Anda di halaman 1dari 9

Anatomi Penis

Penis adalah salah satu organ reproduksi eksternal pria yang menjadi saluran keluar bagi urin
ketika kencing dan semen (air mani) saat ejakulasi. Fungsi penis sebagai alat reproduksi sangat
penting artinya sehingga semua orang perlu mengenal lebih dalam mengenai organ yang satu ini.
Dan karena itu, pada artikel seksualitas.net kali ini kita akan membahas mengenai anatomi penis
beserta fungsinya dan disertai dengan beberapa gambar penis.

Penis berfungsi untuk mengantarkan sperma ke rahim wanita.

Bagi sebagian orang membahas dan mendiskusikan fungsi dan anatomi penis masih sulit
dilakukan karena organ pria ini masih dianggap sebagai sesuatu yang bersifat pribadi dan tabu
dibicarakan di depan umum. Padahal fungsi penis sangat luas, tanpa penis mustahil manusia bisa
berkembang biak.

Penis berada di antara kedua pangkal paha pria, menonjol keluar dari tubuh, menggantung saat
lemas dan mengeras jika ereksi. Bentuk penis seperti jamur dengan bagian kepala penis seperti
kepala cendawan. Di bagian kepala terdapat bukaan disebut meatus yang menjadi saluran keluar
urin dan semen.

Fungsi Penis
Ada dua cairan yang keluar dari penis yaitu urin dan semen/air mani. Urin adalah cairan sisa
yang dikeluarkan tubuh dan tersimpan di kandung kemih (bladder). Semen adalah cairan yang
berisi protein dan merupakan nutrisi bagi sperma sekaligus media yang mengantar sperma
keluar dari penis, semen diproduksi di prostat. Sperma adalah sel pria yang diproduksi di dalam
testis yang bertugas membuahi sel telur.

Urin, semen dan sperma keluar dari tubuh melalui saluran yang sama yaitu uretra. Proses
keluarnya urin disebut kencing dan proses keluarnya semen beserta sperma disebut ejakulasi.
Saluran uretra berakhir di ujung kepala penis (meatus), yang menjadi tempat keluarnya urin,
semen dan sperma.

Sehingga secara umum, fungsi penis ada dua yaitu:

1. Urination, penis berfungsi sebagai tempat keluarnya air seni atau urin dari kandung
kemih.
2. Ejakulasi, penis berfungsi untuk melepaskan semen (air mani) dari kelenjar prostat dan
sperma dari testis.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi penis berkaitan dengan fungsi reproduksi, seksual dan
ekskresi (pengeluaran). Menjalankan fungsi ekskresi, penis bertugas mengeluarkan cairan sisa
metabolisme yang tidak dibutuhkan tubuh, fungsi reproduksi untuk menyalurkan sel sperma ke
dalam rahim wanita agar dapat membuahi sel telur wanita (procreation). Dan fungsi seksual
sebagai alat untuk melakukan aktifitas seksual baik itu bersama pasangan maupun sendiri
(recreation).

Anatomi Penis

Struktur internal penis terdiri dari dua ruangan berbentuk jaringan (corpora cavernosa) yang
berjalan di sepanjang penis, uretra (tabung untuk mengeluarkan urin dan ejakulasi), jaringan
erektil yang mengelilingi uretra, dua arteri utama, dan beberapa pembuluh darah dan saraf.
Bagian terpanjang dari penis adalah shaft, bagian ujung atas penis terdapat kepala berbentuk
cendawan yang disebut glans penis.

Secara umum, penis terdiri atas tiga bagian utama, yang terbuat dari bahan seperti busa yang
dapat terisi darah, yaitu:

1. Dua buah Corpora Cavernosa di kiri dan kanan atas, Kedua Corpora Cavenosa ini
diliputi oleh jaringan ikat yang disebut tunica albuginea, satu lapisan jaringan kolagen
yang padat dan di luarnya ada jaringan yang kurang padat yang disebut fascia buck.
2. Korpus Spongiosum, yang berada di bawah dua corpora cavenosa dan mengelilingi
uretra.

Ketika seorang pria medapat stimulasi seksual dan terangsang, saraf di sekitar penis menjadi
aktif, menyebabkan otot-otot sekitar pembuluh darah menjadi rileks sehingga darah mengalir
lebih banyak ke dalam penis membuat penis kaku dan keras atau tegak.

Corpora Cavernosa

Corpora cavernosa adalah dua ruangan yang mengisi sebagian besar penis. Ruang-ruang ini terisi
jaringan spons yang mencakup otot, ruang terbuka, pembuluh darah dan arteri. Ereksi terjadi
ketika corpora cavernosa terisi dengan darah dan berkembang.

Ereksi ini mengencangkan pembuluh darah sehingga darah terjebak dan tidak bisa meninggalkan
penis, memungkinkan penis untuk tetap tegak selama beberapa menit. Setelah ejakulasi terjadi
atau jika gairah seks memudar, proses detumescence terjadi, di mana otak akan mengirimkan
sinyal yang memungkinkan darah meninggalkan penis, akibatnya penis menjadi lemas kembali.

gambar penis

Selaput albuginea

Adalah sebuah membran yang mengelilingi corpora cavenosa. Membran ini berfungsi untuk
menjaga darah tetap berada di dalam penis selama ereksi terjadi.

Uretra
Uretra adalah tabung yang menjadi saluran tempat urin keluar. Proses ejakulasi juga melalui
uretra. Letaknya menyusuri batang penis di bawah corpora cavernosa dan melebar pada ujung
uretra yang disebut meatus. Meatus terletak di glans (kepala penis).

Corpus spongiosum

Corpus spongiosum adalah salah satu bagian anatomi penis berbentuk ruang yang mengelilingi
uretra. Ruangan ini menjadi penuh dengan darah selama ereksi.

Glans (kepala penis)

Kepala penis berbentuk seperti kerucut. Kepala penis sangat sensitif dan biasanya tertutup oleh
kulup kecuali pada penis yang ereksi. Kepala penis memiliki beberapa fungsi yaitu
meningkatkan peluang untuk pembuahan telur, menciptakan gesekan saat berhubungan seks, dan
bertindak sebagai penumbuk atau penekan di dalam vagina selama hubungan seksual.

Kulup

Kulup adalah selubung kulit yang dapat terbuka di bagian atas. Saat bayi, kulup sangat ketat dan
biasanya tidak bisa ditarik. Kulup akan mengendur setelah usia bayi bertambah. Saat ereksi,
kulup penis akan tertarik sepenuhnya sehingga menampakkan kepala penis secara polos. Kulit
kepala penis sangat sensitif, dan fungsi dari kulup adalah untuk melindunginya.

Dalam budaya Yahudi dan Muslim, kulup penis selalu dipotong saat usia pria masuk remaja dan
dikenal dengan istilah sunat atau khitan. Sunat juga banyak dilakukan di masyarakat Barat
karena penis akan lebih bersih tanpa kulup. Saat ini, karena tingkat kebersihan sudah lebih baik
dibandingkan ribuan tahun lalu, beberapa orang tua dan dokter percaya bahwa sunat tidak lagi
diperlukan, meskipun hal tersebut masih diperdebatkan.

Gambar penampang penis

Frenulum
Organ anatomi ini adalah salah satu area yang sangat sensitif pada penis, lokasinya terletak di
bagian bawah glans (kepala penis).

Smegma

Yaitu cairan pelumas alami yang dikeluarkan untuk membuat penis tetap lembab. Smegma
ditemukan di bawah kulup penis.

Scrotum (kantung kemaluan)

Skrotum adalah salah satu organ eksternal anatomi penis pria berbentuk kantung yang
menggantung di belakang dan di bawah penis, dan berisi testis (buah zakar). Fungsi utama
skrotum adalah untuk menjaga suhu testis tetap pada sekitar 34 C, suhu di mana testis paling
efektif menghasilkan sperma.

Testis

Merupakan kelenjar seksual laki-laki, ada dua testis dalam skrotum yang berfungsi menghasilkan
sperma dan hormon testosteron. Setiap testis menghasilkan hampir 150 juta sperma setiap 24jam.

Fisiologi Ereksi
Fase-fase ereksi

Ereksi terjadi melalui rangkaian fisiologis dan biokimiawi yang kompleks, melibatkan
hormon dan syaraf. Ereksi biasanya dimulai dari rangsangan eksotik, yang menyebabkan
melepasnya zat di daerah dinding pembuluh darah penis. Zat tersebut akan merangsang enzim
guanilat siklase sehingga meningkatkan kadar siklik guanisin monofosfat (cGMP). Mekanisme
ereksi terdiri dari beberapa fase, yaitu :

1. Fase permulaan dalam keadaan masih lemas (flasid)

Penis flaccid dibawah pengaruh saraf simpatis. Arteri inflow rendah (dibawah 15 cm/detik)
dan otot polos trabekula berkontraksi. Sinusoid kosong dan gas darah sama dengan darah
vena.

2. Fase pengisian darah


Stimulasi saraf parasimpatis memnyebabkan dilatasi arteri dengan arteri flow meningkat
drastis lebih dari 30 cm / detik. Relaksasi trabekula menyebabkan pengisiang sinusoid tanpa
peningkatan secara signifikan tekanan intrakavernosa.

3. Fase pembesaran (tumesensi)


Tekanan intrakevernosa mulai meningkat. Tekanan meningkat diatas tekanan diastolik tekanan
darah, flow arteri terus meningkat hanya selama fase sistolik. Sinusoid membesar dan
beberapa menekan pleksus vena subtunika. Penis memanjang dan membesar ke kapasitas
maksimal.

4. Fase tegak (ereksi)


Tekanan intrakavernosa terus meningkat sekitar 90 % tekanan darah sistolik. Aliran darah
arteri ke dalam penis menurun tetapi masih lebih besar dari selama fase flaccid. Pembesaran
tekanan sinusoid pada pleksus vena subtunika mengurang aliran ke vena eminen. Pada saat ini
gas darah sama dengan gas darah arteri.

5. Fase tegak dan keras (rigrit)


Dibawah pengaruh saraf pudenda, kontraksi otot ischiokavernosa, memeras krura dan
meningkatkan tekanan intrakavernosa diatas tekanan darah sistolik. Penis menjadi kaku dan
tegak. Otot ischiokavernosa dapat berkontraksi volunter atau dibawah pengaruh reflek
bulbokavernosa (yang maintain kekakuan selama penetrasi). Arteri inflow tidak dapat masuk
lagi dan vena eminen menutup sempurna. Ketika otot rangka menjadi lelah terjadi penurunan
tekanan intrakavernosa kembali ke level fase ereksi penuh, mengikuti sirkulasi kembali ke
jaringan kavernosa.

6. Fase pelemasan kembali (detumensensi)


Sedikit peningkatan tekanan intrakevernosa, mungkin diinduksi oleh stimulasi simpathetik
yang menutup outflow vena.Kontraksi otot polos trabekula, arteri helisina berkontriksi dan
tekanan intrakavernosa menurun, terjadi penurunan tekanan vena subtunika dan peningkatan
outflow vena.Stimulasi simpatetik menurun secara cepat arteri inflow dan tekanan
intrakavernosa, dengan peningkatan outflow dalam vena dan detumesen cepat.

Sistem Persarafan Ereksi

Pada dasarnya mekanisme ereksi terjadi melalui proses neurologis dan hemodinamik
yang dikontrol oleh faktor psikologis. Sehingga penyebab disfungsi ereksi dibagi menjadi faktor
psikologis dan faktor organik yang dapat disebabkan oleh kelainan pada pembuluh darah
(vaskulogenik), persarafan (neurogenik) dan hormon (endokrinologik). Rangsangan seksual akan
diolah pada susunan saraf pusat di beberapa tempat terutama di jaras supra spinal yaitu area
preoptik medial (MPOA) dan nukleus paraventrikularis (PVN) dihipotalamus dan hippokampus
yang merupakan pusat integrasi fungsi seksual dan ereksi

Rangsangan dari susunan saraf pusat akan dilanjutkan pada tingkat medula spinalis yang
mempunyai dua pusat persarafan ereksi, sistem persarafan parasimpatis yang merupakan pusat
rangsangan terjadinya ereksi (erektogenik) terletak pada segmen sakrum (S2 - S4) pada manusia
nukleus parasimpatis terutama terdapat di saraf preganglion parasimpatis pada columna
intermedio lateral medula spinalis sakrum S3. Akson parasimpatis akan melalui nervus pelvikus
menuju pleksus pelvis dan bersinap dengan persarafan post ganglion dimana akson menujun ke
nervus cavernosus. Sistem persarafan simpatis yang terutama menghambat ereksi (erektolitik)
pusatnya terletak pada kolumna intermedio lateral dan komisura dorsal abu abu pada segmen
torakolumbal (T11 L2) medula spinalis.

Penis di persarafi oleh sistem persarafan otonom (simpatis dan parasimpatis) pada daerah
pelvis kedua saraf bersatu membentuk nervus kavernosus yang masuk ke dalam korpus
kavernosus, korpus spongiosum dan gland penis untuk pengaturan aliran darah selama ereksi dan
detumesen. Sistem persarafan somatis yaitu nervus pundendus berperan sebagai sensorik penis
dan kontraksi dan relaksasi otot otot lurik bulbokavernosus dan isciokavernosus.

Sistem persarafan tersebut bertanggung jawab terhadap terjadinya tiga macan tipe
ereksi : psikogenik, refleksogenik dan nokturna. Ereksi psikogenik yang terjadi karena
rangsangan pendengaran, penciuman dan fantasi yang diolah pada susunan saraf pusat akan
dilanjutkan pada pusat ereksi di medula spinalis (T11-L2 dan S2-S4) sehingga terjadi ereksi.
Ereksi refleksogenik yang terjadi karena rangsangan perabaan pada organ genital dan sekitarnya,
akan menuju pusat ereksi di medula spinalis yang akan menimbulkan persepsi sensoris yang
akan mengaktifkan sistem saraf otonom untuk menyampaikan rangsangan pada nervus
kavernosus sehingga terjadi ereksi. Tipe ereksi ini akan tetap terjadi pada pasien dengan cedera
medula spinalis diatas segmen sakrum 2. Ereksi nokturna umumnya terjadi selama tidur rapid
eye movement (REM). Selama tidur REM akan mengaktifkan sistem saraf kolinergik yang
terletak pada tegmentum pontin lateral, sehingga terjadi peningkatan ketegangan penis.

Fisiologi Ereksi pada Penis

Sumber pendarahan pada ereksi adalah arteri dorsalis penis dan arteri kavernosus kanan
dan kiri yang lebih berperanan pada prorses ereksi merupakan cabang akhir dari jalinan arteri
hipogastrik kavernosus. Arteri kavernosus bercabang membentuk arteri helisine, cabang dari
setiap arteri helisine langsung berakhir di ruangan lakuna tersebut. Sedangkan aliran pembuluh
balik dari korpus kavernosus keluar melalui venula subtunika yang terletak diantara bagian
perifer jaringan penegang (erectile) dengan tunika albugenia. Aliran vena dari ujung penis
mengalir terutama melalui vena dorsalis profunda, sedangkan aliran bagian pangkal krura
biasanya melalui vena kavernosus dan vena kruralis.

Ereksi akan terjadi diawali relaksasi otot polos korpus kavernosus penis. Dilatasi dinding
kavernosa dan arteri helisine menyebabkan darah mengalir memasuki ruangan-ruangan lakuna.
Selanjutnya, relaksasi otot polos trabekulum akan memperluas ruangan lakuna sehingga penis
menjadi membesar.

Tekanan darah sistemik yang disalurkan melewati arteri helisine akan lebih mendorong
dinding trabekulum ke arah tunika albugenia. Sebaliknya mekanan pleksus venula subtunika
sehingga menghambat pengembalian darah dari ruangan lakuna dan meningkatkan tekanan
dalam lakuna sehingga penis menjadi tegang. Adanya tekanan dalam lakuna selama periode
ereksi dihasilkan oleh keseimbangan antara tekanan perfusi arteri kavernosa dengan tahanan
terhadap pengeluaran aliran darah oleh kompresi venula subtunika. Pengurangan aliran darah
balik subtunika oleh penekanan mekanik ini, dikenal sebgai mekanisme oklusi vena korpora.

Anda mungkin juga menyukai