Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM TYPOID

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Anak

Disusun Oleh :

Berto Novianto

NIM 2022207209470
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023

1. Definisi Typhoid
Tipes atau typhoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus
dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri
Salmonella Typhosa atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain
inidapat juga menyebabkan gastroenteritis (radang lambung).
Masyarakat mengenal penyakit ini dengan nama Tipes atau thypus, tetapi
dalam dunia kedokteran disebut Typhoid fever atau Thypus
abdominaliskarena berhubungandengan usus di dalam perut (Widoyono,
2002). Typhus adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (Sudoyo, 2009).
Demam Typhoid (thypoid fever) merupakan salah satu penyakit
menular yang erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan
yang tida memenuhi syarat kesehatan seperti penyediaan air minum yang
tidak memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi lingkungan yang buruk.
Penyaklit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (Soewando, 2002)
Berdasarkan dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa
Typhoid adalah penyakit yang sering terjadi pada saluran
pencernaandisebabkan oleh bakteri salmonella typhi karena lingkungan
yang kurang sehat serta penerapan pola hidup bersih dan sehat yang
masih kurang.

2. Etiologi
Penyakit tipes Thypus merupakan penyakit yang ditularkan melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa,
(food and water borne disease). Seseorang yang sering menderita
penyakit tifus menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi bakteri ini. Salmonella thyposa sebagai
suatu spesies, termasuk dalam kingdom Bakteria, Phylum
Proteobakteria, Classis Gamma proteobakteria, Ordo Enterobakteriales,
Familia Enterobakteriakceae, Genus Salmonella. Salmonella thyposa
adalah bakteri gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak
berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
antigen 0 (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H
(flagella) dan antigen V1 (hyalin, protein membrane). Serum penderita
penyakit typhoid terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam
anigen tersebut (Zulkhoni, 2011).

3. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


a. Rongga mulut
Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada
rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan
untuk membantu pencernaan makanan. Pada Mulut terdapat :
1) Gigi
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan
menjadi partikel yang kecil-kecil.
2) Lidah
Memiliki peran mengatur letak makanan di dalam mulut serta
mengecap rasa makanan.
3) Kelenjar Ludah
Ada 3 kelenjar ludah pada rongga mulut. Ketiga kelenjar ludah
tersebut menghasilkan ludah setiap harinya sekitar 1 sampai 2,5
liter ludah. Kandungan ludah pada manusia adalah : air, mucus,
enzim amilase, zat antibakteri, dll. Fungsi ludahadalah melumasi
rongga mulut serta mencerna karbohidrat menjadi disakarida.

b. Esofhagus
Esophagus adalah melumasi rongga mulut serta mencerna
karbohidrat menjadi disakarida. Merupakan saluran yang
menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung
saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring.
Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar
tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah
menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan
sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan
dapat berjalan menuju lambung.
c. Lambung
Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti
kantung. Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga
mencapai 2 liter. Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang
berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-
otot tersebut. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu
otot memanjang, otot melingkar, dan otot menyerong. Selain
pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi
dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa
kimiawi yang dihasilkan lambung adalah :
1) Asam HCl, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai
disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan
kolesistokinin pada usus halus
2) Lipase, memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun
lipase yang dihasilkan sangat sedikit
3) Renin, mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu
(ASI). Hanya dimiliki oleh bayi.
4) Mukus, melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam
HCl.

d. Usus Halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus
memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3
bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (±
3,6 m). Usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja,
dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta
senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.
Usus besar Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar
dari usus halus. Memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti
huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon
asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon
adalah :
1) Menyerap air selama proses pencernaan.
2) Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai
hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
3) Membentuk massa feses
4) Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari
tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh ddefekasi.

e. Rektum dan Anus


Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum
dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian
rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum
mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang
menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik (Adam, 2014)

4. Manifestasi Klinis
Masa tunas demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala
klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat,
dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai
komplikasi hingga kematian. Pada minggu pertama gejala klnis penyakit
ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya yaitu : demam,nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi atau diare,perasaan tidak enak diperut, batuk dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh
meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama
pada sore hingga malam hari (Djoko,2009)

5. Patofisiologi
Salmonella Thypi dapatditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Yang paling menonjol
yaitu lewat mulut manusia yang baru terinfeksi selanjutnya menuju
lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi lolos masuk ke usus halus bagian distal (usus bisa terjadi
iritasi) dan mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan darah
mengandung bakteri (bakterimia) primer, selanjutnya melalui aliran
darah dan jaringan limpoid plaque menuju limfa dan hati. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah
sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa usus.
Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Perdarahan
menimbulkan panas dan suhu tubuh dengan demikian akan meningkat.
Sehingga beresiko kekurangan cairan tubuh. Jika kondisi tubuh dijaga
tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi. Dalam keadaan
seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita berangsur-angsur
sembuh (Zulkoni.2011).

6. Pathways
Makanan yang terinfeksi bakteri Salmonella Typhosa

Masuk melalui mulut

Menuju ke saluran pencernaan

Mati dimusnahkan
asam lambung Lambung
Lambung
Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid Limpa Endotoksin


usus halus

Tukak Splenomegali Hipertermi

Perdarahan dan perforasi Lambung tertekan

Resiko defisit
volume cairan Mual

Perubahan
Nyeri Anoreksia
Nutrisi

Sumber: Zulkoni (2011)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukosistosis atau kadar
leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder. Dapat pula ditemukan anemia ringan dan
trombositopeni. Pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi
aneosinofilia maupun limfopeni laju endap darah dapat meningkat.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT, SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.
c. Pemeriksaan Uji Widal
Dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
salmonella typhi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara
antigen bakteri salmonella typhi dengan antibody salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Uji widal dimaksudkan
untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka
demam Typhoidenema barium mungkin juga perlu dilakukan
(Mansjoer, 2002).

8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Djoko (2006) obat-obat antibiotika yang biasa
digunakanialah ampisilin dan amoksisilin, antipiretika, bila perlu
diberikan laksansia, tirah baring selama demam untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus, mobilisasi bertahap bila
tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, diet pada
permulaan, diet makanan yang tidak merangsang saluran cerna dalam
bentuk sering atau lunak, makanan dapat ditingkatkanseusai
perkembangan keluhan gastrointestinal, perforasi, transfusi bila
diperlukan pada komplikasi perdarahan.

Anda mungkin juga menyukai