Anda di halaman 1dari 10

2.

Pengontrolan Kesehatan Unggas Fase Grower- Developer

A. Pengontrolan kesehatan unggas


Pengontrolan kesehatan harian pada unggas petelur fase grower mencakup pengontrolan
terhadap tindakan vaksinasi, pengobatan dan biosekuriti. Ikuti semua program kesehatan yang
ada.
Hal ini dilakukan agar proses pertumbuhan unggas pada periode grower tidak terganggu dan
tujuan mendapatkan unggas petelur dengan performance yang baik dapat terwujud.
1. Beberapa hal atau kejadian penting yang perlu lebih diwaspadai dan perlu penanganan
kesehatan yang lebih serius, karena rentan terhadap penyakit yaitu :
• Pasca pindah kandang
Menjelang produksi
Umur lebih dari 3 minggu, karena antibodi maternal sudah tidak melindungi lagi sehingga
ayam rentan terserang penyakit seperti ND dan IBD. Solusi yang dapat dilakukan adalah
menjalankan program vaksinasi.
• Pada fase grower ini juga sebaiknya diadakan ceking atau test terhadap parasit
cacing.
Pengecekan ini sedapat mungkin dilakukan pada kandang berlantai slatt (renggang),
sehingga apabila terjadi infeksi cacing dalam jumlah besar, sebaiknya seluruh ayam harus
diobati.
• Pada saat pindah kandang ataupun pada saat menjelang produksi, tingkat stres ayam
sangat tinggi, sehingga menyebabkan ayam rentan terkena penyakit pernapasan
seperti CRD dan IB. Solusinya adalah memperlakukan ayam sebaik mungkin,
melakukan pindah kandang paling lambat 10 hari sebelum mulai bertelur dan
memberikan vitamin selama 4 hari berturut-turut ketika pindah kandang.

• Pada saat puncak produksi, usahakan ayam tidak terganggu. Sebaiknya jangan
melakukan vaksinasi pada saat itu, tetapi perlu diatur yaitu dilakukan paling lambat
seminggu sebelum pindah kandang atau dua minggu sebelum mulai bertelur.
Berikanlah Egg Stimulant yaitu 1 gram tiap 2 liter air minum yang diberikan tiap hari
selama 4 minggu pertama ayam mulai bertelur. Jika perlu, berikan obat cacing 0,2
gram tiap kg berat badan dan paling lambat 3 hari sebelum pindah kandang.
Sedangkan untuk menjaga kesehatan unggas yang dipeliharaanya, penanganan
untuk ayam-ayam yang mati di kandang seharusnya dilakukan dengan cara dibakar
atau di kubur ke dalam lubang khusus yang disediakan atau apabila perlu dilakukan
pencelupan dengan desinfektan. Penanganan baik pada ayam yang mati ataupun
kotorannya penting artinya dalam usaha pengendalian kesehatan ayam. Apabila
penggunaannya sudah benar maka dampaknya bagi kesehatan ungas yang dipelihara
akan terlihat jelas , begitu pula sebaliknya.
2. Penanganan stress
Stress adalah kondisi tubuh yang mengalami gangguan hormonal secara temporer. Stres pada
unggas masa grower-developer, biasanya diakibatkan karena :
a) Dehidrasi karena pembakaran tubuh yang meningkat sehingga air serta garam mineral
(elektrolit) tubuh banyak yang terbuang. Dehidrasi bisa disebabkan karena suhu kandang
yang terlalu panas atau tempat minum yang tidak adlibitum
b) Perlakuan yang kasar pada saat pindah kandang
c) Petugas kandang yang melakukan perlakuan kasar selama pemeliharaan
d) Suasana kandang gaduh
e) Lingkungan di sekitar kandang yang tidak stabil seperti perubahan temperatur
f) Menempatkan peralatan kandang yang kurang tepat.
g) Gonta-ganti petugas kandang
h) Tingginya gas amoniak dalam kandang
Adanya stres pada ternak unggas akan mempermudah kemungkinan terkena penyakit menular.
dan akan berakibat terjadi kematian secara masal.

Bagaimana dengan ternak puyuh?


Puyuh termasuk salah satu unggas yang peka terhadap penyakit tertentu. Selain menimbulkan
kematian, penyakit yang menyerang unggas mungil ini dapat meningkatkan morbiditas yaitu tingkat
kesulitan hidup pada individu atau kelompok ternak. Akibatnya, biaya pengobatan meningkat.
Selain itu, ternak unggas yang telah sehat sering bertindak sebagai carrier yaitu sebagai pembawa
bibit penyakit.

