Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH REKAYASA LINGKUNGAN DAN BANGUNAN

PERTANIAN

Efek Rumah Kaca Di Bidang Pertanian

Dosen Pembimbing :

Ir. Anang Supriadi S, MP

Disusun oleh :

Nama : Mira Febriana Arum Mustika

NIM : B31191656

Golongan :C

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

TAHUN 2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kami yang berjudul “Efek Rumah Kaca Di Bidang Pertanian” dengan baik
dan lancar.

Upaya kami ini bagi setetes air ditengah samudra dunia pendidikan
nasional. Namun, kami selalu mengharap apa yang kami perbuat dapat turut
serta menyukseskan tujuan pendidikan nasional demi kemajuan bangsa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan


dan kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan demi
kesempurnaan karya tulis ini.

Akhir kata semoga hasil karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan bagi penyusun khusunya.

Lumajang, 22 September 2020

Mira Febriana Arum Mustika


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1-2


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca ..................................................................... 3-4


2.2 Penyebab Efek Rumah Kaca ...................................................................... 4-5
2.3 Akibat Efek Rumah Kaca ........................................................................... 5-7
2.4 Solusi untuk Menagatasi Efek Rumah Kaca ..............................................7-11

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12


3.2 Saran ........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari tahun ke tahun jika kita mengamati kejadian di bumi ini, maka
kita akan merasakan suatu perbedaan, yaitu suhu di permukaan bumi ini
semakin panas dan cuaca menjadi tidak menentu. Para ahli menyebutnya
dengan istilah pemanasan global atau global warming, dimana terjadi
peningkatan suhu di permukaan bumi akibat efek rumah kaca.

Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan


dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah
dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa
energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat
menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas
atmosfer sudah terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang
seharusnya lepas ke angkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke
permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali
lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari
dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi
lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya
suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global.
Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu
berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli selama beberapa dekade


terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumu
ini terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh
aktivitas manusia. Tidak dapat dipungkiri lagi, semakin maju
perkembangan zaman maka teknologi pun semakin maju, mau tidak mau
manusia juga akan mangikuti perkembangan tersebut.

Salah satunya adalah pemakaian bahan bakar fosil yang


menghasilkan kontributor pemanasan global yaitu carbondioksida (CO2),
metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari
sistem pencernaan hewan-hewan ternak), nitrogen oksida (NO) dari
pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan
(CFC). Diamana gas-gas tersebut sangat sulit untuk diuraikan di
atmosfer bumi. Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai
penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-
pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam
jaringannya ke atmosfer.
Fokus dari makalah kami adalah membahas tentang efek rumah
kaca itu sendiri ditinjau dari segi pengertian, hal-hal yang menyebabkan
efek rumah kaca, akibat yang ditimbulkannya, serta solusi
dalam mengatasi efek rumah kaca agar dapat meminimalisir dampak
yang ditimbulkannya dalam bidang pertanian.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian efek rumah kaca?
b. Apa yang menyebabkan timbulnya efek rumah kaca?
c. Apa pengaruh efek rumah kaca terhadap pertumbuhan dan
produktifitas tanaman?
d. Bagaimana solusi untuk mengatasi efek rumah kaca?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengerti apa itu efek rumah kaca
b. Untuk mengetahui penyebab efek rumah kaca
c. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkannya dalam bidang
pertanian
d. Untuk mengetahui solusi efek rumah kaca, agar kita dapat
meminimaliasasinya
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca


Istilah efek rumah kaca dalam bahasa inggris disebut green house efect,
pada awalnya berasal dari pengalamn para petani yang tinggal di daerah
beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kacauntuk menanam dan
menyimpan sayur mayurdan bunga-bungaan di musim dingin. Para petani
tersebut menggunakan rumah kaca karena sifat kaca yang mudah menyerap
panas dan sulit melepas panas, di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari
pada dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas berupa gelombang
sinar infra merah, tetapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam
ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar
ruangan.
Dari situlah istilah efek rumah kaca muncul, bumi diibaratkan sebagai
tanaman, dan kaca sebagi atmosfer bumi, dimana atmosfer ini berfungsi
untuk menjaga suhu bumi agar tetap hangat walaupun di musim dingin.
Efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan di bumi karena gas-gas
dalam atmosfer dapat menyerap gelombang panas dan sinar matahari
menjadikan suhu di bumi tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup.
Seandainya tidak ada gas rumah kaca jadi tidak ada efek rumah kaca, suhu di
bumi rata-rata hanya akan -18oC, suhu yang terlalu rendah bagi sebagian
besar makhluk hidup, termasuk manusia. Tetapi dengan adanya efek rumah
kaca suhu rata-rata di bumi menjadi 33oC lebih tinggi, yaitu 15oC, suhu ini
sesuai bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup.
Gas rumah kaca :
1. Uap air
Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan
bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca.
Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional dan aktivitas manusia
tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada
skala lokal.
2. Karbondioksida
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke
atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan
kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan
menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang
mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan
hutan untuk perluasan lahan petanian.
3. Metana
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk ga
srumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu mengangakap
panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana
dilepaskan selama produksi dan transporatsi batu bara, gas alam dan
minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organikdi
tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh
hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk smaping dari
pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an,
jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setngah kali lipat.

4. Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia
dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan
pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar
dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkatkan 16 persen
bila dibandingkan masa pre-industri.
5. Gas lainnya
Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur.
Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium.
Hidroflourokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai
produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat
duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang
masih menggunakan klorofiorokarbon (CFC) sebagai media pendingin
yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan
ozon (lapisan yang memlindungi Bumi dari radiasi ultraviolet.
2.2 Penyebab Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon


dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas
CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu
bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.

Energi yang masuk ke Bumi:

 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer


 25% diserap awan
 45% diserap permukaan bumi
 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi

Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi


inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar
inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO 2 dan gas
lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normla,
efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan
suhu antara siang dan malam di bumi ridak terlalu ajauh berbeda.

Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah
belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2)
serta beberapa senyawa organik seperti gas metana
dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting
dalam meningkatkan efek rumah kaca.

2.3 Akibat efek rumah kaca terhadap pertumbuhan dan produktifitas


tanaman

Iklim dan cuaca merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan dan
produktifitas tanaman pangan. Sistem produksi pertanian dunia saat ini
mendasarkan pada kebutuhan akan tanaman setahun, kecuali beberapa
tanaman seperti pisang, kelapa, buah-buahan, anggur, kacang-kacangan,
beberapa sayuran seperti asparagus, rhubarb, dan lain-lain. Tanaman-tanaman
tersebut dikembangbiakan dalam kondisi pertanaman tertentu.

Produktifitas pertanian berubah-ubah secara nyata dari tahun ke tahun.


Perubahan drastis cuaca, lebih berpengaruh terhadap pertanian dibanding
perubahan rata-rata. Tanaman dan ternak sangat peka terhadap perubahan
cuaca yang sifatnya sementara dan drastis. Perbedaan cuaca antar tahun lebih
berpengaruh dibanding dengan perubahan iklim yang diproyeksikan. Dan tak
terdapat bukti bahwa perubahan iklim akan mempengaruhi perubahan cuaca
tahunan. Petani selalu berhadapan dengan perubahan iklim. Besaran
perbedaan antar tahun telah melampaui prakiraan perubahan iklim. Fluktuasi
iklim tahunan, dalam beberapa urutan besaran lebih tinggi dibanding dengan
besar prediksi perubahan pelan-pelan iklim yang diajukan para ahli ekologi.
Hal ini digambarkan pada Musim panas daerah pertanian Jagung Amerika
serikat, antara tahun 1988 (kering dan panas) dan 1992 (basah dan dingin).
Suhu selama Juli dan Agustus berbeda 80F dalam dua tahun dibeberapa
negara bagian. Hal paling kritis yang belum diketahui adalah pola frekuensi
kemarau. Kemarau terjadi dibeberapa tempat didunia setiap tahun. Kemarau
tahunan juga lumrah terjadi di area pertanian India, China, Rusia dan
beberapa negara Afrika.

Variabel menonjol yang diperkirakan akan sangat berpengaruh terhadap


pertumbuhan dan produktivitas tanaman pangan akibat terjadinya
peningkatan kadar CO2 adalah bumi yang memanas. Berdasarkan
pengamatan obyektif di lapangan, diperkirakan akan lebih rendah dibanding
permodelan iklim yang lemah dan kasar menggunakan komputer.
Berdasarkan permodelan komputer, muka bumi rata-rata akan memanas
sebesar 1,5-4,5OC jika kadar CO2 meningkat dua kali. Secara keseluruhan
iklim akan memanas 3 kali 1,5OC pada akhir abad nanti, dan pemanasaan
terbesar terjadi dikutub, dan lebih rendah di khatulistiwa.

Kedua, kenaikan suhu dapat diperkirakan dan akan berpengaruh terhadap


pola hujan. Untuk kebanyakan tanaman pangan dan serat dan beberapa
spesies lain perubahan dalam ketersediaan air memiliki akibat yang lebih
besar dibanding kenaikan suhu. Permodelan iklim secara regional telah di
modelkan dalam tingkat yang lebih kurang meyakinkan dibanding model
untuk iklim global. Perubahan yang diperkirakan, jika terjadi dalam pola
hujan dan suhu dengan kadar CO2 yang tinggi akan menguntungkan produksi
tanaman pangan beririgasi.

Ketiga, pemanasan global mempengaruhi variabel yang berpengaruh


terhadap produktifitas pertanian. Hal ini akan sangat penting bagi pertanian
yang terkait zona suhu, baik bagi pertambahan maupun intensitas masa tanam
atau satuan tingkat pertumbuhan. Perhatian petani akan tertuju pada
perbedaan musiman dan antar tahun pada curah hujan, salju, lama musim
tanam, dan beda suhu dalam hari-hari yang berpengaruh pada tahap
pertumbuhan. Stabilitas dan keandalan produksi adalah sama pentingnya
dengan besaran jumlah produksi itu sendiri.

Keprihatinan akan perubahan iklim dimasa depan dan perubahan yang


lebih besar lagi akan diimbangi dengan penelitian mengenai manfaat
peningkatan CO2 bagi fotosintesis dan berkurangnya kebutuhan tanaman
akan air, dan tetap meningkatnya hasil. Selama 70 tahuan, perubahan cuaca,
mencerminkan bahwa hasil tanam di USA, Rusia, India, China, Argentina,
Canada dan Australia, memungkinkan negara dengan cuaca baik dapat
menjaga keamanan pangan negara dari cuaca yang buruk. Kekeringan secara
menyeluruh di dunia hampir tak pernah terjadi saat ini.

Walau ada kepastian bahwa pertanian dunia dapat mengantisipasi


perubahan iklim, perubahan itu akan menambah masalah yang harus
ditangani dalam dasa warsa kedepan. Masalah lain adalah Kelangkaan air dan
kualitas air, tanah yang menjadi gersang, pengadaan energi dari bahan bakar
fosil serta kelangsungan praktek pertanian yang sekarang ada. Beberapa
praktek yang membahayakan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan
harus diubah bersamaan dengan tingkat produksi yang aman dan dapat
diandalkan juga harus terus ditingkatkan. Prakiraan terjadinya perubahan
iklim membuat penelitian pertanian yang komprehensif menjadi sangat
penting dalam menghadapi perubahan itu secara efektif.

Penelitian mengenai perubahan iklim, akan melengkapi usaha


peningkatan produktivitas tanaman, yang dipengaruhi oleh tekanan
lingkungan, yang kini tengah dilakukan melalui rekayasa genetik, perlakuan
kimiawi dan pola pengolahan. Ini akan memberi dua manfaat sekaligus, baik
sebagai pelindung menghadapi perubahan jangka pendek lingkungan, seperti
kemarau dan juga membantu menghadapi perubahan iklim dalam jangka
panjang, dan untuk mengkatalisasi sumber daya hayati bagi peningkatan
produksi.

2.4 Solusi untuk Mengatasi Efek Rumah Kaca

Contoh nyata upaya penanggulangan efek rumah kaca dalam kehidupan


sehari-hari antara lain :

1. Mengubah perilaku setiap orang

Untuk mencegah terjadinya dampak-dampak dari bahaya efek rumah


kaca, tentunya harus dimulai dari diri sendiri pada setiap orang.
Kepedulian setiap individu untuk melakukan perubahan perilaku pada
dirinya akan berdampak bagi generasi penerus di kemudian hari.

a. Penggunaan alat listrik

Listrik tidak sebersih yang dikira, karena letak pembangkit yang


jauh, sehingga asap polusinya tidak kita rasakan. Pembangkit listrik
merupakan penyumbang emisi yang besar karena masih
menggunakan bahan bakar fosil untuk prosesnya. Sekitar 27%
pembangkit listrik di Jawa-bali menggunakan batubara, batubara
sendiri adalah bahan bakar yang paling kotor karena mengeluarkan
emisi paling besar. Perlu diketahui juga, listrik menyumbang 26 %
total emisi yang dihasilkan di Indonesia.

 Menghemat penggunaan Listrik antara pukul 17.00 sampai


22.00.
 Memadamkan listrik jika sedang tidak digunakan. Karena
pada kondisi stand by, alat elektronik masih mengalirkan
listrik sebesar 5 watt. Kabel dari barang elektronik akan
lebih baik jika dilepas dari stop kontak bila sudah tidak
digunakan
 Menggunakan lampu hemat energi (CFL) dan lampu sensor
cahaya untuk lampu taman, sehingga lampu akan hidup dan
mati secara otomatis tergantung cahaya matahari.
Memanfaatkan cahaya matahari untuk penerangan di dalam
ruangan di pagi dan siang hari. Selain menghemat listrik juga
dapat menurunkan emisi penyebab pemanasan global
 Menggunakan timer agar televisi otomatis mati saat
ketiduran.
 Memakai alat-alat elektronik dengan cara bijak, sehingga
dapat menghemat penggunaan listrik.
Misalnya :

1. Penggunaan komputer dan printer.


 Menunggu beberapa saat setelah CPU menyala untuk
menyalakan layar atau monitor. Layar bisa langsung
dimatikan setelah mengklik shut down, sehingga tidak perlu
menunggu komputer mati terlebih dahulu.
 Menggunakan laptop lebih hemat energi dibandingkan
dengan komputer pribadi (PC). Laptop hanya memerlukan
daya 60 watt, sementara PC sekitar 200 watt (bahkan lebih).
 Monitor komputer jenis LCD lebih hemat energi jika
dibandingkan jenis CRT. Monitor jenis LCD hanya
memerlukan listrik sebesar 40 watt, sedangkan jenis CRT
memerlukan 120 watt. Saat stand by, monitor LCD hanya
menggunakan listrik 3 watt, sedangkan monitor CRT
menggunakan 20 watt.
 Mematikan komputer atau laptop saat tidak digunakan.
Printer yang sedang tidak digunakan, tetapi kabel selalu
terpasang akan menghasilkan emisi sebesar 21 kg CO2 per
tahun atau sekitar Rp. 17.000,00 per tahun
2. Penggunaan setrika.
 Memilih setrika listrik yang menggunakan sistem pengatur
panas otomatis.
 Pada saat menyetrika, tingkat panas yang diperlukan lebih
baik sesuai dengan bahan pakaiannya.
 Membiasakan menyetrika sekaligus dan menghindari
mencabut dan mencolokkan kembali setrika ke sumber
listrik.
 Membersihkan bagian bawah setrika dari kerak yang dapat
menghambat panas.
 Mematikan setrika ketika selesai digunakan atau bila akan
ditinggalkan untuk mengerjakan yang lain
3. Penggunaan pompa air.
 Menggunakan reservoir/tangki penampungair untuk
kebutuhan air rumah tangga, jika tidak, maka menggunakan
pompa air untuk mengisi bak atau ember.
 Menyalakan pompa air bila air di dalam tangki hampir
habis.
 Menggunakan sistem kontrol otomatis atau pelampung
pemutus arus otomatik pada tangki air yang berfungsi untuk
memutus arus listrik ke pompa air bila air sudah penuh.
 Menghindari pompa yang sering ‘hidup-mati’ karena
semakin besar juga daya listrik yang dipakai.
 Memilih jenis pompa air sesuai dengan kebutuhan dan
memiliki tingkat efisiensi yang tinggi.
4. Penggunaan charger handphone (HP).

Saat mengisi ulang baterai handphone, hanya 5% energi listrik


yang masuk ke baterai handphone. Sisanya 95% terbuang
percuma. Ini disebabkan teknologi charger handphone belum
hemat energi. Untuk mengurangi pemborosan listrik, segera
mencabut charger, jika baterai handphone sudah penuh.

5. Penggunaan magic jar.

Tidak semestinya membiarkan magic jar menyala selama 24


jam. Mematikan magic jar setelah nasi atau masakan matang,
Menyalakan magic jar hanya pada saat ingin memanaskan nasi
atau masakan.

6. Stop kontak.

Melepas kabel dari stop kontak jika sudahtidak digunakan


atau menggunakan stop kontak dengan tombol on/off agar tidak
perlu mencabut dan memasang kabel.

7. Proses mencuci.

Menurut penelitian Institut Manufaktur di Universitas


Cambrige, 60% pemborosan energi diasosiasikan dengan masa
selama mencuci dan mengeringkan pakaian. Menggunakan air
dingin untuk mencuci dan membilasnya dan mengeringkan
pakaian di jemuran. Hal terebut dapat menghemat energi. Dengan
demikian, kita telah mengurangi emisi karbon dioksida
sampai 90%.

b. Penggunaan kendaraan bermotor


 Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
 Mendukung petani lokal

Dengan membeli produk-produk lokal, maka sama


halnya dengan menghemat bahan bakar dan mengurangi
polusi yang digunakan dan dihasilkan dari kendaraan yang
digunakan untuk mengangkut produk dari luar kota dan luar
negeri. Selain itu juga, produk lokal tidak kalah kualitas dan
desainnya dibandingkan produk impor. Semakin banyak
membeli makanan impor, maka semakin besar kontribusi
emisi CO2.
 Memperbaiki kualitas kendaraan, melakukan uji emisi dan
merawat kendaraan bermotor dengan baik.
c. Go green

Untuk mengatasi pengurangan polusi udara pada di atmosfer,


maka dapat dilakukan juga penanaman tanaman. Penanaman tanaman
dapat berupa pohon dapat dilakukan di halaman dan tempat-tempat
yang banyak menghasilkan polusi udara, seperti di pinggir-pinggir
jalan. Selain itu juga, melakukan reboisasi pada gunung-gunung yang
gundul dan membuat taman-taman di perkotaan atau biasa disebut
dengan taman kota.

d. Pengelolaan sampah

Untuk mengatasi masalah sampah, yang dapat dilakukan adalah :

 Mengurangi penggunaan sampah


 Memisahkan antara sampah organik dengan sampah non
organik.

Memisahkan antara sampah organik, plastik dan kertas,


maka akan mempermudah dalam proses mendaur ulang
sampah. Sampah organik bisa dijadikan kompos. Sampah
plastik bisa dijadikan kerajinan tangan atau didaur ulang
kembali menjadi plastik. Sedangkan sampah kertas bisa
didaur ulang kembali menjadi kertas daur ulang dan kertas
yang biasa digunakan (HVS).

 Menghemat penggunaan kertas.

