Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SIFAT FISIK PRODUK PERTANIAN

DIFUSIVITAS PRODUK PERTANIAN

Ayu Lastari (05021281722054)


Irma Santika ( 050211817220

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

ii Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah


menganugerahkan rahmat serta inayah-Nya, yang karena-Nya, penulis diberikan
kesehatan untuk menyelesaikan makalah Sifat Fisik Produk Pertanian “Difusivitas
Produk Pertanian” dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung , yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sadar bahwa makalah Sifat Fisik Produk Pertanian ini dapat selesai
berkat dari bantuan serta dukungan dari semua pihak. Butuh diketahui pula bahwa
dengan segenap kelemahan, tentunya makalah Sifat Fisik Produk Pertanian ini
tetap jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis meminta masukkan dan
kritikan yang dapat membangun, yang kemudian dapat menyempurnakan makalah
ini.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat
bagi setiap pihak terutama bagi mereka para pembaca.

Penulis,
Indralaya, 29 November 2019

ii Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pindah Panas...................................................................................................3
2.2 Panas Jenis.....................................................................................................3
2.3 Difusivitas.......................................................................................................4
2.4 Penentuan Difusivitas....................................................................................5
2.5 Laju Difusivitas Air.......................................................................................6
2.6 Difusivitas Panas...........................................................................................6
2.7 Pengaruh Suhu terhadap Nilai Difusivitas Panas..........................................7
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Pindah Panas...................................................................................................8
3.1.1 Penentuan Panas Jenis.................................................................................9
3.1.2 Penentuan Difusivitas Panas........................................................................9
3.2 Metode Pengukuran Difusivitas Panas Hasil Pertanian dengan Metode
Inversi Berdasarkan Finite Difference dan Jaringan Syaraf Tiruan.............11
3.3 Penggunaan Metode Numerik Untuk Menentukan Difusivitas Termal Biji
Jagung Curah Berbagai Ukuran...................................................................12
3.4 Penentuan Difusivitas Termal Lada Putih dan Lada Hitam (Paper
ningrum L.)...........................................................................................14
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................16
4.2 Saran ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA

ii Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sifat fisik bahan mencakup aspek yang sangat luas, mulai dari sifat fisik
itu sendiri yang meliputi densitas kamba, densitas nyata, ukuran, diameter,
bentuk, struktur, tekstur, sifat optik, warna, penampakan, serta sifat fisik yang
berkenaan dengan panas jenis, panas laten, konduktivitas dan difusivitas panas.
Berkaitan dengan kelistrikan, sifat fisik bahan meliputi konduktivitas listrik,
konstanta dielektrik, dan sebagainya. Selanjutnya, sifat fisik dapat dikembangkan
menjadi sifat-sifat mekanik, seperti reologi, elastisitas, dan kekentalan. Sifat
hidratasi dapat pula digolongkan sebagai sifat fisik bahan berkaitan dengan
pengikatan air.
Produk pertanian merupakan produk yang mudah rusak sehingga
diperlukan cara-cara penanganan pascapanen yang lebih baik untuk dapat
memperpanjang umur simpan. Perlakuan pendinginan adalah cara yang biasa
dilakukan untuk memperpanjang umur simpan sekaligus mempertahankan
kualitas produk dengan syarat suhu, waktu dan parameter pendinginan lainnya
sesuai dengan karakteristik produk yang didinginkan (Rizvi, 2005). Demikian
juga dengan perlakuan panas baik menggunakan air panas, uap panas maupun
kombinasi keduanya merupakan perlakuan pendahuluan dalam penanganan segar
sayuran dan buah-buahan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme seperti
jamur (Mayor and Sereno, 2004).
Untuk merancang sistem pendinginan dan pemanasan yang baik dan tepat
untuk komoditas pertanian, perlu diketahui karakteristik atau properti termofisik
(thermal properties) masingmasing produk. Hal ini dapat dipahami mengingat
pendinginan dan perlakuan panas berkaitan erat dengan proses pindah panas. Sifat
panas akan menentukan karakteristik perubahan suhu produk sehingga dapat
ditentukan kebutuhan energi dan waktu perlakuan secara tepat (Weidenfellera,
2004). Nilai difusivitas panas bahan merupakan salah satu sifat panas yang
dibutuhkan untuk menduga laju perubahan suhu bahan sehingga dapat ditentukan
waktu optimum yang dibutuhkan dalam proses pengolahan, pengeringan atau

