Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN UNGGAS

PPDH GELOMBANG XXXIV

MANAJEMEN PETERNAKAN AYAM LAYER

Disusun oleh:

Mochammad Bagus Kurniawan S. 061923143051


Ilham Radifan Pratama 061923143049
Adam Fahmi Fiqih 061923143065
Tiara Prastiana Putri 061923143047
Winadya Reika Ummaisyah 061923143108
Dewi Anggraeni 061923143110
Hanun Roviqoh Rahmi 061923143112
Zahrina Amami 061923143113
Silva Nadia Fara Sany 061923143107
Vidiana Prihesti 061923143111
Wima Setya Rahmandania 061923143109
Septiana Megasari 061923143043

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA
A. TIPE KANDANG AYAM LAYER

Jenis kandang ayam petelur dilihat dari konstruksinya terdapat dua jenis, yaitu kandang

postal dan kandang baterai.

1. Kandang Postal

Kandang postal adalah jenis kandang dimana sistem pemeliharaan dari ayam yang

disatukan dalam bentuk kelompok dalam suatu luas kandang tertentu. Setiap ekor ayam

memiliki ruang gerak seluas kurang lebih 250 cm2. Kandang postal dibagi menjadi dua yaitu

kandang postal litter dan kandang postal panggung.

1.1 Kandang Postal Litter

Kandang postal litter mempunyai lebar 6 – 8 meter dan tinggi kandang sekitar 2 – 3

meter pada bagian samping dan tinggi tengah sekitar 5 – 6 meter. Tinggi kandang

mempunyai pengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam kandang. Jika sirkulasi udara di

dalam kandang lancar maka suhu kandang akan sejuk dan ayam tidak mengalami kepanasan.

Kepanasan akan menyebabkan ayam menjadi lemah, mudah terserang penyakit dan bisa

menyebabkan mortalitas (kematian). Sedangkan untuk tepi atap mempunyai lebar 1,25 – 1,40

m dari dinding kandang.

Pemilihan kandang bisa disesuaikan dengan lokasi peternak. Salah satu kandang yang

sering digunakan adalah kandang tipe postal dengan alas dari campuran sekam dan pasir.

Untuk lantai kandang postal tersebut terbuat dari tanah atau dari semen yang diplester. Pada

bagian dinding menggunakan papan atau bambu yang pada bagian atas dipasang kawat ram

agar memudahkan udara masuk ke dalam kandang.

Lantai Kandang Litter merupakan kandang yang lantainya terbuat dari bahan padat

seperti semen yang dicampur dengan pasir. Sebelum dilakukan penyemenan peternak dapat

terlebih dahulu melapisinya menggunakan batu yang disusun secara rapi. Setelah itu lantai

kandang disemen. Lalu ketika proses penyemenen selesai peternak dapat menutup lantai
semen tersebut menggunakan sekam padi atau sisa serutan gergaji dan kapur sebagai litter.

Ketebalan sekam padi berkisar 8 – 10 cm.

Manfaat dari penggunaan sekam padi atau sisa serut kayu adalah dapat menyerap air,

menyerap kelembaban dan mengeringkan, mengurangi kontak antar kotoran dengan unggas

secara langsung selain itu dapat memberikan insulasi pada anak ayam atas pengaruh dinding

dari lantai. Pada umumnya kandang litter ditutup dengan plastik di bagian luar dinding

kandang agar menghalangi udara kencang masuk kandang.

Mengelola Kandang Litter dengan baik yaitu sebelum bibit ayam yang sudah berusia 4

minggu dipindah ke dalam kandang yang sudah diberi litter sekam padi. Sebaiknya litter

tersebut diberikan disinfektan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar membasmi bibit

penyakit, bakteri atau virus yang muncul.

1.2 Kandang Postal Panggung

Kandang Postal panggung atau disebut juga dengan istilah kandang slat mempunyai

lantai yang berlubang dan pada bagian bawah kandang. Serta terdapat tempat untuk

menampung kotoran ayam sehingga ayam tidak bersentuhan langsung dengan kotoran ayam.

Bentuk kandang slat ini umumnya berbentuk memanjang. Lantai panggung terbuat dari kawat

ram atau bambu. Ukuran kandang postal panggung rata-rata memiliki panjang 50 – 100 m

dengan lebar 7 – 10 m.

Kandang panggung bisa digunakan untuk beternak ayam joper dan kondisi lahannya

tidak rata dan berada di daerah dataran tinggi. Dari segi ekonomis lebih menguntungkan

menggunakan kandang litter karena hemat biaya. Peternak juga lebih mudah membersihkan

kandang, jadi tinggal di buang litter nya saja menggunakan sekop. Keuntungan lain

menggunakan kandang postal yaitu ayam akan mempunyai bobot yang lebih tinggi dan

karkas yang dihasilkan lebih padat. Pada umumnya kandang postal litter digunakan untuk

memelihara Ayam Kampung Super pedaging. Sedangkan kandang postal panggung lebih
sesuai digunakan untuk kandang ayam kampung petelur karena telur yang dihasilkannya

lebih bersih.

Bagian lantai kandang panggung mempunyai bentuk yang berbeda dibandingkan

kandang postal litter. Untuk kandang postal panggung ada tempat untuk membuang kotoran

ayam sehingga ayam lebih bersih. Kotoran tersebut di tampung dibagian bawah kandang

yang terbuat dari bambu atau kawat ram.

Sedangkan untuk kandang postal panggung mempunyai ukuran yang kurang lebih sama.

Perbedaannya terletak pada tiang kandang. Kandang panggung mempunyai tiang pada bagian

sisinya dan bagian tengah kandang. Pada umumnya kandang postal panggung digunakan

untuk pembesaran Ayam Kampung Super petelur dan ayam petelur agar hasil telur lebih

bersih. Kandang Postal panggung juga biasa digunakan untuk pembesaran ayam potong/

broiler. Untuk pemeliharaan ayam petelur biasaya peternak lebih banyak menggunakan

model kandang kandang battery/ kandang baterai. Karena dengan menggunkaan kandang

baterai, peternak akan lebih mudah untuk melakukan pemantauan terhadap ayam – ayamnya.

kandang battery adalah bentuk kadang yang memiliki modifikasi dari sistem sangkar atau

kurungan yang disusun secara berderet memanjang, Tetapi tidak menutup kemungkinan juga

sangat baik digunakan untuk proses pembesaran Ayam Kampung Super.

2. Kandang Baterai

Kandang Baterai merupakan kandang yang memiliki bentuk kotak atau sangkar (cage).

Dalam pembuatannya dapat berbahan dasar bilah – bilah bambu, reng dan kayu (kaso).

Sistem pemeliharaan dengan ini dilakukan dengan menempatkan ayam yang diletakan sendiri

– sendiri dalam satu kandang. Kandang battery sangat baik untuk diterapkan pada

pemeliharaan ternak ayam petelur. Karena kandang ini memiliki sistem ventilasi yang sangat

baik, udara dengan leluasa masuk kedalam sangkar. Untuk lantai kandang ayam petelur

sistem baterai dibuat miring ke depan sekitar 9 derajat atau sekitar 6 – 7 cm. Miringnya lantai
kandang bertujuan untuk mempermudah peternak mengambil telur hasil panen karena setelah

telur dikeluarkan oleh ayam, telur tersebut akan menggelinding ke depan. Kandang baterai

ada dua jenis berdasarkan bentuk dan ukurannya, yaitu sebagai berikut.

2.1 Kandang sistem baterai individu

Kandang sistem baterai individu (individu cage) merupakan kandang berbentuk sangkar

yang disusun berderet. Setiap ruangan kandang hanya dapat menampung seekor ayam.

Kandang umumnya digunakan pada ayam petelur komersial.

 Kelebihan model kandang ini yaitu:

-Tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing ayam mudah dikontrol

-Memudahkan pengontrolah pakan ayam

-Kanibalisme antar ayam dapat dhindari

-Penyakit tidak mudah menular dari satu ayam ke ayam lainnya

-Produksi telur dalam keadaan bersih dan tidak terkena kotoran ataupun sisa pakan

-Ayam tidak mudah kehilangan energi

-Ventilasi yang yamg masih alami sehingga udara dapat keluar masuk dengan lancar dan

ayam akan merasa lebih nyaman.

 Kelemahan penggunaan kandang baterai

-Investasi awal pembuatan kandang baterai relatif lebih tinggi

-Jika peternak terlambat dalam membersihkan kandang akan mengundang banyak lalat

dan bau yang tajam

-Penyusunan pakan yang kurang baik, ayam mudah terserang penyakit

-Mudahnya terjadi kelumpuhan, jika ayam yang dimasukan ke dalam kandang baterai

tersebut belum waktunya atau masih muda. Hal ini dikarenakan kakinya masih lemah

-Kerabang telur sering pecah akibat terbentur batang bambu penampung telur.

Kelemahan dapat diatasi dengan cara menyusun cage secara bertingkat serta memilih
bahan pembuatan cage yang sederhana dan murah (bilah bambu atau anyaman kawat).

Satu cage mempunyai ukuran panjang 45 cm, lebar 20-35 cm, dan tinggi 45 cm. Cage

yang umum digunakan di indonesia mempunyai ukuran 90 x 45 cm untuk empat ekor

(luas 1.012 cm2/ekor).

Kelemahan cage yang terbuat dari bambu adalah kerabang telur sering pecah akibat

terbentur batang bambu penampung telur. Hal tersebut bisa diatasi dengan melapisi batang

bambu penampung telur dengan lapisan karet dibuat seragam dan diatur berderet atau

bertumpuk. Model susunan cage dan jumlah tingkat yang akan digunakan harus

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

- Susunan cage harus memudahkan kegiatan kerja para pekerja

- Susunan cage maksimal terdiri atas tiga tingkat dan tidak melebihi jangkauan tangan

orang dewasa. Dengan demikian susunan ini memudahkan para pekerja dalam memberi

pakan dan melakukan pengobatan atau vaksinasi

- Susunan cage harus memudahkan pengambilan kotoran ayam

- Susunan cage harus mempertimbankan tinggi, luas kandang dan modal yang tersedia.

2.2 Kandang sistem koloni

Kandang sistem koloni (multiple laying cage) mirip sistem baterai individu, tetapi dalam

satu ruanagn kandang dapat diisi beberapa ekor ayam. Cage ini mempunyai kelebihan yaitu

tempat yang dibutuhkan tidak terlalu luas dan biaya yang dibutuhkan lebih murah jika

dbandingkan model individu cage.

Kelemahan model ini adalah mudah terjadi penularan penyakit dan sulit melakukan

pengontrolan. Jika terjadi penyakit pada seekor aam maka penlaran kepada ayam lain lebih

mudah dibanding dengan kandang individual cage. Sulit melakukan pengontrolan produksi,

konsumsi pakan, maupun kondisi kesehatan masing-masing ayam.

Beberapa model susunan dan jumlah tingkat kandang baterai sebagai berikut
Tipe V (4 lajur)

 Kelebihan: intesitas cahaya matahari yang masuk lebih optimal, sirkulasi udara baik,

produksi telur menjadi maksimal.

 Kekurangan: populasi ayam kurang maksimal dibandingkan dengan tipe V yang berisi

6 lajur.

Tipe V (6 lajur)

 Kelebihan: intensitas cahaya matahari yang masuk baik, sirkulasi udaranya cukup

baik, dan populasi ayam lebih optimal dibandingkan dengan tipe V yang berisi 4 lajur.

 Kekurangan: kandang mudah rusak dan pekerja kandang sulit menjangkau lajur

paling atas.

Tipe AA (12 lajur)

 Kelebihan: populasi ayam sangat maksimal dan intesitas cahaya matahari yang masuk

cukup baik.

 Kekurangan: memerlukan lahan yang lebih lebar dibandingkan dengan tipe kandang

V.

Tipe W (8 lajur)

 Kelebihan: populasi ayam paling banyak dibandingkan dengan tipe V.

 Kekurangan: sirkulasi udara di lajur tengah kurang optimal sehingga berpengaruh

terhadap produksi telur.

Untuk atap kandang harus dibuat sedemikian rupa agar sirkulasi udara dapat berjalan

dengan lancar dan cahaya matahari juga bisa masuk. Dengan demikian performa ayam

petelur akan lebih maksimal. Maka atap kandang yang baik ialah tipe monitor dimana

terdapat dua sisi dan di bagian puncaknya terdapat lubang ventilasi. Untuk atap kandang bisa

terbuat dari bahan asbes ataupun genting. 


B. TIPE RAS AYAM LAYER

Ayam petelur merupakan jenis ayam yang mampu memproduksi telur dalam jumlah

banyak selama fase produksinya. Ayam petelur yang berkembang saat ini mempunyai 2 tipe

yaitu ayam petelur tipe medium dan tipe ringan. Ayam petelur tipe medium umumnya

mempunyai kerabang telur yang berwarna cokelat sedangkan tipe ringan mempunyai

kerabang telur berwarna putih.

Ayam petelur tipe ringan : Tipe ayam ini sering disebut dengan ayam petelur putih yang

mempunyai ciri-ciri badan ramping atau kecil mungil, bulunya putih bersih dan berjengger

merah. Ayam tipe ini umumnya berasal dari galur murni White leghorn yang mampu bertelur

lebih dari 260 butir/tahun. Ayam tipe petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca panas dan

keributan. Strain yang termasuk tipe ringan antara lain Babcock, Hisex White, Ross White

dan Hubbard Leghorn.

Ayam petelur tipe medium memiliki ciri-ciri: ukuran badan lebih besar dan lebih kokoh

dari pada ayam petelur tipe ringan, mempunyai perilaku tenang, memiliki bulu cokelat

kemerahan, otot-otot kaki dan dada lebih tebal dan produksi telur cukup tinggi dengan kulit

telur tebal dan berwarna cokelat. Ayam petelur tipe medium disebut juga ayam tipe dwiguna,

ayam dwiguna selain dimanfaatkan sebagai ayam petelur juga dimanfaatkan sebagai ayam

pedaging bila sudah memasuki masa afkir. Strain ayam petelur yang termasuk dalam tipe

medium antara lain Lohman Brown, Hisex Brown, Ross Brown, Dekalb Brown, Hy-Line

Brown dan Isa Brown.

Ayam petelur strain Lohman Brown cepat dalam mencapai dewasa kelamin yaitu pada

umur 18 minggu, sehingga 50% produksi dapat dicapai pada umur 140-150 hari, selain itu

juga, berat tubuh strain Lohman pada umur 20 minggu sekitar 1,6-- 1,7 kg dan akhir produksi

1,9--2,1 kg. Puncak produksi strain Lohman mencapai 92--93 %, dengan FCR sebesar 2,3--

2,4 serta tingkat kematiannya sampai dengan 2--6 %. Kelebihan ayam petelur strain Isa
Brown adalah produktivitas tinggi (selain produksi telur juga produksi daging), konversi

ransum rendah, kekebalan dan daya hidup tinggi, dan pertumbuhan yang baik. Ayam petelur

strain Lohman Brown dan Isa Brown menjadi primadona masyarakat Indonesia untuk

dikembangkan sebagai usaha peternakan.

C. FASE AYAM LAYER

Fase ayam layer dibagi menjadi tiga fase berdasarkan umurnya.

1. Fase stater (umur DOC sampai 6-8 minggu)


2. Fase grower (umur 6-8 minggu sampai 18-20 minggu)
3. Fase layer (umur 18-20 minggu sampai afkir)
1. Fase stater
Pada fase starter, pemeliharaan yang perlu diperhatikan yaitu persiapan pemeliharaan,
pemilihan anak ayam, pemotongan paruh atau debeaking, perkandangan (kandang, brooder,
suhu, dan kelembaban, kepadatan kandang, dan litter). Pencegahan penyakit juga perlu
diperhatikan supaya pertumbuhan ayam dengan angka kematian yang rendah. Pemilihan
DOC meliputi berat badan DOC ideal sekitar 35 gram atau tidak kurang dari 32 gram, tidak
terdapat kecacatan, mata yang jernih, paruh yang tidak bengkok, bulu bersih, gesit, lincah,
aktif, jika dipegang akan bereaksi, posisi di dalam kelompok selalu tersebar. Untuk
debeaking dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi ransum dan mencapai
keseragaman. Ayam lebih suka memakan ransum yang butiran daripada ransum yang lebih
halus sehingga hal ini dapat merugikan peternak. Fase stater penting karena jika terdapat
penanganan yang salah akan berdampak pada fase berikutnya. Ayam layer fase starter juga
membutuhkan protein yang cukup dalam ransumnya yaitu sekitar 17-19%.
2. Fase grower
Yang harus diperhatikan dalam fase grower yaitu perkandangan, pakan, dan pencegahan
penyakit dengan memberikan vaksinasi. Kepadatan kandang juga harus diperhatikan pada fse
grower, karena kandang yang terlalu padat akan menimbulkan kompetisi dalam mendapatkan
ransum, air, minum dan oksigen. Kepadatan ayam layer di fase grower sekitar 12 ekor/m 2.
Sifat ayam layer pada fase grower dengan pertumbuhannya yang meningkat dan menurun,
maka pemberian pakan harus dibatasi jika tidak maka ayam dapat terlalu gemuk dan
berdampak pada penurunan produksi telur. Kontrol berat badan pada fase grower bertujuan
untuk mengetahui berat badan sesuai dengan standar atau tidak. Pengamatan juga diperlukan
untuk melihat ayam sehat atau sakit. Protein yang dibutuhkan pada fase grower sekitar 14-
16%.
3. Fase layer
Fase layer dibagi menjadi 2 fase, fase I dan fase II. Fase I dimana ayam berumur 20
minggu sampai 42 minggu dengan bobot badan rata-rata 1.350 gram. Fase II, ayam telah
berumur 42 minggu sampai 72 minggu atau sampai afkir dan bobot ayam telah mencapai
bobot tetap. Di fase layer, ayam mulai berproduksi. Menurut kartasudjana dan suprijatna
(2010) ayam dikatakan sudah berproduksi jika dalam satu kandang dengan ayam umur yang
sama telah mencapai produksi 5%. Tanda ayam mulai berproduksi yaitu jengger relatif
membesar dan berwarna merah, mata bersinar, kloaka membesar, dan jarak ujung tulang
pubis selebar 2-3 jari tangan atau lebih. Hal yang harus diperhatikan dalam fase layer adalah
intensitas cahaya, karena dapat memengaruhi proses bertelur. Intensitas cahaya yang terlalu
tinggi dapat menimbulkan kanibalisme, stress, bertelur dini, selain itu ayam juga perlu
kondisi gelap untuk beristirahat serta memicu hormone melantonin untuk meningkatkan
imunitas. Cahaya (Photoperiodism) memengaruhi aktivitas HPG Axis yang berperan dalam
didtem regulasi fungsi ovarium dan tercapainya kematangan seksual. Penglihatan ayam
mempunyai sesitivitas terhadap cahaya sehingga jika cahaya diterima oleh bola mata akan
diteruskan ke syaraf dan akan mempengaruhi ovarium secara hormonal, jika intensitas cukup
maka telur akan dikeluarkan hari itu juga tetapi jika cahaya tidak cukup maka telur akan
disimpan di uterus dan dikeluarkan di esok hari. Kandang yang digunakan dalam fase layer
biasanya adalah kandang baterai karena kandang baterai memudahkan dalam pengawasan
dan pencegahan penyakit, memudahkan proses seleksi dan culling ayam yang tidak produktif,
serta kotoran yang dihasilkan dapat langsung terkumpul dibawah. Pada fase layer dibutuhkan
protein sekitar 20-22%. Protein yang cukup penting dalam mempertahankan besar telur.

D. PERSIAPAN KANDANG DOC

Persiapan kandang DOC untuk ayam layer tidak berbeda dengan DOC untuk ayam

broiler, begitu pula perlengkapan kandangnya, sampai mencapai pertumbuhan bulu yang

sempurna. Penempatan tempat makan dan minum juga sama. Sebelum tiba, kandang harus

sudah dibersihkan dengan air bersih yang telah dicampur dengan pembunuh

kuman/desinfektan. Kandang kemudian dibiarkan selama beberapa saat dan tidak bisa

dimasuki oleh sembarang orang.


Semua peralatan, termasuk indukan,tempat pakan,dan tempat minum juga harus

disterilkan, sementara alas litter disemprot dengan bahan pembunuh kuman/fumigan.

Penggunaan fumigan harus sesuai dengan etika dan aturan pakainya dan harus diperhatikan

dengan benar karena setiap merek dagang memiliki aturan pakai yang berbeda-beda. Sebelum

anak ayam tiba maka kandang harus sudah siap.

Waktu istirahat kandang dalam keadaan bersih minimal 2 minggu agar siklus penyakit

diharapkan dapat putus. Adapun tahapan persiapan kandang,yaitu sebagai berikut:

mengarungkan pupuk; merapikan tempat pakan dan tempat minum; mematikan aliran listrik;

mematikan saluran air minum; merapikan peralatan kandang lainnya seperti sekat dan

brooder guard; mencuci kandang dengan air kemudian desinfektan; mengapur kandang;

mencuci tirai dan alas litter; menaburkan litter dan memasang peralatan; memasang tirai;

menyemprot ulang desinfektan; membiarkan kandang tertutup tirai; mencuci peralatan

kandang.

Perlengkapan dan peralatan yang harus disediakan untuk fase DOC antara lain adalah

piring untuk pakan anak ayam,galon minuman untuk DOC, dan pemanas untuk DOC. Setelah

ayam memasuki umur dewasa peralatan makan dan minum diganti dengan tempat pakan dan

minum yang khusus dewasa. Kandang juga harus dilengkapi dengan peralatan, seperti tempat

pakan, tempat minum, alat pemanas,alat penerangan, alat sanitasi atau kebersihan.

1. Program penyinaran

Alat pemanas yang dibutuhkan sudah harus masuk ke dalam kandang dua atau tiga hari

sebelum anak unggas tiba dan sudah suci hama dengan disemprotatau difumigasi. Masa

brooding kurang lebih berlangsung 14 hari atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan

ayam itu sendiri. Pemanas sebaiknya dinyalakan sekitar 4-5 jam, idealnya satu hari, sebelum

DOC datang. Tujuannya agar temperatur di sekitar lingkungan sudah hangat secara merata.
Untuk umur 1 – 2 hari 24 jam ; 3 – 7 hari 22 jam ; 2 minggu 18 jam; dan 3 minggu 16

jam. Kelembaban kandang ideal 60 – 70% dengan suhu brooding : usia 0 – 3 hari 32 – 35

Celsius, 3 – 7 hari 29 – 34 Celsius, 8 – 14 hari 27 – 31 Celsius. Termometer ditempatkan 8

cm dari tepi chick brooding/ chick guard dan 8cm di atas litter. Diameter 4 M untuk 500 –

600 ekor dengan tinggi chick guard 50 cm, setiap M2 untuk 40 – 50 DOC.

Adapun program penerangan untuk minggu pertama yaitu secara total selama 24 jam,

dengan intensitas cahaya lampu pijar 40 watt/20m2 dan untuk minggu-minggu berikutnya

ada pengurangan lama penyalaan (Murtidjo, 1987).

2. Pemberian Minum

Pada hari pertama diberikan air minum hangat +- 16 – 20 Celsius, menambahkan gula 20

gram/ 4 liter air minum. Penambahan vitamin C juga baik dengan komposisi 2gr/10 liter air

minum. Pemberian air gula bertujuan agar DOC bisa memperoleh energi dengan cepat.

Kebutuhan air minum tergantung pada temperatur kandang dan aktivitas ayam.

3. Pemasangan Litter

Untuk litter, dapat menggunakan bahan organik yang bersifat menyerap air. Contohnya,

serbuk gergaji, sekam padi, potongan jerami kering, potongan rumput kering atau tongkol

jagung yang dihaluskan. Ketebalan litter pada pemeliharaan anak ayam awalnya hanya

sekitar 5–8 cm. Secara bertahap, litter ditambah sampai mencapai maksimal 10–13 cm.

Untuk ayam dewasa, ketebalan awal 10–13 cm dan secara bertahap ditambah sampai

ketebalan maksimal 20–23 cm. Apabila litter tidak berfungsi sebagaimana fungsinya

sehingga kandang becek dan lembab. Dampaknya, timbul polusi ammonia, berupa bau

kandang yang menyengat. Hal tersebut karena litter terlalu tipis atau populasi terlalu padat.

Alas lantai atau litter harus secara teratur diaduk-aduk dan ditambah ketebalannya, agar

dampak negatif dapat dihindarkan.


4. Rekording

Rekording atau catatan harian adalah catatan tentang segala sesuatu yangterjadi selama

periode pemeliharaan. Biasanya rekording berisi tanggal masukDOC, nama peternak, strain,

kode boks DOC, kondisi DOC, periode pemeliharaan, umur (hari), jumlah pakan, bobot

harian dan mingguan, obat danvaksin, serta mortalitas.Perannya untuk memberikaan

informasi mengenai pertumbuhan ayam dan efisiensi pakan.

Mengenal Sistem Berbagai Jenis Brooder Indukan atau brooder berbentuk bundar atau

persegi empat dengan areal jangkauan sekitar 1–3m dengan alat pemanas di bagian tengah.

Alat ini disebut juga “induk buatan” karena fungsinya menyerupai induk ayam, yakni

menghangatkan anak ayam ketika baru menetas. Brooder adalah alat pemanas yang

merupakan salah satu komponen brooding (induk buatan). Beberapa jenis Brooder, yaitu :

1.Semawar/cimawar menggunakan bahan bakar minyak tanah ; 2.Gasolek menggunakan

bahan bakar gas; 3.Tungku batu bara menggunakan batu bara; 4.Tungku kayu bakar atau

serbuk gergaji. Alat pemanas sudah banyak dijual di toko-toko unggas. Ada yang memakai

sumber energi gas, listrik atau air panas. Pemanas DOC diperlukan selama anak ayam belum

mampu beradaptasi dengan suhu lingkungan. Pemanas yang dapat digunakan adalah bohlam

listrik, pemanas dengan batu bara,dan pemanas dengan gas.

Di peternakan rakyat, alat pemanas yang digunakan cukup sederhana,yakni

memanfaatkan kayu bakar atau serbuk gergaji. Karena DOC ditetaskan dengan mesin tetas

dan tidak ada induk ayam yang menghangatkan tubuhnya. Selain itu, perlu dibuat guard chick

atau brooderguard yang berupa seng supaya anak ayam mengumpul untuk menghemat

pemakaian pemanas. Alat pemanas baru yang sekarang umum digunakan yaitu Heater yang

panasnya bisa dikontrol melalui Temtron.Temtron adalah merek produk untuk mengatur suhu

dalam kandang, dengan menentukan mana kipas yang nyala serta kapan pompa cooling pad

nyala (Yohani, 2013).


E. PERSIAPAN KEDATANGAN DOC

Setelah kandang dan peralatan siap, selanjutnya menunggu DOC datang. Hal yang perlu

dilakukan di antaranya:

 Peternak harus berkomunikasi dengan bagian pengiriman DOC untuk mengetahui jam

berapa DOC mulai dikirim dan estimasi jam kedatangan DOC di lokasi farm.

 Semua anak kandang harus sudah siap di lokasi farm saat hari kedatangan.

 Siapkan form recording dan alat yang diperlukan (alat tulis dan timbangan).

 Nyalakan pemanas minimal 1-2 jam sebelum DOC tiba (pre-heating) dan atur

panasnya dengan baik agar litter sudah terasa hangat dan suhu area brooding sudah

cukup stabil ketika DOC masuk. Dalam kondisi normal, saat suhu brooding sudah

stabil dan sesuai dengan kebutuhan DOC yaitu sekitar 31-33°C, DOC nantinya akan

segera melakukan aktivitas makan dan minum.

 Siapkan ransum dan air minum dalam kandang brooder sebelum DOC tiba. Air

minum yang disarankan adalah air dengan suhu hangat kuku efek dari pemanas yang

dinyalakan sehingga akan membuat air minum cocok dengan suhu usus dan tubuh

DOC. Akan lebih baik lagi jika ditambahkan suplemen tambahan.

1. Suplemen Tambahan Sebagai Pengganti Energi

DOC atau anak ayam yang baru tiba di kandang memerlukan energi pengganti setelah

kehilangan energi akibat proses perjalanan dari hatchery ke kandang. Pemberian suplemen

tambahan sangat dianjurkan agar DOC dapat memperoleh energi atau pengganti cairan tubuh

dengan cepat.

Pemberian air hangat dan air gula sebagai energi penganti saat DOC berada dalam

perjalan menuju kandang dan sebagai penghilang stress. Suplementasi merupakan

penambahan zat-zat yang diperlukan ke dalam tubuh baik melalui ransum maupun air

minum. Merupakan suplemen berbentuk cair yang mengandung ekstrak herbal untuk
memulihkan energi pada ayam dan aman digunakan tanpa menimbulkan efek samping dan

dapat dicampur dengan obat atau vitamin.

2. Pemeliharaan Masa Starter

2.1 Pemberian pakan

• Manajemen pakan diberikan secara disebar di kandang brooding atau di feeding stray,

berupa crumble. Permberian pakan dilakukan dengan sedikt-sedikit dengan

frekuensinya seing yaitu 4-9 kali pemberian.

• Saat pemberian pakan dilakukan pula pembersihan kandang dan mengecekan air

minum

• Mulai umur 7 hari tempat minum harus digantung dan setiap hari tingginya

disesuaikan setinggi punggung ayam.

• Anak ayam harus memperoleh pencahayaan selama 22-23 jam per hari selama 0-7

hari pertama untuk membantu anak ayam menemukan pakan dan air. Jangan gunakan

24 jam terang. Adanya 1-2 jam gelap berfungsi agar DOC punya waktu untuk

beristirahat dan nafsu makannya kembali meningkat ketika lampu dinyalakan (jam

terang dimulai). Fungsi lainnya untuk memproduksi hormon pertumbuhan (melatonin)

dan sebagai antisipasi jika suatu saat terjadi lampu padam tiba-tiba, sehingga ayam

tidak mati menumpuk. Setelah minggu pertama, mulai kurangi jam terang secara

perlahan dan bertahap.


F. FASE GROWER AYAM PETELUR

Fase grower adalah fase pertumbuhan pada jenis ayam petelur yaitu antara umur 6

sampai 14 minggu dan antara umur 14 sampai 20 minggu. Pada umur 14 sampai 20 minggu

pertumbuhan ayam petelur sudah mulai menurun sehingga sering disebut dengan fase

developer (fase perkembangan). Anak ayam yang telah mencapai fase grower berarti telah

melewati masa starter yang kritis. Tata laksana untuk ayam pada fase ini pada prinsipnya

masih sama dengan fase starter, tetapi karena umurnya telah meningkat maka ayam pada fase

ini relatif lebih tahan terhadap lingkungan ataupun infeksi penyakit.

Pada fase grower ayam tetap dipelihara dengan sistem postal dan ayam mulai

dipindahkan dari kandang starter ke kandang grower. Pemindahan kandang pada fase ini

dilakukan pada saat ayam berumur 6 sampai 8 minggu. Pemeliharaan dengan pergantian

kandang menjelang fase grower disebut dengan grow lay system. Sistem ini berfungsi untuk

menghemat pemanasan dan mengurangi stres pada ayam karena ayam dipindah sejak awal.

Ada beberapa sistem lain yang bisa dilakukan dengan tidak memindahkan ayam ke kandang

lain, yaitu dengan cara sejak dari fase starter hingga fase grower dipelihara dalam bangunan

kandang yang sama, tetapi kepadatannya dikurangi. Sehingga pemindahan kandang hanya

dilakukan pada saat ayam menjelang berproduksi, yaitu umur 18 sampai 21 minggu.
Pada fase ini juga dilakukan peralihan pakan ayam petelur dari fase starter ke fase

grower. Pertumbuhan ayam fase grower semakin menurun bila dibandingkan dengan fase

starter, sehingga ransum yang diberikan sedikit demi sedikit diganti dengan ransum grower

yang kadar proteinnya lebih rendah daripada fase starter. Pelaksanaan pergantian ransum ini

diselesaikan dalam 2-3 minggu. Jumlah pakan yang diberikan pada setiap ayam grower

dimulai dengan 60 gram/hari. Setiap bulan ditambah 15 gram/ekor menjadi 75 gram,

sehingga pada bulan ke empat kurang lebih 105 gram. Sebagai persiapan bertelur,

penambahan unsur Ca dalam bentuk grid harus telah diberikan pada saat ayam berumur 20

minggu. Grid ditabur di litter atau pakan sebanyak 3 gram/ekor/minggu untuk meningkatkan

nafsu makan dan mengembangkan otot ampela.

Selama periode grower, lampu dimatikan pada malam hari, sedangkan pada siang hari

cahaya yang masuk ke kandang dikurangi dengan pemakaian paranet (terutama untuk bulan

tertentu ketika panjang penyinaran lebih dari 12 jam dalam sehari dengan intensitas cahaya

yang terlalu tinggi). Pengurangan cahaya akan melambatkan terjadinya dewasa kelamin pada

ayam. Ayam yang terlalu cepat dewasa kelamin akan menghasilkan telur yang lebih kecil

sehingga berat telur yang dihasilkan per ekor ayam lebih rendah. Berat telur rata-rata akan

meningkat 0,15 g untuk setiap hari keterlambatan umur awal bertelur.

Tujuan dari fase grower sendiri adalah menyiapkan ayam menjelang dara (pullet) yang

siap bertelur, dengan harapan memperoleh sekelompok ayam yang seragam dan mencapai

berat badan yang sesuai umurnya. Sehingga perlu dilakukan kontrol pertumbuhan dengan

cara penimbangan setiap minggu, mulai umur 5 sampai 35 minggu. Penimbangan sampel

dilakukan minimal 10% dari total populasi untuk mengetahui rata-rata berat badan ayam

apakah sudah sesuai dengan standar dari pabrik dan untuk mengetahui keseragaman. Setelah

diketahui rata-rata ayam, dapat dimasukkan dalam rumus berikut: X ± 10%, rumus ini adalah

yang biasa digunakan di lapangan. Populasi dianggap seragam apabila hasil tes ≥ 80%.
G. MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PETELUR FASE LAYER

1. Kandang

Fase layer atau fase produksi pada ayam dimulai sekitar umur 18-21 minggu. Jarak

pindah kandang dari fase grower menuju fase layer tidak boleh terlalu dekat dengan umur

produksi karena akan mengakibatkan stress, akibatnya feed intake dan bobot badan sulit

mecapai standar, serta perkembangan saluran reproduksinya akan terganggu. Waktu bertelur

dan puncak produksi akan mundur. Sebelum pindah kandang dipastikan sarana yang

digunakan seperti keranjang ayam maupun peralatan lainnya sudah dibersihkan dan

didesinfeksi. Kandang fase layer juga harus sudah dibersihkan dan didesinfeksi dan

diistirahatkan minimal 2 minggu.

Pemeliharaan ayam petelur fase layer dapat dilakukan dalam kandang sistem litter atau

kandang sistem baterai. Pada kandang sistem litter, luas kandang yang diperlukan untuk tiap

jenis ayam petelur berbeda, tergantung pada besar badan ayam dan temperatur lingkungan.

Temperatur ideal ayam fase layer 22-26oC. Luas kandang yang dibutuhkan ayam petelur tipe

ringan 5-6 ekor/m2, untuk tipe medium 3-4 ekor/m2 dan untuk tipe berat 2-3 ekor/m2.

Pemeliharaan ayam petelur dalam kandang sistem litter tidak boleh terlalu padat karena dapat

menurunkan produksi, kanibalisme, dan angka kematian yang tinggi. Pada kandang sistem

baterai memiliki keuntungan yaitu pemeliharaan lebih mudah, kontrol penyakit lebih mudah,

telur lebih bersih, sifat mengeram dapat dikurangi dan ayam yang dipelihara dapat lebih

banyak. Dalam satu cage bisa ditempati 1 ekor ayam, 2 ekor ayam atau lebih.

Selama fase produksi sebaiknya dalam kandang pemeliharaan diberikan cahaya rata-rata

16 jam/hari dan cahaya tambahan bisa menggunakan cahaya lampu yang tujuannya untuk

membantu meningkatkan produksi telur.

Tabel Program Pencahayaan Fase Layer

Umur Ayam Terang Gelap


(Jam) (Jam)

18 Minggu 13,5 10,5

19 Minggu 14,5 9,5

20 Minggu 15 9

21 Minggu 15,5 8,5

22 Minggu 15,75 8,25

23 Minggu 16 8

24 Minggu 16,25 7,75

25 Minggu diatas 16,5 7,5

2. Pemberian Pakan

Tabel kebutuhan nutrisi ayam fase layer

Nutrisi Layer

Kadar air (%) <14

Energi metabolisme (kkal/kg) 2750

Protein kasar (%) 17-18

Serat Kasar (%) <7

Lemak Kasar (%) 3,5-3,7

Abu (%) 10-14

Kalsium (%) 3,25-4

Fosfor (%) 0,40

Sumber: Medion

Ayam petelur fase layer rata-rata mengonsumsi 114-120 gram pakan perhari, sehingga

pemberian pakan tiap hari sekitar 120 gram per ekor ayam. Pakan bisa diberikan sore hari

pukul 16.00-18.00. Air minum merupakan komponen nutrient yang penting karena apabila

ayam kekurangan minum, konsumsi pakan akan menurun sehingga produktivitasnya

menurun. Air minum hanya dibatasi saat-saat tertentu, misalnya sebelum vaksinasi melalui
air minum. Pemberian pakan fase layer diberikan secara ad libitum agar produksi dapat

optimal. Pakan didalam tempat pakan diusahakan selalu kering dan diganti dengan yang baru

setiap hari untuk mencegah timbulnya jamur. Air minum juga diberika secara ad libitum.

Bentuk fisik ransum yang baisanya diberikan pada fase layer yaitu campuran bentuk

tepung dan biji-bijian, ransum seperti ini biasanya jagung giling pecah dengan bungkil kelapa

dan bungkil kedelai yang digiling halus serta dedak halus. Pakan bentuk pellet memiliki

palatabilitas yang paling baik. Penggantian ransum fase grower ke ransum fase layer

diberikan setelah ayam mencapai produksi 5% untuk menghindari stress karena pergantian

pakan.

3. Program Vaksinasi dan Pengobatan Pada Ayam Petelur

Vaksin adalah cairan dari bibit penyakit yang telah dilemahkan kemudian diberikan ke

ayam melalui air minum, tetes mata, tetes hidung, tetes mulut, maupun injeksi. Fungsi vaksin

adalah untuk membentukan kekebalan dalam tubuh ayam terhadap suatu penyakit. Vaksinasi

merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular dengan cara kekebalan

tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Untuk

mencegah reaksi yang tidak diinginkan akibat dari vaksin, pada saat divaksinasi ayam harus

berada dalam keadaan sehat atau tidak sedang terinveksi parasit.

Fase Umur Vaksin Cara Pemberian Tujuan

(hari)

Starter 1-3 Vita chicks / Air minum Meningkatkan kondisi

Neo Meditril tubuh,

mengatasi stres dan

memacu
pertumbuhan

Mencegah penyakit

pullorum,

colibacillosis dan CRD

4 ND - IB Tetes mata / hidung

5-7 Vita Chicks / Air minum Mencegah stres akibat

Vita Stress vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

7 Gumboro Tetes mulut / air minum

8-9 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

10 AI Injeksi

11-13 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

14-17 Air minum tanpa obat

21 ND Lasota Air minum

22-23 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu
pertumbuhan

24-26 Proxan-S Air minum Mencegah penyakit

/Amoxitin CRD, coryza, kolera,

colibacillosis,pullorum

27 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

28 Gumboro Air minum

29-30 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

31 Levamid / Ransum / Mencegah penyakit

cacingan
Vermixon sirup Air minum

32-34 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

35-38 Air minum tanpa obat

39-41 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan
Grower 42 Coryza Injeksi

43-45 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

46-48 Coxy / Air minum Mencegah penyakkit

Antikoksi koksidiosis dan kolera

49-50 Air minum tanpa obat

51-53 Coxy / Air minum Mencegah penyakkit

Antikoksi koksidiosis dan kolera

54-55 Air minum tanpa obat

56 ND - IB + AI ND – IB Air minum

AI Injeksi

57-59 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

60-63 Air minum tanpa obat

64-66 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

67-68 Air minum tanpa obat

69-71 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi
dan memacu

pertumbuhan

72 Pox / ILT Pox Injeksi sayap /

ILT Tetes mata

73-75 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

76-79 Proxan-S / Air minum Mencegah penyakit

Amoxitin CRD, coryza, kolera,

colibacillosis,pullorum

80-82 Air minum tanpa obat

83-85 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

86-89 Air minum tanpa obat

Layer 90 ND - IB Air minum

91-93 Vita Stress Air minum Mencegah stres akibat

vaksinasi

dan memacu

pertumbuhan

94-95 Air minum tanpa obat

96-111 Vita Strong Air minum Memperkuat kondisi

tubuh ayam, mencegah


stress dan memacu

pertumbuhan

112 ND – EDS – IB Injeksi IM

113-115 Vita Strong Air minum Memperkuat kondisi

tubuh ayam, mencegah

stress dan memacu

pertumbuhan

119 AI Injeksi IM

120-122 Vita Strong Air minum Memperkuat kondisi

tubuh ayam, mencegah

stress dan memacu

pertumbuhan

123 Air minum tanpa obat

126 Coryza Injeksi IM

127-129 Vita Strong Air minum Memperkuat kondisi

tubuh ayam, mencegah

stress dan memacu

pertumbuhan

130-133 Air minum tanpa obat

141 dst Egg Stimulant Air minum Meningkatkan produksi

s.d 7 telur,
(diberikan
bulan
berturut-tut dan mempercepat tercapainya
atau
diselang 4 hari puncak produksi,
puncak
tanpa obat) mencegah kemerosotan
produksi
produksi telur akibat

serangan penyakit
maupun stres

danmeningkatkan

efisiensi penggunaan

ransum

Sumber : PT. Medion, Program Pemeliharaan Kesehatan Ayam Petelur, 2008

Keterangan :

 Pada masa produksi perlu dilakukan vaksinasi ulang AI, ND, maupun IB. Agar

penentuan waktu vaksinasi lebih tepat, sebaiknya dilakukan monitoring titer antibody

setiap bulan.

 Pemberian obat cacing diulang setiap 1-2 bulan jika ayam dipelihara pada kandang

postal tanpa slat (langsung berlantai litter) dan diulang setiap 3-4 bulan jika dipelihara

pada kandang baterai atau postal berslat (panggung)

 Program tersebut dapat diubah menurut situasi dan kondisi peternakan

 Sterilisasi alat vaksin

 Dosis dan kemasan vaksin harus tepat

= Vaksinasi

= Pengobatan / kesehatan

= Obat cacing

4. Evaluasi Produksi

Untuk menghitung produksi telur dikenal dengan istilah hen housed production dan hen

day production. Hen housed production merupakan ukuran produksi telur yang didasarkan

pada jumlah ayam mula-mula yang dimasukkan ke dalam kandang (Kartasudjana dan

Suprijatna, 2006). Hen day production dihitung dari jumlah produksi telur hari itu dibagi
dengan jumlah ayam produktif hari itu dikalikan 100%. Puncak produksi hen day berkisar 94-

96%, setelah mencapai puncak produksi, produksi telur akan menurun secara periodik

sebesar 0,4-0,6% tiap minggu.

Kualitas eksterior telur antara lain ditentukan oleh cangkangnya, yaitu meliputi

kebersihan, bentuk, tekstur, dan keutuhan. Egg mass adalah perkalian antara presentase

produksi telur dengan rata-rata bobot telur (Pritchard, 2005). Berat telur sering dipakai

sebagai kriteria seleksi untuk ayam petelur (Kabir dan Haque, 2010). Penggolongan telur

berdasarkan bobotnya ada enam, yaitu jumbo (68,5-70,8 g), ekstra large (63,8-68,4 g), large

(56,7-63,7 g), medium (49,6-56,6 g), small (42,5-49,8 g), dan peewee (35,4-42,4 g) (USDA,

2000). Bobot telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik, umur, pakan, sistem

pemeliharaan, dan lingkungan (Arthur dan O’Sullivan, 2010).

Feed Convertion Ratio (FCR) atau konversi pakan merupakan perbandingan antara

ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. FCR sering disebut

dengan ransum per kilogram telur. Ayam petelur yang baik akan makan sejumlah ransum dan

menghasilkan telur yang lebih banyak daripada jumlah ransum yang dimakannya (Bappenas,

2010). FCR ayam layer pada umur 21-72 minggu adalah 2,1-2,4. Ayam layer tidak layak

dipelihara lagi bila biaya produksi sudah lebih tinggi daripada penerimaan penjualan telur,

sehingga ayam dijual sebagai ayam afkir. Ayam afkir merupakan ayam yang sudah tua

berumur lebih darin 75 minggu atau ayam yang terserang penyakit kronis sehingga

produksinya terus menurun.

H. PENYAKIT VIRAL PADA AYAM LAYER

1. New Castle Disease (ND)

1.1 Etiologi

Penyakit ini dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan tetelo. ND merupakan

penyakit infksius yang disebabkan oleh virus RNA golongan Paramyxovirus. Virus ND peka
terhadap panas, cepat mati pada suhu 50 ͦ C, virus ini dapat tumbuh pada pada telur ayam

berembrio (TAB) umur 9-12 hari pada cairan allantois. Selain itu virus ND juga bisa tumbuh

pada kultur sel fibroblast dan sel ginjal embrio ayam. Virus ND menyerang ungas dan

burung, ayam dengan umur muda lebih rentan dari pada ayam dewasa dan memiliki

mortalitas yang tinggi.

1.2 Gejala Klinis

Virus ini memiliki beberapa strain yang berbeda (strain Asia, Amerika, Mesogenik,

Lentogenik) dan gejala yang ditimbulkan memiliki sedikit perbedaan. Namun, secara umum

gejala penyakit ini ditandai dengan hilangnya napsu makan, diare yang kadang disertai

dengan darah, lesu, sesak napas, ngorok, bersin, batuk. Gejala syaraf seperti paralisis dan

tortikolis kadang terjadi pada ayam oenderita. Warna tulang dan pial cyanosis. Produksi telur

turun, angka kematian 80-100%.

1.3 Patologi

Perubahan yang disebabkan oleh infeksi virus ini berupa munculnya ptechiae (bitnik-

bintik perdarahan) pada proventrikulus dan nekrosis pada usus. Selain itu juga ditemukan

ptechiae pada preikard, subpleural dan tembolok. Pada saluran pernapasan seperti rhinitis,

tracheitis, laryngitis, dan pneumonia.

1.4 Penularan

Penularan dapat terjadi melalui alat transportasi, pekerja kendang, burung, dan hewan

lain, debu, angin, dan makanan. Penularan ND langsung dari satu hewan ke hewan lain

melalui kontak langsung dengan hewan sakit, sekresi, ekskresi (carian pada saluran

pencernaan dan pernapasan). Virus yang tercampur dalam lendir tahan sampai 2 bulan, dalam

keadaan kering dapat bertahan lebih lama lagi.

1.5 Pencegahan dan Pengobatan


Pencegahan yang dapat dilakukan selain menjaga sanitasi kendang adalah dengan

melakukan vaksinasi ND. Vaksinasi dilakukan setiap bulan dimulai dari fase starter/DOC

umur 1-4 hari. Vaksin ND diaplikasikan dalam bentuk tetes mata, sedangkan ND-IB kill

diaplikasikan dengan injeksi pada paha/dada. Pengobatan pada penyakit ini belum ditemukan.

Usaha yang dapat dilakukan untuk menangani adalah dengan membuat keadaan ayam ini

menjadi lebih baik dengan menggunakan tambahan vitamin dan mineral.

2. Avian Influenza (AI)

2.1 Etiologi

Avian Influenza merupakan virus RNA tergolong dalam family Orthomyxoviridae. Virus

influenza memiliki dibedakan atas 3 tipe antigen berbeda. Tipe A ditemukan pada unggas,

babi, kuda, manusia. Tipe B pada manusia, dan tipe C pada babi. Virus ini mudah mati oleh

panas, sinar matahari dan desinfektan (deterjen, ammonium kuartener, formalin 2-5%). Strain

virus yang ganas dan menyebabkan flu burung adalah subtype H5N1. Virus ini alami terdapat

pada unggas air (carrier) dan dapat menular pada unggas lainnya termasuk ayam. Virus AI

dibedakan menjadi Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan Low Pathogenic Avian

Influenza (LPAI). Ciri HPAI adalah adanya tingkat kematian yang tinggi mencapai 100%.

2.2 Gejala Klinis

Gejala yang sering terlihat pada ayam penderita HPAI antara lain adalah jenggerl,pial,

kelopak mata, telapak kaki dan perut yang tidak ditumbuhi bulu terlihat berwanra biru

keunguan. Adanya perdarahan pada kaki berupa bitnik-bintik merah (ptechiae). Keluar cairan

dari mata dan hidung, pembengkakan pada muka dan kepala, batuk, bersin, dan ngorok.

Napsu maka menurun, penurunan produksi telur. Pada LPAI gejala klinis tidak terlihat jelas.

2.3 Patologis

Pada nekropsi yang terlihat adalah perdarahan umum, edema, hiperemi atau ptechiae

pada hamper seluruh bagian tubuh, kondisi ini terkadang sangat sulit dibeakan dengan ND
ganas. Beberapa ciri lesi tipikal dapat berupa edema subkutan pada daerah kepala dan leher,

kongesti dan ptechiae konjungtiva, traea, proventrikulus, tembolok, usus dan lemak

abdominal maupun peritoneum. Bentuk tingan terjadi perandangan pada perbatasan antara

proventrikulus dan ventriculus.

2.4 Penularan

Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dari unggas terinfeksi melalui saluran

pernapasan, konjungtiva, lendir, dan feses. Secara tidak langsung melalui debu, air minum,

pakan, maupun peralatan kendang. Unggas air, seperti entok dan bebek dapat bertindak

sebagai carrier tanpai menunjukan gejala klinis. Penularan secara vertical belum diketahui,

karena belum ada bukti ilmiah maupun empiris.

2.5 Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan yang dapat dilakukan dalah dengan menjaga kontak dengan hewan penderita

atau membatasi lalu lintas keluar masuk unggas. Selain itu desinfeksi kandnag dan vaksinasi

juga perlu dilakukan pada unggas. Pengobatan untuk penyakit AI belum ditemukan, hanya

pencegahan yang bisa dilakukan untuk menghindari penyakit ini.

I. PENYAKIT BAKTERIAL PADA AYAM LAYER

1. Colibacillosis

1.1 Etiologi dan Gejala Klinis

Colibacillosis disebabkan oleh Escherichia coli (APEC) patogen dari keluarga bakteri

Enterobacteriaceae. Penyakit ini sering menyerang ayam petelur usia 4-8 minggu biasanya

ayam-ayam ini mati secara akut setelah timbul gejala klinis seperti colisepticemia, septicemia

hemoragik, coligranuloma, penyakit kantung udara, pembengkakan kepala, veniblibacillosis,

selulitis, peritonitis, salpingitis, osteomielitis, infeksi kantung kuning telur dan enteritis.
Kolonisasi terjadi di trakea, caecum dan saluran telur membutuhkan waktu sekitar 21

minggu setelah infeksi. Peradangan di oviduk dapat mengurangi produksi telur dan mortalitas

sporadis.

Penularan penyakit colibacillosis terjadi secara vertikal dan horizontal. Penularan secara

vertikal terjadi melalui saluran reproduksi induk ayam, yaitu melalui ovarium atau oviduk

yang terinfeksi. Telur yang menetas kemudian akan menghasilkan DOC yang tercemar

bakteri  E. coli di dalam ususnya.

Sedangkan penularan horizontal, salah satunya dapat melalui kontak dengan

bahan/peralatan kandang yang tercemar. Penularan biasanya terjadi secara oral melalui

ransum/air minum yang terkontaminasi feses yang mengandung E. coli atau melalui debu

yang tercemar E. coli. Apabila terhirup oleh ayam, maka bakteri akan menginfeksi saluran

pernapasan ayam.

1.2 Diagnosa Banding

Pada unggas colibacillosis dapat dikelirukan dengan penyakit sepsis akut yang lain

seperti Salmonellosis, Pasteurellosis, dan Streptococcosis.

1.3 Pencegahan

Langkah-langkah untuk mencegah penyakit colibacillosis di antaranya:

 Colibacillosis bisa ditularkan dari induk ke anak ayam secara vertikal, maka seleksi

DOC saat sebelum masuk kandang terutama terhadap DOC dengan pusar basah yang

nantinya akan menyebabkan omphalitis.

 Sanitasi kandang (kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot dengan desinfektan),

membatasi hilir mudik manusia, mencegah hewan liar dan hewan peliharaan lain

masuk ke lingkungan kandang.

 Mencegah litter sebelum menjadi sangat kering dan berdebu dengan tidak

memasang litter terlalu tebal (ketebalan litter cukup 8-12 cm saja).


 Mengatur sirkulasi udara dalam kandang dengan baik dan bersihkan debu di sekitar

kandang. Debu dalam kandang bisa mengandung 105– 106 E. Coli / gram. Usahakan

agar udara mudah berganti dan ayam merasa nyaman.

 Desinfeksi peralatan peternakan (tempat ransum, tempat minum, dll.) 

 Akan lebih baik lagi jika air minum ayam juga disanitasi menggunakan bahan yang

mengandung chloramin T atau klorin. Setelah disanitasi, air minum harus diendapkan

terlebih dahulu selama 6-8 jam. Program penggunaan desinfektan bisa dilakukan

dengan menggunakan variasi bahan desinfektan dengan sistem 3-2-3, yaitu 3 hari

pemberian desinfektan, 2 hari air minum biasa, dan 3 hari pemberian desinfektan lagi.

Hal ini untuk menghindari resistensi terhadap mikroorganisme dan dapat mengganggu

flora normal usus di dalam tubuh ayam. 

 Perbaiki manajemen pemeliharaan dengan mengatur kepadatan kandang. Pembersihan

dan penggantian litter juga secara rutin harus dilakukan. Semakin tinggi kepadatan

ayam, feses menumpuk, dan daya serap litter menjadi terbatas. Akibatnya kadar

amoniak menjadi lebih tinggi dan dapat memicu faktor

predisposisi colibacillosis (infeksi pernapasan).

1.4 Pengobatan

 Culling atau afkir anak ayam yang telah menunjukan gejala sakit parah karena tingkat

kesembuhan penyakitnya relatif kecil.

 Untuk ayam dengan serangan ringan dapat diobati dengan antibiotik untuk bakteri

gram negatif secara peroral. Contoh antibiotic yang dapat digunakan adalah antibiotik

aminoglikosida (Gentamycin, Neomycin), kemlompok aminosiklitol, kelompok

polipeptida, kelompok tetracycline,kelompok sulfonamide dan trimetropim, dan

kelompok quinolon. Selain obat via air minum, ada pula pilihan obat yang diberikan
secara injeksi/suntikan dapat dipilih jika ayam telah menunjukkan gejala yang parah

atau bersifat individual.

2. Fowl Cholera

2.1 Etiologi dan Gejala Klinis

Kolera unggas disebabkan oleh bakteri  gram negatif Pasteurella multocida. Penyakit ini

biasanya menyerang ayam petelur berusia lebih dari 6 minggu. Penularan penyakit Fowl

Cholera dapat melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Kontak langsung

melalui leleran hidung, mulut, dan mata unggas terinfeksi. Sedangkan kontak tidak langsung

melalui pakan, air, dan peralatan terkontaminasi serta melaui vektor P. multocida seperti

tikus Rattus norvegicus.

Gejala klinis kolera unggas tergantung dari tingkat kejadian :

 Perakut

Umumnya gejala awal tidak teramati dan terjadi kematian mendadak pada unggas.

Kematian diduga akibat “shock syndrome” yang ditimbulkan oleh endotoksin. 

 Akut

Gejala klinis dapat diamati beberapa jam sebelum unggas mati. Gejala yang muncul

berupa diare kehijauan dan berbau busuk, unggas lesu, bulu berdiri, anoreksia,

dyspnoe, jengger dan pial membengkak dan cyanosis pada bagian kepala serta

penurunan produksi telur. Setelah dilakukan nekropsi ditemukan pembengkakan hati,

folikel telur membubur dan memenuhi rongga perut, hyperemi pada organ dalam

seperti duodenum, jantung, abdomen, dan paru-paru.


A

Gejala klinis diare kehijauan (A), ayam mati dengan jengger kebiruan dan

pembendungan pembuluh darah (B) serta pial yang membengkak (C)


 Kronis

Pada kasus kronis ditemukan artritis seropurulen pada persendian tarsometatarsus, bursa

sternalis, telapak kaki, rongga peritonium, dan oviduk. Adanya edema pial, pneumonia

fibrinus.

2.2 Diagnosa Banding

Infeksi kolera unggas seringkali didiagnosa sebagai infeksi Coryza yang disebabkan

bakteri Heamophilus paragallinarum,  karena mempunyai kemiripan gejala klinis.

2.3 Pencegahan

Tindakan pencegahan penyakit kolera unggas meliputi :

 Biosecurity pada manusia, ternak, dan kendaraan

 Pemeriksaan sumber air minum

 Penyimpanan pakan dan transportasi ransum dengan benar

 Pemberantasan vektor seperti tikus menggunakan insektisida.

 Meningkatkan daya tahan tubuh ternak melalui ransum berkualitas dan lingkungan

yang nyaman bagi unggas yaitu kadar amonia rendah, tidak berdebu, cukup oksigen,

suhu dan kelembaban sesuai, kepadatan tidak berlebih, ventilasi cukup, serta
pemberian multivitamin untuk meningkatkan daya tahan, mengatasi stres, mencegah

penyakit kekurangan vitamin, dan untuk memperbaiki efisiensi ransum.

2.4 Pengobatan

Pemberian tetrasiklin kedalam pakan dengan dosis 200-400 gram/ton, kombinasi golongan

sulfa dan trimethoprim seperti Cosumix Plus yang berspektrum luas dan memiliki mode of

action yaitu blockade ganda sintesa asam tetrahidrofolat yang esensial bagi bakteri. 

Selain melalui pakan, Cosumix Plus juga dapat diberikan melalui air minum dengan dosis

0,16 g/L atau 80 g/L air minum.

3. Infectious Coryza / Snot

3.1 Etiologi dan Gejala Klinis

Coryza atau snot disebabkan oleh bakteri Avibacterium paragallinarum, dengan lokasi

predileksi utamanya di sinus infraorbitalis. Penyakit ini menyerang ayam petelur usia 6

minggu ke atas. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan produksi sebesar 10-40 % pada

ayam petelur.

Gejala klinis yang ditimbulkan adalah keluarnya eksudat dari hidung seperti pilek. Pada

mulanya eksudat berwarna kuning dan encer (serous), kemudian berubah menjadi kental

disertai nanah dengan bau yang khas (mucopurulent) Gejala klinis lain yang ditimbulkan

penyakit coryza adalah kotornya paruh akibat sisa pakan yang menempel pada eksudat, juga

pembengkakan sinus infraorbitalis yang dapat diamati dari membengkaknya daerah di sekitar

mata ayam. Kadang suara ngorok terdengar dari ayam karena sulit bernapas, akibatnya nafsu

makan menurun dan ayam menjadi kerdil.


Sinus infraorbitale membengkak merupakan salah satu gejala klinis coryza

3.2 Diagnosa Banding

Beberapa penyakit yang memiliki diagnose banding yang mirip dengan coryza antara

lain CRD, fowl cholera, infectious bursal disease, dan penyakit pernafasan lain.

3.3 Pencegahan

Pencegahan terbaik adalah dengan memperbaiki sanitasi dan manajemen kandang,

misalnya dengan memperbaiki konstruksi kandang, melakukan sistem all in all out, dan

memperhatikan kepadatan kandang sesuai dengan iklim sekitar. Vaksin dapat dilakukan pada

umur 8-10 minggu dan dapat dilakukan booster pada umur 16-18 minggu. Namun, hingga

kini vaksin belum dapat melindungi secara efektif.

3.4 Pengobatan

Pengobatan pada suatu flok dengan sulfonamide atau antibiotic direkomendasikan.

Berbagai macam sulfonamide bekerja secara efektif, namun yang paling aman menggunakan

sulfadimetoxine. Sedangkan antibiotic yang aman dan efektif digunakan adalah eritromisin,

tetrasiklin, tylosin, dan spektromisin.

4. CRD

4.1 Etiologi dan Gejala Klinis

Chronic Respiratory Disease disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum  yang

merupakan organisme mirip bakteri (bacteria-like organism). Ayam yang telah sembuh akan

bertindak sebagai pembawa bibit penyakit (carrier) dan sebagai sumber penularan ke ayam
lain yang sehat. CRD dapat menyerang ayam pada semua umur, dengan angka morbiditas

tinggi namum mortalitasnya rendah. Kerugian yang ditanggung peternak yaitu penurunan

produksi telur dan konversi ransum yang meningkat hingga 10-20%. Adanya gangguan pada

sistem pernapasan akibat infeksi CRD kompleks, akan menyebabkan asupan oksigen

berkurang dan proses metabolisme tubuh akan terganggu sehingga pertumbuhan ayam pun

terhambat serta efisiensi ransum menjadi jelek. CRD kompleks juga dapat menyebabkan

kegagalan vaksinasi karena bersifat imunosupresi (menekan kekebalan). Sistem pernapasan

merupakan pintu gerbang pertahanan primer tubuh karena di dalamnya terdapat jaringan

mukosa bersilia yang berfungsi menangkap partikel asing yang masuk melalui saluran

pernapasan. Tidak berfungsinya sistem pertahanan primer terutama pernapasan menjadi

pemicu utama masuknya agen penyakit lain seperti virus penyebab IB dan ND. Virus yang

menyerang sebelum vaksinasi akan menghambat sistem kekebalan tubuh dalam

memproduksi antibodi sehingga kemungkinan hasil vaksinasi yang akan dilakukan

selanjutnya akan gagal karena kondisi ayam sudah menurun.

