Anda di halaman 1dari 37

I.

INFEKSI GASTROINTESTINAL

A.Pendahuluan
Penyakit infeksi yang disebabkan patogen gastrointestinal secara garis besar dibagi menjadi empat
sindrom umum, berdasarkan pada region/bagian usus yang terlibat dan berdasarkan apakah mikroorganisme
tersebut invasif atau tidak. Sindrom klinisnya adalah gastritis, keracunan makanan, gastroenteritis dan demam
tifoid.
Infeksi akut oleh Helicobacter pylory terjadi secara fecal oral, yang mengarah pada gastritis yang parah
dan disertai penurunan sekresi asam lambung. Sebagai hasil dari respon imun, sekresi asam lambung akan
muncul kembali pada kebanyakan pasien. Tapi bagi individu yang beresiko tinggi (seperti kondisi
sosioekonomi yang jelek, stress ),dapat berkembang menjadi penyakit peptic ulcer, gastritis atrofi,
adenocarcinoma gastric atau limfoma sel B gastric.
Bentuk Keracunan makanan contohnya akibat teringesti enterotoksin Staphylococcus, dapat
menyebabkan symptom gastrointestinal bagian atas, dengan gejala mual dan muntah kadang bisa sampai
diare ). Kasus sporadis dari makanan biasanya tidak sampai didiagnosa sebab keracunan makanan, karena
memiliki sifat self limited disease sehingga penyelidikan secara endemic biasanya dilakukan pada situasi
outbreak. Misalnya kelainan botulisme pada dewasa merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan
toksin Clostridium botulium, tapi botulisme pada bayi merupakan hasil dari toksigenesis di usus setelah spora
Clostridium botulium termakan melalui makanan bayi yang tercemar dan berkembang menjadi bentuk
vegetatif untuk tumbuh berkembang. Tidak seperti keracunan makanan lainnya, botulisme dapat menjadi lifethreatering tanpa penanganan yang tepat.
Diare merupakan gejala yang umum terjadi pada infeksi gastrointestinal. Diare dibagi menjadi diare
sekretori, disentri (diare berdarah dan bermukus dengan demam ) dan colitis hemorrhagic ( diare dengan
darah yang banyak ). Gejala lainnya yang sering ada adalah mual, muntah dan tenesmus. Diare
sekretori
secara umum disebabkan oleh virus dan biasanya self- limited. Penyebab tersering dalah Rotavirus (terutama
menginfeksi populasi anak anak, menimbulkan mortalitas pada bayi) di negara negara berkembang),
sedangkan Norovirus merupakan agen virus yang berhubungan dengan kasus outbreakpada orang-orang
dewasa. Berikut gambaran agen penyebab, gambaran klinis sindroma gartoentritis :
Jenis Sindroma
Gastritis kronik (peptic and
duodenal ulcer disease )
Makanan beracun ( pre-formed toxin
)

Lokasi Infeksi/Gambaran klinis


Nyeri perut ( meningkat sesudah
makan ); tidak diare
Saluran cerna bagian atas/ mual dan
muntah ( sedikit diare ) dan onset
cepat.

Infeksi yang menyebabkan diare


akut ( gastroenteritis )
Diare sekretori

Usus halus bagian proximal (SB)/


diare air ( tidak ada leukosit di fecal)

Disentri

Colon/demam,sakit,diare
mukopurulen dan berdarah (heavy to
variabel fecal leukocytes)

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

Agen Penyebab
Helicobabacter pylori
Staphylocccus aureus
Bacillus cereus
Clostridium perfringens
Clostridium botulinum
(abnormalitas sistem saraf perifer)
Escherichia coli
Enterotoxic E.coli
Enteropatogenik E.coli
Enterohemorragik E.coli (diare
darah segar)
Enteroadherent E.coli
Vibrio kolera
Rotavirus
Norovirus
Giardia lamblia
Campylobacter spp
Salmonella spp
Shigella spp
Yersinia enterocolitica juga ileitis
terminal dan pseudoappendisitis
sindrom)
Enteroinvasive E.coli
Entamoeba histolitika

Hemorrhagic colitis

Typoid (enteric) fever

Chronic ( infectious ) diarrhea in


AIDS and immunocompromised
patients
Hepatitis

Colon/sakit,diare, tinja berdarah


sangat banyak, hemolytic uremic
syndrome (sedikit atau
ketidakhadiran leukocytes fekal)
Masuk lewat usus halus bagian
proksimal,tetapi mengalami demam
secara sistemik (monocytic
leukocytosis)
SB/diare berair yang kronis (tidak
ada leukocytes )

ikterik, fatigue/lemah, nyeri


abdomen,kehilangan nafsu makan
,mual, and demam (akut or kronik)

Strongyloides stercoralis
C.difficile ( antibiotik associated
colitis )
Enterohemorragik E.coli

Salmonella typhi
Salmonella paratyphi
Yersinia enterocolitica (gejala mirip
appendisitis)
Cryptosporidium parvum
Microsporidia
Cylospora cayetanensis
Cytomegalovirus
Mycobacterium avivum compleks
Enteric hepatitis : hepatits A nd E
Serum hepatitis : hepa
tits B,C,and D
Schistosoma mansoni
(hepatosplenomegali and hipertensi
portal)
Echinococcus granulosus (penyakit
kista hidatid dari liver)

B. Bakteri Golongan Enterobacteriaceae


Famili Enterobacteriaceae terdiri dari batang Gram-negatif yang bersifat anaerob fakultatif. Semua meragikan
glukosa dan negatif-oksidase dan positif-katalase. Semua mereduksi nitrat menjadi nitrit. Faktor virulensi:
antigen permukaan.: antigen O, H, dan K. Pili, yang membantu perlekatan, dan protein membran luar (PML)
juga dapat ditemukan.
ESCHERICHIA
Karakteristik. Genus ini terdiri dari Enterobacteriaceae peragi-laktosa. Escherichia coli adalah patogen
manusia terpenting pada genus ini. Sebagain besar strain E.coli adalah flora usus normal nonpatogenik; strain
strain lain bersifat patogenik dengan faktor virulensi dan efek yang berbeda beda.
Infeksi:
1. ISK. E. coli adalah penyebab tersering ISK nasokomial maupun yang diperoleh dalam masyarakat.
2. Diare
a. E. coli Enterotoksik. ETEC adalah penyebab utama travellers diarrhea (diare pelancong) dan diare
bayi di negar a negara berkembang.
(1) Faktor virulensi meliputi toksin labil-panas (LT), suatu toksin komponen A-B denagn aktivitas
ADP-ribosil transferase yang merangsang Gs; toksin ini meningkatkan aktivitas adenilat siklase
dan cAMP. Juga terdapat toksin stabil-panas (ST) yang mengaktifkan guanilat siklase. E. coli
menyebabkan diare encer noninvasif disertai kram abdomen yang hanya memerlukan pengobatan
suportif.
(2) Reservoir dan penularan. Di negara negar aberkembang, ETEC ditularakan melalui pemakaian
feses manusia sebagai pupuk tanaman dan umumnya pada sanitasi yang buruk.
b. E. coli enteropatogen. EPEC adalah penyebab utam adiare dan kegagalan utama tumbuh kembang bayi
di negara negara berkembang (walaupun rotavirus lebih sering). EPEC tidak dianggap invasif tetapi
melekat (faktor virulensi), menyebabkan lesi melalui pengikisan permukan.
c. E. coli enteroinvasif. EIEC menyebabkan disentri yang serupa denagn yang ditimbulkan oleh
shigellosis (demam, diare, muntah, kram abdomen, dan tenesmus); banyak pasien memperlihatkan
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

darah dan pus dalam tinja, walaupun sebagian mungkin hanya mengalami diare cair. Virulensi EiEC
disebabkan oleh invasi epitel usus. Penularan mungkin berkaitan dengan makanan yang tercemar.
d. E. coli enterohemoragik. Strain EHEC yang paling sering dijumpai adalah O152:H7.
(1) Reservoir dan penularan. EHEC dapat dijumpai dalam makanan yang tercemar oleh feses sapi
(terutama hamburger).
(2) Infeksi dan toksisitas. EHEC menghasilkan suatu toksin hemoragik yang disebut verotoksin, yaitu
toksin mirip shiga. Secara klinis, infeksi ini (disebut juga E. coli verotoksik atau VTEC) ditandai
dengan diare yang jelas berdarah (colitis hemoragik) dan dapat berkembang menjadi sindrom
uremik hemolitik (SUH) dan gagal ginjal akut. Antibiotic merupakan kontraindikasi; antibiotic
meningkatkan risiko kerusakan ginjal.
3.

Septikemia dan meningitis neonatus. Strain strain E. coli yang terlibat dalam meningitis adalah strain
strain berselubung K1 yang resisten terhadap aktivitas fagositik dalam aliran darah (Catatan: Namun,
perhatain bahwa Streptokokus grup B umumnya lebih sering ditemukan sebagai penyeabab utama
meningitis neonatus dibandingkan E. coli)

KLEBSIELLA
Karakteristik. Genus ini terdiri dari batang peragi laktosa. Spesies tersering adalah Klebsiella
pneumoniae. Faktor virulensi. Kapsul polisakarida besar Klebsiella adalah faktor virulensi utama. Reservoir
dan penularan. Klebsiellla ditemukan di saluran napas atas dan saluran GI manusia. Organisme ini bersifat
oportunistik.
Infeksi : (1) Pneumonia akibat Klebsiella terjadi terutama pada pasien dengan penyakit paru atau
pecandu alkohol. (Catatan, namun: Strep. Pneumoniae adalah penyebab tersering pneumonia pada pecandu
alkohol). K. Pneumoniae cenderung menyeabkan pneumoniadisertai abses yang sulit diatasi dan sputum
berdarah (sputum jel kismis). Sputum umumnya tidak berbau. (2). ISK Klebsiella terjadi terutama pada pasien
denagn kateter urine.
SALMONELLA
Karakteristik. Salmonella suatu genus Enterobacteriaceae peragi nonlaktosa, memiliki 1500 serotipe
yang berbeda, masing masing memiliki nam aspesies tersendiri (sebagian sangat meriah seperti S.
Oysterbed!). ingat, semua Enterobacteriaceae adalah batang Gram-negatif, negaif-oksidase dan positif
katalase, meragikan glukosa , dan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Virulensi. Antigen Vi (virulensi)
Salmonella adalah antigen polisakarida kapsul. Salmonella bersifat sangat motil dan patogenik.
1. Faktor virulensi.S. typhi menyerang regio ileosekum, menginvasi dan mematikan sel sel M. Organisme
ini kemudian diambil oleh makrofag di bercak Peyer. Bakteri menghambat fusi fagosom-lisosom.
Salmonella bereplikasi di fagosom, mematikan makrofag, danmenyebar melalui sistem retikuloendote,
akhirnya mencapai aliran darah dan meningalkan lesi fokal pada sekitar 10% kasus. Akhirnya, S.typhi di
jarinagn pembuluh empedu diangkut ke dalam saluran pencernaan.
2. Reservoir dan penularan. Tidak seperti semua spesies salmonella lain, satu satunay reservoir S.typhi
adalah manusia. Penularan adalah fekal-oral. Beberapa orang terus menjadi pembawa.
3. Infeksi. Gejal gejala tifoid antara lain adalah nyeri kepala yang semakin parah, hilangnya nafsu makan,
malaise, letargi, dan demam, disertai nyeri abdomen dan konstipasi pada awal penyakit, diikuti oleh diare
setelah minggu kedua. Demam (sampai 40oC (104oF) dan bakteremia dapat berlangsung beberapa
minggu. Hepatosplenomegali dan limfadenopati mesenterik sering dijumpai. Bercak bercak kemerahan
(rose spot) muncul di abdomen pada sekitar 25% kasus, dan lesi fokal dijumpai pada pasien yang sanagt
muda atau tua.
4. identifikasi laboratorium. Diagnosis dini dilakukan dengan biakan darah; diagnosis lanjut dapat dilakukan
dengan biakan darah, feses, urine atau uji widal untuk antibodi pasien terhadap antigen O dan H.
5. Pengobatan mungkin dipersulit dengan adanya syok.
Salmonella enteritidis dan spesies Salmonella lain
1. Reservoir dan penularan. Terdapat banyak reservoir hewan; penularan terutama dari telur dan produk
ayam mentah, binatang reptil peliharaan, atau susu mentah. Penelitain terhadap susu memperlihatakn
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

bahwa dosis infeksi (30% atau ID30) adalah 105 organisme pada orang dengan asam lambung normal.
Pasien yang sanagt muda atau sangat tua lebih besar kemungkinannya terjangkit penyakit dan mengalami
penyai t yang serius. Terdapat potensi tinggi penyebaran di dalam keluarga.
2. Infeksi
a. Gastroenteritis. Salmonella bersifat invasif, menyebabkan demam dan menimbulkan diare
peradangan, tetapi cair disertai nyeri abdomen, sedikit mual dan muntah; namun, penyakit ini
umumnya swasirna.S. enteritidis umumnya tidak menginvasi pembuluh darah untuk menimbulkan
septikemia sehinga lesi lesi fokal (kadang kadang dijumpai pada infeksi S.Cholera-suis atau S.
dublin) jarang dijumpai, kecuali pada penyakit sel sabit. Sebagain besar Salmonellosis resisten
terhadap kematian oleh serum.
b. Osteomielitis pada pasien penyakit sel sabit (PSS), bukan pembawa. Akibat asplenisme fungsional
dan gangguan aktivitas opsonik dan jalur komplemen alternatif, pasien PSS dapat mengalami infeksi
berulang oleh organisme berkapsul dan memperlihatkan angka osteomielitis yag sangat tinggi. Pada
PSS, Salmonella enteritidis adalah penyebab tersering (>805) osteomielitis. (S.aureus, yang tersering
pada pasien lain, jarang memiliki kapsul).
SHIGELLA
Karakteristik. Shigella terdiri dari batang Gram-negatif yang meragikan Glukosa, mereduksi nitrat
menjadi nitrit, negatif-oksidase dan positif-katalase(Tebak femili apa!), dan tidak bnayak melakukan hal lain
(tidak meragikan laktosa, tidak membentuk hidrogensulfida, dan tidak motil). Spesies yang paling sering
ditemukan di AS adalh Sh. Sonnei dan Sh.flexneri; yang yang paling berat adalh Sh. Dysenteriae (jarang di
AS).
Faktor virulensi :
1. Shigella menginvasi melalui sel sel M epitel usus. Polimerisasi ekor aktin membantu Shigella (seperti
Listeri) bergerak ke arah lateral ke sel sel epitel disekitarnya, menciptakan ulkus Shigella dangkal yang
sangat khas tanpa invasi pembuluh darah,; dengan demikian, jarang terjadi bakteremia.
2. Toksin Shiga. Strain Sh.dysenteriae tipe 1 menyebabkan penyakit yang paling parah karena organisme ini
melakuakn invasi dan menghasilkan toksin shiga (suatu toksin komponen A-B), yang memotonf RRNA
ribosom 60S, menghambat sitesis protein. Toksin shiga memiliki efek neurotoksik, sitotoksik, dan
enterotoksik
Reservoir dan penularan. Reservoir untuk Shigellae adalah manusia; penyebaran adalah melalui fekaloral. Infeksi. Gejala Shigellosis sangat bervariasi tergantung pada status gizi dan usia pasien, strain
menginfeksi, dan dosis. Sebagian besar kasus swasirna. Secara klasik, gejala meliputi demam, tenesmus, tinja
sedikit yang berulang disertai darah dan pus, dan kram abdomen.
Identifikasi laboratorium. Diagnosis ditegakkan dengn biakan pad amedia (MacConkey dan suatu medium
khusus seperti agar Salmonella/Shigella), dan oleh pewarnaan biru metilen terhadap mukus dari tinja, yang
memperlihatakn banyak PMNs.
PROTEUS
Karakteristik. Proteus spp. adalah Enterobacteriaceae yang khas karena motilitas berguling dan produksi
urease. Proteus vulgaris dan proteus mirabilis sering dijumpai. Faktor virulensi. Proteus meningkatkan pH
melalui pembentukan urease, dan demikian pad aISK dapat menyebabakn terbentuknya batu ginjal; motilitas
dapat membantu masuknya bakteri ini ke dalam kandung kemih.
Reservoir Proteus adalah air dan feses manusia. Infeksi. Proteus mirabilis menyebabkan ISK, dan Proteus
vulgaris adalah suatu oportunis nasokomial penting.
YERSINIA
Karakteristik. Spesies Enterobacteriaceae positif-koagulase ini adalah bakteri intrasel fakultatif dengan
pewarnaan bipolar. Faktor virulensi. Antigen penting adalah V dan W dan suatu antigen selubung , F-1, yang
melindungi bakteri dari fagositosis, terdapat endotoksin.
Reservoir dan penularan. Di AS, reservoir adalah hewan pengerat liar di gurun Southwest. Y.pestis
ditularkan melalui:
a. Gigitan kutu. Kutu yang terinfeksi mengigit manusia.
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

b. Percikan ludah dari kasus manusia dengan pneumonic plague (semua pasien harus dianggap sangat
menular melalui saluran pernapasan sampai setelah 72 jam pemberian antibiotik efektif).
Infeksi: Bubonic plague. Gejala meliputi bubo (kelenjar limfe) yang cepat membesar, demam, dan
konjungtivitis. Septikemia Gram-negatif dapat menyebabkan emboli paru, pneumonic plague (sangat
menular), dan syok dengan DIC. Angka kematian sangat tinggi (>50%) jika tidak diobati.
Pencegahan dan pengobatan. Pasien dirawat dalam isolasi selama 72 jam setelah diberikan antibiotik.
Karena Y.pesties bersifat intrasel fakultatif, antibiotik yang digunakn harus dari jenis yang menembus dinding
sel eukariotik dan efektif terhadap sel Gram-negatif: umumnya gentamisin, streptomisin, atau doksisiklin.
Yersinia enterocolitica
Karakteristik. Seperti Listeria monocytogenes, Y.enterocolica adalah organisme saluran GI yang bersifat
zoonotik yang dapat tumbuh dalam dingin.
Reservoir dan penularan. Y.enterocolitica ditularkan melalui kontak langsung atau melalui produk makan,
seperti susu mentah.
infeksi: Enterokolitis invasif. Gejala meliputi darah dan pus dalam diare, demam, gejal gejala
apendisitis, atau poliartritis reaktif. Karena Y.enterocolitica tumbuh dalam pendinginan, organisme ini
dapat menyebabkan infeksi yang tekait dengan transfusi darah.
ENTEROBACTERIACEAE LAIN. Genus ini lain pada famili Enterobacteriaceae dipandang sebagai
organisme penginfeksi terutama pada pasien dengan gangguan kekebalan atau yang dirawat inap di rumah
sakit. Organisme yang menyebabkan septikemia adalah Enterobacter, Citrobacter, Arizona, Providencia,
Morganella, dan Serratia (khas dengan pigmen merah-salmon-nya).
VIBRIO
Vibrio adalah basil berebentuk koma dengan satu flagelum polar. Vibrio bersifat anaerob fakultatif,
tetapi tidak seperti Enterobacteriaceae, vibrio positif-oksidase.
A. Vibrio cholerae
Karakteristik. Vibrio cholerae bersifat noninvasif dan lebih menyukai lingkungan bas. Strain O1 biotipe
E1 Tor dari Vibrio cholerae merupakan penyebab kolera yang paling sering.
Reservoir dan penularan. V.cholerae ditularakn melalui pencemaran feses manusia terhadap air dan
makanan termasuk kerang dari air yang tercemar. Dosis infektif tinggi, sekitar 107 jika asam lambung
normal.
Faktor virulensi. Toksin kolera mengikat reseptor GM1-gangliosida; komponen A yang mnegalami
internalisasi melakuakn ADP-ribosilasi terhadap Gs sehingga terjadi stimulasi yang menetap terhadap
Gs dan menyebabkan peningkatan kadar cAMP dan efluks aktif ion dan air ke dalam lumen usus halus.
Infeksi: Kolera. Strain V.cholerae menyebabkan diare cair yang berat (tinja cucian beras) dengan
pengeluaran caiarn sedemikian besar sehingga akan terjadi syok hipovolemik jika tidak dilakukan
penggantian cairan dan elektrolit. Mungkin terjadi muntah, tetapi tidak terjadi demam atau darah atau
pus dalam tinja. Setelah pemulihan, biasanay timbul kekebalan yang bertahan lama.
Identifikasi laboratorium. Suatu medium alkali khusus, TCBS (tiosulfat sitrat garam empedu-sukrosa),
meningkatakn pertumbuhan (pelajari hanya TCBS dan Medium alkali).
Pengobatan. Pemberian caiarn dan elektrolit merupakan hal yang sangat penting. Siprofloksasin atau
norfloksasin menurunkan carriage dan mempersingkat waktu sakit.
B.

Vibrio parahaemolyticus
Reservoir dan penularan. V.parahaemolyticus adalah spesies air asin/laut di daerah pantai (halofilik)
yang meninfeksi manusia melalui makan laut yang kurang matang atau mentah.
Penyakit. Gastroenteritis V.parahaemolyticus ditandai dengan diare cair, eksplosif, swasirna, muntah,
dan demam.

CAMPYLOBACTER
Karakteristik. Genus ini terdiri dari batang lengkung Gram-negatif, masing masing dengan flagel polar.
Organisme ini sering ditemukan berpasangan hidung-ke-hidung yang tampak seperti sayap seagull.
Campylobacter bersifat mikroaerofilik, sulit (memerlukan medium spesifik), tumbuh pada suhu 42oC
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

(107oF), dan positif-oksidase seperti Vibrio tetapi tidak melakukan fermentasi. Patogen manusia yang
paling penting dari genus ini adalah Campylobacter jejuni.
Reservoir dan penularan. Campylobacter jejuni terdapat sebagai flora normal di saluran GI banyak hewan
liar dan peliharaan, termasuk anjing. Infeksi manusia paling sering terjadi melalui ingesti produk ayam
mentah atau kurang matang.
Infeksi: enteristis bakterialis. Campylobacter jejuni adalah salah satu penyebab tersering diare infeksi
(diperkirakan 40% kasus di AS). Gejala meliputi nyeri abdomen akut (kadang kadang mirip apendisitis),
diare denagn darah dan pus, malaise, dan demam. Penyakit biasanya swasirna, berlangsung <7 hari.
Identifikasi laboratorium. Diagnosis Campylobacter adalah dengan biakan mikroaerofilik pada media
khusus (medium Skirrow atau Campy).
Sekuele. Dapat timbul artritis atau Guillain-Barre setelah periode pemulihan.

HELICOBACTER
Karakteristik. Genus ini terdiri dari bakteri lengkung Gram-negatif, yang masing masing memiliki
flagela polar. Helicobacter pylori adalah spesies terpenting bagi manusia. Organisme ini bersifat
mikroaerofilik dan positif-urease; dapat bertahan hidup dari asam lambung dengan menciptakan suatu
awan amonia di sekelilingnya. Organisme ini menembus lapisan mukus lambung tempatnya menginvasi
jaringan dan menyebabkan gastritis dan tukak; ulkus H.pylori kronik dihubungkan dengan karsinoma
lambung.
Reservoir dan penularan. Penularan melalui rute fekal-oral. Gastroskop juga dapat menyebabkan
Campylobacter apabila tidak dibersihkan denagn benar.
Identifikasi laboratorium
Biakan mikroaerofilik terhadap spesimen biopsi pada suhu 37oC (98oF)
Uji napas urease
Serologik untuk antibodi H.pylori
Terapi infeksi. Terapi paling sering adalah bismut + metronidazol tetrasiklin + omeprazol.

II.

JASAD RENIK PADA SALURAN PENCERNAAN

Pada kelahiran bayi, saluran pencernaan masih steril. Jasad renik mulai masuk bersama dengan
minuman yang diberikan pada bayi tersebut. Pada bayi yang minum air susu ibu, bakteri bakteri yang masuk
saluran pencernaannya ialah streptokokus dan laktobasil. Bakteri bakteri ini ada yang bersifat erob atau
anerob, Gram negatif tidak bergerak dan meragikan hidrat arang dengan menghasilkan asam serta tahan
hidup pada pH 5.0. Pada bayi yang minum susu dari botol, jasad renik yang terdapat pada saluran
pencernaannya lebih beraneka ragam dan laktobasil tidak menonjol sebagai bakteri utama. Lambat laun jasad
renik pada saluran pencernaan bayi akan berubah sesuai dengan jenis makanan dan minuman yang biasa
digunakan. Jenis makanan dan minuman yang digunakan seseorang menentukan susunan jasad renik yang ada
saluran pencernaan orang dewasa.
Pada orang dewasa, jasad renik esofagus berasal dari air liur dan makanan. Derajat keasaman lambung
yang rendah menyebabkan bahwa jasad renik di dalam lambung sangat rendah (=103 105 / g isi lambung).
Dalam keadaan abnormal, seperti pada karsinoma lambung atau stenosa pilorus, maka makanan akan
tertahan dalam lambung dan akan timbul jasad renik khas berupa sarcina, sel ragi dan basil Boas oppler
(=Lactobacillus acidophilus) yang bersifat Gram positif.
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

Dengan naiknya pH usus, maka jumlah jasad renik bertambah pula. Dalam duodenum orang dewasa
ditemukan 103 106 bakteri/ g isi; dalam yeyunum dan pangkal ileum ditemukan 105 108 bakteri/ g isi dan
dalam ujung ileum serta sekum ditemukan 108 1010 bakteri/ g isi. Pada pangkal usus kecil bakteri bakteri
yang banyak ditemukan ialah laktobasil dan enterokokus, pada ujung ileum dan sekum jenis jenis bakteri
yang biasa ditemukan sama dengan jenis jenis bakteri dari kolon dan rektum. Pada kolon dan rektum
ditemukan kira kira 1011 bakteri/g isi, merupakan 10 20% dari massa tinja. Pada diare, jumlah bakteri usus
sangat berkurang.
Pada kolon orang dewasa, 96 99% jasad renik komensal terdiri atas jasad renik anerob, yaitu
bakteroides, laktobasil, klostridium, streptokokus dan hanya 1 4 % adalah jasad renik erob, yaitu koliform
Gram negatif, enterokokus, proteus, pseudomonas, laktobasil dan kandida.
Sebanyak 2 5% dari orang orang yang kelihatan sehat merupakan carrier jenis Salmonella patogen.
Jasad renik komensal usus berguna dalam pembentukan vitamin K, perombakan pigmen empedu dan asam
empedu, absorpsi zat zat makanan dan bersifat antagonis terhadap jasad renik patogen. Jasad renik komensal
usus menghasilkan pula amonia dan lain lain hasil metabolisma yang dapat diserap tubuh dan menimbulkan
koma hepatikum.
Antibiotika antibiotika yang dimakan per oral dapat mematikan untuk sementara jasad renik komensal
usus yang peka terhadap obat obatan tersebut. Pengetahuan ini dapat digunakan pada operasi usus dengan
pemberian prabedah obat obatan seperti neomisin atau sulfa yang tidak dapat diserap tubuh. Dengan
demikian, jumlah jasad renik dalam tinja akan berkurang banyak untuk beberapa hari.
Sebagian besar bakteri bakteri erob di dalam saluran pencernaan terdiri atas bakteri bakteri dari
Familia Enterbacteriaceae. Di dalam golongan ini termasuk bakteri bakteri komensal usus, basil koliform
dan spesies spesies Proteus, serta bakteri bakteri patogen dari Genus Salmonella dan Shigella.
Enterokokus, spesies Bacteroides, Clostridium, kadang kadang stafilokokus dan pelbagai jenis jamur, antara
lain Candida albicans, dapat pula ditemukan didalam saluran pencernaan. Vibrio cholerae dan Vibrio
parahaemolyticus dapat diisolasi dari penderita muntah berak. Kadang kadang dapat pula diisolasi
Mycobacterium tuberculosis dari tinja.
Sekurang kurangnya 65 jenis virus telah dapat diisolasi dari saluran pencernaan manusia, dan jumlah ini
pasti akan bertambah dengan adanya cara kerja yang lebih peka untuk isolasi virus.
Virus yang diisolasi dari saluran pencernaan terutama tergolong dalam golongan virus folio, Coxsackie
dan ECHO (= Enteric Cytopathogenic Human Orphan) serta Virus penyebab hepatitis infectiosa.

Mikroorganisme di Saluran Pencernaan


Organisme

Lokasi

Proses Infeksi

Achromobacter sp.

Us besar, ilium bawah

Komplikasi operasi

Acidaminococcus fermentrans

Us besar

Acinetobacter calcoaceticu

Us besar, ilium bawah

Komplikasi operasi

Alcaligenes faecales

Us besar, ilium bawah

Gastraint, bakteremia

Bacillus sp.

Us besar

Keracunan mak. Inf. Luka

Bacterioides

Us besar, ilium bawah

Peritonitis, abses, cholecystitis, enteritis

Bifidobacterium sp.

Us besar

Diverculitis, peritonitis

Butyrivibrio fibrosolvens

Us besar

Compylobacter sp.

Us besar

Diare

Candida albicans, yeast

Us besar, ilium bawah

Komplikasi operasi

Clostridium sp.

Us besar, ilium bawah

Keracunan mak. Cholecdochitis, pseudomemb.


Entercolicytis

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

Corynebacterium

Us besar, ilium bawah

Enterobacteriaceae

Us besar, ilium bawah

Abses, peritanitis, diare, tifoid, dsb.

Enterococcus

Us besar, ilium bawah

Peritonitis, kompl. Operasi, cholecitis

Eubacterium

Us besar

Diverculitis

Flavobacterium

Us besar, ilium bawah

Menigitis, bakteremia

Fusobacterium sp.

Us besar, ilium bawah

Abses, bakteremia

Lactobacillus sp.

Us besar, ilium bawah

Mycobacterium sp.

Us besar, ilium bawah

Mycoplasma sp.

Us besar, ilium bawah

Peptococcus sp.

Us besar

Abses, peritoniyis, myonekrosis

Peptostreptococcus sp.

Us besar, ilium bawah

Cholecytis, abses

Prapionibacterium sp.

Us besar

Endokarditis

Pseudomonas aeroginosa

Us besar, ilium bawah

Gastroentritis,meningitis, bakteremia,
komplikasi operasi

Ruminococcus bromii

Us besar

Sarcina sp.

Us besar

Staphylococcus aureus

Us besar, ilium bawah

Abses pankreas, enteritis, pseudomembran


entrocolitis, keracunan makanan.

Veillonella

Us besar

Viridans streptococcus

Us besar, ilium bawah

Vibrio sp.

Us besar, ilium bawah

JASAD RENIK PADA MAKANAN


Jasad renik pada makanan umumnya berasal dari air, uadara dan tanah serta kotoran manusia atau binatang
binatang. Makanan yang dibicarakan disini ialah susu, daging, ikan dan telur.

Jasad renik pada susu


Susu umumnya mempunyai pH antara 6.3 dan 7.2 Di dalam susu terdapat
bakteri bakteri yang dapat
mengubah gula laktosa menjadi asam laktat. Bakteri bakteri tersebut ialah :
a. Spesies Lactobacillus
b. Streptococcus lactis dan spesies sejenisnya
Spesies Lactobacillus berbentuk batang, kadang kadang panjang dan halus. Tidak dapat bergerak dan
Gram positif. Beberapa spesies dapat hidup pada suhu tinggi, 50o sampai 65oC. Umumnya bersifat mikroerofil
atau anerob. Spesies yang ditemukan pada susu antara lain ialah L.casei, L.acidophilus, L.bulgaricus,
L.helveticus dan L.plantarum.
Spesies Streptococcus yang ditemukan di dalam susu ialah Streptococcus lactis dan Streptococcus
cremoris. Streptococcus lactis biasanya adalah penyebab utama sehingga susu menjadi asam. Streptococcus
lactis dianggap berasal dari rumput kering dan padi-padian dan merupakan bakteri yang biasa mengotori susu.
S.lactis kemungkinan besar dapat mengotori susu melalui rabuk hewan tersebut. Streptococcus cremoris
mempunyai sifat sifat yang hampir sama dengan S.lactis, perbedaannya ialah bahwa S.cremoris tidak dapat
tumbuh pada suhu 40oC, di dalam kaldu NaCI 4% dan pada perbenihan dengan pH 9.2. S.cremoris juga
berasal dari tanaman.
Untuk memeriksa jumlah jasad renik dalam susu dapat digunakan empat macam cara, yaitu :
a. Cara perhitungan dengan lempeng agar tuangan

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

b.

Cara mikroskopik langsung. Sebarkanlah sejumlah 0.01 ml susu di atas gelas alas dalam suatu kotak
berukuran 1 cm persegi. Biarkanlah susu tersebut mengering, buanglah lemak yang ada dan rekatkanlah
sediaan tersebut dan warnailah dengan zat biru metilen dan periksalah sediaan tersebut dengan obyektif
100 x. Bila jumlah bakteri di dalam susu tidak banyak maka cara ini kurang teliti.
c. Cara reduksi biru metile. Cara ini menentukan waktu yang diperlukan untuk mereduksi sejumlah
tertentu biru metilen (kehilangan warna birunya) di dalam susu bila dieram pada 37oC. Makin cepat
timbul perubahan warna, makin banyak bakteri terdapat dalam susu tersebut. Berdasarkan cara reduksi
biru metilen ini maka susu dapat dibagi dalam golongan atau kelas tertentu sebagai berikut :
Kelas 1. Susu baik sekali, tidak ada reduksi dalam 8 jam.
Kelas 2. Susu baik, reduksi dalam 8 jam, tetapi tidak ada reduksi dalam 6 jam
Kelas 3. Susu lumayan, reduksi dalam 6 jam, tetapi tidak ada reduksi dalam 2 jam
Kelas 4. Susu jelek, reduksi dalam 2 jam.
d. Cara resazuri. Resazurin (diazoresorcinol) ialah suatu indikator oksidasa reduksi dengan pH antara 3.8
dan 6.5. Pada pH 3.8 atau lebih rendah, warna indikator adalah merah muda. Pada pH 6.5 atau lebih
tinggi, warna indikator adalah ungu. Makin banyak bakteri terdapat dalam susu, makin cepat terjadi
perubahan warna resazurin. Resazurin juga peka terhadap daya reduksi sel darah putih sehingga dapat
digunakan untuk memeriksa ada tidaknya mastitis pada hewan penghasil susu tersebut. Kocoklah susu
yang akan diperiksa sehingga tercampur merata. Ambillah 10 ml dan masukkanlah ke dalam suatu tabung.
Tambahkanlah 1 ml dari larutan 1:20.000 resazurin ke dalam susu tersebut. Campurkanlah sehingga
merata dan masukkanlah ke dalam penangas air, pada suhu 37oC dan periksalah tiap jam selama tiga jam
berturut turut. Bandingkanlah warna susu dengan standar warna yang telah disiapkan sebelumnya. Bila
warna susu tetap biru atau ungu selama 1 jam, maka ini berarti bahwa jumlah bakteri di dalam susu adalah
normal. Bila warna susu berubah menjadi biru-hijau atau hijau setelah 1 jam maka ini berarti bahwa
jumlah bakteri di dalam susu sangat banyak. Bila terjadi reduksi lengkap dalam waktu 1 jam atau kurang
dari itu, maka ini berarti bahwa susu tersebut mengandung banyak sekali bakteri ditambah dengan sel
sel darah putih dan hewan penghasil susu tersebut menderita mastitis.
Di Amerika Serikat, susu dan hasil lainnya yang berasal dari susu, dinilai berdasarkan jumlah bakteri yang
terdapat di dalamnya. Bahan pemeriksaan diambil sekurang kurangnya 10 ml dan dimasukkan ke dalam
botol steril. Bahan pemerisaan harus disimpan pada suhu 4oC bila belum dikerjakan. Berdasarkan jumlah
bakteri yang didapat dari susu maka dikenal penggolongan berikut untuk susu di Amerika serikat.
- Susu mentah yang dijamin baik (Certified raw milk). Umumnya ialah susu dengan jumlah bakteri
kurang dari 10.000 per ml.
- Susu mentah kelas A (Grade A raw milk). Susu ini harus dipasteurisasi. Jumlah bakteri didalam susu
tidak melebihi 200.000 per ml. Semua susu sapi untuk pasteurisasi harus berasal dari hewan yang
bertempat tinggal di daerah yang telah dinyatakan bebas tuberkulosa. Sekurang kurangnya suatu
daerah diperiksa tiap 6 tahun sekali apakah ada hewan yang menderita tuberkulosa.
- Susu mentah kelas B (Grade B raw milk). Susu ini harus dipasteurisasi. Jumlah bakteri di dalam susu
tidak melebihi 1 juta per ml.
- Susu mentah kelas C (Grade C raw milk). Susu yang tidak memenuhi syarat untuk susu mentah kelas B.
- Susu yang dijamin baik dan telah dipasteurisasi dan didinginkan serta dimasukkan ke dalam botol.
- Susu kelas A yang telah dipasteurisasi. Susu mentah kelas A yang telah dipasteurisasi dengan baik dan
telah dimasukkan botol. Untuk membuktikan bahwa pasteurisasi telah dilakukan dengan baik, hasil tes
fosfatasa harus negatif dan jumlah bakteri setelah pasteurisasi tidak melebihi 30.000 per ml, atau jumlah
bakteri koliform tidak boleh melebihi 10 per ml.
- Susu kelas B yag telah dipasteurisasi. Susu ini hanya berbeda dari susu kelas A dalam jumlah bakteri,
yaitu tidak melebihi 50.000 per ml setelah pasteurisasi. Selebihnya harus memenuhi syarat syarat susu
kelas A yang telah di pasteurisasi. Susu ini sekurang kurangnya dari susu mentah kelas B yang belum
dipasteurisasi.
Tes fosfatasa berdasarkan sifat sifat fosfatasa, yang terdapat didalam susu mentah, yang dapat
melepaskan fenol dari ester fenilfosfor. Fenol tersebut dapat diukur dengan menambahkan zat BQC (2.6dibromoquinonechloroimide) sehingga terbentuk zat biru indofenol. Ensim fosfatasa akan dirusak seluruhnya
bila susu dipanaskan pada 63oC selama 30 menit. Jadi bila tes fosfatasa positif, tanda masih ada fosfatasa di
dalam susu, maka hal ini berarti bahwa pasteurisasi susu tidak baik atau sesudah pasteurisasi pada
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

penambahan susu mentah. Jasad renik patogen dimatikan pada suhu yang lebih rendah daripada suhu yang
dibutuhkan untuk merusak fosfatasa.
Penyakit penyakit yang dapat menular melalui susu hewan kepada manusia ialah tuberkulosa, brucellosa
(Malta fever, undulant fever), Q-fever oleh sejenis rickettsia Coxiella burnetii, salmonellosis, infeksi
stafilokokus dan streptokokus, dan penyakit virus yang ditanamkan penyakit kuku dan mulut. Selain penyakit
penyakit tersebut di atas, melalui susu dapat pula menular penyakit penyakit yang berasal dari pemarah
susu atau orang orang lain yang mengerjakan susu tersebut sebelum sampai kepada konsumen. Penyakit
demikian ialah misalnya tifoid, difteri dan penyakit jengkering.
Jasad renik pada daging
Adanya jasad renik pada jaringan dan darah binatang hidup dan sehat masih belum dapat dipastikan. Ada
penyelidik yang berpendapat bahwa ada jasad renik pada jaringan hidup, tetapi ada pula yang tidak dapat
menemukan jasad renik pada jaringan binatang sehat dan hidup. Semua orang sependapat bahwa setelah
binatang mati, jaringan badannya akan kemasukan jasad renik. Jasad renik yang dapat diisolasi dari daging
segar yang disimpan pada suhu 4oC ialah dari Genus Achromobacter, Pseudomonas dan Lactobacillus.
Untuk menentukan apakah daging baik untuk dimakan atau tidak, tidak perlu dilakukan perhitungan
jumlah bakteri pada daging tersebut, karena yang penting ialah jenis bakteri yang terdapat pada daging, bukan
jumlahnya. Daging dapat dirusak oleh pelbagai jasad renik erob dan anerob. Biasanya jasad renik erob dahulu
yang bekerja kemudian baru jasad renik anerob setelah keadaan sudah baik untuk pertumbuhan jasad renik
anerob. Jasad renik yang dapat merusak daging dapat digolongkan dalam golongan berikut :
a. Batang berspora, erob, Gram positif, misalnya dari Genus Bacillus.
b. Batang tak berspora, erob, Gram negatif, misalnya E.coli dan Proteus.
c. Kokus, misalnya Micrococcus dan Staphylococcus.
d. Jasad renik anerob, misalnya Clostridium.
e. Jamur, misalnya Monilia, Aspergillus dan sebagainya.
Jasad renik pada ikan
Ikan biasanya menjadi busuk karena bakteri bakteri. Umumnya daging ikan sehat bebas dari bakteri.
Bakteri bakteri terdapat pada bagian luar dan pada saluran pencernaan ikan. Pada ikan dapat ditemukan
genus bakteri berikut : Achromobacter, Corynebbacterium, Flavobacterium, Micrococcus, Mycoplasma,
Pseudomonas, Vibrio, Bacillus, Clostridium, Proteus dan Sarcina.
Di antara bakteri bakteri ini terdapat juga jenis jenis yang patogen pada manusia. Misalnya Vibrio
parahaemolyticus dan Vibrio alginolyticus.
Jasad renik pada telur
Kulit telur sebagian besar terdiri atas kalsium karbonat dan bersifat berlubang lubang (porous).
Melalui lubang lubang ini bakteri dari lingkugan telur dapat masuk ke dalam telur tersebut. Telur yang kotor
karena kotoran kotoran kandang biasanya dicuci dahulu sebelum dijual. Pada waktu mencuci itulah bakteri
bakteri terutama dapat masuk ke dalam telur. Karena itu maka cairan yang digunakan untuk mencuci telur
biasanya mengandung zat zat yang dapat mematikan bakteri, misalnya formalin, alkohol, asam belerang,
natrium hidroksida, sabun dan sebagainya.
Di dalam telur dapat ditemukan bakteri bakteri seperti Salmonella gallinarum, S.schottmuelleri,
S.thompson, dan S.typhimurium.
Pada putih telur terdapat zat lisosom yang bersifat bakterisida, juga membrana kulit telur mengandung zat
bakterisida sehingga dapat menahan masuknya beberapa jenis bakteri seperti misalnya Pseudomonas
aeruginosa.
Keracunan makanan karena bakteri
Ada empat genus bakteri yang dapat menyebab keracunan makanan, yaitu :
a. Staphylococcus aureus
b. Salmonella (S.enteritidis; S.typhimurium; dan sebagainya.
c. Clostridium (Cl.botulinum dan CI.parabotulinum)
d. Streptococcus tipe alfa (S.faecalis; S.faecalis var. Liquefaciens; S.faecalis var.zymogenes)

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

10

Selain itu kadang kadang Escherichia coli dan Proteus vulgaris dilaporkan pula sebagai penyebab
keracunan makanan. Di Jepang Vibrio parahaemolyticus dianggap pula sebagai salah satu penyebab
keracunan dengan gejala gejala muntah berak.

III.

CARA ISOLASI BAKTERI PATOGEN SALURAN PENCERNAAN

A.

Bahan pemeriksaan tinja


Pada umumnya pengasingan jasad renik, termasuk virus, dari bahan pemeriksaan tinja dapat berupa tinja
penderita yang dikeluarkan secara alamiah atau usapan poros usus penderita (rectal swab). Hasil yang
diperoleh dari kedua jenis bahan ini umumnya sama. Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pengasingan
bakteri patogen dari tinja, sebaiknya dipilih bagian tinja yang berlendir. Pembiakan bahan pemeriksaan
dilakukan pada perbenihan selektif.
Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya segera dikirim ke laboratorium. Bila hal ini tidak mungkin terlaksana
karena jarak jauh, maka untuk pemeriksaan dan pengasingan Salmonella, bahan dapat didinginkan tanpa
mengurangi hasil pemeriksaan. Dapat pula bahan pmeriksaan tinja dimasukkan ke dalam perbenihan
pengawet sebelum dikirim ke laboratorium. Untuk pengiriman tinja dapat digunakan perbenihan Stuart,
perbenihan Cary-Blair, maupun perbenihan air pepton lindi.
B. Cara isolasi Salmonella dan Shigella
Salmonella dan Shigella hanya terdapat pada tinja dalam jumlah yang berarti, pada stadium akut masa
sakit diare, yaitu pada 3 hari pertama. Karena itu bahan pemeriksaan harus diambil pada masa tersebut.
Bahan pemeriksaan terbaik ialah bagian bagian yang berlendir dan mengandung darah atau jaringan
epitel. Pada penderita disentri khronis, bahan pemeriksaan yang didapat dengan cara proktoskopi memberikan
kemungkinan paling besar untuk isolasi Shigella. Bila tidak dapat diperoleh bahan pemeriksaan berupa tinja,
dapat pula diambil bahan pemeriksaan dengan menggunakan pengusap poros usus (rectal swab). Untuk
pemeriksaan penderita konvalesen dan juga pada pemeriksaan carrier, sebaiknya digunakan bahan
pemeriksaan tinja, bukan pengusap poros usus.
Bahan pemeriksaan tinja yang disimpan lama akan menyebabkan bertambahnya dengan cepat jumlah
bakteri bakteri komensal biasa dari usus dan bakteri bakteri Shigella mudah terdesak dan mati. Karena itu
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

11

sebaiknya dilakukan penanaman bahan pemeriksaan segera pada perbenihan perbenihan yang sesuai. Di
mana ada kesempatan, periksalah beberapa bahan dari satu penderita, sehingga hasilnya lebih dapat dipercaya.
Untuk isolasi Salmonella dan Shigella ada banyak macam perbenihan yang dapat digunakan, tetapi,
terbagi dalam beberapa kelompok.
- Kelompok perbenihan diferensial bukan selektif, misalnya perbenihan agar eosin bitu metilen (EMB),
agar MacConkey atau agar desoxikholat
Leifson. Perbenihan perbenihan ini mengandung hidrat
arang tertentu,
indikator indikator dan bahan bahan kimia menghambat banyak jenis bakteri
Gram positif. Untuk membedakan antara jenis jenis bakteri usus digunakan laktosa, dan kadang
kadang sukrosa, sehingga bakteri yang meragikan laktosa akan membentuk koloni koloni bakteri yang
berwarna, sedangkan bakteri bakteri yang tidak meragikan laktosa tumbuh sebagai koloni koloni yang
tidak berwarna. Pada perbenihan perbenihan ini Salmonella dan Shigella membentuk koloni koloni
tidak berwarna.
- Kelompok perbenihan diferensial dan sedikit selektif, misalnya perbenihan agar SS (Salmonella Shigella),
perbenihan agar desoxikholat sitrat, perbenihan agar hijau brilian Kauffmann dan perbenihan agar bismut
sulfit Wilson-Blair. Pada perbenihan perbenihan ini jenis jenis Esherichia dan Proteus dihambat
sedangkan Salmonella dan Shigella dapat tumbuh. Salmonella dan Shigella akan membentuk koloni
koloni tidak berwarna pada perbenihan perbenihan ini.
- Kelompok perbenihan selektif dan menyuburkan, seperti kaldu selenit Leifson, kaldu tetrationat Mueller
dan kaldu Hajna GN. Pada perbenihan perbenihan ini pertumbuhan bakteri Gram positif dihambat,
pertumbuhan kaliform dan Preteus dihambat sementara (12 sampai 18 jam) dan pertumbuhan Salmonella
dan Shigella lebih subur.
Penggunaan perbenihan selektif pada isolasi bakteri bakteri usus dapat pula mempengaruhi dan
menghambat pertumbuhan bakteri bakteri usus patogen yang kurang kuat, karena adanya zat zat
penghambat pertumbuhan bakteri koliform di dalam perbenihan tersebut. Hal ini terutama berlaku untuk jenis
jenis bakteri Shigella. Untuk mengatasi ini, maka TAYLOR membuat perbenihan agar xilosalisindesoxikholat (XLD), yang dapat dipakai untuk pertumbuhan semua jenis bakteri usus patogen.
Untuk isolasi Salmonella dan Shigella dari tinja dianjurkan cara kerja berikut :
- Bahan pemeriksaan ditanamkan secara tebal pada lempeng agar SS, hijau brilian, dan desoxikholat sitrat
atau MacConkey. Cara penanaman menurut cara yang telah dibicarakan pada Bab III B.
- Pada waktu yang bersamaan tanamkanlah pula bahan tersebut secara tipis pada lempeng agar EMB, XLD
atau desoxikholat.
- Khusus untuk isolasi basil tifoid dari penderita dan carrier, digunakan lempeng agar bismut sulfit untuk
penanaman bahan pemeriksaan.
- Masukkanlah pula bahan tinja ke dalam perbenihan cair selenit dan perbenihan cair GN. Setelah
pengeraman 24 jam, tanamkanlah beberapa sengkelit pada perbenihan perbenihan padat berikut. Dari
perbenihan selenit ditanamkan pada lempeng agar EMB atau MacConkey dan dariGN pada lempeng agar
XLD.
- Eramkanlah semua perbenihan ini pada 37oC selama 24 jam dan 48 jam. (lempeng agar bismut sulfit
memerlukan waktu lebih banyak). Periksalah lempeng agar tersebut akan adanya koloni koloni
tersangka.
Salmonella dan Shigella membentuk koloni tidak berwarna pada perbenihan perbenihan ini, kecuali
pada perbenihan XLD yang menghasilkan koloni merah, kadang kadang dengan bagian tengah yag hitam.
Salmonella typhi membentuk koloni hitam, keruh pada lempeng agar bismut sulfit. Meskipun sudah ada
patokan patokan tentang jenis koloni yang akan tumbuh pada perbenihan perbenihan ini, haruslah diingat
selalu bahwa pada perbenihan perbenihan selektif dapat saja tumbuh koloni koloni atiptik. Karena itu pada
waktu pemilihan koloni koloni untuk identifikasi selanjutnya haruslah diperhatikan kemungkinan ini.
Khusus untuk isolasi Salmonella typhi dari darah dan air kemih serta isolasi
lain lain spesies bakteri
usus dari air kemih dapat dilakukan cara kerja berikut. Bahan pemeriksaan berupa darah dimasukkan ke dalam
perbenihan empedu dalam perbandingan 1 bagian bahan dan 10 bagian perbenihan, serta dieramkan pada
37oC. Bila pembiakan tetap negatif setelah 10 sampai 14 hari, barulah diberikan hasil negatif. Biasanya biakan
darah akan positif untuk Salmonella typhi pada masa sakit minggu pertama sampai dengan minggu kedua.
Perbenihan yang digunakan ialah lempeng agar bismut sulfit, SS, EMB atau MacConkey. Bahan pemeriksaan
berupa air kemih ditanam langsung pada perbenihan perbenihan selektif dan pada perbenihan cair yang
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

12

menyuburkan, setelah dipusingkan selama 20-30 menit pada 2500-3000 pusingan semenit. Yang digunakan
ialah endapan dari bahan air kemih tersebut. Penanaman pada perbenihan padat dari perbenihan cair yang
menyuburkan dilakukan setelah pengeraman 24 sampai 48 jam pada 37oC. Untuk identifikasi Salmonella dan
Shigella, perlu diketahui penggolongan bakteri bakteri ini dan hubungannya dengan
bakteri bakteri
usus yang lain.
Hasil pembiakan pada perbenihan agar TSI sebaiknya harus dilihat setelah 24 jam, bila telah lewat 48 jam
hasil pembiakan tersebut tidak dapat dipercaya lagi. Selanjutnya biakan bakteri tersebut ditanam pada
perbenihan agar miring urea (perbenihan Christensen).
Untuk membedakn jenis jenis Enterobacteriaceae yang meragikan laktosa digunakan beberapa tes,
yaitu tes IMViC, yang merupakan singkatan dari tes indol, tes merah metil, tes Voges-Proskauer dan tes sitrat
(citrat). (Huruf i dalam IMViC hanya digunakan agar kumpulan huruf huruf tersebut dapat diucapkan
sebagai satu kata).
Tes indol menggunakan perbenihan cair triptofan. Biakan berumur 48 jam diberi reagensia Kovac atau
Ehrlich. Warna merah menandakan adanya pembentukan indol dari triptofan.
Tes merah metil menggunakan perbenihan cair kaldu dextrosa. Biakan berumur 48 sampai 96 jam diberi 5
tetes indikator merah metil. Warna merah menandakan tes positif dan warna kuning menandakan tes negatif.
Tes Voges-Proskauer menggunakan juga perbenihan cair kaldu dextrosa. Biakan berumur 48 jam diberi
15 tetes larutan alfa naftol 5 % dan 10 tetes larutan kalium hidroxida 40%. Tes positif menandakan adanya
pembentukan asetil metil karbinol, dan dapat dilihat 15 sampai 30 menit setelah pemberian reagensia.
Tes sitrat menggunakan perbenihan agar miring sitrat (perbenihan sitrat Simmon). Hasil tes positif bila
terlihat perubahan warna dari hijau ke biru tua pada perbenihan tersebut. Hal ini menandakan bahwa bakteri
tersebut dapat menggunakan sitrat sebagai satu satunya sumber karbon.
Bakteri bakteri Enterobacteriaceae mempunyai banyak jenis antigen yang dapat digolongkan dalam 3
kelompok utama :
a. Antigen K (berasal dari kata Jerman Kapsel = simpai). Antigen ini mengelilingi badan sel bakteri.
Umumnya bersifat termol-labil. Pada Genus penggolongan selanjutnya berdasrkan sifat antigen K-nya.
Antigen K dapat menutupi antigen O yang termo-stabil, terutama pada sel sel hidup, sehingga sel sel
tersebut tidak dapat beraglutinasi dengan serum anti O. Contoh lain antigen K ialah antigen Vi dari
Salmonella typhi dan antigen B dari tipe tertentu Escherichia coli.
b. Antigen O (berasal dari kata Jerman Ohne Hauch = tidak menyebar), dinamakan juga antigen somatik.
Antigen ini bersifat termo-labil dan terdapat di dalam badan sel serta terdiri atas polisakharida. Susunan
antigen O menentukan penggolongan selanjutnya dari Salmonella, Citrobacter, Escherichia dan Serratia.
c. Antigen H (berasal dari kata Jerman Hauch = menyebar). Antigen H ialah antigen flagel terdiri atas
protein dan bersifat termol-labil. Serotipe dari golongan golongan somatik pada Genus Salmonella dan
beberapa genus lain ditentukan dengan antigen H.
Kebanyakan Salmonella adalah diphasic (dua fasa), ini berarti bahwa tipe yang dapat bergerak
mempunyai dua bentuk antigen yang dinamakan fasa (phase). Fasa fasa ini mempunyai antigen O yang
sama tetapi tiap fasa mempunyai antigen H sendiri. Untuk menentukan tipe bakteri, perlu ditentukan antigen
H pada kedua fasa tersebut. Kedua fasa fasa tersebut tidak selalu dapat ditentukan dengan segera, kadang
kadang satu fasa harus ditekan dahulu sebelum dapat ditentukan fasa kedua yang laten.
Salmonella umumnya dapat bergerak, kecuali S.typhi dan S.gallinarum,
spesies spesies yang lain
meragikan glukosa dengan membentuk gas. Koloni koloni tersangka Salmonella ditanam pada agar TSI.
Bila pada agar TSI menghasilkan reaksi asam, gas dan H2S di tempat tegak (butt) dan reaksi lindi pada
tempat miring (slant) maka lakukanlah penanaman pada agar urea. Bila pada agar urea hasilnya negatif,
maka biakan tersebut dites selanjutnya dengan serum anti Salmonella polivalen. Biakan murni untuk
selanjutnya diperiksa geraknya dan ditanam pada perbenihan perbenihan yang disebut pada Tabel IV.9
Genus Salmonella terbagi pula dalam subgolongan berdasarkan antigen O-nya dan selanjutnya serotipenya
ditentukan berdasarkan antigen H. Yang menyusun bagan antigen Salmonella ini ialah KAUFFMANN dan
WHITE. Untuk melakukan penentuan subgolongan dan serotipenya dilakukan reaksi aglutinasi mikroskopik
dengan serum anti pada gelas alas.
Untuk identifikasi S.typhi secara cepat dapat digunakan sifat sifat berikut : bakteri batang Gram negatif
pada perbenihan isolasi. Pada agar TSI menghasilkan reaksi asam tanpa gas dan ada H2S pada bagian tegak
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

13

serta reaksi lindi pada bagian miring. Pada reaksi serologik beraglutinasi dengan serum anti Vi. Selanjutnya
harus ditentukan lagi sifat sifat biokimia dan serologik yang lain.
Semua spesies Shigella tidak dapat bergerak, tidak menghasilkan H2S dan dengan beberapa kekecualian
umumnya tidak membentuk gas. Umumnya tidak membentuk katalasa. Koloni bakteri batang Gram negatif
pada perbenihan isolasi ditanam pada agar TSI. Bila ada agar TSI menghasilkan reaksi asam, tanpa H2S dan
gas pada bagian tegak dan reaksi lindi pada bagain miring, lakukanlah reaksi aglutinasi dengan serum anti
Shigella polivalen. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan hasil cepat, tetapi selanjutnya biakan tersebut harus
diperiksa terus dengan menentukan sifat gerak dan sifat sifat biokimia. Genus Shigella terbagi dalam
subgolongan A sampai D dan tiap subgolongan mempunyai banyak tipe.
Di Amerika Utara dan Inggris dilakukan pula penggolongan bakteri Shigella berdasarkan cara
penggolongan dengan kolisin. Kolisin ialah sejenis zat yang menyerupai antibiotika, yang dihasilkan oleh
beberapa bakteri usus Gram negatif, dan dapat mematikan bakteri bakteri lain dari usus..

TABEL INTERPRETASI REAKSI PADA AGAR TSI


Reaksi
Tegak

Miring

: asam

Hidrat arang yang diragikan


Glukosa (asam tanpa gas)

Bakteri - bakteri
Escherichia

gas

Laktosa dan/atau sukrosa

Klebsiella atau

(asam dan gas)

Enterobacter

H2S

Proteus

: asam

Intermediate coliforms
Hidrat arang yang diragikan

Reaksi

Tegak

Bakteri - bakteri

: asam

Glukosa (asam dan gas)

Salmonella*

gas

Laktosa san sukrosa

Proteus

tidak diragikan
Miring

H2S

: asam

Citrobacter(tipe tertentu)
Edwardsiella

Tegak

: asam

Glukosa (asam saja)

Salmonella*

gas

Laktosa dan sukrosa

Shigella

H2S

Proteus

Miring

: asam

Serratia

Tegak

: asam

Glukosa (asam dan gas)

gas

Laktosa dan/atau

H2S

Sukrosa (asam dan gas)

Miring

: asam

Tegak

: asam

H2S

Pseudomonas**

: asam

Herellea**

tidak diragikan

Miring

Tidak ada

Citrobacter

Alcaligenes**

* S.typhi membentuk H2S tetapi tidak/jarang membentuk gas


** Bakteri bakteri ini dimasukkan disini karena pada perbenihan isolasi sangat menyerupai golongan Enterobacte riaceae yang
tidak meragikan laktosa.

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

14

TABEL REAKSI BIOKIMIA BEBERAPA GENUS ENTEROBACTERIACEAE


Tes
Adonit

Salmonella
-

Shigella
-

Escherichia
-

Klebsiella
+ atau

Proteus
- atau +

Dulsit

berubah-ubah

berubah-ubah

- atau +

+/gas

+/gas

+/gas

+/gas

berubah-ubah

+/gas

- atau +

Laktosa

berubah-ubah

Manit

berubah-ubah

- atau +

Salisin

berubah-ubah

+ atau

Sukrosa

+ atau

Indol

berubah-ubah

berubah-ubah

+ atau

Merah metil

Voges-Proskauer

- atau +

Sitrat Simmon

+ atau

KCN

Salmonella

Shigella

Escherichia

Klebsiella

Proteus

Natrium malonat

Arginin

+ atau -

Glukosa
Inosit

Tes
Fenilalanin
diaminasa

dihidrolasa
Lisin
dekarboxilasa
Ornitin
dekarboxilasa

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

15

TABEL SEROTIPE SALMONELLA BERDASARKAN SUSUNAN ANTIGEN KAUFFMANN WHITE


Tipe

Antigen O

Antigen H
Fasal 1

Fasal 2

S.paratyphi A

Golongan A
1, 2, 12

S.tinda
S.paratyphi B
S.typhimurium
S.heildelberg

Golongan B
1, 4, 12, 27
1, 4, 5, 12
1, 4, 5, 12
4, 5, 12

a
b
i
r

e, n, z15
1, 2
1, 2
1, 2

S.paratyphi C
S.thompson

Golongan C1
6, 7, Vi
6, 7

c
k

1,5
1,5

S.newport

Golongan C2
6, 8

e, h

1,2

S.typhi
S.enteritidis
S.sendai

Golongan D
9, 12, Vi
1, 9, 12
1, 9, 12

d
g, m
a

1,5

S.oxford
S.london

Golongan E2
3, 10
3, 10

a
1, v

1,7
1,6

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

16

CARA MEMBEDAKAN GENUS GENUS ENTEROBACTERIACEAE


Agat TSI
(Tegak, asam, miring, lindi)
urea

+
(Dalam 2-4 jam)

+
(setelah 24 jam atau lebih)

- Spesies Proteus

- Klebsiella
- Enterobacter
- Serratia
Agar TSI
H2S +

Gas +

H2S Gas -

Salmonella
Citrobacter
Edwardsiella

Gas +

Salmonella typhi
Salmonella

Gas

Salmonella

Shigella

CARA MEMBEDAKAN BAKTERI PERAGI LAKTOSA DARI ENTEROBACTERIACEAE


Pelagi Laktosa
Segera
(Asam dan Gas)

Lambat

Reaksi IMViC
Asam saja
- Shigella
- Escherichia
- Serratia
- Enterobacter
++--

Asam dan gas


- Citrobacter
- Serratia
- Enterobacter

--++

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

17

- Escherichia
coli

- Klebsiella
- Enterobacter

IMVic =SIm-Indol-Voges vaskuaer-Catalase

CARA MEMBEDAKAN SPESIES SHIGELLA BERDASARKAN SIFAT SIFAT BIOKIMIA


Peragi glukosa
(umumnya tanpa gas)

Manit -

Indol -

Sh.dysenteriae 1
3
4
5
6
9
10

Manit +

Indol +

Laktosa -

Laktosa +

Sh. Dysenteriae 2
7
8

Indol

Indol -

Indol+

Sh. Sonnei

Sh. Flexneri 6 Sh. Flexneri 1


Sh. Boydii 1
2
2
3
3
4
4
5
6 Sh. boydii 5
8
7
10
9
12
11
14
13
15

Cara isolasi Escherichia coli


Serotipe serotipe tertentu dari Escherichia coli dapat menyebabkan penyakit diare pada bayi, terutama
pada neonatus. Bahan pemeriksaan diambil pada permulaan masa sakit dan sebelum pemberian obat obatan.
Perbenihan yang digunakan untuk isolasi bakteri ini ialah perbenihan agar EMB atau MacConkey, dan
perbenihan agar darah. Setelah dieram pada 37o selama 24 jam, periksalah koloni koloni yang tumbuh pada
perbenihan tersebut. Ambillah sekurang kurangnya tiga koloni yang menyerupai Escherichia dan buatlah
suspensi dari masing masing koloni tersebut pada setetes serum anti OB polivalen di atas gelas alas. Bila
ditemukan reaksi aglutinasi positif, maka hal ini merupakan suatu tanda identifikasi sementara dari golongan
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

18

bakteri tersebut. Untuk selanjutnya dilakukan identifikasi bakteri berdasarkan Bagan IV.3 dan Tabel.8 dan
Tabel IV.9. Umumnya E.coli meragikan laktosa dengan membentuk asam dan gas, serta reaksi IMViC ialah +
+ - -. Ada pula E.coli yang tidak meragikan atau sangat lambat meragikan laktosa. Ada jenis E.coli yang dapat
bergerak dan ada yang tidak dapat bergerak. Umumnya E.coli tidak menyebabkan hemolisa pada lempeng
agar darah. E.coli dapat menyebabkan pelbagai macam penyakit pada manusia.
- Penyakit yang kadang kadang dapat menjadi fatal seperti sistitis, pielitis, pielonefritis, appendisitis,
peritonitis, infeksi kandung empedu, septisemia, meningitis dan endoskarditis.
- Epidemic diarrhea pada bayi dan neonatus.
- Summer diarrhea.
Susunan antigen bakteri ini sama rumitnya dengan susunan antigen Salmonella. Ada kira kira 150
antigen O dari Escherichia yang dikenal sekarang. Banyak anggota Escherichia yang mempunyai antigen K,
terdiri atas tipe L, A, atau B. Serotipe E.coli ditentukan berdasarkan antigen K dan H.
Escherichia coli enteropatogenik. Sebelas dari golongan antigen O Escherichia coli adalah penyebab
diare pada bayi dan neonatus. Sifat sifat biokimia dari serotipe serotipe ini adalah sama, sehingga satu
satunya cara untuk membedakannya ialah dengan tes serologik. Untuk tes aglutinasi E.coli dengan serum anti
O, haruslah terlebih dahulu dipanaskan suspensi bakteri tersebut selama 1 jam pada 100oC. Bakteri E.coli
hidup dapat beraglutinasi segera dengan serum anti OB, yaitu serum anti yang dibuat dengan menggunakan
sel bakteri yang tidak dipanaskan dan mengandung antigen K tipe B. Serotipe E.coli enteropatogenik yang
menyebabkan diare pada bayi dan neonatus ialah :
O26
: B6
O112
: B11
O126
: B16
O55
: B5
O119
: B4
O127
: B8
O86
: B7
O124
: B17
O128
: B12
O111
: B4
O125
: B15
Ternyata E.coli tipe O124 merupakan bakteri patogen pula pada orang dewasa.
Cara isolasi vibrio patogen
Genus vibrio tergolong dalam Familia Vibrionaceae, bakteri bakteri bentuk batang bengkok atau spiral.
Spesies spesies yang dikenal patogen ialah Vibrio cholerae, terbagi dalam dua biotipe, yaitu yang Cholerae
dan El Tor; Vibrio parahaemolyticus, dan Vibrio alginolyticus.
Sifat sifat umum Genus Vibrio ialah sebagi berikut : bakteri berbentuk batang bengkok, dapat bergerak,
mempunyai satu bulu cambuk yang terletak pada salah satu ujung batang. Ada spesies yang erob, fakultatif
anerob atau anerob. Vibrio tersebar luas dalam alam, hidup sebagi saprofit di dalam air tawar, air laut, tanah
dan sebagi parasit pada manusia maupun pada pelbagai binatang. Ada spesies yang patogen dan ada yang
apatogen.
Baik Vibrio cholerae biotipe cholerae maupun biotipe El Tor ditemukan pada manusia dan didalam air,
bersifat erob dan Gram negatif. Bertumbuh cepat dalam perbenihan air pepton dan dapat membentuk selaput
pada permukaan perbenihan tersebut, setelah 6 sampai 9 jam.
Vibrio cholerae biotipe cholerae menimbulkan hemodigesti pada perbenihan agar darah, yaitu suatu
daerah kehijau hijauan di sekitar koloni bakteri, dan tidak tampak adanya hemolisa.
Vibrio cholerae biotipe El Tor selain menimbulkan hemodigesti juga menyebabkan hemolisa.
Vibrio cholerae menghasilkan indol dan H2S serta mereduksi nitrat menjadi nitrit. Gelatin dicairkan dan
glukosa, maltosa, manit serta sukrosa diragikan menjadi asam tanpa membentuk gas. Suhu dan pH optimum
untuk bakteri ini ialah masing masing 37oC dan 7.6 8.0. Pada manusia bakteri ini dapat menimbulkan
penyakit
muntah-berak akut.
Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio alginolyticus dapat ditemukan pada manusia, binatang laut maupun
air laut. Bakteri bakteri ini bersifat erob dan fakultatif halofilik. Pada pewarnaan Gram memberi hasil
negatif. Pada perbenihan agar darah biasa menimbulkan hemodigesti dan hemolisa, sama seperti Vibrio
cholerae biotipe El Tor. Dengan menggunakan perbenihan agar BHI darah manusia, Vibrio
parahaemolyticus dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu yang bersifat positif fenomena Kanagawa,
mengadakan hemolisa pada agar BHI darah manusia dan dianggap patogen dan yang bersifat negatif
fenomena Kanagawa, tidak mengadakan hemolisa pada agar BHI darah manusia.
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

19

Bakteri bakteri ini menghasilkan indol, mereduksi nitrat menjadi nitrit, mencairkan gelatin tetapi tidak
menghasilkan H2S. Vibrio parahaemolyticus tidak tumbuh pada perbenihan air pepton yang tidak
mengandung NaCI, tumbuh baik pada perbenihan air pepton dengan konsentrasi NaCI sampai dengan 8%,
dan tidak tumbuh pada perbenihan dengan konsentrasi NaCI 10% atau lebih.
Vibrio alginolyticus tidak tumbuh pada perbenihan air pepton tanpa NaCi, tumbuh baik pada perbenihan
air pepton NaCI 3% sampai dengan 10%. Kedua jenis Vibrio ini meragikan glukosa, maltosa dan manit tanpa
membentuk gas. Vibrio parahaemolyticus tidak meragikan sukrosa, sebaliknya Vibrio alginoyticus meragikan
sukrosa. Tes merah metil memberikan hasil negatif, tetapi tes Voges-Proskauer memberi hasil positif pada
Vibrio alginolyticus, sedangkan pada Vibrio parahaemolyticus hal sebaliknya yang berlaku. Suhu dan pH
optimum untuk bakteri bakteri ini ialah masing masing 37oC dan 7.5-8.5. Kedua jenis bakteri ini sejak
tahun 1950 dikenal di Jepang sebagai penyebab penyakit muntah berak akut, menyerupai penyakit yang
ditimbulkan oleh Vibrio cholerae.
Bahan pemeriksaan dapat berasal dari penderita penyakit muntah-berak akut, anggota keluarganya
maupun makanan dan air yang terdapat di lingkungan penderita tersebut.
a. Bahan yang berasal dari penderita maupun keluarganya dapat berupa tinja atau usapan poros usus (rectal
swab), bahan muntahan dan bahan bedah mayat berupa potongan usus.
b. Bahan makanan biasanya ialah makanan yang dicurigai mengandung
bakteri bakteri tersebut, yaitu
makanan yang telah disantap oleh penderita penyakit muntah-berak akut.
c. Bahan yang dicurigai mengandung bakteri bakteri Vibrio dapat berasal dari air sumur maupun air
tempayan di rumah penderita, air yang digunakan penjaja makanan atau dapat pula berasal dari sumber
sumber air di suatu daerah tertentu. Jadi dalam hal ini, semua air, yang dicurigai mengandung bakteri
Vibrio, harus diambil untuk diperiksa.
- Bahan tinja penderita atau keluarganya paling baik diambil dengan memakai suatu usapan dengan
memilih bagian bagian yang berlendir dan kemudian dicelupkan ke dalam suatu perbenihan
pengawet.
- Bahan muntahan penderita sebanyak kurang lebih 1 ml dimasukkan ke dalam 10 ml perbenihan
pengawet.
- Bahan bedah mayat penderita, berupa potongan usus besar dimasukkan ke dalam perbenihan
pengawet.
- Bahan makanan, misalnya ikan, dapat dimasukkan ke dalam kantong plastik bersih dan langsung
dibawa ke laboratorium, bila jaraknya dekat. Bila memerlukan waktu lama sebelum sampai di
laboratorium sebaiknya diambil kira kira 10 g bahan lalu dimasukkan ke dalam perbenihan
pengawet sebanyak 90 ml.
- Jadi perbandingan antara bahan pemeriksaan dan perbenihan pengawet ialah kira kira 1:9.
- Bahan air diambil sebanyak 900 ml lalu dimasukkan ke dalam 100 ml perbenihan pengawet dengan
kepekatan 10 kali perbenihan pengawet biasa.
Bahan pemeriksaan harus segera dikirim ke laboratorium dengan memperhatikan ketentuan ketentuan
tentang cara pengiriman..
Cara isolasi
Bahan pemeriksaan yang tiba di laboratorium dalam perbenihan air pepton alkalik setelah lewat lebih dari
8 jam sejak pengambilannya, dapat segera ditanam pada perbenihan agar TCBS (Thiosulphate Citrate Bile
Salts Sucrosa Agar) sedangkan bahan pemeriksaan yang masih segar dieram pada suhu 37oC selama 6
sampai 8 jam. Setelah dieram, dari permukaan perbenihan air pepton alkalik itu diambil secara aseptik
beberapa tetes untuk ditanam pada perbenihan agar TCBS. Perbenihan terakhir ini kemudian dieram pada
suhu 37oC selama 18 sampai 24 jam.
Bahan pemeriksaan berupa makanan, seperti usus ikan, daging ikan, kepiting, kerang, maupun bahan
bedah mayat berupa potongan usus, digerus dulu dalam mortir sampai homogen. Sebagai pelarut digunakan
air pepton dengan NaCI dalam konsentrasi 2% sampai 4%. Perbandingan antara bahan pemeriksaan dengan
bahan pelarut yang digunakan ialah 1:9. Misalnya 10 g bahan pemeriksaan dengan 90 ml bahan pelarut.
Kemudian larutan bahan pemeriksaan yang telah dihomogen di masukkan ke dalam perbenihan
persemaian, bila ada dugaan bahwa hanya sedikit saja bakteri Vibrio terdapat dalam bahan pemeriksaan itu,
atau dapat pula langsung ditanam pada perbenihan agar TCBS. Perbenihan persemaian yang dapat digunakan
ialah perbenihan cair Bismut sulfit dengan NaCI 3%. Bila bahan pemeriksaan dimasukkan ke dalam
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

20

perbenihan persemaian, perbenihan itu dieram pada suhu 37oC selama 18 sampai 24 jam. Kemudian tanamlah
beberapa tetes cairan tabung tersebut pada perbenihan agar TCBS dan eramkan pada suhu 37oC selama 18
sampai 24 jam. Pada perbenihan agar TCBS hanya dapat tumbuh beberapa jenis bakteri karena sifat
perbenihan ini yang sangat selektif. Perbenihan ini untuk pertama kali digunakan oleh KOBAYASHI dkk,
tahun 1963 dan sangat dianjurkan untuk dipakai pada isolasi Vibrio. Untuk isolasi spesies spesies Vibrio
selanjutnya selain mengikuti uraian di bawah ini.
Isolasi Vibrio cholerae biotipe cholerae maupun El Tor
Bakteri ini akan membentuk koloni yang berwarna kuning muda pada perbenihan agat TCBS. Koloni
yang tersangka pada perbenihan agar TCBS dipilih, lalu dilakukan reaksi gumpal mikroskopik dengan serum
anti Vibrio cholerae nonspesifik. Bila benar Vibrio cholerae maka hasil reaksi gumpal ialah positif.
Selanjutnya dilakukan pula pewarnaan sediaan menurut Gram, penanaman pada agar miring , penanaman
pada agar TSI, penanaman pada perbenihan agar SIM, serta penanaman pada perbenihan air pepton (untuk tes
indol dan merah kholera). Setelah dieram pada suhu 37oC selama 18 sampai 24 jam, bakteri yang tumbuh
pada agar miring di tanam lagi pada perbenihan gelatin, perbenihan cair pepton nitrat, perbenihan kaldu
glukosa, perbenihan kaldu darah dan pada perbenihan gula gula glukosa, laktosa, manosa, arabinosa, manit
dan maltosa. Juga dilakukan reaksi gumpal mikroskopik dengan serum antikholera spesifik, Inaba dan Ogawa,
serta pewarnaan sediaan menurut Gray.
Untuk membedakan antara Vibrio cholerae biotipe cholerae dan Vibrio cholerae biotipe El Tor dapat
dilakukan pula tiga macam tes lain. Ketiga tes itu ialah, tes polimixin B (GAN dan TJIA, 1963), tes aglutinasi
sel darah merah ayam (FINKELSTEIN dan MUKERJEE, 1963), serta tes tipe faga IV (MUKERJEE, 1961).
Isolasi Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio alginolyticus
Pada agar TCBS, Vibrio parahemolyticus akan membentuk koloni berwarna biru atau mempunyai bagian
tengah yang berwarna hijau, dan Vibrio alginolyticus akan membentuk koloni berwarna kuning. Pertumbuhan
bakteri bakteri ini pada agar TCBS sangat subur sehingga koloninya besar besar. Koloni bakteri yang
tersangka diambil lalu dibuat sediaan untuk pewarnaan Gram, serta ditanam pada perbenihan agar miring
dengan NaCI 3%, perbenihan TSI dengan NaCI 3%, perbenihan SIM dengan NaCI 3% dan perbenihan
perbenihan air pepton biasa, air pepton dengan NaCI 3%, 8%, dan 10%.
Dari hasil pewarnaan dan penanaman pada perbenihan perbenihan dapatlah dilakukan penggolongan
sementara dengan syarat bahwa koloni kuning tidak mengadakan reaksi gumpal dengan serum antikholera
nonspesifik. Vibrio parahaemolyticus akan menghasilkan pewarnaan Gram negatif, berbentuk batang pendek,
TSI miring negatif, tegak positif tanpa gas dan H2S, gerak positif, tidak tumbuh pada perbenihan pepton biasa
dan pepton NaCI 10%, hanya tumbuh pada perbenihan pepton dengan NaCI 3% dan 8%, tes indol positif, tes
merah kholera positif dan tes oksidasa sitokhrom positif.
Perbedaan hasil yang didapat untuk Vibrio alginolyticus pada tingkat ini hanya dalam hasil TSI miring
positif tanpa gas dan H2S, tumbuh juga pada perbenihan pepton dengan NaCI 10%. Pada hari kedua dari
pemeriksaan dilakukan penanaman pada perbenihan gelatin dengan NaCI 3%, perbenihan gula gula glukosa,
laktosa, manosa, arabinosa, manit dan maltosa yang telah diberi tambahan air laut sintetik, perbenihan cair
pepton nitrat, perbenihan kaldu glukosa, perbenihan dekarboksilasa lisi, perbenihan agar BHI-darah manusia.
Juga dapat dilakukan pewarnaan sediaan menurut Gray dan reaksi gumpal mikroskopik dengan serum anti O
dan K.
Vibrio parahaemolyticus untuk koloni bakteri yang sifat sifat morfologik dan biokimianya sama dengan
sifat sifat Vibrio parahaemolyticus. Dengan apa yang dapat dilakukan diatas sudah cukup untuk
pengasingan dan identifikasi Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio alginolyticus, yaitu hasil hasil
pemeriksaan sifat sifat morfologik dan biokimia. Bakteri bakteri lain yang dapat tumbuh pada perbenihan
agar TCBS dengan membentuk koloni kuning, hijau, hitam, atau putih ialah :
Proteus
: warna koloni kuning, hitam atau hijau, bentuk koloni kecil, pada perbenihan gula gula
akan meragikan dengan pembentukan asam dan gas, tes oksidasa sitokhrom negatif, pada
TSI akan menghasilkan asam, gas dan H2S.
Pseudomonas : warna koloni kuning muda, bentuk koloni kecil, tidak meragikan perbenihan gula gula,
tidak tumbuh pada perbenihan air pepton dengan NaCI 8%, tidak menguraikan lisin, tes
Voges-Proskauer negatif.
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

21

Aeromonas

: warna koloni kuning, bentuk koloni kecil, pada TSI memberi hasil positif atau positif/gas,
tidak menguraikan lisin, tidak tumbuh pada perbenihan air pepton dengan NaCI 8%.
Enterococcus : warna koloni putih kekuning kuningan, hasil pewarnaan Gram positif.
Dari hasil hasil ini sudah dapat dibedakan jenis bakteri bakteri ini dari Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio
alginolyticus.
BAHAN PEMERIKSAAN
Air

Makanan

Saringan Siitz
Kertas saring +
Air pepton lindi
NaCI 3% pH 9.4
37oC 6-8 jam
atau semalam
pada suhu kamar

Air pepton
lindi
10 x pekat
37oC 6-8 jam
atau semalam
pada suhu kamar

0.1-0.2 ml
dari permukaan

0.1-0.2 ml
dari permukaan

Tinja
(air beras/berlendir)

1 ml suspensi
homogen (dalam
air garam faal)

1 ml/beberapa sengkelit
Air pepton lindi NaCI 3%
pH 9.4
37oC 6-8 jam
atau semalam pada suhu
kamar

0.1-0.2 ml
dari permukaan

Air pepton lindi NaCI 3%


pH 9.4 37oC 6-8 jam atau
semalam pada suhu kamar
0.1-0.2 ml dari
permukaan
- Lempeng agar TCBS (37oC 18-24 jam)
Koloni tersangka
(Biakan murni)
Penentuan sifat sero
Logik (aglutinasi)

Penentuan sifat fisiologik dan


sifat biokimia

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

22

SIFAT SIFAT JENIS VIBRIO PATOGEN


Jenis bakteri
Sifat - sifat

Pewarnaan Gram
Bentuk
Bulu cambuk
Air pepton NaCI 0%
Air pepton NaCI 3%
Air pepton NaCI 8%
Air Pepton NaCI 10%
Indol
Oksidasa sitokhrom
Merah metal (MR)
Voges-Proskauer
H2S
Reduksi nitrat
Pencairan gelatin
Glukosa
Laktosa
Manosa
Arabinosa
Maltosa
Manit
Dekarboxilasa lisin
Peka terhadap polimixin B
Hemaglutinasi SDM ayam
Lisis tipe faga IV

Vibrio
cholerae
biotipe
cholerae

Negatif
Batang
Monotrih
Tumbuh
Tumbuh
+
+
+ atau
+ atau
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Vibrio
Algino
lyticus
Vibrio
cholerae
biotipe
El Tor
Negatif
Bengkok
Monotrih
Tumbuh
Tumbuh
+
+
+ atau
+
+
+
+
+
+
+
+
-

Vibrio
parahae
molyticus
Negatif
Batang lurus
Monotrih
Peritrih
Tumbuh
Tumbuh
+
+
+
+
+
+
+
+ atau
+
+
+

Negatif
Bengkok
Monotrih
Tumbuh
Tumbuh
Tumbuh
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Cara isolasi Vibrio fetus (=Campylobacter fetus)


Vibrio fetus sejak tahun 1909 dikenal sebagai penyebab abortus pada hewan. Baru dalam tahun 1948
dilaporkan untuk pertama kali kasus penyakit yang disebabkan Vibrio fetus pada manusia. Vibrio fetus
diisolasi dari darah penderita. Juga dapat ditemukan dalam mulut dan alat kelamin wanita. Gejala klinik
infeksi Vibrio fetus pada manusia ialah demam (panas dingin), tanda tanda septik dan disentri, terutama
pada orang yang telah kontak dengan binatang sakit, penderita tromboflebitis akut atau penderita yang baru
dicabut giginya. Diagnosa pasti didapatkan dengan isolasi dan identifikasi V. Fetus dari darah dan bagian
bagian tubuh yang lain dari penderita.
Untuk isolasi V.fetus dari darah, dilakukan cara kerja isolasi yang sama dengan cara isolasi Brucella.
Bakteri ini akan tumbuh pada perbenihan fosfat triptosa atau kaldu trypticase soy dan pada perbenihan
tioglikolat. Bakteri ini bersifat mikroerofilik dan membutuhkan CO2 10% untuk isolasi. Bakteri ini berbentuk
batang bengkok, ukuran 0.2 x 1.5 mikrometer, Gram negatif, tumbuh baik pada 25o dan 37oC, dapat bergerak
dan berflagel monotrih. Pada lempeng agar darah kelinci tumbuh koloni kecil, lancip, tidak hemolitik, dengan
ukuran 1 sampai 3 mm bila berumur beberapa hari. Koloni berwarna kuning tua, sampai kuning muda, licin,
cembung dan keruh/gelap. Vibrio fetus bersifat oksidasa positif, tidak mencairkan gelatin, tidak tumbuh pada
perbenihan sitrat atau pada agar urea, dan tidak membentuk indol. Glukosa, delta-xilosa, alfa-manitol, laktosa,
sukrosa atau maltosa tidak diragikan. Tidak membentuk H2S, tetapi membentuk katalasa. Vibrio fetus sangat
peka terhadap tetrasiklin dan khloramfenikol.

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

23

v.

PEMERISAAN BAKTERI ENTEROBACTER & VIBRO

Seperti pada pemeriksaan mikrobiologis terhadap bakteri yang lain, maka hasil pemeriksaan
laboratorium dan bakteri perut dan vibro tergantung pada :
1. Bahan pemeriksaan : cara pengambilan, pengiriman/media transfort .
2. Metode isolasi dan identifiksin yang dipakai.

a.

b.
c.

d.

Untuk pemeriksaan bakteri perut dan vibro bahan pemeriksaan dapat berupa :
tinja atau uspan rectum : sebaiknya tinja segar dipilih pada bagian yang berlendir/berdarah, diambil
secara merata dengan kapas lidi lalu dimasukan dalam media transport. Apabila bahan berupa uspan
rectum sebaiknya memakai kapas lidi sintetis.
Pemilihan media transport :
Secara umum : BGS, C arry & blair, amies.
Untuk vibro : larutan alkali pepton.
Urine : diambil secara benar dan steril dan dimasukan dalam tabung steril.
Darah dan sumsum tulang : untuk bakteri yang menimbulkanakteriema, darah diambil secara steril dari
V. mediana cubiti. Bila jelas diagnose klinis ke darah salmonellosis, maka digunakan empedu sebagai
medium transport, dengan perbandingan 1 ml darah dimasukan dalam 5 ml larutan empedu.
Sumsum tulang merupakan bahan yang baik untuk salmonella.
Bahan pemeriksaan lain : bahan yang dimuntahkan pada penyakit muntaber a9terutama Vibrio).

Prosedur Pemeriksaan :
a. Bahan pemeriksaan berupa tinja/usapan rectal
Hari pertama :
1. Menanam bahan pemeriksaan pada media selektif :
a. DCLS. MC Conkey. Agar SS. TSBGSN, Agar Endo
b. TCBS atau TSVA untuk isolasi Vibrio.
c. Kapas lidi dari media transport dimasukkan dalm media penyubur.
- SC untuk Salmonella
- Kaufmann untuk shigella
- Alkali pepton untuk Vibrio
Kemudian a, b, c diinkubasi 37 C selama 18-24 jam
Membaca hasil :
1. Untuk DCLS, MC Conkey, Agar Endo, Agar SS
- Perhatikan : Koloni yang berwarna merah disebabkan fermentasi laktosa oleh bakteri.
- Koloni tidak berwarna /jernih disebabkan karena bakteri tidak mengadakan fermentasi laktosa.
2. Untuk TCBS/TSVA :
Vibrio cholera : membentuk koloni berwarna kuning dengan ukuran lebih dari 1 jam.
Vibrio parahaemolytica : - Membentuk koloni berwarna hijau pada TCBS
- Membektuk koloni biru pada TSV A
Hari Kedua
1. Memilih koloni sesuai dengan diagnose permintaan, lalu ditanam pada deret media : KIA, SSS, LIA, MIO,
Urea, Acetat, atau agar sutrat.
2. Dari media penyubur ditanam ulang pada media selektif yang sesuai lalu diinkubasi 37C selama 18-24
jam.
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

24

Hari ketiga
1. Membaca hasil dari deret media dengan mencocokkan pada tabel, untuk pemeriksaan Indol dengan
meneteskan reagen Kovaks pada MIO, apabila reaksi Indol positif akan terlihat cincin berwarna merah.
2. Pada pembacaan dari tanaman ulang, apabila ditemukan koloni yang mencurigakan (pada isolasi pertama
tidak ditemukan) supaya dilakukan identifikasi ulang.
Ad.b. Bahan pemeriksaan berupa urine
Untuk isolasi dan identifikasi bakteri perut, caranya seperti bahan pemeriksaan dari tinja dengan
catatan :
1. Tidak perlu dilakukan pemeriksaan kea rah bakteri Vibrio dan Shigella (kecuali Shigella dysenteria).
2. Apabila perlu dilakukan pemeriksaan angka bakteri urine, maka caranya sebagai berikut :
a. Urine yang sudah diambil secara benar, segera dilakukan pemeriksaan.
b. Melakukan seri pengeceran mulai 1/1, 1/10, 1/100, 1/1000, dan apabila dipandang perlu 1/10.000.
perhitungan angka bakteri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antar lain :
Metode petri miring :
Pada pring petri diameter 100 mm diisi agar darah lalu dituangi 0,1 ml urine, diratakan pada permukaan
media, untuk tiap-tiap seri pengenceran. Untuk maksud itu 1-2 ml urine dituang rata pada media tersebut, dan
urine diratakan. Setelah urine rata membasahi permukaan media, lalu piring petri diletakkan dalam posisi
miring dan sisanya yang terkumpul di dasar terkumpul di dasar diambil dengan pipet (bila diukur, maka sisa
urine yang melekat pada media adalah 0,1 ml), kemudian dieramkan 37C selama 24 jam, lalu dihitung
jumlah koloninya.
Metode dipslide :
Cara ini tidak memerlukan pemngenceran uine, dan dapat dilakukan langsung menelupkan gelas obyek yang
telah berisi media penguji. Kemudian dieramkan 37C selama 24 jam lalu hasilnya dibaca dengan cara
mencocokkan pada standart yag sudah ada.
Ad.c. Bahan pemeriksaan darah dan sumsum tulang.
Biasanya bertujuan untuk mengisolasi bakteri
golongan salmonella dari darah atau sumsum tulang dicampur larutan empedu, lalu dieramkan 37C selama
18-24 jam.
Sedangkan bahan pemeriksaan dalam larutan empedu dieramkan 37C selama 48 jam, untuk
digores ulang pada hari keempat.
Pada hari ketiga dilakukan pembacaan hasil goresan hari kedua, dan apabila ditemukan adanya koloni
yang dicurigai, lalu dikerjakan dengan deret pemeriksaan seperti pada ad.a. Media deret tersebut dieramkan
37C selama 48 jam, dan hasilnya dibaca dengan disesuaikan tabel.

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

25

Skema I

TINJA/USAPAN RECTUM
DALAM MEDIA TRANSPORT YANG SESUAI
Salmonella
Isolasi

Penyubur

DCLS

SC

Shigella
Isolasi

37c
MC CONKEY 24 jam
ENDO

vibrio

Penyubur

Isolasi

seperti Kauffman
salmonella

TCBS
TSVA

Penyubur
alkali TSBGSN
pepton

37C
24 jam

37C
24 jam
37C
24 jam

37C
24 jam

37C
24 jam

Gores ulang
Pada DCLS, dll

Gores ulang
Pada DCLS, dll

TCBS
TSVA

37C
24 jam
Pilihan
Koloni

Pilihan
koloni

Pilihan
koloni

Pilihan
koloni

Pilihan
koloni

Deret media
KIA
SSS
LIA
MIO
ACE
UREA

pembacaan hasil
37C
24 jam

tes Sensitivitas

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

26

Gram

serologi

Pilihan
koloni

Skema II
Pemeriksaan urine
Salmonella

Penyubur

Angka Kuman

Isolasi

SC
37C
37c
24 jam

Pengenceran seri
DCLS

Mc. Conkey
TSBGN
Endo

Gores ulang
(isolasi ulang Salmonella)

0,1 ml pd. Agar darah


37
24 jam

KIA
SSS
LIA
MIO

24 jam

Dicocokan
standar

perhitungan
koloni

Memilih koloni

Deret media

Dip Slide

isolasi

kuman perut
(isolasi &
identifikasi )

kuman lain
(isolasi &
identifikasi)

ACE
Urea
37C
24 jam
Pembacaan Hasil

Sensitivitas test

Skema III
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

27

Darah/Sumsum Tulang
Dalam medium empedu
atau
37C
24 jam

37C
24 jam

DCLS
Mc. Conkey
TSBGN
Endo

DCLS
Mc. Conkey
TSBGN
Endo

37C
24 jam

37C
24 jam

Memilih koloni
Deret media
KIA
SSS
LIA
MIO
ACE
Urea
37C
24 jam
Pembacaan hasil
(mencocokkan dengan tabel)

Tabel I Identifikasi Enterobacteriaceae Dengan Uji Biokimia


KIA
Sla
nt

Bu
tt

SSS
H2S

Re
Ak

LIA
Mot

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

Sla
nt

28

Bu
tt

MIO
H2S

Re
Ak

Mot

Ace
tat
In
Dol

Urea

Salmonella typhi
Salmonella paratyphi A
Salmonella enderitidis
Salmonella gallinorus
Salmonella pullorum
Shigella dysenteriae
Shigella flexneri
Sigella sboydii
Shigella sonnei
Escheria coli
Edwardsiella tarda
Arizona
Citrobacter
Klebsiella
Enterobacter
Serratia
Pseudomonas
Aeromonas hidrophil
Proteus vulgaris
Proteus mirabilis
Proteus morganii
Providensia rettgeri
Vibrio cholera
Vibrio NAG (sp)
Vibrio parahaemolytica

Keterangan :
K = alkali
+ = positif

K
K
K
K
K
K
K
K
K
A/K
K
K
K/A
AG
A/K
K/A
K
K
A/K
K/A
K
K
K
K
K

A = Asam
(-)/0 = negative

A
AG
AG
A
AG
A
A
A
AG
AG
AG
AG
AG
A
AG
A
NO
A
AG
AG
A/d
A
A
A
A

+/0
0/+
0/+
+
+
0
0
0
0
0
+
+
+
0
0
0
0
0
+
+
0
0
0
0
0

si
K
K
K
K
K
K
K/d
K
K/d
K/d
0
0
0
K/A
A/d
K
K
A
A
K/d
K
K/d
A
D
K

+
+
+
0
0
0
0
0
0
+
+
+
0
0
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

X = tidak penting
R = red

VI.

K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K
K/N
K
K
R
R
K/R
R
K
K
K

K/N
A
K/N
K/N
K/N
A
A
A
A
K/d
K/N
K/N
K/N
A
A
A
A
A
A
A
A
A
N
N
N

+/0
0/+
+
0
+
0
0
0
0
+/0
+/0
+/0
0
0
0
0
0
0/+
0/+
0
0
0
0
0

G = gas
D = delayed (terlambat)

si
A
K
K
A
K
A
A
A
K
K/d
K
K
K
A
K
K
N
A
A
K
K
A
A
K
K

+
+
+
0
0
0
0
0
0
+
+
+
+
0
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

0
0
0
0
0
0
D
D
+
+
+
D
D
0
0/+
0/+
D
D
+/0
+/0
+/0
+/0
+
+
+

0
0
+
+
+
0
0
0
0
+
K
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X

N = netral

PENGUJIAN SEROLOGI

Uji serologi memunginkan dilakukannya pengamatan secar in vitro terhadap perubahan komplek
antigen-antibodi. Pengujian tersebut berdasarkan pada proses presipitasi atau aglutinasi atau aktivasi
komplemen yang diakibatkan oleh perubahan stauts fisik kompleks. Reaksi antigen-antibodi secara in vitro
dapat dimanfaatkan untuk :
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

29

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
+/0
0/+
+/0
X
X
X
+
+
+
+
X
X
X

1. Identifikasi antigen. Apabila antigen tidak diketahui, sedangkan antiodi


Misal : a.
Reaksi presiptin untuk mengklarifikasi grup streptokokus
a. Reaksi aglutinasi untuk klasifikasi serotype salmonella, shegella
b. Reaksi presipitin untuk mengidentifikasi antigen varioda pada lesi smallpox.
2. Deteksi kuatitatif antibody yang disekresi pada serum, air susu, dan cairantubuh lainnya. Pada kasus ini
antiboi tidak diketahui. Pemeriksaan antibody dapat digunakan untuk :
a. Menilai imunitas terhadap : rubella, mumps, poliomeilitis
b. Menilai prevalensi infeksi oleh mikroorganisme dalam suatu komunitas atau survey serologic pada
kelompok umur
c. Mendeteksi jaringan yang diinvasi suatu mikroorganisme, mis : haemotopilus influenza pada
bronchitis kronik atau antibody E.coli pada infeksi traktus urinarius
d. Mendiagnosa penyakit misalnya : brucellosis, tifoid, VD, DHF, dsb.
Pada pemeriksaan terhadap specimen srum tunggal, konklusi yang dapat dibuat sangat terbatas,
mengingat bahwa pada banyak kasus antibody dapat distimulasi setiap saat, tidak selalu barkaitan
dengan penyakit yang sedang terjadi.
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadap 2 sera, satu dikoleksi pada sat penyakit timbul, dan yang
lain 10-14 hari berikutnya. Kenaikan titer antibody spesifik sampi 4 kali lipat specimen uji,
merupakan idikasi signifikan yang menunjukkan bahwa sedang terjadi infeksi aktif.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada uji serologi
1. Serum control : dalam hal ini harus diperhatikan beberapa sifat serum control.
- Sifat antikomplementer
- Tidak memiliki inhibitor spesifik
- Tidak toksik terhadap kultutrsel
- Memiliki aglutinin
2. Control antigen : abtigen yang digunakan harus memiliki aktifitas tonggi. Antigen dapat bersifat anti
komplementer, oto-aglutinasi, dan mungkin terkontaminasi, hal-hal tersebut dapat berpengaruh
pada pengujian.
3. Control pelarut : pelarut yang diginakan pada kemungkinan terkontaminasi, hal ini dapat
menyebabkan terjadi perubahan pH. Efek toksik, dsb.
4. Antisera standar : antigen cebderung tidak stabil pada penyimpanan disbanding sera, control uji
untuk standar sera negative dan standar sera positif yang telah diketahui titernya.
REAKSI ANTIGEN-ATIBODI YANG DIGUNAKAN PADA SEROLOGI DIAGNOSTIK
1. Uji presipitasi
Presipitasi terjadi antara molekul Ab dan Ag pada bentuk soluel. Pada pengujian ini antigen berbentuk
kolodial. Laju presipitasi sangat tergantung pada proporsi antigen dan antibody pada campuran. Terdapat
beberapa cara pengujian pada metode presipitasi, yakni :
1.1 uji tabung
dengan mencampur pda tabung, masukkan dilusi antigen atau antibody dengan jumlah tertentu. Dilusi
dilakukan dari konsentrasi tinggi sampai konsentrasi terendah. Presipitasi timbul pada tabung yang
mengandung Ag dan Ab secara proporsional.
1.2 prepsipitasi cincin
antigen dilapiskan pada serum, terjadi difusi setelah mencapai ikatan proporsional dengan antibody
akan menghasilkan presipitasi berbentuk cincin.
1.3 difusi gel
pada pengujian ini memungkinkan antigen dan antibody berdifusi perlahan dari arah tertentu melalui gel.
Pada cara ini homogenitas dan derajat kemurnian dari berbagai antigen dapat diuji. Pita presipitasi
terbentuk pada setiap antigen dapat saling bertemu, atau bersilangan menunjukkan :
a. bersambungan, antigen identik secara immunologic
b. bercabang, antigen berhubungan sebagai
c. bersilangan, menunjukkan antigen tidak berhubungan
- metode difusi tunggal
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

30

disini anti serum dalam agar semi solid, zona buffer dari agar dan antigen terpisah secara vertical
dalam tabung. Garis presipitasi terbentuk dalam zona buffer.
- metode difusi ganda
agar dituang pada plat. Dibagian tengah diisi antigen atau antiserum sedangkan sera atau ekstrak
dibagian tepi. Pita presipitasi terbetuk dalam gel pada posisi Ag dan Ab mencapai proporsi
optimal setelah berdifusi. Dapat dimodifikasi dengan uji mikrodilusi menggunakan obyek gelas.
- Immunoelektroforesis
Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan sepertiserum, sulit memisahkan pita presipitasi yang
timbul pada setiap reasi Ag-Ab, bila hanya menggunakan cara difusi diatas. Komponen serum
dipisahkan dengan elektroforesis dalam agar sel dan antiserum dibiarkan berdifusi melalui
komponen yang dihasilkan pada pita-pita yang terbentuk.
- elektroforesis roket
merupakan metode kuantitatif, dilakukan elektroforesis antigen kedalam gel yang telah
mengandung antibody. Presipitasi yang terjadi berbentuk roket, panjang masing-masing roket
menunjukkan konsentrasi antigen.
- immunodifusi radial tuggal
antiserum monospesifik ditambahkan kedalam gel, kemudian dituang pada slide petridish atau
lempeng plastik. Dibuat lubang gel, laruta antigen dimasukkan pada luang, terjadi difusi sehingga
terbentuk zone sirkuler yang menunjukkan jarak proporsional dengan jumlah antigen yang
ditambahkan pada setiap lubang.
dengan cincin presipitasi control.
2. Uji aglutinasi. Digunakan untuk antigen berukuran besar, pada reaksi ini antibody dikontakkan dengan
antigen yang merupakan bagian permukaan suatu material misalnya eritrosit, mikroorganisme atau
partikel anorganik yang telah di coated dengan Ag. Reaksi Ab-Ag membentuk agrerat yang dapat diamati
atau aglutinasi.
3. Uji litik. Uji ini tergantung pada proses lisis dari darah atau bakteri dari suatu system yang mengandung
antigen, direaksikan dengan antibody dan komplemen. Antigen yang digunakan berupa :
1. Sel (uji litik langsung)
2. Bahan yang diadsorpsikan pada eritrosit atau lekosit (uji litik tidak langsung)
4. Serologkal inhibitor test, Untuk mendeteksi neralisais antigen dan antibody dengan mndemonstrasikan
hambatan pada reaksi tertentu yang secara normal terjadi pada antigen atau organism.
Aplikasi : - deteksi antistreptolisin
- Animal protection test
- Viral haemagglutination inhibition
- Viral neutralization test menggunakan CPE pada kultur
5. Imunoflourecens. Cat flourescens atau rhodamin diikatkan pada antibody tanpa merusak spesifitasnya.
Suatu konjugat dikombinasikan dengan antigen 9misalnya potongan jaringan) dan diikatkan oleh
antibody. Akan tampak dengan mikroskop UV, distribusi jaringan atau sel.

6. Skin test. Memanfaatkan reaksi kulit sebagai indicator system. Ada dua cara :
- Pasif, bila antigen dan serum diinokulasikan, misalnya: menguji toksin-antikoksin
- Aktif, bila status immunologic diuji
Skin test digunakan untuk mengetahui adanya : antibody terhadap bakteri
- Reaksi alergi
7. Antigen binding techniguesa
Metode ini digunakan untuk mengetahui level antibody menentukan kapasitas antiserum dalam
kompleks dengan antigen radioaktif, atau dengan mengukur jumlah immunoglobulin yang megkilat larutan
antigen yang dibersihkan. Ada dua macam cara metode ini, yakni :
- Radioimmunoassay
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

31

Teknik sandwich

VII.

PEMERIKSAAN VIRUS

DIAGNOSA LABOLATORIK INFEKSI VIRAL


Pada saat ini hampir semua virus manusia dapat diisolasi dengan kultur sel, teknik ini telah secara
rutin digunakan untuk identifikasi. Sebagai konsekwensi, fasilitas diagnostic viral pada saat ini merupakan
kbutuhan bagi banyak rumah sakit dan laboratorium kesehatan. Tetapi, karena biaya yang mahal dan waktu
yang dibutuhkan relative panjang. Para klinisi tidak selalu menggunakan fasilitas tersebuut.
Indikasi diagnosis labolatorik
Penyakit viral memerlukan konfirmasi labolatorik memiliki kategori sbb :

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

32

1. Antibody Contohnya pada wanita hamil yang dicurigai menderita rubella. Jika kemoterapi antiviral telah
digunakan secara praktis, diagnosa cepat dapat membantu pemilihan obat yang akan digunakan.
2. Bagi penyakit berbahaya secara epidemic, seperti small pox, yellow fever, poliemelitis, encephalitis, serta
influenza, yang memerlukan identifiasi awal, sehingga dapat dilakukan imunisasi, karantina atau
pelayanan kesehatan masyarakat.
3. Surveillance apidemik, misalnya screening donor darah untuk hepatitis, atau mengetahui keberhasilan
kampanye munisasi, atau mengetahui prevalensi dan distribusi virus tetentu dimasyarakat.
4. Investigasi suatu sindrom baru atau wabah. Identifikai viral berperan besar dalam 25 tahun terakhir
dalam penentuan etiologi sindrom yang belum banyak diketahui yakni aseptic meningitis, URTI, ARD,
atypical pneumonia, gastroenteritis non bakteri, dan beberapa exanthema yang tidak jelas.
Pendekatan diagnostic labolatorik
Sepeerti pada diagnosis infeksi bakteri ada 3 pendekatan utama untuk idntifikasi virus di labolatorium
Mikroskopik
Virion dapat diidentifikasi dengan mikroskop electron, antigen viral yang diduga berada dalam sel yang
terinfeksi diamati dengan immunoflourescence, atau histology hasil induksi virus dikenali dengan mikroskop
cahaya. Metode di atas walaupundisukai karena dapat memungkinkan pemberian hasil dalam waktu 1 jam,
hanya dapat diaplikasikan pada specimen yang mengandung virion atau sel terinfeksi virus dalam jumlah
besar. Alasan lain adalah bahwa teknik seperti mikroskop electron dan immunoflourescence memerlukan
peralatan yang mahal, standar control yang ketat, dan personil yang trampil. Hal-hal tersebut jarang dimiliki
oleh laboratorium pada umumnya.
Isolasi virus
Virus daapat erkembang dalam kultur sel. Metode ini masih merupakan pilihan untuk kebanyakan
virus. Identifikasi secara professional berdasar pada sifat cytophatic effect yang dihasilkan oleh kultur sel,
membutuhkan waktu beberapa hari sampai beberapa minggu, bahkan lebih panjang. Identifikasi positif, yang
selalu tiak diinginkan, membutuhkan waktu berikutnya untuk typing serologic terhadap isolate yang
ditemukan.
Serologi
Antibody spesifik untuk virus tertentu dapat diidentifikasi pada serum penderita. Karena sensitivitas
pengujian yang biasa dilakukan, tidak memungkinkan untuk mendeteksi antibody yang terbentuk selama
beberapa hari pertama masa sakit, maka iagnosa dengan cara ini tidak dapat ditetapkan secara serologic,
paling tidak untuk 1 atau 2 minggu. Bagi beberapa infeksi yang memerlukan pengambilan keputusan cepat,
mis : rubella pda wanita hamil, yang tidak dapat menunngu sampai virus mempengaruhi kehamilan.
Teknik diagnosis cepat
Diagnose infeksi viral dianggap terlalu lambat memberikan informasi suau infeksi. Isolasi virus dengan
sel kultur atau deteksi antibody spesifik pada serum penderita jarang dapat memberikan hasil dalam waktu
kurang dari seminggu, sehingga pemeriksaan tersebut jarang diinginkan oleh klinisi. Pada dekade terakhir
telah banyak dikembangkan metode diagnostic cepat.
Mikroskop electron dan immune-electron microscopy
Pada perkembangan awal, electron mikroskopik dari pengenceran negative hanya digunakan untuk
membedakan virion smallpox yang berbentuk batu bata dengan virion berselubung ikosahedral dari varicella.
Saat ini penggunaan metode initelah dikembangkan yakni untuk mendeteksi rotavirus, hepatitis-A agen
Norwalk, ketganya dapat ditemukan pada feses penderita.
Immunoflourescence
Antibody fluorescence adalah antibody spesifik yang diikat dengan cat seperti fluorescence atau
rhodamin yang berpendar bila dipaparkan pada sinar ultraviolet atau sinar biru.
-

Direct immunoflourescence

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

33

Antigen viral dipaparkan dengan serum anti viral yang diikat dengan fluorescence. Buag sisa dengan
dicuci, kemudian sel dipeiksa dibawah mikroskop menggunakan sinar pelombang pendek. Filter
tambahan pada teropong mikroskop, akan menyerap sinar biru dan sinar UV, sehingga specimen
tampak hitam kecuali area yang berpendar sinar hijau-kekuningan.
Indirect immunoflourescence
System ini disebut teknik sandwich, berbeda dalam hal antibody antiviral yang tidak diikat, tetapi
diikat pada antigen dan juga antigammaglobin yang konjugasi dengan fluorescence.

Radio immunoassay dan probe sensitive viral


Apabila antigen viral terdapat dalam kuantitas mencukupi di cairan vesikula, serum, feses, sehingga
meungkinkan dilakukan identifikasi menggunakan berbagai prosedur serologic. Misalnya : antigen permukaan
hepatitis B secara rutin diidentifikasi dengan prosedur yang sensitive, yakni radioimmunoassay, hemaglutinasi
atau immunoflourescence.
ISOLASI VIRUS
Koleksi specimen
Specimen harus dikoleksi pada waktu yang tepat yakni secepat mungkin setelah timbul gejala, karena
virus biasanya berada dalam titer maksimum ketika simtom berkembang, dan hilang dalam beberapa hari
berikutnya.
Dari bagian mana specimen diambil tergantung pada patogenesis dan sifat infeksi. Misalnya usapan
nassofaring merupakan specimen yang diambil dari infeksi triktus respirasi atas, feses, dari infeksi instestinal,
cairan serobropinal dari meningitis, cairan vesikula dan kerokan dari dasar lesi pada ruam vesikuler.
Karena sifat kebanyakan virus sangat labil, specimen harus selalu disimpan dalam keadaan lembab dan
dingin. Segera setelah koleksi usapan sebaiknya dimasukkan dalam botol screw cap steril yang berisi 2-5 ml
larutan isotonic, buffer, seperti tryose phospat broth, atau medium buffer kultur jaingan pH 7, yang
mengandung 0,25-0,5% gelatin atau bovin serum-albumin, dan 200-100 uni penicillin, 200-100 unit
streptomisin dan 50-100 unit nistatin per ml. antibiotic dalam konsentrasi tinggi diperlukan bagi specimen
fekal (bila specimen akan diperiksa pula untuk bakteri, riketsia, mikoplasma, dsb, medium koleksi tidak diberi
antibiotic pada tahap akhir).
Setelah sampai dilaboratorium segera dimasukkan almari pendingin dan diproses segera mungkin. Bila
ditunda lebih dari beberapa jam, sampel fekal dapat disimpan pada -70C (frezer).
Sedagkan untuk CSF harus dibekukan segera karena kebanyakan virus labil dalam specimen ini.
Sebelum diinokulasi pada kultur sel, bahan dilepas dari kapas lidi kedalam medium, dikocok dengan tangan
atau dibantu dengan butir gelas. Debris sel dan bakteri dibebaskan dari cairan dengan sentrifugasi, setelah
specimen yang kotor seperti feses dilewatkan pada filter membrane. Cairan kemudian dibekukan tiba-tiba
dalam ampul disimpan pada suhu -70C untuk simpanan, sisanya diinokulasi pada kultur sel, kadang-kadang
juga pada embrio ayam atau bayi tikus.
Inokulasi dan pemeliharaan kultur
Pemilihan sel hospes sangat tergantung pada jenis virusnya, terdapat tiga tipe kultur sel :
1. Kultur primer dari ginjal embriomanusia atau sel ginjal kera, keduanya memiliki broad viral spectrum
luas karena mengandung berbagai diferensiasi sel. Kebanyakan virus RNA, terutama paramyxovirus,
dan enterovirus mudah diisolasi dengan sel tersebut.
2. Continous malignant human epithelial cell line
Contohnya HeLA atau Hep-2 sering digunakan untuk menumbuhkan adenovirus, rhovirus, dan
respiratory synsytial virus.
3. Strain sel diploid dari fibrolast embionik manusia, sel in memiliki spectrum luas. Sangat efektif
digunakan dalam kultur rhinovirus, vaicella virus, cytomegalo virus, beberapa enterovirus.
Pada saat ini, telah berkembang beberapa macam sel kultur baru, misalnya ginjal bayi hamster(BHK21), ginjal kelinci(RK-13), dan ginjal kera hijau(vero), sel-sel tersebut sangat baik untuk kultur togaviridae
termasuk virus rubella.

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

34

Kultur virus biasanya dipelihara pada peri plastik bervolume kecil, mengandung sel lapis tunggal, setiap
1-2 hari untuk melihat terjadinya CPE.
Pengamatan pertumbuhan viral
Waktu awal terjadinya perubahan cytophatic tergantung pada jumlah viron pada sampel dan terutama
pada kecepatan tumbuh virus yang diperiksa. Poliovirus atau herpes simplex virus memiliki periode laten
yang pendek sehingga CFE dapat teramati setelah 24 jam. Kerusakan total sel lapis tunggal terjadi dalam
waktu 3 hari. Tetapi cytomegalovirus, rubella, dan adenovirus yang tumbuh lambat hanya dapat menghasilkan
CPE setelah 1-4 minggu.
Beberapa pemeriksaan virus
A. Identifikasi virus influenza
Penyakit influenza dapat didiagnosa dengan cara identifikasi virus dan pemeriksaan serologic.
Identifikasi virus dilakukan dengan inokulasi specimen pada embrio ayam yang berumur 9 hari kemudian
dilanjutkan dengan uji hmaglutinasi eritrosit ayam. Secara serologic penyait ini dapat didiagnosa
berdasarkan adanya kenaikan titer antibody terhadap salah satu antigen yang terdapat pada virus
influenza, yaitu protein matriks,, nucleoprotein, neuraminidase, dan hemaglutinin. Diantara adalah
hemaglutinin. Deteksi antibody terhadap hemaglutinin dilakukan dengan uji hambatan hemaglutinasi.
Inokulasi specimen
1. Identifikasi virus
a. Bahan : embrio ayam berumur 9 hari, spuit injeksi, paraffin
b. Specimen : hasil kumur dengan Hanks salin
c. Cara :
1) Tambahkan antibiotika pada specimen, biarkan selama 1 jam untuk mematikan bakteri
kontaminan.
2) Ambil 0,1-0,2 ml specimen dengan spuit injeksi
3) Secara aseptic suntikan specimen pada telur yang sebelumnya dilubangi lebih dahulu dngan
jarum. Lakukan inokulasi ke dalam rongga amnion dan /atau khorioalantois.
4) Tutup kembali lubang bekas suntikan pada kulit telur dengan paraffin. Lanjutkan pengeraman
telur selama 2-3 hari.

2. Uji hemaglutinasi
a. Bahan dan alat : tabung takahashi, pipet volume ukuran 1 dan 5cc, cairan embrio yang telah
diinokulasi, suspense eritrosit ayam 10%. Phosphate buffered saline (PBS).
1) Bukalah embrio ayam, ambil cairannya dan tamping dalam flakon
2) Buatlah suspense 0,5% eritrosit ayam
3) Buatlah pengenceran 1/5 cairan ambrio dalam flakon
4) Masukkan 0,2 cc PBS ke dalam tabung I sampai X.
5) Ambil 0,2 cc cairan ambrio yang telah diencerkan, masukkan dalam tabung I. lakukan
pengenceran serial pada tabung II sampai IX. Tabung X digunakan untuk control.
6) Tambahkan 0,2 cc 0,5% suspense eritrosit ayam pada masing-masing tabung da campurkan.
7) Biarkan pada suhu kamar selama 30-60 menit (sampai eritrosit mengendap)
8) Amati adanya hemaglutinasi dan tentukan titer hemaglutinin
Catatan : 1 unit hemgalutinin = pengenceran terakhir yang masih menunjukkan hemaglutinasi. Jika pada
percobaan di atas hemaglutinasi terjadi sampai tabung V (pengenceran 1/160) maka titer
hemaglutinasi = 160 unit/02 cc.
3. Uji hambatan hemaglutinasi
a. Bhan : serum, suspense virus (sebagai suspense eritrosit ayam, PBS)
b. Cara :

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

35

1) Lakukan pengenceran serum secara serial, dimulai pegenceran 1/10 pada tabung I dengan
volume 0,1 cc (tabung X sebagai control)
2) Tambahkan 0,1 cc antigen yang mengandung 16 unit hemaglutinin. Campurkan dan biarkan 30
menit.
3) Tambahkan suspense eritrosit 0,5% eritrosit ayam sebanyak 0,2cc
4) Biarkan sampai eritrosit mengendap
5) Amati adanya hambatan hemaglutinasi dan tentukan titer HI (hemaglutination inhibition)
Catatan : 1 unit HI = faktor pengenceran tertinggi yang masih dapat mnenghambat hemaglutinasi secara
sempurna.
Pembuatan Hanks saline :
NaCL
8 gram
KCL
0,4 gram
CaCL22
0,2 gram
KH2PO4
0,1 gram
MgSO42 0,2 gram
NaHCO3
12,7 gram
Glukosa
2 gram
Larutkan dalam 1 liter aquades dan sterilkan dengan filtrasi.
B.

Pemeriksaan bakteriofaga
1. Persiapan E.coli yang akan diinfeksi
a. Bahan : medium LB yang mengandung 0,2% maltose, larutan 0,01 M MgSO4 steril, isolate E.coli.

b. Cara :
1) Ambil satu koloni E.coli tanam dalam 50 ml medium LB yang telah mengandung maltose dan
eramkan pada 37C semalam dengan pengocokan (menggunakan shaker).
2) Endapkan dengan sentrifugasi pada suhu kamar.
3) Buang supernatant dan suspensikan endapan dalam 20 ml 0,01 M MgSO4
4) Simpan suspense kuma pada 4C. suspense ini dapat disimpan sampai 3 minggu.
2. Menginfeksi E.coli dengan bakteriofaga
a. Bahan : agar Mueller hinton, base agar (top agar), medium SM, stok bakteriofaga
b. Cara :
1) Buatlah pengenceran sepersepuluh secara serial dari stock bakteriofaga dengan medium SM
2) Ambil 0,1 ml dari masing-masing pengencer dan masukkan dalam tabung steril
3) Tambahkan 0,1 ml suspense E.coli pada masing-masing tabung di atas campurkan dan eramkan
pada 37c selama 20 menit
4) Ambil campuran pada 3, masukkan dalam 3ml base agar yang masih mencair. Campurkan dan
segera tuangkan pada agar Mueller hinton. Ratakan permukaan base agar dan hindarkan
terjadinya gelembung udara
5) Biarkan 5 menit sampai base agar memadat kemudian eramkan pada 37C semalam.
6) Hitung banyaknya plak dan tentukan titer bakteriofaga dalam stock
3. Pengambilan plak bakteriofaga
a. Bahan : medium SM
b. Cara :
1) Ambil 1 ml medium SM dan masukkan dalam tabung
2) Dengan memakai pipet Pasteur yang dilengkapi karet penyedot, tusuklah plak sampai lapisan
agar di bawahnya. Lakukan penyedotan dengan pelan sehingga plak serta agar dibawahnya
tertarik ke dalam pipet.
3) Masukkan fragmen agar tersebut ke dalam medium SM. Biarkan pada temperature kamar
selama 1-2 jam untuk memberi kesempatan partikel faga berdifusi keluar dari agar. Suspense
faga ini dapat disimpan pada 4C selama bertahun-tahun.
Catatan :
Pembuatan medium SM : NaCL 58 gram, MgSO4, 7H2O2 gram, 1 M tris CL pH 7,5 50cc, 2% gelatin 5 cc +
aquades sampai 1 liter.
Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

36

Sterilkan dengan autoklav dan simpan pada suhu kamar.

Bagian Mikrobiologi FK Unlam: Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Blok Digesti

37

Anda mungkin juga menyukai