Anda di halaman 1dari 34

Administrasi Kesehatan dan Evaluasi Program

Puskesmas

Pendahuluan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan upaya-upaya yang bersifat
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah satu upaya pemerintah dalam
mewujudkan

hal

(PUSKESMAS).

tersebut

Puskesmas

yaitu

membentuk

merupakan

unit

Pusat

organisasi

Kesehatan
pelayanan

Masyarakat
kesehatan

terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan


secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah
kerja

tertentu.

Puskesmas

sebagai

salah

satu

organisasi

fungsional

pusat

pengembangan masyarakat yang memberikan pelayanan promotif (peningkatan),


preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Dalam tiap program puskesmas yang telah direncanakan, ada sistem yang
mengatur mulai dari perencanaan hingga penilaian. Disinilah dibutuhkan peranan
dokter puskesmas yang selain dapat menjadi dokter yang merawat pasien, dokter
juga dapat menjadi seorang manager ataupun pendamping ahli dari kepala
desa/camat.1

Pengertian Puskesmas
Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.2
Fungsi puskesmas:2
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
wilayah kerjanya
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:2
a) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri.
b) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c) Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak
menimbulkan ketergantungan.
d) Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e) Bekerjasama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program
puskesmas.
Manajemen dan Administrasi Puskesmas2,3
Dalam usaha melaksanakan program-program di puskesmas atau mana-mana pusat
kesehatan harus dimulai dengan manajemen atau administrasi. Administrasi adalah proses
penyelenggaraan kerja yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

administrasi,

baik

dalam

pengertian

luas

penyelenggaraannya diwujudkan melalui fungsi-fungsi

maupun

sempit

di

dalam

manajemen, yang terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.


1. Masukan (input)
Masukan merupakan suatu struktur yang berupa sumber daya manusia (man), dana
(money), sarana fisik perlengkapan dan peralatan (material), organisasi dan manajemen
(method).3
2. Proses
2

Proses meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan,


serta pengawasan.
Perencanaan
Perencanaan merupakan proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas
untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Perencana akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang
akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan.
Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat I
yang dibina oleh DKK, yang bertanggungjawab untuk melaksanakan identifikasi
kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan
kesehatan meliputi cakupan mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber daya
manusia dan provider, serta menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah.
Perencanaan meliputi kegiatan program dan kegiatan rutin puskesmas yang
berdasarkan visi dan misi puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan primer
dimana visi dan misi digunakan sebagai acuan dalam melakukan setiap kegiatan
pokok puskesmas.2
Budgeting dalam perencanaan menejemen keuangan dikelola sendiri oleh
puskesmas sesuai tatacara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan,
adapun sumber biaya didapatkan dari pemerintah daerah, retribusi puskesmas,
swasta atau lembaga sosial masyarakat dan pemerintah adapun pembiayaan
tersebut ditujukan untuk jemis pembiayaan layanan kesehatan yang mempunyai
cirri-ciri barang atau jasa publik seperti penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi,
P2M dan pelayanan kesehatan yang mempunyai ciri-ciri barang atau jasa swasta
seperti pengobatan individu.2
Pengorganisasian
Dinas Kesehatan Kota mempunyai tugas untuk menenetukan menetapkan
struktur organisasi puskesmas dengan pertimbangan sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan masyarakat tingkat I. Pola organisasi meliputi kepala, wakil kepala, unit
tata usaha, unit fungsional agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan
kegiatan yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas program yang
ditangani.2
3

Struktur organisasi puskesmas :2


-

Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas.


Unsur pembantu pimpinan : Tata usaha.
Unsur pelaksana : Unit I, II, III, IV, V, VI, VII.

Pelaksanaan
Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi penggerak semua kegiatan
yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah dirumuskan pada fungsi perencanaan. Fungsi manajemen ini
lebih menekankan tentang bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan
semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Dalam
menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi,
peranan pemimpin, motivasi staf, kerjasama dan komunikasi antar staf merupakan
hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh seorang manajer.2
Secara praktis fungsi pelaksanaan ini merupakan usaha untuk menciptakan
iklim kerjasama di antara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi
tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi pelaksanaan ini haruslah dimulai dari
diri manajer, di mana manajer harus menunjukkan kepada stafnya bahwa ia
mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya. Ia
harus mempunyai kemampuan bekerjasama dengan orang lain secara harmonis.2,3

Tujuan fungsi pelaksanaan:2


-

Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.


Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf.
Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan ini.
Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan

prestasi kerja staf.


Membuat organisasi berkembang lebih dinamis.

Pengawasan
Pengawasan (controlling) dalam manajemen puskesmas merupakan fungsi terakhir yang
berkait erat dengan fungsi manajemen yang lainnya. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standard keberhasilan selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau
yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar
penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendali atau dikurangi. Kegiatan fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih
4

berkembang, dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih
terjamin.2
Tiga langkah penting untuk melakukan pengawasan:2
Mengukur hasil/prestasi yang telah dicapai.
Membandingkan hasil yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya
penyimpangan. Bila diperkirakan terjadi penyimpangan, pimpinan perlu berusaha lebih
dulu untuk mencari faktor penyebabnya, kemudian menetapkan langkah-langkah untuk
mengatasinya.
3. Keluaran
Keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
pasien atau terhadap suatu program yang dilaksanakan.2
4. Sasaran
Sasaran merupakan golongan yang menjadi tumpuan terhadap pelaksanaan suatu
program yang direncanakan. Sasaran dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat.2
5. Dampak
Hasil dari pelaksanaan yang dijadikan indikator apakah kebutuhan dan tuntutan
kelompok sasaran terpenuhi atau tidak. Dampak merupakan indikator yang sulit untuk
dinilai.2
6. Umpan balik
Umpan balik merupakan hasil dari keluaran yang menjadi masukan dari suatu sistem.2
7. Lingkungan
Lingkungan fisik (faktor kesulitan geografis, iklim, transport, dan lain-lain) dan non fisik
(sosial budaya, tingkat pendapatan ekonomi masyarakat, pendidikan masyarakat, dan
lain-lain).2
Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung-jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat
dalam wilayah kerjanya.
1. Wilayah Puskesmas4
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya
5

merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas. Sasaran penduduk
yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk
perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
Keliling.
2. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh4
Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan:
kuratif (pengobatan).
preventif (upaya pencegahan).
promotif (peningkatan kesehatan).
rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
3. Pelayanan Kesehatan Integrasi (terpadu)
Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu kecamatan terdiri dari Balai
Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan,
Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya. Usaha-usaha tersebut masing-masing
bekerja sendiri dan langsung melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan.
Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), maka berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu
koordinasi dan satu pimpinan.4
4. Upaya kesehatan puskesmas
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan
nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua yakni:4

a) Upaya Kesehatan Wajib


Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: 5
1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan
untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien
6

dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang


diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan
2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan
untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan
penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di
Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan
Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan
bayi dan balita.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu
program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta).
5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di
puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya
sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat,
6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan
gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan

Survailans

Gizi,

dan

Perberdayaan

Usaha

Perbaikan

Gizi

Keluarga/Masyarakat.5
b) Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada, yakni:5
Upaya Kesehatan Sekolah.
Upaya Kesehatan Olah Raga.
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat .
Upaya Kesehatan Kerja.
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
Upaya Kesehatan Jiwa.
Upaya Kesehatan Mata.
Upaya Kesehatan Usia Lanjut .
7

Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional


Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan


pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara
optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.
Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.5
Peran Dokter Puskemas1
1. Care Provider Mampu menyediakan perawatan.
Dalam hal ini dokter dituntut untuk menangani pasien secara holistik sebagai individu,
sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat, serta yang menyediakan perawatan berkelanjutan
yang berkualitas dalam lingkup hubungan dokter-pasien yang berdasarkan kepercayaan dan
saling menguntungkan.
Dokter sebagai seorang yang mampu mengobati pasiennya yang merupakan bagian
integral dari keluarga dan masyarakat sekelilingnya dengan kualitas pelayanan kesehatan yang
memadai serta melakukan berbagai pencegahan khusus dalam jangka waktu yang cukup lama.
Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain menghargai kepercayaan pasien terhadap segala
sesuatu yang menyangkut penyakitnya serta penggunaan bahasa yang santun, mudah dimengerti
dan dipahami oleh pasien sesuai dengan umur, tingkat pendidikan. Selain itu, seorang dokter
harus mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi psikologis pasien. Kewajiban
yang harus ditangani yaitu pelayanan yang maksimal sesuai kondisi pasien, menjawab segala
pertanyaan pasien maupun keluarga, jujur atau memberi informasi apa adanya.1
2. Decision Maker Mampu menjadi penentu keputusan.1
Dalam hal ini dokter dituntut untuk mampu memilih teknologi tepat guna untuk
digunakan dalam mempertinggi pelayanan kesehatan yang layak dan berbiaya terjangkau,
dengan kata lain dokter adalah pengambil keputusan, menentukan teknologi mana yang akan
dipakainya dalam pengobatan pasien dengan memperhatikan cost-effectiveness. Dalam
melakukan

prosedur

klinis,

seorang

dokter

dalam

hubungannya

sebagai decision

maker melakukan perlakuan sesuai masalah, kebutuhan pasien, dan sesuai kewenangannya.1
3. Communicator Mampu menjadi komunikator yang baik.
8

Dalam hal ini dokter dituntut seorang yang mampu meningkatkan gaya hidup yang sehat
dengan penyuluhan yang efektif dan nasehat yang tepat dalam konteks budaya dan ekonomi,
dengan demikian kesehatan pada perorangan dan masyarakat akan meningkat dan terjaga
sehingga membantu individu maupun kelompok masyarakat dalam mengubah gaya hidupnya ke
arah perilaku sehat. Sebagai communicator, dokter diharapkan mampu menguasai area
komunikasi efektif yaitu menggali dan bertukar informasi secara verbal atau non verbal dengan
pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain. Proses yang
harus diperhatikan baik dalam berkomunikasi dengan pasien maupun keluarganya yaitu rasa
kesinambungan, pengumpulan informasi, mendiagnosa, dan memberi penjelasan.1
4. Community Leader Mampu menjadi pemimpin dalam komunitas atau masyarakat.
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang mendapatkan kehormatan dan
kepercayaan masyarakat setempat, mampu mengetahui kebutuhan kesehatan perorangan
maupun kelompok sehingga dapat berperan dalam memotivasi masyarakat untuk turut
berpartisipasi meningkatkan kesehatan umum serta khususnya pada masyarakat. 1
5. Manager Mampu dan bisa memiliki skill manajerial yang baik untuk menjalankan
fungsi-fungsi diatas.
Dalam hal ini dokter sebagai seorang yang dapat bekerja secara efektif dan harmonis
dengan orang lain baik di dalam maupun di luar organisasi sistem pelayanan kesehatan untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan pasien dan masyarakat. Dokter menjadi orang yang
memperdalam dan mengembangkan ilmunya untuk mengetahui berbagai penyakit yang berada di
lingkungannya

dalam

upaya

meningkatkan

pelayanan

kualitas

hidup

manusia,

dan

bukan menjadi seorang yang bisa menyembuhkan penyakit saja tetapi mereka juga dididik untuk
berpikir bagaimana memerdekakan masyarakat/lingkungannya dari berbagai penyakit.1

Evaluasi Program
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan data secara statistik lalu dianalisis
dan digunakan untuk menjawab apa yang diharapkan pada suatu program terutama mengenai
9

efektivitas dan efisiensi dan orang-orang. Batasan penilaian banyak macamnya. Beberapa di
antaranya yang dianggap cukup penting adalah:3
a) Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistimatis dari pengalaman yang dimiliki untuk
meningkatkan pencapaian, pelaksanaan, dan perencanaan suatu program melalui
pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan
selanjutnya (The World Health Organization).
b) Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dari
pelaksanaan suatu program dalarn mencapai tujuan yang telah ditetapkan (The American
Public Association).
c) Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam, membandingkan hasil
yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan
pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap
tahap dari pelaksanaan program (The International Clearing House on Adolescent
Fertility Control for Population Options).
d) Penilaian adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dan dilaksanakannya
suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Riecken).3
Jenis Penilaian
Sesuai dengan pengertian bahwa penilaian dapat ditemukan pada setiap tahap
pelaksanaan program, maka penilaian secara umum dapat dibedakan atas tiga jenis yakni :3
1. Penilaian pada tahap awal program
Penilaian yang dilakukan di sini adalah pada saat merencanakan suatu program
(formative evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk menyakinkan bahwa rencana yang
akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan, dalam arti dapat
menyelesaikan masalah tersebut. Penilaian yang dimaksud mengukur kesesuaian program
dengan masalah dan atau kebutuhan masyarakat ini sering disebut pula dengan studi
penjajakan kebutuhan (need assessment study).
2. Penilaian pada tahap pelaksanaan program
Penilaian yang dilakukan disini adalah pada saat program sedang dilaksanakan
(promotive evaluation). Tujuan utamanya adalah untuk mengukur apakah program yang
sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana atau tidak, apakah terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari program
10

tersebut. Pada umumnya ada dua bentuk penilaian pada tahap pelaksanaan program ini
ialah pemantauan (monitoring) dan penilaian berkala (periodic evaluation).
3. Penilaian pada tahap akhir program
Penilaian yang dilakukan di sini ialah pada saat program telah selesai dilaksanakan
(summative evaluation). Tujuan utamanya secara umum dapat dibedakan atas dua macam
yakni untuk mengukur keluaran (output) serta untuk mengukur dampak (impact) yang
dihasilkan. Dari kedua macam penilaian akhir ini, diketahui bahwa penilalan keluaran
lebih mudah dari pada penilaian dampak, karena pada penilaian dampak diperlukan
waktu yang lama.3
Peranan dan arti dari ketiga macam penilaian ini sama pentingnya. Karena sebenarnyalah
hasil yang diperoleh dari ketiga macam penilaian ini amat berguna untuk membantu dalam
pengambilan keputusan. Dengan dilaksanakannya penilaian, akan dapat dihindari terjadinya
sesuatu yang sia-sia, yang dalam bidang yang terpenting adalah mencegah terjadinya
penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan (tenaga, dana, sarana, dan metoda) yang
keadaamya memang selalu amat terbatas sekali.3
Ruang Lingkup
Untuk kepentingan praktis, ruang lingkup penilaian tersebut secara sederhana dapat
dibedakan atas empat kelompok saja yakni :3

Penilaian terhadap masukan


Termasuk kedalam penilaian terhadap masukan (input), ini ialah yang menyangkut
pemanfaatan berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan ataupun sumber

sarana.
Penilaian terhadap proses
Penilaian terhadap proses (process) lebih dititikberatkan pada pelaksanaan program,
apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak, proses yang dimaksudkan
disini

mencakup

semua

tahap

administrasi,

mulai

dari

tahap

perencanaan,

pengorganisasian, dan pelaksanaan program.


Penilaian terhadap keluaran
Yang dimaksud dengan penilaian terhadap keluaran (output) ialah penilaian terhadap
hasil yang dicapai dari dilaksanakannya suatu program.
Penilaian terhadap dampak
11

Penilaian terhadap dampak (impact) program mencakup pengaruh yang ditimbulkan dari
dilaksanakannya suatu program.

