Pendahuluan
Sistem perkemihan merupakan sistem yang sangat penting
dan sangat rentan terhadap gangguan. Sedikit permasalahan pada
sistem kemih dapat menyebar ke organ lain dan mempengaruhi
fungsi tubuh. Banyak sekali fungsi tubuh yang berkaitan degan
sistem perkemihan, seperti fungsi keseimbangan asam-basa dan
fungsi homeostasis lainnya. Komplikasi patologis sistem kemih
sangatlah banyak. Oleh karena itu penting untuk mengetahui fungsi
normalnya sehingga dapat lebih mudah memahami kelainan yang
mungkin terjadi dalam sistem ini.
Melalui makalah ini, penulis akan berusaha mengupas tentang
fungsi utama ginjal sebagai organ penghasil urin dan proses
pembentukan didalamnya.
Ren
mendesak
ginjal
sebelah
kanan.Ren
dextra
terletak
setinggi
dan
extremitas
inferior.
Kedua
extremitas
superior
medulla,sehingga
disebut
a.arciformis.A.arcuata
tepi
ginjal(cortex).
Glandula Suprarenalis
Merupakan kelenjar endokrin yang posisinya superomedial
terletak
antara
diaphragma
dan
lobus
dexter
hepatis.
suprarenalis
mendapat
pendarahan
dari
a.
Ureter
Setelah terkumpul pada pelvis renalis, urin sekunder akan
dari
ureteris
sinistra
berbatasan
dengan
colon
Vesika Urinaria
Kandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat
dretusor
terdapat
pada
lapisan
dalam
dan
vesicalis
superior,
arteri
vesicalis
inferior
dan
arteri
dan
parasimpatis.
Persarafan
simpatis
melalui
L1-L2.
Adapun
persarafan
parasimpatis
melalui
Urethra
Urethra pada laki-laki berbeda dengan wanita. Pada laki-laki
urogenitalis.
Selain
pendek
dan
sempit
Setiap
pori
dilapisi
selapis
membran
tipis
yang
lengkung
Henle
(ansa
Henle).
Tubulus
kontortus
lumen
tubulus
memiliki
banyak
mikrofili
mikrovili
brush
border
berperan
membantu
Fungsi Ginjal
Komposisi urin sangat bervariasi karena ginjal melakukan
penyesuaian terhadap perubahan pemasukan atau pengeluaran
berbagai bahan sebagai usaha untuk mempertahankan cairan
ekstrasel dam batas-batas sempit.
Berikut ini adalah fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal , yang
sebagian
besar
ditujukan
untuk
mempertahankan
kestabilan
fungsi hormonal
10
tubulus
distal,
dan
duktus
koligentes.
Tiap
ginjal
tinggi
ke
dalam
komponen
tubulus
meninggalkan
capsula
11
koligentes
kortikal
bergabung
medula
dan
menjadi
duktus
koligentes
medulla.
Duktus
Mekanisme Ginjal
Terdapat tiga proses dasar yang berperan dalam proses
pembentukan urin : filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan
sekresi tubulus.
1. Filtrasi Glomerulus
Filtrasi di dalam ginjal terjadi didalam Glomerulus, sehingga
disebut
Filtrasi
Glomerulus.
Filtrasi
Glomerulus
merupakan
aferen
dan
selanjutnya
12
menuju
glomerulus
akan
adalah perbedaan
ini
ditimbulkan
oleh
tekanan
hidrostatik
kapiler
filtrasi.
Semakin
tinggi
tekanan
kapiler
pada
13
glomerulus.
Laju
filtrasi
glomerulus
disebut
dengan
dengan
menggunakan
zat-zat
yang
dapat
difiltrasi
Tekanan darah
Pada peningkatan atau penurunan tekanan darah, GFR
dipertahankan untuk selalu tetap oleh suatu mekanisme
yang
disebut
sebagai
autoregulasi.
Autoregulasi
miogenik
merupakan
mekanisme
yang
tekanan
peningkatan
darah
tekanan
secara
darah
akan
tiba-tiba,
maka
menyebabkan
14
dinding
pembuluh
darah,
yang
tentu
saja
Vasokonstriksi
aliran
darah
akan
jika
menyebabkan
dalam
hal
ini
yang
menyebabkan
glomerulus
penurunan
sehingga
pada
suplai
akhirnya
darah
laju
ke
filtrasi
autoregulasi
lain
yang
disebut
dengan
distal,
makula
densa
akan
mendeteksi
dengan
renin.
Renin
akan
mengkonversi
tekanan
darah
pada
akhirnya
akan
GFR.
GFR
15
yang
meningkat
akan
menonaktifkan
sistem
ini.
Jadi
kesimpulannya
menormalkan
tekanan
darah
sambil
sehingga
mengaktifkan
tubuloglomerular
Filtrat
glomerulus
akan
mengandung
zat
yang
masih
diperlukan oleh tubuh, misalnya air, glukosa, asam amino dan ionion. Selain itu ada pula zat yang harus dibuang seperti urea, kreatin
dan asam urat. Zat-zat ini akan mengalami proses reabsorpsi secara
selektif jika masih diperlukan tubuh serta disekresi jika kadarnya
terlalu banyak ataupun tidak lagi dibutuhkan dalam tubuh.7
2. Reabsorpsi Dalam Tubulus
Proses reabsorpsi zat akan berlangsung secara selektif. Hal
ini berarti zat yang tidak lagi dibutuhkan tubuh tidak akan
mengalami proses reabsorpsi. Sebaliknya proses reabsorpsi zat
dengan ambang tinggi akan mulai berlangsung pada tubulus
16
Reabsorpsi natrium
Dari semua ion natrium yang difiltrasi, dalam keadaan normal
99,5% direabsorpsi, dengan rata-rata 67% direabsorpsi di
tubulus proksimal, 25% di lengkung Henle dan 8% di tubulus
distal dan tubulus pengumpul. Selain direabsorpsi secara aktif
ion
natrium
ini
juga
membantu
memfasilitasi
reaksi
glukosa
dan
asam
amino
ini
memerlukan
17
paratiroid
bekerja
18
di
tubulus
proksimal,
untuk
meningkatkan
reabsorpsi
reabsorpsi fosfat.
kalsium,
tetapi
menurunkan
6,7
lebih
dari
normal.
Sedangkan
asam
urat
setelah
yang
mengkatalisis
pembentukan
H2CO3
yang
ke
berlangsung
dalam
sampai
lumen
tubulus.
80-85%
Mekanisme
HCO3- hasil
filtrasi
ini
terus
terpakai.
19
Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah penyakit autoimun dan berkaitan
dengan cedera imun pada glomelorus dan struktur sekitarnya.
Sebagian tipe glomerulonefritis bergaikat dengan perburukan pesat
fungsi ginjal hingga mencapai GGSA.
Umumnya pasien glomerulonefritis datang dengan gagal
ginjal akut. Hipertensi dapat menjadi gambaran awal penyakit ini.
Penatalaksanaan medis dapat mencakup:
Dialysis,
terutama
untuk
mengendalikan
keseimbangan
Kesimpulan
Dalam proses pembentukan urin, terjadi 3 hal, yaitu filtrasi,
reabsobrsi secara pasif dan aktif dan sekresi. Organ yang terlibat
dalam proses pembentukan urin adalah ginjal, ureter, vesika
urinaria, dan urethra. Dalam perjalanannya 40 % dari tekanan
20
Daftar Pustaka
1. Traktus urogenitalis / dr. Y. Inggriani K. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, 2010.
2. Sloane,Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC ;2003.h. 319-5.
3. Eroschenko,Victor P. Di Fiores atlas of histology with functional
correlations.
Jakarta:
Penerbit
2001;h.256-8
4. Sheerwood,Lauralee.Fisiologi
Buku
manusia:
Kedokteran
dari
sel
EGC.
ke
C.
Buku
ajar
fisiologi
kedokteran.Jakarta:
buku
kedokteran EGC.2009;h.683-95.
8. Brooker C. ensiklopedia keperawatan. Jakarta: EGC; 2008. h.
613-4.
21