ii Universitas Sriwijaya
pendinginan (Singh and Goswami, 2000). Dengan mengetahui waktu optimum
tersebut, selain dapat menghindarkan terjadinya kerusakan bahan juga dapat
menghemat penggunaan energi.
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
Perbedaan konsentrasiyang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi.
Difusi merupakan salah satu peristiwa perpindahan massa yang prosesnya sering
jugadilakukan dalam industri-industri. Proses difusi minimal melibatkan dua zat,
salah satu zat berkonsentrasi lebih tinggi daripada zat lainnya atau dapat dikatakan
dalam kondisi belum setimbang, Keadaan ini dapat menjadi driving force dari
proses difusi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara
merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap
terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi,
Difusivitas panas merupakan salah satu sifat fisik yang berkaitan dengan
proses-proses pembauran/transfer panas dalam bahan atau diartikan sebagai laju
pada saat panas terdifusi keluar atau masuk dalam bahan yang secara natural
mendistribusikan panas keseluruh bagian produk (Haryanto, 2013).
Koefisien difusivitas panas bahan merupakan salah satu sifat panas yang
dibutuhkan untuk menduga laju perubahan suhu bahan sehingga dapat ditentukan
kebutuhan energi atau waktu optimum dalam proses pengolahan terutama bahan
yang sensitif terhadap panas. Koefisien difusivitas panas yang tinggi
menyebabkan semakin cepat terjadinya difusi panas di dalam bahan (Jain dan
Pathare, 2007; Singhal dkk., 2008), sehingga semakin singkat waktu pemasakan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui apa yang
dimaksu dengan difusivitas produk pertanian.

ii Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pindah Panas


Perpindahan panas adalah salah satu dari displin ilmu teknik termal yang
mempelajari cara menghasilkan panas, menggunakan panas, mengubah panas, dan
menukarkan panas di antara sistem fisik. Perpindahan panas diklasifikasikan
menjadi konduktivitas termal, konveksi termal, radiasi termal, dan perpindahan
panas melalui perubahan fasa.
Konduksi termal adalah pertukaran mikroskopis langsung dari energi
kinetik partikel melalui batas antara dua sistem. Ketika suatu objek memiliki
temperatur yang berbeda dari benda atau lingkungan di sekitarnya, panas mengalir
sehingga keduanya memiliki temperatur yang sama pada suatu
titik kesetimbangan termal. Perpindahan panas secara spontan terjadi dari tempat
bertemperatur tinggi ke tempat bertemperatur rendah, seperti yang dijelaskan
oleh hukum kedua termodinamika (Haryanto,2013).
Konveksi terjadi ketika aliran bahan curah atau fluida (gas atau cairan)
membawa panas bersama dengan aliran materi. Aliran fluida dapat terjadi karena
proses eksternal, seperti gravitasi atau gaya apung akibat energi panas
mengembangkan volume fluida. Konveksi paksa terjadi ketika fluida dipaksa
mengalir menggunakan pompa, kipas, atau cara mekanis lainnya. Radiasi termal
terjadi melalui ruang vakum atau medium transparan. Energi ditransfer
melalui foton dalam gelombang elektromagnetik (Andiko,2019).

2.2 Panas Jenis


Panas jenis didefinisikan sebagai jutnlah energi yang dibutuhkan oleh satu
satuan berat bahan untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat. Besaran ini
dipakai untuk menduga jumlah energi (Q) yang diperIukan bila suhu bahan
berubah satu satuan (ΔT).

Q/∆ T Q
Cp = =
m ( m )( ∆ T )

ii Universitas Sriwijaya
Siebel mengembangkan suatu persamaan untuk menghitung panas jenis bahan
dengan membedakan pada dua kondisi yaitu pertama, kondisi diatas titik beku dan
kedua, di bawah titik beku(5), masing-masing sebagaiberikut :
Cp = 4.1868 (0.008 M + 0.20)
Cp =4.1868 (0.003 M + 0.20)
dim ana M adalah persentase kadar air (basis basah).
Metode yang diajukan Charm dalam menghitung panas jenis turut
mernpertimbangkan kandungan lemakbahan. Metode ini cUkup baik terutama .
bagi bahan-bahan yang kandungan lemaknya cukup tinggi.
Cp = 4.1868 (0.5 Xf+ 0.33 Xs+Xm)
dimana Xf adalah fraksi Iemak, Xs adalah fraksi padatan dan Xm adalah fraksi air
dalam bahan. Selain dua metode diatas, panas jenis dapat ditentukan dengan
metode campuran (method of mixtures). Metode ini banyak dipakai karena
caranya sederhana yaitu dengan mernasukkan bahan yang sudah diketahui
masanya (Ws) kedalam kalorimeter berisi air yang sudah diketahui berat (W W)
dankapasitas panasnya (CW) (Pratama, 2019).

2.3 Difusivitas
Pada kegiatan pengeringan dan penyimpanan selalu berkaitan dengan
kondisi fisik lingkungan sekitar di antaranya proses pindah panas. Panas mengalir
dari suhu tinggi menuju suhu yang lebih rendah. Untuk menganalisis masalah-
masalah pada pindah panas diperlukan sifat-sifat panas bahan pada biji jagung
misalnya difusivitas panas.
Difusivitas panas merupakan salah satu sifat fisik yang berkaitan dengan
proses-proses transfer panas pada bahan atau diartikan sebagai laju pada saat
panas terdifusi keluar atau masuk dalam bahan yang secara natural
mendistribusikan panas ke seluruh bagian produk (Manalu, L.P. 2003).
Difusivitas panas merupakan salah satu karakteristik panas yang
dibutuhkan untuk menduga laju perubahan suhu bahan sehingga dapat ditentukan
kebutuhan energi atau waktu optimal pada proses pengolahan terutama bahan
yang sensitif terhadap panas. Pengukuran difusivitas dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu menggunakan metode tidak langsung dan metode langsung.

ii Universitas Sriwijaya
2.4 Penentuan Difusifitas
Penentuan difusivitas panas dengan menggunakan metode tidak langsung
dapat dilakukan dengan mensubstitusikan nilai-nilai konduktivitas panas, massa
jenis, dan panas jenis bahan yang telah diketahui sebelumnya ke dalam rumus.
Akan tetapi, pengukuran nilai difusivitas panas secara tidak langsung dinilai
kurang sempurna, karena pendekatan nilai-nilai pembentuknya yang didapatkan
secara empiris kadang-kadang bervariasi pada kondisi yang sama (Oniya, 2017)
Difusivitas merupakan perbandingan antara panas yang dikonduksikan dan
panas yang disimpan atau rasio antara panas yang dikonduksikan melalui bahan
terhadap panas yang disimpan per satuan volume. Difusivitas panas dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut :
𝛼 = 𝐾 / 𝜌 𝐶𝑝
Keterangan :
∝ = difusivitas panas (m2 /det),
k = konduktivitas panas (J/mºC detik)
ρ = massa jenis (kg/m3 ),
Cp= panas jenis (J/kg ºC)
Sifat difusivitas panas dipengaruhi oleh komposisi kimia bahan, struktur
bahan, dan suhu (Silalahi dan Tambunan, 2005; Sun, 2006).
Suatu bahan dengan konduktivitas panas tinggi atau kapasitas panas rendah
artinya memiliki difusivitas panas besar. Makin besar difusivitas panas maka
semakin cepat penyebaran (Difusi) panas ke dalam medium. Nilai difusivitas
panas yang kecil berarti bahwa sebagian besar panas diserap oleh bahan dan
sebagian kecil yang akan dialirkan secara konduksi (Haryanto, 2013).
Difusivitas panas dapat diartikan sebagai laju pada saat panas terdifusi
keluar dari bahan. Distribusi suhu pada suatu bahan dalam kondisi tidak mantap
telah dirumuskan oleh persamaan umum
Fourier sebagai berikut :
T/t =2T
dimana T adalah suhu pada titik tertentu (pada koordinat x, y dan z), t adalah
waktu dan adalah koefisien difusivitas panas.

