan untuk menghindari penyebaran penyakit dan hama yang menyerang
tanaman.

Gambar 5.16 Ciri-ciri Polinasi Berhasil

5.4.5 Seleksi Buah dan Pengikatan Buah


Seleksi buah dilakukan pada tanaman yang kedua polinasinya berhasil karena
dalam satu tanaman betina hanya dibuahkan dan dipelihara satu buah saja. Hal ini
bertujuan untuk memaksimalkan pembentukan bijinya. Seleksi buah dilakukan
pada saat buah berukuran sebesar bola pingpong kemudian dipilih satu yang
paling bagus dengan kriteria yaitu buah tidak cacat dan bentuknya bagus
(berbentuk oval). Jika seleksi buah dilakukan terlambat dengan ukuran yang
terlalu besar maka penyerapan nutrisi dan unsur hara tidak akan maksimal karena
terfokus pada dua buah sehingga pertumbuhan buah dan pembentukan biji
menjadi kurang maksimal.
Pengikatan buah dilakukan setelah kegiatan seleksi buah selesai, pengikat
yang digunakan yaitu tali rafia. Pengikatan buah bertujuan agar tanaman tidak
roboh akibat tarikan buah yang ke bawah, agar buah tidak retak akibat sentuhan
antara buah dan plastik hitam perak yang terlalu panas saat terik matahari.
41

Selain itu agar tanaman dapat mentranslokasikan unsur hara atau nutrisi pada
buah sehingga pembentukan biji dapat optimal.
5.5 Panen
Buah melon siap dipanen pada umur 70-80 HST. Buah melon yang siap
dipanen ditandai dengan kulit buah sudah berwarna kuning, jaring pada kulit buah
telah terbentuk dengan sempurna, adanya retakan yang terjadi pada pangkal
tangkai buah, kulit buah terasa lebih halus tidak berbulu, daun dan tangkai buah
mulai berwarna kuning. Buah yang akan dipanen 3-7 hari sebelumnya telah
dilakukan proses “curing”. Curing merupakan kegiatan pemberhentian
penyerapan unsur hara yang dilakukan dengan cara mencabut akar tanaman
kemudian dibiarkan menggantung pada ajir. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan
tanaman terhenti dan unsur hara yang masih terserap akar akan terfokus pada
pembentukan dan pemasakan biji sehingga menjadi lebih maksimal. Selain itu
kegiatan curing juga bertujuan untuk memaksimalkan masak fisiologis buah
melon yang akan dipanen untuk langsung dilakukan ekstraksi. Pemanenan
dilakukan pada pagi hari dengan cara memotong tangkai buah menggunakan pisau
atau gunting kemudian buah dikumpulkan untuk dilakukan penanganan pasca
panen. Adapun buah melon yang siap dipanen (Gambar 5.17).

Gambar 5.17 (a) Kegiatan Curing Sebelum Buah Dipanen


(b) Buah Melon yang Sudah Dipanen

5.6 Pasca Panen


5.6.1 Ekstraksi dan Pencucian Benih
Ekstraksi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari
daging buahnya. Pencucian benih dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
menempel seperti lendir, benih hampa, serat biji, daging buah yang terikut saat
42

ekstraksi. Pencucian dilakukan dengan air dan saat pencucian apabila terdapat
benih hampa atau terapung maka harus dipisahkan dan dibuang. Kegiatan
ekstraksi pada buah melon dan pencucian benih melon dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Mengumpulkan buah hasil panen.
b. Membelah buah melon menjadi dua bagian.
c. Mengeluarkan biji melon dengan menggunakan sendok dan biji
dikumpulkan di dalam ember.
d. Mencuci biji dengan menggunakan air untuk menghilangkan lendir yang
masih menempel. Apabila terdapat biji yang mengambang maka harus
dibuang.
e. Benih direndam dengan pewangi seperti Molto selama ±5 menit agar
benih menjadi bersih dari lendir dan mencegah pertumbuhan jamur.

a b c

d e f

Gambar 5.18 (a) Proses Pembelahan Buah Melon (b) Proses Pemisahan Biji
Melon dengan Daging Buahnya (c) Pencucian Biji Melon (d) Pembuangan
Biji Melon yang Hampa (e) Pemberian Larutan Pewangi (f) Pencucian
untuk Menghilangkan Zat Kimia dari Pewangi.
43

