22
23
b. Pembuatan Bedengan
Setelah pengolahan lahan maka dilakukan pembuatan bedengan. Tujuan
dari pembuatan bedengan adalah untuk mengatur aerasi dan drainase tanah.
Ukuran bedengan yang diterapkan PT. BISI International Tbk. Adalah 45 m x 90
cm sedangkan jarak antar bedengan adalah 50 cm. Dalam satu green house
berukuran 50 m x 10 m ada 5 bedengan yang akan ditanami kurang lebih 1000
tanaman. Gambar 5.2 (a) merupakan contoh pembuatan bedengan yang dilakukan
di lahan mitra petani. Sedangkan gambar 5.2 (b) merupakan contoh bedengan
yang ada di dalam green house sebelum ditanami tanaman.
a b
c. Pemasangan Mulsa
Pemasangan mulsa dilakukan setelah bedengan jadi. Tujuan dari
pemasangan mulsa adalah menjaga kelembaban tanah, menekan pertumbuhan
gulma serta meminimalisir tumbuhnya patogen yang ada dalam tanah yang
menyebabkan penyakit pada tanaman. Mulsa yang digunakan adalah mulsa plastik
putih perak. Pemasangan mulsa dilakukan pada saat siang hari tujuannya agar
mulsa mudah ditarik dan mulsa lebih rapat. Ukuran mulsa lebih pendek daripada
bedengan karena pada saat pemasangan mulsa ditarik menyesuaikan bedengan.
Misalnya panjang bedengan 45 m maka panjang mulsa plastik hanya 42 m.
Setelah mulsa dipasang, kemudian mulsa dilubangi menggunakan alat plong
dengan diameter kurang lebih 10 cm. Setelah mulsa dilubangi selanjutnya
dilakukan pemasangan ajir. Ajir terbuat dari bambu dengan ukuran panjang 180
cm. Kegiatan pemasangan mulsa (Gambar 5.3).
24
a b
Gambar 5.4 (a) Alat Pembuat Lubang Tanam (b) Mulsa Plastik yang Sudah
dilubangi.
5.1.2 Persemaian
Persemaian merupakan kegiatan menyiapkan bibit yang sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam perusahaan, yang akan digunakan
untuk budidaya adalah melon varietas ME 027. Persemaian memiliki beberapa
tahapan diantaranya :
a. Pembuatan Media
Langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan media tanam. Bahan-
bahan yang diperlukan dalam pembuatan media tanam yaitu 10 kg cocopeat, 1
kg biokompos, 1 ons NPK Mutiara 16-16-16, 10 ml Victory 80 ʷᵖ dan 100 ml air.
Cara pembuatannya adalah dengan melarutkan NPK dan Victory 80 ʷᵖ dengan
100 ml air kemudian mencampurkannya dengan cocopeat. Setelah tercampur rata
kemudian menambahkan biokompos dan mengaduknya kembali sampai rata.
Media yang sudah tercampur rata selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag
kecil atau plastik kecil hingga penuh dan sedikit padat. Berikut pembuatan media
semai dilakukan dengan cara :
a. Menyiapkan media semai dengan perbandingan 10 kg cocopeat dan 1 kg
kompos, kemudian dicampurkan dengan cara diaduk sampai merata
menggunakan tangan.
b. Melarutkan 100 gram pupuk NPK Mutiara 16-16-16, 5 gram Fungisida,
dan 10 mL bakterisida pada 1 liter air yang ditempatkan pada ember
26
a b
tertukar dengan varietas lainnya. Kemudian ditutup kembali dengan handuk basah
dan disimpan dalam germinator dengan suhu 32ºC selama 36 jam.
c. Persemaian
Kegiatan yang dilakukan dalam persemaian meliputi menyiapkan peralatan
seperti polybag kecil, media tanam (yang sebelumnya sudah diolah), benih yang
telah diperam, air, alat penyiraman. Setelah peralatan dan bahan disiapkan
kemudian memasukkan media tanam ke dalam polybag. Setelah itu menanam
benih melon yang sudah diperam ke dalam poybag dan menata polybag-polybag
yang telah ditanami benih pada petakan lahan dengan tersusun rapi dan
menyirami air secukupnya. Setelah benih tumbuh kemudian polybag ditata di
kardus atau box dengan tersusun rapi yang mana dalam satu kardus atau box terisi
sebanyak 200 (Gambar 5.6).
Gambar 5.6 Persemaian Meliputi : (a) Benih Melon yang Ditanam Dalam Polybag
(b) Bibit Melon Berumur 2 Hari Setelah Semai.
5.3 Pemeliharaan
a. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman bibit kembali jika tanaman tidak bisa
tumbuh (mati). Penyulaman melon dilakukan pada saat tanaman melon mati
sebelum berumur 14 HST, jika lebih dari itu tidak disulam karena umur melon
nantinya tidak dapat seragam (sama). Tanaman melon yang mati disulam dengan
menggunakan bibit yang sama pada saat penanaman dulu. Penggunaan bibit yang
sama bertujuan agar umur melon seragam sehingga mempermudah perawatan
melon nantinya. Penyebab tanaman bisa mati diantaranya karena tanaman
kekurangan air, batangnya patah, atau akarnya putus akibat kesalahan dalam
menanam ataupun serangan hama seperti bekicot.
b. Pemupukan
Pemupukan pada melon di PT. Bisi International Tbk. dilakukan empat kali
selama masa tanam. Pada masa vegetatif tanaman diberi pupuk cair sedangkan
pada saat tanaman memasuki masa generatif diberikan pupuk padat. Pemberian
pupuk cair yaitu pada saat tanaman berumur 7 HST dan 14 HST. Tujuan
pemberian pupuk cair pada saat masa awal tanam agar mudah diserap tanaman
dengan cepat. Pupuk yang diberikan antara lain ½ Kg Mamigrow, 250 ml Atonik,
4-6 sdm Starmyl, 50 ml Winder dan 2 Kg NPK Mutiara 16-16-16 semua pupuk
dijadikan satu dan dilarutkan kedalam 250 L air kemudain diberikan ke 1000
tanaman (Gambar 5.8), sehingga masing - masing tanaman mendapatkan pupuk
cair kurang lebih 25 ml. Pemberian pupuk cair ini dengan menggunakan gayung
29
yang dibuat dari botol bekas yang dipotong dengan ukuran kurang lebih 100 ml
sehingga dalam satu gayung penuh bisa diberikan ke empat tanaman. Pemberian
pupuk padat yaitu pada saat tanaman berumur 25 HST dan 37 HST. Pupuk yang
diberikan antara lain KCL, SP-36 dan NPK Mutiara 16-16-16 dengan
perbandingan 1: 1 : 0,5.
c. Pengairan
Tanaman melon merupakan tanaman yang tidak menyukai kondisi tanah yang
kering ataupun basah, melainkan lebih menyukai kondisi tanah yang lembab.
Untuk tetap menjaga kelembaban tanah di sekitar area penanaman diperlukan
pengairan yang teratur. Selain itu pula kondisi tanah pada lahan produksi benih
melon hibrida di PT. BISI International Tbk. Merupakan tanah yang berpasir
sehingga diperlukan pengairan yang lebih ekstra untuk tetap menjaga kelembaban
tanahnya. Pengairan dilakukan dengan cara dileb sampai tanah benar-benar basah.
Jadwal pengairan juga disesuaikan dengan kondisi tanah. Kegiatan pengairan
(Gambar 5.9).
e. Pemangkasan
Pemangkasan atau yang lebih dikenal dengan istilah pewiwilan merupakan
kegiatan pembersihan cabang-cabang tanaman yang tumbuh disekitar ketiak daun
seperti gambar 5.11. Pewiwilan dilakukan mulai dari cabang pertama sampai
cabang ke-8. Pewiwilan dilakukan ketika tanaman kurang lebih berumur 26
HST. Tujuan dari pewiwilan adalah agar pertumbuhan vegetatif dapat maksimal
serta menghilangkan bunga jantan pada tanaman betina sehingga tidak terjadi
penyerbukan sendiri (selfing).
