Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kolera adalah penyakit kemiskinan, dan berhubungan erat dengan
sanitasi yang buruk dan kurangnya air minum bersih. Pada sebagian besar kasus,
hal itu ditandai dengan akut, diare berair sedalam-dalamnya satu atau beberapa
hari lamanya. Dalam bentuknya yang paling ekstrem, ini adalah salah satu yang
paling fatal penyakit menular dengan cepat diketahui. Beban penyakit global
diperkirakan 3-5 juta kasus dan 100 000-130 000 kematian per tahun, dengan
kedua anak-anak dan orang dewasa yang terkena dampak. Selama tahun-tahun
terakhir, berlarut-larut wabah telah terjadi di Angola, Ethiopia, Somalia, Sudan,
dan Vietnam utara. Epidemi di Zimbabwe berlangsung selama hampir satu tahun
dan tersebar di seluruh negeri (dengan lebih dari 98 000 kasus termasuk lebih
dari 4 000 kematian seperti pada akhir Juli 2009) dan untuk tetangga Zambia
dan Afrika Selatan.
Sebuah update untuk posisi WHO makalah tentang vaksin kolera
(pertama

diterbitkan

pada tahun 2001) yang

diterbitkan

di Weekly

Epidemiological Record WHO pada 26 Maret 2010. Mengingat ketersediaan


dua vaksin kolera oral dan data tentang kemanjuran mereka, bidang-efektivitas
dan kelayakan, vaksin ini harus digunakan, dalam hubungannya dengan
pencegahan dan pengendalian strategi, di daerah di mana penyakit ini endemik.
Penggunaan vaksin juga harus dipertimbangkan di daerah beresiko untuk wabah.
Kedua vaksin telah ditunjukkan untuk memberikan perlindungan dari > 50%
yang berlangsung selama dua tahun di situasi endemik. Satu, Dukoral, telah
ditunjukkan untuk memberikan jangka pendek yang tinggi perlindungan dalam
semua kelompok umur di 4-6 bulan setelah vaksinasi, dan juga memberikan
perlindungan jangka pendek terhadap Enterotoxigenic Escherichia coli. Yang
lain, izin sebagai mORCVAX di Vietnam dan di India Shanchol, telah
menunjukkan perlindungan jangka panjang pada anak-anak di bawah limatahun, tidak memerlukan air untuk administrasi, memerlukan lebih sedikit ruang
penyimpanan dan lebih murah untuk diproduksi.

Vaksinasi harus dilaksanakan sebagai bagian dari program yang


komprehensif untuk mencegah dan mengendalikan kolera. Program juga harus
mencakup perawatan yang tepat untuk orang dengan kolera (terutama prompt
rehidrasi), dan kualitas air dan perbaikan sanitasi
1.2. Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kesehatan
2. Untuk mengetahui lebih jelas tentang penyakit kolera.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang penyakit kolera.
1.3. Pembahasan
1. Membahas tentang Pengertian penyakit Kolera.
2. Penyebaran penyakit kolera
3. Pencegahan terhadap penyakit kolera
4. Pengobatan terhadap penyakit kolera
5. Diagnosis Penyakit Kolera
6. Penatalaksanaan Penyakit Kolera

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Penyakit Kolera


Penyakit kolera adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh
seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut
mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah
diare disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu
hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi
dehidrasi. Kolera adalah penyakit diare akut, yang disebabkan oleh infeksi usus
akibat terkena bakteria Vibrio. Kurang lebih 1 dari setiap 20 penderita
mengalami sakit yang berat dengan gejala diare yang sangat encer, muntahmuntah, dan kram di kaki. Bagi mereka ini, kehilangan cairan tubuh secara cepat
ini dapat mengakibatkan dehidrasi dan shock atau reaksi fisiologik hebat
terhadap trauma tubuh. Kalau tidak diatasi, kematian dapat terjadi dalam
beberapa jam.
Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah
hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat
menyebabkan kematian bila penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum
biasa tidak akan banyak membantu, Penderita kolera membutuhkan infus cairan
gula (Dextrose) dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus yang di mix
keduanya (Dextrose Saline).
Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik
tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang
dari 15hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak,
diare air, dan sering berhuibungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering
didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja
berjunlah kecil tetapi sering, bercampur dengan darah dan ada sensai ingin ke
belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu
nausea, muntah, nyeri abdomen, demam dan tinja yang sering, bisa airm
3

malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara


umum, patogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih
mengarah ke invasif. Pasien yan gmemakan toksin atau pasien yang
mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami nausea dan muntah
sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami
demam. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan
megnarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan.
Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia dan
Cryptosporidium. Biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman diabdomen yang
ringan. Giardiasis mungkin berhubungan dengan steatorea ringan perut bergas
dan kembung. 1,2
Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella dan Shigella dan
organisme menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan EHEC
menyebabkan inflamasi usus yang berat. Organisme Yersinia sering kali
menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala nyeri perut
kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi Campylobacter
jejuni sering bermanifestasi sebagai diare, demam dan kadangkala
kelumpuhan anggota badan (Guillain-Barre syndrome).1,2
Keluhan lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai
malpraktek dokter karena ketidaktahuan masyarakat. 1,2
Diare air merupakan gejala tipikal dari organisme yang menginvasi
epitel usus dengan inflamasi minimal, seperti virus enterik, atau organisme
yang menempel tetapi tidak menghancurkan epitel, seperti EPEC, protoza dan
helminths. Beberapa organisme seperti Campylobacter, Aeromonas, Shigella,
dan Vibrio menghasilkan enterotoksiin dan juga menginvasi mukosa usus :
pasien karena itu menunjukkan gejala diare air diikuti diare berdarah dalam
beberapa jam atau hari. 1,2
Sindrom Hemoilitik-uremik dan purpura trombositopenik trombotik
(TTP) dapat timbuk pada infeksi dengan bakteri EHEC dan Shigella, terutama
anak kecil dan orang tua. Infeksi Yersinia dan bakteri enterik lain dapat
disertai sindrom Reiter (artritis, uretritis dan konjungtivitis), tiroiditis,
perikarditis, atau glomerulonefritis. Demam enterik, disebabkan Salmonella
typhi atau Salmonella paratyphi, merupakan penyakit sistemik yang berat yang

bermanifestasi sebagai demam tinggi yang lama, prostrasi, bingung dan gejala
respiratorik, diikuti nyeri tekan abdomen, diare dan kemerahan (rash). 1,2
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena
nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi
bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang
air kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu berkeringat, dan bperubahan
ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan
perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala. 1,2
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dibagi atas 3 tingkatan :
1. Dehidrasi Ringan ( hilang cairan 2-5% BB)
Gambaran klinis : turgor kurang, suara serak (vox cholerica), pasien belum
jatuh dalam presyok.
2. Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8% BB)
Gambaran klinis : turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau
syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
3. Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10% BB)
Gambaran klinis : tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis
sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.
Pemeriksaan Fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat
berguna dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab
diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada
tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan
abdomen yang sesakma merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas
bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan
merupakan clue bagi penentuan etiologi. 1,2
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare
berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan tersebut antara lain :
1.

2.
3.
4.

Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit,


hitung jenis leukosit)
Kadar elektrolit serum
Ureum
Kreatinin
5

5.
6.
7.
8.

Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan ELISA mendeteksi giardiasis
Test serologic amebiasis
Foto X-ray abdomen. 1-5

Gambar 2. Tata laksana.1


Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung
jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri
terutama pada infeksi bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis
dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul pada
salmonellosis. 1-5

Ureum dan kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan


volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat
adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya infeksi bakteri, adanya
telur cacing dan parasit dewasa. 1-5
Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam 3 bulan
sebelumnya atau mengalami diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja
untuk pengukuran toksin Clostridium difficile. 1-5
Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasienpasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah atau pasien dengan diare
akut persisten. Pada sebagian besar pasien, sigmoidoskopi mungkin adekuat
sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang mengalami diare,
kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyebab infeksi atau
limfoma di daerah kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan jika
mukosa terlihat inflamasi berat. 1-5
Penentuan Derajat Dehidrasi
Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan klinis
1. Dehidrasi ringan
kehilangan cairan 2-5% BB, turgor kurang, suara serak, belum presyok
2. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-8% BB, turgor buruk, suara serak, presyok/syok : nadi
cepat, napas cepat dalam
3. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8-10% BB, tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran
menurun, otot kaku, sianosis

Diferensial Diagnosis
1. GE et causa viral dengan dehidrasi sedang
2. Disentri dengan dehidrasi sedang

Prognosis
Prognosis baik apabila dengan cepat tertangani, karena diare paling
sering mengalami kematian apabila shock tidak dapat teratasi.
Komplikasi

1.
2.

Dehidrasi dan gagal ginjal


Dehidrasi hipernatremik pada bayi :
a. Kadar natrium serum tinggi (>150 mmol/L) meskipun keseluruhan
tubuh defisit natrium akibat lebih banyaknya kehilangan air
daripada natrium
b. Hipertonisitas kompartemen intraselular yang juga terjadi dapat

3.
4.

5.

6.

7.
8.

menyebabkan kerusakan otak


Septikemia (Salmonella, Yersinia, Campylobacter fetus)
Dilatasi kolon toksik (Salmonella, Campylobacter, Shigella, Clostridium
difficile)
Sindrom hemolitik-uremik (E. coli enterohemoragik O157, Shigella
dysenteriae)
Artritis reaktif (Shigella, Salmonella, Campylobacter terutama pada orang
dengan HLA-B27 positif)
Eritema Nodosum (Salmonella, Campylobacter, Yersinia enterocolitica)
Diare persisten. 1-5

Penatalaksanaan
1. Rehidrasi : oral, NGT, IV
2. Diet
a. Tidak puasa
b. Minuman yang tidak mengandung gas
c. Hindari kafein dan alkohol ( menaikkan motilitas )
d. Harus makan makanan yang mudah dicerna
e. Hindari susu sapi karena defisiensi laktase transien sering terjadi
pada diare
3. Obat anti diare
a. Anti motilitas : loperamid
b. Pengeras tinja : atapulgite (4x2 tab/hari)
4. Obat antimikroba
Pengobatan empirik tidak dianjurkan pada kasus ringan, virus, atau
bakteri non invasif
Yang terutama pada penatalaksanaan diare adalah rehidrasi, karena
pada penderita diare akan banyak terbuang air dan elektrolit.
Untuk pemberian antimotilitas terutama loperamid, dosis diperhatikan,
agar tidak sampai terjadi efek samping dari loperamid yaitu paralisis ileus.
Diberikan loperamid kalau diare tidak bisa berhenti dan hanya pada saat diare
saja.

Untuk menangani dari kehilangan cairan, biasanya digunakan metode


Daldiyono.
Metode Daldiyono :
skor
x10% xkgBBx1Liter
15

Skor dehidrasi

Untuk pemberian cairan terdiri dari 3 tahap :


1. Tahap 1 : Rehidrasi inisial (2jam) sebanyak total kebutuhan cairan
2. Tahap 2 : tahap kedua (1jam) tergantung kehilangan cairan dalam tahap
1 (koreksi kehilangan cairan)
3. Tahap 3 : berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja berikutnya dan
IWL

(jadi kebutuhan maintenancenya)

2.2. Penyebaran Penyakit Kolera


Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau
pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun
kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran
modern. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces
(kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi
air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air
tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.
Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran
atau makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang
hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai)
dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim disekitarnya.

2.3. Pencegahan Terhadap Penyakit Kolera


Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera
adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan
pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar
lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih
dahulu,

cuci

tangan

dengan

bersih

sebelum

makan

memakai

sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang


dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang
dimasak setengah matang.
Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya
diisolasi dan secepatnya mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar
muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, serangga lalat (vektor)
penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat
melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita.
2.4. Pengobatan Terhadap Penyakit Kolera
Penderita

yang

mengalami

penyakit

kolera

harus

segera

mandapatkan penanganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti


cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal. Pemberian cairan dengan
cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak
kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah
pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian
antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan
Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat
menghentikan diare yang terjadi.
Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah
penyakit kolera pemberian makanan/cairan dilakukan dengan jalan
memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde). Sebanyak 50% kasus
kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia),
sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan
kurang adekuat meninggal dunia.
2.5. Diagnosis Penyakit Kolera
Diagnosis kolera meliputi diagnosis klinis dan bakteriologis, dalam
menegakkan diagnosis pada penyakit kolera yang berat, terutama pada suatu
daerah endemik, tidaklah sukar. Kesukaran menegakkan diagnosis biasanya
10

terjadi pada kasus-kasus yang ringan dan sedang, terutama di luar endemi atau
epidemi. Dasar pengobatan kolera ialah simtomatik dan kausal berupa
penggantian cairan dan elektrolit dengan segera.
Dengan mengetahui keadaan klinis yang cepat dan tepat maka
pengobatan dapat dilakukan segera, sambil menyiapkan diagnosis secara
bakteriologis sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang diakibatkan oleh wabah kolera.
A. Diagnosis
Masa inkubasi : 3 6 hari
a. Keluhan pokok

Tiba-tiba diare :

Tinja yang encer/lembek

Diikuti oleh cairan yang menyerupai air cucian beras, berbau amis

Mual muntah menyusul diare.

b. Tanda penting

Dehidrasi (turgor kulit jelek, mata dan pipi cekung)

Jari-jari keriput

Asidosis

Syok : nadi cepat dan kurang berisi, tensi turun, keringat dingin

c. Pemeriksaan laboratorium

Hipokalemi

c. Pemeriksaan khusus
B. Komplikasi
Gagal ginjal akut
2.6. Penatalaksanaan Penyakit Kolera
A.

Terapi umum

Dasarnya mengganti cairan dan elektrolit

Keadaan ringan dan sedang cukup minum oralit, aqua atau air kelapa.

B.

CARA MEMBUAT ORALIT (SEDIAAN JADI)

C.

1.
Siapkan
1
gelas
(200
ml)
air
yang
telah
dimasak
/
air
teh
2.
kemudian
masukan
1
bungkus
bubuk
oralit
kedalam
gelas
3. aduk sampai larut benar

D. CARA MEMBUAT LARUTAN GULA GARAM SENDIRI:

11

E.

1.
gula
satu
2.
garam
3.
air
4. campuran diaduk sampai larut benar

F.

Pada bayi selain oralit juga berikan ASI, air putih setara dengan 150-200 ml minuman (1
gelas) per kg berat badan selam sehari sebagai pengganti cairan yang keluar bersama tinja.

G.

Dengan Cara Membuat Larutan Oralit yang benar dan mudah bayi atau balita anda
dapat terhindar dari dehidrasi.

H.

I.

teh
sendok
1

penuh
teh
gelas

Kalau dehidrasi berat harus dengan cairan infuse

Istirahat di rumah sakit

Larutan ringer laktat dan larutan garam fisiologis

Diet
Diet bebas

Medikamentosa

Obat pokok :

tetrasiklin 3 x 500, 2-3 hari.

kloramfenikol sama dengan tetrasiklin

Streptomisin peroral

Tanpa antibiotik dapat sembuh sendiri, asal masukan dan elektrolit


mencukupi.

K.

sendok

Istirahat

J.

masak

Obat alternatif : -

Terapi komplikasi : -

12

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kolera
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-kolera-cholera.html
http://www.bt.cdc.gov/disasters/tsunamis/translations/cholerabasaha.pdf
http://makhluksurga.blogspot.com/2009/05/mengenal-kolera-atau-diare-akut.html
http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/11/penyebaran-penularanpenyakit.html
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=4677
http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-penyakitkolera.html#more-99

13

Anda mungkin juga menyukai