5.6.2 Pengeringan Benih


Benih yang selesai diekstraksi kemudian dilakukan pengeringan. Pengeringan
merupakan suatu cara untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam benih
yang bertujuan agar benih dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Pengeringan yang dilakukan yaitu secara tradisional dengan cara menjemur benih
di bawah sinar matahari langsung. Penjemuran dilakukan mulai pukul 07.00-11.00
WIB, kemudian diangkat (dipindahkan di tempat yang teduh) dan dapat dijemur
kembali pada pukul 14.00-16.00 WIB karena pada saat kondisi sinar matahari
yang terlalu terik dapat menyebabkan terjadinya kerusakan embrio benih sehingga
vigor dan viabilitas benihnya akan menurun. Oleh karena itu, benih tidak dapat
menerima sinar matahari yang terlalu terik. Selama proses pengeringan atau
penjemuran benih harus dibolak-balik setiap 5-10 menit untuk mendapatkan
tingkat kekeringan yang seragam. Apabila terjadi hujan maka penjemuran
berlangsung sekitar 3 hari sampai benar-benar kering. Tingkat kadar air untuk
benih melon setelah diekstraksi yaitu 11-14% (Gambar 5.19).

Gambar 5.19 (a) Proses Pengeringan atau Penjemuran di bawah Sinar Matahari
Langsung.
(b) Benih Melon yang Sudah Kering.

5.6.3 Sortasi Benih


Benih-benih yang telah kering kemudian dilakukan kegiatan sortasi. Sortasi
merupakan kegiatan pemisahan antara benih bernas, benih hampa, kotoran benih,
benih yang rusak serta benih varietas atau tanaman lain yang dapat mempercepat
proses kemunduran benih dan juga mengganggu aliran benih selama proses
pengolahan benih. Kegiatan sortasi dilakukan secara manual yaitu menggunakan
tampih dengan cara menampih benih yang kering untuk memisahkan benih hampa
44

dan kotoran benih. Sedangkan untuk memisahkan benih rusak dan benih varietas
lain dilakukan dengan cara melihat secara visual dengan lebih teliti benih-benih
yang telah ditampih. Selanjutnya untuk pemisahan benih sesuai ukuran dilakukan
dengan menggunakan mesin grading yang berada di pabrik.
5.6.4 Pengemasan dan Penyimpanan Benih
Benih dikemas dan dimasukkan ke dalam sak atau karung yang telah dilapisi
plastik di dalamnya untuk tetap menjaga kadar airnya. Kemudian benih disimpan
dalam ruangan tidak terlalu lembab agar viabilitas dan kadar airnya tidak menurun
sebelum dikirim ke perusahaan untuk diproses tahap selanjutnya oleh perusahaan.
Proses pengiriman benih dari petani ke perusahaan maka benih yang sudah
dikemas dalam karung wajib diberi identitas yang jelas. Pemberian identitas benih
ini diletakkan di dalam dan di luar karung untuk menghindari tertukarnya identitas
kepemilikan hasil benih antara petani satu dengan lainnya.
5.7 Pengujian Mutu Benih
Pengujian mutu benih dilakukan oleh Departemen Quality Control di PT. BISI
International Tbk. Departemen ini bertugas untuk memverifikasi benih yang
masuk sesuai dengan standar SOP atau tidak. Pedoman prosedur pengujian mutu
benih yang digunakan sesuai dengan standar International Seed Testing
Assosiation (ISTA). Adapun pengujian mutu benih yang dilakukan yaitu
sertifikasi lapang, laboratorium, dan Purity (kemurnian). Standart purity yang
ditetapkan oleh PT. BISI yaitu minimal 98%. Apabila kurang dari 98% kemurnian
benih yang dihasilkan dinyatakan tidak lulus dan benih dikembalikan ke petani
yang memproduksi. Artinya benih tersebut tidak akan dikemas dan diedarkan atau
dijual. Jumlah tanaman dalam uji kemurnian minimal adalah 180 tanaman.
Selain itu juga ada pengujian daya tumbuh benih. Hal ini digunakan untuk
mengetahui kecepatan dan keserempakan benih untuk berkecambah. Standart
daya tumbuh benih F1 yaitu 90%. Uji daya tumbuh benih melon dilakukan
dengan metode between paper yaitu uji kertas digulung dalam plastik. Kertas
yang digunakan yaitu kertas pleno yang bebas dari toksis dan pH normal (6,5-7),
serta konduktivitas 400 mikrosimin.

Anda mungkin juga menyukai