Anda di halaman 1dari 18

ILMU DASAR KEPERAWATAN II

MIKROBIOLOGI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. Fira Alsyafirani ( 0432950319044 )


2. Muhamad Rizky Pratama ( 0432950319028 )
3. Muslima ( 0432950319033 )
4. Nabila Fitriany Kusuma Ekaputri ( 0432950319005 )
5. Silvia Eka Yuhana ( 0432950319032 )
6. Siti Rofika Mailani ( 0432950319040 )
7. Virgiyani ( 0432950319043 )

Dosen Pengampu : Mawar Afiah, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

BEKASI

2020
A. E.COLLI

Escherichia coli (biasa disingkat E.coli) adalah salah satu jenis spesies bakteri
Gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat
ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E.coli tidak berbahaya, tetapi beberapa,
seperti E.coli tipe 0157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada
manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin.
Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S Rrna,
sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang
belum masak , seperti daging hamburger yang belum matang.

E.coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi


vitamin K2, atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus. E.coli banyak digunakan
dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vector untuk menyisipkan
gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan E.coli dipilih karena
pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. Negara-negara di Eropa
sekarang sangat mewaspadai penyebaran bakteri E.coli ini, mereka bahkan melarang
mengimpor sayuran dari luar.

 Gejala

Beberapa gejala yang timbul akibat bakteri ini :

1. Diare ringan, diare tingkat sedang dan bahkan diare terparah sampai berdarah
2. Demam
3. Perut terasa keram
4. Mengalami dehidrasi
5. Nafsu makan berkurang
6. Mual
 Pencegahan
Pencegahannya dapat di lakukan dengan mencuci makanan hingga bersih, rajin
mencuci makanan, masak daging dengan tingkat kematangan yang seharusnya.

Klasifikasi ilmiah Eschericha coli :


 Domain : Bacteria
 Phylum : proteobacteria
 Order : enterobacteriacea
 Family : enterobacteriaceae
 Genus : Eschericha
 Spesies : Escherichia coli

Morfologi Eschericha coli


Eschericha coli umumnya merupakan bakteri pathogen yang banyak ditemukan
pada saluran pencernaan manusia sebagai flora normal. Morfologi bakteri ini adalah kuman
berbentuk batang pendek (coccobasill), gram negative,ukuran 0,4-0,7 um x 1-3 um, sebagai
besar gerak positif dan beberapa strain mempunyai kapsul.

 Patogenesis
1. E. coli enteropatogen (EPEC)

Merupakan penyebab diare terpenting pada bayi, terutama di Negara berkembang.


Mekanismenya adalah dengan cara melekatkan dirinya padas sel mukosa usus kecil dan
membentuk filamentous actin pedestal sehingga menyebabkan diare cair (“watery
diarrheae”) yang bisa sembuh dengan sendirinya atau berlanjut menjadi kronis.

 Distibusi penyakit ; sejak akhir tahun 1960an, EPEC tidak lagi sebagai penyebab
utama diare pada bayi di amerika utara dan eropa. Namun EPEC masih sebagai
penyebab utama diare pada bayi di beberapa Negara sedang berkembang seperti
amerika selatan, afrika bagian selatan dan asia.
 Reservoir : manusia
 Cara penularan : dari makanan bayi dan makanan tambahan yang terkontaminasi. Di
tempat perawatan bayi penularan dapat terjadi melalui alat-alat dan tangan yang
terkontaminasi jika kebiasaan mencuci tangan yang benar di abaikan.
 Masa penularan : tergangtung lamanya ekskresi EPEC melalui tinja dan dapat
berlangsung lama.
 Kerentanan dan kekebalan : walaupun fakta menunjukan bahwa mereka yang rentan
terhadap infeksi adalah bayi namun tidak di ketahui apakah hal ini disebabkan oleh
factor kekebalan ataukah ada hubungannya dengan factor umum atau factor lain
yang tidak spesifik. Oleh karena itu diare ini dapat ditimbulkan melalui percobaan
pada sukarelawan dewasa maka kekebalan spesifik menjadi penting dalam
menentukan tingkat kerentanan. Infeksi EPEC jarang terjadi pada bayi yang
menyusui (mendapat ASI). Diare seperti ini dapat disembuhkan dengan pemberian
antibiotika.

2. E.coli Enterotoksigenik (ETEC)


Merupakan penyebab diare umum pada bayi di Negara berkembang seperti
Indonesia. Berbeda dengan EPEC, E. coli jenis ini memproduksi beberapa jenis eksotoksin
yang tahan maupun tidak tahan panas dibawah kontrol genetis plasmid. Pada umumnya,
eksotoksin yang dihasilkan bekerja dengan cara merangsang sel epitel usus untuk
menyekresi banyak cairan sehingga terjadi diare.
 Identifikasi : penyebab utama “Travelers diarrhea” orang-orang dari Negara
berkembang. Penyakit ini juga sebagai penyebab utama dehidrasi pada bayi dan
anak di Negara berkembang. Strain enterotoksigenik dapat mirip dengan vibrio
cholera dalam hal menyebabkan diare akut yang berat (profuse watery diarrhea)
tanpa darah atau lender (mucus). Gejala ini berupa kejang perut, muntah,
asidosis, lemah dan dehidrasi dapat terjadi, demam ringan dapat/tidak terjadi:
gejala biasanya berakhir lebih dari 5 hari. ETEC dapat di identifikasi dengan
adanya produksi enterotoksin dengan teknik immunoassays, bioassay atau
dengan teknik pemeriksaan prode DNA yang mengidentifikasikan gen LT dan
ST (untuk toksin tidak tahan panas dan toksin panas) dalam blot koloni.
 Penyebab penyakit : ETEC yang membuat enterotoksin tidak tahan panas (a
heat lable enterotoxin LT) atau toksin tahan panas (a heat stable toxin ST) atau
memproduksi kedua toksin tersebut (LT/ST).
 Distribusi penyakit : penyakit yang muncul terutama di Negara yang sedang
berkembang. Dalam 3tahun pertama dari kehidupan, hampir semua anak-anak
di Negara-negara berkembang mengalami berbagai macam infeksi ETEC yang
menimbulkan kekebalan. Oleh karena itu penyakit itu penyakit ini jarang
menyerang anak yang lebih tua dan orang dewasa. Infeksi terjadi di antara para
pelancong yang berasal dari Negara-negara maju yang berkunjung ke Negara-
negara berkembang. Beberapa KLB ETEC baru-baru ini terjadi di amerika
serikat.
 Reservoir : manusia. Infeksi ETEC terutama oleh spesies khusus, manusia
merupakan reservoir strain penyebab diare pada manusia.
 Cara penularan : melalui makanan yang tercemar dan jarang, air minum yang
tercemar. Khususnya penularan melalui makanan tambahan yang tercemar
merupakan cara penularan yang 165 paling penting terjadinya infeksi pada bayi.
Penularan melalui kontak langsung tangan yang tercemar tinja jarang terjadi.

3. E.coli Enterohemoragik (EHEC) dan galur yang memproduksi verotoxin


(VTEC)
Di Negara maju seperti amerika serikat dan kanada, VTEC menyebabkan sejumlah
kejadian luar biasa diare dan kolitis hemoragik. Penyakit ini bersifat akut dan bisa sembuh
spontan, penyakit ini ditandai dengan gejala nyeri abdomen, diare disertai darah, gejala
seperti ini merupakan komplikasi dari diare ringan.
Kategori E.coli penyebab diare ini dikenal pada tahun 1982 ketika terjadi suhu KLB
colitis hemoragika di amerika serikat yang disebabkan oleh serotype yang tidak lazim,
E.coli 0157:H7 yang sebelumnya tidak terbukti sebagai pathogen enteric. EHEC
menghasilkan verotoksin. Verotoksin memiliki banyak sifat yang serupa dengan toksin.
Diare dapat bervariasi mulai dari yang ringan tanpa darah sampai dengan terlihat darah
dengan jelas dalam tinja tetapi tidak mengandung lekosit.
Yang paling ditakuti dari infeksi EHEC adalah sindroma uremia hemolitik (HUS)
dan purpura trombotik trombositopenik (TTP). Kira-kira 2-7% dari diare karena EHEC
berkembang lanjut menjadi HUS. EHEC mengeluarkan sitotoksin kuat yang disebut toksin
shiga 1 dan 2. Toksin shiga 1 identik dengan toksin shiga yang dikeluarkan oleh shigella
dysentriae 1.

4. Enteroinvasif E coli (EIEC)

Menimbulkan penyakit yang sangat mirip shigelosis. Penyakit ini terjadi paling
sering pada anak-anak di Negara berkembang dan pada pengunjung Negara-negara
tersebut. Seperti shigela, strain EIEC tidak memfermentasikan laktosa atau
memfermentasikan laktosa dengan lambat dan nonmotil. EIEC menimbulkan penyakit
dengan menginvasi sel epitel mukosa usus.

5. Enteroagregatif E coli (EAEC)

Menyebabkan diare akut dan kronik (durasi > 14 hari) pada masyarakat di Negara
berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui makanan
di Negara industri. Organisme ini ditandai oleh pola perlekatannya yang khas pada sel
manusia. EAEC mmenghasilkan toksin mirip ST dan hemolisin.

 Penyebaran bakteri E.coli


Penyebaran bakteri E-coli bisa melalui tiga jalam, yakni antarorang, makanan-
minuman, serta binatang.

 Jalan masuk bakteri dalam menginfeksi manusia

Bakteri berkembang biak bila ada tempat yang memungkinkan untuk melakukan
perkembangbiakan. Tempat kolonisasi bakteri didalam hospes menentukan apakah dapat
menular atau tidak.

 Portal masuk

Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit


merupakan barrier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit
atau ketidak utuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam
tubuh melalui rute yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya
tahan tubuh memperbesar kesempatan pathogen masuk ke dalam tubuh.

 Perkembangan bakteri
 Fase lag (fase penyesuaian)
Fase lag merupakan fase yang diterbitkan bakteri dengan lingkungan yang baru.
Lama fase lag pada bakteri sangat bervariasi, tergantung pada komposisi
media,pH,suhu,aerasi, jumlah sel pada inoculum awal dan sifat fisiologis
mikroorganisme pada media sebelumnya. Ketika sel telah menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru maka sel mulai membelah hingga mencapai yang
maksimum. Fase ini disebut fase logaritma atau fase eksponensial. Pada fase ini
tidak ada pertambahan populasi, ganti bertambah dalam komposisi kimia dan
tambah ukuran, substansi intraseluler meningkat.
 Logaritma fase / eksponensial
Log fase / eksponensial ditandai dengan periode pertumbuhan yang cepat. Setiap sel
dalam populasi membelah menjadi dua sel. Variasi tingkat pertumbuhan bakteri
pada fase eksponensial ini sangat ditentukan oleh sifat genetic yang diperolehnya.
Selain itu, pertumbuhan juga tergantung pada kadar nutrisi dalam media, suhu
inkubasi, kondisi pH dan aerasi.jumlah yang mati dan jumlah sel yang hidup.
 Fase stasioner
Fase stasioner terjadi pada saat pertumbuhan bakteri sama dengan laju kematiannya.
Sehingga jumlah bakteri keseluruhan bakteri akan tetap. Kesimbangan jumlah
keseluruhan bakteri ini terjadi karena adanya derajat pembelahan sel. Hal ini
disebabkan oleh nutrisi yang berkurang dan terjadi akumulasi produk toksik
sehingga terjadi pembelahan sel. Fasion stasioner ini melanjutkan dengan fase
kematian yang ditandai dengan peningkatan laju kematian yang melampaui laju
pertumbuhan, demikian halnya dengan seluruh penurunan jumlah bakteri
 Fase kematian
Fase kematian merupakan fase dimana laju kematian lebih besar.

 Factor-faktor yang mempengaruhi bakteri

Morfologi dan siklus hidup, morfologi dan siklus hidup Entamoeba coli adalah sebagai
berikut:

a. Stadium trofozoid 15-30 mikron, berbentuk lonjong atau bulat. Stadium ini
mempunyai sebuah inti entamoeba, dengan kareosom kasar dan biasanya
letaknya eksentrik butir-butir kromatin perifer juga kasar dan letaknya tidak
merata.
b. Ektoplasma tidak nyata, hanya tampak bila pseudopodium dibentuk
pseudopodium lebar, dibentuk perlahan-lahan, sehingga pergerakannya lambat.
c. Endoplasma bervakuol, mengandung bakteri dan sisa makanan tidak
mengandung sel darah merah. Stadium ini tidak dapat dibedakan dari bentuk
minuta entamoeba histolytica. Cara berkembangbiaknya dengan belah pasang.
d. Stadium trofozoid biasanya ditemukan dalam tinja lembek atau cair. Stadium
kista bulat atau lonjong berukuran 15-22 mikron. Dinding kista tebal berwarna
hitam. Dalam tinja biasanya kista berinti 2 atau 8. Kista yang berinti 2
mempunyai vakuol glikogen yang besar dan benda kromatoid yang halus.
Biasanya benda kromatoid dari kista entamoeba coli tersebut ramping dengan
ujung runcing atau tidak teratur jadi berbeda cerutu atau liseng pada entamoeba
histolytica.
e. Kista matang yang berinti dan biasanya tidak lagi mengandung vakuol glikogen
dan benda kromatoid.
B. TUBERCULOSIS
 klasifikasi

Taksonomi mycobacterium tuberculosis

• Kingdom : Plant

• Phylum : Scizophyta

• Klas : Scizomycetes

• Ordo : Actinomycetales

• Family : Mycobacteriaceae

• Genus : Mycobacterium

• Spesies : Mycobacterium tuberculosis

 Pengertian

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab penyakit tuberkulosa.


Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 maret 1882 oleh
Robert Koch. Bakteri ini juga disebut abasilus Koch.

Morfologi

a. Bentuk

Kuman Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok,


berukuran panjang 5 u dan lebar 3 u. Dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen akan tampak
berwarna merah dengan latar belakang biru, seperti berikut :

b. Penanaman / kultur

Bahkan kadang-kadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37 C, tidak tumbuh pada
suhu 25 C atau lebih dari 40 C. Media padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-
jensen. (Depkes,2008).
c. Sifat dan Daya tahan

Mycobacterium tuberculosis dapat mati jika terkena cahaya matahari langsung


selama 2 jam. Karena kuman ini tidak tahan terhadap sinar matahari ultra violet.
Mycobacterium tuberculosis mudah menular, mempunyai daya tahan tinggi dan mampu
bertahan hidup beberapa jam ditempat gelap dan lembab. Oleh karena itu, dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat dormant (tidur), tertidur lama selama beberapa tahun. Basil yang ada
dalam percikan dahak dapat bertahan hidup 8-10 hari.

 Etiologi

Penyebab dari tuberculosis atau agens infeksius utamanya yaitu Mycobacterium


tuberculosis, yakni batang aerobim tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smeltzer dan Bare 2002).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular langsung yang biasanya menyerang


paru-paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, bakteri ini berbentuk batang, tidak
membentuk spora dan termasuk bakteri aerob. Pada pewarnaan Ziehl Neelsen maka warna
tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam, karena Mycobacterium tuberculosis
mempunyai lapisan dinding lipid yang tahan terhadap asam dan asam mycolat yang
mengikat warna carbol fuchsin saat pewarnaan Ziehl Neelsen. Oleh karena itu, disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA).

 Tuberculosis paru

Menurut muttaqin (2012) tuberculosis dibagi menjadi dua

1) Tuberculosis primer

Tuberculosis (TBC) primer adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dari


penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Bila bakteri Mycobacterium tuberculosis terhirup dari udara melalui saluran
pernapasan, bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli.
Jika pada proses ini, bakteri ditangkap oleh makrofag yanhg lemah, bakteri akan
berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah itu dan menghancurkan makrofag.

2) Tuberculosis sekunder

Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil dari bakteri
Mycobacterium tuberculosis masih hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut.
Sebanyak 90% di antaranya tidak mengalami kekambuhan. Reaktivasi penyakit TBC
(Mycobacterium tuberculosis pascaprimer/ Mycobacterium tuberculosis sekunder) terjadi
apabila daya tahan tubuh menurun, alkoholisme, keganasan, silikosis, diabetes mellitus, dan
AIDS.

 Gejala

• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam

• Serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul

• Penurunan nafsu makan dan berat badan

• Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)

• Perasaan tidak enak (malaise) dan lemah

Tuberculosis paru termasuk insidius. Sebagian besar klien menunjukkan demam


tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri dada,
dan batuk menetap. Batuk pada awalnya bersifat nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke
arah pembentukan sputum mukoporulen dengan hemoptisis.

Tuberkulosis mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku tidak


biasa, perubahan status mental, demam, anoreksia, dan penurunan berat badan. Basil TB
dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman ( Smeltzer dan Bare, 2002).

 Cara penularan

Penularan penyakit ini sangat cepat karena ditularkan melalui saluran pernafasan
seperti udara dari mulut, batuk, air minum, makanan, atau ludah penderita TBC. Selain
manusia, hewan dapat terinfeksi dan menular penyakit TBC melalui kotorannya. Jika
kotoran hewan yang terinfeksi itu terhirup oleh manusia maka pembuka peluang manusia
akan terinfeksi juga penyakit TBC. Selain itu, merokok dapat menurunkan daya tahan dari
paru-paru, sehingga relatif akan mempermudah terkena TBC. Penyakit ini bersifat menaruh
atau berjalan kronis sehingga gejala klinisnya baru muncul jika sudah parah.

 Individu yang berisiko tinggi tertular tuberculosis adalah sebagai berikut :

• Kontak dekat dengan seorang yang TBC aktif.

• Individu imunosuresif (termasuk lansia, klien kanker, mereka yang sedang dalam
terapi kortikosteroid, atau yang terinfeksi dengan HIV).

• Pengguna obat intravena (IV) dan alkoholik.

• Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma, tahanan,


etnik, dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa
muda antara usia 15 sampain 44 tahun).

• Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalnya
diabetes mellitus, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass
gastrektomi).

• Imigran dari negara dengan insiden TBC yang tinggi (Asia Tenggara, Afrika,
Amerika Latin dan Karibia).

• Setiap individu yang tinggal di institusi, misalnya fasilitas perawatan jangka


panjang (institusi psikiatrik dan penjara)

• Individu yang tinggal di daerah perumahan kumuh.

• Petugas kesehatan.

 Hal yang dilakukan untuk menghindari tuberculosis


• Hindari kontak dengan percikan batuk penderita
• Jangan menggunakan alat-alat makan/minum/mandi bersamaan dengan penderita.
• Sirkulasi udara dan sinar matahari di rumah harus baik.
• Pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk memberikan
perlindungan.

 Penanganan

• Penanganannya dengan memberikan antibiotik kepada penderita. Pengobatan TBC


memerlukan waktu antara 6 sampai 9 bulan. Walaupun gejala penyakit TBC sudah
hilang, pengobatan tetap harus dilakukan sampai tuntas, karena bakteri
Mycobacterium tuberculosis sebenarnya masih berada dalam keadaan aktif dan siap
membentuk resistensi terhadap obat. Kombinasi beberapa obat TBC diperlukan
karena untuk menghadapi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang berada dalam
berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang cepat.

• Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas bila penderita mengikuti anjuran
tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis
yang dianjurkan, serta mengonsumsi makanan yang bergizi cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya.

 Penatalaksanaan

Terapi umum pada TBC yaitu istirahat, diet bebas atau tinggi kalori tinggi protein
(TKTP), dan medika mentosa. Pencegahan penularan adalah sebagai berikut :

• Kasus dengan penderita positif harus diobati secara efektif agar tidak menular
terhadap orang lain.

• Bila kontak langsung dengan penderita tuberculosis sebaiknya lakukan pemeriksaan


tuberkulin dan foto toraks.

• Pada anak-anak lakukan vaksinasi BCG.


• Pada penderita tuberculosis paru positif sebaiknya dilakukan isolasi dalam
pengobatan dan perawatannya.

 Komplikasi
1. TBC tulang
2. Pott’s disease (rusaknya tulang belakang)
3. Pulmonary destruction
4. Efusi pleura
5. TBC milier
6. Meningitis TBC

 PENGOBATAN PENYAKIT TUBERCILOSIS

Pengobatan TBC harus dilakukan secara tepat sehingga secara tdak langsung akan
mencegah penyebaran penyakit ini. Berikut adalah beberapa obat yang biasanya digunakan
dalam pengobatan penyakiy TBC:

1) Isoniazid (INH)

Obat yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) ini merupakan


produg yang perlu diaktifkan dengan enzim katalase untuk menimbulkan efek. Bekerja
dengan menghambat pembentukan dinding sel mikrobakteri.

2) Rifampisin/ Rifampin
Bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah transkripsi
RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri.
3) Pirazinamid
Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan asam lemak
yang di perlukan dalam pertumbuhan bakteri.
4) Streptomisin
Termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat membunuh sel mikroba
dengan cara menghambat sintesis protein.
5) Ethambutol
Bersifat bakteriostatik. Bekerja dengan menggangu pembentukan dinding sel
dengan meningkatkan permeabilitas dinding.
6) Fluoroquinolone
Fluoroquinolone adalah obat yang menghambat replikasi bakteri M.Tuberculosis.
Replikasi dihambat melalui interaksi dengan enzim gyrase, salah enzim yang mutlak
diperlukan dalam proses replikasi bakteri M.Tuberculosis. Enzim ini tepatnya bekerja
pada proses perubahan struktur DNA dari bakteri, yaitu perubahan dari struktur double
helix menjadi super coil. Dengan struktur coil ini DNA lebih mudah dan praktis
disimpan didalam sel. Pada proses tersebut enzim gyrase berikatan dengan DNA, dan
memotong salah satu rantai DNA dan kemudian menyambug kembali. Dalam proses ini
terbentuk produk sementara (intermediate product) berupa ikatan antara enzim gyrase
dan DNA (kompleks gyrase-DNA).
Referensi

• Ryan KJ; Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th ed.).
McGraw Hill.

• http://www.scribd.com/doc/31733293/Makalah-Mycobacterium-Tuberculosis

• http://www.Infeksi.com/tuberculosis

Anda mungkin juga menyukai