Pewiwilan yang tepat dapat digunakan untuk mengatur keseimbangan antara
source dan sink agar produksi yang dihasilkan dapat dikendalikan, serta dapat
merangsang bunga betina sehingga pertumbuhan buah lebih cepat dan
meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan. Pewiwilan yang dilakukan pada
tanaman melon yaitu kegiatan membuang cabang yang tidak produktif yaitu pada
ruas cabang ke 1-9 dan di atas ruas cabang ke 12, cabang ke 10-12 tidak
dipangkas karena diperuntukkan memelihara buah apabila pertumbuhan tanaman
optimal. Namun jika pertumbuhan tanaman kurang optimal pemangkasan bisa
dilakukan sampai cabang ke 8 dan di atas cabang ke 10. Untuk kegiatan
pemangkasan (Gambar 5.11a).
Trining merupakan kegiatan menghilangkan tunas yang tumbuh setelah ruas
buah pada cabang yang akan dipelihara untuk dibuahkan. Kegiatan ini dilakukan
saat buah sudah diseleksi, dengan cara memotong pada cabang buah dengan
33
menyisakan dua helai daun. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengoptimalkan
penyerapan unsur hara yang oleh tanaman lebih terfokuskan pada proses
pembentukan buah dan biji. Selain pewiwilan cabang juga dilakukan kegiatan
toping (Gambar 5.11b). Toping atau kegiatan pemangkasan tunas apikal / titik
tumbuh pada tanaman melon pada saat tinggi tanaman telah mencapai tinggi ajir
atau pada ruas ke-25. Pemangkasan tunas apikal (pucuk tanaman) bertujuan untuk
memberhentikan pertumbuhan tanaman ke arah atas agar makanan dari hasil
fotosintesis dan penyerapan unsur hara oleh tanaman lebih terfokus pada proses
pembuahan dan pembentukan biji. Untuk menghindari terjangkitnya penyakit
busuk pangkal batang, maka kondisi kelembaban di sekitar tanaman harus
diperhatiakan. Pancaran sinar matahari harus mampu menembus rimbunnya daun-
daun tanaman melon hingga mencapai pangkal batang setiap tanaman melon.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemangkasan daun. Pemangkasan dilakukan
pada daun-daun yang sudah tua mulai dari daun pertama sampai daun yang ketiga
dan pada daun-daun yang terkenapenyakit. Pemangkasan dilakukan dengan cara
memotong bagian-bagian tersebut dengan menggunakan tangan atau gunting.
Selain itu juga ada pemangkasan bunga wali atau bunga jantan pada tanaman
betina dan bunga betina pada tanaman jantan. Tujuan dari pembuangan bunga
wali yaitu untuk menjaga kemurnian benih yang nantinya akan dihasilkan.
Pembuangan bunga wali dilakukan selama polinasi tanaman berlangsung selama
itu pula bunga wali yang terdapat pada tanaman betina harus selalu bersih
(Gambar 5.11c).
a b c
f. Penyiangan
Untuk memaksimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman, lahan sekitar
penanaman perlu dilakukan penyiangan gulma-gulma yang tumbuh agar tidak
terjadi persaingan penyerapan unsur hara antara gulma dan tanaman yang
diproduksi. Selain itu, juga agar tidak terdapat inang hama dan penyakit di sekitar
lahan penanaman. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara mencabut dan
membuang gulma yang tumbuh pada lubang tanam, saluran drainase, dan di
sekitar green house dengan menggunakan tangan.
Penyiangan adalah istilah umum di Indonesia dalam kegiatan pertanian, yaitu
kegiatan mencabut gulma yang berada di antara sela-sela tanaman pertanian dan
sekaligus menggemburkan tanah. Tujuan penyiangan yaitu: (a) membersihkan
tanaman yang sakit, (b) mengurangi persaingan penyerapan hara, (c) mengurangi
hambatan produksi anakan dan mengurangi persaingan penetrasi sinar matahari.