LINGKUNGAN
PROSES

MASUKAN

KELUARAN

DAMPAK

UMPAN BALIK

Gambar 1. Bagan Sistem Kesehatan

Langkah-langkah Melakukan Penilaian


Untuk kepentingan praktis, langkah langkah yang ditempuh pada waktu melaksanakan
penilaian agaknya merupakan perpaduan dan keempat pembagian diatas. Langkah-langkah yang
dimaksud lain :3

1. Pahami dahulu program yang akan dinilai.


Langkah pertama yang harus dilakukan pada penilaian ialah memahami dahulu
program yang akan dinilai. Untuk dapat memahami program dengan baik, perhatian
haruslah ditujukan kepada semua unsur program yang meliputi:3
Latar belakang yang dilaksanakannya program.
Masalah yang mendasari lahirnya program.
Tujuan yang ingin dicapai oleh program.
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program.
Organisasi dan tenaga pelaksana program.
Sumberdaya yang dipergunakan oleh program.
Waktu dan pentahapan program.
Tolak ukur, kriteria keberhasilan dan rencana penilaian program (jika ada).
2. Tentukan macam dan ruang lingkup penilaian yang akan dilakukan.

12

Apabila pemahaman program telah berhasil dilakukan, lanjutkanlah dengan


menentukan macam dan ruang lingkup penilaian. Pekerjaan yang seperti ini makin
bertambah penting jika kebetulan tidak ditemukan keterangan apapun tentang penilaian
dalam rencana kerja yang ditetapkan sebelumnya.3
3. Susunlah rencana penilaian
Setelah ditentukan macam dan ruang lingkup penilaian, lanjutkan dengan menyusun
rencana penilaian. Pada dasarnya rencana penilaian harus memenuhi semua syarat
rencana yang baik, yakni yang mengandung keterangan tentang :3
a) Tujuan penilaian
Rumuskan tujuan penilaian dengan jelas yakni yang mempunyai tolak ukur
ataupun criteria sehingga memudahkan pengambilan kesimpulan.
b) Macam data
Tetapkan macam data atau keterangan yang diperlukan untuk penilaian yang tentu
saja berbeda antara satu program dengan program lainya.
c) Sumber data
Lanjutkan dengan menetapkan sumber data yang akan dipergunakan. Sumber data
yang baik ialah yang dapat dipercaya, akurat dan lengkap.
d) Cara mendapatkan data
Tetapkan cara yang dipergunakan untuk mendapatkan data atau keterangan yang
dibutuhkan tersebut. Pada dasarnya ada empat cara mendapatkan data yakni
dengan wawancara, dengan pemeriksaan, dengan pengamatan dan ataupun
dengan peran serta.3
e) Cara menarik kesimpulan
Tetapkan cara mengambil kesimpualan yang akan dipergunakan. Secara umum
kesimpulan dapat dilakukan dengan lima cara yakni :
Membandingkan hasil yang diperoleh dengan data awal.
Jika cara ini yang dipergunakan, harus diyakini bahwa data awal yakni

data sebelum dilaksanakannya program, tersedia dengan lengkap.


Membandingkan hasil yang diperoleh dengan tujuan program.
Kesimpulan dapat pula ditarik dengan membandingkan hasil yang
diperoleh dengan tujuan yang telah ditetapkan. Cara ini dapat

dipergunakan jika rumusan tujuan jelas dan lengkap.


Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil program lain
Jika kesimpulan ditarik dengan membandingkan hasil yang diperoleh
dengan hasil dari program lain, haruslah diupayakan bahwa program lain
tersebut, selalu ditemukan beberapa faktor yang berbeda, misalnya
keadaan sosial budaya masyarakat tempat dilakukanya program, waktu
13

pelaksanaan program, pelaksana program dan lain sebagainya yang seperti

ini.3
Membandingkan hasil yang diperoleh dengan sesuatu tolak ukur,
Kesimpulan dapat pula ditarik dengan membandingkan hasil yang dicapai
dengan suatu tolak ukur berupa indikator dan atau yang dicapai dengan
suatu tolak ukur berupa indikator dan ataupun kriteria tertentu. Indikator
(indicator) dipergunakan jika yang ingin diukur adalah suatu perubahan,
mudah dimengerti karena indikator mengandung tolak ukur berupa
variabel. Misalnya angka kematian, angka komplikasi, angka kesembuhan
dan lain sebagainya yang seperti ini, jika menggunakan kriteria (criteria)
maka yang diukur adalah hasil dari suatu perbuatan, karena kriteria
mengandung tolak ukur berupa standar. Misalnya standar pelayanan
medis, yang baik atau tidaknya ditentukan oleh beberapa kriteria. Antara
lain anamnesis, pemerikasaan fisik, pemerikasaan penunjang, diagnosis,

tindakan dan lain sebagainya yang seperti ini.


Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil dari kontrol.
Jika cara ini yang dipergunakan, haruslah diyakini bahwa program lain

sebagai kontrol tersebut memang ada.3


f) Laksanakan penilaian
Apabila rencana penilaian telah berhasil disusun, lanjutkan dengan melaksanakan
penilaian tersebut. Catatlah semua kegiatan serta hasil yang diperoleh.3
g) Tarik kesimpulan
Hasil penilaian haruslah disimpulkan. Tariklah kesimpulan tersebut sesuai dengan
cara yang telah ditetapkan dalam rencana penilaian. Pada dasarnya ada dua
macam kesimpulan yang sering dirumuskan yakni :3
Kesimpulan tentang keberhasilan program
Yang dinilai di sini ialah sampai seberapa jauh program telah
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik berupa keluaran dan
ataupun dampaknya. Lazimnya kesimpulan tersebut ditarik dengan
membandingkan hasil yang diperoleh terhadap tolak ukur yang telah
ditetapkan.

Kesimpulan tentang nilai program


Nilai program ada dua yakni efektivitas dan efisiensi. Program
dinilai efektif jika dapat menyelesaikan masalah, sedangkan jika dalam
14

menyelesaikan masalah tersebut diperlukan penggunaan sumber dana


yang sedikit maka program tersebut dinilai efisien. Karena penilaian
efisiensi dikaitkan dengan biaya (cost), maka pada saat ini banyak
dikembangkan berbagai teknik perhitungan biaya program kesehatan.
Perhitungan seperti ini menjadi perhatian utama para ahli ekonomi
kesehatan (health economist) yang banyak membantu dalam pengambilan
keputusan tentang alokasi biaya. Dua contoh perhitungan biaya yang
sering dipergunakan ialah cost benefit analysis dan cost effectiveness
analysis.3
h) Susunlah saran-saran
Langkah terakhir yang dilaksanakan pada penilaian ialah menyusun saran-saran
sesuai dengan hasil hasil penilaian. Tujuanya ialah untuk lebih memperbaiki
pelaksanaan program pada masa yang akan datang.3
Sistem Kesehatan
Suatu sistem disebut sebagai suatu wujud (entity), apabila bagian-bagian atau elemen-elemen
yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu wujud yang cirri-cirinya dapat
didiskripsikan dengan jelas. Tergantung dari sifat bagian-bagian atau elemen-elemen yang
membentuk sistem, maka sistem sebagai suatu wujud dapat dibedakan atas dua macam:3
a. Sistem sebagai suatu wujud yang konkrit
Pada bentuk ini, sifat dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sistem
adalah konrit dalam arti dapat ditangkap oleh panca indera. Contohnya adalah suatu mesin yang
bagian-bagian atau elemen-elemennya adalah berbagai unsur suku cadangan.
b. Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak
Pada bentuk ini, sifat dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sistem
adalah abstrak dalam arti tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Contohnya adalah sistem
kebudayaan yang bagian-bagian atau elemen-elemennya adalah berbagai unsur budaya.3
Pendekatan sistem
Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah
ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem tersebut perlu dirangkai berbagai unsur atau elemen
sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama15

sama berfungsi untuk mencapai tujuan kesatuan. Apabila prinsip pokok atau cara kerja sistem ini
diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi, maka prinsip pokok atau cara
kerja ini dikenal dengan nama pendekatan sistem (system approach).3
Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam
merencanakan suatu rangkaian komponen-komponen yang berhubungan sehingga dapat
berfungsi sebagai satu kesatuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari batasan tentang
pendekatan sistem ini, dengan mudah dipahami bahwa prinsip pokok pendekatan sistem dalam
pekerjaan administrasi dapat dimanfaatkan untuk dua tujuan. Pertama, untuk membentuk sesuatu
sebagai hasil dari pekerjaan administrasi. Kedua, untuk menguraikan sesuatu yang telah ada
dalam administrasi. Untuk tujuan yang terakhir ini, biasanya dikaitkan dengan kehendak untuk
menemukan masalah yang dihadapi, untuk kemudian diupayakan mencari jalan keluarnya yang
sesuai.3
Jika pendekatan sistem dapat dilaksanakan, akan diperoleh beberapa keuntungan, antara lain :3
1. Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan, dengan
demikian penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan yang sifatnya selalu terbatas,
akan dapat dihindari.
2. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran sehingga dapat
dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan.
3. Keluaran yang dilaksanakan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih tepat dan
objektif.
4. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program.
Sekalipun pendekatan sistem dapat menjamin lengkapnya suatu saran pemecahan yang
diajukan, bukan berarti pendekatan sistem tidak memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan yang
dipandang penting ialah dapat terjebak ke dalam perhitungan yang terlalu rinci, sehingga
menyulitkan pengambilan keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan
dapat diselesaikan.3
Analisis Sistem
Karena sistem terdiri dari kumpulan elemen atau bagian yang mempunyai fungsi masingmasing, maka untuk dapat menjamin baiknya sistem tersebut, harus dapat diupayakan agar
16

fungsi yang dimaksud tetap sesuai dengan yang direncanakan. Ini berarti harus dilakukan
penilaian berkala terhadap sistem tersebut. Penilaian yang dapat dilakukan banyak macamnya,
jika penilaian tersebut berupa kajian terhadap setiap kumpulan elemen atau bagian yang ada di
dalam sistem, maka kajian ini disebut dengan nama analisis sistem (system analysis).3
Analisis sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas yang ada,
dilakukan pengumpulan berbagai masalah yang dihadapi untuk kemudian dicarikan berbagai
jalan keluarnya, lengkap dengan uraiannya, sehingga membantu administrator dalam mengambil
keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3
Untuk dapat melakukan analisis sistem yang baik, perlu diketahui langkah-langkah yang
harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut dapat dibedakan atas enam macam yakni :3
Mula-mula lakukanlah penguraian sistem sehingga menjadi jelas bagian-bagian
yang dimiliki serta hubungannya satu dengan yang lain. Agar penguraian sistem
ini dapat dilakukan dengan baik, terapkanlah prinsip pokok pendekatan sistem.
Lanjutkan dengan merumuskan masalah yang dihadapi oleh bagian-bagian
tersebut atau sistem secara keseluruhan. Masalah yang dimaksud dapat berupa
ketidak jelasan fungsi, peranan, hak dan tanggung jawab dan ataupun hubungan
satu sama lain.
Lakukan pengumpulan data atau informasi untuk lebih menjelaskan masalah yang
ditemukan serta untuk merumuskan kemungkinan jalan keluar yang dapat
dilakukan.
Berdasarkan data atau informasi yang dimiliki, kembangkan model-model sistem
yang baru. Model-model tersebut adalah yang dinilai dapat menyelesaikan
masalah yang ditemukan.
Lakukan uji coba, jika perlu lakukan perbaikan dan catatlah setiap hasil yang
diperoleh.

Atas

dasar

catatan

tersebut,

pilihlah

model

yang

paling

menguntungkan. Terapkanlah model sistem yang terpilih dan lakukanlah


pemantauan dan penilaian berkala sesuai dengan yang diperlukan.3
Menetapkan Prioritas Masalah
Telah disebutkan bahwa yang terpenting dalam perencanaan adalah yang menyangkut
proses perencanaan (process of planning). Yang dimaksud dengan proses perencanaan disini
17

adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun suatu rencana. Untuk bidang
kesehatan, langkah-langkah yang sering dipergunakan adalah mengikuti prinsip lingkaran
pemecahan masalah (problem solving cycle). Sebagai langkah pertama dilakukan upaya
menetapkan prioritas masalah (problem priority). Adapun yang dimaksud dengan masalah disini
ialah kesenjangan antara apa yang ditemukan (what is) dengan apa yang semestinya (what
should be).3
Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah ini
dianggap sangat penting. Paling tidak ada dua alasan yang ditemukan. Pertama, karena
terbatasnya sumber daya yang tersedia dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua
masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya dan
karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan.3
Cara menetapkan prioritas masalah banyak macamnya. Sebagian lebih mengutamakan
institusi, sebagai lainnya lebih mengandalkan ilham atau petunjuk atasan. Ketiga cara
menetapkan masalah ini, meskipun hasilnya sering tepat tetapi tidak dianjurkan. Cara
menetapkan prioritas masalah yang dianjurkan adalah memakai teknik kajian data. Untuk dapat
menetapkan prioritas masalah dengan teknik kajian data, ada beberapa kegiatan yang harus
dilakukan. Kegiatan yang dimaksud adalah:3
1. Melakukan pengumpulan data
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data. Adapun yang dimaksud
dengan data di sini ialah hasil dari suatu pengukuran dan ataupun pengamatan. Agar data yang
dikumpulkan tersebut dapat menghasilkan kesimpulan tentang prioritas masalah, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yakni :3
a. Jenis data
Jenis data yang harus dikumpulkan banyak macamnya. Sekedar pegangan dapat
dipergunakan pendapat Blum yang membedakan data kesehatan atas empat macam
yakni data tentang perilaku (behaviour), lingkungan (environment), pelayanan
kesehatan (health services) dan keturunan (heredity). Kumpulkan keempat macam
data tersebut. Tetapi, apabila waktu, tenaga, sarana dan dana cukup tersedia, tidak ada
salahnya mengumpulkan data yang lebih lengkap. Data lengkap yang dimaksud
adalah :3
Keadaan Geografis
18

Yang dimaksud dalam data geografis banyak macamnya. Yang terpenting


antara lain tentang luas dan batas-batas wilayah, keadaan tanah, keadaan iklim
dan cuaca, keadaan flora, keadaan flora, keadaan fauna. Peranan data
geografis amat besar dalam memberikan arahan tentang ada atau tidaknya
suatu masalah kesehatan. Jika di wilayah tersebut banyak ditemukan rawa
misalnya, mungkin saja penyakit malaria akan banyak ditemukan.
Kecuali itu data geografis juga bermanfaat untuk menetapkan prioritas
jalan keluar. Jika keadaan geografis tidak menguntungkan, misalnya jika tidak
ada sarana transportasi, perlu dipertimbangkan pelayanan kesehatan yang
bersifat mobil.
Pemerintahan
Data yang perlu dikumpulkan disini antara lain tentang bentuk
pemerintahan, peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran
pendapatan dan belanjat kesehatan, serta mekanisme dan proses pengambilan
keputusan. Keemua data ini penting artinya pada waktu menyusun rencana,
terutama pada waktu merumuskan prioritas jalan keluar.
Kependudukan
Data kependudukan yang diperluakn antara lain tentang jumlah,
penyebaran (susunan umur, jenis kelamin dan geografis), angka pertumbuhan
serta angka kelahiran penduduk. Peranan data kependudukan bukan saja
penting dalam menetapkan masalah kesehatan, tetapi juga dalam menyususn
cara untuk masalah kesehatan tersebut.
Pendidikan
Kumpulkan pula data tentang pendidikan, yang meliputi tingkat
pendidikan serta fasilitas pendidikan yang tersedia. Sama halnya dengan
kependudukan, peranan data pendidikan ini juga penting dalam menetapkan
masalah dan cara penyelesaian masalah kesehatan.
Pekerjaan dan Mata Pencaharian
Data lain yang perlu dikumpulkan ialah tentang pekerjaan dan mata
pencaharian penduduk. Uraikanlah data tersebut dengan lengkap.
Keadaan Sosial Budaya
Data tentang sosial budaya meliputi pandangan, kebiasaan, larangan dan
anjuran yang ada kaitannya dengan bidang kesehatan. Kesemua data ini
mempunyai peranan yang amat penting dalam membantu menetapkan
masalah dan jalan keluar mengatasi maslah kesehatan tersebut.
19

Kesehatan
Data terakhir yang perlu dikumpulkan adalah tentang kesehatan penduduk.
Secara umum data kesehatan dapat dibedakan atas tiga macam yakni: (a). data
yang menunjuk status kesehatan penduduk, seperti angka kematian (umum,
bayi, ibu dan penyakti tertentu), angka harapan hidup rata-rata angka penyakit
dan sebaginya yang seperti ini. (b) data yang menunjuk keadaan kesehatan
lingkungan pemukiman, seperti persentase penduduk yang mempunyai
sumber air bersih, mempunyai jamban, mempunyai tempat sampah,
mempunyai rumah sehat dan lain sebagianya yang seperti ini. (c). data yang
menunjuk keadaan fasilitas dan pelayanan kesehatan, seperti ratio
penduduk/sarana kesehatan, jumlah dokter, jumlah paramedis, jumlah
kunjungan, luas cangkupan, jumlah dan pemakaian tempat tidur dan lain
sebagainya yang seperti ini.3
b. Sumber Data
Apabila jenis data yang akan dikumpulkan telah ditetapkan, lanjutkanlah dengan
mrnetapkan sumber data yang akan dipergunakan. Untuk ini ada tiga sumber data
yang dikenal yakni sumber primer, sumber sekunder dan sumber tertier. Contoh
sumber data primer adalah hasil pemeriksaan atau wawancara langsung dengan
masyarakat. Contoh sumber data sekunder adalah laporan bulanan Puskesmas dan
Kantor Kecamatan. Sedangkan contoh sumber data tersier adalah hasil publikasi
badan-badan resmi, seperti Kantor Dinas Statistik, Dinas Kesehatan dan Kantor
Kabupaten. Pilihlah sumber data yang sesuai.3
c. Jumlah Responden
Jika kemampuan tersedia dengan cukup, kumpulkan data dengan lengkap dalam
arti mencakup seluruh penduduk. Dalam praktek sehari-hari, pengumpulan data
secara total ini sulit dilakukan. Lazimnya diambil data dari sebagian penduduk saja,
yang besarnya, karena hanya merupakan suatu survei diskriptif, ditentukan dengan
mempergunakan rumus sampel.3
d. Cara Mengambil Sampel
Jika jumlah smpel telah ditentukan, lanjutkan dengan menetapkan cara
pengambilan sampel. Untuk ini ada empat cara pengambilan sampel yang dikenal,
20

yakni cara simple random sampling, sistematic random sampling, stratified random
sampling dan cluster random sampling. Pilihlah yang sesuai.3
2. Melakukan Pengolahan Data
Kegiatan kedua yang harus dilakukan ialah mengolah data yang telah dikumpulkan.
Adapun yang dimaksud dengan pengolahan data disini ialah menyusun data yang tersedia
sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimilikinya. Cara pengolahan data secara umum
dapat dibedakan atas tiga macam yakni secara manual, mekanikal serta elektrikal. Pilihlah cara
pengolahan data yang paling dikuasai.3

3. Melakukan Penyajian Data


Kegiatan ketiga yang harus dilakukan menyajikan data yang telah diolah. Ada tiga
macam cara penyajian data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstular, tabular dan grafikal.
Pilihlah cara penyajian data yang paling tepat.3
4. Memilih prioritas masalah
Hasil penyajian data akan menampilkan berbagai masalah. Apa berbagai masalah ini
perlu diselesaikan? Tidak perlu. Pertama, kasrena antar masalah mungkin terdapat keterkaitan.
Yang perlu diperhatikan hanya menyelesaikan masalah pokok saja. Masalah lainnya akan selesai
dengan sendirinya. Kedua, karena kemampuan yang dimiliki oleh organisasi selalu bersifat
terbatas. Dalam keadaan yang seperti ini, lanjutkan kegiatan dengan memilih prioritas masalah.
Untuk itu banyak cara pemilihan yang perlu dipergunakan. Cara yang dianjurkan adalah
memakai kriteria yang dituangkan dalam bentuk matriks. Dikenal dengan nama tekhnik kriteria
matrik (criteria matrix tecnique).3
Kriteria yang dapat dipergunakan banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas
tiga macam :3

Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya.
Ukuran pentingnya masalah banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang terpenting
adalah : 3
- Besarnya masalah (prevalence)
- Akibat yang ditinbulakan oleh masalah (severity)
- Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
21

Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet need)


Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit)
Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
Suasana politik (political climate)

Kelayakan Teknologi
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah
(technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut. Kelayakan teknologi yang
dimaksudkan disini adalah menunjuk pada pengasaan ilmu dan teknologi yang seusai.3

Sumber daya yang tersedia


Makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (resources
availabitlity) makin diprioritaskan masalah tersebut. Sumber daya yang dimaksdukan di sini
adalah yang menunjuk pada tenaga (man), dana (money) dan sarana (material). Berilah nilai
antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat penting) untuk setiap kriteria yang sesuai.
Prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya paling besar.3
Menetapkan Prioritas Jalan Keluar
Apabila prioritas masalah telah berhasil ditetapkan, langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah menetapkan prioritas jalan keluar (solution priority). Untuk ini ada beberapa kegiatan
pokok yang harus dilakukan sebagai berikut:3
1. Menyusun Alternatif jalan keluar
Kegiatan pertama yang harus dilakukan ialah menyusun alternatif jalan keluar untuk
mengatasi prioritas masalah yang telah ditetapkan. Menyusun alternatif jalan keluar
dipandang penting, karena terkait dengan upaya memperluas wawasan, yang apabila
berhasil diwujudkan akan besar peranannya dalam membantu kelancaran pelaksanan jalan
keluar. 3
Untuk dapat menyusun alternatif jalan keluar, cobalah berpikir kreatif (creative
thinking). Teknik berpikir kreatif banyak macamnya. Salah satu diantaranya dikenal dengan
teknik analogi atau populer pula dengan sebutan synectic technique. Jika dengan teknik
berpikir kreatif masih belum dapat dihasilkan alternatif jalan keluar, cobalah tempuh
langkah-langkah sebagai berikut:3
Menentukan berbagai penyebab masalah
Untuk dapat menentukan berbagai penyebab masalah, lakukan curah pendapat (brain
storming) dengan membahas data yang telah dikumpulkan. Gunakanlah alat bantu diagram
22

hubungan sebab-akibat (cause-effect diargam) atau populer pula dengan sebutan diagram tulang
ikan (fish bone diagram). Dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman yang ada, serta
dibantu oleh data yang tersedia, dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.3
Memeriksa kebenaran penyebab masalah
Karena daftar penyebab masalah yang telah disusun baru bersifat teoritis, perlu dilakukan
pemeriksaan tentang kebenaran penyebab masalah (confirmation). Untuk ini, jika perlu,
lakukanlah pengumpulan data tambahan. Coabalah lakukan uji statistik untuk mengidentifikasi
penyebab masalah yang sebenarnya. Sisihkan daftar penyebab masalah yang hasil uji statistiknya
tidak bermakna.3
Mengubah penyebab masalah kedalam bentuk kegiatan
Apabila daftar penyebab masalah yang hasil uji statistiknya telah berhasil disusun,
lanjutkan dengan mengubah daftar penyebab masalah tersebut kedaam bentuk kegiatan.
Usahakan untuk satu penyebab masalah tersusun satu kegiatan penyelesaian masalah. Hasil yang
diperoleh dari pekerjaan ini ialah tersusunnya alternatif cara penyelesaian masalah.3
2. Memilih prioritas jalan keluar
Karena kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi selalu bersifat terbatas, untuk
mengatasinya, pilihlah salah satu dari alternatif jalan keluar yang paling menjanjikan.
Untuk dapat memilih prioritas jalan keluar, pelajarilah dengan seksama berbagai alternatif
yang tersedia. Sebelum melakukan pilihan, ada baiknya jika dicoba padukan dahulu. Siapa
tahu berbagai alternatif tersebut sebenarnya hanya merupakan bagian dari satu paket
kegiatan yang sulit dipisahkan.3
Apabila keterpaduan tersebut sulit dilakukan, antara lain karena adanya perbedaan
antar alternatif yang terlalu tajam, atau karena keterbatasan sumber daya dalam
melaksanakan program yang telah dipadukan, barulah dilakukan macamnya. Cara yang
dianjurkan adalah memakai teknik kriteria matriks. Untuk ini ada dua kriteria yang lazim
dipergunakan. Kriteria yang dimaksud adalah : 3
a. Efektivitas jalan keluar
Tetapkanlah nilai efektivitas (effectivity) untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni
dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling
efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektivitasnya paling tinggi.
Untuk menentukan efektivitas jalan keluar, pergunakanlah kriteria tambahan
sebagai berikut :3
Besarnya masalah yang dapat diselesaikan

23

Hitunglah besarnya masalah (magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan keluar tersebut
dilaksanakan, untuk setiap alternatif. Makin beasr masalah dapat diatasi, maki tinggi
prioritas jalan keluar tersebut.
Pentingnya jalan keluar
Hitunglah pentingnya jalan keluar (importancy) dalam mengatasi masalah yang dihadapi,
untuk setiap alternatif. Pentingnya jalan keluar yang dimaksudkan disini dikaitkan
dengan kelanggengan selesainya masalah. Makin langgeng selesainya masalah, makin
penting jalan keluar tersebut.
Senstivitas jalan keluar
Hitunglah sensitifitas jalan keluar (unerabilty) dalam mengatasi masalah yang dihadapi,
untuk setiap alternatif. Sensitivitas yang dimaksud disini dikaitkan dengan kecepatan
jalan keluar mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar
tersebut.3
b. Efisiensi jalan keluar
Tetapkanlah nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni
dengan memberikan angka 1 (aling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling
efisien). Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan
untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin tidak
efisien jalan keluar tersebut.3
3. Melakukan uji lapangan
Kegiatan ketiga yang harus dilakukan pada penetapan prioritas jalan keluar ialah
melakukan uji lapangan untuk prioritas jalan keluar terpilih. Uji lapangan ini
dipandang penting, karma wring ditemukan jalan keluar yang diatas kertas baik,
temyata sulit dilaksanakan. Patutlah diingat dalam melaksanakan uji lapangan, tujuan
utama yang ingin dicapai bukan lagi mempermasalahkan jalan keluar yang telah
terpilih, melainkan hanya untuk menilai berbagai faktor penopang dan faktor
penghambat yang kiranya akan ditemukan, apabila jalan keluar tersebut dilaksanakan.
Catatlah berbagai faktor penopang dan penghambat yang ditemukan.3
4. Memperbaiki prioritas jalan keluar
Selesai melakukan uji lapangan, lanjutkan dengan memperbaiki prioritas jalan keluar,
24

yakni dengan memanfaatkan berbagai faktor penopang, dan bersamaan dengan itu
meniadakan berbagai faktor penghambat yang ditemukan pada uji lapangan.3
5. Menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar
Kegiatan terakhir yang harus dilaksanakan pada penetapan prioritas jalan keluar
adalah menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar selengkapnya. Untuk ini uraikanlah
semua unsur rencana sebagaimana telah dikemukakan, sehingga dapat dihasilkan
suatu rencana yang lengkap. Langkah-langkah dan kegiatan menetapkan prioritas
masalah saling terkait dengan langkah-langkah dan kegiatan menetapkan prioritas
jalan keluar.3
Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral
Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara beberapa
program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja sama lintas program
yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa program terkait yang ada di
puskesmas. Tujuan kerja lintas program adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan
selanjutnya menggalang kerja lintas sektoral.6
Kerja sama lintas sektoral melibatkan dinas dan orang-orang di luar sektor kesehatan
yang merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara langsung atau tidak langsung
terhadap kesehatan manusia. Kerja sama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut
serta mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interprestasi informasi
serta mengevaluasi. lintas sektor kesehatan merupakan hubungan yang dikenali antara bagian
atau bagian-bagian dari sektor yang berbeda, dibentuk untuk mengambil tindakan pada suatu
masalah agar hasil yang tercapai dengan cara efektif, berkelanjutan atau efisien dibanding sektor
kesehatan bertindak sendiri. Prinsip kerja lintas sektor melalui pertalian dengan program di
dalam dan di luar sektor kesehatan untuk mencapai kesadaran yang lebih besar terhadap
konsekuensi kesehatan dari keputusan kebijakan dan praktek organisasi sector-sektor yang
berbeda.6
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerjasama lintas sector penganggulangan
yang meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen, peran, dan tanggung jawab. Masalah
anggaran sering membuat beberapa institusi membentuk kerja sama. Pengendalian melalui

25

menajemen lingkungan memerlukan kejelasan yang efektif antara sector klinis, kesehatan
lingkungan, perencanaan pemukiman, institusi akademis, dan masyarakat setempat.6
Didalam menciptakan suatu kerjasama yang baik perlu dipahami beberapa hal sebagai
berikut:3
a. Kemampuan membuna kerjasama yang intim dan harmonis dalam melakukan tihas
adalah menjadi tanggung jawab masing-masing
b. Kesediaan untuk membawakan kepentingan pribadi dan kelompok kepada kepentingan
yang lebih luas.
c. Kesediaan untuk menyerahkan kepada organisasi yang dibarengi oleh kesediaan untuk
menerima kewajiban yang lebih besar.
d. Adanya kepercayaan dan saling menghormati dan kesetiaan demi untuk mengadakan
perubahan dan pengembangan organisasi.
e. Adanya kemauan dan kemampuan serta menyempatkan diri untuk saling kerjasama
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.3
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) merupakan satu-satunya
Pencatatan dan Pelaporan yang berlaku di Puskesmas di seluruh Indonesia. Tujuan pelaksanaan
SP2TP ini antara lain sebagai berikut :7

Tersedianya data dan informasi yang tepat waktu, up to date, mutahir secara periodik/
teratur, dapat digunakan untuk pengelolaan program kesehatan melalui Puskesmas di

perbagai tingkat administrasi.


Tujuan khusus :7
1. Tersedianya data, keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok Puskesmas
yang akurat, tepat waktu dan mutahir secara teratur.
2. Terlaksananya pelaporan tersebut secara teratur di berbagai administrasi sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
3. Pemanfaatan data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka
pengelolaannya program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas di berbagai

tingkat administrasi.
Ruang Lingkup :7
- SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan perawatan
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.
26

Pencatatan dan pelaporan meliputi data umum dan demografi wilayah kerja
Puskesmas, data ketenagaan Puskesmas, data sarana yang dimiliki Puskesmas, data
kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan dalam gedung maupun di luar gedung

Puskesmas.
Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, tribulanan dan tahunan dengan
menggunakan formulir yang baku. Adapun laporan berjenjang : Puskesmas ke Dati II,

Dati II ke Dati I, Dati I ke Pusat.7


Pelaksanaan SP2TP
Pelaksanaan SP2TP terdiri dari 3 kegiatan, ialah:7
a) Pencatatan dengan menggunakan format.
Pencatatan dilakukan dalam gedung puskesmas/puskesmas pembantu, yaitu mengisi:
1. Family forder (kartu identitas dan kartu tanda pengenal keluarga)
2. Buku register untuk:
Rawat jalan/rawat nginap
Penimbangan
Kohort ibu
Kohort anak
Persalinan
Laboratorium
Pengamatan penyakit menular
Imunisasi
3. Kartu indek penyakit (kelompok penyakit) yang disertai distribusi jenis kelamin,
golongan, umur dan desa.
4. Kartu perusahaan
5. Kartu murid
6. Sensus harian (penyakit dan kegiatan puskesmas) untuk mempermudah
pembuatan laporan.
b) Pengiriman laporan dengan menggunakan format secara periodik.7
Jenis dan periode laporan sebagai berikut:
1.
-

Bulanan
Data kesakitan
Data kematian
Data operasional (gizi, imunisasi dan KIA)
Data manajemen obat

2. Triwulan
- Data kegiatan puskesmas

27

3.
-

Tahunan
Umum, fasilitas
Saran
Tenaga

Alur pengiriman laporan adalah sebagai berikut:7


1. Alur pengiriman laporan sampai saat terakhir pelita V adalah:
2. Alur pengiriman laporan jangka panjang (mulai pelita VI) adalah mengikuti jalur
jenjang administrative organisasi. Departemen kesehatan menerima laporan dari
kantor wilayah departemen kesehatan RI.
c) Pengolahan analisis dan pemanfaatan data/informasi
Pengolahan, analisa dan pemanfaatan data SP2TP dilaksanakan di tiap jenjang
administrasi yang pemanfaatannya disesuaikan dengan tugas dan fungsinya dalam
mengambil keputusan. Ditingkat puskesmas, untuk tindakan segera serta untuk
pemantauan pelaksanaan program (operative) sebagai early warning system. Pada
tingkat Dati II dapat digunakan untuk pemantauan, pengendalian dan pengambilan
tindakan koreksi yang diperlukan. Pada tingkat I dapat digunakan juga untu
perencanaan program dan pemberian bantuan diperlukan. Pada tingkat pusat
digunakan dalam pengambilan kebijaksanaan yang diperlukan.7
1. Ruang lingkup kegiatan pengelolaan dan analisa meliputi:7
a. Mengkomplikasi data dari puskesmas pembantu, kegiatan lapangan termasuk
posyandu dan kegiatan dalam gedung puskesmas.
b. Mentabulasi data kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, yang dibedakan atas
masyarakat dalam wilayah dan luar wilayah puskesmas.
c. Menyusun kartu index penyakit.
d. Menyusun sensus harian untuk mengolah data kesakitan.
e. Melakukan berbagai perhitungan-perhitungan dengan

menggunakan

data

denominator.
f. Membuat penyajian dalam bentuk narasi, tabel dan grafik sesuai kebutuhan menurut
waktu dan lokasi. Sebagai pembanding dapat dipergunakan data tahun-tahun
sebelumnya.
g. Melakukan beberapa analisa untuk kebutuhan pemantauan, intervensi serta
perencanaan di masa mendatang.
h. Membuat peta wilayah puskesmas termasuk sarana kesehatan.
2. Pemanfaatan data SP2TP
28

Pada hakikatnya data dari SP2TP mempunyai peran ganda, karena:7


a. Data tersebut dilaporkan dari puskesmas untuk kebutuhan administrasi di atasnya, dalam
rangka pembianaan, perencanaan serta penetapan kebijaksanaan.
b. Data tersebut dapat dimanfaatkan oleh puskesmas sendiri dalam rangka peningkatan
upaya kesehatan puskesmas, melalui perencanaan (microplanning), penggerakan,
pelaksanaan (mini lokakarya) dan pengawasan, pengendalian, serta penilaian (statifikasi).
c. Salah satu komponen dari pengawasan adalah pemantauan yang merupakan tindak lanjut
secara kontinu dari kegiatan program yang dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan serta tindakan (action).7
Contoh:
Data dari hasil SP2TP dapat dimanfaatkan untuk:7
-

Penyusunan profil puskesmas, dengan menggunakan data dasar.


Penggambaran peran serta masyarakat, dengan menggunakan data jumlah kader

(aktif/tidak aktif), pelaksanaan KB-kes terpadu melalui posyandu.


Penggambaran tingkat pemanfaatan puskesmas, dengan menggunakan data

kunjungan.
Penggambaran tingkat cakupan sasaran pelayanan kesehatan dari berbagai program
yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pokok puskesmas.7

Peran Serta Masyarakat


Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan wadah titik temu antara pelayanan profesional
dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan
masyarakat, terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran.4
Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang
kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat,

penyelenggaraanya

dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih dibidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya
berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi.4
Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan
terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada lima

29

program yaitu: KB, Gizi, KIA, Imunisasi, penanggulangan diare. dan mendapat bantuan dari
petugas kesehatan.4
Tujuan penyelenggaraan Posyandu
Menurut Depkes tujuan diselenggarakan Posyandu adalah untuk: 4
1. Menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran.
2. Mempercepat penerimaan NKKBS.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan
kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan.
Penyelenggaraan Posyandu
Posyandu dapat dikembangkan dari pos penimbangan, pos imunisasi, pos KB desa, pos
kesehatan ataupun pembentukan yang baru. Satu posyandu sebaiknya melayani seratus (100)
balita/700 penduduk atau disesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat,
geografis, jarak antara rumah, jumlah kepala keluarga dalam kelompok dan sebagainya.
Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan
sendiri. Dengan demikian kegiatan posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah
ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RK/RT atau ditempat khusus dibangun
masyarakat. Karena Posyandu ini diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat, maka
diharapkan masyarakat sendiri yang aktif membentuk, menyelenggarakan, memanfaatkan,
mengembangkan dan membina Posyandu tersebut sebaik-baiknya.4
Kegiatan Posyandu diselenggarakan/ dibuka sebulan sekali dengan memakai Sistem Lima
Meja. Uraian kegiatan pada hari buka Posyandu adalah sebagai berikut :4
a.
b.
c.
d.

Pendaftaran dilakukan oleh Kader (di meja 1).


Penimbangan bayi dan anak balita dilakukan oleh Kader (di meja 2).
Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat) dilakukan oleh Kader (di meja 3).
Penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu-ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta
ibu usia subur dilakukan oleh Kader (di meja 4). Isi penyuluhan disesuaikan dengan

permasalahan ibu-ibu yang disuluh.


e. Pelayanan imunisasi, Keluarga Berencana (KB), pemeriksaan ibu hamil dan gizi
dilakukan oleh petugas kesehatan atau petugas Keluarga Berencana (di meja 5).

30

Analisis Penyebab Masalah


Yang dimaksud dengan masalah adalah terdapatnya kesenjangan (gap) antara harapan
dengan kenyataan. Dalam usaha mencapai visi puskesmas terdapat beberapa masalah yang
dihadapi sehingga menyebabkan program yang diselenggrakan tidak mencapai target yang
ditetapkan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menetapkan prioritas masalah. Kita bisa
menggunakan teknik nonscoring / scoring. Teknik non scoring meliputi brain storming, Delphi
technique, dan Delbeq technique. Sedangkan teknik scoring kita lakukan dengan kajian data
yang diperoleh dari laporan bulanan puskesmas. Dalam pemilihan prioritas (scoring) kita dapat
melakukannya dengan menggunakan teknik kriteria matrik.1
Misalnya pada kasus ditemukan cakupan ANC, imuniasi dan DHF yang belum memadai.
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antaranya akibat manajemen yang tidak efektif
atau pelaksanaan program yang tidak efisien.
Semua jenis hambatan atau penyebab timbulnya masalah dalam sesuatu program dapat
dirumuskan pada saat melakukan analisis situasi (sistem) yang lebih difokuskan pada sumber
daya dan proses (input dan proses).1

Analisis
Masalah

Identifikasi
Istilah

Evaluasi

Prioritas
Masalah

PROBLEM SOLVING
CYCLE

Tujuan

Pengawasan &
Pengendalian

Alternatif
pemecahan Masalah

Pemantauan
Pelaksanaan &
Penggerakan

Rencana
Operasional

Gambar 2. Problem Solving Cycle


1. Input:
31

Man: jumlah staff kurang, ketrampilan, pengetahuan, dan motivasi kerja yang rendah.

Tingkat partisipasi masyarakat juga rendah.


Money: sumber dana dari Dinas Kesehatan masih kurang dan sering terlambat padahal

pemasukan dari retribusi karcis tidak banyak.


Material: jumlah peralatan medis yang kurang memadai dan jenis obat yang tersedia
tidak sesuai dengan masalah kesehatan yang potensial berkembang di wilayah kerja

Puskesmas.
Method: perlaksanaan program yang kurang efektif dan efisien. Waktu yang dimiliki
oleh staf tidak cukup untuk menyusun rencana atau untuk mengadakan supervisi.
Informasi juga dapat menjadi hambatan program karena datanya yang tersedia kurang
dapat dipercaya, kurang akurat, pemanfaatan data jarang dilakukan untuk perencanaan
kegiatan program sehingga staf terperangkap pada rutinisme, dan laporannya belum
dibuat.1

2. Proses: masalah ini dapat dikaitkan dengan fungsi manajemen (POAC)


- Planning: kurang jelasnya tujuan atau rumusan masalah program sehingga rencana
-

kerja operasional tidak relevans dengan upaya pemecahan masalah


Organizing: pembagian tugas untuk staf tidak jelas bahkan sering tidak ada. Staf yang

ada jumlahnya belom memadai.


Actuating: koordinasi dan motivasi staf kurang atau kepimpinan kepala Puskesmas tidak
disenangi staf. Pengumpulan data yang kurang baik, masih lemahanya sistem pencatatan

dan koordinasi antar program.


Controlling: pengawasan (supervisi) lemah dan jarang dilakukan serta pencatatan data
untuk monitoring program kurang akurat dan jarang dimanfaatkan.1

3. Lingkungan
- Misalnya hambatan geografis (jalan rusak).
- Sarana transportasi yang kurang memadai.
- Iklim atau musim yang kurang menguntungkan.
- Masalah tingkat pendidikan yang rendah.
- Sikap dan budaya masyarakat yang tidak kondusif (tabu terhadap KB, salah persepsi,
mitos).
4. Output : cakupan imunisasi dasar , ANC, dan DHF.
5. Sasaran : bayi , balita , ibu , ibu hamil, dan masyarakat beresiko tinggi DHF.
32

6. Dampak : Cakupan berbagai program belum mencapai hasil.


Penyelesaian
Pada kasus kita di dapatkan :
1. Input :
MAN 1 dr.umum , 1 dr.gigi , 3 perawat , 1 sanitarian , 3 administrator
MONEY-MATERIAL uang, vaksin, transportasi, alat kontrasepsi, alat-alat
pemeriksaan hanya transportasi yang diketahui ( motor, perahu dan jalan kaki)
METHOD kemampuan / keahlian tenaga medis, cara yang digunakan (tidak
diketahui).
2. Proses :
a) PLANNING Program yang dapat dilakukan untuk menangani berbagai cakupan
program yang terdapat pada kasus yang dihadapi ( imunisasi dasar, ANC, dan DHF)
adalah
a) Menetapkan tujuan operasional program kesehatan bersifat SMART
b) Menyusun program / kegiatan yang dapat mendukung suatu program utama
c) Menggalakan program imunisasi dasar lengkap untuk bayi dan balita secara jelas
dan terstruktur
d) Melakukan promosi kesehatan 3M untuk menanggulangi vector penyebab DHF
(dengue)
e) Melakukan penyemprotan (fogging) berkala, jika didapatkan lingkungan
puskesmas merupakan lingkungan rawan DHF
f) Melakukan penyuluhan tentang DHF sehingga masyarakat dapat mengetahui
penyakitnya secara benar dan tepat, sehingga bisa dilakukan penanganan yang
cepat jika terjadi kasus DHF
g) Melakukan promosi kesehatan tentang pentingnya melakukan pemeriksaan rutin
bagi ibu hamil (K4) yakni minimal 4 kali selama kehamilan (1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester akhir)
b) ORGANIZING
a) Melakukan pembagian tugas dengan jelas dan tidak tumpang tindih.
b) Menetapkan struktur organisasi yang jelas dan sesuai dengan jumlah staff yang
ada.
c) Mencari staff, tenaga medis, administrasi jika didapati masalah yang terjadi akibat
kekurangan sumber daya manusia (man).

33

c) ACTUATING
1) Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf.
2) Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.
3) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf.
4) Melakukan kerjasama yang baik lintas program yang terpadu, sehingga cakupan
program dapat saling mendukung dan mencapai hasil yang diinginkan bersama.
d) CONTROLLING
1) Melakukan evaluasi program secara berkala.
2) Jika ditemukan adanya penyimpangan dalam program yang terjadi, secepatnya di
benahi oleh pimpinan / staf yang bertanggung jawab untuk mengawasi program
tersebut.
3) Pimpinan harus lebih aktif dan mempunyai pikiran yang kritis, sehingga mampu
melakukan analisa yang baik jika terjadi suatu penyimpangan.1
Kesimpulan
Untuk mengatasi masalah di dalam puskesmas kita perlu memilih prioritas masalah
terlebih dahulu, kemudiaan menganalisanya, menentukan kesenjangan yang terjadi ( input,
proses, keluaran, lingkungan, dan sebagainya) kemudian mencari solusi yang tepat sehingga
masalah cakupan program puskesmas yang tidak terpenuhi dapat terselesaikan.
Daftar Pustaka
1. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC;2009.h.227-235.
2. Muninjaya AG. Manajemen kesehatan. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;2004.h. 170-250.
3. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa
Aksara;1996.h.17-24, 181-241, 329-33.
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I. Jakarta: Bakti
Husada;1991.h.B1-6, C2-4.
5. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat: keputusan
menteri kesehatan RI nomor 128/menkes/sk/II/2004. Jakarta: Bakti Husada;2004.h.5-31.
6. Hartono B. Penataan Sistem Kesehatan Daerah. Departemen kesehatan RI. 2001; hal 2842; 77-80.
7. Departemen kesehatan RI. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas SP2TP

Jilid I. Jakarta: Bakti Husada;1991.h.B52-5.

34

Anda mungkin juga menyukai