ii Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR
Penulis,
Indralaya, 29 November 2019
ii Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pindah Panas...................................................................................................3
2.2 Panas Jenis.....................................................................................................3
2.3 Difusivitas.......................................................................................................4
2.4 Penentuan Difusivitas....................................................................................5
2.5 Laju Difusivitas Air.......................................................................................6
2.6 Difusivitas Panas...........................................................................................6
2.7 Pengaruh Suhu terhadap Nilai Difusivitas Panas..........................................7
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Pindah Panas...................................................................................................8
3.1.1 Penentuan Panas Jenis.................................................................................9
3.1.2 Penentuan Difusivitas Panas........................................................................9
3.2 Metode Pengukuran Difusivitas Panas Hasil Pertanian dengan Metode
Inversi Berdasarkan Finite Difference dan Jaringan Syaraf Tiruan.............11
3.3 Penggunaan Metode Numerik Untuk Menentukan Difusivitas Termal Biji
Jagung Curah Berbagai Ukuran...................................................................12
3.4 Penentuan Difusivitas Termal Lada Putih dan Lada Hitam (Paper
ningrum L.)...........................................................................................14
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................16
4.2 Saran ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
ii Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
ii Universitas Sriwijaya
pendinginan (Singh and Goswami, 2000). Dengan mengetahui waktu optimum
tersebut, selain dapat menghindarkan terjadinya kerusakan bahan juga dapat
menghemat penggunaan energi.
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
Perbedaan konsentrasiyang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi.
Difusi merupakan salah satu peristiwa perpindahan massa yang prosesnya sering
jugadilakukan dalam industri-industri. Proses difusi minimal melibatkan dua zat,
salah satu zat berkonsentrasi lebih tinggi daripada zat lainnya atau dapat dikatakan
dalam kondisi belum setimbang, Keadaan ini dapat menjadi driving force dari
proses difusi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara
merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap
terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi,
Difusivitas panas merupakan salah satu sifat fisik yang berkaitan dengan
proses-proses pembauran/transfer panas dalam bahan atau diartikan sebagai laju
pada saat panas terdifusi keluar atau masuk dalam bahan yang secara natural
mendistribusikan panas keseluruh bagian produk (Haryanto, 2013).
Koefisien difusivitas panas bahan merupakan salah satu sifat panas yang
dibutuhkan untuk menduga laju perubahan suhu bahan sehingga dapat ditentukan
kebutuhan energi atau waktu optimum dalam proses pengolahan terutama bahan
yang sensitif terhadap panas. Koefisien difusivitas panas yang tinggi
menyebabkan semakin cepat terjadinya difusi panas di dalam bahan (Jain dan
Pathare, 2007; Singhal dkk., 2008), sehingga semakin singkat waktu pemasakan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui apa yang
dimaksu dengan difusivitas produk pertanian.
ii Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Q/∆ T Q
Cp = =
m ( m )( ∆ T )
ii Universitas Sriwijaya
Siebel mengembangkan suatu persamaan untuk menghitung panas jenis bahan
dengan membedakan pada dua kondisi yaitu pertama, kondisi diatas titik beku dan
kedua, di bawah titik beku(5), masing-masing sebagaiberikut :
Cp = 4.1868 (0.008 M + 0.20)
Cp =4.1868 (0.003 M + 0.20)
dim ana M adalah persentase kadar air (basis basah).
Metode yang diajukan Charm dalam menghitung panas jenis turut
mernpertimbangkan kandungan lemakbahan. Metode ini cUkup baik terutama .
bagi bahan-bahan yang kandungan lemaknya cukup tinggi.
Cp = 4.1868 (0.5 Xf+ 0.33 Xs+Xm)
dimana Xf adalah fraksi Iemak, Xs adalah fraksi padatan dan Xm adalah fraksi air
dalam bahan. Selain dua metode diatas, panas jenis dapat ditentukan dengan
metode campuran (method of mixtures). Metode ini banyak dipakai karena
caranya sederhana yaitu dengan mernasukkan bahan yang sudah diketahui
masanya (Ws) kedalam kalorimeter berisi air yang sudah diketahui berat (W W)
dankapasitas panasnya (CW) (Pratama, 2019).
2.3 Difusivitas
Pada kegiatan pengeringan dan penyimpanan selalu berkaitan dengan
kondisi fisik lingkungan sekitar di antaranya proses pindah panas. Panas mengalir
dari suhu tinggi menuju suhu yang lebih rendah. Untuk menganalisis masalah-
masalah pada pindah panas diperlukan sifat-sifat panas bahan pada biji jagung
misalnya difusivitas panas.
Difusivitas panas merupakan salah satu sifat fisik yang berkaitan dengan
proses-proses transfer panas pada bahan atau diartikan sebagai laju pada saat
panas terdifusi keluar atau masuk dalam bahan yang secara natural
mendistribusikan panas ke seluruh bagian produk (Manalu, L.P. 2003).
Difusivitas panas merupakan salah satu karakteristik panas yang
dibutuhkan untuk menduga laju perubahan suhu bahan sehingga dapat ditentukan
kebutuhan energi atau waktu optimal pada proses pengolahan terutama bahan
yang sensitif terhadap panas. Pengukuran difusivitas dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu menggunakan metode tidak langsung dan metode langsung.
ii Universitas Sriwijaya
2.4 Penentuan Difusifitas
Penentuan difusivitas panas dengan menggunakan metode tidak langsung
dapat dilakukan dengan mensubstitusikan nilai-nilai konduktivitas panas, massa
jenis, dan panas jenis bahan yang telah diketahui sebelumnya ke dalam rumus.
Akan tetapi, pengukuran nilai difusivitas panas secara tidak langsung dinilai
kurang sempurna, karena pendekatan nilai-nilai pembentuknya yang didapatkan
secara empiris kadang-kadang bervariasi pada kondisi yang sama (Oniya, 2017)
Difusivitas merupakan perbandingan antara panas yang dikonduksikan dan
panas yang disimpan atau rasio antara panas yang dikonduksikan melalui bahan
terhadap panas yang disimpan per satuan volume. Difusivitas panas dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut :
𝛼 = 𝐾 / 𝜌 𝐶𝑝
Keterangan :
∝ = difusivitas panas (m2 /det),
k = konduktivitas panas (J/mºC detik)
ρ = massa jenis (kg/m3 ),
Cp= panas jenis (J/kg ºC)
Sifat difusivitas panas dipengaruhi oleh komposisi kimia bahan, struktur
bahan, dan suhu (Silalahi dan Tambunan, 2005; Sun, 2006).
Suatu bahan dengan konduktivitas panas tinggi atau kapasitas panas rendah
artinya memiliki difusivitas panas besar. Makin besar difusivitas panas maka
semakin cepat penyebaran (Difusi) panas ke dalam medium. Nilai difusivitas
panas yang kecil berarti bahwa sebagian besar panas diserap oleh bahan dan
sebagian kecil yang akan dialirkan secara konduksi (Haryanto, 2013).
Difusivitas panas dapat diartikan sebagai laju pada saat panas terdifusi
keluar dari bahan. Distribusi suhu pada suatu bahan dalam kondisi tidak mantap
telah dirumuskan oleh persamaan umum
Fourier sebagai berikut :
T/t =2T
dimana T adalah suhu pada titik tertentu (pada koordinat x, y dan z), t adalah
waktu dan adalah koefisien difusivitas panas.
ii Universitas Sriwijaya
2.5 Laju Difusivitas Air
Pengeringan merupakan proses yang kompleks meliputi perpindahan
massa, panas dan momentum yang terjadi secara simultan. Mekanisme
perpindahan lengas di dalam pori-pori padatan meliputi difusi molekular, aliran
kapiler, difusi cairan melalui pori-pori padatan, difusi uap di dalam pori, aliran
Knudsen, dan aliran hidrodinamik. Namun demikian tidak semua mekanisme
perpindahan tersebut dapat terlibat di dalam model pengeringan karena
kompleksnya persamaan yang akan diselesaikan. Kebanyakan mekanisme difusi
saja yang dilibatkan dalam pemodelan pengeringan.
Difusi atau transfer massa adalah gerakan molekul-molekul atau fluida
yang disebabkan adanya gaya pendorong. Macam-macam jenis difusi adalah
difusi molekuler/difusi permukaan, difusi antar fase satu film (difusi dalam aliran
turbulen), dan difusi antar fase dua film. Difusivitas molekuler merupakan transfer
massa yang disebabkan molekuler secara acak dalam fluida diam. Difusi
permukaan terjadi manakala ada retakan; materi yang berdifusi cenderung
menyusuri permukaan retakan. Konsentrasi di permukaan retakan lebih tinggi dari
konsentrasi di volume. Energi aktivasi yang diperlukan untuk terjadinya difusi
permukaan lebih rendah dibanding dengan energi aktivasi yang diperlukan untuk
terjadinya difusi bidang batas. Pada pengeringan terjadi proses difusivitas air,
yaitu penyebaran massa air ke sekitarnya.
Faktor yang mempengaruhi difusivitas diantaranya adalah suhu, perbedaan
tekanan luas permukaan, dan kadar air awal bahan, semakin tinggi kadar air awal
bahan maka semakin tinggi pula nilai difusivitas air saat pengeringan berlangsung
(Sutarsih, dkk. 2009).
ii Universitas Sriwijaya
panas merupakan perbandingan dari konduktivitas panas dengan kalor jenis dan
massa jenisnya, secara matematis ditulis sebagai :
λp
∝=
ρ .Cp
Keterangan :
Αα = difusivitas termal, m2 /s
λp = konduktivitas termal, m2 /s
ρ = massa jenis, kg/m3
Cp = kalor jenis, J/kg K
ii Universitas Sriwijaya
BAB 3
PEMBAHASAN
ii Universitas Sriwijaya
3.1.1 Penentuan Panas Jenis
Panas jenis didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan oleh satu
satuan berat bahan untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat.
Q/∆ T Q
Cp= = (1)
M ( m )( ∆ T )
Siebel mengembangkan suatu persamaan untuk menghitung panas jenis
bahan dengan membedakan pada dua kondisi yaitu pertama, kondisi di atas titik
beku dan kedua, di bawah titik beku, masing-masing sebagai berikut :
Cp = 4.1868 (0.008 M + 0.20 (2)
Cp = 4.1868 (0.003 M + 0.20) (3)
Dimana M adalah persentase kadar air basis basah.
3.1.2 Penentuan Difusivitas Panas
Difusivitas panas dapat diartikan sebagai laju pada saat panas terdifusi
keluar dari bahan. Distribusi suhu pada suatu bahan dalam kondisi tidak mantap
telah dirumuskan oleh persamaan umum Fourier sebagai berikut :
∂T
=α ∇2T
∂t
(4)
Dimana T adalah suhu pada titik tertentu (pada koordinat x, y, dan z), t adalah
waktu dan α adalah koefisien difusivitas panas.
Dengan asumsi bahwa mangga berbentuk silinder dan perpindahan panas
merata ke arah radial, suhu awal di setiap titik dianggap seragam, kadar air tetap
dan tidak terjadi penyusutan
∂T ∂T ² 1 ∂T
∂t
=α (+
∂r ² r ∂ r )
(5)
Dalam hubungannya dengan sifat termofisik bahan lainnya, nilai
difusivitas berbanding lurus dengan konduktivitas panas (k) dan berbanding
terbalik dengan panas jenis (Cp) dan kerapatan bahan (ρ) tersebut.
Metode tidak langsung untuk menentukan difusivitas panas adalah sebagai
berikut :
ii Universitas Sriwijaya
k
α=
Cp ρ
(6)
Dalam penelitian Lukas et al., (2012) massa jenis rata-rata mangga
arummanis minimally processed adalah 0,9872 g/cm3 atau 987,2 kg/m3. Panas
3,6187 kJ/kg°C, sedangkan untuk mangga atuh nilainya 3.6040 kJ/kg°C (Manulu,
2003).
Tabel 1. Data fisik dan perhitungan massa jenis mangga arummanis minimally
processed
Tabel 2. Hasil pengukuran kadar air dan perhitungan panas jenis mangga
arummanis dengan Metode Siebel
ii Universitas Sriwijaya
Panas jenis mangga berbanding lurus dengan kadar air mangga. Semakin
tinggi panas jenis mangga maka semakin tinggi juga kadar airnya. Penentuan
difusivitas panas mangga arummanis minimally processed dihitung dengan
menggunakan nilai panas jenis mangga dari persamaan Siebel menggunakan
metode tidak langsung.
Nilai difusivitas panas mangga arummanis minimally processed yang
didapatkan adalah 1.70 x 10-7 m2/det.
ii Universitas Sriwijaya
Daging buah alpukat 1.00 x 10-5
ii Universitas Sriwijaya
seperti terlihat pada Gambar 1. Sehingga persamaan fungsi turunan terhadap
waktu dapat didekati dengan :
∂T T r t+1−T t
=
r
∂t ∆t
(11)
Dan fungsi turunan suhu terhadap jarak radialnya dapat didekati dengan :
(12)
Turunan kedua dari persamaan (5) adalah :
(13)
Jika Persamaan (11), (12) dan (13) didistribusikan ke dalam Persamaan (9)
menjadi :
(14)
setelah disederhanakan menjadi :
(15)
Sehingga nilai difusivitas termal dapat dihitung dengan :
(16)
Notasi ∆t menunjukkan pertambahan waktu, dan untuk ∆r menunjukkan jarak titik
titik pengukuran suhu dalam bahan.
ii Universitas Sriwijaya
Gambar 1. Nomenklatur untuk penyelesaian numerik konduksi termal
3.4 Penentuan Difusivitas Termal Lada Putih dan Lada Hitam (Paper
ningrum L.)
Dalam penelitian Pratama (2019) ada ketepatan nilai difusivitas, ketepatan
ini dapat dihitung dengan membandingkan suhu ukur dengan suhu duganya. Suhu
juga dapat dicari dengan mengubah Persamaan (16) menjadi :
(17)
Sedangkan untuk mengetahui nilai ketepatannya menggunakan Persamaan (18) di
bawah ini :
(18)
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan nilai difusivitas termal biji lada
hitam dan lada putih yang dihitung dengan metode numerik berkisar antara (1,56
- 4,15) x 10-7 m2/detik pada kisaran kadar air 14,00% - 39,71% basis basah.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa nilai kadar air berbanding lurus
dengan nilai difusivitas termalnya. Artinya semakin tinggi kadar air yang
terkandung oleh biji lada maka difusivitas termalnya juga semakin tinggi.
Penelitian mengenai difusivitas termal lainnya yang telah dilakukan oleh
Komar et al., (2009) pada produk keju mozzarella dengan menggunakan metode
eksperimental yang meliputi 3 perlakuan konsentrasi asam sitrat (0.12%, 0.16%
dan 0.20%) dari 25 liter susu sapi segar. Dari penelitian tersebut didapatkan nilai
difusivitas termal pada asam sitrat 0.12% sebesar 3,73 x 10 -7 m2/s, pada asam sitrat
0.16% sebesar 1,67 x 10-7 m2/s dan pada asam sitrat 0.20% sebesar 1,96 x 10 -7
m2/s.
ii Universitas Sriwijaya
Penelitian lainnya mengenai difusivitas termal terhadap benih sirsak dan
biji kernel sirsak yang dilakukan oleh Oloyede et al., (2017) dengan
menggunakan metode Dual-Needle Sensor SH-1 di KD2-Pro thermal analyser.
Dari penelitian tersebut didapatkan nilai rata-rata difusivitas termal pada benih
sirsak berkisar antara 0,119 hingga 0,262 m2/s, sedangkan pada kernel berkisar
antara 0,120 hingga 0,256 m2/s. dari data tersebut diketahui bahwa nilai difusivitas
termal pada benih sirsak dan biji kernel sirsak tidak jauh berbeda, hal ini
menunjukkan bahwa kadar air memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai
difusivitas termal kedua biji tersebut. Adanya peningkatan pada pori-pori sampel
akibat kadar air yang meningkat memungkinkan terjadinya peningkatan
difusivitas termal.
ii Universitas Sriwijaya
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Penentuan nilai difusivitas termal dapat melalui metode langsung dan
tidak langsung
2. Kadar air berbanding lurus dengan difusivitas termalnya, semakin tinggi
kadar air pada bahan maka semakin tinggi pula difusivitas termalnya
3. Dimensi pada bahan berbanding terbalik dengan difusivitas termalnya,
semakin kecil ukuran pada bahan maka semakin tinggi difusivitas
termalnya
4. Nilai difusivitas panas berbanding lurus dengan konduktivitas panas (k)
dan berbanding terbalik dengan panas jenis (Cp) dan kerapatan bahan (ρ)
5. Pada metode inversi dihitung nilai difusivitas termal pada daging buahnya
saja, bukan buah secara utuh
4.2 Saran
Untuk memperbanyak referensi dan pengetahuan tambahkan variasi jenis
produk pertanian dan kadar airnya.
ii Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
ii Universitas Sriwijaya
ii Universitas Sriwijaya