Puskesmas
Pendahuluan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan upaya-upaya yang bersifat
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah satu upaya pemerintah dalam
mewujudkan
hal
(PUSKESMAS).
tersebut
Puskesmas
yaitu
membentuk
merupakan
unit
Pusat
organisasi
Kesehatan
pelayanan
Masyarakat
kesehatan
tertentu.
Puskesmas
sebagai
salah
satu
organisasi
fungsional
pusat
Pengertian Puskesmas
Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.2
Fungsi puskesmas:2
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
wilayah kerjanya
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:2
a) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri.
b) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c) Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak
menimbulkan ketergantungan.
d) Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e) Bekerjasama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program
puskesmas.
Manajemen dan Administrasi Puskesmas2,3
Dalam usaha melaksanakan program-program di puskesmas atau mana-mana pusat
kesehatan harus dimulai dengan manajemen atau administrasi. Administrasi adalah proses
penyelenggaraan kerja yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
administrasi,
baik
dalam
pengertian
luas
maupun
sempit
di
dalam
Pelaksanaan
Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi penggerak semua kegiatan
yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah dirumuskan pada fungsi perencanaan. Fungsi manajemen ini
lebih menekankan tentang bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan
semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Dalam
menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi,
peranan pemimpin, motivasi staf, kerjasama dan komunikasi antar staf merupakan
hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh seorang manajer.2
Secara praktis fungsi pelaksanaan ini merupakan usaha untuk menciptakan
iklim kerjasama di antara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi
tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi pelaksanaan ini haruslah dimulai dari
diri manajer, di mana manajer harus menunjukkan kepada stafnya bahwa ia
mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya. Ia
harus mempunyai kemampuan bekerjasama dengan orang lain secara harmonis.2,3
Pengawasan
Pengawasan (controlling) dalam manajemen puskesmas merupakan fungsi terakhir yang
berkait erat dengan fungsi manajemen yang lainnya. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standard keberhasilan selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau
yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar
penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendali atau dikurangi. Kegiatan fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih
4
berkembang, dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih
terjamin.2
Tiga langkah penting untuk melakukan pengawasan:2
Mengukur hasil/prestasi yang telah dicapai.
Membandingkan hasil yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya
penyimpangan. Bila diperkirakan terjadi penyimpangan, pimpinan perlu berusaha lebih
dulu untuk mencari faktor penyebabnya, kemudian menetapkan langkah-langkah untuk
mengatasinya.
3. Keluaran
Keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
pasien atau terhadap suatu program yang dilaksanakan.2
4. Sasaran
Sasaran merupakan golongan yang menjadi tumpuan terhadap pelaksanaan suatu
program yang direncanakan. Sasaran dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat.2
5. Dampak
Hasil dari pelaksanaan yang dijadikan indikator apakah kebutuhan dan tuntutan
kelompok sasaran terpenuhi atau tidak. Dampak merupakan indikator yang sulit untuk
dinilai.2
6. Umpan balik
Umpan balik merupakan hasil dari keluaran yang menjadi masukan dari suatu sistem.2
7. Lingkungan
Lingkungan fisik (faktor kesulitan geografis, iklim, transport, dan lain-lain) dan non fisik
(sosial budaya, tingkat pendapatan ekonomi masyarakat, pendidikan masyarakat, dan
lain-lain).2
Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung-jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat
dalam wilayah kerjanya.
1. Wilayah Puskesmas4
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya
5
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Sasaran penduduk
yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk
perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
Keliling.
2. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh4
Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan:
kuratif (pengobatan).
preventif (upaya pencegahan).
promotif (peningkatan kesehatan).
rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
3. Pelayanan Kesehatan Integrasi (terpadu)
Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu kecamatan terdiri dari Balai
Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan,
Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya. Usaha-usaha tersebut masing-masing
bekerja sendiri dan langsung melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan.
Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), maka berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu
koordinasi dan satu pimpinan.4
4. Upaya kesehatan puskesmas
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan
nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua yakni:4
Survailans
Gizi,
dan
Perberdayaan
Usaha
Perbaikan
Gizi
Keluarga/Masyarakat.5
b) Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada, yakni:5
Upaya Kesehatan Sekolah.
Upaya Kesehatan Olah Raga.
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat .
Upaya Kesehatan Kerja.
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
Upaya Kesehatan Jiwa.
Upaya Kesehatan Mata.
Upaya Kesehatan Usia Lanjut .
7
prosedur
klinis,
seorang
dokter
dalam
hubungannya
sebagai decision
maker melakukan perlakuan sesuai masalah, kebutuhan pasien, dan sesuai kewenangannya.1
3. Communicator Mampu menjadi komunikator yang baik.
8
Dalam hal ini dokter dituntut seorang yang mampu meningkatkan gaya hidup yang sehat
dengan penyuluhan yang efektif dan nasehat yang tepat dalam konteks budaya dan ekonomi,
dengan demikian kesehatan pada perorangan dan masyarakat akan meningkat dan terjaga
sehingga membantu individu maupun kelompok masyarakat dalam mengubah gaya hidupnya ke
arah perilaku sehat. Sebagai communicator, dokter diharapkan mampu menguasai area
komunikasi efektif yaitu menggali dan bertukar informasi secara verbal atau non verbal dengan
pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain. Proses yang
harus diperhatikan baik dalam berkomunikasi dengan pasien maupun keluarganya yaitu rasa
kesinambungan, pengumpulan informasi, mendiagnosa, dan memberi penjelasan.1
4. Community Leader Mampu menjadi pemimpin dalam komunitas atau masyarakat.
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang mendapatkan kehormatan dan
kepercayaan masyarakat setempat, mampu mengetahui kebutuhan kesehatan perorangan
maupun kelompok sehingga dapat berperan dalam memotivasi masyarakat untuk turut
berpartisipasi meningkatkan kesehatan umum serta khususnya pada masyarakat. 1
5. Manager Mampu dan bisa memiliki skill manajerial yang baik untuk menjalankan
fungsi-fungsi diatas.
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang dapat bekerja secara efektif dan harmonis
dengan orang lain baik di dalam maupun di luar organisasi sistem pelayanan kesehatan untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan pasien dan masyarakat. Dokter menjadi orang yang
memperdalam dan mengembangkan ilmunya untuk mengetahui berbagai penyakit yang berada di
lingkungannya
dalam
upaya
meningkatkan
pelayanan
kualitas
hidup
manusia,
dan
bukan menjadi seorang yang bisa menyembuhkan penyakit saja tetapi mereka juga dididik untuk
berpikir bagaimana memerdekakan masyarakat/lingkungannya dari berbagai penyakit.1
Evaluasi Program
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan data secara statistik lalu dianalisis
dan digunakan untuk menjawab apa yang diharapkan pada suatu program terutama mengenai
9
efektivitas dan efisiensi dan orang-orang. Batasan penilaian banyak macamnya. Beberapa di
antaranya yang dianggap cukup penting adalah:3
a) Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistimatis dari pengalaman yang dimiliki untuk
meningkatkan pencapaian, pelaksanaan, dan perencanaan suatu program melalui
pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan
selanjutnya (The World Health Organization).
b) Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dari
pelaksanaan suatu program dalarn mencapai tujuan yang telah ditetapkan (The American
Public Association).
c) Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam, membandingkan hasil
yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan
pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap
tahap dari pelaksanaan program (The International Clearing House on Adolescent
Fertility Control for Population Options).
d) Penilaian adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dan dilaksanakannya
suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Riecken).3
Jenis Penilaian
Sesuai dengan pengertian bahwa penilaian dapat ditemukan pada setiap tahap
pelaksanaan program, maka penilaian secara umum dapat dibedakan atas tiga jenis yakni :3
1. Penilaian pada tahap awal program
Penilaian yang dilakukan di sini adalah pada saat merencanakan suatu program
(formative evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk menyakinkan bahwa rencana yang
akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan, dalam arti dapat
menyelesaikan masalah tersebut. Penilaian yang dimaksud mengukur kesesuaian program
dengan masalah dan atau kebutuhan masyarakat ini sering disebut pula dengan studi
penjajakan kebutuhan (need assessment study).
2. Penilaian pada tahap pelaksanaan program
Penilaian yang dilakukan disini adalah pada saat program sedang dilaksanakan
(promotive evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk mengukur apakah program yang
sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana atau tidak, apakah terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari program
10
tersebut. Pada umumnya ada dua bentuk penilaian pada tahap pelaksanaan program ini
ialah pemantauan (monitoring) dan penilaian berkala (periodic evaluation).
3. Penilaian pada tahap akhir program
Penilaian yang dilakukan di sini ialah pada saat program telah selesai dilaksanakan
(summative evaluation). Tujuan utamanya secara umum dapat dibedakan atas dua macam
yakni untuk mengukur keluaran (output) serta untuk mengukur dampak (impact) yang
dihasilkan. Dari kedua macam penilaian akhir ini, diketahui bahwa penilalan keluaran
lebih mudah dari pada penilaian dampak, karena pada penilaian dampak diperlukan
waktu yang lama.3
Peranan dan arti dari ketiga macam penilaian ini sama pentingnya. Karena sebenarnyalah
hasil yang diperoleh dari ketiga macam penilaian ini amat berguna untuk membantu dalam
pengambilan keputusan. Dengan dilaksanakannya penilaian, akan dapat dihindari terjadinya
sesuatu yang sia-sia, yang dalam bidang yang terpenting adalah mencegah terjadinya
penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan (tenaga, dana, sarana, dan metoda) yang
keadaamya memang selalu amat terbatas sekali.3
Ruang Lingkup
Untuk kepentingan praktis, ruang lingkup penilaian tersebut secara sederhana dapat
dibedakan atas empat kelompok saja yakni :3
sarana.
Penilaian terhadap proses
Penilaian terhadap proses (process) lebih dititikberatkan pada pelaksanaan program,
apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak, proses yang dimaksudkan
disini
mencakup
semua
tahap
administrasi,
mulai
dari
tahap
perencanaan,
Penilaian terhadap dampak (impact) program mencakup pengaruh yang ditimbulkan dari
dilaksanakannya suatu program.
LINGKUNGAN
PROSES
MASUKAN
KELUARAN
DAMPAK
UMPAN BALIK
12
ini.3
Membandingkan hasil yang diperoleh dengan sesuatu tolak ukur,
Kesimpulan dapat pula ditarik dengan membandingkan hasil yang dicapai
dengan suatu tolak ukur berupa indikator dan atau yang dicapai dengan
suatu tolak ukur berupa indikator dan ataupun kriteria tertentu. Indikator
(indicator) dipergunakan jika yang ingin diukur adalah suatu perubahan,
mudah dimengerti karena indikator mengandung tolak ukur berupa
variabel. Misalnya angka kematian, angka komplikasi, angka kesembuhan
dan lain sebagainya yang seperti ini, jika menggunakan kriteria (criteria)
maka yang diukur adalah hasil dari suatu perbuatan, karena kriteria
mengandung tolak ukur berupa standar. Misalnya standar pelayanan
medis, yang baik atau tidaknya ditentukan oleh beberapa kriteria. Antara
lain anamnesis, pemerikasaan fisik, pemerikasaan penunjang, diagnosis,
sama berfungsi untuk mencapai tujuan kesatuan. Apabila prinsip pokok atau cara kerja sistem ini
diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi, maka prinsip pokok atau cara
kerja ini dikenal dengan nama pendekatan sistem (system approach).3
Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam
merencanakan suatu rangkaian komponen-komponen yang berhubungan sehingga dapat
berfungsi sebagai satu kesatuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari batasan tentang
pendekatan sistem ini, dengan mudah dipahami bahwa prinsip pokok pendekatan sistem dalam
pekerjaan administrasi dapat dimanfaatkan untuk dua tujuan. Pertama, untuk membentuk sesuatu
sebagai hasil dari pekerjaan administrasi. Kedua, untuk menguraikan sesuatu yang telah ada
dalam administrasi. Untuk tujuan yang terakhir ini, biasanya dikaitkan dengan kehendak untuk
menemukan masalah yang dihadapi, untuk kemudian diupayakan mencari jalan keluarnya yang
sesuai.3
Jika pendekatan sistem dapat dilaksanakan, akan diperoleh beberapa keuntungan, antara lain :3
1. Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan, dengan
demikian penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan yang sifatnya selalu terbatas,
akan dapat dihindari.
2. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran sehingga dapat
dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan.
3. Keluaran yang dilaksanakan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih tepat dan
objektif.
4. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program.
Sekalipun pendekatan sistem dapat menjamin lengkapnya suatu saran pemecahan yang
diajukan, bukan berarti pendekatan sistem tidak memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan yang
dipandang penting ialah dapat terjebak ke dalam perhitungan yang terlalu rinci, sehingga
menyulitkan pengambilan keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan
dapat diselesaikan.3
Analisis Sistem
Karena sistem terdiri dari kumpulan elemen atau bagian yang mempunyai fungsi masingmasing, maka untuk dapat menjamin baiknya sistem tersebut, harus dapat diupayakan agar
16
fungsi yang dimaksud tetap sesuai dengan yang direncanakan. Ini berarti harus dilakukan
penilaian berkala terhadap sistem tersebut. Penilaian yang dapat dilakukan banyak macamnya,
jika penilaian tersebut berupa kajian terhadap setiap kumpulan elemen atau bagian yang ada di
dalam sistem, maka kajian ini disebut dengan nama analisis sistem (system analysis).3
Analisis sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas yang ada,
dilakukan pengumpulan berbagai masalah yang dihadapi untuk kemudian dicarikan berbagai
jalan keluarnya, lengkap dengan uraiannya, sehingga membantu administrator dalam mengambil
keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3
Untuk dapat melakukan analisis sistem yang baik, perlu diketahui langkah-langkah yang
harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut dapat dibedakan atas enam macam yakni :3
Mula-mula lakukanlah penguraian sistem sehingga menjadi jelas bagian-bagian
yang dimiliki serta hubungannya satu dengan yang lain. Agar penguraian sistem
ini dapat dilakukan dengan baik, terapkanlah prinsip pokok pendekatan sistem.
Lanjutkan dengan merumuskan masalah yang dihadapi oleh bagian-bagian
tersebut atau sistem secara keseluruhan. Masalah yang dimaksud dapat berupa
ketidak jelasan fungsi, peranan, hak dan tanggung jawab dan ataupun hubungan
satu sama lain.
Lakukan pengumpulan data atau informasi untuk lebih menjelaskan masalah yang
ditemukan serta untuk merumuskan kemungkinan jalan keluar yang dapat
dilakukan.
Berdasarkan data atau informasi yang dimiliki, kembangkan model-model sistem
yang baru. Model-model tersebut adalah yang dinilai dapat menyelesaikan
masalah yang ditemukan.
Lakukan uji coba, jika perlu lakukan perbaikan dan catatlah setiap hasil yang
diperoleh.
Atas
dasar
catatan
tersebut,
pilihlah
model
yang
paling
adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun suatu rencana. Untuk bidang
kesehatan, langkah-langkah yang sering dipergunakan adalah mengikuti prinsip lingkaran
pemecahan masalah (problem solving cycle). Sebagai langkah pertama dilakukan upaya
menetapkan prioritas masalah (problem priority). Adapun yang dimaksud dengan masalah disini
ialah kesenjangan antara apa yang ditemukan (what is) dengan apa yang semestinya (what
should be).3
Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah ini
dianggap sangat penting. Paling tidak ada dua alasan yang ditemukan. Pertama, karena
terbatasnya sumber daya yang tersedia dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua
masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya dan
karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan.3
Cara menetapkan prioritas masalah banyak macamnya. Sebagian lebih mengutamakan
institusi, sebagai lainnya lebih mengandalkan ilham atau petunjuk atasan. Ketiga cara
menetapkan masalah ini, meskipun hasilnya sering tepat tetapi tidak dianjurkan. Cara
menetapkan prioritas masalah yang dianjurkan adalah memakai teknik kajian data. Untuk dapat
menetapkan prioritas masalah dengan teknik kajian data, ada beberapa kegiatan yang harus
dilakukan. Kegiatan yang dimaksud adalah:3
1. Melakukan pengumpulan data
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data. Adapun yang dimaksud
dengan data di sini ialah hasil dari suatu pengukuran dan ataupun pengamatan. Agar data yang
dikumpulkan tersebut dapat menghasilkan kesimpulan tentang prioritas masalah, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yakni :3
a. Jenis data
Jenis data yang harus dikumpulkan banyak macamnya. Sekedar pegangan dapat
dipergunakan pendapat Blum yang membedakan data kesehatan atas empat macam
yakni data tentang perilaku (behaviour), lingkungan (environment), pelayanan
kesehatan (health services) dan keturunan (heredity). Kumpulkan keempat macam
data tersebut. Tetapi, apabila waktu, tenaga, sarana dan dana cukup tersedia, tidak ada
salahnya mengumpulkan data yang lebih lengkap. Data lengkap yang dimaksud
adalah :3
Keadaan Geografis
18
Kesehatan
Data terakhir yang perlu dikumpulkan adalah tentang kesehatan penduduk.
Secara umum data kesehatan dapat dibedakan atas tiga macam yakni: (a). data
yang menunjuk status kesehatan penduduk, seperti angka kematian (umum,
bayi, ibu dan penyakti tertentu), angka harapan hidup rata-rata angka penyakit
dan sebaginya yang seperti ini. (b) data yang menunjuk keadaan kesehatan
lingkungan pemukiman, seperti persentase penduduk yang mempunyai
sumber air bersih, mempunyai jamban, mempunyai tempat sampah,
mempunyai rumah sehat dan lain sebagianya yang seperti ini. (c). data yang
menunjuk keadaan fasilitas dan pelayanan kesehatan, seperti ratio
penduduk/sarana kesehatan, jumlah dokter, jumlah paramedis, jumlah
kunjungan, luas cangkupan, jumlah dan pemakaian tempat tidur dan lain
sebagainya yang seperti ini.3
b. Sumber Data
Apabila jenis data yang akan dikumpulkan telah ditetapkan, lanjutkanlah dengan
mrnetapkan sumber data yang akan dipergunakan. Untuk ini ada tiga sumber data
yang dikenal yakni sumber primer, sumber sekunder dan sumber tertier. Contoh
sumber data primer adalah hasil pemeriksaan atau wawancara langsung dengan
masyarakat. Contoh sumber data sekunder adalah laporan bulanan Puskesmas dan
Kantor Kecamatan. Sedangkan contoh sumber data tersier adalah hasil publikasi
badan-badan resmi, seperti Kantor Dinas Statistik, Dinas Kesehatan dan Kantor
Kabupaten. Pilihlah sumber data yang sesuai.3
c. Jumlah Responden
Jika kemampuan tersedia dengan cukup, kumpulkan data dengan lengkap dalam
arti mencakup seluruh penduduk. Dalam praktek sehari-hari, pengumpulan data
secara total ini sulit dilakukan. Lazimnya diambil data dari sebagian penduduk saja,
yang besarnya, karena hanya merupakan suatu survei diskriptif, ditentukan dengan
mempergunakan rumus sampel.3
d. Cara Mengambil Sampel
Jika jumlah smpel telah ditentukan, lanjutkan dengan menetapkan cara
pengambilan sampel. Untuk ini ada empat cara pengambilan sampel yang dikenal,
20
yakni cara simple random sampling, sistematic random sampling, stratified random
sampling dan cluster random sampling. Pilihlah yang sesuai.3
2. Melakukan Pengolahan Data
Kegiatan kedua yang harus dilakukan ialah mengolah data yang telah dikumpulkan.
Adapun yang dimaksud dengan pengolahan data disini ialah menyusun data yang tersedia
sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimilikinya. Cara pengolahan data secara umum
dapat dibedakan atas tiga macam yakni secara manual, mekanikal serta elektrikal. Pilihlah cara
pengolahan data yang paling dikuasai.3
Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya.
Ukuran pentingnya masalah banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang terpenting
adalah : 3
- Besarnya masalah (prevalence)
- Akibat yang ditinbulakan oleh masalah (severity)
- Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
21
Kelayakan Teknologi
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah
(technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut. Kelayakan teknologi yang
dimaksudkan disini adalah menunjuk pada pengasaan ilmu dan teknologi yang seusai.3
hubungan sebab-akibat (cause-effect diargam) atau populer pula dengan sebutan diagram tulang
ikan (fish bone diagram). Dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman yang ada, serta
dibantu oleh data yang tersedia, dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.3
Memeriksa kebenaran penyebab masalah
Karena daftar penyebab masalah yang telah disusun baru bersifat teoritis, perlu dilakukan
pemeriksaan tentang kebenaran penyebab masalah (confirmation). Untuk ini, jika perlu,
lakukanlah pengumpulan data tambahan. Coabalah lakukan uji statistik untuk mengidentifikasi
penyebab masalah yang sebenarnya. Sisihkan daftar penyebab masalah yang hasil uji statistiknya
tidak bermakna.3
Mengubah penyebab masalah kedalam bentuk kegiatan
Apabila daftar penyebab masalah yang hasil uji statistiknya telah berhasil disusun,
lanjutkan dengan mengubah daftar penyebab masalah tersebut kedaam bentuk kegiatan.
Usahakan untuk satu penyebab masalah tersusun satu kegiatan penyelesaian masalah. Hasil yang
diperoleh dari pekerjaan ini ialah tersusunnya alternatif cara penyelesaian masalah.3
2. Memilih prioritas jalan keluar
Karena kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi selalu bersifat terbatas, untuk
mengatasinya, pilihlah salah satu dari alternatif jalan keluar yang paling menjanjikan.
Untuk dapat memilih prioritas jalan keluar, pelajarilah dengan seksama berbagai alternatif
yang tersedia. Sebelum melakukan pilihan, ada baiknya jika dicoba padukan dahulu. Siapa
tahu berbagai alternatif tersebut sebenarnya hanya merupakan bagian dari satu paket
kegiatan yang sulit dipisahkan.3
Apabila keterpaduan tersebut sulit dilakukan, antara lain karena adanya perbedaan
antar alternatif yang terlalu tajam, atau karena keterbatasan sumber daya dalam
melaksanakan program yang telah dipadukan, barulah dilakukan macamnya. Cara yang
dianjurkan adalah memakai teknik kriteria matriks. Untuk ini ada dua kriteria yang lazim
dipergunakan. Kriteria yang dimaksud adalah : 3
a. Efektivitas jalan keluar
Tetapkanlah nilai efektivitas (effectivity) untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni
dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling
efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektivitasnya paling tinggi.
Untuk menentukan efektivitas jalan keluar, pergunakanlah kriteria tambahan
sebagai berikut :3
Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
23
Hitunglah besarnya masalah (magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan keluar tersebut
dilaksanakan, untuk setiap alternatif. Makin beasr masalah dapat diatasi, maki tinggi
prioritas jalan keluar tersebut.
Pentingnya jalan keluar
Hitunglah pentingnya jalan keluar (importancy) dalam mengatasi masalah yang dihadapi,
untuk setiap alternatif. Pentingnya jalan keluar yang dimaksudkan disini dikaitkan
dengan kelanggengan selesainya masalah. Makin langgeng selesainya masalah, makin
penting jalan keluar tersebut.
Senstivitas jalan keluar
Hitunglah sensitifitas jalan keluar (unerabilty) dalam mengatasi masalah yang dihadapi,
untuk setiap alternatif. Sensitivitas yang dimaksud disini dikaitkan dengan kecepatan
jalan keluar mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar
tersebut.3
b. Efisiensi jalan keluar
Tetapkanlah nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni
dengan memberikan angka 1 (aling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling
efisien). Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan
untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin tidak
efisien jalan keluar tersebut.3
3. Melakukan uji lapangan
Kegiatan ketiga yang harus dilakukan pada penetapan prioritas jalan keluar ialah
melakukan uji lapangan untuk prioritas jalan keluar terpilih. Uji lapangan ini
dipandang penting, karma wring ditemukan jalan keluar yang diatas kertas baik,
temyata sulit dilaksanakan. Patutlah diingat dalam melaksanakan uji lapangan, tujuan
utama yang ingin dicapai bukan lagi mempermasalahkan jalan keluar yang telah
terpilih, melainkan hanya untuk menilai berbagai faktor penopang dan faktor
penghambat yang kiranya akan ditemukan, apabila jalan keluar tersebut dilaksanakan.
Catatlah berbagai faktor penopang dan penghambat yang ditemukan.3
4. Memperbaiki prioritas jalan keluar
Selesai melakukan uji lapangan, lanjutkan dengan memperbaiki prioritas jalan keluar,
24
yakni dengan memanfaatkan berbagai faktor penopang, dan bersamaan dengan itu
meniadakan berbagai faktor penghambat yang ditemukan pada uji lapangan.3
5. Menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar
Kegiatan terakhir yang harus dilaksanakan pada penetapan prioritas jalan keluar
adalah menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar selengkapnya. Untuk ini uraikanlah
semua unsur rencana sebagaimana telah dikemukakan, sehingga dapat dihasilkan
suatu rencana yang lengkap. Langkah-langkah dan kegiatan menetapkan prioritas
masalah saling terkait dengan langkah-langkah dan kegiatan menetapkan prioritas
jalan keluar.3
Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral
Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara beberapa
program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja sama lintas program
yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa program terkait yang ada di
puskesmas. Tujuan kerja lintas program adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan
selanjutnya menggalang kerja lintas sektoral.6
Kerja sama lintas sektoral melibatkan dinas dan orang-orang di luar sektor kesehatan
yang merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara langsung atau tidak langsung
terhadap kesehatan manusia. Kerja sama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut
serta mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interprestasi informasi
serta mengevaluasi. lintas sektor kesehatan merupakan hubungan yang dikenali antara bagian
atau bagian-bagian dari sektor yang berbeda, dibentuk untuk mengambil tindakan pada suatu
masalah agar hasil yang tercapai dengan cara efektif, berkelanjutan atau efisien dibanding sektor
kesehatan bertindak sendiri. Prinsip kerja lintas sektor melalui pertalian dengan program di
dalam dan di luar sektor kesehatan untuk mencapai kesadaran yang lebih besar terhadap
konsekuensi kesehatan dari keputusan kebijakan dan praktek organisasi sector-sektor yang
berbeda.6
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerjasama lintas sector penganggulangan
yang meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen, peran, dan tanggung jawab. Masalah
anggaran sering membuat beberapa institusi membentuk kerja sama. Pengendalian melalui
25
menajemen lingkungan memerlukan kejelasan yang efektif antara sector klinis, kesehatan
lingkungan, perencanaan pemukiman, institusi akademis, dan masyarakat setempat.6
Didalam menciptakan suatu kerjasama yang baik perlu dipahami beberapa hal sebagai
berikut:3
a. Kemampuan membuna kerjasama yang intim dan harmonis dalam melakukan tihas
adalah menjadi tanggung jawab masing-masing
b. Kesediaan untuk membawakan kepentingan pribadi dan kelompok kepada kepentingan
yang lebih luas.
c. Kesediaan untuk menyerahkan kepada organisasi yang dibarengi oleh kesediaan untuk
menerima kewajiban yang lebih besar.
d. Adanya kepercayaan dan saling menghormati dan kesetiaan demi untuk mengadakan
perubahan dan pengembangan organisasi.
e. Adanya kemauan dan kemampuan serta menyempatkan diri untuk saling kerjasama
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.3
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) merupakan satu-satunya
Pencatatan dan Pelaporan yang berlaku di Puskesmas di seluruh Indonesia. Tujuan pelaksanaan
SP2TP ini antara lain sebagai berikut :7
Tersedianya data dan informasi yang tepat waktu, up to date, mutahir secara periodik/
teratur, dapat digunakan untuk pengelolaan program kesehatan melalui Puskesmas di
tingkat administrasi.
Ruang Lingkup :7
- SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan perawatan
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.
26
Pencatatan dan pelaporan meliputi data umum dan demografi wilayah kerja
Puskesmas, data ketenagaan Puskesmas, data sarana yang dimiliki Puskesmas, data
kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan dalam gedung maupun di luar gedung
Puskesmas.
Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, tribulanan dan tahunan dengan
menggunakan formulir yang baku. Adapun laporan berjenjang : Puskesmas ke Dati II,
Bulanan
Data kesakitan
Data kematian
Data operasional (gizi, imunisasi dan KIA)
Data manajemen obat
2. Triwulan
- Data kegiatan puskesmas
27
3.
-
Tahunan
Umum, fasilitas
Saran
Tenaga
menggunakan
data
denominator.
f. Membuat penyajian dalam bentuk narasi, tabel dan grafik sesuai kebutuhan menurut
waktu dan lokasi. Sebagai pembanding dapat dipergunakan data tahun-tahun
sebelumnya.
g. Melakukan beberapa analisa untuk kebutuhan pemantauan, intervensi serta
perencanaan di masa mendatang.
h. Membuat peta wilayah puskesmas termasuk sarana kesehatan.
2. Pemanfaatan data SP2TP
28
kunjungan.
Penggambaran tingkat cakupan sasaran pelayanan kesehatan dari berbagai program
yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pokok puskesmas.7
penyelenggaraanya
dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih dibidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya
berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi.4
Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan
terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada lima
29
program yaitu: KB, Gizi, KIA, Imunisasi, penanggulangan diare. dan mendapat bantuan dari
petugas kesehatan.4
Tujuan penyelenggaraan Posyandu
Menurut Depkes tujuan diselenggarakan Posyandu adalah untuk: 4
1. Menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran.
2. Mempercepat penerimaan NKKBS.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan
kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan.
Penyelenggaraan Posyandu
Posyandu dapat dikembangkan dari pos penimbangan, pos imunisasi, pos KB desa, pos
kesehatan ataupun pembentukan yang baru. Satu posyandu sebaiknya melayani seratus (100)
balita/700 penduduk atau disesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat,
geografis, jarak antara rumah, jumlah kepala keluarga dalam kelompok dan sebagainya.
Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan
sendiri. Dengan demikian kegiatan posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah
ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RK/RT atau ditempat khusus dibangun
masyarakat. Karena Posyandu ini diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat, maka
diharapkan masyarakat sendiri yang aktif membentuk, menyelenggarakan, memanfaatkan,
mengembangkan dan membina Posyandu tersebut sebaik-baiknya.4
Kegiatan Posyandu diselenggarakan/ dibuka sebulan sekali dengan memakai Sistem Lima
Meja. Uraian kegiatan pada hari buka Posyandu adalah sebagai berikut :4
a.
b.
c.
d.
30
Analisis
Masalah
Identifikasi
Istilah
Evaluasi
Prioritas
Masalah
PROBLEM SOLVING
CYCLE
Tujuan
Pengawasan &
Pengendalian
Alternatif
pemecahan Masalah
Pemantauan
Pelaksanaan &
Penggerakan
Rencana
Operasional
Man: jumlah staff kurang, ketrampilan, pengetahuan, dan motivasi kerja yang rendah.
Puskesmas.
Method: perlaksanaan program yang kurang efektif dan efisien. Waktu yang dimiliki
oleh staf tidak cukup untuk menyusun rencana atau untuk mengadakan supervisi.
Informasi juga dapat menjadi hambatan program karena datanya yang tersedia kurang
dapat dipercaya, kurang akurat, pemanfaatan data jarang dilakukan untuk perencanaan
kegiatan program sehingga staf terperangkap pada rutinisme, dan laporannya belum
dibuat.1
3. Lingkungan
- Misalnya hambatan geografis (jalan rusak).
- Sarana transportasi yang kurang memadai.
- Iklim atau musim yang kurang menguntungkan.
- Masalah tingkat pendidikan yang rendah.
- Sikap dan budaya masyarakat yang tidak kondusif (tabu terhadap KB, salah persepsi,
mitos).
4. Output : cakupan imunisasi dasar , ANC, dan DHF.
5. Sasaran : bayi , balita , ibu , ibu hamil, dan masyarakat beresiko tinggi DHF.
32
33
c) ACTUATING
1) Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf.
2) Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.
3) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf.
4) Melakukan kerjasama yang baik lintas program yang terpadu, sehingga cakupan
program dapat saling mendukung dan mencapai hasil yang diinginkan bersama.
d) CONTROLLING
1) Melakukan evaluasi program secara berkala.
2) Jika ditemukan adanya penyimpangan dalam program yang terjadi, secepatnya di
benahi oleh pimpinan / staf yang bertanggung jawab untuk mengawasi program
tersebut.
3) Pimpinan harus lebih aktif dan mempunyai pikiran yang kritis, sehingga mampu
melakukan analisa yang baik jika terjadi suatu penyimpangan.1
Kesimpulan
Untuk mengatasi masalah di dalam puskesmas kita perlu memilih prioritas masalah
terlebih dahulu, kemudiaan menganalisanya, menentukan kesenjangan yang terjadi ( input,
proses, keluaran, lingkungan, dan sebagainya) kemudian mencari solusi yang tepat sehingga
masalah cakupan program puskesmas yang tidak terpenuhi dapat terselesaikan.
Daftar Pustaka
1. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC;2009.h.227-235.
2. Muninjaya AG. Manajemen kesehatan. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;2004.h. 170-250.
3. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa
Aksara;1996.h.17-24, 181-241, 329-33.
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I. Jakarta: Bakti
Husada;1991.h.B1-6, C2-4.
5. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat: keputusan
menteri kesehatan RI nomor 128/menkes/sk/II/2004. Jakarta: Bakti Husada;2004.h.5-31.
6. Hartono B. Penataan Sistem Kesehatan Daerah. Departemen kesehatan RI. 2001; hal 2842; 77-80.
7. Departemen kesehatan RI. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas SP2TP
34