Perjalanan penyakit ini dimulai dari bakteri E. coli patogen menginfeksi saluran
pernafasan dan pencernaan. Pada pencernaan dapat menyebabkan diare karena bakteri
tersebut masuk ke host mengadakan perlekatan berkolonisasi pada saluran pencernaan
kemudian berkembangbiak dan menginvasi sel-sel atau jaringan setelah itu bakteri ini
memproduksi toksin sehingga terjadi peradangan pada organ. Diare terjadi oleh produksi
toksin LT (heat–labile) dan ST (heat–stabile) setelah itu akumulasi c AMP dan c GMP
mengakibatkan absorbsi NaCl menurun dan sekresi ion klorida meningkat sehingga
tekanan osmotik lumen usus meningkat dan terjadi peristaltik usus meningkat sehingga
terjadi diare. Jumlah E. coli yang terdapat pada unggas di lingkungan terjadi kontaminasi
selain pencernaan juga melalui saluran pernafasan.
Awal terjadinya patogen dari E. coli mungkin terjadi di hatchery yang terjangkit
atau terinfeksi atau dari telur, tetapi infeksi sistemik biasanya membutuhkan faktor
predisposisi atau faktor penyebab menular. Mycoplasmosis, bronkitis, newcastle, radang
usus yang menyebabkan hemoragi, dan turki bordetellosis mendahului colibacillosis.
Infeksi sistemik terjadi bila E. coli pathogen mendapatkan akses ke darah dari saluran
pernafasan atau usus. Pada saluran pernafsan juga dapat menyebabkan terjadinya
pendarahan pada paru-paru. Bakteremia terdapat di darah dan menyebabkan kematian,
atau infeksi meluas ke permukaan serosal, selaput jantung, sendi, dan organ lainnya.
Merupakan bentik Colisepticemia yang sering terjadi. Bakteri E.coli masuk dalam
sirkulasi darah melalui kerusakan mukosa saluran pernapasan akibat agen infeksi
maupun non infeksi. Faktor predisposisi terjadinya colisepticemia yaitu: Infeksi
IB, ND, mycoplasma, kandungan amonia dalam kandang yang tinggi. Perubahan
menyolok dar Colisepticemia bentuk pernapasan adalah pada jaringan saluran
pernapasan (trakea, paru-paru dan kantung udara), pericardium dan peritoneum.
Neonatal colisepticemia
Anak ayam peka terhadap infeksi neonatal colisepticemia pada umur 1-2 hari
setelah menetas. Kematian terjadi sampai umur 1-2 hari setelah menetas.
Kematian terjadi sampai umur 2-3 minggu dengan total kematian 10-20%.
Kurang lebih 5 % dari kelompok anak ayam ini akan mengalami gangguan
pertumbuhan. Jika bakteri E.coli tidak terkontrol, dapat terlokalisasi di tempat-
tempat yang kurang terlindungi, yaitu: otak, mata, jaringan
synoval(persendian,tendon, bursa sternalis) dan tulang.
Panopthalmitis
Perpindahan bakteri E.coli ke mata merupakan hal yang jarang terjadi. Mata akan
membengkak, bola mata nampak berawan dan buram, dimana perubahan ini
diawali dengan kemerahan pada mata. Bentuk akhir dari infeksi ini mata akan
atropi dan ayam mengalami kebutaan.
Meningitis.
coligranuloma.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan peran gen virulensi putatif
yang baru diidentifikasi dan gen dengan fungsi yang tidak diketahui sebagai penanda
virulensi APEC untuk memperkuat pemahaman saat ini tentang mekanisme yang
mendasari patogenesis colibacillosis unggas.
Penularan E. coli yang terjadi melalui telur tetas akan menyebabkan kematian
dini yang tinggi pada anak ayam. Anak ayam yang dihasilkan dari telur yang
terkontaminasi akan mengandung sejumlah besar E. coli di dalam usus atau feses,
sehingga akan berakibat terjadinya penularan yang cepat pada suatu populasi tertentu.
Sumber penularan terpenting pada telur adalah feses yang mengandung E. coli yang
mengkontaminasi dan menembus kerabang telur serta selaput telur. Pencemaran telur
oleh E.coli bisa terjadi di ovarium maupun oviduk yang terinfeksi oleh bakteri tersebut.