Setiap harinya sampah kertas di seluruh dunia berasal


dari 27.000 batang kayu. Pada tahun 2005, Indonesia
mengonsumsi kertas sebanyak 5,6 juta ton. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut dibutuhkan sebanyak 22,4 juta m3 kayu
yang diambil dari hutan alam atau sama dengan menebang
hutan seluas 640 ribu hektar per hari. Kegiatan penebangan
dan kebakaran hutan merupakan penyumbang emisi terbesar,
yaitu sekitar 64% dari total emisi di Indonesia. Diantaranya
diakibatkan oleh kegiatan pabrik kertas. (Kementerian
Lingkungan Hidup, 1999)

 Mengurangi penggunaan tisu


 Mengurangi konsumsi daging sapi

Dengan banyaknya masyarakat yang mengonsumsi sapi,


maka akan semakin banyak pula sapi di peternakan sapi.
Kotoran sapi menghasilkan emisi NO2 dan pembusukan
kotorannya mengeluarkan gas CH4. Sehingga semakin
banyak sapi, maka akan semakin banyak jumlah kotorannya.

 Mendaur ulang kertsa, plastik, dan logam

Mendaur ulang kertas bekas untuk dijadikan kertas


kembali ataupun kerajinan tangan akan sangat membantu
jumlah sampah kertas. Hal tersebut juga dapat dilakukan
untuk sampah plastik dan logam.

 Membuat kompos
e. Beradaptasi dengan dampak efek rumah kaca

Dengan cuaca yang tidak menentu merupakan salah satu dampak


efek rumah kaca. Mulai saat ini selalu siap sedia jas hujan, payung
dan sepatu bot untuk bepergian. Bahaya efek rumah kaca mungkin
sudah tidak dapat dihindari lagi. Namun, jika upaya-upaya sederhana
di atas dilakukan oleh semua masyarakat secara bersama-sama dan
terus-menerus, maka dampak dari efek rumah kaca dapat dikurangi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adanya efek rumah kaca adalah disebabkan oleh bertambahnya jumlah


gas-gas rumah kaca (GRK) di atmosfir yang menyebabkan energi panas
yang seharusnya dilepas ke luar atmosfir bumi dipantulkan kembali ke
permukaan dan menyebabkan temperatur permukaan bumi menjadi lebih
panas. Gas-ga rumah kaca itu antara lain : Uap air, Karbondioksida, Metana,
Nitrogen Oksida, Gas lainnya berupa Hidrofluorokarbon (HCFC-22),
klorofluorokarbon (CFC), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur
hexafluoride).Akibat yang ditimbulkan dari efek rumah kaca memiliki
dampak negatif dan positif, tetapi kebanyakan dampak yang ditimbulkan
adalah dampak negatif karena merugikan kesejahteran makhluk hidup.

Beberapa solusi untuk mengatasi adanya efek rumah kaca dapat


dilakukan dari pihak pemerintah dan masyarakat untuk meminimalisasi
dampak yang ditimbulkan. Dari pemerintah dapat dilakukan dengan
membuat kebijakan untuk mengajak masyarakat dalam menanggulangi efek
rumah kaca. Sementara masyarakat dapat melakukan kegiatan-kegiatan
dalam kehidupan sehari-hari misalnya : penghematan penggunaan alat
listrik, keefisienan penggunaan kendaraan bermotor dengan cara menghemat
BBM, Go green dengan reboisasi atau penanaman pohon, pengelolaan
sampah, beradaptasi dengan dapak efek rumah kaca.

3.2 Saran

Melalui pembahasan dalam makalah ini diharapkan siswa mampu dan


mau mengetahui dan memahami efek rumah kaca, penyebab timbulnya efek
rumah kaca, akibat yang ditimbulkan, dan solusi dalam menanggulangi
dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA

http://vao07.blogspot.com/2016/07/makalah-efek-rumah-kaca.html

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120220235952AAqR8DD

http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca

http://imamfaried24.blogspot.com/2014/08/dampak-gejala-dan-cara-mengatasi-
efek_25.html

http://portal.paseban.com/popular_science/127791/efek-rumah-kaca

http://sitipirs.blogspot.com/2013/05/cara-mengatasi-efek-rumah-kaca.html

https://pertanian-unas-vanniawabella.blogspot.com/2018/01/efek-rumah-kaca-
erk-di-bidang-pertanian.html

Anda mungkin juga menyukai