ii Universitas Sriwijaya
2.5 Laju Difusivitas Air
Pengeringan merupakan proses yang kompleks meliputi perpindahan
massa, panas dan momentum yang terjadi secara simultan. Mekanisme
perpindahan lengas di dalam pori-pori padatan meliputi difusi molekular, aliran
kapiler, difusi cairan melalui pori-pori padatan, difusi uap di dalam pori, aliran
Knudsen, dan aliran hidrodinamik. Namun demikian tidak semua mekanisme
perpindahan tersebut dapat terlibat di dalam model pengeringan karena
kompleksnya persamaan yang akan diselesaikan. Kebanyakan mekanisme difusi
saja yang dilibatkan dalam pemodelan pengeringan.
Difusi atau transfer massa adalah gerakan molekul-molekul atau fluida
yang disebabkan adanya gaya pendorong. Macam-macam jenis difusi adalah
difusi molekuler/difusi permukaan, difusi antar fase satu film (difusi dalam aliran
turbulen), dan difusi antar fase dua film. Difusivitas molekuler merupakan transfer
massa yang disebabkan molekuler secara acak dalam fluida diam. Difusi
permukaan terjadi manakala ada retakan; materi yang berdifusi cenderung
menyusuri permukaan retakan. Konsentrasi di permukaan retakan lebih tinggi dari
konsentrasi di volume. Energi aktivasi yang diperlukan untuk terjadinya difusi
permukaan lebih rendah dibanding dengan energi aktivasi yang diperlukan untuk
terjadinya difusi bidang batas. Pada pengeringan terjadi proses difusivitas air,
yaitu penyebaran massa air ke sekitarnya.
Faktor yang mempengaruhi difusivitas diantaranya adalah suhu, perbedaan
tekanan luas permukaan, dan kadar air awal bahan, semakin tinggi kadar air awal
bahan maka semakin tinggi pula nilai difusivitas air saat pengeringan berlangsung
(Sutarsih, dkk. 2009).

2.6 Difusivitas Panas


Difusivitas panas merupakan salah satu sifat termal suatu bahan padat
yang erat kaitannya dengan kemampuan penetrasi atau disipasi termal dari suatu
bahan tersebut (Abdullah, Kamarudin, 1993). Penentuan nilai difusivitas suatu
bahan dapat dilakukan secara langsung dengan pengukuran atau secara tidak
langsung dengan menggunakan rumus dalam hubungannya dengan beberapa
parameter lainnya. Dalam hubungannya dengan sifat termal yang lain, difusivitas

ii Universitas Sriwijaya
panas merupakan perbandingan dari konduktivitas panas dengan kalor jenis dan
massa jenisnya, secara matematis ditulis sebagai :
λp
∝=
ρ .Cp
Keterangan :
Αα = difusivitas termal, m2 /s
λp = konduktivitas termal, m2 /s
ρ = massa jenis, kg/m3
Cp = kalor jenis, J/kg K

2.7 Pengaruh Suhu terhadap Nilai Difusivitas Panas


Berdasarkan dari hasil penelitian (T.S. Hutabarat, 2001) bahwa pengaruh
suhu berbanding lurus dengan nilai koefisien difusivitas dan kadar air, dimana
semakin besar suhu yang digunakan pada suatu bahan maka semakin besar pula
nilai koefisien difusivitas yang didapatkan. Menurut T.S. Hutabarat nilai
koefisien difusivitas panas bahan juga sangat dipengaruhi dengan adanya ion-ion
yang terkandung dalam bahan itu sendiri. Seperti halnya pada buah tomat yang
didalamnya banyak mengandung anion dan juga kation seperti (Ca, Mg, P, K, Na,
Fe, sulfur, chlorine) yang mana ini sangat berpengaruh terhadap nilai difusivitas
panas dan juga nilai konduktivitas panas.

ii Universitas Sriwijaya
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Difusivitas Panas Mangga Arum Manis


Masyarakat sekarang ini banyak beralih ke buah-buahan segar yang praktis
dan cepat tersaji akibat kesibukan kerja atau urusan lainnya. Untuk memenuhi
kebutuhan buah-buahan tersebut maka dilakukan proses penghilangan bagian-
bagian yang tidak dapat dimakan dan proses meminimalkan ukuran (minimally
processed). Proses tersebut meliputi kegiatan pembersihan, pencucian, sortasi,
pengupasan, dan pemotongan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan
bentuk spesifik sesuai komoditas yang diproses.
Akibat adanya luka bekas pengupasan dan pemotongan menyebabkan
meningkatnya proses respirasi dan metabolisme yang diikuti dengan cepat oleh
proses kerusakan. Akibat pemotongan dan pengupasan maka terjadi perubahan
fisiologis yang tidak diinginkan karena berkurangnya keutuhan sel produk dari
minimally processed. Berkurangnya keutuhan sel tersebut mengakibatkan
terjadinya peningkatan laju respirasi, peningkatan laju produksi etilen, degradasi
membrane lipid, reaksi pencoklatan dan laju penguapan air (Brecht, 1995).
Keadaan ini mengakibatkan pendeknya masa simpan produk minimally processed.
Selain itu, permukaan buah yang dipotong merupakan media tumbuh yang baik
bagi mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan. Oleh karena itu,
sanitasi dalam pembuatan produk minimally processed baik peralatan, tempat,
bahan, maupun operatornya perlu diperhatikan (Hurst, 1995). Untuk itu
diperlakukan penanganan pasca proses dengan pendinginan pada produk
minimally processed .
Pendinginan merupakan suatu usaha untuk menurunkan dan
mempertahankan suhu suatu bahan di bawah suhu lingkungan, namun masih
berada di atas titik bekunya. Bahan yang didinginkan berpengaruh terhadap
kondisi pendinginan yang optimum. Perlu diketahui sifat-sifat panas (termofisik)
buah-buahan seperti panas jenis, konduktivitas dan difusivitas panas dalam
menganalisis masalah pendinginan serta penyimpanan buah-buahan yang
menggunakan prinsip-prinsip pindah panas.

ii Universitas Sriwijaya
3.1.1 Penentuan Panas Jenis
Panas jenis didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan oleh satu
satuan berat bahan untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat.
Q/∆ T Q
Cp= = (1)
M ( m )( ∆ T )
Siebel mengembangkan suatu persamaan untuk menghitung panas jenis
bahan dengan membedakan pada dua kondisi yaitu pertama, kondisi di atas titik
beku dan kedua, di bawah titik beku, masing-masing sebagai berikut :
Cp = 4.1868 (0.008 M + 0.20 (2)
Cp = 4.1868 (0.003 M + 0.20) (3)
Dimana M adalah persentase kadar air basis basah.
3.1.2 Penentuan Difusivitas Panas
Difusivitas panas dapat diartikan sebagai laju pada saat panas terdifusi
keluar dari bahan. Distribusi suhu pada suatu bahan dalam kondisi tidak mantap
telah dirumuskan oleh persamaan umum Fourier sebagai berikut :
∂T
=α ∇2T
∂t
(4)
Dimana T adalah suhu pada titik tertentu (pada koordinat x, y, dan z), t adalah
waktu dan α adalah koefisien difusivitas panas.
Dengan asumsi bahwa mangga berbentuk silinder dan perpindahan panas
merata ke arah radial, suhu awal di setiap titik dianggap seragam, kadar air tetap
dan tidak terjadi penyusutan
∂T ∂T ² 1 ∂T
∂t
=α (+
∂r ² r ∂ r )
(5)
Dalam hubungannya dengan sifat termofisik bahan lainnya, nilai
difusivitas berbanding lurus dengan konduktivitas panas (k) dan berbanding
terbalik dengan panas jenis (Cp) dan kerapatan bahan (ρ) tersebut.
Metode tidak langsung untuk menentukan difusivitas panas adalah sebagai
berikut :

ii Universitas Sriwijaya
k
α=
Cp ρ
(6)
Dalam penelitian Lukas et al., (2012) massa jenis rata-rata mangga

arummanis minimally processed adalah 0,9872 g/cm3 atau 987,2 kg/m3. Panas

jenis mangga arummanis minimally processed dengan metode Siebel adalah

3,6187 kJ/kg°C, sedangkan untuk mangga atuh nilainya 3.6040 kJ/kg°C (Manulu,

2003).

Tabel 1. Data fisik dan perhitungan massa jenis mangga arummanis minimally
processed

Ulangan Karakteristik Dimensi (mm) Massa Volume Massa


Panjang Tinggi Lebar
(g) (cm3) Jenis
(g/cm3)
1 75.05 26.70 16.65 31.20 32.00 0.9750
2 75.40 20.40 19.45 31.50 32.00 0.9844
3 70.00 17.95 19.95 28.00 29.00 0.9655
4 63.00 14.34 18.20 26.20 27.00 0.9703
5 49.00 12.30 17.40 15.40 16.00 0.9625
Rataan 0.9872
SD 0.0086
Sumber : Lukas et al., (2012)

Tabel 2. Hasil pengukuran kadar air dan perhitungan panas jenis mangga
arummanis dengan Metode Siebel

Ulangan Kadar air (%bk.) Kadar air (%bb.) Panas Jenis


(kJ/kg°C)
1 481.3953 82.80 3.6107
2 443.4783 81.60 3.5705
3 541.0256 84.40 3.6642
4 517.2840 83.80 3.0681
5 474.7126 82.60 3.6040
Rataan 474.7126 82.60 3.6187
SD 0.0365
Sumber : Lukas et al., (2012)

ii Universitas Sriwijaya
Panas jenis mangga berbanding lurus dengan kadar air mangga. Semakin
tinggi panas jenis mangga maka semakin tinggi juga kadar airnya. Penentuan
difusivitas panas mangga arummanis minimally processed dihitung dengan
menggunakan nilai panas jenis mangga dari persamaan Siebel menggunakan
metode tidak langsung.
Nilai difusivitas panas mangga arummanis minimally processed yang
didapatkan adalah 1.70 x 10-7 m2/det.

3.2 Metode Pengukuran Difusivitas Panas Hasil Pertanian dengan Metode


Inversi Berdasarkan Finite Difference dan Jaringan Syaraf Tiruan
Dalam penelitian Suroso (2006) finite difference digunakan untuk
membangun data hubungan difusivitas panas bahan dengan distribusi suhu pada
hasil pertanian yang dihasilkan pada saat pemanasan/pendinginan. Persamaan
finite difference adalah sebagai berikut :
∂ ² θ ∂ ²θ ∂ ² θ 1 ∂θ
+ + =
∂x ² ∂ y² ∂ z ² α ∂t
(7)
Dengan menggunakan metode finite difference maka suhu bahan pada titik
tertentu dan waktu tertentu θ (x,y,z,t) akan dapat dihitung apabila nilai difusivitas
panas (α) diketahui.
θ=f (θ ( x , y , z ,t ) )
(8)

Model Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pendugaan Difusivitas Panas


Dalam Suroso (2006) nilai difusivitas panas hasil pendugaan dengan
jaringan syaraf mempunyai nilai yang mendekati nilai dari difusivitas dari finite
difference. Nilai difusivitas panas hasil pendugaan dari dari jaringan syaraf tiruan
adalah :

Tabel 3. Hasil pendugaan nilai difusivitas panas beberapa hasil pertanian

Jenis Bahan Difusivitas Panas (m2/menit)


Ubi jalar 8.37 x 10-5
Daging buah mangga 1.75 x 10-5

ii Universitas Sriwijaya
Daging buah alpukat 1.00 x 10-5

Faktor yang mempengaruhi nilai difusivitas adalah komposisi kimia


bahan, suhu, dan lainnya.