Hal ini disebabkan tanaman harus mendapatkan semua nutrisi dan air yang
diberikan oleh petani agar mampu menghasilkan secara optimal.
g. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Kualitas buah melon yang bagus sangat dipengaruhi oleh ketahanannya
terhadap serangan organisme pengganggu. Upaya yang bisa dilakukan untuk
menjaga kualitas buah perlu dilakukan dengan mengendalikan organisme
pengganggu di areal pertanaman melon. Agar tanaman melon dapat berproduksi
optimal, diperlukan aplikasi teknik budidaya yang baik. Pencegahan hama dan
penyakit sejak dini adalah salah satu upaya penting untuk menjaga agar tanaman
dapat memberikan hasil yang menguntungkan. Kegiatan pengendalian hama dan
penyakit di PT. BISI International Tbk. Dilakukan dengan interval 2 minggu
sekali sesuai dengan kondisi tanaman yang diserang menggunakan insektisida dan
fungisida.
5.4 Teknik Hibridisasi
Hibridisasi merupakan proses perkawinan antara berbagai jenis spesies, suku,
ras, atau varietas unggul yang bertujuan untuk memperoleh organisme yang
diinginkan. Hibridisasi dilakukan dengan cara menempelkan atau memasukkan
serbuk sari dari bunga jantan pada kepala putik bunga betina. Hibridisasi sendiri
dibedakan menjadi dua, yaitu hibridisasi alami dan hibridisasi buatan. Hibridisasi
35
alami yaitu persilangan yang dilakukan secara alami oleh tanaman itu sendiri.
Sedangkan hibridisasi buatan yaitu persilangan tanaman yang dilakukan dengan
bantuan manusia, serangga ataupun angin. Proses hibridisasi yang dilakukan pada
kegiatan magang kerja industri di PT. BISI International Tbk. dalam produksi
melon hibrida yaitu hibridisasi buatan dengan bantuan manusia. Tingkat
keberhasilan dari proses hibridisasi sendiri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal (tanaman) dan faktor eksternal (cuaca dan lingkungan). Teknik
hibridisasi dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu kastrasi dan emaskulasi pada
tanaman tetua betina, pengambilan bunga jantan pada tanaman tetua jantan,
pemeraman bunga jantan, polinasi buatan, pembungkusan, dan pemberian tanda.
5.4.1 Kastrasi dan Emaskulasi
Kastrasi merupakan kegiatan membersihkan bagian tanaman pada bunga
betina yang akan dilakukan emaskulasi dengan cara membuang mahkota dan
kelopak bunga. Sedangkan emaskulasi merupakan kegiatan pembersihan alat
kelamin jantan (kotak sari) pada bunga betina tetua betina yang akan dipolinasi.
Kastrasi dan emaskulasi dilakukan sebelum kepala putik masak (reseptif), agar
tidak terjadi penyerbukan sendiri pada bunga betina tetua betina. Oleh karena itu,
PT. BISI melakukan kegiatan kastrasi dan emaskulasi pada tetua betina tanaman
melon ketika bunga betina masih dalam keadaan kuncup.
Kegiatan kastrasi dan emaskulasi sendiri dilakukan pada ruas cabang ke 9-11.
Apabila pertumbuhan tanaman optimal kastrasi dan emaskulasi dilakukan pada
ruas cabang ke 10 dan 11, namun jika pertumbuhan tanaman kurang optimal
dilakukan pada ruas cabang ke 9 dan 10 untuk dilakukan polinasi dan dipelihara
buahnya. Kegiatan kastrasi dan emaskulasi (Gambar 5.12), dilakukan satu hari
sebelum polinasi dan dilakukan pada sore hari yaitu sekitar pukul 13.00-16.00
WIB, hal ini bertujuan agar kepala putik tidak cepat kering karena kondisi tidak
terlalu panas. Jika kondisi kepala putik kering apabila dipolinasi serbuk sari tidak
dapat menempel. Kegiatan kastrasi dan emaskulasi dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Merobek bagian mahkota beserta kelopak bunga betina menggunakan
tangan secara perlahan dan hati-hati.
