Latar Belakang
Tujuan
Klasifikasi
Kingdom : Procaryotae
Fhylum : Protophyta
Kelas : Schzommycetes
Ordo : Eurobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Grouping
Strain E.coli dari tipe ini tidak memproduksi racun dan sifat-sifat
patogennya tidak jelas. Pemeriksaan terakhir untuk tipe ini dilakukan dengan slide
aglutinasi menggunakan sera diagnostika.
Strain Escherichia coli tipe ini dapat menimbulkan penyakit diare seperti
pada Shigella. Identifikasi bakteri ini dapat dilakukan dengan Sereny test yaitu
dengan meneteskan suspensi pekat bakteri ini pada mata marmut.
PATOGENESIS
E. coli terdiri dari beragam strain. Strain E. coli yang patogenik
dikelompokkan menjadi enam patotipe yang secara kolektif disebut sebagai
diarrheagenic E. coli (CDC 2015). Enam kategori tersebut yaitu Shiga toxin-
producing E. coli (STEC), enterotoxigenic E. coli (ETEC), enteropathogenic E.
coli (EPEC), enteroaggregative E. coli (EAEC), enteroinvasive E. coli (EIEC),
dan diffusely adherent (DAEC). STEC adalah patogen yang dapat menyebabkan
kolitis hemoragik hingga hemolytic uremic syndrome (HUS). STEC melepaskan
toksin yang disebut Stxs. Toksin tersebut bekerja dengan menghentikan sintesis
protein pada sel inang yang berujung pada kematian sel (Melton-Celsa 2012).
Dari banyaknya strain E.Coli yang ada tedapat satu strain yang
memproduksi toxin Shiga yaitu E. Coli 0157:H7. Toxin ini dapat melisiskan RBC
sehingga dapat menyebabkan HUS. Hemolytic uremic syndrome ditandai dengan
menurunnya urinasi, lethargy, serta mukosa mata memucat. Pada 25% penderita
HUS terjadi komplikasi sistem syaraf yang menyebabkan stroke dan
menyebabkan adanya thrombus RBC di kapiler darah maupun otak. HUS dapat
menyebabkan edema pulmonum serta pembendungan darah pada kaki dan tangan
(Youn 2017).
Pelaporan penyakit
Dokter hewan dan para pihak lain yang terlibat harus mengikuti kebijakan
nasional/lokal untuk melaporkan kasus kejadian penyakit infeksius.
Desinfeksi
E coli dapat diinaktifasi dengan beberapa desinfektan seperti 1% sodium
hypoklorit, 70% ethanol, phenol atau iodin, glutaraldehyde dan formaldehid.
Larutan klorin dapat digunakan untuk mengurangi jumlah bakteri meskipun salah
satu studi menunjukkan jika pencucian dengan larutan cuka (asam asetat 6%)
lebih efektif. Bakteri ini juga inaktif dengan pemanasan uap (1210C atau 2500F
selama minimal 15 menit) atau pemanasan kering (160-1700 C atau 320-3380 F
selama minimal 1 jam). Radiasi ionisasi atau penggunaan bahan kimia seperti
sodium hypoclorite dan asam asetat dapat mengurangi atau memberantas
pertumbuhan E coli. Bakteri yang membentuk biofilm lebih sulit diberantas
sehingga harus dilakukan kombinasi dari pemanasan, desinfeksi fisik dan
desinfeksi kimia agar lebih efektif.
Pengobatan
Infeksi oleh E. coli dapat diobati menggunakan azithromycin,
sulfonamida, ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin dan
aminoglikosida. Aminoglikosida kurang baik diserap oleh gastrointestinal, dan
mempunyai efek toksik pada ginjal. Jenis antibiotik yang paling sering digunakan
adalah ampisilin. Ampisilin adalah asam organik yang terdiri dari satu inti siklik
dengan satu rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin
betalaktam, sedangkan rantai sampingnya merupakan gugus amino bebas yang
mengikat satu atom H (Ganiswarna 1995). Ampisilin memiliki spektrum kerja
yang luas terhadap bakteri Gram negatif, misalnya E. coli, H. Influenzae,
Salmonella, dan beberapa genus Proteus. Namun ampisilin tidak aktif terhadap
Pseudomonas, Klebsiella, dan Enterococci (Ganiswarna 1995). Ampisilin banyak
digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi saluran pernafasan, saluran cerna dan
saluran kemih (Tjay dan Raharja 2002).
SIMPULAN
Escherichia coli merupakan mikrofilaria usus yang tergolong sebagai
bakteri negatif gram berbentuk basil, tidak membentuk spora, umumnya motil
dengan bantuan flagella, dan dapat memfermentasikan laktosa.
DAFTAR PUSTAKA
Bibiana. 1994. Analisis Mikrobiologi Laboratorium. Jakarta (ID): Raja Grafindo
Pustaka.
Center for Food Security & Public Health. 2016. Escherichia coli. [Internet]
https://cfsph.iastate.edu [diakses pada 14 Oktober 2017].
Clements A, Young JC, Constantinou N, Frankel G. 2012. Infection strategies of
enteric pathogenic Escheerichia coli. Gut Microbes. 3 (2): 71-87.
Doyle MP, Padhye VS. 1989. Escherichia coli: In Foodborne Bacterial Pathogens.
New York (US): Marcel Dekker, Inc
Gani A. 2003. Metode Diagnostik Bakteriologi Ke-3. Makassar (ID): Balai Labora
torium Kesehatan.
Gross WB. 1978. Diseases of poultry. Iowa (US): Iowa State University Press.
Youn LJ, YoonJW, Hovde, Carolyn J. 2017.A brief overview of escherichia coli
o157:h7 and its plasmid o157. J Microbiol Biotechnol. 20(1): 514.