RONALDO
05021281722038
Puji dan Syukur patut penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, sebagai penguasa bagi seluruh alam semesta karena atas berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat membuat Makalah Mata Kuliah Sifat Fisik Produk
Pertanian dengan Judul “Konduktivitas Panas pada Proses Pengeringan Gabah
dengan Menggunakan Cabinet Dryer” ini dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini, terkhusus kepada orang
tua dan teman-teman penulis yang telah mendoakan penulis demi kelancaran
penyusunan paper ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi para pembaca paper ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan paper masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis akan senang jika ada saran maupun kritik
yang dapat membangun dalam kebaikan penulisan paper, sehingga paper ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1 Durian..........................................................................................................3
2.2 Briket...........................................................................................................3
2.3 Biomassa.....................................................................................................5
2.4 Pirolisis .......................................................................................................6
BAB 3. METODOLOGI...................................................................................7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................8
4.1 Hasil............................................................................................................8
4.1.2 Bobot Bahan Sesudah Karbonisasi......................................................8
4.1.3 Kadar Karbon Tetap............................................................................9
4.1.4 Bahan Mudah Menguap....................................................................11
4.1.5 Kadar Air dan Kadar Abu.................................................................11
4.1.6 Ukuran Partikel..................................................................................12
4.1.7 Nilai Karbon......................................................................................13
4.2 Pembahasan...............................................................................................13
BAB 5. PENUTUP..........................................................................................15
5.1 Kesimpulan...............................................................................................15
5.2 Saran..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
Universitas Sriwijaya
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
2
Universitas Sriwijaya
2
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konduktivitas panas dan koefisien
pindah panas pada proses pengeringan gaba dengan menggunakan cabinet dryer.
2
Universitas Sriwijaya
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kalor
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda
bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. Kalor merupakan suatu
bentuk energi. Satuan untuk kalor sama dengan satuan energi, yaitu Joule.
Kapasitas kalor (heat capacity) adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu benda sebesar 1ºC. Secara matematis dituliskan:
Q
C=
T
Keterangan:
C= Kapasitas kalor (J/ºC)
Q =Kalor yang diperlukan (J)
T = Suhu (ºC)
Jika benda dipanaskan maka benda itu mendapat tambahan tenaga berbentuk kalor
dan menyebabkan sejumlah akibat, yaitu berubah wujud, berubah dimensi
(memuai) atau suhunya bertambah. Kalor yang diberikan untuk menaikkan suhu
benda bergantung pada beberapa faktor diantaranya, massa benda, jenis benda,
kenaikan suhu (Yanti dkk, 2014).
Panas (Q) adalah energi termal yang berpindah dari suatu sistem atau
kumpulan elektron, ion dan atom pada suatu temperatur ke suatu sistem lain yang
mengalami kontak atau sentuhan dengan sistem lain tetapi berbeda pada
temperatur yang lebih rendah. Satuan-satuan lain yang digunakan untuk panas
adalah kalori 1 kal = 4,184 J dan satuan panas dalam British thermal unit 1 Btu =
1054 J. Panas spesifik atau kapasitas panas spesifik suatu zat adalah kuantitas
panas yang dibutuhkan untuk mengubah temperatur dari satu satuan massa zat
sebesar satu 0°C atau ekuivalen dengan satu kelvin. Jika kuantitas panas ∆Q
dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan temperatur ∆T bagi satuan massa zat
disimbolkan m, maka panas spesifiknya adalah ∆Q = c. ∆T (Bueche and Eugene,
2006).
Panas spesifik atau panas jenis adalah sifat termal penting untuk pemrosesan
atau perlakuan panas pada bahan, karena panas spesifik menentukan jumlah panas
Universitas Sriwijaya
yang diperlukan. Panas spesifik dengan lambang Cp untuk panas spesifik pada
tekanan tetap. Temperatur ∆T dikendalikan oleh penambahan sejumlah panas ∆Q.
Dapat dirumuskan ∆Q = Cp. ∆T.
Panas jenis didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan oleh satu
satuan berat bahan untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat. Besaran ini
dipakai untuk menduga jumlah energi (Q) yang diperlukan bila suhu bahan
berubah satu satuan (∆T). Panas jenis dan masa kalorimeter dianggap konstan
sehingga perkaliannya merupakan kapasitas panas kalorimeter (Lamhot dkk,
2012).
Kapasitas panas adalah salah satu dasar dan sifat termodinamika bahan
makanan. Hal ini secara langsung terkait dengan derivatif suhu termodinamika
dasar fungsi dan karena itu sangat diperlukan untuk perhitungan perbedaan fungsi
antara temperatur yang berbeda. Hal ini digunakan untuk membangun energi,
entropi dan perubahan menghitung dalam reaksi entalpi dengan suhu. Variasi
dalam kapasitas panas berfungsi sebagai indikator yang sensitif fase transisi dan
suatu alat penting untuk memahami perubahan dalam struktur solusi cair seperti
minyak goreng.
Peralatan yang lebih sedehana dibanding kalorimeter volume-konstan
adalah kalorimeter tekanan-konstan, yang digunakan untuk menentukan
perubahan kalor untuk reaksi selain pembakaran. Secara kasar, kalorimeter
tekanan-konstan dapat dibuat dari dua cangkir kopi styrofoam, peralatan ini
digunakan untuk mengukur pengaruh kalor pada berbagai reaksi, seperti
penetralan asam basa, kalor pelarutan dan kalor pengenceran. Karena tekanannya
konstan. Seperti dalam kalorimeter volume-konstan, kalorimeter sebagai sistem
terisolasi (Chang, 2005).
Pemanasan dan pendinginan makanan adalah hal terpenting dalam satuan
operasi makanan industri pengolahan karena kebutuhan informasi tentang
sifatsifat termofisik makanan dan desain produk makanan telah dibatasi. Panas
spesifik, konduktivitas termal, densitas, viskositas, tegangan permukaan dan
koefisien ekspansi termal paling penting dari sifat termofisik pseudo plastik
cairan. Panas spesifik dari produk makanan sangat tergantung pada suhu dan
konsentrasi. Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gram zat dengan
4
Universitas Sriwijaya
suhu 1°C disebut panas spesifik. Panas spesifik merupakan parameter
termodinamika dalam perhitungan perpindahan panas dan panas spesifik akan
meningkat ketika suhu meningkat.
5
Universitas Sriwijaya
6
BAB 3
METODOLOGI
Universitas Sriwijaya
7
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pengukuran Suhu
Profil Suhu Gabah Selama penelitian dilakukan, suhu gabah diukur dengan
menggunakan termokopel selama proses pengeringan. Hasil pengukuran suhu
dengan menggunakan termokopel dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3.
Berdasarkan gambar 1, 2 dan 3 tampak bahwa terjadi peningkatan suhu
yang tinggi pada awal proses pengeringan yakni pada lama pengeringan 40 menit.
Selanjutnya peningkatan suhu gabah cenderung konstan hingga proses
pengeringan selesai.
Universitas Sriwijaya
Gambar 2. Profil suhu gabah selama proses pengeringan pada suhu 60°C
dengan menggunakan cabinet dryer
8
Universitas Sriwijaya
Tabel 1. konduktivitas panas gabah pada suhu dan lama pengeringan yang
berbeda
Waktu k pada suhu k pada suhu k pada suhu
(menit) 50°C 60°C (W/m.°C) 70°C (W/m.°C)
(W/m.°C)
160 0,32 0,32 0,32
170 0,32 0,32 0,32
180 0,32 0,32 0,32
Sumber : Rusli, et al., 2018
Tabel 2. koefisien pindah panas gabah pada suhu dan lama pengeringan yang
berbeda
Waktu k pada suhu k pada suhu k pada suhu
(menit) 50°C 60°C (W/m.°C) 70°C (W/m.°C)
(W/m.°C)
160 31,77 31,77 31,77
170 31,77 31,77 31,77
180 31,77 31,77 31,77
Sumber : Rusli, et al., 2018
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengukuran Suhu
Hasil penelitian pengukuran suhu menunjukkan bahwa peningkatan suhu
terjadi secara bertahap. Pada awal proses pengeringan terjadi peningkatan suhu
yang tinggi karena pada tahap ini terjadi kontak langsung udara panas dengan
gabah yang dikeringkan dimana hal ini terjadi karena perbedaan antara suhu
gabah dengan udara panas jauh berbeda. Pada proses pengeringan tahap
selanjutnya suhu bahan relatif konstan pada waktu pengeringan 40 menit hal ini
karena pada waktu tersebut suhu gabah sudah mendekati atau hampir sama
dengan suhu udara panas. Hal ini sesuai dengan pendapat (Irawan, 2011) yang
menyatakan bahwa perbedaan suhu antara media pemanas dan bahan yang makin
besar menyebabkan makin cepatnya perpindahan panas ke dalam bahan dan
9
Universitas Sriwijaya
makin cepat pula perpindahan uap air dari bahan ke lingkungan. Dan pendapat
(Rizal, 2012) yang menyatakan bahwa semakin besar perbedaan suhu antara
medium pemanas dengan bahan pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam
bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan.
10
Universitas Sriwijaya
sehingga dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka prosespengeringan akan
semakin cepat.
Penurunan kadar air yang cukup besar diawal proses pengeringan karena
pada tahap ini terjadi kontak panas dari udara panas ke permukaan bahan sehingga
penguapan kadar air mula-mula terjadi di permukaan bahan yang berlangsung
lebih cepat, dan pada tahap pengeringan selanjutnya penguapan kadar air terjadi di
dalam bahan yang disebut sebagai penguapan lanjutan, pada tahap ini penguapan
kadar air cenderung lambat karena jumlah kadar air di dalam bahan semakin
berkurang sehingga penguapan kadar air menurun. Pada tahap akhir pengeringan
penguapan kadar air semakin berkurang karena pada tahap ini terjadi proses
pengeringan bahan dan suhu gabah cenderung konstan hingga mendekati suhu
udara panas, proses ini akan terus berlanjut hingga kadar air yang tersisa di dalam
bahan tidak dapat teruapkan lagi. Hasil ini sesuai dengan penelitian (Jamaluddin,
dkk, 2009) yang menjelaskan bahwa perubahan bahan selama penggorengan
disebabkan karena hilangnya air terikat dalam bahan. Pada awal penggorengan
mula-mula air bebas di permukaan keluar dan beberapa lama air bebas dalam
padatan juga keluar mengakibatkan padatan menjadi menyusut. Setelah semua air
bebas keluar terjadi pengerasan di permukaan sehingga sebagian air bebas
terjebak di dalam padatan. Dan pendapat (Rizal, 2012) yang menyatakan bahwa
air bebas dapat dengan mudah diuapkan pada proses pengeringan. Bila air bebas
ini diuapkan seluruhnya, maka kadar air bahan akan berkisar antara 12% sampai
25%.
Dari hasil analisis perhitungan kadar air gabah dapat diketahui bahwa
penurunan kadar air gabah dipengaruhi oleh suhu dan lama pengeringan. Dimana
semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pengeringan maka kadar air gabah
akan semakin menurun. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perubahan kadar
air, maka dapat diketahui bahwa dengan menggunakan suhu yang rendah dan
lama pengeringan yang singkat akan menghasilkan perubahan kadar air yang
rendah, sedangkan dengan menggunakan suhu yang tinggi dan lama pegeringan
yang lama akan menyebabkan perubahan kadar air yang tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Nainggolan, dkk, 2013) yang menyatakan bahwa semakin
tinggi suhu yang dihasilkan maka proses pengeringan akan lebih cepat serta
11
Universitas Sriwijaya
pendapat (Suriardi dan Murti, 2011) yang menyatakan bahwa Pengeringan adalah
suatu proses pembuangan air yang terkandung pada suatu material yang
dikeringkan. Pada proses pengeringan perlu adanya fluida udara kering yang
mampu menyerap air di dalam material tersebut. Upaya yang dapat dilakukan
untuk membuat udara kering adalah dengan melakukan pemanasan terhadap udara
tersebut sebelum melintasi material yang dikeringkan. Dengan kondisi udara yang
panas dan kering mampu menyerap air yang membasahi meterial tersebut sampai
kering dalam waktu yang lebih singkat.
12
Universitas Sriwijaya
bahwa kecepatan panas mengalir dalam bahan (gabah) sebesar 0,32 W/m. °C. Hal
ini karena dalam penelitian yang telah dilakukan hanya menggunakan satu jenis
bahan yakni gabah varietas ciherang dengan kadar airawal gabah diseragamkan
sehingga besar konduktivitas panas gabah yang didapatkan tetaplah sama.
Sebagaimana pendapat (Prasojo, dkk, 2010) yang menyatakan bahwa air
mempunyai sifat konduktor, yang mampu merambatkan panas dengan baik.
Semakin banyak air di dinding sel akan mempermudah perambatan panas di
dalam kayu.
13
Universitas Sriwijaya
14
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda
bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah
2. Konduktivitas panas adalah suatu besaran intensif bahan yang
menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas
3. Pengukuran suhu menunjukkan bahwa peningkatan suhu terjadi secara
bertahap
4. Konduktivitas panas gabah tidak berbeda meskipun diberikan beberapa
perlakuan suhu dan waktu yang berbeda dimana setiap perlakuan yang
diberikan hasil yang didapatkan tetaplah sama yakni 0,32 W/m.°C
5. Koefisien pindah panas gabah pada setiap perlakuan yakni sebesar 31,77
W/m².°C
5.2 Saran
Adapun saran yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu dapat menjaga
suhu dalam cabinet dryer karena suhu dapat berubah-ubah kapan saja dan tidak
langsung secara konstan sehingga suhu dapat berpengaruh pada saat pengeringan
gabah.
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Apriadi, Amanah, H. Z, dan Bintoro, N., 2011. Analisis Perpindahan Panas dan
Massa Proses Pengeringan Jagung Tongkol pada Beberapa Metode
Pengeringan Sederhana. PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA
2011. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM.
Arikundo, F. A., dan Hazwi, M., 2014. Rancang Bangun Prototype Kolektor
Surya Tipe Plat Datar Untuk Penghasil Panas Pada Pengering Produk
Pertanian Dan Perkebunan, Jurnal e-Dinamis, 8(4).
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Jamaluddin, Rahardjo, B., Hastuti, P., dan Rochmadi, 2009. Rekayasa Pemekaran
dan Tekstur Keripik Buah Nangka Selama Penggorengan Vakum. Jurnal
Keteknikan Pertanian, 23(2): 125-132.
Lamhot, P., Manalu, Amos Lukas dan Gustri Yeni. 2012. Studi Penentuan
Difusivitas Panas Mangga Arummanis Terproses Minimal. Jurnal Litbang
Industri, 2(2): 107-113.
Nainggolan, S. R. M., Tamrin, Warji dan Lanya, B., 2013. Uji Kinerja Alat
Pengering Tipe Batch Skala Lab untuk Pengeringan Gabah dengan
Menggunakan Bahan Bakar Sekam Padi. Jurnal Teknik Pertanian
Lampung, 2(3).
Prasojo, A., Sulistyo, J., dan Listyanto, T., 2010. Konduktivitas Panas Empat
Jenis Kayu dalam Kondisi Kadar Air yang Berbeda. PROSIDING
SEMINAR NASIONAL Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI)
XIV.
Universitas Sriwijaya
Rusli, R., Jamaluddin, dan Yanto, S., 2018. Konduktivitas Panas dan Koefisien
Pindah Panas pada Proses Pengeringan Gabah dengan Menggunakan
Cabinet Dryer. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 4(1): 126-135.
Siswantoro, Budi Rahardjo, Nursigit Bintoro dan Pudji Hastuti. 2012. Pemodelan
Matematik Pindah Panas dan Massa pada Penggorengan dengan Pasir
Sebagai Media Penghantar Panas. Jurnal Agritech, 32(1).
Suriadi, I. G. A. K., dan Murti, M. R., 2011. Kesetimbangan Energi Termal Dan
Efisiensi Transient Pengering Aliran Alami Memanfaatkan Kombinasi
Dua Energi. Jurnal Teknik Industri, 12(1): 34-40.
Susanna, Jamaluddin, P., dan Kadirman, 2017. Perpindahan Panas pada Makanan
Berpati (Kerupuk Udang) Selama Proses Penyangraian Menggunakan
Pasir sebagai Media Penghantar Panas. Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian, 3(1): 72-79.
Yanti, Resky Perdana, Muh. Said dan Ihsan. 2014. Studi Penentuan Nilai Kalori
Pada Buah Durian (Durio Zibethinus). Jurnal Teknosains, 8(2): 161-174.
Universitas Sriwijaya