Anda di halaman 1dari 20

GASTROENTERITIS AKUT

Deby Andita, Despi Safitri, Khairunnisa, Maria Elfiana 1 Marlina Tasril2


1
Penulis : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, E-mail:
andita.deby@yahoo.com
2
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau/RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau

ABSTRAK

Pendahuluan : Gastroenteritis merupakan peradangan mukosa lambung dan


usus halus yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam
waktu 24 jam dengan atau tanpa muntah dan peningkatan suhu tubuh. Lima
provinsi dengan insiden diare tertinggi ialah Papua, Sulawesi Selatan, Aceh,
Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah. Lebih dari 90% diare akut disebabkan
karena infeksi, sedangkan sisanya disebabkan oleh non-infeksi seperti keracunan
makanan, efek obat-obatan dan lain-lain. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kehilangan cairan
dan ketidakseimbangan elektrolit merupakan komplikasi utama. Prognosis
gastroenteritis umumnya baik dengan pongabatan cairan dan kausal yang
adekuat. Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik dengan karateristik
hiperglikemi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Penegakan diagnosis DM tipe 2 berdasarkam pemeriksaan kadar glukosa darah
dan adanya keluhan klasik. Penatalaksanaan DM dapat dilakukan dengan
memodifikasi gaya hidup pasien dan memberikan monoterapi maupun kombinasi
obat.

Laporan kasus : Ny. AS usia 63 tahun dengan keluhan mencret, mencret ± 10


kali dalam sehari dengan konsistensi cair, warna coklat gelap, disertai lendir dan
darah. Volume sekali BAB lebih kurang 2-3 sdm. Pasien juga mengeluhkan
demam, demam dirasakan terus menerus, pusing (+). Pasien merasa mual (+),
muntah (+), muntah ± 7 kali dalam sehari dengan konsistensi cair. Perut terasa
kembung, nyeri pada perut seperti di remas-remas dan badan terasa lemas serta
wajah tampak pucat. Nafsu makan menurun. BAK tidak ada keluhan. Mata
cekung (+/+), bibir pucat, mukosa mulut kering. Pada pemeriksaaan penunjang,
didapatkan glukosa plasma sewaktu pasien yaitu 382 mg/dl. Hasil ini disertai
dengan keluhan klasik yakni penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas dari
65 kg menjadi 58 kg dan memiliki faktor resiko yakni umur >45 tahun serta
kurangnya aktifitas fisik.peningkatan leukosit yaitu 23.000/mm3.

Kesimpulan : Pasien didiagnosis sebagai gastroenteritis akut dengan dehidrasi


ringan sedang dan Diabetes Melitus Tipe 2 new onset tanpa komplikasi.
Penatalaksanaan yang mendasari dengan tepat dapat memperbaiki keadaan
pasien.

Kata kunci : gastroenteritis akut, dehidrasi ringan sedang, diabetes melitus tipe 2
PENDAHULUAN diare akut di sebagian besar wilayah
Gastroenteritis merupakan Indonesia hingga saat ini masih
peradangan mukosa lambung dan tinggi termasuk angka morbiditas
usus halus yang ditandai dengan dan mortalitasnya. Pada umumnya
diare dengan frekuensi 3 kali atau diare akut di Indonesia disebabkan
lebih dalam waktu 24 jam dengan oleh masalah kebersihan lingkungan,
atau tanpa muntah dan peningkatan kebersihan makanan, dan juga
suhu tubuh.1 Diare merupakan buang infeksi mikroorganisme (bakteri,
air besar (defekasi) dengan tinja virus dan jamur).3
berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) dengan frekuensi TINJAUAN PUSTAKA
lebih dari 3 kali perhari dapat atau 1. Gastroenteritis akut
tanpa disertai lendir dan darah.2 Definisi
Diare merupakan salah satu Diare merupakan buang air
penyakit endemik di Indonesia besar (defekasi) dengan tinja
terutama diare akut..3 Di Amerika berbentuk cair atau setengah cair
Serikat, diperkirakan 8.000.000 ( setengah padat ) dengan frekuensi
pasien berobat ke dokter dan dan lebih dari 3 kali perhari dapat atau
lebih dari 250.000 pasien dirawat di tanpa disertai lendir dan darah,
rumah sakit tiap tahun.2 Berdasarkan kandungan air tinja lebih banyak dari
riset kesehatan dasar indonesia 2003, biasanya lebih dari 200 gram atau
penyakit diare menempati urutan 200 ml/24 jam.2,5
kelima dari 10 penyakit utama pada Berdasarkan durasinya, diare
pasien rawat jalan di Rumah Sakit dapat dibagi menjadi:6,5
dan menempati urutan pertama pada a. Diare akut : berlangsung
pasien rawat inap di Rumah Sakit. 3 kurang dari 14 hari
Lima provinsi dengan insiden diare b. Diare persisten : berlangsung
tertinggi ialah Papua, Sulawesi selama 2 minggu- 4 minggu
Selatan, Aceh, Sulawesi Barat dan c. Diare kronik : berlangsung
Sulawesi Tengah.4 Jumlah kejadian lebih dari 4 minggu
Berdasarkan penyebab diare dapat Jenis virus penyebab yaitu:
dibagi menjadi infeksi dan non- Rotavirus, Adenovirus,
infeksi. 2 cytomegalovirus, echovirus.
Pola mikroorganisme
Etiologi penyebab diare akut berbeda-beda
Lebih dari 90% diare akut berdasarkan umur, tempat dan waktu.
disebabkan karena infeksi, Pada negara maju, diare akut paling
sedangkan sisanya disebabkan oleh sering disebabkan oleh Norwalk
non-infeksi seperti keracunan virus, Helicobacter jejuni,
makanan, efek obat-obatan dan lain- Salmonella sp, Clostridium difficile,
lain. 4,5,6 sedangkan penyebab paling sering di
a. Penyebab diare akut karena negara berkembang adalah
infeksi dapat ditimbulkan Enterotoxicgenic Escherichia coli
oleh:2 (ETEC), Rotavirus dan V. cholerae.
1. Bakteri b. Penyebab diare akut karena
Jenis bakteri penyebab yaitu: non- infeksi dapat
Escherichia coli, Salmonella sp, ditimbulkan oleh efek
Shigella sp, Vibrio cholera, samping obat seperti
Campylobacter jejuni, antibiotik, antihipertensi,
Staphylococcus aureus, OAINS, antasid, dan lain
Streptococcus dll. sebagainya.5
2. Parasit Patogenesis2
Jenis protozoa penyebab yaitu: Dua hal umum yang harus
Entamoeba hystolitica, Giardia diperhatikan pada keadaan diare akut
lamblia, Trichomonas hominis, karena infeksi yaitu faktor kausal
Isospora sp. Jenis cacing (agent) dan faktor penjamu (host).
penyebab yaitu: A. lumbricoides, Faktor penjamu adalah kemampuan
A. duodenale, N. americanus, T. tubuh untuk mempertahankan diri
trichiura, O. vermicularis, T. terhadap organisme yang dapat
Saginata. menimbulkan diare akut, terdiri atas
3. Virus faktor-faktor daya tangkis atau
lingkungan interna saluran cerna
seperti keasaman lambung, motilitas yang menyebabkan sekresi aktif
usus, imunitas dan juga mencakup anion klorida kedalam lumen
lingkungan mikroflora usus. Faktor usus yang diikuti oleh air, ion
kausal yaitu daya lekat dan penetrasi bikarbonat, kation natrium dan
yang dapat merusak sel mukosa, kalium.
kemampuan memproduksi toksin 2. Diare karena bakteri / parasit
yang mempengaruhi sekresi cairan di invasif
usus halus serta daya lekat kuman. Diare yang disebabkan
Patogenesis diare karena bakteri enterovasif disebut
infeksi bakteri atau parasit terdiri sebagai diare inflammatory.
atas: Bakteri invasif misalnya:
1. Diare karena bakteri non-invasif Enteroinvasive E. coli (EIEC),
Diare yang disebabkan oleh Salmonella sp., Shigella sp., C.
bakteri non invasif disebut juga jejuni, Entamoeba histolytica,
diare sekretorik atau watery dan G. Lamblia. Diare terjadi
diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh kerusakan
disebabkan oleh bakteri yang dinding usus berupa nekrosis dan
memproduksi enterotoksin yang ulserasi, sifat diarenya sekretorik
bersifat tidak merusak mukosa. eksudatif. Cairan diare dapat
Bakteri non invasi misalnya V. bercampur dengan lendir dan
cholerae, Enterotoxsigenic E.coli darah.
(ETEC), C. perfringens, V.
cholera eltor mengeluarkan Diagnosis
toksin yang terikat pada mukosa Diagnosis ditegakkan
usus halus 15-30 menit sesudah berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
diproduksi dan enterotoksin ini fisik dan pemeriksaan penunjang.
mengakibatkan kegiatan yang Anamnesis 6
berlebihan Nikotinamid Adenin • Lama diare berlangsung,
Dinukleotid pada dinding sel frekuensi diare perhari,
usus, sehingga meningkatkan progesivitas, kualitas diare
kadar adenosin 3′,5′-siklik mono ( konsistensi feses, warna dan
phospat (siklik AMP) dalam sel
bentuk feses, adakah disertai • Penyakit dasar/komorbid
lendir atau darah)
• Gejala penyerta seperti mual, Pemeriksaan fisik6
muntah, nyeri perut, demam. • Keadaan umum
• Riwayat makanan atau • Tanda vital
minuman yang dikonsumsi 6- • Status gizi
24 jam terakhir • Tanda anemia
• Adakah keluarga atau orang • Tanda dehidrasi
disekitarnya dengan gejala • Kualitas dan lokasi nyeri
serupa perut
• Kebersihan /kondisi tempat • Colok dubur (dianjurkan
tinggal untuk usia>50 tahun dan
• Apakah wisatawan atau feses berdarah)
pendatang baru • Identifikasi penyakit
• Riwayat penyakit dahulu komorbid
Tabel.1 penilaian derajat dehidrasi
menurutWHO6

Skor : • Darah rutin

Penilaian Skor 1 Skor 2 Skor 3


Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, mengantuk hingga syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Nafas <30x/men 30-40x/menit >40x/menit
it
Turgor kulit Baik Kurang jelek
nadi 120x/men 120- >140x/menit
it 140x/menit

6 : Tanpa dehidrasi • Darah perifer lengkap (DPL)


7-12 : dehidrasi ringan sedang • Elektrolit
≥13 : dehidrasi berat • Analisa gas darah bila
dicurigai ada kelainan asam
Pemeriksaan penunjang6 basa
• Analisa tinja /feses rutin  Metode Pierce berdasarkan
• Kultur dan resistensi feses klinis:
− Dehidrasi ringan,
kebutuhan cairan 5% x
kgBB
− Dehidrasi sedang,
Penatalaksanaan kebutuhan cairan 8% x
1. Terapi suportif 1,2 kgBB
Yaitu rehidrasi cairan dan − Dehidrasi berat,
elektrolit Jumlah cairan yang akan kebutuhan cairan 10% x
diberikan sesuai dengan jumlah kgBB
cairan yang keluar dari tubuh.  Metode Daldiyono
a) Macam-macam pemberian berdasarkan keadaan klinis
cairan: yang diberikan penilaian/skor
sebagai berikut:
Pemeriksaan Skor Facies cholerica 2

Rasa haus/muntah 1 Vox cholerica 2

Tekanan darah sistolik 1 Turgor kulit menurun 1


60-90 mmHg
Tekanan darah 2 Washer woman’s hand 1
diastolik < 60 mmHg
Frekwensi Nadi 1 Ekstremitas dingin 1
> 120 x/menit
Kesadaran apatis 1 Sianosis 2

Kesadaran somnolen, 2 Umur 50-60 tahun -1


spoor atau koma
Frekwensi nafas > 30 1 Umur > 60 tahun -2
x/menit

- Derajat dehidrasi berat bila


- Derajat dehidrasi ringan bila skor >3: rawat inap, rehidrasi
skor <3: rehidrasi oral bila IV
pasien tidak muntah
- Vibrio cholera =
tetrasiklin 4x500 mg p.o
selama 3 hari
Bila skor kurang dari 3 dan • Virus = tidak diberikan
tidak ada syok, maka hanya antivirus, hanya terapi
diberikan cairan peroral (sebanyak suportif dan simptomatik
mungkin sedikit demi sedikit). Bila • Parasit
skor lebih atau sama dengan 3 dan - Giardia lamblia :
terdapat syok diberikan cairan per metronidazol 4x250-500
intravena. mg p.o selama 7-14 hari
b) Jadwal pemberian cairan - Entamoeba histolytica =
- Berikan ½ kebutuhan metronidazol 4x250-500
cairan pada 1 jam mg p.o selama 7-14 hari
pertama 3. Terapi simptomatik 1,2
- Berikan 2/3 sisanya - Derivat opioid :
dalam 1 jam kedua loperamid yaitu
- Berikan 1/3 sisanya mengurangi frekuensi
dalam 1 jam ketiga BAB pada orang dewasa
- Pada jam keempat dan - Obat yang mengeraskan
seterusnya berikan tinja: atapulgite 4 x 2 tab
rumatan per hari, smectite 3 x 1
6
2. Terapi etiologi infeksi sachet diberikan tiap
• Bakteri diare sampai diare
- Shigella sp. = kuinolon = berhenti.
siprofloksasin 2x500 mg - Obat anti sekretorik :
p.o atau levofloksasin hidrasec 3 x 1 tab per
1x500 mg selama 3 hari hari.
- Salmonella sp. =
kloramfenikol 4x500 mg Komplikasi6,7
p.o selama 10-14 hari Pada kasus-kasus yang
terlambat meminta pertolongan
medis, sehingga syok hipovolemik
yang terjadi sudah tidak dapat diatasi yang dikenali dengan gagal ginjal,
lagi maka dapat timbul Tubular anemia hemolisis, dan
Nekrosis Akut pada ginjal yang trombositopeni 12-14 hari setelah
selanjutnya terjadi gagal multi organ. diare.
Komplikasi ini dapat juga terjadi bila
penanganan pemberian cairan tidak Prognosis6
adekuat sehingga tidak tecapai Prognosis gastroenteritis
rehidrasi yang optimal. umumnya baik bila rehidrasi berhasil
Kehilangan cairan dan dilakukan. Diare akut dan cair
ketidakseimbangan elektrolit berlangsung 5-7 hari. Faktor-faktor
merupakan komplikasi utama. Pada yang memiliki prognosis yang lebih
diare akut karena kolera kehilangan buruk bila tedapat komplikasi serius,
cairan secara mendadak sehingga diantaranya:
terjadi syok hipovolemik yang cepat. - Usia >65 tahun
Kehilangan elektrolit melalui feses - Disertai dehidrasi sedang-
mengarah ke hipokalemia dan berat
asidosis metabolik. - Syok hipovolemik
Haemolityc uremic Syndrome - Malnutrisi,
(HUS) adalah komplikasi yang imunodefisiensi termasuk
disebabkan terbanyak oleh EHEC infeksi HIV

Algoritme Manajemen Pada Diare


Akut8
2. Diabetes Melitus Tipe 2 DIAGNOSIS
Definisi Penegakan diagnosis DM tipe
Diabetes Melitus adalah 2 berdasarkam pemeriksaan kadar
penyakit metabolik dengan glukosa darah dan adanya keluhan
karateristik hiperglikemi akibat klasik (polyuria, polidipsi, polifagi
kelainan sekresi insulin, kerja insulin dan penurunan berat badan yang
atau keduanya.9 Indonesia menempati tidak dapat dijelaskan ). Diagnosis
peringkat kelima di dunia dengan tidak dapat ditegakkan atas dasar
perkiraan 9,1 juta orang penduduk glukosuria.
menderita DM berdasarkan IDF Kriteria diagnosis DM tipe 2 :
2014.9 prevalensi DM di beberapa 1. Pemeriksaan Glukosa Plasma
negara berkembang meningkat akibat puasa minimal 8 jam ≥ 126
peningkatan kemakmuran pada mg / dl atau
negara tersebut ditandai dengan 2. Pemeriksaan Glukosa Plasma
perubahan gaya hidup.10 setelah 2 jam Tes Toleransi
Glukosa Oral denga beban 75
PATOGENESIS9 gram yakni ≥ 200 mg / dl
DM tipe 2 secara garis besar atau
disebabkan oleh delapan hal 3. Pemeriksaan Glukosa Plasma
(DeFronzo,2009) yaitu kegagalan sel sewaktu ≥ 200 mg / dl dengan
beta pankreas, liver, otot, sel lemak, keluhan klasik atau
usus, sel Alpha pankreas, ginjal dan 4. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 %
otak. dengan HPLC yang
terstandarisasi MGSP
Faktor risiko kelompok IMT ≥ 23 KOMPLIKASI9
kg / m2 dengan disertai aktifitas yang Akut :
kurang, factor keturunan DM, 1. Krisis hiperglikemia :
kelompok ras tertentu, makrosemia, Ketoasidosis diabetikum
hipertensi, HDL < 35, riwayat yakni ditandai dengan
prediabetes, dan penyakit peningkatan glukosa darah
kardiovaskuler, usia > 45 tahun. yang tinggi disertai gejala
asidosis dan plasma keton
PENATALAKSANAAN9 (+). Status hiperglikemia
hiperosmolar adalah
peninglatan glukosa darah
(600-1200) mg /dl tanpa
tanda dan gejala asidosis.
2. Hipoglikemia menurunnya
kadar glukosa darah < 70
mg / dl. Dapat juga ditandai
dengan triad Whipples.
Kronis :
1. Makroangiopati : pembuluh
darah jantung, pembuluh
darah tepi, pembuluh darah
otak.
2. Mikroangiopati : retinopati
diabetikum, nefropati
diabetikum, neuropati
diabetikum.
LAPORAN KASUS - 2 hari SMRS Pasien juga
Identitas pasien mengeluhkan demam, demam
Nama Pasien : Ny.AS dirasakan hilang timbul. Pasien tidak
Jenis Kelamin : Perempuan meminum obat untuk mengurangi
Umur : 48 Tahun demamnya, mengigil (-). Pasien
Alamat : Jl. Nuri Pekanbaru merasa mual (+), muntah (+), muntah
MRS : 19 Juni 2017 ± 7 kali dalam sehari 1/4 gelas aqua
setiap kali muntah, dengan
Anamnesis
konsistensi cair, sedikit bercampur
Dilakukan dengan cara autoanamnesis
makanan, darah (-). Muntah
menyemprot (-). Pasien merasakan
Keluhan utama
nyeri pada seluruh perut yang hilang
Mencret sejak 2 hari SMRS.
timbul, nyeri seperti di remas-remas,
Riwayat penyakit sekarang
tidak menjalar, dan tidak berkurang
- 2 hari SMRS pasien mengeluhkan
jika diberi makanan. Rasa terbakar di
mencret, mencret dirasakan ±10 kali
dada (-) sendawa (-). Nafsu makan
dalam sehari dengan konsistensi
pasien menurun, dalam sehari pasien
cair, berlendir, warna coklat gelap,
hanya dapat mengkonsumsi 3 sendok
disertai darah yang bercampur
makan bubur. BAK tidak ada keluhan
dengan tinja, berbau busuk, warna
berwarna kuning jernih.
seperti cucian beras (-). Volume
- Pasien mengaku berpergian ke
sekali BAB lebih kurang ¼ gelas
Padang Sidempuan 1 minggu
aqua. Nyeri saat BAB (+) 1 hari
SMRS dan mengkonsumsi dodol 4
SMRS keluhan mencret dirasakan
hari SMRS.
bertambah sering sebanyak 10 kali
- Keluhan sering kencing, sering
sehari dengan dengan karakteristik
makan, sering minum disangkal,
yang sama. Riwayat tertelan racun
sering kesemutan (-), luka yang sulit
(-) penggunaan obat antibiotik(-) anti
sembuh (-), mata kabur (-)
nyeri(-).
- Pasien lalu berobat ke puskesmas - Pasien tidak merokok dan tidak
dan diiunfus kemudian dirujuk ke mengkonsumsi alkohol
RSUD AA.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum
- Kesadaran: compos mentis
Riwayat penyakit dahulu kooperatif
Pasien tidak pernah mengalami - Keadaan umum: tampak sakit
keluhan yang sama seperti ini sedang
sebelumnya. - Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Riwayat kencing manis (-) - Frekuensi nadi: 78 kali/menit,
- Riwayat darah tinggi (-) regular, isi dan tegangan

- Riwayat nyeri ulu hati berulang penuh, kuat angkat

(+) - Frekuensi napas: 20 kali/menit

- Riwayat cacingan (-) - Suhu : 36°C

- Riwayat penyakit ginjal (-) - TB : 150cm

Riwayat penyakit keluarga - BB : 58 kg

- Tidak ada keluarga yang - IMT : 25,7 (obesitas grade I)

mengalami keluhan yang sama. Kepala dan Leher


- Riwayat cacingan (-) - Mata: Cekung (+/+), konjungtiva
- Riwayat kencing manis (-) anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
- Riwayat darah tinggi (-) Pupil bulat, isokor, diameter
Riwayat pekerjaan, sosial, ekonomi 2mm/2mm, refleks cahaya (+/+),
dan kebiasaan - Hidung: tidak ada kelainan
- Pasien seorang ibu rumah tangga - Mulut: mukosa kering, lidah kotor
- Kebiasaan makan makanan di (-), bibir pucat (+)
pinggir jalan (+) - Leher: JVP 5+1 cmH2O (normal),
- Pasien jarang mencuci tangan pembesaran KGB (-)
dengan sabun sebelum makan Paru
- Pasien tidak sedang - Inspeksi (statis-dinamis) :
mengkonsumsi obat-obatan pergerakan dinding dada simetris
normal kanan dan kiri, penggunaan - Palpasi: supel, nyeri tekan
otot nafas tambahan (-) epigastrium (+), murphy’s sign
- Palpasi: Vokal fremitus simetris (-), organomegali (-)
normal kanan dan kiri - Perkusi: timpani seluruh regio
abdomen
- Perkusi: Sonor pada kedua
lapangan paru - Rectal Toucher:

- Auskultasi: Suara nafas: vesikuler - Inspeksi: hemoroid (-), tanda


normal (+/+), Suara tambahan: radang (-), masa (-)
wheezing (-/-), rhonki (-/-) - Spingter ani: tonus normal
Jantung - Ampulla recti: normal
- Inspeksi: Iktus kordis tidak - Mukosa recti: licin, masa (-),
terlihat nyeri tekan (-)
- Palpasi: Iktus kordis teraba pada - Handscoon: feses (+), darah (-),
SIK 5 linea mid klavikularis
Ekstremitas
sinistra
- Inspeksi : Pucat (-), sianosis (-),
- Perkusi :
udem (-).
▪ Batas jantung kanan: linea
- Palpasi : Akral hangat, udem (-),
sternalis dextra
CRT <2 detik, turgor kulit
▪ Batas jantung kiri: linea mid
kembali cepat.
klavikularis sinistra
▪ Batas jantung atas: linea
Pemeriksaan Penunjang
parasternalis sinistra SIK III
Darah rutin (18 Juni 2017)

- Auskultasi: M1>M2, A1<A2, Hb : 13,2 g/dl


P1<P2, A2>P2, murmur (-), Eritrosit : 4,37 x 106/ mm3
gallop (-) Leukosit : 23.000 /mm3
Ht : 38,2 %
Abdomen
Trombosit : 346.000/ mm3
- Inspeksi: datar, scar (-), striae (-),
vena kolateral (-) Kimia darah (18 Juni 2017)
- Auskultasi: Bising usus Glukosa : 382 mg/dl (meningkat)
(meningkat) 36 x/menit
Ureum : 37 mg/dl
Kretinin : 1,4 mg/dl
Elektrolit (18 Juni 2017)
Na : 136 mmol/L - GEA ec. enterohaemorhagic E.
K : 4,3 mmol/L coli (EHEC)
Cl : 103 mmol/L
- Kolera

Resume Rencana pemeriksaan


- Mencret 10 kali per hari - Feses rutin
volume ¼ gelas aqua, mencret
cair, lendir (+), darah (+) yang - Kultur feses
bercampur dengan tinja - Gula darah puasa
- Demam yang dirasakan hilang - Gula darah 2 jam PP
timbul - HbA1c
- Mual muntah (+) 7 kali sehari
3 sdm, cair, sedikit bercampur - Profil lipid pada keadaan puasa
makanan (kolesterol total, HDL, LDL,
- Nyeri perut yang hilang timbul Trigliserida)
seperti diremas-remas
- Tes fungsi hepar (SGOT,SGPT,
- Nafsu makan menurun
- Pasien mengaku keluar kota 4 alkaline phospatase)
hari SMRS - Tes urin rutin
- Riwayat mengkonsumsi dodol
- Albumin urin kuantitatif
- Riwayat jarang mencuci
tangan dengan sabun - EKG
- TD: 100/50 mmHg - Tes monofilamen
- Suhu; 38,5°C
- Mata cekung (+/+) Penatalaksanaan
- Bibir pucat Kebutuhan cairan pasien :
- Mukosa mulut kering
- Leukosit : 23.000 /mm3 x10%x58x1 Liter=1,16 liter
Daftar masalah =1.160 cc
- Gastroenteritis akut suspek 1 jam pertama : ½ x 1160 = 580 𝑐𝑐
disentri Basiler Shigellosis
dengan dehidrasi ringan sedang. 1 jam kedua: x580 cc=386 cc
- DM tipe 2 new onset tanpa
komplikasi 1 jam ketiga: x386 cc=128 cc
- Obesitas grade 1 Untuk selanjutnya rumatan Holiday
Diagnosis Banding Segar:

- Disentri amoeba 30-60cc/kgBB/hari

- GEA ec. enteroinvasive E. coli 1740cc-3280cc/ hari


(EIEC) 70-140cc/ jam
4-6 kolf RL / hari
1 jam ketiga: x386 cc=128 cc
Untuk selanjutnya rumatan dengan
Penatalaksanaan di IGD
Holliday Segar
TD: 100/50 mmHg, nadi: 100
Nonfarmakologis
kali/menit, regular, isi dan tegangan
- bed rest
penuh, kuat angkat, RR: 20 kali/menit
- diet makan lunak dan rendah
- 1 jam pertama : 1160 / 2 = 570
serat
𝑐𝑐
Cairan RL 1 kolf selama 60 - infus RL 500 cc

menit Farmakologis

- inj. omeprazol 1x20 mg - inj. ranitidin 1x30 mg

- Loperamid 3 x 2 mg - Kotrimoksazol 2x480 mg oral

- Paracetamol 3x 500 mg - Paracetamol 3x 500 mg oral


- Oralit 3x200 mg

Observasi selama 1 jam - Loperamide 2x30 mg oral


- Lantus 1x10 unit sc
S: Pasien masih merasa lemas, mual, - Glimepiride 1x2 mg
dan nyeri perut

O: TD: 100/70 mmHg Follow up

Nadi: 90 kali/menit Senin, 19 Juni 2017

RR: 20 kali/menit S: Pasien merasa lemas, mual (+),


muntah (+) dengan frekuensi 2-3 kali
Suhu: 36,2°C
per hari, setiap kali muntah sebanyak
A: Dehidrasi ringan sedang,
berdasarkan Skor Daldiyono: (+3) ¼ gelas aqua berisi air, sisa makanan
muntah/rasa haus, tekanan darah (-) darah (-). Mencret 4x sehari setiap
sistolik 100 mmHg, DM tipe 2 new kali mencret sebanyak ¼ gelas aqua,
onset tanpa komplikasi.
mencret berisi air, darah (-), lendir (-),
P: Lanjutan terapi cairan di ruangan,
nyeri perut masih dirasakan, nafsu
Injeksi omeprazole 1x40 mg
makan masih kurang, rasa haus masih
ada.
Rencana penatalaksanaan di
O: TD: 110/70 mmHg , RR:20
ruangan:
kali/menit, Suhu:36,0oC, Nadi: 78
1 jam kedua: x580 cc=386 cc kali/menit, glukosa : 382 mg/dl
A: Gastroenteritis akut susp. Disentri - IVFD RL 4 kolf per hari.
Basiler Shigellosis dengan dehidrasi Farmakologis
ringan sedang, DM tipe 2 new onset
- Kotrimoksazol 2x480 mg oral
tanpa komplikasi
- Paracetamol 3x 500 mg oral
P: Nonfarmakologis
- Inj. ranitidin 1x30 mg
- bed rest
- Lantus 1x10 unit sc
- diet makan lunak dan rendah
serat
Rabu, 21 Juni 2017
- IVFD RL 6 kolf per hari
S: mual (+), muntah (-), BAB sudah
Farmakologis
tidak cair dengan konsistensi padat.
- Kotrimoksazol 2x480 mg oral
Nafsu makan dan rasa haus tidak ada
- Paracetamol 3x 500 mg oral
keluhan
- Oralit 3x200 mg
O: TD: 120/80 mmHg , RR:18
- Loperamide 2x30 mg oral
kali/menit, Suhu:36,0oC, Nadi: 82
- Inj. ranitidin 1x30 mg
kali/menit, Glukosa : 87 mg/dl
- Lantus 1x10 unit sc
A: Gastroenteritis akut ec. Disentri
- Glimepiride 1x2 mg
Basiler Shigellosis teratasi DM tipe 2
new onset tanpa komplikasi
Selasa, 20 Juni 2017
P: Nonfarmakologis
S: keluhan mencret masih dirasakan,
- bed rest
namun muntah sudah tidak ada. Nafsu
- diet makan lunak dan rendah
makan mulai membaik, rasa haus
serat
berkurang.
Farmakologis
O: TD: 120/80 mmHg , RR:18
- Kotrimoksazol 2x480 mg oral
kali/menit, Suhu:36,5oC, Nadi: 80
- Paracetamol 3x 500 mg oral
kali/menit, glukosa : 127 mg/dl
- Inj. ranitidin 1x30 mg
A: Gastroenteritis akut ec. Disentri
- Lantus 1x10 unit sc
Basiler Shigellosis tanpa dehidrasi
- Glimepiride 1x2 mg
DM tipe 2 tanpa komplikasi
P: Nonfarmakologis
Pembahasan
- bed rest
Berdasarkan pemeriksaan
- diet makan lunak dan rendah
yang dilakukan terhadap pasien,
serat
diagnosis Gastroenteritis Akut pada demam dan pemeriksaan darah rutin
pasien ini ditegakkan dengan didapatkan peningkatan leukosit yaitu
anamnesis dari lama diare, frekuensi, 23.000/mm3. Kemungkinan penyebab
dan gejala penyerta seperti mual, diare pada pasien ini karena infeksi.
muntah, nyeri perut dan demam. Dari Pada literatur juga disebutkan bahwa
pemeriksaan fisik di IGD didapatkan lebih dari 90% diare akut disebabkan
TD: 100/50 mmHg, nadi: 100 oleh infeksi.
kali/menit, suhu 38,5 °C, mata Berdasarkan anamnesis,
cekung, mulut kering, bibir pucat, pasien mengatakan konsistensi BAB
berdasarkan penilaian dehidrasi skor cair, ampas tidak ada, berlendir dan
Daldiyono didapatkan nilai 3 yang bercampur darah, berbau busuk,
berarti dehidrasi ringan. warna coklat gelap, Volume sekali
Pasien mengeluhkan nyeri BAB ¼ gelas aqua. Hal ini
pada perut, nyeri dirasakan seperti kemungkinan disebabkan oleh bakteri
diremas-remas dan pasien juga invasif. Etiologi gastroenteritis akut
merasa haus. Pasien juga pada pasien ini diduga akibat bakteri
mengeluhkan lemas pada seluruh Shigella sp. karena ditemukannya
tubuh dan nafsu makan yang trias gejala yakni tenesmus ani, BAB
menurun. Berdasarkan anamnesis, berdarah dan nyeri perut. Pada pasien
pasien ini mengalami diare akut. ini tidak dilakukan pemeriksaan feses
Diare akut merupakan BAB rutin dan kultur feses karena setelah
berbentuk cair dengan frekuensi > 3 diberikan terapi empirik sesuai gejala
kali dalam sehari dapat atau tanpa yang mengarah kepada Shigella sp.
disertai lendir dan darah yang keluhan pasien berkurang. Dehidrasi
berlangsung kurang dari 14 hari. ringan – sedang pada pasien ini dapat
Kandungan air tinja lebih banyak dari timbul akibat pengeluaran cairan yang
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 banyak sehingga terapi yang
ml/24 jam. Diare akut dapat disertai diberikan berupa cairan yang adekuat.
gejala penyerta seperti mual, muntah, Pada pemeriksaan penunjang tidak
nyeri perut, dan demam. didapatkan peningkatan ureum dan
Selain itu, dari hasil kreatinin yang menandakan tidak
anamnesis pasien mengeluhkan terdapatnya gangguan fungsi ginjal
sebagai salah satu komplikasi yang terapi etiologi. Pemberian antibiotik
dapat timbul akibat gastroenteritis diindikasikan pada pasien ini karena
akut. Hasil pemeriksaan glukosa terdapat gejala dan tanda diare infeksi
plasma sewaktu pasien yaitu 382 seperti demam, feses berdarah,
mg/dl. Hasil ini disertai dengan leukosit pada feses. Terapi antibiotik
keluhan klasik yakni penurunan berat empiris dapat diberikan tetapi
badan tanpa sebab yang jelas dari 65 antibiotik spesifik diberikan
kg menjadi 58 kg dan memiliki faktor berdasarkan kultur dan resistensi
resiko yakni umur >45 tahun serta kuman. Pada pasien diberikan
kurangnya aktifitas fisik. Pasien antibiotik karena curiga terjadi infeksi
mengaku baru mengetahui memiliki dan juga pasien sebelumnya
kadar glukosa darah yang tinggi mengeluhkan demam dan pada
ketika dilakukan pemeriksaan. pemeriksaan penunjang didapatkan
Diagnosis DM Tipe 2 pada pasien ini leukosit yang meningkat
dapat ditegakkan. Pasien (23.000/mm3).
mendapatkan Lantus atas indikasi Untuk rehidrasi pada pasien
adanya dekompensasi metabolik yang ini digunakan cairan berupa Ringer
ditandai keluhan klasik DM yakni Laktat. Kebutuhan cairan yang
penurunan berat badan serta diberikan pada pasien ini dapat
pemeriksaan glukosa plasma >300 ditentukan menggunakan skor
mg/dl. Sedangkan Glimepiride yakni Daldiyono. Dari skor daldiyono
golongan sulfonylurea diberikan tersebut didapatkan kebutuhan cairan
untuk meningkatkan sekresi insulin dari pasien ini adalah 1.160 cc.
oleh sel beta pankreas.
Prinsip pengobatan diare pada KESIMPULAN
pasien ini ada 3 yaitu pertama, Ny. AS usia 63 tahun dengan
penanganan dehidrasi melalui keluhan mencret, mencret ± 10 kali
dalam sehari dengan konsistensi cair,
rehidrasi oral dengan banyak minum,
warna coklat gelap, disertai lendir dan
ataupun parenteral dengan infus darah. Volume sekali BAB lebih
cairan. Kedua, obat anti diare adalah kurang ¼ gelas aqua. Pasien juga
mengeluhkan demam, demam
oralit untuk retensi natrium. Ketiga,
dirasakan terus menerus, pusing (+).
memberikan obat antibiotik sebagai Pasien merasa mual (+), muntah (+),
muntah ± 7 kali dalam sehari dengan pemeriksaaan penunjang, didapatkan
konsistensi cair. Perut terasa glukosa plasma sewaktu pasien yaitu
kembung, nyeri pada perut seperti di 382 mg/dl. Hasil ini disertai dengan
remas-remas dan badan terasa lemas keluhan klasik yakni penurunan berat
serta wajah tampak pucat. Nafsu badan tanpa sebab yang jelas dari 65
makan menurun. BAK tidak ada kg menjadi 58 kg dan memiliki faktor
keluhan. Mata cekung (+/+), bibir resiko yakni umur >45 tahun serta
pucat, mukosa mulut kering. Pada kurangnya aktifitas fisik.peningkatan
leukosit yaitu 23.000/mm3.

Longo DL, Fauci AS. Buku


DAFTAR PUSTAKA Harrison gastroenterology
1. Panduan praktik klinis bagi dan hepatologi. Jakarta:
dokter di fasilitas pelayanan EGC ;2013.p.39-44.
kesehatan primer. 2014 6. Alwi I, Salim S, Hidayat R,
2. Simadibrata M, Daldiyono. Kurniawan J, Tahapary D.
Diare akut. Dalam : Sudoyo Panduan praktik klinis.
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Papdi;2015.p.898-904
Simadibrata M, Setiati S. 7. Amin Lukman. Tatalaksana
Buku ajar ilmu penyakit Diare Akut. Departemen Ilmu
dalam. Jakarta: Interna Penyakit Dalam Fakultas
publishing;2009.p.548-55. Kedokteran Indonesia.
3. Korompis et al. Studi 2015;42(7)
Penggunaan Obat pada 8. Mark S. Riddle MD, et all.
Penderita Diare Akut di Diagnosis, Treatment and
Instalasi Rawat inap BLU Prevention of Acute
RSUP Prof.DR.R.D. Kandou Diarrheal Infections in
Manado Periode Januari-Juni Adults. Am J
2012. Jurnal Ilmiah Farmasi. Gastroenterol.2016; 111;
UNSRAT. 2013;2(1) 602–22.
4. Kementerian Kesehatan RI. 9. PERKENI. Konsensus
Riset Kesehatan Dasar 2013. Pengelolaan dan Pencegahan
2014;70. Diabetes Melitus Tipe 2 di
5. Camilleri M, Murray A. Indonesia. Jakarta
Diare dan konstipasi. Dalam : :PB.Perkeni; 2015.
10. Purnamasari Dyah. Diagnosis Simadibrata M, Setiati S.
dam Klasifikasi Diabetes Buku ajar ilmu penyakit
Melitus. Dalam : Sudoyo dalam. Jakarta: Interna
AW, Setiyohadi B, Alwi I, publishing;2009.p.1880-933.

Anda mungkin juga menyukai