Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konsep Medis
1. Pengertian Gastroenteritis Akut
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung
dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah
buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah
(Murwani, 2009).
Menurut Speer (2013), gastroenteritis adalah suatu fase feses yang encer
dalam jumlah besar, yang juga terjadi pada banyak gangguan, termasuk infeksi
bakteri dan virus, penyakit radang usus, sindroma malabsorbsi, dan alergi makanan.
Sedangkan menurut Mansjoer,dkk (2009), Gastroenteritis merupakan
defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir
dalam feses. Sedangkan gastroenteritis akut (GEA) adalah gastroenteritis yang
terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat.
2. Etiologi
Menurut (Ngastiyah,2005) faktor infeksi diare.
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Virus
1) Retovirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau
disertai dengan muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim
dingin. Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC.
2) Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.
3) Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada
saluran pencernaan/pernafasan.
4) Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
b. Bakteri
1) Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli- September insiden paling tinggi
pada umur 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam. Muntah yang
tidak menonjol terdapatnya sel polos dalam feses sel batang dalam darah
2) Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun. Menembus
dinding usus, feses berdarah, mukoid. Mungkin ada peningkatan temperature
Muntah tidak menonjol Sel polos dalam feses Masa inkubasi 6- 40 jam,
lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-
bulan.
3) Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
4) Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus)
pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang
lain. Kram abdomen yang hebat. Muntah/dehidrasi jarang terjadi
5) Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel polos pada feses.
Mungkin ada nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2 minggu. Sering
menyerupai apendicitis.
6) Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan
endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di usus,
sehingga orang yang bersangkutan kehilangan banyak elektrolit. Timbulnya
mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun, terkadang disertai muntah, dan
jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang terkena cepat
mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti cucian
beras.
c. Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
d. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Non Infeksi
a. Malabsorbsi,
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa),
non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
b. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy,
food alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE). Makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Penggunaan sumber air yang sudah
tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Tidak mencuci tangan dengan
bersih setelah buang air besar.
Tanda Dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala tentang diare Menurut Suriadi (2001)
a. Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan encer.
b. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elestyisitas kulit
menurun ) ubun-ubun dan nada cekung, membran mukosa kering.
c. Diare.
d. Muntah.
e. Demam.
Nyeri Abdomen
g. Membran mukosa mulut dan bibir kering
h. Fontanel Cekung
i. Perubahan tanda-tanda vita
4. Komplikasi
Beberapa komplikasi menurut ngastiyah (2005) adalaah :
a. Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi
perubahan elektro diogram)
b. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipo kalsemia
c. Hiponatremi
d. Syok hipovalemik
e. Asidosis
f. Dehidrasi
5. Anatomi dan Fisologi Gastroenteritis
Anatomi dan Fisiologi Gastrointeteritis
1. Anatomi
Menurut hasan, (2005), susunan pencernaan terdiri dari :
a. Mulut
Terdiri dari 2 bagian :
1) Bagian luar yang sempit/vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi.
a) Bibir
Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam di tutupi oleh
selaput lendir (mukosa). Otot orbikularisoris menutupi bibir. Levator anguli oris
mengakat dan depresoranguli oris menekan ujung
mulut.
b) Pipi
Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila, otot yang terdapat
pada pipi adalah otot buksinator.
2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi
sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan mandi bularis di sebelah belakang
bersambung dengan faring.
a) Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas
tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih kebelakang yang
terdiri dari 2 palatum. Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan
fibrosa dan selaput lendir.
b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini
dapat digerakkan kesegala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu: Radiks Lingua
= pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek
Lingua + ujung lidah. Pada pangkal lidah
yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsumlingua) terdapat
puting-putting pengecap atau ujung saraf pengecap. Fenukun Lingua merupakan
selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah, jika
tidak di gerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus wartoni dan
duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang
(kelenjar sub maksilaris) yang terdapat dibawah tulang rahang atas bagian
tengah, kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di
sebelah depandi bawah lidah. Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan
kelenjar ludah bawah lidah di sebut koron kula sublingualis serta hasil
sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva).
d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis, oshitoid dan
prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyaman bergabung
dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. Mgenioglosus merupakan otot
lidah yang
terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai
radiks lingua.
b. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerong kongan
(esofagus), didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
c. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan kolum
navertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung ke depan,
menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus
kedalam lambung adalah kardia.
d. Gaster (Lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama
didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan
dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma didepan
pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fudus uteri.
e. Intestinum minor (usushalus)
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus
dan berakhir pada seikum, panjang
+6 meter. Lapisan usus halus terdiri dari:
1) Lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar
(m.sirkuler)
2) otot memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
f. Intestinium Mayor (Usus besar)
Panjang ±1, 5 meterlebarnya5–6cm.Lapisan–lapisan usus besardari dalam keluar
: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisanotot memanjang, dan jaringan
ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
g. Rektum dan Anus
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan dunia luar (udara luar). Terletak diantara pelvis, dindingnyadi perkuat
oleh 3 sfingter:
1. Sfingter Ani Internus
2. Sfingter Levator Ani
3. Sfingter Ani Eksternus
6. Patofisiologi Gastroenteritis
Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare adalah:
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke
yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan
elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
adalah:
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan

menimbulkan diare.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungki kan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan
fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
8. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan
Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,
misalnya: diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25%
sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai
15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.
Penatalaksanaan
Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui
keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses)
b. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS,
tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori
85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20
mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada
beberapa cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3
dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan
lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana,
2011).
2) Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan pasien immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5
hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg
(Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg
(4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau IV).
3) Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x
sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

10. Pencegahan
a. Menggunakan air bersih dan santasi yang baik.
b. Memasak makanan dan air minum hingga matang.
c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
d. Menghindari makanan yang telah tekontaminasi oleh lalat.
e. Tidak mengkonsumsi makanan yang basi.
f. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare.
g. Makan dan minum secara teratur.
h. Segera mencuci pakaian-pakaian kotor.

Anda mungkin juga menyukai