Untuk mencegah penyakit yang dapat menyerang unggas khususnya puyuh, perlu kita lakukan
hal-hal seperti menjaga sanitasi kandang, melakukan vaksinasi, dan mengadakan isolasi. Bibit
penyakit menyukai tempat-tempat yang kotor. Jika peternak puyuh tidak ingin ternaknya terserang
penyakit, maka salah satu upaya pencegahannya yaitu dengan melakukan sanitasi kandang
dengan baik. Hal ini bisa dicapai dengan melaksanakan program sanitasi dan disenfeksi kandang
secara rutin.
Upaya mengadakan isolasi dapat dilakukan dengan cara membatasi kontak dunia luar dengan
puyuh yang dipelihara, misalnya mengatur lalulintas, mengontrol keluar masuknya karyawan,
larangan masuk bagi orang yang tidak ada kepentingan ke dalam kandang, pencelupan atau
penyemprotan disenfektan terhadap kendaraan, barang atau orang yang masuk lokasi kandang

B. Pengontrolan alas kandang/ litter


1. Beberapa type alas kandang
Ada beberapa tipe alas kandang yang dapat digunakan pada pemeliharaan fase grower –
developer diantaranya litter, kombinasi litter, slatt, all slatt dan baterai. Pada ayam fase grower
yang dipelihara dengan menggunakan kandang dengan alas litter, maka diusahakan agar kadar air
litter antara 20-30%, dimaksudkan agar :
- Faeces selalu campur dengan litter sehingga menjadi kering, bau dapat dikurangi
- Dapat membentuk vitamin B12, berguna meningkatkan daya tetas
- Sebagai insulator, pelindung yang baik
- Pertumbuhan bulu yang baik
- Pertumbuhan normal
- Meningkatkan nilai konversi
- Problem koksidiosis lebih mudah dikontrol
- Mengurangi kadar amonia dalam kandang

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kondisi litter diantaranya :


- Rh dan suhu luar
- Rh dan suhu dalam kandang
- Berat badan
- Jumlah udara yang beredar dalam kandang
- Konsumsi air
- Bentuk makanan
- Keadaan stress
- kepadatan kandang
Pengontrolan kondisi litter ditekankan pada tempat di sekitar tempat minum, yang biasanya
basah dan merupakan media yang baik bagi mikroba seperti koksidia. Oleh sebab itu litter yang basah
harus segera diganti.

Pengamatan dilakukan dengan cara mengidentifikasi gejala-gejalai unggas yang sakit berdasarkan ciri
fisik dan ciri tingkahlakunya
a) Amati ayam, periksa satu persatu, lihatlah:
- kepala ayam
Ayam yang sakit biasanya kepala selalu dimasukkan di bawah sayap. jengger
pucat, hidung berair, mata sayu, dan terkadang terdengar suara ngorok dan
berdesis (seperti sesak nafas)
- Bulu
Bulu terlihat mengembang dan warnanya agak kusam
- Kaki
Ayam tidak berdiri tegak sebagaimana mestinya, sehingga ayam terlihat lebih
pendek dari yang lainnya
- Kotoran
kotoran (faeces) pada ayam berwarna, hijau, kuning, putih, dan disertai lendir.
Penyebabnya bisa virus, bakteri, maupun protozoa
- Kloaka
Pada kloaka atau anus terdapat kotoran yang menempel, ini disebabkan karena
terganggunya saluran pencernaan

b) Dilihat dari aktifitas ayam


- posisi berdiri
saat ayam berdiri badannya tidak tegak, tubuhnya terlihat seperti melengkung/
bungkuk
- tingkah laku
biasanya ayam yang sakit kurang agresif, terlihat murung dan malas bergerak
serta sering mengantuk
- cara makan
ayam yang sakit cenderung berkurang nafsu makannya, mereka lebih banyak
minum daripada makan
- pernafasan
mulut sering terlihat menganga dan terkadang terdengar suara seperti orang
sesak nafas, bahkan terkadang bersin bersin sewaktu makan.

3. Pengontrolan Pemberian Pakan Unggas Fase Grower- Developer


A. Pengontrolan tempat pakan dan tempat minum.
Hasil akhir dari pemeliharaan fase grower-developer adalah menghasilkan pulet yang
berkualitas. Adapun pullet dikatakan berkualitas apabila mempunyai ciri-ciri :
1. keadaan pullet sehat
a) Berat badan mencapai standar genetik
b) Mulai produksi tepat waktu (tidak terlalu cepat dan tidak terlambat)
c) Konsumsi pakan, produksi dan berat badan dapat mengikuti perkembangan ayam yang
terus berubah.
.
sumber : Makmur sanjaya
.
Gambar 15. Pengontrolan tempat pakan pada fase grower-developer .

Pencapaian berat badan pada pullet (ayam menjelang awal produksi) menunjukkan bahwa
ayam telah siap berproduksi baik secara fisik maupun kesiapan organ reproduksinya. Berat badan
pullet yang tidak sesuai dengan standar akan mempengaruhi produksi telurnya. Untuk memenuhi
pencapaian berat badan maka salah satunya dengan mengontrol tempat pakan dan tempat minum
sehingga diharapkan akan menghasilkan pullet yang memenuhi berat badan yang seragam dan
memenuhi standar.
Pengontrolan tempat pakan dan tempat minum lebih diprioritaskan ke area penyebarannya
sehingga diharapkan akan menghasilkan pullet-pullet yang seragam. Kebutuhan tempat pakan
pada fase grower adalah 30 ekor per unit dengan menggunakan pakan gantung kapasitas 3 kg
Untuk lebih mudahnya dalam pengontrolan, tempat pakan/ tempat minum dikatakan cukup baik
jumlah maupun penyebarannya, apabila :
(1). Lebih dari 70 persen unggas dapat makan dalam waktu yang bersamaan
(2). Lebih dari 70 persen tembolok berisi penuh
(3). Tempat pakan dan tempat minum penyebarannya berselang seling dan menyebar merata
(4). Kanibalisme rendah / kandang tidak gaduh
(5). Ayam cukup seragam (atau uniformity 80 persen atau lebih)

B. Program Pembatasan pakan (restricted feeding)

Program pembatasan pakan (restricted feeding) bertujuan menekan unggas tetap langsing
(tidak gemuk) dan berat badan tetap terkontrol, sehingga unggas tidak cepat bertelur (tidak cepat
masak dini). Pembatasan pakan dilakukan mulai ayam berumur 4 minggu sampai 20 minggu.
Disamping itu jenis pakan yang digunakan beralih dari pakan starter diganti dengan pakan grower.
Peralihan pakan mulai dilakukan setelah ayam berumur 8 mnggu. Peralihan pakan harus
dilakukan secara bertahap agar unggas tidak stress. sebagai contoh sbb:
Hari pertama : 75 % pakan lama dan 25 % pakan baru
Hari pertama : 50 % pakan lama dan 50 % pakan baru
Hari pertama : 25 % pakan lama dan 75 % pakan baru
Hari pertama : 100 % pakan baru
Nutrisi pakan yang diberikan untuk ayam fase grower ini adalah kadar protein 15 % dan energi
2900 Kcal/kg. Dengan cara mengurangi jumlah kadar protein pakan dan konsumsi pakan
sebanyak 5% dari jumlah konsumsi pakan.

Pembatasan pakan perlu dilakukan, agar penimbunan lemak yang umumnya lebih banyak
terjadi pada masa developer (yaitu pada saat pertumbuhan sudah mulai menurun dan pertama- tama
akan ditimbun di alat-alat reproduksi) dapat dihindari. Pembatasan makanan (restricted feeding)
bertujuan agar ayam:
• Pada fase produksi, tidak terjadi penurunan total produksi telur per tahun
• Mengurangi angka kematian
• Penggunaan energi lebih efisien pada saat memasuki tahap produksi
• Tidak cepat masak dini/cepat bertelur.
• Tidak gemuk atau berat badan terkontrol.
• Telur yang dihasilkan besar-besar
• Tidak cepat berhenti bertelur

Untuk mengatasi kegemukan dilakukan pembatasan jumlah pakan yang diberikan pada saat
menjelang bertelur, dengan teknik pelaksanaan :
• Mengurangi kadar protein/ asam amino
• Mengurangi jumlah energi yang diberikan
• Membatasi waktu pemberian pakan
• Membatasi jumlah air yang diberikan
Pada saat ayam berumur dua hari intensitas pemberian pakan dilakukan 6-7 kali per hari
dengan jumlah sebanyak 18 gram per ekor. Setelah ayam berumur 16 hari sampai siap bertelur
(berumur 112 hari) berikan pakan 4 kali per hari dengan selang waktu 2-3 jam. Setelah ayam
berumur 112 hari sampai afkir, pakan diberikan 3 kali per hari dengan selang waktu 3-4 jam.

Perlu diketahui bahwa perkembangan berat badan dan dewasa kelamin diatur oleh sebuah
kelenjar yang disebut pituitary. Pemberian pakan dengan energy tinggi akan menyebabkan
pengeluaran folikel stimulating hormone (FSH) yang berefek pada pertumbuhan follilel dalam ovarum.
Sedangkan pemberian pakan yang tinggi proteinnya akan meningkatkan produksi growth hormone.
Oleh sebab itu pemberian pakan yang tinggi energy dan proteinnya tidak disarankan melebihi 12
hari. Jika target berat badan sudah tercapai selama 12 hari maka pemberian pakan dihentikan.

Perlu ditekankan lagi bahwa pada masa pullet perlu dilakukan kontrol berat badan secara ketat.
Berat badan pullet dikatakan sesuai standar apabila ± 10% dari standar berat badan yang
dikeluarkan breeder (manual guide). Oleh sebab itu pembatasan pakan dapat dilakukan dengan cara
pengurangan waktu pemberian pakan sehari, pemberian pakan selang sehari (sikp day feeding )
ataupun puasa di hari minggu atau “ never on Sunday” dengan standar gizinya (Starter Grower
development) adalah :
(0-6 minggu), PK : 20%- 18%
6-14 minggu, PK : 16%
14-20 minggu , PK :15%

Ket: Protein rendah dalam pakan diperoleh dengan meningkatkan serat kasarnya dan
diberikan secara adlibitum.
Tabel 11. program pemberian ransum terbatas untuk ayam petelur coklat

Umur Jumlah ransum Rataan bobot Ket


(minggu) (gr/hari) hidup (gr/ekor)

7 43 456 Minggu ke 7 –

8 48 550 17 dibatasi
9 52 638 18 minggu >
10 56 725 bebas
11 60 815
12 64 900
13 67 988
14 70 1075
15 74 1163
16 78 1250
17 81 1340
18 82 1430

C. Pengaturan teknik pemberian pakan


Periode grower merupakan masa perkembangan ukuran dan terbentuknya kerangka,
perkembangan organ hormonal dan perkembangan organ reproduksi. Untuk itu sangat penting
memperhatikan jumlah konsumsi pakan per hari baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa kunci utama pergantian tipe pakan bukan berdasarkan
umur ayam, tetapi berdasarkan pencapaian bobot badan dan kondisi ayam. Jika ayam telah
mencapai target bobot badan sesuai dengan standar, maka tipe pakan harus diganti dengan tipe
yang disesuaikan dengan fase pemeliharaannya (pakan grower). Namun jika bobot badan tidak
tercapai, disarankan tipe pakan yang diberikan masih tipe starter untuk 2-3 minggu ke depan atau
sampai bobot badannya tercapai. Jadi pembatasan pemberian pakan seperti yang sudah
dijelaskan diatas perlu dilakukan terutama apabila berat badan yang diperoleh melebihi standar.

Pakan grower yang diberikan harus berkualitas baik dan memenuhi kebutuhan asam amino.
Pakan yang mengandung protein dan asam amino yang rendah, akan menyebabkan naiknya lemak
tubuh (gemuk) dan akan menyebabkan ayam makan terlalu banyak pada masa grower, hal ini akan
bermasalah pada awal produksi. Berikan pakan secepatnya pada waktu yang sama. Perhatikan
ruang tempat pakan yang tersedia. Sirkulasi udara dan suhu harus dijaga agar sesuai dan tidak
terlalu tinggi.

