Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH REKAYASA INDUSTRI

MESIN PENETAS TELUR

Dosen Pengampu:

Dr, Lisianto

Lisa Melvi, S,T., M,T.

Kelompok 1

NAMA MAHASISWA NIM

1.Muhammad irsan hasibuan 5191122010

2. Muchsin khusairi Nst 5183322009

3. Harry Aswadi 5181122016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mesin penetas telur mata
kuliah rekayasa industri

makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun pembacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun bagi orang yang membacanya.

Medan, 24 mei 2022

Penulis

1.Muhammad irsan hasibuan

2. Muchsin khusairi Nst

3. Harry Aswadi
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

Daftar Isi.....................................................................................................................iii

Daftar Gambar............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................1

1.3. Batasan Masalah .............................................................................................

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penetasan Telur.....................................................................................................

b. Kelembapan............................................................................................................

c. Ventilasi..................................................................................................................

d. Waktu Penatasan Telur..........................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...........................................................................................................

B. Keterbatasan Alat..................................................................................................

C. Saran......................................................................................................................

D. Lampiran dan gambar dokumentasi......................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penatasan telur ayam kampung semula diteteaskan pada indukan ayam dirasa
kurang efisien dikarenakan iduk ayam selama 21 hari hanya mengerami telur tersebut,
sedangkan apabila dilakukan penetasan telur pada inkubator penetas indukan ayam dapat
segara memproduksi telurnya kembali, akan tetapi penetasan telur ayam membutuhkan
suhu yang sesuai dengan suhu indukan ayam sehingga didapatkan kualitas bibit anak ayam
yang unggul.

Sebelumnya telah diteliti oleh Rahayunengtyas dkk, 2014 Rancang bangun alat
penetas telur sederhana menggunakan sensor suhu yang dikondisikan sesuai suhu induk
ayam sebenarnya sekitar 37-3 C. Dari perhitungan konduksi dan konveksi laju
perpindahan panas koveksi sebesar 13,90 Joule dan laju perpindahan panas konduksi
sebesar 13, 75 Joule.

Humas 2010, analisa perpindahan panas dan uji eksperimental pada mesin penetas
telur didapatkan bahwa rancangan model penetas telur berdasarkan waktu penetasan
memiliki kerugian panas yang rendah dimana panas yang keluar menembus dinding
sebesar 5 Joule, pada rancang model penetasan telur berdasarkan waktu penetasan
mengalami penyimpanan deviasi yang sangat kecil, dimana standart deviasi yang
dihasilkan sebesar 0,12 Joule.
Resta dkk, 2012. Kajian pengaruh lingkungan terhadap kondisi kelembaban relatif
dan distribusi temperatur pada inkubator penetas telur dihasilkan bahwa kebutuhan energi
dalam jangka waktu 24 jam akan semakin tinggi pada waktu malam hari dan sebaliknya
akan membutuhkan uap air yang semakin sedikit untuk mendapatkan kondisi kelembaban
relatif pada 65 % dan pada temperatur 38˚C.

Mesin penetas telur adalah sebuah mesin yang dapat membantu untuk menetaskan
telur. Mesin tetas ini dilengkapi dengan peralatan pendukung untuk mengatur kondisi
lingkungannya mirip yang atau serupa dengan indukan. Box (kotak) mesin tetas
diusahakan dibuat dari bahan yang anti rayap dan anti air agar lebih awet dan higienis
sehingga tidak mempengaruhi kualitas telur yang akan ditetaskan. Pada mulanya mesin
tetas hanya sebuah mesin sederhana yang hanya menggunakan lampu untuk menghasilkan
panas tanpa instrument–instrument pendukung lainnya dan hanya digunakan oleh
peternak–peternak tradisional dengan skala kecil, tapi seiring dengan perkembangan
zaman mesin tetas telur dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan tetas dan
kemudahan melakukan penetasan telur. Pekembangan mesin tetas telur yang ada saat ini
cukup pesat karena dalam usaha peternakan cukup menjanjikan sebagai usaha sampingan
dan juga bisa dijadikan bisnis yang besar apabila dilakukan dengan skala besar dan
ketekunan. Mesin penetas telur sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas penetasan
karena dengan mesin tetas dapat dilakukan proses penetasan dengan kapasitas yang besar
dan kemampuan penetasan yang tinggi. Untuk mendapatkan hal tersebut, seorang peternak
dan pihak yang berhubungan dengan perkembangan peternakan haruslah selalu melakukan
inovasi atau perbaikan-perbaikan pada mesin tetas telur baik dari segi teknik penetasan,
pengaturan suhu, kemudahan
cara menetaskan sampai meningkatkan kemampuan penetasan mesin tetas tersebut untuk
mendapatkan mesin tetas telur yang baik dan dapat diandalkan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil judul yaitu
“ANALISIS PERPINDAHAN PANAS RADIASI PADA INKUBATOR PENETAS
TELUR AYAM BERKAPASISTAS 15 BUTIR“.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dari latar belakang diatas maka rumusan masalah disusun sebagai

berikut:

1. Berapakah laju perpindahan panas yang terjadi pada ruang inkubator?

2. Berapakah suhu yang efektif untuk penetasan telur dengan suhu 37˚C, 38˚C, 39˚C?

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terfokus, maka batasan masalah dari penelitian ini

yaitu:

1. Lampu pijar yang digunakan dengan daya 15 W.

2. Dinding inkubator menggunakan multipleks multiplek

3. Jumlah lampu pijar yang digunakan 1 buah.

4. Pengambilan telur dilakukan secara acak.

5. Tidak membahas konduktivitas termal pada telur.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui laju perpindahan panas yang terjadi pada ruang inkubator.

3. Untuk mengetahui suhu yang efektif untuk penetasan telur dengan suhu 37˚C, 38˚C,
39˚C.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penetasan Telur

Upaya bangsa unggas dalam mempertahankan populasinya, yaitu dengan bertelur.


Telur tersebut kemudian ditetaskan, baik secara alami maupun buatan hingga melahirkan
individu baru. (Farry B. Paimin, 2011:5)

1. Jenis Alat penetas Buatan.

Dari berbagai alat penetas dapat dibedakan menjadi dua alat penetas berdasarkan dari cara
penggunaannya, yaitu :

a. Alat tetas konvensional

Alat tetas konvensional merupakan alat penetas yang menggunakan sumber panas
dari matahari dengan penyimpanan panas berupa sekam. Alat ini sudah sejak lama dikenal
ditengah masyarakat. Sejarah konon alat ini pertama kali digunakan oleh penetas telur di
daerah Bali yang kemudian penggunaannya mulai menyebar ke berbagai tempat.

b. Mesin tetas/Alat penetas telur

Mesin tetas ini merupakan salah satu media yang berupa peti, lemari atau box
dengan konstruksi yang sedemikian rupa sehingga panas di dalamnya tidak terbuang. Suhu
di dalam peti/lemari/box dapat diatur sesuai ukuran derajat panas yang dibutuhkan selama
periode penetasan. Prinsip kerja penetasan telur dengan mesin tetas ini sama dengan induk
unggas.
Keberhasilan penetasan telur dengan mesin tetas akan tercapai bila memperhatikan
beberapa perlakuan sebagai berikut.

1) Telur ditempatkan dalam mesin tetas dengan posisi yang tepat.

2) Panas (suhu) dalam ruangan mesin tetas selalu dipertahankan sesuai dengan kebutuhan.

3) Telur dibolak-balik 3 kali sehari selama proses pengeraman.

4) Ventilasi harus sesuai agar sirkulasi udara di dalam mesin tetas berjalan dengan baik.

5) Kelembapan udara di dalam mesin tetas selalu dikontrol agar sesuai untuk
perkembangan embrio di dalam telur.

Dengan memperhatikan beberapa perlakuan tersebut, mesin tetas/alat penetas dapat


dibedakan atas beberapa tipe sebagai berikut.

1) Berdasarkan penyebab adanya panas dalam ruangan.

a) Alat penetas/mesin penetas dengan udara panas.

b) Alat penetas/mesin penetas dengan air panas.