3.3 Penggunaan Metode Numerik Untuk Menentukan Difusivitas Termal Biji


Jagung Curah Berbagai Ukuran
Haryanto (2013) menyatakan bahwa suatu bahan dengan konduktivitas
panas tinggi maka difusivitas panasnya tinggi juga. Semakin besar difusivitas
panas maka semakin cepat penyebaran (difusi) panas ke dalam medium. Nilai
difusivitas panas yang kecil menunjukkan bahwa sebagian besar panas diserap
oleh bahan dan sebagian kecil yang akan dialirkan secara konduksi.
Dengan merekam perubahan suhu pada bahan yang disebabkan aliran
termal yang didefinisakan sebagai masuknya panas ke dalam unit volume bahan,
maka pengukuran difusivitas termal metode langsung dapat dihitung. Bentuk,
ukuran dan volume merupakan karakteristik dimensi yang seringkali diperlukan
pada penyelesaian masalah pindah panas dari bahan hasil pertanian.
Dalam penelitian Ardiyanto (2019) nilai difusivitas termal dapat
ditentukan secara langsung dengan pengukuran data kenaikan suhu biji jagung
selama pemanasan terhadap waktu yang selanjutnya. Dari Persamaan 5,dapat
diubah menjadi Persamaan 9 untuk penghitungan nilai difusivitas termal biji
jagung.
∂T
∂t
α=
∂ ²T 1 ∂T
[ ]
+ +
∂r ² r ∂r
(9)
Selanjutnya dengan bantuan deret Taylor penentuan difusivitas termal biji
jagung dari Persamaan (9) menjadi :
T(r ± ∆ r) = T(r) ± ∆ rT´(r) + ((∆ r)2/2!) (T´´(r))
(10)
Analisis perpindahan termal atau sebaran suhunya diasumsikan sebagai
bidang dua dimensi yang dibagi-bagi menjadi jenjang tambahan-tambahan kecil

ii Universitas Sriwijaya
seperti terlihat pada Gambar 1. Sehingga persamaan fungsi turunan terhadap
waktu dapat didekati dengan :
∂T T r t+1−T t

=
r

∂t ∆t
(11)
Dan fungsi turunan suhu terhadap jarak radialnya dapat didekati dengan :

(12)
Turunan kedua dari persamaan (5) adalah :

(13)
Jika Persamaan (11), (12) dan (13) didistribusikan ke dalam Persamaan (9)
menjadi :

(14)
setelah disederhanakan menjadi :

(15)
Sehingga nilai difusivitas termal dapat dihitung dengan :

(16)
Notasi ∆t menunjukkan pertambahan waktu, dan untuk ∆r menunjukkan jarak titik
titik pengukuran suhu dalam bahan.

ii Universitas Sriwijaya
Gambar 1. Nomenklatur untuk penyelesaian numerik konduksi termal
3.4 Penentuan Difusivitas Termal Lada Putih dan Lada Hitam (Paper
ningrum L.)
Dalam penelitian Pratama (2019) ada ketepatan nilai difusivitas, ketepatan
ini dapat dihitung dengan membandingkan suhu ukur dengan suhu duganya. Suhu
juga dapat dicari dengan mengubah Persamaan (16) menjadi :

(17)
Sedangkan untuk mengetahui nilai ketepatannya menggunakan Persamaan (18) di
bawah ini :

(18)
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan nilai difusivitas termal biji lada
hitam dan lada putih yang dihitung dengan metode numerik berkisar antara (1,56
- 4,15) x 10-7 m2/detik pada kisaran kadar air 14,00% - 39,71% basis basah.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa nilai kadar air berbanding lurus
dengan nilai difusivitas termalnya. Artinya semakin tinggi kadar air yang
terkandung oleh biji lada maka difusivitas termalnya juga semakin tinggi.
Penelitian mengenai difusivitas termal lainnya yang telah dilakukan oleh
Komar et al., (2009) pada produk keju mozzarella dengan menggunakan metode
eksperimental yang meliputi 3 perlakuan konsentrasi asam sitrat (0.12%, 0.16%
dan 0.20%) dari 25 liter susu sapi segar. Dari penelitian tersebut didapatkan nilai
difusivitas termal pada asam sitrat 0.12% sebesar 3,73 x 10 -7 m2/s, pada asam sitrat
0.16% sebesar 1,67 x 10-7 m2/s dan pada asam sitrat 0.20% sebesar 1,96 x 10 -7
m2/s.