Efisien penyerapan pakan diusahakan harus baik. Oleh sebab itu tambahkan suplemen vitamin
atau probiotik agar nafsu makan tetap terjaga, membantu penyerapan pakan dan membantu
pula dalam pematangan sistem hormonal. Demikian juga dapat digunakan untuk mengantisipasi
agar pada saat penggantian pakan dari starter ke grower ayam tidak stress dan nafsu makn tetap
tinggi.
Pemberian pakan pre layer dimulai umur ± 16 minggu (112 hari) atau dimulai beberapa hari
sebelum produksi telur pertama sampai 2% produksi. Pakan pre-layer merupakan pakan peralihan
antara pakan grower dan pakan layer. Pakan pre layer mengandung protein, asam amino dan kalsium
lebih banyak daripada pakan grower. Tujuan adalah sebagai cadangan kalsium dalam tulang dan
sebagai persiapan untuk bertelur.
Tingkat energi pakan memegang peranan penting dalam perkembangan alat pencernaan.
Penggunaan pakan berenergi rendah pada periode ini akan berakibat pada tingginya konsumsi
pakan pada masa bertelur, kelebihan lemak tubuh dan pertumbuhannya lambat. Sebaliknya pakan
berenergi tinggi akan menyebabkan mengecilnya alat pencernaan sehingga terjadi konsumsi
pakan yang tidak mencukupi pada saat mulai bertelur.
Beberapa tip dalam teknik pemberian pakan adalah:
1) Pengosongan tempat pakan pada waktu tertentu terutama pada siang hari, karena ayam
lebih banyak makan pada pagi dan malam hari. Tujuannya adalah untuk mempercepat
perkembangan tembolok dan gizzard.
2) Pemberian pakan 2-3 jam sebelum gelap
3) Pengosongan pakan dilakukan bertahap pada 4-8 minggu
4) Pada umur 10-12 minggu pengosongan pakan minimal 2-3 jam per hari
5) Penggunaan grid dianjurkan 3-10 minggu yaitu sebesar 3 gram/pulet/minggu, dengan ukuran
partikel 2-3 mm.
Bagaimana dengan pengontrolan pemberian pakan dan air minum pada ternak puyuh? Selain
membutuhkan ransum utama yang berupa konsentrat tepung komplit, puyuh memerlukan pakan
tambahan berupa dedaunan segar, seperti daun ubi, singkong, sawi, selada air, bayam, kangkung,
atau tauge.

Pertanyaan !

1. Mengapa pada fase grower perlu dilakukan pengontrolan terhadap pemberian pakan?
2. Jelaskan apakah semua unggas fase grower perlu dilakukan program pembatasan pakan?
3. Jelaskan hubungan antara pengaturan penyebaran area tempat pakan dan tempat minum
dengan tingkat keseragaman bobot badan!
4. Buatlah pertanyaan dari bagian yang tidak paham dari materi tersebut diatas!

5. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pindah kandang postal ke kandang batterai adalah......
a. Lakukan pemberian obat cacing, tambahkan vitamin, lakukan penangkapan pada siang hari.
b. Berikan vitamin dan vaksinasi untuk menambah kesehatan, siapkan pakan dan minum setelah ayam datang,
berikan obat cacing
c. Lakukan penangkapan secara hati-hati, pemindahan bersamaan dengan grading, puasakan beberapa saat sebelum
dipindahkan, lakukan pemindahan pada pagi hari
d. Vaksinasi sudah lengkap, atur ketinggian nipple sehingga mudah dijangkau pullet, pemberian makan dan minum
ditambah sebelum dipindah
e. Siapkan pakan dan minum setelah pullet ke kandang baterai, latih ayam minum di nipple, lakukan penangkapan
ayam secara cepat mengurangi ayam stress

6.Standar kebutuhan pakan ayam petelur umur 6-14 minggu adalah.....


a. 25 %
b. 23-24 %
c. 18-20 %
d. 16 %
e. 12 %

7. Metode potong paruh yang bertujuan mematikan jaringan dari paruh, yaitu metode......
a. Hot debeaking
b. Cut debeaking
c. Cold debeaking
d. Kick debeaking
e. Blood debeaking

8. Mengapa pada ayam petelur pada malam hari tidak diberi lampu?
a. Supaya makannya banyak pada pagi hari
b. Agar produksinya dapat dilihat pada malam hari
c. Karena untuk mencegah terjadinya dewasa kelamin dini pada pullet.
d. Mempercepat gugur bulu
e. Pembentukan bakal kuning telur

9. Uniformity sangat penting untuk mengoptimalkan produksi pada saat masa layer. Pada umur 9 minggu standar bobot
badan ayam adalah 740 g. Berikut ini adalah data penimbangan 20 ekor ayam petelur (Jika sudah diketahui BB standar
maka, nilai +/- 10% uniformity, batas atas atas dan bawah langsung dihitung)

770 690 750 600 700


800 700 600 800 750
810 610 780 700 760
640 800 700 750 740
Berapa uniformity pada penimbangan tersebut!
a. 45%
b. 65%
c. 70%
d. 80%
e. 90%

10. Pakan yang diberikan pada pullet umur 11 minggu dengan populasi 15.000 ekor sebanyak 18 karung PAR G. Hitunglah
berapa pemberian pakan harian untuk pullet tersebut!
a. 80 gram/e/hr
b. 70 gram/e/hr
c. 60 gram/e/hr
d. 50 gram/e/hr
e. 40 gram/e/hr

Anda mungkin juga menyukai