Anda di halaman 1dari 6

Proses Terjadinya Ereksi

Faktor dalam Mekanisme Ereksi


A. Peran Vaskuler (Pembuluh Darah)
Ereksi sebenarnya sangat terkait dengan darah dan pembuluh darah. Ereksi disebabkan darah yang
mengisi rongga penis sampai maksimal (dibatasi ukuran rongga, pembatas tunica albuginea). Proses
pengisian ini membutuhkan pembuluh darah yang berfungsi baik. Tingkat ereksi tergantung pada
keseimbangan aliran darah arteri menuju dan keluar dari rongga penis. Ketika aliran darah arteri rendah
atau sedikit maka penis dalam kondisi tidak ereksi (flaccid). Bila aliran darah arteri menuju rongga penis
meningkat dan aliran darah vena keluar terhambat, maka darah akan mengisi rongga penis, terjebak
disana dan terjadilah ereksi. Banyak sedikitnya aliran darah dipengaruhi vasokonstriksi dan vasodilatasi
pembuluh darah. Kedua hal tersebut terjadi karena kemampuan kontraksi dan relaksasi otot polos
dinding pembuluh darah.
B. Peran Otot Polos
Otot polos terdapat pada dinding pembuluh darah dan jaringan erektil. Apabila otot polos berkontraksi,
maka pembuluh darah menyempit (vasokontriksi) yang menyebabkan aliran darah berkurang. Sebaliknya
bila relaksasi lumen pembuluh darah akan melebar (vasodilatasi) sehingga aliran darah akan bertambah
banyak. Begitu pula dengan otot polos rongga jaringan erektil. Bila kontraksi maka akan susah
mengembang terisi darah sehingga penis tidak ereksi (flaccid). Bila relaksasi, tahanan jaringan erektil
berkurang sehingga mudah terisi darah dan mengembang (ereksi). Otot polos ini bersifat tidak disadari, di
bawah pengaruh saraf otonom.
C. Peran Saraf
Ereksi adalah proses yang otonom atau tidak bisa dikontrol karena melibatkan otot polos pembuluh darah
dan jaringan erektil. Pada saat kondisi flaccid, saraf otonom yang dominan adalah saraf simpatis. Saraf
simpatis mempunyai efek merangsang kontraksi otot polos pembuluh darah dan jaringan erektil.
Akibatnya, karena terjadi vasokonstriksi arteri dan kontraksi otot polos jaringan erektil (corpus
cavernosum dan spongiosa) maka aliran menuju rongga penis akan rendah. Sebaliknya pada saat
kondisi ereksi, stimulasi parasimpatis dominan. Parasimpatis menyebabkan vasodilatasi arteri dan
relaksasi otot polos jaringan erektil sehingga aliran darah ke penis meningkat.
Kualitas atau Tingkat Kekerasan Ereksi
Faktor-faktor di atas yaitu saraf, otot polos dan pembuluh darah harus dalam keadaan sehat dan optimal
agar mekanisme ereksi berlangsung dengan baik dan mencapai tingkat kekerasan yang memadai.
Tingkat kekerasan ereksi dapat dinilai dengan Erection Hardness Score (EHS). Untuk penjelasan secara
lebih rinci bisa klik disini. Penurunan kualitas ereksi dapat terjadi karena:
Penyakit diabetes (kencing manis), atherosclerosis, cedera saraf panggul dan sebaginya
Kondisi tubuh secara umum misalnya demam, nyeri dan kelelahan dapat pula menurunkan kualitas
ereksi.
Substansi tertentu seperti zat dalam asap rokok, alkohol dalam jangka panjang mempengaruhi kualitas
ereksi
Gangguan hormon misalnya kadar testosteron yang rendah
Obat-obatan tertentu
Meskipun ereksi pada penis tampaknya terjadi dengan cepat, hal tersebut merupakan proses yang rumit
dan membutuhkan kerja sama banyak sistem di dalam tubuh. Proses itu mulai dan otak, sistem syaraf,

pembuluh darah sampai hormon turut dilibatkan agar ereksi bisa terjadi. Mekanisme terjadinya ereksi ini
disebut Tumescensi.
Pada saat istirahat (tanpa aktivitas seksual), pembuluh-pembuluh darah arteri di daerah Corpora
Cavernosa, serta otot-otot polos di trabekel yakni sekitar sinusoid akan mengalami kontraksi (penciutan)
sehingga darah yang masuk ke penis sangat sedikit. Rongga-rongga sinusoid di Corpora Cavernosa
hanya terisi sedikit darah sehingga penis dalam keadaan lembek..
Ketika tubuh menerima rangsangan seksual baik melalui penglihatan, perabaan, penciuman, fantasi
(khayalan) dan sebagainya, maka penerima stimulasi seksual akan segera bereaksi dan mengirim pesan
kepada sistem syaraf yang dilanjutkan ke hipotalamus kemudian turun ke bawah melalui wedulla spinalis
atau sumsum tulang belakang.
Selanjutnya melewati nucleus atau inti-inti syaraf otonom di S2-4 (vertebra sacralis) diteruskan ke
jaringan-jaringan erektil di Corpora Cavernosa. Di dalam jaringan erectil ini, dihasilkan bermacam-macam
neurotransmitter (penghantar impuls syaraf).
Salah satu yang amat berperan untuk membuat penis ereksi ialah NO (nitrogen oksida). NO dihasilkan
dari oksigen dan L-Arginin di bawah kontrol sintase nitrik oksida. Sesudah terbentuk, NO dilepaskan dari
neuron dan endotel sinusoid di Corpora Cavernosa. NO menembus sel otot polos yang mengaktifkan
enzim yang disebut guanilyl cyclase.
Guanilyl cyclase selanjutnya mengubah guanosin triphosphat (GTP) menjadi siklik guanosin
Monophosphat (cGMP). Melalui beberapa proses kimiawi, cGMP membuat otot-otot polos dalam Corpora
Cavernosa di dalam trabekel-trabekel dan di dalam arteriol-arteriol mengalami relaksasi sehingga seluruh
pembuluh darah di Corpora Cavernosa serta sinusoid akan mengalami pelebaran atau pembesaran.
Selanjutnya rongga-rongga (sinusoid) penuh dengan darah sehingga penis mulai membesar. Ronggarongga yang terisi itu kemudian menekan pembuluh darah balik (vena) di dekatnya sehingga darah tidak
bisa ke luar dari Corpora Cavernosa dan darah terperangkap di Corpora Cavernosa dan penis tambah
besar sampai keras.
Selama proses itu terjadi, impuls seksual terus timbul di dalam otak dan terjadi relaksasi otot-otot polos di
dinding pembuluh darah dan trabekel-trabekel sehingga terjadi dilatasi (pelebaran) pembuluh darah serta
pembesaran sinusoid maka penis akan terus mengeras.
Detumescensi (Menurunkan Ereksi)
Untuk menjaga supaya ereksi tidak terjadi terus-menerus, maka cGMP harus dikurangi sehingga tidak
terjadi relaksasi otot-otot polos terus menerus. Di dalam sel otot polos di dalam Corpora Cavernosa ada
mekanisme tersendiri, yakni adanya 5 yang mengubah cGMP menjadi 5 guanosine wonophospbat
(SGMP), sehingga jumlah cGMP berkurang.
Bila cGMP tinggal sedikit maka relaksasi otot polos akan hilang kemudian mengkerut (kontraksi)
sehingga penis menjadi kecil atau kembali ke fase istirahat. Kemudian bila ada stimulasi seks, NO akan
dibentuk lagi dan akhirnya cGMP akan meningkat dan otot polos akan mengalami relaksasi dan penis
ereksi lagi.
Selama tidak ada stimulasi seks, penis akan tetap istirahat. NO tidak diproduksi sehingga cGMP tidak
terbentuk dan penis akan tetap lembek. Demikian mekanisme ereksi, istirahat, ereksi dan istirahat dari

penis manusia.
Ereksi adalah syarat utama agar seorang pria dapat menikmati seks. Bagi sebagian pria, kemampuan
ereksi ini merupakan masalah. Bahkan, bagi semua pria, masalah ini suatu saat akan dialami. Malah
dipastikan gangguan ereksi akan menjadi masalah abadi apabila pria tidak menjaga kesehatan
seksualnya. Namun, bagaimana sebenarnya proses terjadinya ereksi? Barangkali dengan mengetahui
cara kerja ereksi penis, pria dapat terbantu mempertahankan kemampuan seksualnya.
Ereksi hanya dapat terjadi apabila pasokan darah cukup memadai ke penis. Makin banyak aliran darah
masuk penis, akan makin kuat ereksinya. Karena itu, gagalnya ereksi terjadi karena penis tidak terisi
darah secara memadai. Penis sendiri mempunyai dua ruang yang disebut corpora cavernosa. Kedua
ruang ini memanjang mulai dari pangkal penis hingga ke ujungnya. Ruang ini penuh dengan jaringan
berongga, yang berisi otot-otot halus, jaringan berserat, ruang kosong, vena dan arteri.
Corpora cavernosa dikelilingi oleh selaput, yang disebut tunica albuginae. Dan saluran kemih terdapat di
bagian bawah corpora cavernosa ini. Saluran kemih inilah yang menjadi tempat keluarnya air kemih dan
air mani.
Ereksi sendiri akan dipicu apabila pria menerima rangsangan fisik dan mental. Impuls dari otak dan saraf
di sekitar penis mengakibatkan otot corpora cavernosa mengembang. Darah pun dimungkinkan
mengalirinya dan memenuhi rongga-rongga terbuka tersebut.
Darah ini kemudian menghasilkan tekanan dalam corpora cavernosa. Nah, tekanan inilah yang
menyebabkan penis membesar. Dengan membantu darah tersimpan baik dalam corpora cavernosa,
maka tunica albuginea akan mempertahankan ereksi tersebut.
Ereksi sendiri akan hilang apabila otot-otot penis mengalami kontraksi. Akibatnya, aliran masuk darah
akan terhenti. Saluran-saluran yang memungkinkan darah keluar pun akan terbuka lebar. Jadi, apabila
orang mengalami disfungsi ereksi, itu terjadi karena pasokan darah ke penisnya tidak memadai.
Umumnya ada tiga jenis tingkat disfungsi ini. Yang pertama ialah ketidakmampuan total untuk mengalami
ereksi. Disfungsi lainnya ialah tidak mampunya pria mengalami ereksi sewaktu-waktu. Disfungsi lainnya
ialah terjadinya ereksi hanya dalam waktu singkat (tidak sanggup mempertahankannya).

Mengapa penis ereksi pada pagi hari?


Pagi hari, seringkali alat kelamin pria lebih rajin "bangun" dari pada si pemiliknya. Ereksi atau
mengerasnya penis yang terjadi pada pagi hari disebut dengan istilah "morning erection" atau "morning
wood". Sebenarnya secara normal dalam satu malam ketika tidur, penis pria mengalami ereksi sekitar 3-5
kali dengan lama masing-masing 25-35 menit. Ereksi menyebabkan aliran darah ke jaringan penis
menjadi optimal. Karena itulah ereksi spontan pada saat tidur sangat berguna. Jaringan penis teraliri
banyak darah kaya oksigen secara teratur sehingga jaringannya dapat terpelihara. Nah ereksi pada pagi
hari sebenarnya merupakan rangkaian akhir dari peristiwa tersebut yang secara medis disebut "nocturnal
penis tumescene (NPT)". Tapi kok bisa terjadi ya? Berikut laporkan hasil investigasi, mengapa penis
ereksi pada pagi hari...
Penyebab Morning Erection
Penyebab peristiwa ini sebenarnya belum diketahui secara pasti, namun terjadi pada siklus tidur fase
REM (ketika bermimpi dan terdapat perubahan aktivitas otak). Siklus ini dalam semalam berlangsung

beberapa kali. Mengapa bisa terjadi pada fase tidur REM saja? Begini penjelasannya:
1. Di otak terdapat "noradrenegic cells" di locus corealus
Area ini mengandung hormon norepinefrin (noradrenalin) yang merupakan neurotransmitter sistem
simpatis. Padahal sistem simpatis bila dominan akan menyebabkan vasokontriksi (kontraksi penyempitan
pembuluh darah) sehingga kalau terjadi di penis akan menghambat aliran darah dan tentu saja bersifat
menghambat ereksi (inhibitor).
2. Hormon testosteron dapat menstimulasi ereksi
Testosteron menstimulasi pembentukan nitrit okside (NO) yang berperan dalam relaksasi otot polos
vaskuler dan jaringan erektil penis (corpus cavernosum dan spongiosum). Relaksasi ini akan
meningkatkan aliran darah ke penis sehingga terjadi proses ereksi.
3. Kadar testosteron tertinggi pada pukul 05.30-08.00
Kadar testosteron bervariasi dalam satu hari dan paling tinggi pada pagi hari. Variasi harian (diurnal
variation) antara pagi dan sore hari pada pria muda lebih signifikan daripada pada orangtua. Kadar
testosteron pada pria akan meningkat pesat pada saat pubertas, mencapai puncak pada usia 25-30
tahun dan mulai menurun setelah usia 30 tahun.
4. Pada tidur fase REM terjadi penghentian aktivitas "noradrenergic cells"
Perubahan aktivitas otak pada fase REM salah satunya berefek pada "switching off" aktivitas
noradrenergic (simpatis) dalam menghambat ereksi. Karena yang menghambat sudah berkurang maka
ereksi karena pengaruh testosteron dapat berlangsung lebih lancar.
Nah kombinasi antara kadar testosteron yang tertinggi pada pagi hari, berkurangnya penghambat ereksi
di otak mungkin menyebabkan penis ereksi di pagi harilah yang paling keras. Walau awal terjadinya pada
saat tidur REM tapi efeknya masih ada saat bangun tidur. So, jangan kaget lagi bila pagi hari ketika
bangun tidur penis menegang tanpa ada stimulus apapun. Hal ini sangat -sangat normal dan memang
bermanfaat

Proses Terjadinya Ejakulasi


Ejakulasi (ejaculation) adalah proses pengeluaran air mani (biasanya membawa sperma) dari saluran
reproduksi pria dan biasanya disertai dengan orgasme. Ini biasanya (secara alamiah) merupakan
tahapan akhir atau puncak rangsangan seksual, dan merupakan sebuah komponen penting dari konsepsi
alam. Pada kasus yang jarang, ejakulasi terjadi karena penyakit prostat. Ejakulasi juga terjadi secara
spontan selama tidur (mimpi basah). Anejaculation adalah kondisi tidak bisa ejakulasi.

Tahapan:
Stimulan
Pendahuluan terjadinya ejakulasi biasanya berupa gairah seksual laki-laki yang menimbulkan ereksi
(tegang) pada penis, meskipun dalam hal ini tidak setiap rangsangan atau ereksi mengarah pada
ejakulasi. Rangsangan seksual yang dialami penis saat hubungan seksual di vagina, mulut dan dubur,
atau rangsangan manual (masturbasi) dapat memberikan stimulus yang diperlukan bagi seorang pria
untuk mencapai orgasme dan ejakulasi. Laki-laki mencapai orgasme biasanya setelah 5-10 menit setelah
dimulainya hubungan intim penis-vagina, dengan mempertimbangkan keinginan mereka dan orang-orang
dari pasangan mereka. Sebagian besar pria dapat mencapai orgasme cepat atau menunda sampai nanti

jika itu memang mereka inginkan. Sebuah stimulasi yang berkepanjangan baik melalui pemanasan
(mencium, membelai dan stimulasi langsung zona sensitif seksual sebelum penetrasi selama hubungan
seksual) atau mengocok (selama masturbasi) meningkatkan rangsangan untuk mencapai puncak dan
biasanya menghasilkan pengeluaran suatu cairan pra-ejakulasi.
Sementara kehadiran sperma dalam cairan pra-ejakulasi dianggap langka, sperma dari ejakulasi
sebelumnya (terakhir) masih ada pada uretra dapat ikut terbawa dalam cairan pra-ejakulasi. Penting
untuk dicatat bahwa beberapa kuman penyakit menular (termasuk HIV) sering dapat hadir dalam praejakulasi.
Ejakulasi dini adalah ungkapan yang digunakan ketika ejakulasi terjadi sebelum waktu yang dikehendaki.
Jika seorang pria tidak bisa ejakulasi dalam waktu yang tepat setelah rangsangan seksual yang lama,
meskipun keinginannya untuk melakukannya, hal itu disebut ejakulasi tertunda atau anorgasmia. Sebuah
orgasme yang tidak disertai dengan ejakulasi dikenal sebagai orgasme kering.
Ejakulasi
Ketika seorang pria telah mencapai tingkat rangsangan yang cukup, ejakulasi pun dimulai. Pada titik itu,
di bawah kendali sistem saraf parasimpatik, air mani yang mengandung sperma dimuncratkan keluar. Air
mani yang dikeluarkan melalui uretra disertai dengan irama kontraksi. kontraksi ritmis ini adalah bagian
dari orgasme laki-laki. Mereka dihasilkan oleh otot bulbospongiosus di bawah kendali refleks tulang
belakang pada tingkat saraf tulang belakang S2-4 melalui saraf pudenda. Orgasme laki-laki yang khas
berlangsung beberapa detik.
Setelah awal orgasme, Kumpulan-kumpulan air mani mulai mengalir dari uretra, mencapai puncak
pelepasan dan kemudian berkurang mengalir. Orgasme yang khas terdiri dari 10-15 kontraksi, meskipun
pria tidak mungkin secara sadar mengetahui berapa banyak itu terjadi. Setelah kontraksi pertama telah
terjadi, ejakulasi akan terus sampai selesai sebagai suatu proses spontan. Pada tahap ini, ejakulasi tidak
dapat dihentikan. Tingkat kontraksi secara bertahap melambat selama orgasme. Kontraksi awal terjadi
pada interval rata-rata 0,6 detik dengan meningkatnya kenaikan sebesar 0,1 detik per kontraksi.
Kontraksi kebanyakan pria maju dengan interval berirama teratur selama orgasme. Banyak pula pria
yang mengalami kontraksi yang tidak beraturan selama orgasme.
Ejakulasi dimulai pada kontraksi pertama atau kedua dari orgasme. Bagi kebanyakan pria semburan
pertama terjadi selama kontraksi kedua. Semburan pertama atau kedua biasanya merupakan
pengeluaran cairan mani yang terbesar dan dapat berisi 40 persen atau lebih dari total volume ejakulasi.
Setelah puncak ini, aliran dari setiap nadi berkurang. Ketika aliran berakhir, kontraksi otot orgasme terus
terjadi tanpa tambahan cairan air mani. Sebuah studi sampel kecil tujuh orang menunjukkan rata-rata dari
7 semburan air mani (berkisar antara 5 dan 10 kontraksi) diikuti oleh rata-rata 10 lebih kontraksi tanpa
sperma yang dikeluarkan.
Alfred Kinsey mengukur jarak semburan ejakulasi. Pada tiga-perempat laki-laki, memancarkan air mani
dari penis, Pada beberapa pria saat ejakulasi, jarak air maninya dari ujung penis dapat mencapai dari
beberapa inci sampai satu-dua kaki, atau bahkan sejauh lima atau enam (jarang delapan) kaki. Masters
dan Johnson melaporkan bahwa jarak ejakulasi tidak lebih dari 30-60 cm. Namun jarak ejakulasi, tidak
ada hubungannya dengan fungsi seksual, seperti selama penetrasi penis dalam vagina jarak ejakulasi
tidak memainkan peranan. Menetesnya air mani dari penis biasanya cukup untuk pembuahan.
Periode refrakter
Kebanyakan pria mengalami periode refrakter segera setelah orgasme, selama itu mereka tidak mampu

mencapai ereksi, dan waktu yang lebih lama lagi sebelum mereka mampu mencapai ejakulasi
selanjutnya. Lamanya masa refraktori sangat bervariasi untuk setiap individu. Umur mempengaruhi waktu
pemulihan, pria yang lebih muda biasanya pulih lebih cepat daripada pria yang lebih tua, meskipun tidak
selalu begitu.
Namun, beberapa pria dapat mencapai rangsangan seksual yang cukup segera setelah ejakulasi, dan
lain-lain mungkin memiliki periode refrakter kurang dari 15 menit. Periode pemulihan singkat dapat
memungkinkan mereka untuk melanjutkan tanpa hambatan bermain seksual dari satu ejakulasi
rangsangan seksual ke ejakulasi selanjutnya. Namun, kebanyakan pria tidak suka dirangsang (dengan
hampir segala sentuhan dan cara) pada masa-masa awal periode refrakter.
Volume
Kekuatan dan jumlah air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi akan sangat bervariasi antar pria dan
mungkin berisi antara 0,1 dan 10 mililiter (Sebagai perbandingan, perhatikan bahwa satu sendok teh
adalah 5 ml dan sendok makan 15 ml.). Volume air mani dipengaruhi oleh waktu yang telah berlalu sejak
ejakulasi sebelumnya; semakin lama durasi rangsangan, semakin banyak pula volume air mani. Durasi
stimulasi yang mengarah ke ejakulasi bisa mempengaruhi volume. Secara abnormal volume rendah
dikenal sebagai hypospermia, meskipun hal itu adalah normal untuk jumlah air mani pria usia tua.
Kualitas
Jumlah sperma dalam ejakulasi juga sangat bervariasi, tergantung pada banyak faktor, termasuk waktu
sejak ejakulasi terakhir, usia, tingkat stres, dan testosteron. oligospermia adalah istilah untuk jumlah
sperma yang rendah dengan volume air mani yang rendah pula, sedangkan tidak adanya sperma dari air
mani disebut azoospermia.

Anda mungkin juga menyukai