ii Universitas Sriwijaya
Penelitian lainnya mengenai difusivitas termal terhadap benih sirsak dan
biji kernel sirsak yang dilakukan oleh Oloyede et al., (2017) dengan
menggunakan metode Dual-Needle Sensor SH-1 di KD2-Pro thermal analyser.
Dari penelitian tersebut didapatkan nilai rata-rata difusivitas termal pada benih
sirsak berkisar antara 0,119 hingga 0,262 m2/s, sedangkan pada kernel berkisar
antara 0,120 hingga 0,256 m2/s. dari data tersebut diketahui bahwa nilai difusivitas
termal pada benih sirsak dan biji kernel sirsak tidak jauh berbeda, hal ini
menunjukkan bahwa kadar air memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai
difusivitas termal kedua biji tersebut. Adanya peningkatan pada pori-pori sampel
akibat kadar air yang meningkat memungkinkan terjadinya peningkatan
difusivitas termal.

ii Universitas Sriwijaya
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Penentuan nilai difusivitas termal dapat melalui metode langsung dan
tidak langsung
2. Kadar air berbanding lurus dengan difusivitas termalnya, semakin tinggi
kadar air pada bahan maka semakin tinggi pula difusivitas termalnya
3. Dimensi pada bahan berbanding terbalik dengan difusivitas termalnya,
semakin kecil ukuran pada bahan maka semakin tinggi difusivitas
termalnya
4. Nilai difusivitas panas berbanding lurus dengan konduktivitas panas (k)
dan berbanding terbalik dengan panas jenis (Cp) dan kerapatan bahan (ρ)
5. Pada metode inversi dihitung nilai difusivitas termal pada daging buahnya
saja, bukan buah secara utuh

4.2 Saran
Untuk memperbanyak referensi dan pengetahuan tambahkan variasi jenis
produk pertanian dan kadar airnya.

ii Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, Andiko. 2019. Penentuan Difusivitas Termal Biji Jagung Curah


Berbagai Ukuran Menggunakan Metode Numerik. Skripsi. Universitas
Lampung.
Brecht, J. K. 1995. Physiology of Lightly Processed Fruits and Vegetables. J.
Hort. Sci. 30 (1): 18 - 21.
Haryanto, A. 2013. Buku Ajar: Transfer Panas. Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 274 hlm.
Hurst, W. C. 1995. Sanitation of Ligthly Processed Fruits and Vegetables. J. Hort.
Sci. 30 (1) : 22 – 24.
Komar, N., Hawa L C., dan Prastiwi R. 2009. Karakteristik Termal Produk Keju
Mozarella. Jurnal Teknologi Pertanian. 10(2) : 78-87.
Manalu, L.P. 2003. Studi Sifat-sifat Panas (Thermal Properties) Mangga
Arummanis. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, BPPT, Vol. 5, No. 3
Desember 2003, p. 121-126.
Oloyede C, T., Akande F, B., Oriola K,O., Oniya O,O. 2017. Thermal Properties
of Soursop Seeds and Kernels. J, Res, Agr, Eng. 63 : 79-85.
Pratama, Rizky Febrian. 2019. Pengukuran Nilai Difusivitas Termal Lada Putih
dan Lada Hitam (Piper ningrum L.) Dalam Bentuk Curah. Skripsi.
Universitas Lampung.
Silalahi, F.R. dan Tambunan, A. (2005). Pengukuran difusivitas termal dan sifat
dielektrik pada frekuensi radio dari andaliman. Buletin Agricultural
Engineering BEARING 1(2): 55-61.

ii Universitas Sriwijaya
ii Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai