MIKROBIOLOGI
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
BEKASI
2020
A. E.COLLI
Escherichia coli (biasa disingkat E.coli) adalah salah satu jenis spesies bakteri
Gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat
ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E.coli tidak berbahaya, tetapi beberapa,
seperti E.coli tipe 0157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada
manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin.
Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S Rrna,
sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang
belum masak , seperti daging hamburger yang belum matang.
Gejala
1. Diare ringan, diare tingkat sedang dan bahkan diare terparah sampai berdarah
2. Demam
3. Perut terasa keram
4. Mengalami dehidrasi
5. Nafsu makan berkurang
6. Mual
Pencegahan
Pencegahannya dapat di lakukan dengan mencuci makanan hingga bersih, rajin
mencuci makanan, masak daging dengan tingkat kematangan yang seharusnya.
Patogenesis
1. E. coli enteropatogen (EPEC)
Distibusi penyakit ; sejak akhir tahun 1960an, EPEC tidak lagi sebagai penyebab
utama diare pada bayi di amerika utara dan eropa. Namun EPEC masih sebagai
penyebab utama diare pada bayi di beberapa Negara sedang berkembang seperti
amerika selatan, afrika bagian selatan dan asia.
Reservoir : manusia
Cara penularan : dari makanan bayi dan makanan tambahan yang terkontaminasi. Di
tempat perawatan bayi penularan dapat terjadi melalui alat-alat dan tangan yang
terkontaminasi jika kebiasaan mencuci tangan yang benar di abaikan.
Masa penularan : tergangtung lamanya ekskresi EPEC melalui tinja dan dapat
berlangsung lama.
Kerentanan dan kekebalan : walaupun fakta menunjukan bahwa mereka yang rentan
terhadap infeksi adalah bayi namun tidak di ketahui apakah hal ini disebabkan oleh
factor kekebalan ataukah ada hubungannya dengan factor umum atau factor lain
yang tidak spesifik. Oleh karena itu diare ini dapat ditimbulkan melalui percobaan
pada sukarelawan dewasa maka kekebalan spesifik menjadi penting dalam
menentukan tingkat kerentanan. Infeksi EPEC jarang terjadi pada bayi yang
menyusui (mendapat ASI). Diare seperti ini dapat disembuhkan dengan pemberian
antibiotika.
Menimbulkan penyakit yang sangat mirip shigelosis. Penyakit ini terjadi paling
sering pada anak-anak di Negara berkembang dan pada pengunjung Negara-negara
tersebut. Seperti shigela, strain EIEC tidak memfermentasikan laktosa atau
memfermentasikan laktosa dengan lambat dan nonmotil. EIEC menimbulkan penyakit
dengan menginvasi sel epitel mukosa usus.
Menyebabkan diare akut dan kronik (durasi > 14 hari) pada masyarakat di Negara
berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui makanan
di Negara industri. Organisme ini ditandai oleh pola perlekatannya yang khas pada sel
manusia. EAEC mmenghasilkan toksin mirip ST dan hemolisin.
Bakteri berkembang biak bila ada tempat yang memungkinkan untuk melakukan
perkembangbiakan. Tempat kolonisasi bakteri didalam hospes menentukan apakah dapat
menular atau tidak.
Portal masuk
Perkembangan bakteri
Fase lag (fase penyesuaian)
Fase lag merupakan fase yang diterbitkan bakteri dengan lingkungan yang baru.
Lama fase lag pada bakteri sangat bervariasi, tergantung pada komposisi
media,pH,suhu,aerasi, jumlah sel pada inoculum awal dan sifat fisiologis
mikroorganisme pada media sebelumnya. Ketika sel telah menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru maka sel mulai membelah hingga mencapai yang
maksimum. Fase ini disebut fase logaritma atau fase eksponensial. Pada fase ini
tidak ada pertambahan populasi, ganti bertambah dalam komposisi kimia dan
tambah ukuran, substansi intraseluler meningkat.
Logaritma fase / eksponensial
Log fase / eksponensial ditandai dengan periode pertumbuhan yang cepat. Setiap sel
dalam populasi membelah menjadi dua sel. Variasi tingkat pertumbuhan bakteri
pada fase eksponensial ini sangat ditentukan oleh sifat genetic yang diperolehnya.
Selain itu, pertumbuhan juga tergantung pada kadar nutrisi dalam media, suhu
inkubasi, kondisi pH dan aerasi.jumlah yang mati dan jumlah sel yang hidup.
Fase stasioner
Fase stasioner terjadi pada saat pertumbuhan bakteri sama dengan laju kematiannya.
Sehingga jumlah bakteri keseluruhan bakteri akan tetap. Kesimbangan jumlah
keseluruhan bakteri ini terjadi karena adanya derajat pembelahan sel. Hal ini
disebabkan oleh nutrisi yang berkurang dan terjadi akumulasi produk toksik
sehingga terjadi pembelahan sel. Fasion stasioner ini melanjutkan dengan fase
kematian yang ditandai dengan peningkatan laju kematian yang melampaui laju
pertumbuhan, demikian halnya dengan seluruh penurunan jumlah bakteri
Fase kematian
Fase kematian merupakan fase dimana laju kematian lebih besar.
Morfologi dan siklus hidup, morfologi dan siklus hidup Entamoeba coli adalah sebagai
berikut:
a. Stadium trofozoid 15-30 mikron, berbentuk lonjong atau bulat. Stadium ini
mempunyai sebuah inti entamoeba, dengan kareosom kasar dan biasanya
letaknya eksentrik butir-butir kromatin perifer juga kasar dan letaknya tidak
merata.
b. Ektoplasma tidak nyata, hanya tampak bila pseudopodium dibentuk
pseudopodium lebar, dibentuk perlahan-lahan, sehingga pergerakannya lambat.
c. Endoplasma bervakuol, mengandung bakteri dan sisa makanan tidak
mengandung sel darah merah. Stadium ini tidak dapat dibedakan dari bentuk
minuta entamoeba histolytica. Cara berkembangbiaknya dengan belah pasang.
d. Stadium trofozoid biasanya ditemukan dalam tinja lembek atau cair. Stadium
kista bulat atau lonjong berukuran 15-22 mikron. Dinding kista tebal berwarna
hitam. Dalam tinja biasanya kista berinti 2 atau 8. Kista yang berinti 2
mempunyai vakuol glikogen yang besar dan benda kromatoid yang halus.
Biasanya benda kromatoid dari kista entamoeba coli tersebut ramping dengan
ujung runcing atau tidak teratur jadi berbeda cerutu atau liseng pada entamoeba
histolytica.
e. Kista matang yang berinti dan biasanya tidak lagi mengandung vakuol glikogen
dan benda kromatoid.
B. TUBERCULOSIS
klasifikasi
• Kingdom : Plant
• Phylum : Scizophyta
• Klas : Scizomycetes
• Ordo : Actinomycetales
• Family : Mycobacteriaceae
• Genus : Mycobacterium
Pengertian
Morfologi
a. Bentuk
b. Penanaman / kultur
Bahkan kadang-kadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37 C, tidak tumbuh pada
suhu 25 C atau lebih dari 40 C. Media padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-
jensen. (Depkes,2008).
c. Sifat dan Daya tahan
Etiologi
Tuberculosis paru
1) Tuberculosis primer
2) Tuberculosis sekunder
Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil dari bakteri
Mycobacterium tuberculosis masih hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut.
Sebanyak 90% di antaranya tidak mengalami kekambuhan. Reaktivasi penyakit TBC
(Mycobacterium tuberculosis pascaprimer/ Mycobacterium tuberculosis sekunder) terjadi
apabila daya tahan tubuh menurun, alkoholisme, keganasan, silikosis, diabetes mellitus, dan
AIDS.
Gejala
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam
Cara penularan
Penularan penyakit ini sangat cepat karena ditularkan melalui saluran pernafasan
seperti udara dari mulut, batuk, air minum, makanan, atau ludah penderita TBC. Selain
manusia, hewan dapat terinfeksi dan menular penyakit TBC melalui kotorannya. Jika
kotoran hewan yang terinfeksi itu terhirup oleh manusia maka pembuka peluang manusia
akan terinfeksi juga penyakit TBC. Selain itu, merokok dapat menurunkan daya tahan dari
paru-paru, sehingga relatif akan mempermudah terkena TBC. Penyakit ini bersifat menaruh
atau berjalan kronis sehingga gejala klinisnya baru muncul jika sudah parah.
• Individu imunosuresif (termasuk lansia, klien kanker, mereka yang sedang dalam
terapi kortikosteroid, atau yang terinfeksi dengan HIV).
• Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalnya
diabetes mellitus, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass
gastrektomi).
• Imigran dari negara dengan insiden TBC yang tinggi (Asia Tenggara, Afrika,
Amerika Latin dan Karibia).
• Petugas kesehatan.
Penanganan
• Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas bila penderita mengikuti anjuran
tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis
yang dianjurkan, serta mengonsumsi makanan yang bergizi cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Penatalaksanaan
Terapi umum pada TBC yaitu istirahat, diet bebas atau tinggi kalori tinggi protein
(TKTP), dan medika mentosa. Pencegahan penularan adalah sebagai berikut :
• Kasus dengan penderita positif harus diobati secara efektif agar tidak menular
terhadap orang lain.
Komplikasi
1. TBC tulang
2. Pott’s disease (rusaknya tulang belakang)
3. Pulmonary destruction
4. Efusi pleura
5. TBC milier
6. Meningitis TBC
Pengobatan TBC harus dilakukan secara tepat sehingga secara tdak langsung akan
mencegah penyebaran penyakit ini. Berikut adalah beberapa obat yang biasanya digunakan
dalam pengobatan penyakiy TBC:
1) Isoniazid (INH)
2) Rifampisin/ Rifampin
Bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah transkripsi
RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri.
3) Pirazinamid
Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan asam lemak
yang di perlukan dalam pertumbuhan bakteri.
4) Streptomisin
Termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat membunuh sel mikroba
dengan cara menghambat sintesis protein.
5) Ethambutol
Bersifat bakteriostatik. Bekerja dengan menggangu pembentukan dinding sel
dengan meningkatkan permeabilitas dinding.
6) Fluoroquinolone
Fluoroquinolone adalah obat yang menghambat replikasi bakteri M.Tuberculosis.
Replikasi dihambat melalui interaksi dengan enzim gyrase, salah enzim yang mutlak
diperlukan dalam proses replikasi bakteri M.Tuberculosis. Enzim ini tepatnya bekerja
pada proses perubahan struktur DNA dari bakteri, yaitu perubahan dari struktur double
helix menjadi super coil. Dengan struktur coil ini DNA lebih mudah dan praktis
disimpan didalam sel. Pada proses tersebut enzim gyrase berikatan dengan DNA, dan
memotong salah satu rantai DNA dan kemudian menyambug kembali. Dalam proses ini
terbentuk produk sementara (intermediate product) berupa ikatan antara enzim gyrase
dan DNA (kompleks gyrase-DNA).
Referensi
• Ryan KJ; Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th ed.).
McGraw Hill.
• http://www.scribd.com/doc/31733293/Makalah-Mycobacterium-Tuberculosis
• http://www.Infeksi.com/tuberculosis