Gejala klinis yang muncul dapat bervariasi, dari subklinis sampai kesulitan bernapas, tergantung

derajat keparahan penyakit. Masa inkubasi berkisar 6 – 21 hari. Gejala klinis yang terlihat antara lain

adalah keluar lendir dari hidung dan ngorok. Gejala lain yang muncul adalah radang pada

konjungtiva mata sehingga bengkak dan berair. Penurunan konsumsi ransum juga terjadi diikuti

dengan perkembangan bobot badan yang berada di bawah standar. Ayam penderita mengalami

gangguan pertumbuhan ataupun penurunan produksi telur. Namun jika sudah berkomplikasi dengan

colibacillosis, maka gejala klinis yang muncul pada ayam umur muda di antaranya ayam terlihat

menggigil, kehilangan nafsu makan, penurunan bobot badan, dan peningkatan rasio konversi

ransum. Anak ayam lebih sering terlihat bergerombol di dekat pemanas. Perubahan patologi

anatomi yang terlihat antara lain rongga dan sinus hidung berlendir. Jika perubahan ini terjadi dalam

waktu yang lama, lendir akan berwarna kuning dengan konsistensi seperti keju. Kantung udara

menjadi keruh atau mengandung lendir. Pada stadium selanjutnya, lendir menjadi berwarna kuning
dan berkonsistensi seperti keju. Eksudat seperti ini juga dapat ditemukan di jantung dan

pericardium.

A B C

Tracheitis (A), leleran hidung (B), pericarditis (C) sebagai gejala klinis CRD
4.2 Diagnosa Banding

CRD dapat dikelirukan dengan snot, kolera unggas, infectious bronchitis, newcastle

disease.

4.3 Pencegahan

Untuk memutus mata rantai bibit penyakit yang masuk ke dalam peternakan maka

program biosekuriti harus diterapkan secara konsisten. Program ini meliputi pengawasan

ketat terhadap lalu lintas ternak, produk ternak, pekerja, peralatan dan kendaraan yang masuk

ke dalam kawasan peternak. Program dekontaminasi terhadap kandang, peralatan, pakaian

pekerja, kendaraan serta orang yang masuk ke dalam wilayah peternakan harus diterapkan

dengan ketat. Fumigasi terhadap kandang-kandang yang habis dipakai harus dilakukan dan

dibiarkan selama 4 – 6 minggu sebelum digunakan kembali. Pembakaran dan penguburan

terhadap bangkai ayam, telur, kotoran ternak serta pakan yang terkontaminasi agen infeksi

harus dilakukan.

Vaksinasi merupakan program yang tepat untuk pencegahan. Generasi awal program

vaksinasi dimulai dengan pengembangan vaksin bakterin atau killed vaccine. Vaksin ini

dilaporkan mampu mencegah airsacculitis.

4.4 Pengobatan
Pengobatan biasanya dilakukan dengan menggunakan antibiotika makrolid seperti

tiamulin, tylosin, lincomycin, oxytetracyclin dan enrofloxacin yang memiliki daya kerja

menghambat sintesis protein. Pengobatan yang terus menerus dengan obat yang sama tidak

disarankan, karena dapat menyebabkan resistensi serta meninggalkan residu yang berbahaya

bagi konsumen produk ayam

J. ENDOPARASIT

Parasit yang dapat menyerang ayam khususnya layer dibedakan menjadi endoparasit dan

ektoparasit. Parasit yang hidup di dalam tubuh hospes dikenal dengan istilah endoparasit,

Protozoa dan cacing merupakan endoparasit yang sering menginfeksi ayam.

1. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa

1.1 Penyakit Koksidiosis

Koksidiosis atau yang sering disebut sebagai berak darah adalah penyakit parasit

protozoa yang menyerang saluran pencernaan ayam bagian usus halus, usus besar, dan

sekum. Jumlah kasusnya adalah yang paling tinggi. Penyakit koksidiosis disebabkan oleh

parasit protozoa yang berasal dari genus Eimeria. Gejala dari infeksi Eimeria adalah diare

berdarah, kurang napsu makan, sayap terkulai dan kekurusan. Mortalitas biasanya tinggi

apabila penyakit diabaikan dan tidak diobati.

Tindakan pencegahan terhadap penyakit koksidiosis yang penting dilakukan adalah

dengan mengatur sistem ventilasi udara yang baik, pengaturan kepadatan kandang yang

sesuai dengan kapasitasnya, penyediaan tempat pakan dan minum yang cukup. Khusus untuk

pengaturan tempat air minum, sebaiknya diusahakan menggunakan model nipple drinker,

sehingga tidak banyak air yang tumpah ke litter. Hal ini akan mengurangi resiko kelembaban

yang tinggi dalam litter. Pemberian koksidiostat juga dapat menjadi salah satu pencegahan.
Pengobatan menggunakan obat sulfa seperti sulphonamide, sulphamezathine,

sulphaquinoxaline, dan sulphaguanidine atau kombinasinya.

1.2 Leucocytozoonosis (Malaria Like Disease)

Malaria like Disease atau yang lebih tepat disebut leucocytozoonosis, adalah penyakit

yang disebabkan oleh protozoa leucocytozoon sp. yang hidup di jaringan maupun sel-sel

darah. Gejala klinis leucocytozoonosis antara lain munculnya bintik-bintik merah di bawah

kulit dan otot, serta feses berwarna kehijauan. Ayam terlihat lesu, menggigil kedinginan dan

bahkan mengalami muntah darah. Pencegahan penyakit leucocytozoonosis adalah dengan

pengendalian vektor yaitu simulium dan cullicoides sp. Pengobatan untuk penyakit

leucocytozoonosis adalah bisa digunakan obat seperti Maladex, Antikoksi, Duoko atau Coxy

(pilih salah satu dan gunakan sesuai aturan pakai).

1.3 Malaria Unggas (Plasmodiosis)

Plasmodiosis merupakan penyakit pada unggas yang disebabkan oleh protozoa darah

plasmodium sp. Ayam yang terinfeksi akan mengalami gangguan sirkulasi oksigen berupa

anemia dan perdarahan pada sel endotel, selain itu plasmodiosis juga dapat menyebabkan

gangguan syaraf pusat dan menurunkan produktivitas ternak. Gejala klinis yang ditimbulkan

pada ayam yang terinfeksi yaitu kelemahan, lesu, dyspnae, abdominal distension hingga

kematian. Pencegahan plasmodiosis adalah dengan pengendalian vektor yaitu nyamuk serta

menjaga kebersihan dan sanitasi kandang. Pengobatan dari penyakit ini dapat dilakukan

dengan pemberian chloroquine dan primaquine. Selain itu juga dapat diberikan kombinasi

sulfamethoxine dan sulfa chloropyrazine.

2. Penyakit Yang Diakibatkan Oleh Parasit Cacing (Helminthiasis)

2.1 Cacing Nematoda

 Oxyspirura mansoni (eye worm)


Menyebabkan conjunctivitis, opthalmitis, dan protrusion membrana nictitans. Cacing

jenis ini menyerang berbagai unggas, antara lain ayam, kalkun, merpati, burung- burung liar

dan burung-burung dalam sangkar.

Pengobatan, mencabuti cacing dari dalam mata dengan menggunakan pinset, tetapi

sebelumnya cacing harus dibunuh terlebih dahulu menggunakan obat bius mata. Lysol 0,05%

dengan cara diteteskan. Tetramisole dengan konsentrasi 10% diberikan satu - tiga tetes pada

mata dapat membunuh cacing dewasa, juga bisa diberikan Tetramisole secara oral dengan

dosis 40 mg / kg.

 Syngamus trakhea

Cacing hidup di darah dan menyebabkan trakheitis diffuse atau fokal di tempat

menempelnya. Cacing menyerang berbagai unggas lain seperti kalkun, dengan gejala-gejala,

seperti pernafasan cepat, dyspnoe, head shaking. Pengobatan, Thiabendazole, 0,3 – 1,5 g/kg

0,1% dalam ransum selama 10 – 14 hari, Tetramisole 3,6 mg/kg diberikan selama 3 hari

dalam air minum atau makanan.

 Tetrameres americana

Merupakan Nematoda yang hidup di proventriculus ayam. Gejala yang ditimbulkan,

antara lain : diare, kelemahan dan anemia yang diserta dengan ulserasi mukosa, hemorrhagi,

nekrosis, pembengkakan mukosa. Cacing ini menyerang berbagai unggas lain seperti kalkun,

merpati, puyuh dan itik. Pengobatan, Piperazine adipat dan karbon tetrachoride diberikan

selama tiga hari efektif membunuh cacing.

 Capillaria annulata

Capillaria sp merupakan Nematoda yang menginfeksi crop dan esophagus dan

menyebabkan radang mukosa crop dan esophagus. Gejala yng ditimbulkan berupa anemia

dan kelemahan. Pengobatan menggunakan Levamisol dalam air minum.

 Cheilospirura hamulosa
Kebanyakan hidup di sebelah dalam gizzrd dan menyebabkan ulserasi dan nekrosis,

muskulus gizzard.

 Ascaridia galli

Ascaridia galli adalah nematoda paling penting yang biasa menyerang ayam.

menyebabkan kematian mendadak akibat perusakan duodenum dan atau jejenum. Ayam

menderita hemoragi enteritis dan ditemukan larva cacing pada kelenjar membran saluran

pencernaan.

Anak ayam lebih peka terhadap cacing Ascaridia galli daripada ayam dewasa. White

Leghorn lebih peka daripada ayam ras yang lain. Lewat umur tiga bulan ayam akan lebih

tahan, hal ini berkaitan dengan meningkatnya sel-sel goblet dalam usus. Cacing muda lebih

banyak menimbulkan kerusakan pada mukosa usus, karena larva cacing cenderung

membenamkan diri pada mukosa sehingga sering menyebabkan perdarahan dan enteritis.

Gejala klinis yang terjadi pada infeksi cacing Ascaridia galli tergantung pada tingkat

infeksi. Pada infeksi berat akan terjadi mencret berlendir, selaput lendir pucat, pertumbuhan

terhambat, kekurusan , kelemahan umum dan penurunan produksi telur.

Pencegahan dengan memberikan anthelmentik kepada ayam sekali sebulan khususnya.

Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian piperazine, phenothiazine dan hygromyzine

B.

 Heterakis gallinarum

Bertanggung jawab terhadap kejadian blackhead pada ayam, karena ovum cacing bisa

mengandung protozoa yang disebut Histomonas meleagridis yang menyebabkan blackhead.

Cacing bisa didapatkan dalam jumlah sangat banyak di sekum, sehingga menyebabkan

radang sekum dan nodul - nodul kecil di dinding sekum.

