Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

DALAM KEGIATAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


DASAR
DISUSUN OLEH
NAMA : DEO PRATAMA
NIM ; N21020008
PRODI : DIII KEPERAWATAN

CI LAHAN PEMBIMBING

D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN AJARAN 2021/2022

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan

atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak

dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).

Menurut WHO (1992) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih

dari tiga kali sehari.

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi

dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna

hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 2002).

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi sistem pencernaan

1) Mulut

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian:

 Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi,

bibir dan pipi.

 Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi

sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah

belakang bersambung dengan faring.

2) Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut

dengan kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan

makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang

belakang.

3) Esofagus (kerongkongan)

Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk

kardiak dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan

didepan tulang punggung setelah melalui thorak menembus diafragma

masuk kedalam abdomen ke lambung.

4) Gaster (lambung)

Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat

mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-

bagian lambung, yaitu :

 Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak

disebelah kiri osteum kardium biasanya berisi gas.

 Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada

bagian bawah notura minor.

 Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal

membentuk spinkter pilorus.

 Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari

osteum kordi samapi pilorus.


 Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari

sisi kiri osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju

kekanan sampai ke pilorus anterior.

5) Usus halus

Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan

yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ±

6cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan

obstruksi hasil pencernaan makanan. Usus halus terdiri dari :

 Duodenum

Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu

kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas.

Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang

nambulir disebut papila vateri.

 Yeyunum

Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di

antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan

(ileum). Pada manusia dewasa panjangnya ± 2-3 meter.

 Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus

halus. Pada sistem pencernaan manusia panjangnya sekitar ± 4-5

m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan

oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau

sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-

garam empedu.

6) Usus besar/interdinum mayor

Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari

makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri

atas 8 bagian:

 Sekum.

 Kolon asenden.

Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari ileum

sampai kehati, panjangnya ± 13 cm.

 Appendiks (usus buntu)

Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.

 Kolon transversum.

Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan

panjang ± 28 cm.
 Kolon desenden.

Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke

bawah dengan panjangnya ± 25 cm.

 Kolon sigmoid.

Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf

"S" ujung bawah berhubungan dengan rektum.

 Rektum.

Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum

mayor dengan anus.

 Anus.

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rektum dengan dunia luar.

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan

b. Fisiologi sistem pencernaan


Usus halus mempunyai dua fungsi utama, yaitu : pencernaan dan

absorpsi bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut

dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap

makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh

kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan

protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam

sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH

optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu

proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan

permukaan lebih luas bagi kerja lipase pankreas (Price & Wilson, 1994).

Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis

gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf

autonom dan hormon (Sjamsuhidajat Jong, 2005). Pergerakan segmental

usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas,

hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi

dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk

absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung (Price & Wilson, 1994).

Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan

karbohidrat, lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan

asa-asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk

digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga

diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme


transpor aktif dan pasif yang sebagian kurang dimengerti (Price &

Wilson, 1994).

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan

dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting

adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada

kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang

menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi

berlangsung (Preice & Wilson, 1994). Kolon mengabsorpsi air, natrium,

khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium dan

bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan

elektrolit dan mencegah terjadinya dehidrasi. (Schwartz, 2000)

Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari

kolon kanan dan meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan

pola yang paling umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon,

kontraksai ini menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan dan

kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum,

pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik,

tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat kali sehari, terjadi dengan

defekasi. (Schwartz, 2000)

Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, dan

produksi intralumen. Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen,

metan. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari protein dan


karbohidrat yang tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari. (Schwartz,

2000).

3. Etiologi

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,

Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb),

infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),

infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.

albicans).

2) Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang

dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,

bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

b. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi

dan anak. Di samping itu bisa terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

c. Faktor Makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan

alergi terhadap jenis makanan tertentu.

d. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),

jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

4. Tanda dan Gejala

a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.

b. Pada anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu

makan berkurang.

c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

d. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan

tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.

e. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elistitas kulit menurun),

ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai

penurunan berat badan.

f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,

denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan

kesadaran menurun.

g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

5. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

a. Gangguan osmotic

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga

terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan

selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,

selanjutnya dapat timbul diare pula.

6. pathway
faktor infeksi Faktor malabsorbsi Faktor makanan Faktor Psikologi
KH,Lemak,Protein

Masuk Tek. Osmotik meningkat toksin cemas


& berkembang dlm usus

Hipersekresi air Pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus Menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

Hipertermi DIARE

Frekuensi BAB meningkat Distensi abdomen

Kehilangan cairan & Gg. integritas kulit


Elektrolit berlebihan perianal

gg. kes. cairan & elektrolit Asidosis Metabolik Mual, muntah

Resiko hipovolemi syok sesak Nafsu makan menurun

Gagguan Oksigenasi Perubahan nutrisi


7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan tinja

 Makroskopis dan mikroskopis

 PH dan kadar gula dalam tinja

 Bila perlu diadakan uji bakteri

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan

menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

8. Komplikasi

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektro kardiagram).

d. Hipoglikemia.

e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase

karena kerusakan vili mukosa, usus halus.

f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan.
9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare akut adalah sebagai berikut :

a. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.

Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi

yang cepat dan akurat, yaitu:

1) Jenis cairan yang hendak digunakan.

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena

tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah

bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia

dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan

dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik.

Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit

untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.

2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.

Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus

sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Derajat dehidrasi

ringan, sedang, berat dapat dinilai dengan Skor Mourice King.


Menilai tingkat dehidrasi ringan sedang berat dengan

menggunakan Skor Maurice King, sebagai berikut :

Keterangan:

 Nilai 0-2 : dehidrasi ringan

 Nilai 3-6 : dehidrasi sedang

 Nilai 7-12: dehidrasi berat

b. Dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat

badan kurang dari 7 kg, jenis makanan :

 Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak

tak jenuh.

 Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).


 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang

berantai sedang atau tak jenuh.

c. Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:

 Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)

 Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)

 Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)

B. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia

1. Kebutuhan Oxygenasi

Meningkatnya frekuensi buang air besar memungkinkan terjadinya

kekurangan cairan dan elektrolit yang berat sehingga menimbulkan intoleransi

metabolisme dalam tubuh dan tubuh menjadi asidosis metabolic untuk

mempertahankan tubuh tetap seimbang maka nafas menjadi lebih cepat

(sesak).

2. Kebutuhan cairan dan elektrolit

Diare mengakibatkan pengeluaran air dan elektrolit berlebih, dengan

adanya hipokalemi, hiponatremi dan sebagainya, meka perlu adanya koreksi

dengan rehidrasi cairan elektrolit secara instan.


3. Kebutuhan sirkulasi

Pada keadaan hipovolemia menyebabkan penurunan tekanan darah,

tachycardia sebagai respon untuk meningkatakan perfusi jaringan. Adanya

deklasi kalium dapat menimbulkan disritmia jantung.

4. Kebutuhan Eliminasi

Peningkatan frekuensi BAB menyebabkan dehidrasi, maka ginjal

menahan Na+ dan air sehingga urin menjadi pekat dan produksinya menurun.

5. Kebutuhan nutrisi

Diare dapat menyebabkan anorexia dan peningkatan rasa haus. Penurunan

berat badan 2% pada diare ringan, 5% pada diare sedang ,dan 8% pada diare

berat sebagai akibat menurunya absorbsi usus terhadap nutrient.

C. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan

dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui

berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98)

Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :

a. Identitas Klien

1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, nomor medical record.

2) Identitas klien
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,

agama, suku dan gaya hidup.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Bab cair lebih dari 3x.

2) Riwayat Keperawatan Sekarang

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan BAB

cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat

bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin

didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat,

volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.

3) Riwayat Keperawatan Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau

kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari

saprofit menjadi parasit), alergi makanan, dll.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan

rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,

fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,

perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga

tentang penyakit klien dan lain-lain.


c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun

2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan

suhu tubuh.

3) Keadaan sistem tubuh

 Mata : cekung, kering, sangat cekung

 Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,

peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual

muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan

kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan tidak bisa minum

 Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena

asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

 Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi

menurun pada diare sedang .

 Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik,

suhu meningkat > 375 0


c, akral hangat, akral dingin (waspada

syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada

daerah perianal.

 Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).


2. Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan skunder terhadap diare.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare

/ output berlebih dan intake yang kurang.

3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

skunder terhadap diare

4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan

frekwensi diare.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan skunder terhadap diare

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

 Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c,

RR : < 24 x/mnt )

 Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cekung,

UUB tidak cekung.

 Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.


Intervensi :

a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan

mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan

terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit

b. Pantau intake dan output

R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat

keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

c. Timbang berat badan setiap hari

R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama

dengan kehilangan cairan 1 lt.

d. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3

lt/hr

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

e. Kolaborasi :

 Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

R/ Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk

mengetahui faal ginjal (kompensasi).

 Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.


 Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

R/ Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit

agar seimbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal,

antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk

menghambat endotoksin.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

diare/output berlebih dan tidak adekuatnya intake.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam di RS

kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria :

 Nafsu makan meningkat

 BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi :

 Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan

berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang

mengiritasi lambung dan sluran usus.

 Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap

atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat

R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.


 Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang

berlebihan

R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

 Monitor intake dan out put dalam 24 jam

R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah

makanan.

 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

 terapi gizi : Diet TKTP rendah serat

 obat-obatan atau vitamin

R/ Mengandung zat yang diperlukan oleh tubuh

3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

dampak sekunder dari diare

Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak

terjadi peningkatan suhu tubuh

Kriteria hasil :

 Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

 Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio

laesa)

Intervensi :

 Monitor suhu tubuh setiap 2 jam


R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh

( adanya infeksi)

 Berikan kompres hangat

R/ Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi

panas tubuh

 Kolaborasi pemberian antipirektik

R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

4) Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan

peningkatan frekwensi BAB (diare)

Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama 3 x 24 jam

integritas kulit tidak terganggu

Kriteria hasil :

 Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

 Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan

baik dan benar

Intervensi :

 Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

 Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal

(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)


R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh

karena kelebaban dan keasaman feces

 Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam R/

Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama

sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .


DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta


Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.
EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai