Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1       Tinjauan Medis


1.1.1    Pengertian
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB
dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250
gram (Syaiful Noer, 2016 ). Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk
menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/ atau munmtah
akut. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang
meningkat (Arif Mansjoer, 2019: 501). Gastroenteritis (diare akut) adalah
inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri , virus, dan
pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi
maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.

1.1.2 Etiologi
            Sebab-sebab/faktor-faktor secara umum yang dapat mempengaruhi
adanya Gastroenteritis atau diare akut, yaitu :
1. Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare. Pada sat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.
Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan
adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang
terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus
Norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus bulat
kecil. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit itu adalah
aeromonashidrophilia, bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium
defficile, clostridium perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides,
salmonella spp, staphylococcus aureus, vibrio cholerae, dan yersinia
enterocolitica. Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit
adalah balantidium coli, capillaria philippinensis, cryptosporidium,
entamoeba histolitica, giarsia lamblia, isospora billi, fasiolapsis buski,
sarcocystis suihominis, strongiloides stercoralis, dan trichuris trichuria.
2. Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan
besar, ialah bvakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam
golongan bakteri non invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen
(EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan bakteri invasiv adalah salmonella
spp, shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan
camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non ihnvasiv terjadi
melalui suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion
di dalam sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine monophospate),
cGMP (cyclic guaniosin monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang
sitoskeleton.
3. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan
seperti : otitis media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.

1.1.3 Fisiologis
Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui esofagus,
lambung dan usus sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga
torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea
dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira
25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga
peritoneal. Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari
garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu
kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira ± 1500 ml.
Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus,
korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal,
yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran.
Untuk sekresi dan absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian
atas disebut duodenum, bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah
disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak
dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini
yaitu katup ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam
usus besar, dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada
tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen
asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang
dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri
abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang
sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri dua
bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung
massa faeces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon
mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari sedangkan usus halus
mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000
ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya
kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare. Rektum
berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang
membentuk baik sfingter internal dan eksternal.

1.1.4 Klasifikasi
Diare akut adalah jenis diare yang paling sering terjadi. Penyebab
utamanya adalah:
1. Infeksi saluran cerna akibat virus, bakteri, atau parasit pada air dan
makanan yang terkontaminasi, ataupun kontak dengan orang lain yang
sedang mengalami infeksi ini.
2. Efek samping obat-obatan.
3. Mengonsumsi terlalu banyak minuman soda, minuman beralkohol, es
batu yang tidak bersih, atau minuman yang mengandung kafein
4. Keracunan
Selain buang air besar dalam bentuk lembek dan cair, diare akut kadang
disertai muntah, darah atau lendir pada tinja, demam, sakit kepala, dan
sakit perut. Di atas semua gejala tersebut, dehidrasi adalah hal yang paling
perlu diwaspadai dari diare. Lemas, kram otot, sakit kepala, frekuensi
buang air kecil berkurang, dan mulut kering adalah beberapa gejala dari
dehidrasi. Pada umumnya, diare akut akan sembuh dalam beberapa hari
setelah mengonsumsi cukup cairan, mengonsumsi obat, dan istirahat
dengan cukup. Segera periksakan diri ke dokter jika diare yang dialami
disertai dengan:
1. Keluar darah saat muntah atau buang air besar.
2. Muntah dalam jumlah banyak atau sangat sering.
3. Mengalami sakit perut yang tidak tertahankan.
4. Diiringi demam tinggi yang tidak kunjung reda.
Begitu juga jika Anda berusia lanjut, sedang hamil, menderita epilepsi,
diabetes, radang usus, sakit ginjal, atau sedang mengalami penurunan daya
tahan tubuh akibat kemoterapi.
Diare kronis dan penyebab utamanya adalah:
Diare kronis yang terjadi lebih dari dua atau bahkan empat pekan adalah
kondisi yang lebih jarang terjadi. Kondisi semacam ini dianggap sebagai
penyakit serius, terutama bagi mereka yang sistem kekebalan tubuhnya
sedang melemah. Penyebabnya bisa infeksi oleh parasit, bakteri, dan virus.
Sedangkan diare kronis yang tidak disebabkan oleh infeksi, kemungkinan
disebabkan oleh hal-hal berikut.
1. Obat-obatan, seperti obat pencahar ataupun antibiotik.
2. Gangguan pada usus, misalnya penyakit radang usus.
3. Intoleransi tubuh terhadap beberapa makanan dan minuman, seperti
susu sapi, fruktosa, atau protein kedelai.
4. Gangguan pada pankreas.
5. Gangguan pada tiroid, misalnya hipertiroidisme.
6. Operasi ataupun terapi radiasi yang pernah dijalani.
7. Berkurangnya aliran darah pada usus.
8. Tumor
9. Gangguan sistem kekebalan tubuh.
10. Penyakit turunan, misalnya yang menyebabkan defisiensi enzim
tertentu.

I.1.5     Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan
oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi
enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini
menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi
cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit. Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun
mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai
berikut :
Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap
oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga
usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah) Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah. Pendapat lain
menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare juga
dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat
toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. enterotoksin yang
diproduksi agen bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan
efek langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen
gastrointestinal

I.1.6     Manifestasi Klinis


Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri
perut sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan hipovolemik
harus dihindari kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus,
lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara
menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan
menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan
kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat
(lebih dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun tak terukur, pasien
gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis,
kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal
dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan
tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis tubular akut. Secara
klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan
pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.
Kedua disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-
kadang darah.

I.1.7     Pemeriksaan Penunjang


pemeriksaan dilakukan untuk mencari tahu penyebab dari diare kronis.
Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan selain melihat gejala, riwayat
kesehatan, dan pemeriksaan fisik, yaitu: 
1. Tes tinja.

2. Tes darah.

3. Biopsi, dengan mengambil sampel jaringan tertentu dari dalam saluran


pencernaan.

4. Endoskopi, yaitu pemeriksaan kondisi saluran pencernaan secara


visual dengan alat khusus yang dinamakan endoskop.

5. Pemindaian, seperti foto Rontgen, CT scan, atau MRI.

1.1.8    Penatalaksanaan
Menurut Arif Mansjoer (2007), penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri
atas :
Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, Empat hal penting yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Jenis cairan Jumlah cairan
b. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
c. Jadwal pemberian cairan
Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
Terapi simtomatik

1.2       Proses Keperawatan


1.2.1    Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan
verivikasi, komunikasi dan dari data tentang pasien. Pengkajian ini didapat
dari dua tipe yaitu data suyektif dan dari persepsi tentang masalah
kesehatan mereka dan data obyektif yaitu pengamatan / pengukuran yang
dibuat oleh pengumpul data (Potter, 2005).
Pengkajian pada pasien gastroenteritis menurut Arif Muttaqin (2011),
a. Dengan keluhan Diare
P ( Provoking, presipitasi)
Faktor apa saja yang diketahui pasien atau keluarga yang
memungkinkan menjadi penyebab terjadinya diare.
Q (Kualitas, kuantitas)
1. Berapa kali pasien BAB sebelum mendapat intervensi kesehatan
2. Bagaimana bentuk feses BAB? Apakah encer, cair, bercampur
lendir dan darah?
3. Apakah disertai adanya gangguan gastrointestinal (mual, nyeri
abdomen, muntah , anoreksia)?
T (waktu, onset)
Berapa lama keluhan awal mulai terjadi? Apakah bersifat akut atau
mendadak? Durasi dan kecepatan gejala awal mulai terjadi diare
menjadi pengkajian penting dalam memberikan intervensi langsung
penanganan rehidrasi. Intervensi yang akan dilakukan pada diare yang
lebih dari satu bulan akan berbeda dengan diare yang terjadi kurang dari
satu minggu.
b. Dengan keluhan muntah
Pengkajian adanya keluhan muntah pada pasien akan menentukan
intervensi selanjutnya. Muntah merupakan gejala gastroenteritis dengan
keterlibatan bagian proksimal intestinal respons dan inflamasi
khususnya dari neurotoksin yang diproduksi oleh agen infeksi.
c. Dengan keluhan demam
Peningkatan suhu tubuh secara umum merupakan respons sistemik dari
ainvasi agen infeksi penyebab gastroenteritis. Penurunan volume cairan
tubuh yang terjadi secara akut juga merangsang hipotalamus dalam
meningkatkan suhu tubuh. Keluhan demam sering didapatkan pada
pasien gastroenteritis.
d. Nyeri abdomen
Keluhan nyeri pada abdomen dapat dikaji dengan pendekatan PQRST.
1) P : keluhan nyeri dicetuskan akibat perasaan mules, sering mual/
muntah dan keinginan untuk melakukan BAB.
2) Q : keluhan nyeri sulit digambarkan oleh pasien, khususnya pada
pasien anakanak. Ketidaknyamanan abdomen bisa bersifat kolik
akut atau perut seperti dikocok-kocok akibat mules.
3) R : keluhan nyeri berlokasi pada seluruh abdomen dengan tidak ada
pengiriman respons nyeri ke organ lain.
4) S : skala nyeri pada pasien GE bervariasi pada rentang 1-4 (nyeri
ringan sampai nyeri tak tertahankan)
5) T : tidak ada waktu spesifik untuk munculnya keluhan nyeri. Nyeri
pada GE biasanya berhubungan dengan adanya mules dan
keinginan untuk BAB yang tinggi.
e. Kondisi feses
Keluhan perubahan kondisi feses bervariasi pada pasien GE. Keluhan
yang lazim adalah konsistensi feses yang encer, sedangkan beberapa
pasien lain mengeluh feses dengan lendir dan darah.

1.2.2     Diagnosa Keperawatan


SDKI

Risiko Ketidak Seimbangan D.0037.


Kategori: Fisiologis
Subkategori: Nutrisi dan Cairan
Definisi
Beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit

Faktor Risiko
1. Ketidakseimbangan cairan
2. Kelebihan volume cairan
3. Gangguan mekanisme regulasi
4. Efek samping prosedur
5. Diare
6. Muntah
7. Disfunsi ginjal
8. Disfungsi regulasi endokrin

Kondisi Klinis Terkait


1. Gagal ginjal
2. Anoreksia
3. Diabetes melitus
4. Penyakit chron
5. Gastroenteritis
6. Prankreatitis
7. Cedera kepala
8. Kanker
9. Trauama multiple
10. Luka bakar
11. Anemia sel sabit

SLKI

Keseimbangan Cairan L.03020


Definisi
Ekuilibriunm antara volume cairan di ruang intraselular dan ekstraselular tubuh

Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Asupan cairan 1 2 3 4 5
Haluaran urin 1 2 3 4 5
Kelembaban 1 2 3 4 5
membran mukosa
Asupan makan 1 2 3 4 5

Menarik Cukup Sedang Cukup Menuru


Menarikk Menarik
Edema 1 2 3 4 5
Dehidrasi 1 2 3 4 5
Asites 1 2 3 4 5
Konfusi 1 2 3 4 5

Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik


k Memburu Memburu
k k
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Denyut nadi radial 1 2 3 4 5
Tekanan arteri rata- 1 2 3 4 5
rata
Membrane mukosa 1 2 3 4 5
Mata cekung 1 2 3 4 5
Tugor kulit 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5

SIKI
Pemantauan Elektrolit 1.03122
Definisi
Mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi keseimbangan elektrolit
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab keseimbangan elektrolit
- Monitor kadar elektrolit serum
- Monitor mual, muntah dan diare
- Monitor kehilangn cairan, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hipokalemia
- Monitor tanda dan gejala hiperknlemia
- Monitor tanda dan gejala hiponatermia
Edukasi
- Jelaskan tujuan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan

Manajemen Elektrolit 1.03102


Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola ketidakseimbangan kadar elektrolit serum

Tindakan
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala ketidak seimbangan kadar elektrolit
- Identifikasi penyebab ketidak seimbangan elektrolit
- Identifikasi kehilangan elektrolit melalui cairan
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor efek samping pemberian suplemen elektrolit
Terapeutik
- Berikan cairan
- Berikan diet yang tepat
- Anjurkan pasien dan keluarga untuk modifikasi diet, jika perlu
- Pasang akses intravena, jika perlu
Edukasi
- Jelaskan jenis, penyebab dan penanganan ketidak seimbangan cairan
elektrolit

Anda mungkin juga menyukai