2.2 Cacing Trematoda

 Echinostoma revolutum
Infeksi yang berat dari E. revolutum menyebabkan kekurusan, kelemahan dan diare pada

ayam. Pada anak ayam menyebabkan perdarahan bercak-bercak pada tempat perlekatan

acetabulum dengan permukaan mukosa usus.

Upaya pencegahan helminthiasis yang bisa dilakukan adalah melakukan sanitasi

kandang, menghindarkan kandang dari vektor (induk semang antara) dan ternak liar dan

mengusahakan pengelolaan peternakan sebaik mungkin, seperti mencegah kepadatan

kandang yang berlebihan, mengusahakan ventilasi kandang yang cukup dan menerapkan

sistim all in all out. Pemberian obat cacing secara rutin juga dapat mencegah kasus terjadinya

helminthiasis, pada ayam yang dipelihara dalam kandang postal maka pemberian obat cacing

bisa dilakukan mulai umur satu bulan dan diulang setiap bulan sekali. Sedangkan pada ayam

yang dipelihara di kandang baterai pemberian obat cacing setiap tiga bulan sekali. Pemberian

obat cacing akan lebih efektif jika diberikan dua hari berturut-turut. Ayam dipuasakan

terlebih dahulu kira-kira selama satu jam sebelum pemberian obat. Obat-obatan yang bisa

digunakan adalah Vermizin, Vermixon sirup.

2.3 Cacing Cestoda

 Railletina sp.

Gejala klinis akibat cacing ini dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan gizi

ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada beberapa jenis infeksi, gejala umum pada ayam

muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan, hilangnya napsu makan,

kekerdilan, diare dan anemia. Penurunan produksi telur dan kesehatan secara umum juga

merupakan gejala umum akibat infeksi cacing Railletina sp.

Railletina cesticillus menyebabkan degenerasi dan inflamasi villi selapit lendir usus di

tempat menempel ujung kait rostellum dan dalam keadaan infeksi berat dapat menyebabkan

kekerdilan. Cacing Cestoda ini paling umum didapati pada ayam dengan kerusakan berupa
enteritis haemorrhagia. Cacing ini menyebabkan degenerasi dan peradangan pada vili-villi

selaput lendir usus.

Raillietina echinobothrida menyebabkan diarre berlendir tahap dini, juga dapat

menyebabkan pembentukan nodul-nodul pada dinding saluran pencernaan. Raiillietina

tetragona dapat menyebabkan penurunan bobot badan dan produksi telur pada ras-ras ayam

tertentu.

Penanggulangan cacing pita membutuhkan pengendalian hospes perantara untuk

mencegah infeksi ulangan dan pengobatan ayam yang terinfeksi untuk membasmi cacing

tersebut. Pengobatan terhadap cacing pita pada ayam dapat dilakukan dengan butinorat

(dibutiltin dilaurat). Bahan tersebut dilaporkan efektif untuk mengobati penyakit yang

ditimbulkan. Di sam ping itu, dapat juga diberikan beberapa turunan benzimidazol, misalnya

mebendazol, fenbendazol, dan albendazol bersama pakan atau melalui air minum.

 Davainea proglotina

Davainea proglotina merupakan cacing pita yang paling pathogen, karena rostelumnya

dipersenjatai kait dan dapat masuk ke dalam villi duodenum, sehingga menyebabkan nekrosis

dan enteritis hemoragika, sehingga menyebabkan penyerapan sari makanan tidak sempurna.

Pengobatan, Butyronate, Niclosamide, Hexachlorophene, Praziquantel, Benzimidazole,

Albendazole dan Oxfendazole atau Dibutyltin dilaurate dengan dosis 500 mg/kg ransum

efektif untuk Davainea.

K. EKTOPARASIT PADA AYAM LAYER

Menurut Hasanah (2017) Jenis ektoparasit yang ditemukan pada ayam petelur (Gallus

gallus) adalah kutu Menopon gallinae, Menacanthus stramineus, Lipeurus caponis dan

tungau Dermanyssus gallinae. Beberapa tungau lain seperti Knemidocoptes sp. juga dapat

menyerang ayam peterlur. Ektoparasit lain yaitu diptera juga dapat menyebabkan gangguan

penurunan produksi telur pada ayam layer. Diptera seperti M. domestiaca, C. Megacephala
membawa telur dari genus Ascaris, Toxocaris, Toxocara, Trichuris, dan Capillaria. Beahlan

beberapa virus dan bakteri juga teridentifikasi dapat ditransmisikan oleh Diptera, pada M.

Domestica dan C. Megacephala dewasa dapat diidentifikasi adanya beberapa spesies

enterobacteria seperti Escherichia coli, Citrobacter sp., Proteus mirabilis, Morganella sp.,

Klebsiella sp., Pseudomonas sp., Enterobacter sp. and Salmonella agona.

1. Kutu (lice)

Infestasi kecil kutu tidak teralalu mengganggu produktivitas tetapi infestasi dengan skala

besar dapat menurunkan performa dan produksi. Gigitan kuru dapat mengiritasi kemudian

dapat memengaruhi ayam sehingga kurang istriahat, kurang makan, ayam akan menggaruk

secara intesif kemudian timbul luka. Produktivitas dapat turun hingga 45% pada infestasi

berat.

Menopon gallinae Menacanthus stramineus


Lipeurus caponis

Menopon gallinae memakan debris dari kulit dan bulu tapi juga bisa menghisap darah

dari luka. Menopon gallinae ini lebih suka berada di dada, bahu, dan punggung.

Menacanthus stramineus kutu ini berwarna kuning, menyukai kulit yang tidak berbulu seperti

anus. Lipeurus caponis memiliki warna keabu-abuan. Lipeurus caponis sering ditemukan

dibagian dalam bulu sayap, ekor, dan kepala. Kutu ini hanya memakan bagain dari bulu tetapi

begitu intesif.

2. Tungau
Dermanyssus gallinae & Knemidocoptes sp.

Dermanyssus gallinae atau biasa disebut dengan gurem adalah kelompok tungau yang

menghisap darah, bila belum menghisap darah warnanya putih keabuan setelah menghisap

darah warnanya berubah menjadi jingga atau merah tua karenanya disebut tungau merah

ayam. Gigitan tungau ini gatal dan dapat menyebabkan inflamasi pada kulit, kulit dapat

menebal, berkerak, dan bersisik. Ayam secara intensif menggaruk dan menggigiti bulunya
dan menyebabkan kehilangan bulu. Infestasi yang besar juga dapat mengakibatkan

kehilangan banyak darah sehingga terjadi anemia.

Knemidocoptes sp merupakan kempok tungau yang tidak menghisap darah. Patogenesis

terjadi akibat tungau Knemidocoptes sp bersembunyi di lapisan tanduk ke stratum

germinativum yang menyebabkan hipertrofi kemudian timbul luka kecil dan muncul eksudat

abu-abu dan sisik terlihat mencuat.

3. Caplak (Tick)

Argas persicus

Caplak yang sering ditemui pada ayam adalah berasal dari famili Argasidae. Caplak

lunak ini bersifat penghisap darah, maka ayam dapar mengalami anemia dan penurunan

produksi telur. Selain itu caplak juga sebagai alat transmisi berbagai bakteri yang dapat

menimbulkan penyakit Borrelia anserina (Fowl spirochetosis), Aegyptianella pullorum, dan

Rickettsia. Ayam juga dapat mengalami tick paraysis.

4. Diptera

Buksn hsnys kutu, tungsu, caplak dan pinjal, tetapi flies atau lalat juga merupkan

ektoparasit yang dapat mengganggu. Beberapa spesies yang sering ditemukan di kandang

ayam adalah M. Domestiaca dan C. Megacephala. Predileksi dari lalat ini adalah di manure

atau feses ayam, sehingga sanitasi yang baik sangat diperlukan. Lalat ini dapat membawa
bakteri-bakteri yang ada di manure di bawa ketempat makan sehingga pakan ayam bisa

terkontaminasi. Flies atau lalat juga mentransmisikan bakteri bakteri yang dapat

membahayakan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ajeeli, M.N. Leyva-Jimenez, H. Abdaljaleel, R.A. Jameel, Y. Hashim, M.M. Archer, G.


and Bailey, C.A. 2017. Evaluation Of The Performance Of Hy-Line Brown Laying
Hens Fed Soybean Or Soybean-Free Diets Using Cage Or Free-Range Rearing
Systems. Poultry Science. 97: 812–819.

Setiawati, T. Afnan, R. dan Ulupi, N. 2016. Performa Produksi dan Kualitas Telur Ayam
Petelur pada Sistem Litter dan Cage dengan Suhu Kandang Berbeda. Jurnal Ilmu
Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 4 (1): 197-203.

Riawan, N. 2015. Panen Telur Setiap Hari dari Kandang 100 m2: Agromedia Pustaka, Jakarta

Ustomo, E. 2016. 99% gagal beternak ayam petelur/ Edy Ustomo-Cet.1- Penebar Swadaya.
Jakarta.

Kartasudjana, R dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Rasyaf, M. 2012. Paduan Berternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 1992. Seputar Makanan Ayam Kampung. Yogyakarta : Kanisus.

Santoso, H., dan Sudaryani. 2011. Pembesaran Ayam Pedaging Hari per Hari di Kandang
Panggung Terbuka. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahayu, Imam, Titi Sudaryani, Hari Sentosa. 2011. Paduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Suprijatna, E., Umiyati, dan A.R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Fadilah. 2013. Super Lengkap Beternak Ayam. Agromedia Media Pustaka. Jakarta.

Suprijatna, E. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murtidja, B.A., 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Tamalludin, F. 2012. Ayam Broiler, 22 Hari Panen Lebih Untung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yohani . 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hasanah, N. 2017. Identifikasiektoparasit Pada Ayam Petelur (Gallus gallus) di Desa Karang
Sari Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan. Universitas Lampung
[Skripsi]

Junquera, P. 2018. Lice on Chickens And Poultry And Other Domestic Birds: Biology,
Prevention and Control. https://parasitipedia.net/index.php?option=com_content
&view=article&id=2402&Itemid=2667 [diakses 23 Juni 2020]

Junquera, P. 2018. MITES of CHICKENS and POULTRY: biology, prevention, non-


chemical and chemical control. https://parasitipedia.net/index.php?
option=com_content&view= article&id=2540&Itemid=2816. [diakses 23 Juni 2020]

Rezende, L. do Carmo, Oliveira, T.M., Teixeira, C.M., Santos, M.A de Souza, Cunha, L.M.,
Silva, M.X., Silva, N.R. de Silva. 2019. Synanthropic Diptera Affecting Layer Poultry
Farms: A Review. Arq. Inst. Biol. vol.86  São Paulo.

Anda mungkin juga menyukai