Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml/24 jam. Diare merupakan buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air
besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Sumber : IDAI, 2011
Secara garis besar klasifikasi bakteri E. coli berasal dari Filum Proteobacteria, Kelas
Gamma Proteobacteria, Ordo Enterobacterialis, Familia Enterobacteriae, Genus
Escherichia, Spesies Escherichia coli (Bergey’s, 2005). Secara morfologi E. coli berbentuk
batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 μm x 0,4 μm sampai 0,7 μm, gram negatif, tidak
bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora. E. coli dapat bertahan hingga suhu 60o C
selama 15 menit atau pada 55o C selama 60 menit (Pelzcar & Chan, 1986).
Penyakit yang mungkin akan muncul akibat dari adanya bakteri E. coli adalah jenis-jenis
penyakit yang dapat menular dengan mudah dari satu orang ke orang lain seperti diare,
muntaber, dan mual-mual. Masa inkubasi bakteri E. coli sekitar 6-24 jam hingga akhirnya
gejala semakin parah pada tubuh orang yang terjangkiti. Penyakit-penyakit yang
ditimbulkan oleh E. coli berupa infeksi saluran kemih dengan gejala yang timbul berupa
sering kencing, disuria, hematuria dan piuria. Infeksi piogenik seperti infeksi luka,
peritonitis, kolesistis dan meningitis (Bonang, 1992).
E. coli dan Streptococcus adalah penyebab utama meningitis pada bayi dan merupakan
penyebab pada sekitar 40% kasus meningitis neonatal (Jawetz, et al., 1996). E. coli
diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya dan setiap kelompok menimbulkan
penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Ada empat kelompok galur E. coli yang
patogen, yaitu :
Sumber : https://ulyadays.com/escherichia-coli/
13. Selain virus dan kuman, apalagi yang dapat menyebabkan diare ?
Parasit :
1. Balantidium coli 5. Giardia lamblia
2. Blastocystis homonis 6. Isospora belli
3. Cryptosporidium parvum 7. Strongyloides stercoralis
4. Entamoeba histolytica 8. Trichuris trichiura
Sumber: Buku Ajar Gastroenterologi Jilid 1 IDAI
16. Apa alat dan bahan yang digunakan untuk kultur feses ?
Alat :
Pispot yang bersih
Sarung tangan
Wadah spesimen dari plastik berlebel dengan penutup, hapusan steril pada tabung
untuk kultur feses
Dua spatel
Tissue
Slip permintaan dari laoratorium yang terisi lenkap
Penyegar udara
b. Persiapan sampel : Sampel sebaiknya tinja segar (pagi hari) sebelum sarapan pagi, atau
tinjabaru, defekasi spontan dan diperiksa dilaboratorium dalam waktu 2-3 jam setelah
defekasi(warm stool).Pasien diberitahu agar sampel tinja jangan tercampur dengan urin
atau sekresi tubuh lainnya.Bila sarana laboratorium jauh dan membutuhkan waktu yang
lebih lama, sampel sebaiknyadiberi pengawet buffered glycerol saline.
Sumber : https://dokumen.tips/documents/pemeriksaan-tinja-cara-cara.html
Sumber : https://www.infolabmed.com/2017/02/uji-kultur-darah-sputum-feses-
tenggorok.html
Sumber : https://www.sanbe-
farma.com/public/product_brosur/PI_INFUSAN_RL_IND.pdf
B.Farmakokinetik
1.Absorpsi: Cefotaxime diberikan secara injeksi sebagai garam natrium. Diabsorpsi
dengan cepat setelah injeksi intra muskular dengan rata-rata konsentrasi puncak plasma
sekitar 12 dan 20 ug/ml yang dilaporkan berturut-urut setelah 40 menit pemberian
Cefotaxime 0,5 dan 1 g. pada injeksi intravena Cefotaxime 0,5:1 atau 2 g rata-rata
konsentrasi puncak plasma berturut-urut 38:102 dan 215 ug/ml dicapai dalam konsentrasi
bervariasi antara 1 sampai 3 ug/ml setelah 4 jam. Waktu paruh plasma Cefotaxime sekitar
1 jam dan untuk metabolit aktif desocetylcepotaxime sekitar 1,5 jam. Waktu paruh
meningkat pada neonatus dan penderita dengan gangguan ginjal berat, terutama untuk
bentuk metabolit, dalam hal ini pengurangan dosis sangat diperlukan. Sekitar 40%
Cefotaxime dalam sirkulasi dilaporkan berikatan dengan protein plasma.
4.Ekskresi: Eliminasi Cefotaxime terutama melalui ginjal dan sekitar 40 sampai 60% dari
dosis ditemukan tidak berubah di urin dalam jangka waktu 24 jam; dan sisanya sebanyak
20% diekskresikan sebagai metabolit desacetyl. Probenesid akan berkompetensi dengan
Cefotaxime dalam halsekresi melalui tubulus ginjal yang akan mengakibatkan konsentrasi
plasma efotaxime dan metabolit desacetyl menjadi lebih tinggi dan lebih lama. Cefotaxime
dan metabolitnya dapat dihilangkan dengan hemodialis.
Sumber : http://www.ichrc.org/bab-5-diare
30. Apa saja yang dinilai untuk mengetahui prognosis suatu penyakit ?
Macam prognosis
1. Ad vitam (hidup)
2. Ad functionam (fungsi)
3. Ad sanationam (sembuh)
Jenis prognosis
• Sanam (sembuh)
• Bonam (baik)
• Malam (buruk/jelek)
• Dubia (tidak tentu/ragu-ragu)
1. Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik)
2. Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung buruk/jelek)
Sumber: https://id.wikibooks.org/wiki/Catatan_Dokter_Muda/Prognosis
d. Demam kontinyu
Pada demam tipe kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat.
e. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
Sumber:
http://erepo.unud.ac.id/10098/3/6d5d3ba933e4f51db1c25bfb85f92ebd.pdf
https://dokumen.tips/documents/pola-demam-pada-anak.html
Nelson, 2014 dan Ismoedjianto. 2016. Demam pada anak. Saripediatri 2(2): 103-108
43. Apa yang diperiksa pada inspeksi dan perkusi pemeriksaan paru?
Inspeksi
Inspeksi keadaan pada paru telah dicakup pada waktu inspeksi dada.
- Bentuk dan besar dinding dada
- Dada simetris atau tidak dalam keadaan statis maupun dinamis
- Gerakan dada saat bernafas
- Adakah deformitas pada dada
- Adakah pembonjolan, pembengkakan, jaringan parut
Perkusi
Perkusi paru dapat dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung. Perkusi langsung
dilakukan dengan mengetukkan ujung jari tengah atau telunjuk langsung ke dinding dada.
Cara yang lebih sering dikerjakan yaitu perkusi tidak labgsung yang dilakukan dengan
meletakkan 1 jari pada dinding dada dan mengetuknya dengan jari tangan yang lain.
Biasanya perkusi dilakukan mulai dari daerah supraklavikula, kemudian turun ke bawah,
setiap kali satu sela iga, dan tiap kali dibandingkan sisi kanan dan sisi kiri. Demikian pula
perkusi punggung. suara perkusi paru normal adalah sonor. Bunyi abnormal dapat berupa
hipersonor atau timpani, redup atau pekak.
Sumber: Wahidiyat I dan Sastroasmoro S. 2017. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak.
CV Sagung Seto: Jakarta
Sumber: https://www.slideshare.net/wwwsry/anatomi-dan-fisiologi-tht-kl
Sumber: http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-
who
55. Bagaimana cara pengkuran lingkar kepala pada anak usia 9 bulan ?
Lingkar kepala diukur dengan pita ukur yang tidak elastis, melingkar dari bagian atas
alis, melewati bagian atas telinga, sampai bagian paling menonjol di belakang kepala.
Ukuran lingkar kepala saat lahir snampai usia 2 tahun berkisar antara 35 - 49 cm.
Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi pada anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran
rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan otak; pengukuran berkala lebih memberi makna daripada
pengukuran sewaktu. Aplikasi terpenting dari pengukuran lingkar kepala adalah
mem”plot” hasil pengukuran tiap bulan pada grafik lingkar kepala Nellhause.
Intepretasi
- Lingkar kepala < sentil ke-5 atau < -2 SD menunjukkan adanya mikrosefali, dan
kemungkinan malnutrisi kronik pada masa intrauterin atau masa bayi/ anak dini.
- Lingkar kepala > sentil ke-95 atau >+ 2SD menunjukan adanya makrosefali.
(Sumber: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pengukuran-
lingkar-kepala-dan-ubun-ubun-besar dan Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak Edisi
ke-3, 2014)
56. Bagaimana cara pengukuran lingkar lengan atas pada anak usia 9 bulan ?
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak
berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan
pertumbuhan anak prasekolah.
Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut :
a. Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri,
yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan
pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan
sehingga ukurannya lebih stabil.
b. Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar ( dapat
digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
c. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur.
o
- Dolichocephaly /scaphocephaly. Scaphocephaly (Pengucapan: skaf-O-sef-aly), berasal
dari skaphe; Yunani (perahu ringan atau perahu), menggambarkan / mendeskripsikan berbagai
keadaan spesifik dari kepala yang memanjang sempit menyerupai perahu terbalik. Ini adalah jenis
gangguan sefalika yang terjadi ketika adanya penutupan prematur dari penutupan tulang sagital.
Penutupan tulang sagital bergabung bersama dua tulang parietal tengkorak. Scaphocephaly adalah
keadaan yang paling banyak ditemukan dari kondisi craniosynostosis yang ditandai oleh kepala
panajang dan sempit.
-
- Plagiocephaly adalah kondisi yang ditandai oleh distorsi asimetris (satu sisi datar) dari tengkorak.
Jika pendataran cranium terletak di kedua area anterior frontal bentuk plagicepephaly ini bisa di
kembalikan ke bentuk semula (normal). Plagiocephaly posterior yang unilateral mengacu pada
pendataran di daerah occipitoparietale. Kedua kondisi ini dapat diakibatkan baik pada saat proses
persalinan atau intrauterin. Pada Plagiocephaly synostotic anterior, penutupan sutura yang utuh
atau sebagian ataupun yang prematur, hasil dari synostotic dalam keadaan pelebaran dari fisura
palpebra ipsilateral bersamaan dengan perpindahan posterior dan superior tepi supraorbita
ipsilateral, alis dan dahi dan sering posisi anterior dan telingan menjadi satu sisi. Deviasi dari
puncak hidung menjuju sisi yang mendatar. Pada 3D Ct-scan, penutupan coronal melibatkan
seluruh panjang baik sebagian sisi ataupun keduanya. Sendi yang terdekat dengan basis carnii juga
akan ikut terpengaruh. Di samping itu, ada juga penyimpangan penutupan lambdoid pada sisi
ipsilateral yang bergeser ke arah coronal cynostotic sutura, dengan demikian ada penyimpangan
pada sisi pertengahan yang terkena. Pada sisi kontralateral yang terkena sering terjadi penonjolan/
penggembungan dari orbita superior yang tertekan akibat tekanan dalam fossa canina anterior.
-
- Brachycephaly, juga dikenal sebagai sindrom kepala datar, adalah jenis gangguan tulang
kepala. Hal ini terjadi ketika penyatuan koronal sutura prematur, menyebabkan diameter depan ke
belakang (anteroposterior) menjadi lebih pendek. Penyatu bagian koronal adalah sendi fibrosa yang
menyatukan tulang frontal dengan dua tulang parietal tengkorak. Tulang parietal membentuk atas
dan sisi tengkorak. Kelainan ini dapat dilihat pada sindroma dwon.
-
- Kleeblattschadel: tengkorak daun cengkeh, anomali kongenital dimana terdapat sinostosis
intrauterin beberapa atau seluruh sutura kranial. Sebuah malformasi kongenital dimana
tulang tengkorak bergabung menjadi tiga lobus. Kondisi ini juga dapat dikaitkan dengan
hydrocephalus dan kelainan bentuk wajah dan tulang. Juga disebut daun semanggi
deformitas tengkorak.
o
- Trigonocephaly: bentuk kepala segitiga, akibat dorongan angulasi yang tajam pada garis tengah
tulang frontal. Penggabungan dari dua tulang frontal mengarah ke pembatasan pertumbuhan dan
ekspansi transversal pertumbuhan paralel. Ini dapat terjadi sindrom yang melibatkan kelainan lain
atau terisolasi.
o
Sumber: (David P. Rice. 2008. Craniofacial Sutures: Developmet, Disease and Treatment.