2) Berdasarkan sumber alat pemanas.

a) Alat penetas dengan listrik (pemanas listrik).

b) Alat penetas dengan lampu minyak.

c) Alat penetas kombinasi (dengan pemanas listrik dan lampu minyak).

3) Berdasarkan cara pengaturan kelembapan udara.

a) Alat penetas dengan cara kering (tidak dilengkapi dengan bak air).

b) Alat penetas dengan cara basah (dilengkapi dengan bak air).


4) Berdasarkan cara penyediaan ruangan tempat peletakan telur.

a) Alat penetas dengan tipe ruang kotak (menggunakan satu rak telur, sehingga
telur yang dapat ditetaskan juga terbatas).

b) Alat penetas dengan tipe ruang kabinet (menggunakan banyak rak sehingga
dapat menampung telur yang cukup banyak).

2. Syarat-syarat penetasan telur :

a. Suhu dan perkembangan embrio.

Embrio dalam telur unggas akan cepat berkembang selama suhu telur berada pada
kondisi yang sesuai dan akan berhenti berkembang jika suhunya kurang dari yang
dibutuhkan. Suhu yang dibutuhkan untuk penetasan telur setiap unggas berbeda-beda.
Suhu untuk perkembangan embrio dalam telur ayam antara 38,33O-40,55O C ( 101O -
105O F), itik 37,78O-39,45O C (100O-103O F), puyuh 39,5O C (102O F) dan walet
32,22O-35O C (90O-95O F). Untuk itu, sebelum telur tetas dimasukan ke dalam bok
penetasan suhu ruang tersebut harus sesuai dengan yang dibutuhkan. (Farry B. Paimin,
2011:15)

b. Kelembapan.

Selama penetasan berlangsung, diperlukan kelembapan udara yang sesuai dengan


perkembangan dan pertumbuhan embrio, seperti suhu dan kelembapan yang umum untuk
penetasan telur setiap jenis unggas juga berbeda-beda. Bahkan, kelembapan pada awal
penetasan berbeda dengan hari-hari selanjutnya. Kelembapan untuk telur pada saat awal
penetasan sekitar 52%-55% dan menjelang menetas sekitar 60%-70%, itik pada minggu
pertama 70% dan minggu selanjutnya 60%-65%, puyuh minggu pertama 55%-70%
selanjutnya 65% dan walet 65%- 70% pada setiap minggunya. (Farry B. Paimin, 2011:16)
c. Ventilasi.

Dalam perkembangan normal, embrio membutuhkan oksigen (O2) dan


mengeluarkan karbondioksida (CO2) melalui pori-pori kerabang telur. Untuk itu, dalam
pembuatan alat penetas telur/mesin tetas harus diperhatikan cukup tidaknya oksigen yang
ada dalam bok/ruangan, karena jika tidak ada oksigen yang cukup dalam bok/ruangan
dikhawatirkan embrio gagal berkembang. (Farry B. Paimin, 2011:17).

d. Waktu Penatasan Telur.

Penetasan telur itik biasanya diperlukan waktu sekitar 21-23 hari untuk itik
menetas, pembagian waktu dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Hari ke 1 – memasukan telur dalam alat penetas.

2) Hari ke 2 – membiarkan telur tetap di dalam bok tanpa perlakuan

3) Hari ke 3 – mulai melakukan pembalikan telur setelah telur berada dalam bok selama 48
jam, pembalikan dilakukan 3 kali dalam 1 hari.

4) Hari ke 4 sampai hari ke 18 – telur masih tetap di beri pembalikan. (pada hari ke 7, 13
da hari ke 17 dilakukan peneropongan guna menyeleksi telur yang baik dan yang buruk)

5) Hari ke 19 – tidak lagi dilakukan pembalikan dan telur sedikit di basuhi atau
disemprotkan air pada permukaan cangkangnya agar cangkang menjadi lunak ini
dilakukan sampai telur mulai menetas.

6) Hari ke 20 sampai hari ke 22 – telur sudah menetas dan anak tetas segera dipindahkan
ke wadah lain.
3. Alat penetas/mesin tetas.

Macam mesin tetas yang sudah modern dapat dibedakan menjadi 3 jenis mesin
tetas yang berhubungan dengan cara pembalikan telur, yaitu :

a. Mesin tetas manual.

Mesin/alat penetas ini dikatakan manual karena proses pembalikan telur dilakukan
dengan tangan. Yaitu ruangan inkubator dibuka, lalu telur satu per satu dibalikan. Untuk
jumlah telur yang banyak hal tersebut sangat tidak efektif dan memerlukan tenaga yang
besar.

4. Lampu Pijar

Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus
listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca yang
menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk berhubungan dengannya
sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi.

Digunakannya lampu pijar disini karena penulis mengganggap pancaran cahaya


lampu pijar lebih merata dari pada menggunakan heater / pemanas, serta bila dihitung
secara ekonomis lampu pijar lebih mudah di dapat dan murah harganya dari pada heater /
pemanas.
5. Mikrokontroler ATmega 16

Mikrokontroller jenis AVR adalah prosesor yang sekarang ini paling banyak
digunakan dalam membuat aplikasi sistem kendali bidang instrumentasi, dibandingkan
dengan mikrokontroler
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dapat diambil kesimpulan dari pengujian dan pembahasan tugas akhir mengenai
Alat Penetas Telur Otomatis Berbasis Mikrokontroler, yakni:

1. Pembuatan hardware box alat penetas telur menggunakan papan tripek setbal 3
mm,lampu yang digunakan sebanyak 4 buah dengan daya masing-masing 5 watt yang
dihubungkan dengan relay 4 chanel. Untuk rak telur penggeser dengan menggunakan
motor stepper 12 V yang berputar satu putaran penuh. Untuk mendeteksi suhu dan
kelembaban mengunakan sensor DHT11. Dalam perancangan software, program yang
digunakan menggunakan bahasa C dengan menggunakan aplikasi Arduino IDE sebagai
pembuatan source code dengan tingkat keberhasilan 100%. Dalam program arduino IDE
menggunaka library untuk menjalankan sistem dari driver motor ULN2003 dan DHT11.

2. Unjuk kerja berdasarkan hasil pengujian yang telah dilaksanakan sistem pada
kinerja Alat Penetas Telur Otomatis Berbasis Mikrokontrolerdapat berfungsi dan bekerja
dengan baik. Alat dapat menetaskan telur dengan tepat waktu dengan tingkat keberhasilan
90% dan tingkat kegagalan sebesar 10%. Secara keseluruhan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa Alat Penetas Telur Otomatis Berbasis Mikrokontroler sudah dapat
membantu mengurangi kerja dari manusia, dari telur ayam dimasukkan hinga telur
menetas. Hanya saja peternak perlu menambahkan air pada bak saat kering untuk
menyetabilkan kelembaban ruangan.
B. Keterbatasan Alat

Tugas akhir dengan judul “Alat Penetas Telur Otomatis Berbasis mikrokontroler”
memiliki keterbatasan alat, adapun keterbatasanya adalah sebagai berikut:

1. Kapasitas telur yang hanya menampung 50 butir telur.

2. Alat yang harus terhubung listrik, bila terjadinya pemadaman listrik maka akan
mempengaruhi perkembangan penetasan telur.

C. Saran

Berdasarkan hasil tugas akhir tersebut, masih terdapat kekurangan dari tugas akhir
ini karena keterbatasan dana, kemampuan, dan waktu, sehingga penulis menyarankan
untuk melakukan penelitian lanjutan sebagai berikut:

1. Dari keterbatasan yang sudah dijabarkan pada tugas akhir ini maka alat ini masih
ada kekurangannya, untuk itu harapan untuk kedepannya semoga pembuatan tugas akhir
ini dapat dilanjutkan oleh adik tingkat atau siapapun. Akan lebih baik jika sistem pada alat
ini dapat dikembangkan lagi dan di optimalkan pada kinerja alat ini sendiri.
D . LAMPIRAN DAN GAMBAR DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai