Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN GELOMBANG XXXIV

KELOMPOK 4A

KOASISTENSI LABORATORIUM BAKTERIOLOGI DAN MIKOLOGI

COLIBACILLOSIS PADA AYAM

Oleh:
Hanun Roviqoh Rahmi
NIM. 061923143112

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
I. Pendahuluan

Colibacillosis adalah penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh bakteri
gram negatif berbentuk batang pendek, Escherichia coli atau E. coli. Meskipun
bakteri ini secara alami tidak patogen, beberapa strain E. coli memiliki faktor
virulensi yang sangat meningkatkan patogenisitasnya. Mayoritas kasus
colibacillosis disebabkan oleh E.coli yang memiliki sejumlah gen virulensi yang
ditularkan melalui plasmid (PAI). Plasmid yang mengandung PAI ini dikatakan
sebagai ciri khas dari patotipe APEC (Nolan, 2019). APEC merupakan strain
zoonosis yang disebarkan melalui daging dan produk daging olahan dari hewan dan
unggas. Tiga serotipe utama E.coli yang sering ditemukan pada ayam yaitu : O1,
O2, dan O78 (Prihtiyantoro dkk, 2019).

Infeksi E. coli atau dapat terjadi pada ayam pedaging dan petelur dari semua
kelompok umur (Tarmudji, 2003). Pada ayam pedaging umur 4−8 minggu dan
ayam petelur umur ±20 minggu dapat terjadi septikemia akut dan menimbulkan
kematian, yang didahului dengan hilangnya nafsu makan, malas bergerak/inaktif
(Tarmudji, 2003). Organ reproduksi ayam terutama infundibulum yang menderita
colibacilosis akan mengalami kerusakan berupa keradangan yang disebabkan oleh
stres oksidatif karena tidak adanya keseimbangan antara produksi oksidan dan
pertahanan antioksidan (Sabdoningrum dkk,2019).

Colibacillosis dapat memengaruhi perusahaan perunggasan karena dapat


menyebabkan kerugian ekonomis berupa gangguan pertumbuhan, bobot badan
panen rendah, penurunan produksi telur, peningkatan jumlah ayam afkir, serta
penurunan daya tetas telur dan kualitas anak ayam (DOC), bahkan dapat
menyebabkan penyakit komplikasi pada saluran pernafasan, pencernaan, dan
reproduksi yang sulit ditanggulangi, sehingga seranan sekunder colibacillosis
membuat biaya pengobatan ayam menjadi semakin besar (Retno dkk, 2015). Pada
ayam pedaging, kolibasilosis berdampak buruk dan menyebabkan kematian selama
periode pemeliharaan sehingga berat badan saat panen di bawah standar dengan
angka morbiditas bervariasi dan mortalitas mencapai 5-20% (Wahyuwardani dkk,
2014).
Infeksi lokal E.coli dapat menyebabkan omphalitis pada DOC, cellulitis, diare,
salphingitis. Sedangkan infeksi sistemik colibacillosis (Coliseptikemia) dapat
menyebabkan coliseptikemia pernafasan, neonatal coliseptikemia, panopthalmitis,
meningitis, coligranuloma, arthritis, osteomyelitis dan osteonecrosis. Beberapa
kondisi predisposisi infeksi sekunder E.coli antara lain seperti mikoplasmosis,
bronkitis menular, penyakit Newcastle, enteritis hemoragik, kualitas udara yang
buruk, atau tekanan lingkungan lainnya (Retno dkk, 2015).

II. Etiologi

E.coli merupakan bakteri gram negative berbentuk batang bendek berukuran


0,5x1.0-3.0 mikrometer, motil, tidak tahan asam, tidak membentuk spora, dan
mampu tumbuh secara aerob dan anaerob pada suhu 18-440 (Quinn et al., 2002).
Banyak strain E.coli bersifat motil dan memiliki flagella peritrik. Pada permukaan
tubuh E.coli terdapat fili-fili yang berperan menentukan sifat adhesi bakteri. Ada 2
jenis fili, yaitu tipe I dan tipe P. Fili tipe I berperan dalam kolonisasi awal bakteri
pada saluran pernafasan bagian atas sedangkan fili tipe P berkoloni pada organ
viscera dan di luar saluran pencernaan. Fili tipe P berperan dalam infeksi sistemik
(Kabir, 2010).

Gambar 2.1 Morfologi Eschericia coli dengan pewarnaan gram dengan


perbesaran 100x (Baban, 2017)

Pada umumnya, E.coli pathogen bersifat beta hemolitik dan sebagian lainnya
bersifat non hemolitik. Berdasarkan karakteristik antigen dari protein strukturalnya,
dikenal beberapa jenis E.coli dengan antigen somatic (O), antigen kapsula (K), dan
antigen flagella (H). Tiga serotipe utama E.coli yang sering ditemukan pada ayam
yaitu : O1, O2, dan O78 (Prihtiyantoro dkk, 2019).
Berdasarkan jenis penyakit yang ditimbulkan bakteri E. coli dikelompokkan
menjadi 4 strain yaitu Enteropathogenic E.coli (EPEC), Enterotoxigenic E.coli
(ETEC), Enterohaemorrhagic E.coli (EHEC), dan Enteroinvasive E.coli (EIEC)
(Byomi, 2017).

III. Patogenesis dan cara penularan

Bakteri E.coli masuk ke jaringan tubuh inang dengan cara membentuk koloni
mukosa saluran pencernaan, berkembangbiak, mengivansi sel-sel atau jaringan,
memproduksi toksin yang dapat menyebabkan kerusakan/peradangan organ. Pada
kasus diare yang disebabkan oleh E.coli pathogenesisnya terjadi karena bakteri
tersebut memproduksi toksin LT (heat-labil) dan ST (heat-stabile) yang
menyebabkan akumulasi CAMP dan CGMP sehingga absorbs NaCl menurun dan
sekresi ion klorida meningkat. Hal ini akan menimbulkan peningkatan tekanan
osmotic dan gerak peristaltik lumen usus (Nolan et al., 2019).

Infeksi neonatal pada anak ayam dapat terjadi secara horizontal, dari lingkungan,
atau vertikal, dari induk ayam. Penularan secara vertical terjadi apabila induk ayam
terinfeksi E.coli sehingga menyebabkan ooforitis atau salphingitis. Kemudian
bakteri tersebut menginfeksi telur bagian dalam sebelum proses pembentukan
cangkang. Kontaminasi feses pada kulit telur selama perjalanan telur melalui kloaka
dan setelah bertelur juga diperkirakan menjadi penyebab tercemarnya DOC oleh
E.coli.

Sebelum menetas, APEC menyebabkan infeksi kantung kuning telur dan kematian
embrio. Anak ayam juga bisa terinfeksi selama atau segera setelah menetas. Dalam
kasus ini, kuning telur yang terinfeksi tertinggal, omphalitis, septikemia dan
kematian anak ayam hingga usia tiga minggu terlihat (Kabir, 2010)

Penularan secara horizontal dapat terjadi apabila terjadi kontak langsung dengan
ayam sakit, atau secara tidak langsung melalui kontak dengan bahan/peralatan
kandang yang tercemar. Penularan dapat terjadi secara oral melalui ransum atau air
minum yang terkontaminasi feses ayam yang mengandung E.coli atau melalui debu
yang tercemar E.coli (Retno, 2015).

Gambar 2.1 Skema penularan penyakit colibacillosis (Retno dkk, 2015)

IV. Gejala klinis dan patologi anatomi

Gejala klinis colibacillosis pada unggas memiliki gejala yang beragam tergantung
strain bakteri E.coli yang menginfeksi. Strain bakteri E.coli yang sangat virulen bisa
menyebabkan inang sakit dan mati hanya dalam waktu beberapa jam, sedangkan
flok yang terinfeksi strain E.coli yang ringan membutuhkan waktu berhari-hari
hingga menunjukkan morbiditas. Infeksi yang bersifat lokal umumnya hanya
menunjukkan gejala klinis yang lebih sedikit dan ringan dibandingkan dengan
infeksi sistemik (Nolan et al., 2019).

Tanda-tanda colibacillosis sistemik yang biasa tampak adalah gangguan


pernapasan, nafsu makan berkurang, dan pertumbuhan yang buruk. Lesi yang
terlihat pada post mortem adalah penebalan dan massa perkejuan pada kantung
udara (airsacculitis), pericarditis, perihepatitis, cellulitis, salphingitis, enteritis dan
peritonitis. Meningitis, arthritis, osteomyelitis juga dapat terlihat pada proses
nekropsi. Jika infeksi berjalan kronis maka dapat ditemukan coligranuloma pada
organ viscera. Panopthalmitis dapat terjadi karena infeksi sekunder E.coli sering
mengikuti penyakit coryza (Caza et al., 2011).
A B C

Gambar 4.1 Colibacillosis bentuk diare menyebabkan enteritis pada usus ayam
(A). Cellulitis sebagai bentuk infeksi lokal E.coli di jaringan
subkutan (B). Omphalitis pada DOC (C) (Caza et al., 2011)

A B C

Gambar4.2 Coliseptikemia pada saluran pernafasan menyebabkan


pleuropneumonia(A). Gambaran E.coli secara mikroskopis pada
pleuropneumonia (B). Airsacculitis (C) (Caza et al., 2011)

A B C

Gambar 4.3 Colibacillosis pada saluran reproduksi ayam menyebabkan


salphingitis : oviduk meradang, melebar dan berisi masa
perkejuan (A). Egg yolk peritonitis (B). Cystic degenerative pada
folikel ovarium (C) (Caza et al., 2011)

V. Diagnosa laboratorium dan diagnosa banding

Gejala klinis colibacillosis hampir sama dengan salmonellosis, koleram dan


streptococcosis sehingga dibutuhkan pemeriksaan bedah bangkai/nekropsi dan
isolasi serta uji identifikasi bakteri E.coli di laboratorium.
A B C

Gambar 5.1 E.coli pada blood agar tampak Koloni besar,


melingkar, abu-abu dan lembab. Koloni beta-hemolitik
(β) (A). E. coli pada McConkay Agar koloni tampak
melingkar, lembab, halus. Koloni tampak datar dan
merah muda. Koloni pemfermentasi laktosa (B). Pada
EMBA koloni tampak hijau metalik (C) (Neupane,
2017)

VI. Pencegahan dan pengobatan penyakit

Pencegahan colibacillosis sebagian besar adalah masalah sanitasi dan kebersihan


yang baik. Faktor predisposisi dan sumber infeksi harus diatasi dengan tepat.
Fumigasi dengan metil bromida dan formaldehida efektif dalam menghancurkan E.
coli. Kontaminasi feses pada telur dapat dikurangi dengan sering mengumpulkan
telur, menjaga kebersihan kandang, membuang telur yang pecah dan penyemprotan
atau desinfektan telur dalam waktu 2 jam setelah bertelur. Tes air untuk hitung
coliform dan pengobatan dengan disinfektan sangat penting. Klorinasi air minum
dan penggunaan sistem irigasi tertutup (nipple) juga penting dilakukan. Menjaga
kualitas udara dengan memberi ventilasi yang cukup dapat meminimalkan
kerusakan saluran pernapasan oleh amonia dan, oleh karena itu, mengurangi
paparan bakteri dan udara endotoksin (Panth, 2019).

Manajemen nutrisi harus diperhatikan, seperti memberi bahan tambahan makanan


yang mendukung sistem kekebalan yang sehat dan meningkatkan kapasitas
kelangsungan hidup, rasio protein yang memadai, meningkatkan kadar selenium
dalam pakan, peningkatan kadar vitamin A dan E dan probiotik dalam pakan. Ayam
juga harus dihindarkan dari stress agar tidak terjadi imunosuppresi (Linden, 2015).

Neomisin (38,00%) biasa digunakan untuk pengobatan colibacillosis, dengan


tingkat efektifitas 92,10%. Resistensi E. coli terhadap neomycin, oxytetracycline,
amoxicillin, enrofloxacin dan ciprofloxacin, masing-masing 38,88%, 50,55%,
60,68%, 50,00% dan 30,55%. Gentamisin (100%) sangat sensitif untuk pengobatan
colibacillosis (Hossain et al., 2015).

Alternatif untuk antimikroba seperti prebiotik, probiotik, enzim, pengasaman


pencernaan, vitamin, peningkat kekebalan dan obat anti-inflamasi juga disarankan.
Lactobacillus banyak digunakan sebagai probiotik untuk menghambat kolonisasi E.
coli di saluran pencernaan (Panth, 2019).

Daftar Pustaka

Baban, Soza. 2017. Prevalence and Antimicrobial Susceptibility Pattern of


Extended Spectrum Beta-Lactamase-Producing Escherichia coli Isolated
from Urinary Tract Infection among Infants and Young Children in Erbil
City.https://www.researchgate.net/publication/319130632_Prevalence_and
_Antimicrobial_Susceptibility_Pattern_of_Extended_Spectrum_BetaLacta
maseProducing_Escherichia_coli_Isolated_from_Urinary_Tract_Infection
_among_Infants_and_Young_Children_in_Erbil_City/link/
Byomi, Ahmed, S. Zidan, M. Diab, G. Reddy, A. Adesiyun and W. Abdela. 2017.
Characterization of Diarrheagenic Escherichia Coli Serotypes Isolated
from Poultry and Humans. . SOJ Vet Sci 3(1): 1-8
Caza, M., F. Lepine, and C.M. Dozois. 2011. Secretion, but not overall synthesis,
of catecholate siderophores contributes to virulence of extraintestinal
pathogenic Escherichia coli. Molecular Microbiology. 80:266–282.
Kabir, S. 2010. Avian Colibacillosis and Salmonellosis: A Closer Look at
Epidemiology, Pathogenesis, Diagnosis, Control and Public Health
Concerns. Int. J. Environ. Res. Public Health., 89-114.
Neupane, A., P. Parajuli, R. Bastola and A. Paudel. 2017. Bacterial Etiology of
Diarrhoeal Disease in Children and Antibiogram of the Isolates. Clin
Microbiol 6: 278
Nolan, L. K. 2019. Colibacillosis in Poultry (Colisepticemia, Infection).
https://www.msdvetmanual.com/poultry/colibacillosis/colibacillosisinpo
ultry?query=colibacillosis#v3341108
Panth, Y. 2019. Colibacillosis in Poultry: A Review. Journal of Agriculture and
Natural Resources (2019) 2 (1): 301-311
Prihtiyantoro ,W., Khusnan , M. Slipranata dan I. Rosyidi. 2019. Prevalensi Strain
Avian Pathogenic Escherichia coli (APEC) Penyebab Kolibasilosis pada
Burung Puyuh. Jurnal Sain Veteriner, Vol. 37. No. 1. Juni 2019, Hal. 69-
79
Retno, F.D., Lilis S., Budi P., Hartono, S. 2015. Penyakit-Penyakit Penting pada
Ayam Edisi 6. Bandung. PT. Medion.
Sabdoningrum, E.K., Sri Hidanah, Sri Chusniati, Adinda Rizky dan Erma Safitri.
2019. A Study on the Effect of Meniran (Phyllanthus Niruri Linn) Extract
to Improve Infundibulum and Egg Production of Laying Chicken Infected
with Escherichia Coli. Indian Vet. J., 96 (12): 22 – 24.
Tarmudji. 2003. Kolibasilosis Pada Ayam: Etiologi, Patologi dan Pengendaliannya.
WARTAZOA Vol. 13 No.2.
Wahyuwardani, S., Noor S.M., Poeloengan M., Andriani, Aryanti. 2014. Kasus
Kolibasilosis pada Peternakan Ayam Pedaging di Yogyakarta dan Bogor.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2014.

Anda mungkin juga menyukai