TINJAUAN TEORI
1.1.2 Etiologi
Sebab-sebab/faktor-faktor secara umum yang dapat mempengaruhi
adanya Gastroenteritis atau diare akut, yaitu :
1. Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare. Pada sat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.
Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan
adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang
terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus
Norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus bulat
kecil. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit itu adalah
aeromonashidrophilia, bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium
defficile, clostridium perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides,
salmonella spp, staphylococcus aureus, vibrio cholerae, dan yersinia
enterocolitica. Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit
adalah balantidium coli, capillaria philippinensis, cryptosporidium,
entamoeba histolitica, giarsia lamblia, isospora billi, fasiolapsis buski,
sarcocystis suihominis, strongiloides stercoralis, dan trichuris trichuria.
2. Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan
besar, ialah bvakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam
golongan bakteri non invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen
(EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan bakteri invasiv adalah salmonella
spp, shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan
camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non ihnvasiv terjadi
melalui suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion
di dalam sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine monophospate),
cGMP (cyclic guaniosin monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang
sitoskeleton.
3. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan
seperti : otitis media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.
1.1.3 Fisiologis
Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui esofagus,
lambung dan usus sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga
torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea
dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira
25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga
peritoneal. Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari
garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu
kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira ± 1500 ml.
Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus,
korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal,
yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran.
Untuk sekresi dan absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian
atas disebut duodenum, bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah
disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak
dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini
yaitu katup ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam
usus besar, dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada
tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen
asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang
dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri
abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang
sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri dua
bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung
massa faeces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon
mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari sedangkan usus halus
mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000
ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya
kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare. Rektum
berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang
membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
1.1.4 Klasifikasi
Diare akut adalah jenis diare yang paling sering terjadi. Penyebab
utamanya adalah:
1. Infeksi saluran cerna akibat virus, bakteri, atau parasit pada air dan
makanan yang terkontaminasi, ataupun kontak dengan orang lain yang
sedang mengalami infeksi ini.
2. Efek samping obat-obatan.
3. Mengonsumsi terlalu banyak minuman soda, minuman beralkohol, es
batu yang tidak bersih, atau minuman yang mengandung kafein
4. Keracunan
Selain buang air besar dalam bentuk lembek dan cair, diare akut kadang
disertai muntah, darah atau lendir pada tinja, demam, sakit kepala, dan
sakit perut. Di atas semua gejala tersebut, dehidrasi adalah hal yang paling
perlu diwaspadai dari diare. Lemas, kram otot, sakit kepala, frekuensi
buang air kecil berkurang, dan mulut kering adalah beberapa gejala dari
dehidrasi. Pada umumnya, diare akut akan sembuh dalam beberapa hari
setelah mengonsumsi cukup cairan, mengonsumsi obat, dan istirahat
dengan cukup. Segera periksakan diri ke dokter jika diare yang dialami
disertai dengan:
1. Keluar darah saat muntah atau buang air besar.
2. Muntah dalam jumlah banyak atau sangat sering.
3. Mengalami sakit perut yang tidak tertahankan.
4. Diiringi demam tinggi yang tidak kunjung reda.
Begitu juga jika Anda berusia lanjut, sedang hamil, menderita epilepsi,
diabetes, radang usus, sakit ginjal, atau sedang mengalami penurunan daya
tahan tubuh akibat kemoterapi.
Diare kronis dan penyebab utamanya adalah:
Diare kronis yang terjadi lebih dari dua atau bahkan empat pekan adalah
kondisi yang lebih jarang terjadi. Kondisi semacam ini dianggap sebagai
penyakit serius, terutama bagi mereka yang sistem kekebalan tubuhnya
sedang melemah. Penyebabnya bisa infeksi oleh parasit, bakteri, dan virus.
Sedangkan diare kronis yang tidak disebabkan oleh infeksi, kemungkinan
disebabkan oleh hal-hal berikut.
1. Obat-obatan, seperti obat pencahar ataupun antibiotik.
2. Gangguan pada usus, misalnya penyakit radang usus.
3. Intoleransi tubuh terhadap beberapa makanan dan minuman, seperti
susu sapi, fruktosa, atau protein kedelai.
4. Gangguan pada pankreas.
5. Gangguan pada tiroid, misalnya hipertiroidisme.
6. Operasi ataupun terapi radiasi yang pernah dijalani.
7. Berkurangnya aliran darah pada usus.
8. Tumor
9. Gangguan sistem kekebalan tubuh.
10. Penyakit turunan, misalnya yang menyebabkan defisiensi enzim
tertentu.
I.1.5 Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan
oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi
enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini
menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi
cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit. Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun
mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai
berikut :
Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap
oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga
usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah) Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah. Pendapat lain
menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare juga
dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat
toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. enterotoksin yang
diproduksi agen bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan
efek langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen
gastrointestinal
2. Tes darah.
1.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Arif Mansjoer (2007), penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri
atas :
Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, Empat hal penting yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Jenis cairan Jumlah cairan
b. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
c. Jadwal pemberian cairan
Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
Terapi simtomatik
Faktor Risiko
1. Ketidakseimbangan cairan
2. Kelebihan volume cairan
3. Gangguan mekanisme regulasi
4. Efek samping prosedur
5. Diare
6. Muntah
7. Disfunsi ginjal
8. Disfungsi regulasi endokrin
SLKI
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Asupan cairan 1 2 3 4 5
Haluaran urin 1 2 3 4 5
Kelembaban 1 2 3 4 5
membran mukosa
Asupan makan 1 2 3 4 5
SIKI
Pemantauan Elektrolit 1.03122
Definisi
Mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi keseimbangan elektrolit
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab keseimbangan elektrolit
- Monitor kadar elektrolit serum
- Monitor mual, muntah dan diare
- Monitor kehilangn cairan, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hipokalemia
- Monitor tanda dan gejala hiperknlemia
- Monitor tanda dan gejala hiponatermia
Edukasi
- Jelaskan tujuan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Tindakan
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala ketidak seimbangan kadar elektrolit
- Identifikasi penyebab ketidak seimbangan elektrolit
- Identifikasi kehilangan elektrolit melalui cairan
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor efek samping pemberian suplemen elektrolit
Terapeutik
- Berikan cairan
- Berikan diet yang tepat
- Anjurkan pasien dan keluarga untuk modifikasi diet, jika perlu
- Pasang akses intravena, jika perlu
Edukasi
- Jelaskan jenis, penyebab dan penanganan ketidak seimbangan cairan
elektrolit