36
a b
Gambar 5.12 (a) Bunga Betina yang Siap dikastrasi dan Emaskulasi
(b) Kastrasi dan Emaskulasi Bunga Betina
merah terang untuk memudahkan saat polinasi karena mudah ditemukan, dengan
ukuran panjang ±10 cm. Pemberian tanda dapat dilakukan setelah kastrasi dan
emaskulasi selesai atau dilakukan dengan cara meletakkan di atas daun tanaman
yang akan dipolinasi keesokan harinya. Jadi, sebelum kegiatan polinasi cabang
yang akan dipolinasi diikat terlebih dahulu dengan tali tersebut. Sungkup dan
penanda yang digunakan (Gambar 5.13).
a b c
betina, bunga betina yang digunakan untuk polinasi hanya dua bunga betina.dalam
kegiatan polinasi yang akan dilakukan dimana satu bunga betina akan diserbuki
dengan serbuk sari dua bunga jantan, maka jumlah bunga jantan yang diambil
pada tetua jantan dilakukan dua kali lebih banyak dari jumlah bunga betina yang
akan dipolinasi.
Pengambilan bunga jantan dilakukan pada semua ruas cabang pada tanaman
tetua jantan. Setelah bunga jantan dipetik lalu bunga dikumpulkan untuk diperam,
dengan cara bunga diletakkan pada kain atau handuk yang telah dibasahi selama
kurang lebih 12 jam agar bunga dapat mekar pada pagi harinya dan polen siap
untuk menyerbuki bunga betina.
a b c
Gambar 5.14 (a) Bunga Jantan yang Siap diambil dan diperam
(b) Bunga Jantan yang Sudah Terkumpul
(c) Bunga Jantan yang diletakkan di Kain Basah dan diperam
selama ±12 jam
5.4.4 Pembungkusan
Setelah kegiatan polinasi selesai, bunga langsung ditutup dengan
menggunakan kertas sungkup yang berbahan kertas minyak berwarna putih.
Pembungkusan bunga bertujuan untuk menghindari serangan hama yang
menyerang tanaman dan menghindari bunga terserbuki lagi dengan serbuk sari
lain yang tidak diinginkan sehingga kemurniannya tetap terjaga. Sedangkan
pemberian tanda bertujuan agar buah yang telah dipolinasi mudah dikenali karena
dalam hal ini pula terjadi penyerbukan sendiri yang tidak diketahui. Buah yang
tidak memiliki benang disebut dengan buah Open Pollination (OP). Apabila
terdapat buah Open Pollination (OP), maka buah dibuang pada saat penyeleksian
buah pasca polinasi yaitu sekitar satu minggu setelah kegiatan polinasi dilakukan
yang bertujuan untuk tetap menjaga kemurnian benih yang dihasilkan dan
39
memfokuskan penyerapan nutrisi unsur hara oleh tanaman pada buah yang
dipelihara. Kegiatan pembungkusan (Gambar 5.15).
a b
Gambar 5.15 (a) Sungkup dari Kertas Minyak yang Digunakan untuk
Pembungkusan
(b) Pembungkusan yang Sudah Dilakukan dan Sudah Berbuah
Apabila dalam satu tanaman tetua betina kedua bunga yang dipolinasi tersebut
gagal, maka tanaman tersebut segera dicabut karena tanaman tersebut sudah tidak
terpakai untuk mengefisienkan dalam hal kegiatan pemeliharaan. Selain itu juga
bertujuan untuk menghindari penyebaran penyakit dan hama yang menyerang
tanaman.
Selain itu agar tanaman dapat mentranslokasikan unsur hara atau nutrisi pada
buah sehingga pembentukan biji dapat optimal.
5.5 Panen
Buah melon siap dipanen pada umur 70-80 HST. Buah melon yang siap
dipanen ditandai dengan kulit buah sudah berwarna kuning, jaring pada kulit buah
telah terbentuk dengan sempurna, adanya retakan yang terjadi pada pangkal
tangkai buah, kulit buah terasa lebih halus tidak berbulu, daun dan tangkai buah
mulai berwarna kuning. Buah yang akan dipanen 3-7 hari sebelumnya telah
dilakukan proses “curing”. Curing merupakan kegiatan pemberhentian
penyerapan unsur hara yang dilakukan dengan cara mencabut akar tanaman
kemudian dibiarkan menggantung pada ajir. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan
tanaman terhenti dan unsur hara yang masih terserap akar akan terfokus pada
pembentukan dan pemasakan biji sehingga menjadi lebih maksimal. Selain itu
kegiatan curing juga bertujuan untuk memaksimalkan masak fisiologis buah
melon yang akan dipanen untuk langsung dilakukan ekstraksi. Pemanenan
dilakukan pada pagi hari dengan cara memotong tangkai buah menggunakan pisau
atau gunting kemudian buah dikumpulkan untuk dilakukan penanganan pasca
panen. Adapun buah melon yang siap dipanen (Gambar 5.17).
ekstraksi. Pencucian dilakukan dengan air dan saat pencucian apabila terdapat
benih hampa atau terapung maka harus dipisahkan dan dibuang. Kegiatan
ekstraksi pada buah melon dan pencucian benih melon dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Mengumpulkan buah hasil panen.
b. Membelah buah melon menjadi dua bagian.
c. Mengeluarkan biji melon dengan menggunakan sendok dan biji
dikumpulkan di dalam ember.
d. Mencuci biji dengan menggunakan air untuk menghilangkan lendir yang
masih menempel. Apabila terdapat biji yang mengambang maka harus
dibuang.
e. Benih direndam dengan pewangi seperti Molto selama ±5 menit agar
benih menjadi bersih dari lendir dan mencegah pertumbuhan jamur.
a b c
d e f
Gambar 5.18 (a) Proses Pembelahan Buah Melon (b) Proses Pemisahan Biji
Melon dengan Daging Buahnya (c) Pencucian Biji Melon (d) Pembuangan
Biji Melon yang Hampa (e) Pemberian Larutan Pewangi (f) Pencucian
untuk Menghilangkan Zat Kimia dari Pewangi.
43
Gambar 5.19 (a) Proses Pengeringan atau Penjemuran di bawah Sinar Matahari
Langsung.
(b) Benih Melon yang Sudah Kering.
dan kotoran benih. Sedangkan untuk memisahkan benih rusak dan benih varietas
lain dilakukan dengan cara melihat secara visual dengan lebih teliti benih-benih
yang telah ditampih. Selanjutnya untuk pemisahan benih sesuai ukuran dilakukan
dengan menggunakan mesin grading yang berada di pabrik.
5.6.4 Pengemasan dan Penyimpanan Benih
Benih dikemas dan dimasukkan ke dalam sak atau karung yang telah dilapisi
plastik di dalamnya untuk tetap menjaga kadar airnya. Kemudian benih disimpan
dalam ruangan tidak terlalu lembab agar viabilitas dan kadar airnya tidak menurun
sebelum dikirim ke perusahaan untuk diproses tahap selanjutnya oleh perusahaan.
Proses pengiriman benih dari petani ke perusahaan maka benih yang sudah
dikemas dalam karung wajib diberi identitas yang jelas. Pemberian identitas benih
ini diletakkan di dalam dan di luar karung untuk menghindari tertukarnya identitas
kepemilikan hasil benih antara petani satu dengan lainnya.
5.7 Pengujian Mutu Benih
Pengujian mutu benih dilakukan oleh Departemen Quality Control di PT. BISI
International Tbk. Departemen ini bertugas untuk memverifikasi benih yang
masuk sesuai dengan standar SOP atau tidak. Pedoman prosedur pengujian mutu
benih yang digunakan sesuai dengan standar International Seed Testing
Assosiation (ISTA). Adapun pengujian mutu benih yang dilakukan yaitu
sertifikasi lapang, laboratorium, dan Purity (kemurnian). Standart purity yang
ditetapkan oleh PT. BISI yaitu minimal 98%. Apabila kurang dari 98% kemurnian
benih yang dihasilkan dinyatakan tidak lulus dan benih dikembalikan ke petani
yang memproduksi. Artinya benih tersebut tidak akan dikemas dan diedarkan atau
dijual. Jumlah tanaman dalam uji kemurnian minimal adalah 180 tanaman.
Selain itu juga ada pengujian daya tumbuh benih. Hal ini digunakan untuk
mengetahui kecepatan dan keserempakan benih untuk berkecambah. Standart
daya tumbuh benih F1 yaitu 90%. Uji daya tumbuh benih melon dilakukan
dengan metode between paper yaitu uji kertas digulung dalam plastik. Kertas
yang digunakan yaitu kertas pleno yang bebas dari toksis dan pH normal (6,5-7),
serta konduktivitas 400 mikrosimin.