Anda di halaman 1dari 9

ENZIM YANG BERPERAN DALAM PRODUK OLAHAN PETERNAKAN

1.

2.

3.

4.

5.

enzim merupakan salah satu produk yang banyak digunakan atau diaplikasikan untuk
keperluan industri seperti industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik dan lain sebagainya.
Beberapa contoh jenis enzim yang banyak digunakan dalam produk olahan peternakan :
Rennet
Rennet adalah enzim yang digunakan dalam proses pembuatan keju (cheese) yang
terbuat dari bahan dasar susu. Susu adalah cairan yeng tersusun atas protein yang terutama
kasein yang dapat mempertahankan bentuk cairnya. Rennet merupakan kelompok enzim
protease yang ditambahkan pada susu pada saat proses pembuatan keju. Rennet berperan untuk
menghidrolisis kasein terutama kappa kasein yang berfungsi mempertahankan susu dari
pembekuan. Enzim yang paling umum yang diisolasi dari rennet adalah chymosin. Chymosin
dapat diisolasi dari beberapa jenis binatang, mikroba atau sayuran. Chymosin yang berasal dari
mikroorganisme lokal atau asli yang belum mendapat rekayasa genetik dalam aplikasi
pembuatan keju atau cheddar kadang-kadang menjadi kurang efektif.
Laktase
Laktase adalah enzim likosida hidrolase yang berfungsi untuk memecah laktosa
menjadi gula penyusunnya yaitu glukosa dan galaktosa. Tanpa suplai atau produksi enzim laktase
yang cukup dalam usus halus, akan menyebabkan terjadinya lactose intolerant yang
mengakibatkan rasa tidak nyaman diperut (seperti kram, banyak buang gas, atau diare) dalam
saluran cerna selama proses pencernaan produk-produk susu. Secara komersial laktase
digunakan untuk menyiapkan produk-produk bebas laktosa seperti susu. Ini juga dapat
digunakan untuk membuat es krim dalam pembuatan cream dan rasa produk yang lebih manis.
Laktase biasanya diisolasi dari yeast (Kluyveromyces sp.) dan fungi (Aspergillus sp.).
Katalase
Katalase adalah enzim yang dapat diperoleh dari hati sapi (bovine livers) atau sumber
mikrobial. Katalase digunakan untuk mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan molekul
oksigen.
Enzim ini digunakan secara terbatas pada proses produksi keju. Hidrogen peroksida selain
digunakan sebagai agen bleaching atau pemutih di industri kertas atau tekstil, juga digunakan
untuk melindungi buah dan sayuran segar dari bakteri patogen seperti Salmonella atau E.coli,
pasteurisasi produk susu, ataupun digunakan dalam sterilisasi karton pembungkus jus atau susu
segar sehingga tak perlu pendinginan.
Lipase
Lipase digunakan untuk memecah atau menghidrolisis lemak susu dan memberikan
flavour keju yang khas. Flavour dihasilkan karena adanya asam lemak bebas yang diproduksi
ketika lemak susu dihidrolisis. Selain pada industri pengolahan susu Lipase juga digunakan pada
industri lainnya.
Protease
Protease adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari
senyawa-senyawa protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana (asam amino).
Protease yang dipakai secara komersial seperti serine, protease, dan metalloprotease biasanya

berasal dari Bacillus subtilis yang mempunyai kemampuan produksi dan sekresi enzim yang
tinggi.
Enzim protease berfungsi melembekkan, melembutkan atau menurunkan gluten yang
membentuk protein. Contoh protease yang dapat dimanfaatkan adalah bromelin dan papain
sebagai bahan pengempuk daging. Enzim protease dapat digunakan sebagai pelembut daging
bagi daging yang liat supaya mudah dikunyah, dan membantu menanggalkan kulit ikan dalam
industri pengetinan ikan.
JENIS-JENIS ENZIM DALAM INDUSTRI PAKAN TERNAK
Terdapat empat type enzim yang mendominasi pasar pakan ternak saat ini yaitu enzim untuk
memecah serat, protein, pati dan asam pitat (Sheppi, 2001).
a.
Enzim Pemecah Serat
Keterbatasan utama dari pencernaan hewan monogastrik adalah bahwa hewan-hewan
tersebut tidak memproduksi enzim untuk mencerna serat. Pada ransum makanan ternak yang
terbuat dari gandum, barley, rye atau triticale (sereal viscous utama), proporsi terbesar dari serat
ini adalah arabinoxylan dan -glucan yang larut dan tidak larut (White et al., 1983; Bedford dan
Classen, 1992 diacu oleh Sheppy, 2001). Serat yang dapat larut dan meningkatkan viskositas isi
intestin yang kecil, mengganggu pencernaan nutrisi dan karena itu menurunkan pertumbuhan
hewan.
Kandungan serat pada gandum dan barley sangat bervariasi tergantung pada varitasnya,
tempat tumbuh, kondisi iklim dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan variasi nilai nutrisi yang
cukup besar di dalam ransum makanan. Untuk memecah serat, enzim-enzim xylanase dan glucanase) dapat menurunkan tingkat variasi nilai nutrisi pada ransum dan dapat memberikan
perbaikan dari pakan ternak sekaligus konsistensi responnya pada hewan ternak. Xylanase
dihasilkan oleh mikroorganisme baik bakteri maupun jamur.
b. Enzim Pemecah Protein
Berbagai bahan mentah yang digunakan sebagai bahan pakan ternak mengandung
protein. Terdapat variasi kualitas dan kandungan protein yang cukup besar dari bahan mentah
yang berbeda. Dari sumber bahan protein primer seperti kedelai, beberapa faktor anti nutrisi
seperti lectins dan trypsin inhibitor dapat memicu kerusakan pada permukaan penyerapan, karena
ketidaksempurnaan proses pencernaan. Selain itu belum berkembangnya sistem pencernaan
pada hewan muda menyebabkan tidak mampu menggunakan simpanan protein yang besar di
dalam kedelai (glycin dan -conglycinin).
Penambahan protease dapat membantu menetralkan pengaruh negatif dari faktor antinutrisi berprotein dan juga dapat memecah simpanan protein yang besar menjadi molekul yang
kecil dan dapat diserap.
c.
Enzim pemecah Pati
Jagung merupakan sumber pati yang sangat baik sehingga para ahli gizi menyebutnya
sebagai bahan mentah standard emas. Sebagian besar ahli gizi tidak mempertimbangkan
pencernaan jagung adalah jelek: kenyataannya bahwa 95 % dapat dicerna. Namun hasil
penelitian Noy dan Sklan (1994) yang diacu oleh Sheppi (2001), pati hanya dicerna tidak lebih
dari 85 % pada ayam broiler umur 4 dan 21 hari. Penambahan enzim amylase pada makanan

ayam dapat membantu mencerna pati lebih cepat di intestin yang kecil dan pada gilirannya dapat
memperbaiki kecepatan pertumbuhan karena adanya peningkatan pengambilan nutrisi.
Pada masa aklimatisasi, anak ayam sering menderita shok karena perubahan nutrisi,
lingkungan dan status imunitasnya. Penambahan amilase, biasanya juga bersamaan dengan
penambahan enzim lain, untuk meningkatkan produksi enzim endogeneous telah terbukti dapat
memperbaiki pencernaan nutrisi dan penyerapannya.
d. Enzim Pemecah Asam pitat
Phospor merupakan unsur esensial untuk semua hewan, karena diperlukan untuk
mineralisasi tulang, imunitas, fertilitas dan juga pertumbuhan. Swine dan Unggas hanya dapat
mencerna Phospor dalam bentuk asam pitat yang terdapat dalam sayur sekitar 30-40 %. Phospor
yang tidak dapat dicerna akan keluar bersama kotoran (feces) dan menimbulkan pencemaran.
Enzim pytase dapat memecah asam pytat, maka penambahan enzim tersebut pada pakan
ternak akan membebaskan lebih banyak phospor yang digunakan oleh hewan.
Enzime phytase banyak dikenal dapat menghilangkan pengaruh anti nutrisi asam phitat.
Penggunaan enzime phytase dalam pakan akan mengurangi keharusan penambahan sumbersumber fosfor anorganik mengingat fosfor asal bahan baku tumbuhan terikat dalam asam phitat
yang mengurangi ketersediaannya dalam pakan. Padahal suplementasi fosfor anorganik misalnya
mengandalkan di calcium phosphate maupun mono calcium phosphate relatif mahal belakangan
ini. Di samping itu, fosfor yang terikat dalam asam phitat yang tidak bisa dicerna sempurna oleh
sistem pencernaan hewan monogastrik akan ikut dalam feses dan menjadi sumber polutan yang
berpotensi mencemari tanah. Fosfor adalah tidak terurai dalam tanah sehingga dalam jangka
panjang, pembuangan feses dengan kandungan fosfor tinggi akan menimbulkan masalah bagi
tanah.
Terdapat dua keuntungan menggunakan phytase dalam pakan ternak yaitu (1)
pengurangan biaya pakan dari pengurangan suplemen P pada makanan dan (2) pengurangan
polusi dari berkurangnya limbah melalui feces.

ENZIM,
Penjelasan singkat dan aplikasinya dalam industri makanan dan minuman
Oleh : Wawan Agustina, S.Si
Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
e-mail : wan_agustina@yahoo.co.id
A. Pendahuluan
Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator dan
dikenal sebagai biokatalisator. Enzim berperan sebagai katalisator yang mengkatalisis reaksireaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis. Enzim dapat mengkatalisis sebuah reaksi yang
secara reaksi kimia biasa tidak mungkin terjadi dan seperti halnya katalisator biasa, enzim juga
tidak ikut bereaksi atau pun terurai menjadi produk reaksi.
Enzim dapat diperoleh dari sel-sel hidup dan dapat bekerja baik untuk reaksi-reaksi yang terjadi
di dalam sel maupun di luar sel. Pemanfaatan enzim untuk reaksi-reaksi yang terjadi di luar sel
Sekarang banyak diaplikasikan dalam dunia industri seperti industri makanan, detergen,
penyamakan kulit, kosmetik, dll. Pemanfaatan enzim dapat dilakukan secara langsung
menggunakan enzim hasil isolasi maupun dengan cara pemanfaatan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan enzim yang diinginkan.
B. Sumber-Sumber Enzim
Enzim dapat diperoleh dari makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan selain itu sumber enzim
yang saat ini sangat dikenal dan banyak dimanfaatkan adalah mikroorganisme. Beberapa contoh
enzim seperti bromelin sebagai protease bersumber dari tumbuhan yaitu nanas, papain sebagai
protease dari pepaya, lisozim dari putih telur dan lain sebagainya. Meskipun banyak sumber
enzim yang berasal dari hewan dan tumbuhan, namun sekarang pemanfaatan mikroorganisme
sebagai sumber enzim lebih banyak diminati karena beberapa alasan. Adapun alasan-alasan
tersebut antara lain, bahwa enzim dari mikroorganisme bisa dihasilkan dalam waktu yang sangat
singkat bahkan dalam hitungan jam, proses produksinya bisa dikontrol, kemungkinan
terkontaminasi oleh senyawa-senyawa lain lebih kecil, area produksi tidak harus luas, dan lain
sebagainya.
Menurut (Agustina, 2004) ada berbagai macam enzim yang digunakan secara komersial berasal
dari jaringan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang terseleksi. Beberapa contoh enzim

yang berasal dari hewan antara lain tripsin, rennet, lipase, dan kemotripsin. Selain dari hewan
ada beberapa contoh yang bersumber dari tanaman seperti aktinidin, alfa amilase, beta amilase,
bromelin, dan papain.
C. Sifat-sifat Kimiawi dan fisik Enzim
Enzim sebagai suatu senyawa yang berstruktur protein baik murni maupun tergabung dengan
gugusan-gugusan kimiawi lainnya memiliki sifat yang sama dengan protein lain yaitu dapat
terdenaturasikan oleh panas, terpresipitasikan / terendapkan oleh senyawa-senyawa organik cair
seperti ethanol dan aseton juga oleh garam-garam organik berkonsentrasi tinggi seperti
ammonium sulfat, dan memiliki bobot molekul yang relatif besar sehingga tidak dapat melewati
membran semi permeabel atau tidak dapat terdialisis.
Beberapa jenis enzim tidak memerlukan komponen lain atau tambahan untuk mencapai
aktivitasnya, namun ada beberapa enzim memerlukan molekul non protein lainnya yang
biasanya terikat kuat dengan molekul proteinnya. Molekul lain lain yang terikat dalam enzim
tersebut dinamakan sebagai kofaktor. Kofaktor dapat berupa senyawa anorganik seperti ion-ion
logam ( Mg2+, Mn2+, Fe2+, Zn2+, dsb), selain itu juga dikenal adanya istilah koenzim, koenzim
adalah senyawa organik dengan bobot molekul rendah yang terikat pada bagian protein enzim.
Sedangkan proteinnya sendiri dinamakan apoenzim. Enzim akan menjadi aktif apabila Apoenzim
bergabung atau berikatan dengan kofaktor atau koenzim.
Molekul-molekul enzim merupakan katalis yang sangat efisien dalam mempercepat pengubahan
substrat menjadi produk-produk akhir. Menurut Pelczar and Chan, 1986, satu molekul enzim
tunggal dapat melakukan pengubahan sebanyak seribu molekul substrat perdetik. Kenyataan ini
sekaligus menjelaskan bahwa molekul enzim tidak dikonsumsi ataupun mengalami perubahan
selama proses reaksi berlangsung. Namun demikian ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan
bahwa enzim tidaklah stabil aktivitasnya dapat berkurang atau bahkan menghilang oleh berbagai
pengaruh baik kondisi fisik maupun kimia seperti suhu, pH, dan lain sebagainya. Ada dua ciri yng
mencolok dari enzim yaitu (1) efisiensi katalitiknya yang tinggi dan (2) derajat kekhususannya
(spesifitas) yang tinggi terhadap substrat tertentu.
D. Spesifitas Enzim
Enzim dalam kerjanya sebagai katalis biasanya memilki kespesifikan, yaitu bahwa enzim hanya
bekerja untuk substrat khusus atau tertentu saja, namun demikian ada juga yang bekerja pada
bermacam-macam jenis substrat.
Ada dua model yang menjelaskan tentang mekanisme kerja enzim terkait kespesifikannya

terhadap substrat yaitu :


a. Model Kunci dan Gembok (Lock and Key)
Model ini diajukan oleh Emil Fischer pada tahun 1894 yang menjelaskan bahwa enzim dan
substrat memiliki bentuk yang saling memenuhi seperti kunci dan gemboknya bentuknya kaku
dan tetap (tidak berubah-ubah)
Contoh mekanisme reaksi dalam gambar :
Gambar 1. Mekanisme reaksi enzim model lock and key
b. Model Ketepatan Induksi (Induced-fit)
Model Ketepatan Induksi merupakan modifikasi model kunci dan gembok yang diajukan oleh
Daniel Koshland pada tahun 1958. Ia menjelaskan oleh karena enzim memiliki struktur yang
fleksibel, sehingga sisi aktifnya dapat secara terus menerus berubah bentuk sesuai interaksinya
dengan substrat. Akibatnya, substrat tidak berikatan dengan sisi aktif yang kaku. Rantai-rantai
samping asam amino dapat berubah sesuai dengan substrat dan mengijinkan enzim untuk
menjalankan fungsi katalitiknya.
Contoh mekanisme reaksi dalam gambar :
Gambar 2. Mekanisme reaksi enzim model Induced-fit
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Enzim
Enzim sebagai biokatalisator berstruktur protein dalam mekanisme kerjanya aktiitasnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain, pH, Suhu, konsentrasi substrat, konsentrasi
enzim, kehadiran aktiator atau inhibitor.
a. pH (Derajat Keasaman)
pH merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan apabila kita bekerja dengan
enzim, hal ini dikarenakan enzim hanya mau dan mampu bekerja pada kondisi pH tertentu saja.
Suatu kondisi pH di mana enzim dapat bekerja dengan aktivitas tertinggi yang dapat
dilakukannya dinamakan dengan pH optimum. Sebaliknya pada pH tertentu enzim sama sekali
tidak lagi aktif atau bahkan rusak. Hal ini dapat dijelaskan karna kita ketahui bahwa enzim
merupakan molekul protein, molekul protein kesetabilannya dapat dipengaruhi oleh tingkat
keasaman lingkungannya, pada kondisi keasaman yang ekstrim molekul-molekul protein dari
enzim akan rusak.
b. Suhu / Temperatur
Seperti halnya oleh pH, aktivitas kerja enzim juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungan
dimana ia bekerja. Seperti reaksi kimia biasa suhu biasanya dapat mempercepat proses reaksi,

namun demikian pada titik suhu tertentu kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan mulai
menurun bahkan aktivitasnya tidak lagi nampak. Kondisi suhu di mana enzim dapat
menghasilkan aktivitas tertinggi dinamakan suhu atau temperatur optimum. Oleh karena enzim
berstruktur protein, sebagaimana kita ketahui bahwa protein dapat dirusak oleh panas, sehingga
pada suhu tinggi tertentu aktivitas enzim mulai menurun dan bahkan aktiitasnya menghilang. Hal
ini sangat dimungkinkan karena terjadinya denaturasi atau kerusakan struktur protein oleh
pengaruh panas. Panas yang berlebihan akan menybabkan terjadinya kerusakan struktur enzim
yang dapat menybabkan kerusakan enzim baik secara keseluruhan maupun sebagian terutama
sisi aktifnya.
c. Konsentrasi Substrat
Reaksi-reaksi biokimia yang diktalisis oleh enzim diperngaruhi pula oleh jumlah substrat. Jika kita
melakukan pengujian konsentrasi substrat dari rendah ke tingi terhadap kecepatan reaksi
enzimatis, maka pada awalnya akan diperoleh hubungan kesebandingan yang menyatakan
kecepatan reaksi akan mkeningkat seiring dengan meninkatnya konsentrasi substrat, namun
kemudian akan diperoleh data yang menyatakan pada konsentrasi substrat tinggi tertentu
kecepatan reaksi tidak lagi bertambah. Pada kondisi ini konsentrasi substrat menjadi jenuh dan
kecepatan reaksi menjadi maksimum yang sering juga disebut sebaai kecepatan maksimum
(Vmax).
Hubungan antara konsentrasi substrat dan kecepatan reaksi biasanya dinyatakan dengan
konstanta Michelis-Menten (KM). Nilai KM didefinisikan sebagai konsentrasi substrat tertentu pada
saat kecepatan reaksi enzimatis mencapai setengah dari kecepatan maksimumnya. Hubungan
tersebut dapat digambarkan dalam sebuah kurva yang dikenal sebaai Kurva Michelis-Menten
seperti contoh pada ambar berikut :
Gambar 3. Kurva hubungan antara konsentrasi substrat dan kecepatan reaksi
d. Konsentrasi Enzim
Peningkatan konsentrasi enzim dalam suatu reaksi biokimia akan meningkatkan kecepatan
kecepatan reaksi yang dikatalisisnya.
Gambar 4. Kurva Hubungan antara konsentrasi enzim dan kecepatan reaksi
e. Kehadiran aktivator/inhibitor.
Aktivator adalah zat atau senyawa yang dapat menyebabkan meninkatnya aktiitas enzim apabila
ia berada pada saat terjadinya reaksi, dan sebaliknya inhibitor adalah zat yang dapat
menghambat aktivitas reaksi.

F. Peran enzim dalam metabolisme


Metabolisme merupakan sekumpulan proses-proses reaksi kimia yang terjadi atau berlangsung
pada makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Reaksi-reaksi dalam peoses
metabolisme dapat dikategorikan menjadi dua proses utama yaitu meliputi :
(1) Proses sintesis molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil (anabolisme)
(2) Proses Penyusunan molekul besar dari molekul yang lebih kecil (katabolisme).
G. Aplikasi Enzim dalam Industri makanan dan Minuman
Dalam bidang bioteknologi enzim merupakan salah satu produk yang banyak digunakan atau
diaplikasikan untuk keperluan industri seperti industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik dan
lain sebagainya. Dalam industri makanan atau minuman enzim banyak digunakan untuk
menghasilkan atau meningkatkan kualitas dan keanekaragaman produk. Beberapa contoh produk
yang memanfaatkan enzim seperti keju, yoghurt, dan lain sebagainya (Philips, 2009). Beberapa
contoh jenis enzim yang umum dan banyak digunakan dalam industri makanan dan minuman
antara lain :
a. Rennet
Rennet adalah enzim yang digunakan dalam proses pembuatan keju (cheese) yang terbuat dari
bahan dasar susu. Susu adalah cairan yeng tersusun atas protein yang terutama kasein yang
dapat mempertahankan bentuk cairnya. Rennet merupakan kelompok enzim protease yang
ditambahkan pada susu pada saat proses pembuatan keju. Rennet berperan untuk menghidrolisis
kasein terutama kappa kasein yan berfungsi mempertahankan susu dari pembekuan. Enzim yang
paling umum yang diisolasi dari rennet adalah chymosin. Chymosin dapat diisolasi dari beberapa
jenis binatang, mikroba atau sayuran, akan chymosin yang berasal dari mikroorganisme lokal
atau asli yang belum mendapat rekayasa gebetik kadang aplikasinya dalam pembuatan keju atau
cheddar menjadi kurang efektif.
b. Laktase
Lactase adalah enzim likosida hidrolase yang berfungsi untuk memecah laktosa menjadi gula
penyusunnya yaitu glukosa dan galaktosa. Tanpa suplai atau produksi enzim laktase yang cukup
dalam usus halus, akan menyebabkan terjadinya lactose intolerant yang mengakibatkan rasa
tidak nyaman diperut seperti kram, banyak buang gas, atau diare) dalam saluraqn cerna selama
proses pencernaan produk-produk susu. Secara komersial laktase digunakan untuk menyiapkan
produk-produk bebas laktosa seperti susu. Ini juga dapat digunakan untuk membuat es krim
untuk membuat cream dan rasa produk yang lebih manis. Laktase biasanya diisolasi dari yeast
(Kluyveromyces sp.) dan fungi (Aspergillus sp.).

c. Katalase
Katalase adalah enzim yang dapat diperoleh dari hati sapi (bovine livers) atau sumber microbial.
Dan digunakan untuk mengubah hydrogen peroksida menjadi air dan molekul oksigen. Enzim ini
digunakan secara terbatas pada proses produksi keju.
d. Lipases
Lipase digunakan untuk memecah atau menghidrolisis lemak susu dan memberikan flavour keju
yang khas. Flavour dihasilkan oleh karena adanya asam lemak bebas yang diproduksi ketika
lemak susu dihidrolisis. Selain pada industri engolahan susu juga pada industri lainnya.
e. Protease
Protease adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari senyawa-senyawa
protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana (asam amino). Contoh protease
yang dapat dimanfaatkan adalah bromelin danpapain sebagai bahan pengempuk daging.
f. Amilase
Amilase merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolis amilum (pati) menjadi gula-gula
sederhana seperti dekstrin dan glukosa. Enzim amilase dapat digunakan dalam proses
pembuatan biskuit, minuman beralkohol, dan pembuatan sirup glukosa.
Daftar Pustaka
Agustina, W. 2004. Pemanfaatan Bacillus licheniformis sebagai Bakteri Penghasil Enzim Protease
dengan Medium Tepung Biji Amaranth. PS MIPA Unsoed, Purwokerto.
Anonim, 2009, Enzim, http://www.Wikipedia.com
Anonim, Production Of Industrial enzyme in Fermentation.
Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S, 1986 Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerjemah : R.S. Hadioetomo, dkk.
UI Press. Jakarta.
Phillip, T, 2009, Enzymes Used in the Dairy Industry,http://www.About.com
Widiati, H.S., 200, Isolasi, Pemurnian dan Penentuan beberapa sifat protease dari Pseudomonas
cocovenenans B-154 yan difraksinasi dengan garam ammonium sulfat. Skripsi PS MIPA Unsoed,
Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai