Anda di halaman 1dari 21

Ginjal

Pendahuluan
Sistem perkemihan merupakan sistem yang sangat penting
dan sangat rentan terhadap gangguan. Sedikit permasalahan pada
sistem kemih dapat menyebar ke organ lain dan mempengaruhi
fungsi tubuh. Banyak sekali fungsi tubuh yang berkaitan degan
sistem perkemihan, seperti fungsi keseimbangan asam-basa dan
fungsi homeostasis lainnya. Komplikasi patologis sistem kemih
sangatlah banyak. Oleh karena itu penting untuk mengetahui fungsi
normalnya sehingga dapat lebih mudah memahami kelainan yang
mungkin terjadi dalam sistem ini.
Melalui makalah ini, penulis akan berusaha mengupas tentang
fungsi utama ginjal sebagai organ penghasil urin dan proses
pembentukan didalamnya.

Struktur Makroskopis Ginjal

Ren

Gambar 1: Ren dan Glandula Suprarenalis


Diunduh dari http://gemanurqolbiamalia3.blogspot.com/p/kelenjaradrenal.html

Ren Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang


dan posisinya retroperitoneal yaitu diantara peritoneum parietalis
dan fascia transversa abdominis. Ginjal kanan terletak sedikit lebih
rendah dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang
1

mendesak

ginjal

sebelah

kanan.Ren

dextra

terletak

setinggi

vertebral lumbal 3-4. Sedangkan ren sinistra terletak setinggi


vertebral lumbal 2-3 . Ren memiliki dua polus yaitu extremitas
superior

dan

extremitas

inferior.

Kedua

extremitas

superior

ditempati oleh glandula suprarenalis, yang dipisahkan dari ren oleh


perirenalis. Dua margo yaitu margo medialis yang berbentuk konkaf
dan margo lateralis yang berbentuk konveks. Pada margo medialis
terdapat suatu pintu yang disebut hilus renalis,dan merupakan
tempat masuknya pembuluh-pembuluh darah, lymphe, saraf,dan
ureter.Hilus renalis membuka dalam suatu ruangan yang disebut
sinus renalis. Di dalam sinus renalis dapat dijumpai pembuluhpembuluh darah, saraf,lymphe,dan pelvis renis. Dan juga memiliki
dua facies yaitu facies posterior yang agak datar dan facies anterior
yang berbentuk cembung .
Ren dibungkus oleh tiga lapisan yaitu capsula fibrosa yang
melekat pada rend an mudah dikupas, yang kedua adalah capsula
adipose yang mengandung banyak lemak dan membungkus ginjal
dan glandula suprarenalis. Ginjal dipertahankan pada tempatnya
oleh fasica adipose. Yang ketiga adalah fascia renalis , terletak di
luar capsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar yaitu fascia prerenalis
di bagian depan , dan fascia retrorenalis di bagian belakang.
Bagian-bagian dari ginjal adalah cortex renis dan medula
renis. Dalam cortex renis terletak glomerulus dan pembuluh darah.
Pada daerah ini darah akan difiltrasi dan disalurkan ke dalam
medula. Pada medula, saluran tersebut akan bermuara pada papila
renalis. Papila renis sesuai dengan ujung ginjal yang berbentuk
segitiga yaitu pyramid renalis. Saluran yang menembus papila
disebut dengan duktus papilares. Papilla renalis akan bermuara ke
dalam calyx minor.1 Calyx minor akan bergabung membentuk calyx
major. Calyx major akan bergabung menjadi pelvis renis yang akan
keluar dari ginjal sebagai ureter.

Ginjal diperdarahi oleh arteri renalis yang merupakan cabang dari


aorta abdominis setinggi vertebrae lumbal 1-2. A. renalis masuk ke
dalam ginjal melalui hillus renalis dan mempercabangkan 2 cabang
besar.Cabang yang pertama berjalan kedepan ginjal dan mendarahi
bagian depan ginjal . sedangkan caband yang kedua berjalan ke
belakang ginjal dan mendarahi ginjal bagian belakang. Cabang yang
menuju ke bagian depan ginjal lebih panjang dari pada cabang yang
menuju ke bagian belakang ginjal . Kedua cabang a.renalis bagian
depan dan belakang akan bertemu di lateral, pada garis tengah
ginjal atau disebut dengan garis broedel. Pembedahan ginjal
dilakukan pada garis Broedel karena perdarahannya minimal.
A.renalis berjalan di antara lobus ginjal dan bercabang menjadi
a.interlobaris. A.interlobaris pada perbatasan cortex dan medulla
akan bercabang menjadi a.arcuata yang akan mengelilingi cortex
dan

medulla,sehingga

disebut

a.arciformis.A.arcuata

mempercabangkan A.interlobularis dan berjalan sampai

tepi

ginjal(cortex).

Glandula Suprarenalis
Merupakan kelenjar endokrin yang posisinya superomedial

terhadap ginjal. Glandula suprarenalis dextra berbentuk pyramid


dan

terletak

antara

diaphragma

dan

lobus

dexter

hepatis.

Sedangkan yang sinistra lebih pipih dan berbentuk seperti bulan


sabit.
Glandula

suprarenalis

mendapat

pendarahan

dari

a.

suprarenalis superior yang merupakan cabang dari a. phrenica


inferior, a. suprarenalis media yang merupakan cabang dari aorta
abdominalis dan a. suprarenalis inferior yang merupakan cabang
dari a. renalis. Sistem pembuluh baliknya terdiri dari v. suprarenalis
dextra yang bermuara langsung ke v. cava inferior dan v.
suprarenalis sinistra yang bermuara pada v. renalis sinistra bersama
v. phrenica inferior untuk kemudian berlanjut pada v. cava inferior.

Aliran getah bening dari glandula suprarenalis akan menuju ke


nnll. lumbales. Sedangkan persarafan glandula suprarenalis adalah
melalui plexus coeliacus dan cabang dari nn. splanchnici.1

Ureter
Setelah terkumpul pada pelvis renalis, urin sekunder akan

masuk ke dalam ureter yang merupakan saluran yang panjangnya


25-30 cm yang akan berjalan ke distal untuk bermuara dalam vesica
urinaria. Berdasarkan letaknya, ureter dibedakan menjadi pars
abdominalis ureteris dan pars pelvina ureteris.
Pars abdominalis ureteris pada laki-laki sama dengan pada wanita.
Bagian ventral dari ureter terdapat peritoneum, vassa colica dan
vassa spermatica interna pada pria atau vassa ovarica pada wanita.
Di sebelah ventral, pars abdominalis ureter dextra akan berbatasan
dengan pars descendens duodeni pada bagian atas, illeum pada
bagian bawah dan tepi lateral dari v. cava inferior. Sedangkan pars
abdominalis

dari

ureteris

sinistra

berbatasan

dengan

colon

sigmoideum dan mesocolon. Di sebelah dorsal pars abdominalis


ureter akan disilang oleh n. genitofemoralis dan m. psoas. Tidak
seperti halnya pars abdominalis, pars pelvina ureteris pada pria dan
wanita berbeda. Mula-mula pars pelvina ureteris akan menyilang
apertura pelvis superior pada ventral a. illiaca communis, untuk
berlanjut ke arah dorsocaudal di ventral a. illiaca interna sampai
spina ischiadica. Pada laki-laki, dari spina ischiadica pars pelvina
ureteris akan berjalan ventromedial hingga bermuara pada sudut
lateral atas dari vesica urinaria. Sebelum memasuki daerah ini, pars
pelvina ureter akan menyilang ductus defferens di sebelah lateral.
Sedangkan pada wanita, setelah mencapai spina ischiadica
pars pelvina ureter akan berjalan dibawah ligamentum latum uteri
untuk menyilang a. uterina pada sisi medialnya untuk berjalan ke
ventral di sebelah lateral dari fornix lateralis vagina dan bermuara
ke vesica urinaria.
Sepanjang perjalanannya, ureter mengalami penyempitan
pada ureteropelvic junction, flexura marginalis (saat menyilang a.
4

illiaca communis) dan saat masuk ke dalam vesica urinaria. Bagian


ini dapat menyebabkan sangkutan batu ureter. Ureter dipersarafi
oleh plexus hypogastricus inferior segmen thoracal 11 lumbal 2
melalui neuron simpatis.1

Vesika Urinaria
Kandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat

mengempes, terletak di belakang simfisis pubis dan kandung kemih


mempunyai tiga muara, dua muara ureter serta satu muara uretra.
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot
yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikus
medius.
Vesica urinaria yang kosong berbentuk pyramid, mempunyai
apex, basis, dansebuah facies superior serta dua buah facies
inferolateralis dan juga mempunyai collum.1
Lapisan dinding vesica urinaria dapat dibedakan menjadi :
1. Lapisan mukosa
Pada saat vesica urinaria kosong, permukaan mukosa tampak
berlipat-lipat.Tetapi pada saat terisi penuh, lapisan mukosa menjadi
sangat tipis lipatan-lipatan mukosa menghilang. Di dalam vesica
urinaria,dapat dijumpati trigonum vesica (liutaudi) yang dibentuk
oleh orificium ureteris dextra,orificium ureteris sinistra, dan orificium
urethrae internum. Trigonum vesica bekerja sebagai katup untuk
mencegah aliran balik urine ke ginjal. Selain itu dapat dijumpai juga
uvula viseca, berupa tonjolan kecil di belakang orificium urethrae
interna yang disebabkan oleh lobus medial gl.prostata.
2. Lapisan otot.
Lapisan otot vesica urinaia merupakan lapisan otot yang kuat
dan terdiri dari 3 lapis otot yang saling menutupi , yaitu :
a. Musculus

dretusor

terdapat

pada

lapisan

berfungsi mengeluarkan isi vesica urinaria.


5

dalam

dan

b. Musculus trigonal, terdapat dalam segitiga liutaudi , ikut


membentu uvula, dan membuka orificium urethra interna.
c. Musculus sphincter vesica, terdapat pada daerah collum
vesica urinaria dan berfungsi menahan urine.
Vesica urinaria diperdarahi oleh cabang a. illiaca interna yaitu
arteri

vesicalis

superior,

arteri

vesicalis

inferior

dan

arteri

vesiculodeferentialis. Sedangkan aliran darah baliknya bermuara ke


dalam plexus venosus vesicalis yang berhubungan dengan plexus
venosus prostaticus dan berlanjut ke v. illiaca interna. Aliran getah
beningnya akan bermuara ke nnll. illica interna et externa.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan
simpatis

dan

parasimpatis.

Persarafan

simpatis

melalui

n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus


lumbalis

L1-L2.

Adapun

persarafan

parasimpatis

melalui

n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan


motorik.

Urethra
Urethra pada laki-laki berbeda dengan wanita. Pada laki-laki

disebut urethra masculine dan pada wanita disebut urethra femina.


Urethra pars intramuralis dari 4 bagian yaitu :
1. Urethra pars intramuralis (preprostatica) memiliki panjang 0,5
1,5 cm.
2. Urethra pars prostatica. Panjang urethra pars prostatica ,
membentang dari collum vesica urinaria sampai sedikit
ventral apex gl prostate.Pada dinding posteriornya dapat
dijumpainya :
a. Crista urethralis, merupakan rigi yang memanjang
b. Sinus prostaticus, merupakan lekukan di sisi kiri dan kanan
crista urethralis dan muara ductus excretorius prostaticus.
c. Colliculus seminalis, merupakan tonjolan di tengah-tengah
crista urethralis dan memiliki lubang yang disebut utriculus
prostaticus

d. Muara ductus ejaculatorius di kanan dan kiri utriculus


prostaticus
3. Urethra pars membranacea
Urethra pars membranacea merupakan bagian yang paling
pendek , sepanjang 1-2 cm , dan membentang apex prostat sampai
bulbus penis. Bagian paling sempit urethra pars membranacea
disebabkan oleh otot yang mengelilingi urethra yaitu m.sphincter
urethrae. Urethrae bagian ini seluruhnya terletak dalam diaphragm
pelvis/diaphragma

urogenitalis.

Selain

pendek

dan

sempit

urehtrae bagian ini susah diregangkan dan sangat tipis di bagian


distalnya sehingga mudah robek pada katerisasi.
4. Urethra pars spongiosa
Urethra pars spongiosa merupakan bagian urethra terpanjang
yaitu 15 cm , dan membentang dari bulbus penis sampai ujung
glans penis.Seluruh bagian urerthra pars spongiosa dikelilingi corpus
spongiosum/corpus cavernosum. Pada glans penis terdapat bagian
yang melebar disebut fossa naviculare urthrae. Muara urethrae pars
spongiosa pada glans penis disebut orificium externum urethrae dan
pada bagian anterior bermuara gl urethralis littre.

Struktur Mikroskopis Ginjal


Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang
merupakan unit pembentuk urine. Setiap nefron memiliki satu
komponen vaskular (kapiler) dan satu komponen tubular.
1. Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel
berdinding ganda disebut kapsul Bowman. Glomerulus dan
kapsul Bowman. Glomerulus dan kapsul Bowman bersama-sama
membentuk sebuah korpuskel ginjal.
a. Lapisan viseral kapsul Bowman adalah lapisan internal
epitelium. Sel-sel lapisan viseral dimodifikasi menjadi podosit
(sel seperti kaki), yaitu sel-sel epitel khusus di sekitar kapilar
7

glomerular. Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar


kapilar glomerular melalui beberapa prosesus primer panjang
yang mengandung prosesus sekunder yang disebut prosesus
kaki atau pedikel. Pedikel berinterdigitasi (saling mengunci)
dengan prosesus yang sama dari podosit tetangga. Ruang
sempit antar pedikel-pedikel yang berinterdigitasi disebut
filtration slits (pori-pori dari celah) yang lebarnya sekitar 25
nm.

Setiap

pori

dilapisi

selapis

membran

tipis

yang

memungkinkan aliran beberapa molekul dan menahan aliran


molekul lainnya. Barier filtrasi glomerular adalah barier
jaringan yang memisahkan darah dalam kapilar glomerular
dari ruang dalam kapsul Bowman. Barier ini terdiri dari
endotelium kapilar, membran dasar (lamina basalis) kapilar,
dan filtration slit.
b. Lapisan parietal kapsul Bowman membentuk tepi terluar
korpuskel ginjal. Pada kutub vaskular korpuskel ginjal,
arteriola aferen masuk ke glomerulus dan arteriol eferen
keluar dari glomerulus. Pada kutub urinarius korpuskel ginjal,
glomerulus mefiltrasi aliran yang masuk ke tubulus kontortus
proksimal.2
2. Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan
sangat berliku. Tubulus kontortus proksimal merupakan saluran
panjang yang berkelok-kelok mulai pada korpus renalis berlanjut
menjadi

lengkung

Henle

(ansa

Henle).

Tubulus

kontortus

proksimal biasa ditemukan pada potongan melintang korteks.


TKP dibatasi oleh epitel kubus selapis dengan apeks sel
menghadap

lumen

tubulus

memiliki

banyak

mikrofili

membentuk brush border sehingga lumennya tidak jelas.


Permukaan

mikrovili

brush

border

berperan

membantu

reabsorbsi berbagai zat yang terdapat dalam cairan ultrafiltrat.


Intisel pada TKP terletak berjauhan.2
3. Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai
desenden ansa Henle yang masuk ke dalam medulla. Lengkung
8

Henle merupakan saluran panjang berbentuk seperti huruf U


yang dapat dibedakan menjadi segmen tipis dan segmen tebal.
Lengkung Henle memiliki lubang lebih lebar daripada TKD
karena dindingnya terdiri dari sel-sel gepeng dengan inti
menjorok ke dalam lumen. Bagian tebal lengkung Henle
merupakan lanjutan dari tubulus kontortus proksimal, ada yang
berjalan turun (descenden) dan ada yang berjalan ke atas
(ascenden). Bagian tipis lengkung henle berada di antara kedua
bagian tebal ansa henle, dan berlumen kecil dan panjang,
sehingga dibilang tipis.
4. Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar
5 mm dan membentuk segmen terakhir nefron. Tubulus
Kontortus Distal merupakan saluran dengan epitel selapis kubis
rendah. TKD ini mempunyai inti yang berdekatan dengan sifat
basofil atau tampak kebiruan. Karena tidak mempunyai brush
border, maka lumennya tampak jelas.2
5. Ductus koligens di berkas medulla dan medulla
Diameter 40um. Epitelnya kuboid/torak. Sitoplamanya pucat.
Batas selnya tidak jelas.
6. Ductus papilaris
Merupakan ductus koligens yang berjalan dalam berkas medulla
menuju medulla. Dibagian medulla yang ke tengah beberapa
ductus koligens bersatu untuk membentuk ductus yang besar,
bermuara ke apex papilla, disebut ductus papilaris(bellini). 2

Gambar 2: bagian-bagian ginjal


Di unduh dari http://cahayahati40.blog.com/2011/04/01/hello-world/

Fungsi Ginjal
Komposisi urin sangat bervariasi karena ginjal melakukan
penyesuaian terhadap perubahan pemasukan atau pengeluaran
berbagai bahan sebagai usaha untuk mempertahankan cairan
ekstrasel dam batas-batas sempit.

Berikut ini adalah fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal , yang
sebagian

besar

ditujukan

untuk

mempertahankan

kestabilan

lingkungan cairan internal :


1. mempertahankan keseimbangan air
2. mempertahankan osmolaritas dari cairan tubuh
3. mengatur jumlah dan konsentrasi elektrolit cairan
4. mempertahankan volume plasma dan keseimbangan asam
basa
5. mengekskreskan sisa-sisa metabolisme
6. mengeluarkan komponen asing lain
7. memproduksi erythropoietin
8. memproduksi renin
9. mengubah vit d dalam bentuk aktif
10.

fungsi hormonal

Ginjal memiliki fungsi hormonal, terutama dalam produksi


renin, eritropoietin dan 1 hidroksilasi vitamin D dari bentuk
inaktif menjadi aktif. Apabila fungsi ginjal terganggu secara umum,
produksi hormon ginjal biasanya berkurang sehingga memicu
terjadinya anemia (defisiensi eritropoietin) dan mengeksaserbasi
penyakit tulang ginjal. Hormon lain, terutama sistem reninangiotensin, berperan dalam mengontrol tekanan darah. Penyakit
ginjal seperti iskemia ginjal (misalnya stenosis arteri renalis
unilateral) atau glomerulonefritis biasanya berhubungan dengan
hipertensi.

10

Fungsi ginjal yang paling penting adalah untuk membuang zat


limbah dari darah. Nephrons merupakan unit fungsional dari ginjal
dalam menjalankan fungsi ini. Nefron tersebut terdiri dari struktur
vaskuler yaitu glomerlurus dan struktur non vaskuler yaitu capsula
bowman, tubulus proximal, ansa henle pars desendens dan pars
asendens,

tubulus

distal,

dan

duktus

koligentes.

Tiap

ginjal

mengandung 1,3 juta nefron. Glomerulus adalah suatu jaringan


yang terdiri dari pembuluh darah yang luar biasa tipisnya yang
disebut kapileri. Glomerulus tersusun dari suatu jaringan kapiler
glomerulus yang bercabang dan beranastomosis,yang mempunyai
tekanan hidrostatik

tinggi

bilan dibandingkan dengan kapiler

lainnya. Glomerulus adalah filter utama dari nefron dan terletak


dalam Bowman's capsule. Pada saat memasuki ginjal , arteri renali
secara sistematis terbagi-bagi untuk akhirnya menjadi pembuluh
halus yang dikenal sebagai arteriol afferen,dengan setiap pembuluh
tersebut memperdarahi sebuah nefron. Arteriol aferen menyalurkan
darah ke kapiler glomerulus , yang menyatu untuk membentuk
arteriol lain, arteriol eferen ,tempat keluarnya darah yang tidak
difiltrasi

ke

dalam

komponen

tubulus

meninggalkan

capsula

bowman. Dari Bowman capsule, cairan yang difiltrasi dari kapiler


glomerulus masuk ke tubulus proksimal yang terletak dalam korteks
ginjal . dari tubulus proksimal , cairan mengalir ke ansa henle yang
masuk ke dalam medula renal . Setiap lengkung terdiri atas cabang
desenden dan asenden. Dinding cabang desenden dan ujung
cabang asenden yang paling rendah sangat tipis, dan oleh karena
itu disebut bagian tipis ansa henle. Di tengah perjalanan kembalinya
cabang asendes dari lengkung tersebut ke korteks,dindingnya
menjadi jauh lebih tebal dan oleh karena itu disebut bagian tebal
cabang asenden.6
Pada ujung cabang asenden tebal terdapat bagian pendek
,yang sebenarnya merupakan plak pada dindingnya dan dikenal
sebagai macula densa.Seperti yang akan dibahas kemudian ,
macula densa memainkan peranan penting dalam mengatur fungsi

11

nefron.setelah macula densa, cairan memasuki tubulus distal yang


terletak pada korteks renal. Tubulus ini kemudian dilanjutkan
dengan tubulus renal arkuatus dan tubulus koligentes kortikal .
Bagian awal dari 8-10 duktus

koligentes

kortikal

bergabung

membentuk duktus koligentes tunggal yang lebih besar , yang turun


ke

medula

dan

menjadi

duktus

koligentes

medulla.

Duktus

koligentes bergabung membentuk duktus yang lebih besar secara


progresif, yang akhirnya mengalir menuju pelvis renal melalui ujung
papilla renal . Setiap ginjal, mempunyai kira-kira 250 duktus
koligentes yang sangat besar , yang masing-masing mengumpulkan
urin dari sekitar 4000 nefron.6
Dapat dibedakan dua jenis nefron yaitu nefron kortikalis yaitu
nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks
dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada
korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar dari
medulla dan nefron juxtamedullaris yaitu glomerulus yang terletak
di korteks renal sebelah dalam dekat medulla.6

Mekanisme Ginjal
Terdapat tiga proses dasar yang berperan dalam proses
pembentukan urin : filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan
sekresi tubulus.
1. Filtrasi Glomerulus
Filtrasi di dalam ginjal terjadi didalam Glomerulus, sehingga
disebut

Filtrasi

Glomerulus.

Filtrasi

Glomerulus

merupakan

langkah pertama didalam pembentukan Urin pada manusia.


Membran Glomerulus seratus kali lipat lebih permeabel daripada
kapiler-kapiler di tempat lain. Tekanan darah kapiler glomerulus
adalah gaya pendorong utama yang berperan untuk menginduksi
filtrasi glomerulus. Darah yang masuk ke dalam nefron melalui
arteriol

aferen

dan

selanjutnya

12

menuju

glomerulus

akan

mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif


cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah,
sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi pada glomerulus.4
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul
Bowman harus melewati 3 lapisan yang membentuk membran
glomerulus :
1. Dinding kapiler Glomerulus
2. Lapisan gelatinosa aseluler = Membran basal ( basement
membrane ).
3. Lapisan dalam kapsul Bowman.
Penyebab utama terjadinya fitlrasi

adalah perbedaan

tekanan antara glomerulus dan kapsula Bowman. Perbedaan


tekanan

ini

ditimbulkan

oleh

tekanan

hidrostatik

kapiler

glomerulus, tekanan hidrostatik kapsula Bowman / intratubuler,


dan tekanan onkotik plasma. Tekanan darah sistemik rata-rata
adalah sekitar 110 mmHg. Karena semakin menjauh dari jantung
luas permukaannya semakin bertambah, maka sampai ke arteriol
afferen, tekanan yang tersisa hanya sebesar 40% dari tekanan
darah sistemik, atau sebesar 45 mmHg. Tekanan ini yang disebut
dengan tekanan hidrostatik kapiler glomerulus. Tekanan sebesar
ini dilawan oleh tekanan intratubuler atau tekanan hidrostatik
kapsula Bowman. Besar tekanan ini adalah sekitar 10 mmHg.
Tekanan osmotic koloid plasma 25 mmHG. Pada plasma darah
terdapat kandungan protein dan protein ini memiliki kemampuan
untuk menarik sejumlah besar ini. Akibatnya timbulnya tekanan
yang beresultan ke arah glomerulus. Tekanan ini ini disebut
dengan tekanan onkotik plasma. Tekanan osmotic koloid plasma
25 mmHG . Ketiga tekanan diatas berperan penting dalam laju
peningkatan

filtrasi.

Semakin

tinggi

tekanan

kapiler

pada

glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin


tinggi tekanan pada capsula bowman. serta tekanan osmotic
koloid plasma akan menyebabkan semakin rendahnya filtrasi
yang terjadi pada glomerulus.

13

Tekanan ini pada permukaan kapiler glomerulus besarnya


sekitar 20 mmHg. Sedangkan pada ujung akhir glomerulus
tekanan ini menjadi semakin besar, yaitu sekitar 35 mmHg.
Peningkatan tekanan filtrasi tentu saja akan mempengaruhi laju
filtasi

glomerulus.

Laju

filtrasi

glomerulus

disebut

dengan

Glomerulus Filtration Rate / GFR. Laju filtrasi glomerulus dapat


diukur

dengan

menggunakan

zat-zat

yang

dapat

difiltrasi

glomerulus, akan tetapi tidak disekresi maupu direabsorpsi oleh


tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur
persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang
terdapat dalam cairan plasma. Rata-rata GFR normal pada lakilaki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wanita lebih rendah
dibandingkan pada pria. Proses terjadinya filtrasi tersebut
dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan sebagai berikut.7
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses filtrasi di
glomerulus, yaitu:

Tekanan darah
Pada peningkatan atau penurunan tekanan darah, GFR
dipertahankan untuk selalu tetap oleh suatu mekanisme
yang

disebut

sebagai

autoregulasi.

Autoregulasi

merupakan mekanisme untuk mengatur tekanan darah


sistemik sekaligus mengaruhi laju filtrasi glomerulus.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah tertentu
masih dapat diatasi oleh mekanisme ini.4
Mekanisme autoregulasi dapat dilakukan melalui dua
jalan, yaitu mekanisme miogenik dan tubuloglomerular
feedback.
Mekanisme

miogenik

merupakan

mekanisme

yang

melibatkan lapisan otot pada pembuluh darah. Jika terjadi


kenaikan

tekanan

peningkatan

darah

tekanan

secara

darah

akan

tiba-tiba,

maka

menyebabkan

peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah.

14

Tekanan ini akan menyebabkan respon kontraksi lapisan


otot

dinding

pembuluh

darah,

yang

tentu

saja

menyebabkan pengecilan diameter pembuluh darah /


vasokonstriksi.
penurunan

Vasokonstriksi

aliran

darah

akan

jika

menyebabkan

dalam

hal

ini

yang

mengalami vasokonstriksi adalah arteriol afferen. Hal ini


akan

menyebabkan

glomerulus

penurunan

sehingga

pada

suplai

akhirnya

darah
laju

ke

filtrasi

glomerulus akan menurun. Hal yang sebaliknya terjadi


pada penurunan tekanan darah yang akan menyebabkan
laju filtrasi glomerulus meningkat.4
Jika terjadi penurunan aliran darah, maka akan terjadi
mekanisme

autoregulasi

lain

yang

disebut

dengan

tubuloglomeruler feedback. Penurunan tekanan darah


akan menyebabkan GFR menurun. Penurunan GFR akan
menyebabkan durasi filtrat berjalan disepanjang tubulus
semakin menurun. Hal ini menyebabkan ion Na + akan
semakin banyak direabsorpsi. Akhirnya kadar natrium
filtrat akan semakin menurun. Begitu mencapai tubulus
kontortus

distal,

makula

densa

akan

mendeteksi

penurunan kadar ion ini. Jika kadarnya terlalu rendah,


makula densa akan mengaktifkan sinyal molekul yang
ditangkap oleh sel mesengeal jukstaglomerular. Sel ini
akan berperan dalam pengaktifan suatu enzim yang
disebut

dengan

renin.

Renin

akan

mengkonversi

angiotensinogen menjadi angiotensin I. Oleh angiotensin


converting enzym, angiotensin I akan dipecah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II ialah suatu vasokonstriktor
kuat yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Peningkatan

tekanan

darah

pada

akhirnya

akan

mempercepat laju alir darah sehingga suplai darah ginjal


meningkat. Peningkatan aliran ini akan menyebabkan
peningkatan

GFR.

GFR

15

yang

meningkat

akan

menonaktifkan

sistem

ini.

Jadi

kesimpulannya

tubuloglomerular feedback merupakan suatu mekanisme


untuk

menormalkan

tekanan

darah

sambil

mempertahankan laju filtrasi.4

Obstruksi jalan arteri yang menuju ke glomerulus


Bila ada obstruksi jalan a. renalis, maka yang terjadi
adalah penurunan aliran darah. Selanjutnya laju filtrasi
akan menurun karena penurunan tekanan hidrostatik
kapiler

sehingga

mengaktifkan

tubuloglomerular

feedback seperti yang telah dibahas diatas.

Peningkatan tekanan intersisial


Peradangan yang terjadi pada jaringan sekitar korpuskel
renalis akan menyebabkan gangguan pada proses filtrasi
sehingga laju filtrasi akan menurun.

Peningkatan tekanan intratubuler


Peningkatan tekanan intratubuler dapat menyebabkan
tahanan terhadap proses
filtrasi semakin meningkat. Hal ini akan menyebabkan
tekanan filtrasi menurun sehingga laju filtrasi menjadi
berkurang.

Filtrat

glomerulus

akan

mengandung

zat

yang

masih

diperlukan oleh tubuh, misalnya air, glukosa, asam amino dan ionion. Selain itu ada pula zat yang harus dibuang seperti urea, kreatin
dan asam urat. Zat-zat ini akan mengalami proses reabsorpsi secara
selektif jika masih diperlukan tubuh serta disekresi jika kadarnya
terlalu banyak ataupun tidak lagi dibutuhkan dalam tubuh.7
2. Reabsorpsi Dalam Tubulus
Proses reabsorpsi zat akan berlangsung secara selektif. Hal
ini berarti zat yang tidak lagi dibutuhkan tubuh tidak akan
mengalami proses reabsorpsi. Sebaliknya proses reabsorpsi zat
dengan ambang tinggi akan mulai berlangsung pada tubulus
16

kontortus proksimal. Zat yang akan direabsorpsi pada tubulus


kontortus proksimal ialah ion natrium, klorida dan air. Pada
tubulus kontortus proksimal, reabsorpsi ketiga bahan ini bersifat
obligat.
Terdapat dua jenis reabsorpsi tubulus, yaitu reabsorpsi aktif
dan reabsorpsi pasif. Reabsorpsi aktif, dalam perpindahan ion-ion
atau molekul-molekul, tentunya memerlukan energi. Sedangkan
pada reabsoprsi pasif, tidak memerlukan energi. Berikut adalah
pembahasan mengenai reabsorpsi yang terjadi di tubulus ginjal,
yaitu :
1.

Reabsorpsi natrium
Dari semua ion natrium yang difiltrasi, dalam keadaan normal
99,5% direabsorpsi, dengan rata-rata 67% direabsorpsi di
tubulus proksimal, 25% di lengkung Henle dan 8% di tubulus
distal dan tubulus pengumpul. Selain direabsorpsi secara aktif
ion

natrium

ini

juga

membantu

memfasilitasi

reaksi

perpindahan dari molekul-molekul lain, seperti glukosa dan


asam amino, ion klorida, urea dan molekul air.
2. Reabsorpsi glukosa dan asam amino,
terjadi di tubulus proksimal dan direbsorpsi secara total
dengan mekanisme yang bergantung energi dan ion natrium.
Glukosa dan asam amino diangkut melalui proses transportasi
aktif sekunder, suatu pembawa kontransportasi khusus yang
secara simultan memindahkan ion natrium dan molekul
organik tertentu dari lumen ke dalam sel. Transportasi aktif
sekunder

glukosa

dan

asam

amino

ini

memerlukan

keberadaan ion natrium di dalam lumen tubulus. Tanpa


adanya ion natrium, maka pembawa kotranspor tidak dapat
beroperasi.
3. Reabsorpsi klorida.
Ion klorida yang bermuatan negatif direbsorpsi secara pasif
mengikuti penurunan gradien listrik yang diciptakan oleh
reabsorpsi aktif ion natrium yang bermuatan positif. Jumlah

17

ion klorida yang direabsorpsi ditentukan oleh kecepatan


reabsorpsi ion natrium dan tidak dikontrol secara langsung
oleh ginjal.
4. Reabsorpsi air.
Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis di seluruh
panjang tubulus. Dari molekul yang difiltrasi, 80% direabsorpsi
secara obligatorik di tubulus proksimal dan lengkung Henle
karena secara osmotis mengikuti reabsorpsi zat terlarut.
Reabsorpsi ini terjadi tanpa dipengaruhi oleh beban H2O tubuh
dan tidak diatur. Sisa 20%-nya direabsorpsi dalam jumlah
bervariasi di bagian distal tubulus; tingkat reabsorpsi ini
berada di bawah kontrol langsung hormon, bergantung pada
status hidrasi tubuh.
5. Reabsorpsi urea.
Selain Cl- dan H2O, reabsorpsi urea juga secara tidak
langsung berkaitan dengan reabsorpsi aktif Na +. Urea adalah
suatu produk sisa yang berasal dari penguraian protein.
Reabsorpsi air yang diinduksi secara osmotik di tubulus
proksimal yang diinduksi yang sekunder terhadap reabsorpsi
aktif ion natrium menimbulkan gradien konsentrasii untuk
urea yang mendorong reabsorpsi pasif zat sisa bernitrogen ini.
Urea yang sebenarnya adalah zat yang tidak dibutuhkan
tubuh lagi tetapi tetap direabsorpsi karena merupakan zat
osmotik yang dapat membantu proses reabsorpsi air di duktus
koligens (pengumpul).
6. Reabsorpsi fosfat.
Tidak seperti reabsorpsi nutrien-nutrien organik, reabsorpsi
PO43- dan Ca2+ juga berada di bawah kontrol hormon. Hormon
paratiroid dapat mengubah ambang ginjal untuk PO 43- dan
Ca2+, sehingga jumlah kedua elektrolit yang ditahan di dalam
tubuh ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan sesaat tubuh.
Hormon

paratiroid

bekerja

18

di

tubulus

proksimal,

untuk

meningkatkan

reabsorpsi

reabsorpsi fosfat.

kalsium,

tetapi

menurunkan

6,7

3. Sekresi dalam tubulus


Zat yang mengalami sekresi adalah kreatinin, asam urat,
kalium dan H+. Kreatinin akan disekresi bila kadarnya dalam
darah

lebih

dari

normal.

Sedangkan

asam

urat

setelah

mengalami filtrasi akan direabsorpsi seluruhnya untuk kemudian


disekresi kembali di bagian distal dari tubulus proximal. Setelah
mengalami sekresi, ada sebagian dari yang disekresi akan
direabsorpsi kembali untuk kedua kalinya. Sedangkan kalium
akan disekresi dalam tubulus distal setelah juga mengalami
proses filtrasi. Sehingga kalium pada urin merupakan gabungan
dari hasil filtrasi dan sekresi.
Sekresi ion H+ berkaitan dengan proses pengasaman urin.
Sekresi ion H+ yang terjadi umumnya ditukar dengan reabsorpsi
ion Na+. Proses sekresi terjadi dalam tubulus kontortus proksimal
dan tubulus kontortus distal.
Pada tubulus kontortus proksimal, proses sekresi diimbangi
dengan reabsorpsi 80-85% bikarbonat. Prosesnya dimulai ketika
CO2 dan H2O berdifusi ke sel tubuli proksimal. Enzim carbonic
anhidrase

yang

mengkatalisis

pembentukan

H2CO3

yang

kemudian berionisasi menjadi H+ dan HCO3-. Ion H+ akan


disekresikan ke dalam lumen tubulus sementara reabsorpsi ion
Na+ berjalan. Ion Na+ yang masuk ke dalam sel tubuli akan
berikatan dengan HCO3- untuk membentuk NaHCO3. Sementara
H+ akan berikatan dengan HCO3- hasil filtrasi untuk membentuk
H2CO3 yang akan dipecah menjadi CO2 dan H2O untuk masuk
kembali

ke

berlangsung

dalam
sampai

lumen

tubulus.

80-85%

Mekanisme

HCO3- hasil

filtrasi

ini

terus

terpakai.

Selanjutnya proses ini akan dilanjutkan di tubulus kontortus


distal.

19

Di tubulus kontortus distal sekresi H+ diimbagi reabsorpsi


15-20% bikarbonat yang tersisa.7 Jika bikarbonat telah habis,
maka sekresi H+ akan diimbangi fosfat dan NH3. Reaksi ini terus
berlanjut hingga pH urin menjadi sedikit asam.
Gabungan tiga proses yang telah dibahas diatas yaitu
filtrasi, reabsorpsi dan sekresi yang menyebabkan terbentuknya
urin sekunder yang akan terus berlanjut dari ginjal, ke ureter,
vesika urinaria, dan urethra sebagai saluran keluar sistem
perkemihan.4

Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah penyakit autoimun dan berkaitan
dengan cedera imun pada glomelorus dan struktur sekitarnya.
Sebagian tipe glomerulonefritis bergaikat dengan perburukan pesat
fungsi ginjal hingga mencapai GGSA.
Umumnya pasien glomerulonefritis datang dengan gagal
ginjal akut. Hipertensi dapat menjadi gambaran awal penyakit ini.
Penatalaksanaan medis dapat mencakup:

Dialysis,

cairan, elektrolit, dan asam basa.


Koreksi anemia.
obat imunisupresif (mis. Kortikosteroid), pertukaran plasma

untuk mengurangin titer antibody di dalam darah.


Control hipertensi.8

terutama

untuk

mengendalikan

keseimbangan

Kesimpulan
Dalam proses pembentukan urin, terjadi 3 hal, yaitu filtrasi,
reabsobrsi secara pasif dan aktif dan sekresi. Organ yang terlibat
dalam proses pembentukan urin adalah ginjal, ureter, vesika
urinaria, dan urethra. Dalam perjalanannya 40 % dari tekanan

20

sistemik merupakan tekanan hidrostatik arteriol afferent yang


berfungsi sebagai awal terjadinya filtrasi. Tekanan ini dilawan oleh
tekanan hidrostatik dari kapsula bowman dan tekanan onkotik
protein plasma. Dan sisi penjumlahan ini terjadi perbedaan tekanan
yang meyebabkan terjadinya filtrasi. Beberapa zat, air dan mineral
yang masih di perlukan akan di reabsorbsi dan yang tidak
diperlukan

kemudian di buang menjadi urin. Lama pembentukan

urin, sekitar 1 ml permenit.

Daftar Pustaka
1. Traktus urogenitalis / dr. Y. Inggriani K. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, 2010.
2. Sloane,Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC ;2003.h. 319-5.
3. Eroschenko,Victor P. Di Fiores atlas of histology with functional
correlations.

Jakarta:

Penerbit

2001;h.256-8
4. Sheerwood,Lauralee.Fisiologi

Buku

manusia:

Kedokteran
dari

sel

EGC.
ke

sistem.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2001.h.468-85.


5. Davey P. At a glance medicine. Jakarta : Erlangga ;
2005.h.235.
6. Guyton,Arthur

C.

Buku

ajar

fisiologi

kedokteran.Jakarta:

Penerbit buku kedokteran EGC;2007.h.327-9.


7. Corwin,Elizabeth
J.Patofisiologi.Jakarta:Penerbit

buku

kedokteran EGC.2009;h.683-95.
8. Brooker C. ensiklopedia keperawatan. Jakarta: EGC; 2008. h.
613-4.

21

Anda mungkin juga menyukai