Vol 3. Finlandia: Karger.; S. Matondang Corry, Wahidiyat Iskandar, Sastroasmoro
Sudigdo. 2003. Diagnosa Fisik pada Anak. Edisi ke dua. Jakarta: Sagung Seto)
62. Mengapa sklera digunakan untuk menentukan ikterik atau tidaknya seseorang ?
Sklera merupakan jaringan yang avaskular. Sehingga, perlu untuk kita ketahui
bahwa sebenarnya yang mengalami ikterik adalah konjungtiva yang tipis yang menutupi
sklera. Karena konjungtiva tersebut menutupi seluruh bagian depan sklera dan pada
dasarnya terlihat transparan, sehingga ketika ikterik terjadi, terlihat warna kekuningan
tersebut menutupi sklera dan yang dianggap kekuningan tersebut berasal dari sklera.
Sklera ikterik merupakan kondisi dimana terdapat warna kekuningan pada bagian
putih mata. Hal ini terjadi akibat sistem pengolahan tubuh bilirubin rusak. Ketika sel darah
merah rusak, mereka menghasilkan bilirubin sebagai produk sampingan. Bilirubin
bergerak melalui sirkulasi darah ke hati, dimana akan dikonversi sehingga bisa disebarkan
oleh tubuh. Pada beberapa individu, bisa terjadi masalah yang bisa terjadi sepanjang rute
ke hati atau di hati, atau selama proses mengeluarkan bilirubin dari dalam tubuh. Hal ini
menyebabkan bilirubin terus beredar dalam darah dimana akhirnya diendapkan dalam
konjungtiva (membran yang menutupi bagian putih mata) sehingga menghasilkan tampilan
mata kuning yang dikenal dengan sklera ikterik.
(Sumber: http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-ikterus.html, diakses
24 Juli 2018).
63. Otot – otot apa saja yang bekerja pada reflek pupil ?
M. aillator pupilae dan M. spincter pappilae
Sumber : Putz, R., Pabst, R. Sobotta Atlas of Human Anatomy. 14th Edition
64. Apa alasannya konjungtiva digunakan untuk memeriksa anemis atau tidaknya seseorang
?
Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi permukaan bagian dalam kelopak
mata dan menutupi bagian depan sklera. Jadi, konjugtiva anemis adalah suatu keadaan
dimana konjungtiva pucat karena dari tidak sampai ke perifer yang bisa menjadi salah satu
tanda bahwa seseorang mengalami anemia.
(Studi Kasus dan Asuhan Keperawatam pada Pasien Anemia, 2014)
65. Apa yang menentukan keadaan umum pasien tampak sakit ringan / tampak sakit sedang /
tampak sakit berat ?
A. Sakit Ringan
1. Kesadaran penuh
2. Tanda-tanda vital (TTV) stabil
3. Pemenuhan kebutuhan mandiri
B. Sakit Sedang
Memiliki minimal 3 (tiga) poin di bawah
1. Kesadaran penuh s/d apatis
2. Tanda-tanda vital (TTV) stabil
3. Memerlukan tindakan medis minimal 3 tindakan per hari
4. Memerlukan observasi
5. Pemenuhan kebutuhan di bantu sebagian s/d seluruhnya
C. Sakit Berat
Memiliki minimal 2 (dua) poin di bawah
Kesadaran penuh s/d samnolent
1. Tanda-tanda vital (TTV) tidak stabil
2. Memakai alat bantu organ vital
3. Memerlukan tindakan pengobatan & perawatan yang intensif
4. Memerlukan observasi yang ketat
5. Pemenuhan kebutuhan di bantu seluruhnya
Sumber: https://www.medscape.org/Pain diakses pada 31 Agustus 2018
Interpretasi:
Komposmentis: 15-14
Apatis: 13-12
Delirium: 11-10
Somnolen: 9-7
Stupor: 6-4
Koma: 3
Sumber: http://www.kalbemed.com/Portals/6/26_233Praktis-
Pemeriksaan%20Neurologis%20pada%20Kesadaran%20Menurun.pdf
(4) Respirasi
4 = pola nafas regular, tidak terintubasi
3 = pola cheyne-stokes, tidak terintubasi
2 = pola nafas iregular, tidak terintubasi
1 = nafas dengan kecepatan di atas ventilator, diintubasi
0 = apnea atau pernafasan dengan kecepatan ventilator.
Sumber: http://www.kalbemed.com/Portals/6/26_233Praktis-
Pemeriksaan%20Neurologis%20pada%20Kesadaran%20Menurun.pdf diakses pada 31
Agustus 2018
Sumber : Wahidiyat Iskandar, Pemeriksaan Fisis, Dalam buku Diagnosis Fisis Pada Anak
Edisi Ke-2. Jakarta, 2003. Halaman 18
87. Jelaskan masing – masing gejala pada setiap tingkatan tetanus pada anak !
Gejala penyakit tetanus bisa dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
-Tahap awal
Rasa nyeri punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh merupakan gejala awal
penyakit ini. Satu hari kemudian baru terjadi kekakuan otot. Beberapa penderita juga
mengalami kesulitan menelan. Gangguan terus dialami penderita selama infeksi tetanus
masih berlangsung.
-Tahap kedua
Gejala awal berlanjut dengan kejang yang disertai nyeri otot pengunyah (Trismus). Gejala
tahap kedua ini disertai sedikit rasa kaku di rahang, yang meningkat sampai gigi mengatup
dengan ketat, dan mulut tidak bisa dibuka sama sekali. Kekakuan ini bisa menjalar ke otot-
otot wajah, sehingga wajah penderita akan terlihat menyeringai (Risus Sardonisus), karena
tarikan dari otot-otot di sudut mulut.
Selain itu, otot-otot perut pun menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri. Kekakuan tersebut
akan semakin meningkat hingga kepala penderita akan tertarik ke belakang.
(Ophistotonus). Keadaan ini dapat terjadi 48 jam setelah mengalami luka.
Pada tahap ini, gejala lain yang sering timbul yaitu penderita menjadi lambat dan sulit
bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan. Penderita mengalami tekanan di
daerah dada, suara berubah karena berbicara melalui mulut atau gigi yang terkatub erat,
dan gerakan dari langit-langit mulut menjadi terbatas.
-Tahap ketiga
Daya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka terjadilah kejang refleks.
Biasanya hal ini terjasi beberapa jam setelah adanya kekakuan otot. Kejang otot ini bisa
terjadi spontan tanpa rangsangan dari luar, bisa pula karena adanya rangsangan dari luar.
Misalnya cahaya, sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya. Pada awalnya, kejang ini
hanya berlangsung singkat, tapi semakin lama akan berlangsung lebih lama dan dengan
frekuensi yang lebih sering.
Selain dapat menyebabkan radang otot jantung (mycarditis), tetanus dapat menyebabkan
sulit buang air kecil dan sembelit. Pelukaan lidah, bahkan patah tulang belakang dapat
terjadi akibat adanya kejang otot hebat. Pernafasan pun juga dapat terhenti karena kejang
otot ini, sehingga beresiko kematian. Hal ini disebabkan karena sumbatan saluran nafas,
akibat kolapsnya saluran nafas, sehingga refleks batuk tidak memadai, dan penderita tidak
dapat menelan.
88. Bagaimana penanganan tetanus pada anak ?
Pada pasien neonatus
1. Eradikasi kuman
a. Tali pusat dibersihkan dengan alcohol 70% atau providon iodin.
b. Antibiotik
c. Penisilin prokain 50.000 IU/kg/kali IM, tiap 12 jam, atau
d. Ampisilin 50 mg/kg/dosis, atau
• Usia gestasi (UG) < 37 minggu
n< 28 hari tiap 12 jam
> 28 hari tiap 8 jam
• UG > 37 minggu
< 7 hari tiap 12 jam
> 7 hari tiap 8 jam
e. Metronidazole loading dose 15mg/kg/dosis, selanjutnya 7,5mg/kg/dosis, atau
f. Interval
Usia < 28 hari tiap 12 jam
Usia > 28 hari tiap 8 jam
g. Pemberian dosis rumatan
UG < 37 minggu 24 jam setelah loading dose
UG > 37 minggu 12 jam setelah loading dose
h. Eritromisin 15-25 mg/kg/dosis tiap 8 jam
Bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan sefotaksim 50 mg/kg/dosis
• UG < 30 minggu
<28 hari tiap 12 jam
>28 hari tiap 8 jam
• UG > 30 minggu
< 14 hari tiap 12 jam
> 14 hari tiap 8 jam
2. Netralisasi toksin
a. ATS 50.000 – 100.000 IU, setengah dosis IM, setengahnya IV, dilakukan uji kulit lebih
dahulu.
b. Bila tersedia dapat diberikan HTIG 3000-6000 IU IM
3. Memberikan pelemas otot untuk mengatasi spasme otot
Diazepam 20-40 mg/kgBB/hari, drip, dilarutkan dalam larutan dekstrose 5%
menggunakan syringe pump. Obat dibagi menjadi empat sediaan untuk menghindari efek
pengendapan obat diazepam. Hati-hati terjadi henti napas dalam pemberiannya. Bila
diazepam telah mencapai dosis maksimal tetapi spasme tetap tidak teratasi dianjurkan
pemberian pelumpuh otot pankuronium 0,05-0,1 mg/kgBB/kali dang penggunaan
ventilator mekanik.
4. Terapi suportif
a. Pemberian oksigen
b. Pembersihan jalan nafas
c. Keseimbangan cairan, elektrolit dan kalori
5. Imunisasi
Diberikan imunisasi Tetanus Toksoid sesuai dengan jadwal imunisasi diberikan pada saat
penderita pulang. http://hmpd.fk.ub.ac.id/tetanus-2/
Penyakit ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 14-21 hari sejak terjadi pajanan sampai
menimbulkan gejala. Gejala-gejala umum rubella meliputi:
Demam.
Sakit kepala.
Hidung tersumbat atau pilek.
Tidak nafsu makan.
Mata merah.
Pembengkakan kelenjar limfa pada telinga dan leher.
Ruam berbentuk bintik-bintik kemerahan yang awalnya muncul di wajah lalu
menyebar ke badan, tangan, dan kaki. Ruam ini umumnya berlangsung selama 1-3
hari.
Nyeri pada sendi, terutama pada penderita remaja wanita.
Begitu terinfeksi, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 5 hari hingga 1
minggu. Potensi tertinggi penderita untuk menularkan rubella biasanya pada hari pertama
sampai hari ke-5 setelah ruam muncul.
100. Apa sebabnya vaksin hepatitis B tidak boleh disuntikan pada daerah bokong ?
Jangan memberikan vaksinasi didaerah bokong atau pantat (gluteal), yang banyak
jaringan lemaknya daripada massa ototnya, karena dijaringan lemak tidak banyak
mengandung pembuluh darah kapiler untuk mengabsorbsi vaksin yang disuntikkan
didaerah tersebut, akibatnya vaksin akan lama tertimbun disana dan ini mudah
menyebabkan terjadinya abses setelah vaksinasi, dan menyebabkan terjadinya KIPI
pasca vaksinasi. Atau bisa juga terjadi vaksin yang disuntikkan didaerah pantat ini
menjadi kurang efektif, karena absorbsi lambat dan sebagian besar akan di non
aktifkan oleh enzim dari jaringan lemak tadi.
http://selukbelukvaksin.com/vaksinasi-di-lengan-atau-paha-mana-yang-lebih-
baik/
102. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada anak ?
Faktor Internal :
1. Ras/Etnik
2. Keluarga
3. Umur
4. Jenis Kelamin
5. Genetik
6. Kelainan Kromosom
Faktor eksternal:
Contohnya :
a. Pertumbuhan Linear
Bentuk dari ukuran linear adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang.
Contoh ukuran linear adalah panjang badan, lingkar dada, dan lingkar kepala.
Ukuran linear yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat
kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linear yang
paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan.
b. Pertumbuhan Massa Jaringan
Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran masa
jaringan adalah berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah
kulit. Apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang
akibat kekurangan energi dan protein yang didertia pada waktu pengukuran
dilakukan. Ukuran massa jaringan yang paling sering digunakan adalah berat
badan.
(Sumber: Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak Edisi ke-3, 2014)
Pektus Karinatum (pigeon chest, dada burung) Sternum membonjol ke luar, biasanya disertai
dengan depresi vertikal daerah kostokondral.
kelqinan ini dapat terlihat pada rakitis,
osteoporosis, sindrom marfan m, sindrom
noonan dan penyakit morquiou.
Barrel Chest, Toraks Emfisematikus Dada berbentuk bulat seperti tong, ditandai
dengan sternum yang terdirong ke depan
dengan iga iga horizontal; terdapat pasa
penyakit paru obstruktif kronik misalnya asma,
fibrosis kistik, emfisema.
124. Apa saja yang ditanyakan pada saat anamnesis pasien batuk ?
Anamnesis
C) Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen
sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.
Sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23175/Chapter%2
011.pdf?sequence=3
b. Brudzinski I:
Cara : Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang ditempatkan
dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi
sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan
kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada.
c. Kernig :
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada
persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135 derajat
terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut
135 derajat, maka dikatakan kernig sign positif.
d. Brudzinski II:
Cara : Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan
pada
sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul.
Palpasi abdomen dapat dilakukan dengan monomanual atau bimanual. pada palpasi
monomanual biasanya tangan kanan saja sedangkan bimanual dilakukan dengan
dua tangan. tangan kanan pemeriksa diletakan pada permukaan perut dan tangan
kiri pemeriksa agak mengangkat pinggang pasuen agar alat di dalam rongga
abdomen lebih mudah diraba. palpasu dilakukan seluruh jari tangan dimulai dengan
kuadran kiri bawah. dilanjutkan secara sistematis ke kuadran kiri atas lalu ke kana
atas, dan terakhir ke kanan bawah. pada anak yang cukup besar yang dapat
menunjukan lokasi nyeri, palpasu dilakukan pada bagian yang tidak sakit lebih dilu,
bagian yang sakit dipalpasi di akhir. penekanan pada palpasi harus dimulai dengan
ringan atau superdusial dilanjutkan dgn palpasi lebih dalam.
Terdapatnya tempat nyeri dapat diluhat dari perubahan mimik anak ataupun
perubahan nada tangis pada palpasi. lokasi nyeri ditentukan dengan adanya nyeri
lepas; yakni melihat reaksi pasien bila pemeriksa melepaskannya secara tiba tiba
palpasi dalam daerah yang jauh dari lokasi nyeri yang dicurigai
o hati
dipalpasi secara monomanual atau bimanual; palpasi hati lebih banyak dilakukan
dengan ujung jari. untuk melakukan pengujuran besarnya hati digunakan patokan
dua garis yakni:
-garis yang menghubungkan pusat dengan titik potong garis midclavicula kanan
dengan arkus josta
o limpa
cara palpasi limpa mirip dengan palpasi hati dapat dilakukan monomanual dan
bimanual . pada neonatus kinpa masuh teraba 1-2 cm dibawah arkus kosta.
o ginjal
Dalam keadaan normal tidak teraba kecuali pada neonatus. gunjal yang membesar
dapat didaba dengan cara ballotement yang juga digunakan untuk meraba organ
atau massa lain yang terketak retroperitoneal. caranya adalah dengan meletakan
tangan kiri pemeriksa di pisterior tubuh pasuen sedemikian sehingga jari telunjuk
berada di angulus kostoverebralis. kemudian jari telunjuk menekan organ atau
massa ke atas, sementara tangan kanan melakukan palpasi secara dalam dari
anterior dan akan terasa organ atau massa tersebut menyentuh.
o kandung kencing
Pada bayi dan anak kecil kndung kencing yang penuh mungkin dapat diketahui dari
inspeksi palpasi atau perkusi. kadang kandung kencing teriai penuh sampai ke
pusat.
Prinsip Kerja :
Membandingkan warna asam hematin coklat yang telah di rubah dari hemoglobin
dengan asam klorida 0,1N dengan cara membandingkan pada alat standart
hemoglobinometer.
Alat :
Pipet HB sahli
Hemoglbinometer
Batang pengaduk
Tabung pengencer hemometer
Bahan pemeriksaan :
Darah yang telah di beri antikoagulan / EDTA
Reagen :
Aquadest
Asam klorida 0,1N
Cara Kerja :
masukkan kurang lebih setes asam klorida / HCl 0,1N ke dalam tabung
pengencer hemometer sampai tanda 2
hisaplah darah yang telah diberi EDTA samapi garis 0,5 tepat
hapuslah kelebihan darah yang masih menempel pada bagian luar pipet
dengan tissue
masukkan darah ke dalam pipet dasar tabung (hati – hati jangan sampai
terjadi gelembung udara)
bilas isi pipet dengan larutan HCl 0,1N yang ada dalam tabung tersebut
lalu campurkan isi tabung tadi supaya darah dan HCl bersenyawa
lalu tambahkan tetes demi tetes aquadest sambil di aduk dengan batang
pengaduk hingga warna sama dengan dengan warna standart pada alat
hemoglobinometer
kemudian baca kadar hemoglobin yang tertera pada tabung pengencer
tersebut
Angka Normal :
laki – laki dewasa : 13,0 – 16,5 g/dL
wanita dewasa : 11,5 – 16,5 g/dL
wanita hamil : 11,0 – 16,5 g/dL
balita : 122,0 -14,0 g/dL
bayi : 13,5 – 19,5 g/dL
160. Apa saja yang dinilai segera pada bayi baru lahir dalam waktu kurang dari 5
detik?
Nilai APGAR Interpretasi
7-10 Kondisi bayi baik
4-6 Kondisi bayi mengalami asfiksia sedang
0-3 Kondisi bayi mengalami asfiksia berat
(Sumber: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-lailinurul-
6039-2-babii.pdf, diakses pada tanggal 29 Agustus 2018).
162. Bagaimana cara melakukan resusitasi pada bayi yang baru lahir ?
• Lordosis
Lordosis terjadi jika tulang belakang pada punggung bawah melengkung ke depan
secara berlebihan. Normalnya, tulang pada punggung bawah memang melengkung,
tapi jika lengkungan terlalu masuk ke dalam, ini disebut dengan lordosis. Lordosis
dapat memengaruhi punggung bawah dan leher Anda.
175. Bila pasien datang dengan dada berdebar – debar, apa saja yang ditanyakan ?
Informasi yang secara umum perlu kita gali adalah kapan pertama kali
pasien merasa berdebar-debar. Apakah keluhan dirasakan terus-menerus atau
kumat-kumatan. Penting untuk menggali durasi keluhan, faktor prncetus, faktor
yang memperberat/memperingan, gejala penyerta, riwayat/keadaan psikososial,
riwayat penyakit jantung dalam keluarga (termasuk riwayat meninggal mendadak),
laju irama jantung (cepat-lambat), derajat keteraturan (reguler-ireguler). Riwayat
peyakit lain yang berhubungan disritmia (diabetes, hipertensi, tiroid dan gangguan
elektrolit) juga perlu ditanyakan.
Pasien dapat diedukasi untuk mengukur frekuensi dan mencatat pola denyut
nadinya sendiri dalam satu menit, ketika keluhan berdebar-debar muncul. Pasien
diharapkan bisa menjelaskan keluhan palitasinya, apakah terasa kuat (pounding),
bergetar (fluttering), meloncat-loncat (flapping) atau ada yang terlewat (skipping).
178. Apa saja tanda – tanda vital yang harus di observasi pada diare ?
Pada diare, pengkajian fisik meliputi system yang berhubungan dengan cairan dan
elektrolit, seperti system integument (status turgor kulit dan edema), system
kardiovaskular (adanya distensi vena jugularis, tekanan darah, dan bunyi jantung),
system penglihatan (kondisi dan cairan mata), system neurologi (gangguan
sensorik/motoric, status kesadaran, dan adanya reflex), dan system gastrointestinal
(keadaan mukosa mulut, lidah, dan bising usus).
196. Apa saja yang dilihat dari pemeriksaan apus darah tepi ?
Pemeriksaan hematologi yang terpenting adalah pemeriksaan hitung jenis leukosit
disertai dengan penilaian morfologi sel darah yang dapat diketahui dengan
pemeriksaan gambaran darah tepi. Pemeriksaan gambaran darah tepi dapat menilai
kelainan bentuk dari eritrosit, leukosit dan trombosit yang dapat menimbulkan
kelainan secara hematologi
Sumber : Kemenkes RI
197. Apa yang diharapkan ditemukan pada kasus ini apabila terdapat anemia defisiensi
besi pada pemeriksaan apus darah tepi ?
- Ukuran eritrosit berbeda-beda, cenderung lebih kecil dari normal
(mikrositik)
- Pencil cells
Sumber: https://patologiklinik.com/2010/11/24/hapusan-anemia-defisiensi-fe/
diakses pada 6 september 2018
Sumber : https://www2.health.vic.gov.au/Api/downloadmedia/%7B3490860A-
DF96-45A3-9475-A5ED7A8CE641%7D