JUDUL KASUS
DEMAM TIPOID
RUANG
ZALL
OLEH
DHEA RIZKY UTAMI
144011926015
1. Pengertian
demam yang lebih dari satuminggu, gangguan pada pencernaan dan juga
minuman yang sudah terkontaminasi olehfeses dan urine dari orang yang
multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe
usus dan peyer’s patch dan juga dapat menular pada orang lain melalui
2.1.3 Fisiologi
pencernaan.
a. Mulut (Oral)
1) Gigi
Gigi manusia terdiri dari gigi seri, taring, dan graham. Gigi seri
terletak didepan berbentuk seperti kapak, yang mempunyai
2) Lidah
3) Kelenjar ludah
b. Kerongkongan
mengalami pencernaan.
ke paru-paru.
c. Lambung
usus 12 jari.
d. Usus Halus
tiga bagian yaitu, usus 12 jari, usus kosong dan usus penyerapan.
Panjang usus kosong antara 1m5 sampai 1,75 M. Didalam usus ini
disebut absorpsi.
Usus besar atau kolon merupakan kelanjutan dari usus halus, panjang
usus besar ± 1 M. Batas antara usus halus dan usus besar disebut
usus buntu. Usus besar terdiri atas bagian usus yang naik, mendatar
dan menurun.
Fungsi utama usus besar adalah mengatur kadar air sisa makanan, jika
kelebihan air ini akan diserap oleh usus besar. Sebaliknya, jika sisa
1) Sekum
Kantung yang lebar terletak pada fosa iliakan kanan, dibawah
2) Kolon Asenden
kiri.
3) Kolon Transversum
4) Kolon Desenden
5) Kolon Sigmoid
6) Rektum
usus.
7) Anus
Berjalan kearah bawah dan belakang dari ujung anus.
3. Etiologi
A, B dan C, ada dua sumber penularan yaitu pasien dengan typhoid dan
pasien dengan carrier. Carrier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid
dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari 1 tahun. Salmonella typhi mati pada suhu 54,4oC dalam 1
4. Manifestasi Klinis
Menurut .Nanda NIC –NOC (2015) tanda dan gejala yang muncul pada
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5 –40 hari dengan rata –rata 10–
14hari.
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta
termor)
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi
hipotermia.
5. Patofisiologi
zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi
Tifus abdominalis
Defisit nutrisi
7. Komplikasi
2017).
8. Pemeriksaan Diagnostik
sekunder
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus
dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi
4. Kultur
akut salmonella typhi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4
terjadinya demam.
9. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1) Medis
1) Klorampenicol
2) Amoxicillin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
1) paracatamol
2) keperawatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7hari bebas demam atau
kurang lebih dari selam 14hari. MAksud tirah baring adalah untuk
pasien.
1. Pengkajian
Menurut Aru (2012) pengkajian pada pasien anak demam tyhpoid yaitu :
agama, alamat)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan juga diare,
a. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian umum
a) Tingkat kesadaran: composmentis, apatis, somnolen,supor,
dan koma
c) Tanda-tanda vital,normalnya:
Suhu : 34,7-37,3 0C
2. Pengkajian persistem
pasien
c) Pemeriksaan dada
Paru-paru
taktil fremitus
d) Pemeriksaan abdomen
abdomen, gerakan
e) Pemeriksaan ekstremitas
bantu.
2. Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus
tumbanganak
kepala,
pada lengan atas, pantat dan juga paha mengetahui lemak subkutan),
keadaan lemak (cubitan tipis pada kulit dibawah tricep dan subskapular),
tebal/ tipis dan juga mudah / tidak akarnya dicabut, gigi (14- 16 biji), ada
c. Riwayat imunisasi
a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul
b. Motorik halus
c. Kognitif
datang
d. Bahasa
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan
3. Pola eliminasi
gangguan tidur.
persepsi klien.
mendukung anak.
2. Diagnosis keperawatan
Menurut SDKI (2017) diagnosis yang muncul Pada pasien demam tyhpoid
yaitu:
abdomen)
3. Intervensi Kperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Menurut SIKI (2016)
Edukasi
- Porsi makan yang dihabiskan
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a. Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Regulasi Temperature
Tindakan
Observasi
- Monitor suhu bayi sampai stabil (
36.5 C -37.5 C)
- Monitor suhu tubuh anak tiap 2
jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor dan catat tanda dan
gejala hipotermia dan hipertermia
- Terapeutik
- Pasang alat pemantau suhu
kontinu, jika perlu
- Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
- Bedong bayi segera setel lahir,
untuk mencegah kehilangan
panas
- Masukkan bayi BBLR ke dalam
plastic segera setelah lahir ( mis.
bahan polyethylene, poly
urethane)
- Gunakan topi bayi untuk
memcegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir
- Tempatkan bayi baru lahir di
bawah radiant warmer
- Pertahankan kelembaban
incubator 50 % atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas
Karena proses evaporasi
- Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
- Hangatkan terlebih dahulu bhan-
bahan yang akan kontak dengan
bayi (mis. seelimut,kain
bedongan,stetoskop)
- Hindari meletakkan bayi di dekat
jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas
angin
- Gunakan matras penghangat,
selimut hangat dan penghangat
ruangan, untuk menaikkan suhu
tubuh, jika perlu
- Gunakan kasur pendingin, water
circulating blanket, ice pack atau
jellpad dan intravascular cooling
catherization untuk menurunkan
suhu
- Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
Edukasi
- Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion,heat stroke
- Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
- Demonstrasikan teknik perawatan
metode kangguru (PMK) untuk
bayi BBLR
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antipiretik
jika perlu
2, Hipovolemi Setelah dilakukan MANAJEMEN CAIRAN
berhubungan tindakan keperawatan
dengan selama 1x24 jam Tindakan
pindahnya Hipovelemi Membaik Observasi
cairan dengan Kriteria Hasil : Asupan cairan
intravaskuler ke - Status Cairan - Monitor status hidrasi ( mis, frek
dalam - Intergeritas kulit nadi, kekuatan nadi, akral,
ekstravaskuler dan jaringan pengisian kapiler, kelembapan
- Keseimbangan asam mukosa, turgor kulit, tekanan
basa darah)
- Keseimbangan - Monitor berat badan harian
cairan - Monitor hasil pemeriksaan
- Penyembuhan luka laboratorium (mis. Hematokrit,
- Perfusi perifer Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
- Status nutrisi - Monitor status hemodinamik
- Termoregulasi ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika
- Tingkat pendarahan tersedia)
Terapeutik
- Catat intake output dan hitung
balans cairan dalam 24 jam
- Berikan asupan cairan sesuai
kebutuhan
- Berikan cairan intravena bila
perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan tindakan keperawatan Tindakan
dengan ketidak selama 1x24 jam Defisit Observasi
ntake nutrisi nutrisi Membaik
tidak adekuat dengan Kriteria Hasil: - Identifikasi status nutrisi
- Porsi makan yang- Identifikasi alergi dan
dihabiskan intoleransi makanan
- Kekuatan otot- Identifikasi makanan yang
penguyah disukai
- Kekuatan otot- Identifikasi kebutuhan kalori
menelan dan jenis nutrient
- Serum albumin - Identifikasi perlunya
- Verbalisasi keinginan penggunaan selang nasogastrik
untuk menigkatkan- Monitor asupan makanan
nutrisi - Monitor berat badan
- Pengetahuan tentang- Monitor hasil pemeriksaan
pilihan makan yang laboratorium
sehat
- Pengetahuan tentang
standar asupan nutris
yang tepat
- Penyiapan dan
penyimpanan
makanan Terapeutik
- Sikap terhadap
makanan/minuman - Lakukan oral hygiene sebelum
sesuai dengan tujuan makan, jika perlu
Kesehatan - Fasilitasi menentukan pedoman
- Perasaan cepat diet (mis. Piramida makanan)
kenyang - Sajikan makanan secara menarik
- Nyeri abdomen dan suhu yang sesuais
- Sariawan - Berikan makan tinggi serat
- Rambut rontok untuk mencegah konstipasi
- Diaere - Berikan makanan tinggi kalori
- Berat badan atau IMT dan tinggi protein
- Nafsu makan - Berikan suplemen makanan, jika
- Bising usus perlu
- Tebali lipatan kulit- Hentikan pemberian makan
trisep melalui selang nasigastrik jika
- Membrane mukosa asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Daftar Pustaka
Aru W, Sudoyo. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi